Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
pengelolaan yang baik dan benar, bakau atau mangrove dapat meningkatkan taraf
hidup manusia tanpa perlu merusaknya.
Hal itulah yang menyebabkan pengelolaan hutan bakau saat ini kurang
diperhatikan dengan baik. Dapat dilihat, banyak kawasan hutan bakau yang rusak.
Salah satu penyebabnya adalah ulah manusia. Padahal, perusakan itu dapat
merugikan masyarakat dan juga lingkungan sekitar. Dengan kata lain, jika
manusia mengetahui manfaat dan cara melestarikan bakau dengan baik dan benar,
maka masyarakat dapat merasakan keuntungan yang besar bagi kehidupannya.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis membahas masalah tersebut dalam
karya ilmiah ini, yang berjudul ”Pelestarian Hutan Mangrove serta Pemaksimalan
Peranannya Terhadap Lingkungan dan Masyakat Khususnya di Pesisir
Banyuwangi Selatan”.
2
Bagaimana cara untuk memelihara kelestarian dan keutuhan hutan
mangrove?
I.3 Tujuan
Dengan penelitian ini, penulis bertujuan:
mengetahui kondisi umum hutan mangrove saat ini, khususnya di daerah
Pesisir Banyuwangi Selatan
mengetahui manfaat mangrove terhadap lingkungan dan masyarakat di
wilayah sekitar pesisir di Indonesia.
mencari cara memanfaatkan mangrove bagi masyarakat dengan benar, tanpa
merusak ekosistemnya
mencari cara untuk memelihara kelestarian dan keutuhan hutan mangrove.
I.4 Manfaat
Dengan tulisan ini diharapkan masyarakat dapat memahami tentang kondisi
hutan mangrove saat ini sehingga dapat menjaga keutuhan hutan mangrove
utamanya di kawasan pesisir daerah Banyuwangi Selatan
Dengan mengetahui manfaat mangrove bagi lingkungan, diharapkan
masyarakat dapat menjaga kelestarian hutan mangrove
Masyarakat sekitar kawasan hutan magrove dapat memanfaatkan hutan
mangrove untuk meningkatkan perekonomian tanpa tanpa perlu merusaknya.
Mengantisipasi kerusakan yang terjadi di kawasan hutan mangrove, sehingga
kelestariannya dapat tetap terjaga.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
6. Menurut Baehaqie dan Indrawan (1993), hutan mangrove merupakan hutan
dengan vegetasi yang hidup muara sungai, daerah pasang surut, dan tepi laut.
7. Menurut Longman dan Jenik; Monkhouse dan Small (1978); Moore (1977),
hutan mangrove merupakan masyarakat hutan halofil yang menempati bagian
zone intertidal tropika dan subtropika, berupa rawa atau hamparan lumpur
yang terbasahi oleh pasang surut.
8. Kostermans (1982), menyebut mangrove sebagai vegetasi berjalan yang
cenderung mendorong terbentuknya tanah timbul melalui suksesi alami atau
buatan dengan terbentuknya vegetasi baru pada tanah timbul tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
mangrove adalah formasi hutan khas daerah tropika dan sedikit subtropika,
terdapat di pantai rendah dan tenang, berlumpur, sedikit berpasir, serta mendapat
pengaruh pasamg surut air laut.
Hutan mangrove dibedakan dengan hutan pantai dan hutan rawa. Hutan
pantai yaitu hutan yang tumbuh disepanjang pantai, tanahnya kering, tidak pernah
mengalami genangan air laut ataupun air tawar. Ekosistem hutan pantai dapat
terdapat disepanjang pantai yang curam di atas garis pasang air laut. Kawasan
ekosistem hutan pantai ini tanahnya berpasir dan mungkin berbatu-batu.
Sedangkan hutan rawa adalah hutan yang tumbuh dalam kawasan yang selalu
tergenang air tawar.
5
II.2 Jenis – jenis Mangrove
Hutan mangrove di Indonesia sering juga disebut hutan bakau. Tetapi istilah
ini sebenarnya kurang tepat karena bakau (rhizophora) adalah salah satu family
tumbuhan yang sering ditemukan dalam ekosistem hutan mangrove.
Tumbuhan yang hidup di ekosistem mangrove adalah tumbuhan yang
bersifat halophyte, atau mempunyai toleransi yang tinggi terhadap tingkat
keasinan (salinity) air laut dan pada umumnya bersifat alkalin.
Jenis-jenis bakau (Rhizophora spp.) biasanya tumbuh di bagian terluar yang
kerap digempur ombak. Bakau Rhizophora apiculata dan R. mucronata tumbuh di
atas tanah lumpur. Sedangkan bakau R. stylosa dan perepat (Sonneratia alba)
tumbuh di atas pasir berlumpur. Pada bagian laut yang lebih tenang hidup api-api
hitam (Avicenniaceae alba) di zona terluar atau zona pionir ini
2) Pohon
Pada saat tanaman ini masih muda, kulit pohonnya kelabu, lentisel pada
batangnya berwarna terang.
3) Daun
6
Bentuk daun jenis Rhyzophora mucronata adalah paling lebar dibandingkan
dengan jenis Rhyzophora lainnya. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau
tua sampai hijau kekuning-kuningan. Panjang daun 13-23 cm dan lebarnya 8-
12 cm berbentuk elips atau oval telur.
4) Bunga
Bunga dalam satu malai banyaknya 4-16 biji, calix panjangnya 14-16 mm
dengan lebar 7-9 mm, berwarna hijau kekuning-kuningan pada saat masih
muda. daun bunganya terdiri dari 4 helai. Benang sarinya pendek yaitu 1-2
mm dan indung telurnya 3-4 mm pada kepala putik.
5) Buah
Ukuran buah Rhyzophora mucronata panjangnya 6-8 cm dan lebarnya 2-3 cm,
panjang benih rata-rata 90 cm, meruncing ke bagian ujung. Benih ini
berbentuk batang setelah menancap di lahan pertumbuhannya.
7
daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin.
BAB III
8
METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Gambar 4. Penyebaran mangrove di dunia
11
mangrove sebagai tempat mencari ikan. Karena daerah di bawah hutan
mangrove merupakan habitat bagi berjuta-juta fitoplankton yang merupakan
makanan utama bagi para ikan.
Padahal selain untuk mencari ikan, hutan mangrove memiliki banyak
fungsi lain yang dapat dimanfaatkan. Untuk itu, kelestarian hutan mangrove
juga perlu dijaga.
12
memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari
bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan
dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan
terumbu karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan
pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya
menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan
kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah
daratan. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas
menjadi pulau sendiri.
3. Menjernihkan air.
Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi
untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap
endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang
datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari
daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai
melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat
dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak
penduduk melihat daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna
sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat
merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon
mati.
4. Melindungi dan memberi nutrisi bagi fauna sekitar
Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah
nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan
udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa
memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di
daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah
bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.
5. Mengawali rantai makanan.
Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar
teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini
13
merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya
menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim
atau berkunjung di habitat mangrove.
14
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada
permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air.
Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses
penambatan racun secara aktif.
10. Sumber alam dalam kawasan ( In – Situ ) dan luar kawasan ( Ek – Situ ).
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau
mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan.
Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan
mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan
oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme
lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena
pemindahan pasir dan lumpur.
11. Transportasi.
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang
paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
12. Sumber plasma nuftah.
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi
perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi
kehidupan liar itu sendiri.
13. Memelihara proses – proses dan sistem alami.
Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya
proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
14. Penyerapan karbon.
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C0 2) menjadi karbon
organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan
ini membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02).
Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik
yang tidak membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai
penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
15. Memelihara iklim mikro.
Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan
kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
15
16. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam.
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan
menghalangi berkembangnya kondisi alam.
17. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi
plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
18. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan
udang.
IV.2.ii Manfaat Mangrove bagi Manusia
Beberapa manfaat langsung ( fungsi ekonomis ) sebagai konsumsi manusia
antara lain :
1. Tempat menambat kapal.
2. Penghasil bahan makanan.
3. Dapat digunakan sebagai bahan pengawet.
4. Bahan pembuat obat – obatan.
5. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan.
6. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, kosmetik, dll
7. Mangrove bisa dibudidayakan menjadi bibit-bibit mangrove yang siap jual.
8. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak
silvofishery.
9. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.
16
Padahal, mangrove memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga
kelestarian lingkungan sehingga harus dijaga keutuhannya. Sehingga, banyak
hutan mangrove yang saat ini dijadikan hutan lindung.
Dengan melihat manfaat mangrove yang sangat banyak, masyarakat sudah
seharusnya sadar untuk dapat memaksimalkan potensi mangrove bagi
perekonomiannya dengan dibarengi kesadaran dalam melestarikan hutan
mangrove agar tidak punah nantinya
Berikut ini akan dijabarkan cara-cara dalam memaksimalkan pemanfaatan
hutan mangrove bagi kehidupan manusia dengan tetap menjaga kelestariannya.
Sehingga masyarakat di daerah Banyuwangi Selatan dapat lebih bisa merasakan
manfaat hutan mangrove secara utuh.
a. Hutan Pendidikan
Potensi hutan mangrove yang telah tercipta menjadi suatu ekosistem
pantai, dapat dimanfaatkan menjadi sarana pendidikan sebagai pusat
informasi dan penelitian tehadap fauna yang hidup di kawasan ini. Sehingga
diharapkan dengan pengelolaan yang profesional dapat memacu
keikutsertaan masyarakat dalam usaha pelestarian lingkungan khususnya
dipesisir pantai.
b. Penjualan bibit mangrove
Mangrove bisa dibudidayakan menjadi bibit-bibit mangrove yang siap
jual. Masyarakat sekitar pesisir Banyuwangi selatan dapat membudidayakan
bibit mangrove. Kemudian, mereka dapat menjualnya kepada berbagai
pihak/instansi yang memerlukan, terutama di daerah yang tidak memiliki
hutan mangrove. Bibit-bibit mangrove tersebut digunakan sebagai green belt
untuk merehabilitasi pantai/pesisir yang rusak karena abrasi.
c. Pembuatan tambak udang dan ikan
Biasanya masyarakat membuat empang parit, yakni tambak udang atau ikan
yang dapat dikelola oleh masyarakat sekitar. Mangrove merupakan penghasil
sejumlah besar detritus bagi plankton yang merupakan sumber makanan
utama biota laut. Sehingga hutan mangrove menjadi tempat yang tepat untuk
mengembangbiakkan fauna lautan seperti ikan, kepiting bakau, kerang,
17
lobster pemakan plankton, dan udang. Pembuatan empang parit tersebut juga
sebagai salah satu usaha untuk mereboisasi hutan mangrove.
18
Gambar 7. Persiapan pembangunan desa mangrove wisata di Purwoharjo,
Banyuwangi
19
2 butir kelapa
Cara membuat:
1. Blender buah pedada, lalu saring dan ambil airnya saja.
2. Campur tepung beras dan ketan, lalu aduk dengan air santan hingga
rata, masukkan gula merah yang sudah dicairkan lalu masak adonan
hingga mengental.
3. Bisa dibentuk cetakan sesuai selera. Setelah dingin, siap
dihidangkan.
f. Bahan Pengawet
Buah pohon bakau jenis tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan
pengawet kain dan jaring dengan merendam dalam air rebusan buah bakau
tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi coklat-
merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan.
Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh
pewarnaan jingga-coklat.
Air rebusan kulit pohon mangrove dipakai untuk mengawetkan bahan
jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten. Hal tersebut juga
dapat dilakukan oleh masyarakat sekitar pesisir pantai selatan Banyuwangi.
20
IV.4 Cara Menjaga Kelestarian dan Keutuhan Hutan Mangrove
Hutan mangrove mempunyai berbagai manfaat penting bagi manusia
maupun lingkungan sekitarnya. Namun masih banyak manusia yang kurang
memahami pentingnya keberadaan mangrove tersebut. Hal itu dapat dilihat
dengan banyaknya hutan mangrove yang rusak. Sumber-sumber pengrusakan
hutan mangrove antara lain.
usaha tambak udang
penebangan kayu dan ilegal logging
penambangan minyak lepas pantai
pencemaran bibir pantai
tourism
urbanisasi dan perluasan wilayah
pembangunan jalan dan infrastruktur
21
5. Turunnya sumber makanan, tempat pemijah & bertelur biota laut. Akibatnya
produksi tangkapan ikan menurun.
6. Turunnya kemampuan ekosistem dalam menahan tiupan angin, gelombang air
laut dlll.
7. Peningkatan pencemaran pantai.
8. Dapat mengakibatkan banjir.
9. Sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang.
22
Program ini bertujuan untuk mengantisipasi, mencegah serta mengendalikan
potensi pencemaran dan kerusakan wilayah pesisir dan laut. Perkembangan
industri, perikanan, perdagangan dan pemukiman di pantai utara serta
pertumbuhan wisata dan perikanan di selatan berpotensi menimbulkan
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Abrasi yang terjadi di wilayah
pesisir utara pada umumnya terjadi akibat perubahan peruntukan lahan di
kawasan tersebut dimana hanya sedikit kawasan pesisir utara yang stabil
yaitu 13 % di pulau Jawa dan 22 % di pulau Sumatera. Oleh sebab itu
penanganan abrasi di pesisir utara lebih diarahkan kepada pengendalian
perubahan fungsi lahan.
Penataan dan pengendalian kegiatan pertambangan di wilayah pesisir;
Kegiatan pertambangan yang marak di era otonomi daerah untuk
meningkatkan pendapatan daerah telah menyebabkan terjadinya potensi
permasalahan lingkungan hidup yang semakin meningkat.
Penataan dan perlindungan daerah tangkapan ikan nelayan lokal;
Program ini dimaksudkan agar tangkapan dari para nelayan berupa ikan
atau biota laut dapat meningkat dan berkesinambungan sehingga taraf hidup
dan kesejahteraan nelayan meningkat.
Pengembangan pendidikan lingkungan berbasis masyarakat dan penguatan
peran kelembagaan lokal dalam meningkatkan kemampuan partisipasi
masyarakat
Penguatan instrumen penegakan hukum sebagai upaya legal pengelolaan
pesisir dan laut.
Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan lokal tentang pelestarian
hutan mangrove.
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V. 1 Kesimpulan
1. Hutan Mangrove memiliki manfaat yang sangat banyak dalam menjaga keutuhan
lingkungan daerah pesisir, terutama dalam mencegah erosi, menumbuhkan pulau,
menstabilkan pantai, menjernihkan air dan menyediakan makanan bagi fauna-
fauna sekitar.
2. Mangrove juga dapat meningkatkan perekonomian warga jika dimanfaatkan
dengan benar. Pemanfaatan mangrove tanpa merusaknya adalah dengan
pembuatan tambak udang dan ikan, menjadikannya obyek wisata, memanfaatkan
bagian-bagian kecil mangrove menjadi bahan makanan, menjadikannya bahan
pengawet, dan membudidayakan bibit mangrove untuk dijual kembali.
3. Sudah saatnya masyarakat mulai menyadari dan mengetahui potensi-potensi
mangrove sehingga dapat lebih peduli pada kelestariannya. Pemerintah dan
masyarakat harus berperan aktif dalam rehabilitasi hutan mangrove di Indonesia
dan Banyuwangi.
4. Pemanfaatan hutan mangrove secara berlebih dapat mengurangi fungsinya secara
utuh. Cara terbaik untuk tetap menjaga keutuhannya adalah dengan memanfaatkan
jasa dari hutan ini.
5. Dalam menjaga keutuhan hutan mangrove maka perlu dilakukan pelestarian,
misalnya seperti rehabilitasi/reboisasi mangrove, pengendalian kegiatan
pertambangan di wilayah pesisir, dan penanaman kembali mangrove
V. 2 Saran
24
3. Pihak Perhutani dan masyarakat hendaknya melakukan pembibitan guna
mengantisipasi jikalau kawasan hutan mangrove mengalani kerusakan,
sehingga reboisasi bisa cepat dilakukan.
4. Melihat potensi yang ada pada hutan mangrove, sudah seharusnya masyarakat
sekitar lebih memanfaatkan mangrove. Namun, kegiatan pemanfaatan hutan
mangrove harus dibarengi dengan menjaga kelestariannya.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
27
J : “Kondisi yang ada saat ini bisa saja berubah. Berbeda dengan era presiden
Soeharto yang menerapkan program KB, saat ini di Indonesia sebuah keluarga
boleh memiliki lebih dari 2 anak. Apabila kondisi perekonomian masyarakat
sangat mendesak untuk mencari pekerjaan baru yang belum sempat dikelola,
masyarakat bisa saja mulai melirik potensi besar yang ada pada hutan mangrove.
Sebagai contoh kita lihat kondisi hutan mangrove yang ada di pantai Pangandaran.
Di sana kayu dari tanaman ini telah banyak dimanfaatkan warga sebagai kayu
bangunan, kayu bakar, ataupun sabagai bahan baku pembuatan arang. Nah hal
inilah yang mungkin saja terjadi di hutan mangrove milik Banyuwangi. Di Jawa
Barat yang penduduknya sudah padat sehingga kebutuhan hidup warganyapun
sangat tinggi, inilah factor social yang mwndorong mereka untuk mengelola
tanaman mangrove dengan sebaik-baiknya.”
5. T : “Jikalau saja hal ini terjadi di Kawasan hutan mangrove Banyuwangi, apakah
pihak Perhutani memberikan ijin kepada masyarakat untuk melakukan hal yang
sama seperti apa yang masyarakat Jawa Barat lakukan ?”
J : “Tidak boleh. Luasnya yang terbatas memberikan manfaat yang besar. Hutan
mangrove yang ada di Banyuwangi selatan tumbuh sacara alami (tidak ditanam).
Fungsi utamanya adalah sebagai penangkal abrasi mengingat wilayah pantai
selatan Banyuwangi berhadapan langsung dengan samudra Hindia. Dan
karakteristik samudra pada umumnya adalah memiliki ombak yang sangat besar.
Maka jika tidak ada perlindungan terhadap wilayah pesisir selatan Banyuwangi,
bisa-bisa luas pantainya akan semakin menyempit terkena abrasi yang sangat
sering terjadi.”
6. T : “Lalu dengan begitu hutan mangrove yang ada di Banyuwangi tidak boleh
dimanfaatkan masyarakat ?”
J : “Boleh saja. Hutan mangrove yang ada di Banyuwangi Selatan sudah masuk
ke dalam kelompok hutan lindung, itu artinya penebangan tidak boleh dilakukan
sama sekali. Namun masih ada manfaat jasa yang bisa dimanfaatkan. Sebagai
objek wisata salah satunya, atau sebagai huan pendidikan yang dapat digunakan
sebagai suatu tempat yang memberikan informasi kepada masyarakat tentang
berbagai hal yang ada hubungannya dengan lingkungan.”
28
7. T : “Sudahkah Perhutani melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang hal
ina ?”
J : “Ya tentu saja. Beberapa hari yang lalu kita melakukan reboisasi di kawasan
hutan mangrove di wilayah pantai Sukomade kecamatan Pesangaran. Dengan
bantuan masyarakat nelayan sekitar, 21 ha hutan mangrove telah dimanfaatkan
menjadi tambak udang. Tentu saja hal ini memberikan gambaran kepada
masyarakat apabila hutan yang ada saat ini terjaga dengan baik, maka kita akan
mendapat keuntungan baik sevara langsung maupun tak langsung. Dan
Alhamdulillah respon warga begitu baik untuk turut mendukung menjaga
keutuhan yang masih terjaga hingga saat ini.“
8. T : “Dan yang terakhir, apakah pesan dan saran yang dapat anda berikan kepada
masyarakat untuk kelestarian hutan mangrove yang ada di Banyuwangi selatan ?
J : “Kami menghimbau kepada masyarakat hendaklah berlaku bijak dalam
mengelola hutan yang ada saat ini. Dengan keutuhan yang ada, hutan mangrove
akan lebih maksimal dalam memberikan manfaatnya terhadap masyarakat dan
lingkungan sekitarnya. Dan jangan lupa akan satu hal bahwa hutan mangrove
yang ada di wilayah Banyuwangi selatan tidak untuk ditebang dan hanya boleh
diambil manfaat jasanya.”
29
Resep Dodol Mangrove
Bahan:
8 buah mangrove jenis pedada (Sonneratia alba)
¼ kg tepung ketan
1 bungkus tepung beras
1 ½ kg gula merah
2 butir kelapa
Cara membuat:
1. Blender buah pedada, lalu saring dan ambil airnya saja.
2. Campur tepung beras dan ketan, lalu aduk dengan air santan hingga
rata, masukkan gula merah yang sudah dicairkan lalu masak
adonan hingga mengental.
3. Bisa dibentuk cetakan sesuai selera. Setelah dingin, siap
dihidangkan.
30
BIODATA PENULIS
31