Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan case report session yang
merupakan syarat kelengkapan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di
Bagian Obstetri dan Gynekologi Rumah Sakit Umum Raden Mattaher Jambi
dengan judul “P2A1 engan PPP et causa Retensio Plasenta”
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Ade Permana, Sp.OG (K) yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Obstetri dan Gynekologi
RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa case report session ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar
nantinya dapat menjadi lebih baik dikemudian hari. Semoga Case Report Session
ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap
100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan
post partum.Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi
waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya
hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan manual
plasenta dengan segera.
Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah
lepas dari dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya
bagian plasenta yang telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa
dalam atau tarikan pada tali pusat dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas
atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka kita dapat melakukan manual
plasenta
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Suami
Nama : Tn. J
Umur : 38 tahun
Suku/bangsa : Melayu/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Sengeti
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Os datang dengan perdarahan dari jalan lahir dengan
plasenta belum lahir dengan riwayat post partum 2 jam SMRS.
3
dibantu oleh bidan desa, namun 30 menit setelah persalinan plasenta masih
belum lahir. Sehingga Os dibawa untuk di rujuk ke RSUD Raden Mattaher.
Hepatitis (-), Hipertensi (-), DM (-), PJK (-), Tifoid (-), TB (-)
Riwayat Obstetri
GPA : P2A1
HPHT :-
TP :-
Menarche : Umur 12 tahun
Siklus haid : teratur 28 hari
Lama haid : 7 hari
Riwayat Persalinan :
No. Tahun Umur Jenis Persalinan Penolong Penyulit Nifas Anak Ket
Partus Kehamilan JK BB
4
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 100/60 mmHg
N : 104x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,4 0C
Berat badan : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Status Generalisata
Kepala : Normocephale, rambut hitam tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis +/+, sklera ikhterik -/-, reflek cahaya +/+,
Palpebra edema -/-
THT : Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Thorak : Pergerakan dada simetris
Pulmo : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Cor : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Membesar, supel
Ekstremitas Superior : Akral hangat +/+, edema -/-, sianosis -/-
Ekstremitas Inferior : Akral hangat +/+, edema +/+, sianosis -/-
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Inspeksi :
Muka : Cloasma gravidarum (-), edema (-)
Leher : Pembesaran vena jugularis (-)
Dada : Pembesaran mammae simetris, puting susu menonjol,
hiperpigmentasi areola mammae, colostrum (-)
Abdomen : Perut tampak membesar ke depan, striae gravidarum (-),
5
linea nigra (+), sikatrik (-)
Vulva : Labia mayor/minor simetris, pembengkakan kelenjar
bartholini (-)
Ekstremitas : Edema - / -
Palpasi :
Leopold I :-
Leopold II :-
Leopold III :-
Leopold IV :-
TBJ :-
HIS :-
Auskultasi : DJJ : -
Pemeriksaan Dalam :
Tidak dilakukan
Portio :-
Pendataran :-
Pembukaan :-
Ketuban :-
Presentasi :-
Petunjuk :-
Penurunan :-
Posisi :-
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin (22 Maret 2018)
Hb : 7,4 gr %
Ht : 29,6 %
Leukosit : 8,94 x 103/mm3
Eritrosit : 3,04 x 106/mm3
Trombosit : 104 x 103/mm3
6
2.5 Diagnosis
P2A1 dengan PPP e.c Retensio Plasenta + Anemia Sedang
2.6 Penatalaksanaan
Perbaiki Keadaan umum dan Pantau tanda – tanda vital
IVFD RL tetes cepat
IVFD RL + oksitosin 2 amp
Inj. Cefotaxim 2x1 gr
Rencana manual plasenta
Rencana transfuse darah 2 kolf
(Tanggal 22 Maret 2018 pukul 15.30 WIB. Dilakukan tindakan manual plasenta
a/i retensio plasenta)
7
FOLLOW UP
No Tanggal Follow up
8
P: Observasi tanda-tanda vital
IVFD RL+ 1 amp keterolac 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
Inj. Ranitidin 2x1
AFF infus dan AFF DC
03-04-2018 S :-
O : KU sedang N: 80x/i
TD : 120/70 Konut : baik
RR : 22x/i TFU : 2 jari bawah pusat
S : 36,5 C
P : cefixime 2x100
SF 2x1
B comp 2x1
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Suatu keadaan dimana plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.1
3.2 Etiologi
Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan. Jika lepas
sebagian terjadi perdarahan dan merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Kelainan dari uterus sendiri, yaitu : Kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta (plasenta adhessiva)
Kelainan dari plasenta, misalnya : Plasenta melekat erat pada dinding
uterus oleh sebab villi khorialis menembus desidua sampai miometrium –
sampai dibawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta)
Kesalahan manajemen kala III persalinan, seperti : manipulasi dari uterus
yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta dapat
menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik, pemberian uterotonik yang
tidak tepat waktunya juga dapat menyebabkan serviks kontraksi
(pembentukan constriction ring) dan menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta).
10
3.3 Diagnosis Dan Managemen
11
pada tali plasenta, tekanan pada abdomen maupun pemberian oksitosin. Hal yang
lebih baik dilakukan adalah dengan memberikan nitrogliserin untuk merelaksasi
serviks sehingga dapat dilakukan manual plasenta.
12
Perdarahan Setelah Plasenta Lahir
Hal pertama yang dilakukan pada perdarahan setelah plasenta lahir adalah
penekanan bimanual vaginal dan abdominal, hal ini dapat mengurangi perdarahan.
Kemudian dipasang satu atau dua infus dan diberikan infus oksitosin (30 IU
dalam 1000 cc RL).
Bila penekanan uterus dan infus oksitosin tidak berhasil, pasien diperiksa
dengan USG untuk memeriksa sisa jaringan yang masih tertinggal atau dengan
tangan memeriksa adanya robekan uterus.
3.4 Penatalaksanaan
Inspeksi plasenta segera setelah bayi lahir. Jika ada plasenta yang hilang,
uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta dikeluarkan khususnya jika kita
menghadapi perdarahan post partum lanjut. 1,4
13
megeluarkan plasenta. Tetapi kita tidak dapat mencegah plasenta tidak dapat
dilahirkan seluruhnya melainkan sebagian masih harus dikeluarkan dengan
tangan. Pengeluaran plasenta dengan tangan kini dianggap cara yang paling baik.
Tehnik ini kita kenal sebagai plasenta manual. 1,4
14
Gambar 3.2 Manual Plasenta
15
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien Ny. H , usia 36 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan plasenta
tidak segera lahir setelah 30 menit bayi lahir dan perdarahan aktif dari jalan lahir.
Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
ditegakkanlah diagnosis pasien ini yaitu P2A1 post partum spontan dengan
Retensio Plasenta.
Penegakkan Diagnosis
a. Anamnesis
Teori Kasus
Plasenta belum lahir setengah jam Anak lahir spontan dan setelah setengah
setelah janin lahir jam plasenta tidak lahir
Plasenta belum lepas dari dinding Perdarahan aktif dari jalan lahir.
uterus dapat karena :
a. Kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta (plasenta
adhesive)
b. Plasenta melekat erat pada dinding
uterus oleh sebab vili korialis
menembus desidua sampai
miometrium – sampai dibawah
peritoneum (plasenta akreta –
perkreta)
16
b. Pemeriksaan Fisik
Teori Kasus
Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta Periksa Dalam : tampak
tidak ditemukan di dalam kanalis perdarahan aktif
servikalis tetapi secara parsial atau
lengkap menempel di dalam uterus Konjungtiva anemis (+/+)
c. Pemeriksaan Penunjang
Teori Kasus
Darah Rutin
Hb : 7,4 gr %
Ht : 29,6 %
Leukosit : 8,94 x 103/mm3
Eritrosit : 3,04 x 106/mm3
Trombosit : 104 x 103/mm3
d. Penatalaksanaan
Teori Kasus
- Retensio plasenta tanpa - Manual plasenta
perdarahan masih dapat
menunggu. Sementara itu
kandung kemih dikosongkan,
masase uterus dan suntikan
oksitosin (i.v. atau i.m. atau
melalui infus).
- Perasat Crede
- Perasat Brandt
- Manual Plasenta
17
BAB V
KESIMPULAN
1. Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah
janin lahir.
2.
Insiden perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan
berkisar 16-17%.
3. Etiologi retensio plasenta, yaitu: a). Plasenta belum lepas dari dinding uterus
karena kontraksi uterus kurang kuat atau plasenta melekat erat erat pada
dinding uterus, b). Plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
4. Diagnosis retensio plasenta apabila plasenta tidak lepas secara spontan setelah
setengah jam setelah bayi lahir dan pada pemeriksaan pervaginam plasenta
menempel di dalam uterus.
5. Diagnosis banding retensio plasenta adalah plasenta akreta.
6. Penanganan retensio plasenta yang terbaik adalah dengan manual plasenta.
7. Pencegahan dilakukan dengan manajemen aktif kala III
18
DAFTAR PUSTAKA
19