Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Abses adalah suatu massa yang lembut umumnya dikelilingi oleh area berwarna
dari pink atau merah tua. Abses seringkali mudah dirasakan dengan menyentuh.
Bagian tengah abses penuh nanah dan debris.

Abses sangat menyakitkan dan hangat ketika disentuh. Abses dapat muncul
setiap tempat di tubuh Anda. Tempat yang paling umum adalah di ketiak (aksila),
daerah sekitar anus dan vagina (abses Bartholin kelenjar), dasar tulang belakang
Anda (abses pilonidal), sekitar gigi (gigi abses), dan di pangkal paha. Peradangan
di sekitar folikel rambut juga dapat menyebabkan pembentukan abses, yang
disebut bisul (furunkel).

Tidak seperti infeksi lain, antibiotik saja biasanya tidak akan menyembuhkan
abses. Secara umum abses harus dibuka dan nanah yang ada di dalamnya harus
dikeluarkan untuk kesembuhannya. Kadang-kadang nanah akan keluar sendiri,
tetapi pada umumnya harus dibuka oleh dokter dengan prosedur yang disebut
insisi dan drainase (I & D).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Abses?
2. Apa saja jenis – jenis Abses?
3. Apa Etiologi Abses?
4. Bagaimana Patofisiologi Abses?
5. Apa Manifestasi Klinis Abses?
6. Apa Komplikasi pada Abses?
7. Apa penatalaksanaan medis Abses?
8. Apa Teoritis keperawatan pada Abses?
1.3. Tujuan Masalah
2. Mengetahui yang dimaksud dengan Abses
3. Mengetahui jenis – jenis abses
4. Mengetahui Etiologi dari Abses
5. Mengetahui Patofisiologi Abses
6. Mengetahui Manifestasi Klinis Abses
7. Mengetahui Komplikasi pada Abses
8. Mengetahui penatalaksanaan pada Abses
9. Mengetahui Teoritis keperawatan pada Abses

1.4. Manfaat Penulisan

a. Bagi Penulis
Setelah menyelasaikan laporan pendahuluan ini, diharapkan penulis
sebagai mahasiswa keperawatan dapat meningkatan pengetahuan dan wawasan
tentang penyakit Abses yang di mulai dari penyebab,serta upaya pencegahan
Abses agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.

b. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang Abses lebih dalam
sehingga dapat melakukan pencegahan serta mengantisispasi diri dari penyakit
Abses.

c. Bagi Petugas Kesehatan


Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi tentang penyakit
Abses serta penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan yang lebih baik

d. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan


Diharapkan dapatmenambah informasi tentang penyakit Abses serta
penatalaksanaan medis dan asuhan keperawatan yang lebih baik
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. TINJAUAN TEORITIS MEDIS


1.1. Pengertian
Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah (netrofil yang telah
mati) yang terakumulasi di sebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi
(biasanya oleh bakteri atau parasit) atau karena adanya benda asing (misalnya
serpihan, luka peluru, atau jarum suntik). Proses ini merupakan reaksi
perlindungan oleh jaringan untuk mencegah penyebaran/perluasan infeksi ke
bagian tubuh yang lain. Abses adalah infeksi kulit dan subkutis dengan gejala
berupa kantong berisi nanah. (Siregar, 2004).
Abses adalah pengumpulan nanah yang terlokalisir sebagai akibat dari
infeksi yang melibatkan organisme piogenik, nanah merupakan suatu campuran
dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang sudah mati yang
dicairkan oleh enzim autolitik. (Morison, 2003)
Abses (misalnya bisul) biasanya merupakan titik “mata”, yang kemudian
pecah; rongga abses kolaps dan terjadi obliterasi karena fibrosis, meninggalkan
jaringan parut yang kecil. (Underwood, 2000)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa abses adalah suatu
infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri / parasit atau karena adanya benda
asing (misalnya luka peluru maupun jarum suntik) dan mengandung nanah yang
merupakan campuran dari jaringan nekrotik, bakteri, dan sel darah putih yang
sudah mati yang dicairkan oleh enzim autolitik.

1.2. Jenis – jenis Abses


a) Abses Ginjal
Abses ginjal yaitu peradangan ginjal akibat infeksi. Ditandai dengan
pembentukan sejumlah bercak kecil bernanah atau abses yang lebih besar yang
disebabkan oleh infeksi yang menjalar ke jaringan ginjal melalui aliran darah.
b) Abses Perimandibular
Bila abses menyebar sampai di bawah otot-otot pengunyahan, maka
akan timbul bengkak-bengkak yang keras, di mana nanah akan sukar
menembus otot untuk keluar, sehingga untuk mengeluarkan nanah tersebut
harus dibantu dengan operasi pembukaan abses.
c) Abses Rahang gigi
Radang kronis, yang terbungkus dengan terbentuknya nanah pada ujung
akar gigi atau geraham. Menyebar ke bawah selaput tulang (sub-periostal) atau
di bawah selaput lendir mulut (submucosal) atau ke bawah kulit (sub-cutaneus).
Nanah bisa keluar dari saluran pada permukaan gusi atau kulit mulut (fistel).
Perawatannya bisa dilakukan dengan mencabut gigi yang menjadi sumber
penyakitnya atau perawatan akar dari gigi tersebut.
d) Abses Sumsum Rahang
Bila nanah menyebar ke rongga-rongga tulang, maka sumsum tulang
akan terkena radang (osteomyelitis). Bagian-bagian dari tulang tersebut dapat
mati dan kontradiksi dengan tubuh. Dalam hal ini nanah akan keluar dari
beberapa tempat (multiple fitsel).
e) Abses dingin (cold abcess)
Pada abses ini, karena sedikitnya radang, maka abses ini merupakan
abses menahun yang terbentuk secara perlahan-lahan. Biasanya terjadi pada
penderita tuberkulosis tulang, persendian atau kelenjar limfa akibat perkijuan
yang luas.

f) Abses hati
Abses ini akibat komplikasi disentri amuba (Latin: Entamoeba
histolytica), yang sesungguhnya bukan abses, karena rongga ini tidak berisi
nanah, melainkan jaringan nekrotik yang disebabkan oleh amuba. Jenis abses
ini dapat dikenali dengan ditemukannya amuba pada dinding abses dengan
pemeriksaan histopatologis dari jaringan.
g) Abses (Lat. abscessus)
Rongga abnormal yang berada di bagian tubuh, ketidaknormalan di
bagian tubuh, disebabkan karena pengumpulan nanah di tempat rongga itu
akibat proses radang yang kemudian membentuk nanah. Dinding rongga abses
biasanya terdiri atas sel yang telah cedera, tetapi masih hidup. Isi abses yang
berupa nanah tersebut terdiri atas sel darah putih dan jaringan yang nekrotik
dan mencair. Abses biasanya disebabkan oleh kuman patogen misalnya: bisul.
1.3 Etiologi
Menurut Siregar (2004) suatu infeksi bakteri bisa menyebabkan abses
melalui beberapa cara:

a) Bakteri masuk ke bawah kulit akibat luka yang berasal dari tusukan
jarum yang tidak steril
b) Bakteri menyebar dari suatu infeksi di bagian tubuh yang lain
c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan
terbentuknya abses.

Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :


a) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
b) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
c) Terdapat gangguan sistem kekebalan
Bakteri tersering penyebab abses adalah Staphylococus Aureus

1.4 Patofisiologi
Jika bakteri masuk ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
suatu infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak kedalam rongga tersebut,
dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati, sel darah putih yang
mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan di sekitarnya akan
terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi
dinding pembatas. Abses dalam hal ini merupakan mekanisme tubuh mencegah
penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah di dalam tubuh, maka
infeksi bisa menyebar kedalam tubuh maupun dibawah permukaan kulit,
tergantung kepada lokasi abses. (Utama, 2001)

1.5 Manifestasi Klinis


Abses bisa terbentuk diseluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru, mulut,
rektum, dan otot. Abses yang sering ditemukan didalam kulit atau tepat dibawah
kulit terutama jika timbul diwajah.
Menurut Smeltzer & Bare (2001), gejala dari abses tergantung kepada
lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi suatu organ saraf. Gejalanya bisa berupa:
a) Nyeri
b) Nyeri tekan
c) Teraba hangat
d) Pembengakakan
e) Kemerahan
f) Demam

Suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak sebagai benjolan.
Adapun lokasi abses antara lain ketiak, telinga, dan tungkai bawah. Jika abses akan
pecah, maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Suatu abses di dalam tubuh, sebelum menimbulkan gejala seringkali terlebih tumbuh
lebih besar. Paling sering, abses akan menimbulkan Nyer tekan dengan massa yang
berwarna merah, hangat pada permukaan abses , dan lembut.

 Abses yang progresif, akan timbul "titik" pada kepala abses sehingga Anda
dapat melihat materi dalam dan kemudian secara spontan akan terbuka (pecah).
 Sebagian besar akan terus bertambah buruk tanpa perawatan. Infeksi dapat
menyebar ke jaringan di bawah kulit dan bahkan ke aliran darah.
 Jika infeksi menyebar ke jaringan yang lebih dalam, Anda mungkin mengalami
demam dan mulai merasa sakit. Abses dalam mungkin lebih menyebarkan
infeksi keseluruh tubuh.

1.6 Komplikasi
Komplikasi mayor dari abses adalah penyebaran abses ke jaringan sekitar
atau jaringan yang jauh dan kematian jaringan setempat yang ekstensif (gangren).
Pada sebagian besar bagian tubuh, abses jarang dapat sembuh dengan sendirinya,
sehingga tindakan medis secepatnya diindikasikan ketika terdapat kecurigaan
akan adanya abses. Suatu abses dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal.
Meskipun jarang, apabila abses tersebut mendesak struktur yang vital, misalnya
abses leher dalam yang dapat menekan trakea. (Siregar, 2004)
1.7 Penatalaksanaan Medis
Menurut Morison (2003), Abses luka biasanya tidak membutuhkan
penanganan menggunakan antibiotik. Namun demikian, kondisi tersebut butuh
ditangani dengan intervensi bedah dan debridement.
Suatu abses harus diamati dengan teliti untuk mengidentifikasi
penyebabnya, terutama apabila disebabkan oleh benda asing, karena benda asing
tersebut harus diambil. Apabila tidak disebabkan oleh benda asing, biasanya
hanya perlu dipotong dan diambil absesnya, bersamaan dengan pemberian obat
analgetik dan antibiotik.
Drainase abses dengan menggunakan pembedahan diindikasikan apabila
abses telah berkembang dari peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah
yang lebih lunak. Drain dibuat dengan tujuan mengeluarkan cairan abses yang
senantiasa diproduksi bakteri.
Apabila menimbulkan risiko tinggi, misalnya pada area-area yang kritis,
tindakan pembedahan dapat ditunda atau dikerjakan sebagai tindakan terakhir
yang perlu dilakukan. Memberikan kompres hangat dan meninggikan posisi
anggota gerak dapat dilakukan untuk membantu penanganan abses kulit.
Karena sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus,
antibiotik antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering
digunakan. Dengan adanya kemunculan Staphylococcus aureus resisten
Methicillin (MRSA) yang didapat melalui komunitas, antibiotik biasa tersebut
menjadi tidak efektif. Untuk menangani MRSA yang didapat melalui komunitas,
digunakan antibiotik lain: clindamycin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan
doxycycline.
Adapun hal yang perlu diperhatikan bahwa penanganan hanya dengan
menggunakan antibiotik tanpa drainase pembedahan jarang merupakan tindakan
yang efektif. Hal tersebut terjadi karena antibiotik sering tidak mampu masuk ke
dalam abses, selain itu antibiotik tersebut seringkali tidak dapat bekerja dalam
pH yang rendah.
2. TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2001, hal.17).

Menurut Smeltzer & Bare (2001), Pada pengkajian keperawatan,


khususnya sistem integumen, kulit bisa memberikan sejumlah informasi
mengenai status kesehatan seseorang dan merupakan subjek untuk menderita
lesi atau terlepas. Pada pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki,
kulit merupakan hal yang menjelaskan pada seluruh pemeriksaan bila bagian
tubuh yang spesisifik diperiksa. Pemeriksaan spesifik mencakup warna, turgor,
suhu, kelembaban, dan lesi atau parut. Hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a) Riwayat Kesehatan
Hal – hal yang perlu dikaji di antaranya adalah :
1) Abses di kulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan
abses dalam seringkali sulit ditemukan.
2) Riwayat trauma, seperti tertusuk jarum yang tidak steril atau
terkena peluru.
3) Riwayat infeksi ( suhu tinggi ) sebelumnya yang secara cepat
menunjukkan rasa sakit diikuti adanya eksudat tetapi tidak bisa
dikeluarkan.
b) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan :

1) Luka terbuka atau tertutup


2) Organ / jaringan terinfeksi
3) Massa eksudat dengan bermata
4) Peradangan dan berwarna pink hingga kemerahan
5) Abses superficial dengan ukuran bervariasi
6) Rasa sakit dan bila dipalpasi akan terasa fluktuaktif.
c) Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
1) Hasil pemeriksaan leukosit menunjukan peningkatan jumlah sel
darah putih.
2) Untuk menentukan ukuran dan lokasi abses dilakukan pemeriksaan
rontgen, USG, CT, Scan, atau MRI.
2.2 Diagnosa Keperawatan
Tahap selanjutnya yang harus dilakukan setelah memperoleh data
melalui pengkajian adalah merumuskan diagnosa. Pengertian dari diagnosa
keperawatan itu sendiri adalah sebuah pernyataan singkat dalam
pertimbangan perawat menggambarkan respon klien pada masalah kesehatan
aktual dan resiko (Nursalam, 2001. Hal : 35 ).

Menurut Herdman (2007), diagnosa keperawatan untuk abses adalah :


a) Pre operasi
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi
2) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b) Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan
2) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka terbuka
3) Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan.

2.3 Perencanaan Keperawatan


Berdasarkan diagnosa keperawatan dengan menetapkan tujuan,
kriteria hasil, dan menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan :
a) Pre operasi
1) Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri
berkurang, klien dapat rileks, klien mampu
mendemonstrasikan keterampilan relaksasi dan
aktivitas sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam
batas normal; TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x /
menit, pernapasan : 20 x / menit.
Intervensi Rasional

1) Observasi TTV 1) Sebagai data awal untuk melihat


keadaan umum klien
2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi 2) Sebagai data dasar mengetahui
nyeri. seberapa hebat nyeri yang dirasakan
klien sehingga mempermudah
intervensi selanjutnya

3) Reaksi non verba menandakan nyeri


yang dirasakan klien hebat
3) Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
4) Untuk mengurangi ras nyeri yang
dirasakan klien dengan non
4) Dorong menggunakan teknik
farmakologis
manajemen relaksasi.

5) Mempercepat penyembuhan
5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai
terhadap nyeri
indikasi.

2) Gangguan thermoregulator berhubungan dengan proses


peradangan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan Hipertermi dapat teratasi.
Kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36 0 C – 37 0C).

Intervensi Rasional

1) Observasi TTV, terutama suhu tubuh 1) Untuk data awal dan memudahkan
klien. intervensi
2) Untuk mencegah dehidrasi akibat
2) Anjurkan klien untuk banyak penguapan tubuh dari demam
minum, minimal 8 gelas / hari. 3) Membantu vasodilatasi pembuluh
3) Lakukan kompres hangat. darah sehingga mempercepat
hilangnya demam
4) Kolaborasi dalam pemberian 4) Mempercepat penurunan demam
antipiretik.

b) Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan luka insisi akibat pembedahan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri
berkurang, klien dapat rileks, klien mampu
mendemonstrasikan keterampilan relaksasi dan
aktivitas sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam
batas normal; TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x /
menit, pernapasan : 20 x / menit.
Intervensi Rasional

1) Observasi TTV 1) Sebagai data awal untuk melihat


keadaan umum klien
2) Kaji lokasi, intensitas, dan lokasi 2) Sebagai data dasar mengetahui
nyeri. seberapa hebat nyeri yang dirasakan
klien sehingga mempermudah
intervensi selanjutnya

3) Reaksi non verba menandakan nyeri


yang dirasakan klien hebat
3) Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan.
4) Untuk mengurangi ras nyeri yang
dirasakan klien dengan non
4) Dorong menggunakan teknik
farmakologis
manajemen relaksasi.

5) Mempercepat penyembuhan
5) Kolaborasikan obat analgetik sesuai
terhadap nyeri
indikasi.
2.4 Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan yaitu mencapai tujuan yang telah ditetapkan, peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi
koping. ( Nursalam, 2001. Hal. 63).
Pelaksanaan Keperawatan untuk abses adalah Drainase abses dengan
menggunakan pembedahan diindikasikan apabila abses telah berkembang dari
peradangan serosa yang keras menjadi tahap nanah yang lebih lunak, Karena
sering kali abses disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus, antibiotik
antistafilokokus seperti flucloxacillin atau dicloxacillin sering digunakan,
kompres hangat bisa membantu mempercepat penyembuhan serta mengurangi
peradangan dan pembengkakan.

2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaan sudah berhasil ( Nursalam, 2001). Evaluasi Keperawatan pada
klien dengan abses adalah :
a) Klien melaporkan rasa nyeri berkurang
b) Rasa nyaman klien terpenuhi
c) Daerah abses tidak terdapat pus
d) Tidak ditemukan adanya tanda – tanda infeksi ( pembengkakan,
demam,kemerahan )
e) Tidak terjadi komplikasi.

Вам также может понравиться