Вы находитесь на странице: 1из 59

1

BAB I
PENDAHULIAN

1.1. Latar Belakang

Hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi (silent killer) dan perannya

terhadap gangguan jantung dan otak tidak diragukan lagi. Hipertensi merupakan

salah satu faktor risiko yang paling sering berpengaruh terhadap kejadian penyakit

jantung dan pembuluh darah. Hipertensi sering tidak menimbulkan gejala pada fase

awalnya dan terasa ketika penyakit hipertensi sudah menjalar dan mengganggu

fungsi jantung atau stroke. Diagnosa hipertensi sangat jarang ditemukan dini

kecuali saat pemeriksaan kesehatan rutin (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia 2012).

World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan hipertensi

adalah salah satu kontributor paling penting untuk penyakit jantung dan stroke yang

bersama-sama menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor satu. Hipertensi

memberikan kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit

kardiovaskuler setiap tahun. Hal ini juga meningkatkan risiko kondisi seperti gagal

ginjal dan kebutaan. Hipertensi diperkirakan mempengaruhi lebih dari satu dari tiga

orang dewasa berusia 25 tahun ke atas, atau sekitar satu miliar orang di seluruh

dunia (WHO 2012).

Prevalensi hipertensi tertinggi di dunia berada di negara Afrika (46%

orang dewasa) sedangkan prevalensi terendah ditemukan di negara Amerika (35%

orang dewasa) menurut WHO (2015). Data tersebut dapat dipastikan bahwa negara

yang berpenghasilan tinggi memiliki prevalensi rendah hipertensi (35% orang

dewasa) dibandingkan kelompok pendapatan rendah dan menengah (40% orang

1
2

dewasa) berkat kebijakan publik multi sektoral sukses dan akses yang lebih baik ke

perawatan kesehatan bagi negara dengan penghasilan tinggi.

Di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi

hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2011 di Indonesia adalah

sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan

Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika

dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7%

menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat

pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya

penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan

Papua yang terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat

melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang

didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada

0,1 persen yang minum obat sendiri. (Kemenkes, 2013)

Prevalensi kasus hipertensi primer di Provinsi Sumatera Utara tahun 2015

sebesar 1,96% menurun bila dibandingkan dengan tahun 2014 sebesar 2,00%.

Kasus tertinggi penyakit tidak menular tahun 2015 pada kelompok penyakit jantung

dan pembuluh darah adalah penyakit hipertensi, yaitu sebanyak 634.860 kasus

(72,13%) (Dinas Kesehatan Provinsi SUMUT, 2016)

Hipertensi tidak dapat disembuhkan secara total, namun tindakan prevensi

dan manajemen dapat dilakukan untuk mengurangi insidensi dan kekambuhan

penyakit. Peningkatan kejadian penyakit kardiovaskuler (Cardiovasculer Disease -

CVD) pada dua dekade terakhir menyebabkan deteksi dini dan kontrol hipertensi

ditingkatkan. Penekanan pada perubahan gaya hidup (lifestyle) dan pelaksanaan


3

diet hipertensi berperan penting untuk mencegah dan mengontrol tingginya tekanan

darah. Penderita hiprtensi sangat menikmati makanan-makanan modern yang baru

bermunculan, mereka tidak menghiraukan diet (pengaturan makan) untuk

mengontrol tingginya tekanan darah, sehingga tidak jarang ditemukan banyak

penderita hipertensi yang mengalami tekanan darah yang tinggi. Upaya

pengendalian tingginya tekanan darah, harus diikuti dengan melakukan pengaturan

makanan dengan menjalankan diet rendah garam, kolesterol dan lemak jenuh. Obat-

obatan dapat mengatasi masalah hipertensi tetapi tidak dapat menyembuhkannya.

Obat hanya dapat membuat tekanan darah kembali normal namun tidak dapat

memberikan jaminan serangan hipertensi tidak akan kambuh lagi. (Beevers, 2011)

Saat ini banyak usaha yang diupayakan untuk mengatasi masalah

hipertensi, Departemen Kesehatan telah menyusun kebijakan dan strategi nasional

pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi yang meliputi 3 komponen

utama yaitu survailans penyakit hipertensi, promosi dan pencegahan penyakit

hipertensi serta manajemen pelayanan penyakit hipertensi. Hal tersebut bertujuan

untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit hipertensi, dan merujuk pada

angka prevalensi hipertensi yang terus meningkat setiap tahunnya. Maka dari hal

tersebut diperlukan suatu strategi yang dapat membantu petugas maupun

masyarakat untuk dapat mengetahui sedini mungkin kecenderungan penyakit

hipertensi (Depkes RI, 2012)

Program terapi pencegahan hipertensi adalah dengan penerapan prinsip

diet kaya serat dan mineral, diet rendah garam, rendah kolesterol, rendah lemak.

Membatasi asupan garam dapur hingga 3 gram/hari, memperhatikan pemberian

mineral seperti kalsium, kalium dan magnesium menurut angka kecukupan gizi
4

(AKG) serta membatasi bahan aditif pangan akan membantu penurunan tekanan

darah. Natrium merupakan salah satu zat yang menyebabkan hipertensi. Pada

penderita hipertensi terdapat ketidakmampuan untuk mengeluarkan natrium secara

efesien karena terdapat hormon natriuretik (de Wardener) yang menghambat

aktivitas sel pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dan mempunyai efek

penekanan, sehingga diperoleh korelasi antara asupan natrium dengan tekanan

darah, dan penurunan tekanan darah dapat diperoleh dengan mengurangi konsumsi

garam. (Gray dalam Puspita, 2012).

Makanan yang dimakan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh

terhadap kestabilan tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium

memiliki kaitan yang erat dengan munculnya hipertensi. Pelaksaanaan diet yang

teratur dapat menormalkan hipertensi, yaitu dengan mengurangi makanan dengan

tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan yang tinggi serat

dan melakukan aktivitas olahraga. (Novian, 2013). Berkaitan dengan pengaturan

gaya hidup yaitu mengurangi asupan garam (diet rendah garam) dalam

penatalaksanaan diet hipertensi sangat diperlukan, dan dibutuhkan juga adanya

motivasi yang kuat untuk melakukannya mengingat rasa makanan yang

hambar/tidak berasa

Hasil penelitian menurut Effendy & Rosyid (2011) dengan judul

Hubungan kepatuhan diet rendah garam dan terjadinya kekambuhan pada pasien

hipertensi, menunjukkan bahwa rendahnya angka kepatuhan terhadap diet rendah

garam membuat meningkatnya angka kejadian kekambuhan hipertensi, sehingga

perlu dilakukan perbaikan intervensi lain untuk meningkatkan angka kepatahuan

diet rendah garam pada penderita hipertensi.Widyasari & Candrasari (2013)


5

menyimpulkan bahwa ada peningkatan signifikan secara statistik dalam

pengetahuan dan sikap setelah pemberian pendidikan kesehatan tentang hipertensi.

Sementara menurut penelitian Delima (2015) dengan judul hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan diet rendah garam dan dan keteraturan

kontrol tekanan darah pada penderita hipertensi, menunjukan bahwa kepatuhan diet

rendah garam responden sebagian besar termasuk dalam kategori cukup sebanyak

29 responden (64,4%) dan masih ada 17,8% responden yang tidak patuh dalam

menjalani diet rendah garam. Dan hasil penelitian Anggraeni (2016) didapatkan

sebanyak empat orang berperilaku patuh terhadap diet hipertensi yaitu sebesar 30%,

dan 70% berperilaku tidak patuh terhadap diet.

Hipertensi dapat di sebabkan karena tuntutan hidup serta cepat

berpengaruh terhadap pola makan.masyarakat saat ini lebih memilih makanan siap

saji yang umumnya rendah serat, tinggi lemak, tinggi gula dan mengandung banyak

garam. Pola makan kurang sehat memicu penyakit hipertensi dan penyakit lainya

seperti jaunting dan Diabetes Mellitus (Sutomo dalam Puspita, 2012).

Pola makan yang tidak seimbang dan tidak terkontrol dapat menyebabkan

kenaikan berat badan (obesitas). Dimana orang yang obesitas lebih banyak

mengkonsumsi lemak dan protein. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko

terjadinya penyakit kardiovaskuler atau hipertensi karena besar masa tubuh, banyak

darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.

Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat

sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri sehingga tekanan darah

meningkat (Indianto, 2012).


6

Untuk meningkatkan pengetahuan penderita hipertensi dan kepatuhan

dalam melaksanakan diet rendah garam dan mencegah terjadinya komplikasi

diperlukan perilaku penderita agar selalu aktif menambah pengetahuannya melalui

mediacetak (Buku,Koran,Majalah) dan media elektronik(radio dan TV).Selain itu

promosi kesehatan/ penyuluhan tentang diet rendah garam sangat bermanfaat bagi

penderita hipertensi. Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa

dimulai dari domain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu terhadap

stimulus yang berupa materi/ obyek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan

baru pada subyek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk

sikap sisubyek terhadap obyek yang diketahui itu (Notoatmojo, 2013).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 09

Nopember 2017 di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan

Kabupaten Langkat diperoleh data penderita hipertensi pada tahun 2015 sebanyak

98 orang dan pada tahun 2016 sebanyak 101 orang dan pada tahun 2017 mulai

Januari sampai dengan Oktober sebanyak 53 orang.

Hasil studi pendahuluan dengan wawancara pada sepuluh orang yang

menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan

Kabupaten Langkat, dengan menanyakan perilaku kepatuhan mengenai diet pada

penderita hipertensi didapatkan sebanyak 4 orang berperilaku patuh terhadap diet

hipertensi yaitu sebesar 30%, dan 6 orang berperilaku tidak patuh terhadap diet

yaitu sebesar 70%. Berdasarkan studi pendahuluan di wilayah kerja Puskesmas

Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat menerangkan perilaku

kepatuhan terhadap diet pada penderita hipertensi mayoritas kurang. Hal ini

disebabakan karena kebiasaan masyarakat mengkonsumsi makanan yang asin serta


7

garam merupakan tambahan yang penting dalam suatu masakan karena garam akan

membuat masakan menjadi enak, jika tidak menggunakan garam masakan akan

terasa hambar yang akan berpengaruh pada selera makan. Mereka lebih menyukai

dan lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung garam dengan alasan

tidak enak, sehingga dapat mengurangi selera makan. Dilihat dari fenomena dan

hasil studi pendahuluan, maka hal ini menarik perhatian bagi peneliti untuk mencari

Pengaruh tentang perilaku patuh terhadap diet.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah ada penyakit hipertensi dari

tahun ketahun mengalami peningkatan dan melihat masih rendahnya kepatuhan

konsumsi diet rendah garam berkaitan dengan tingginya konsumsi natrium pada

pasien hipertensi maka peneliti merumuskan masalah penelitian, adakah hubungan

kepatuhan rendah garam dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama

Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat tahun 2018.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

kepatuhan rendah garam dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama

Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat tahun 2018.

1.3.2. Tujian Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah


8

a. Mengetahui kepatuhan diet rendah garam pasien hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat

tahun 2018

b. Mengetahui angka kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa

Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat tahun 2018.

c. Untuk mengetahui hubungan kepatuhan rendah garam dengan kejadian

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan

Kabupaten Langkat tahun 2018.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang

hubungan kepatuhan diet Rendah Garam dengan tekanan darah pada pasien

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan

Kabupaten Langkat tahun 2018.

1.4.2. Bagi institusi pendidikan STIKes Putra Abadi Langkat

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keilmuan tentang pencegahan kekambuhan penyakit

hipertensi melalui pengaturan pola makanan dengan dietrendah garam.

1.4.3. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi

penderita hipertensi sehingga dapat menjaga kestabilan tekanan darahnya

dengan mematuhi diet Rendah Garam dan hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi masyarakat agar dapat


9

menjaga pola makan terutama mengurangi asupan natrium berlebih agar

terhindar dari penyakit hipertensi

1.4.4. Bagi peneliti selanjutnya

Dengan adanya penelitian ini, maka dapat dijadikan sebagai data dasar dan

sebagai gambaran bagaimana hubungan pengaturan makan dengan

tingginya tekanan darah penderita hipertensi pada penelitian- penelitian

selanjutnya

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10

2.1. Hipertensi

2.1.1. Pengertian

Hipertensi adalah jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam

pembuluh arteri saat darah dipompa ke seluruh peredaran darah. Tekanan darah

tidak pernah konstan dan dapat berubah drastis dalam hitungan detik, menyesuaikan

diri dengan tuntutan pada saat itu. (Casey, 2012)

Hipertensi adalah tekanan darah dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika

memompa darah. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyakit kronik

akibat desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada pembuluh

arteri, berkaitan dengan meningkatnya tekanan pada arterial sistemik, baik diastolic

maupun sistolik, atau bahkan keduanya secara terusmenerus (Sutanto. 2015).

Menurut Giles, (2015) menjelaskan bahwa hipertensi adalah merupakan

peningkatan tekanan darah secara terus menerus sehingga melebihi batas normal.

Tekanan darah normal adalah 110/90 mmHg. Hipertensi merupakan produk dari

resistensi pembuluh darah perifer dan kardiak output

2.1.2. Klasifikasi hipertensi

Menurut Fifteenth, (2014) menjelaskan tentang klasifikasi hipertensi

dikelompokan dalam tiga kategori yaitu :

10

Tabel 2.1. : Klasifikasi Hipertensi


11

No Kategori Sistole (mmHg) Diastole

(mmHg)

1 Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

2 Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

3 Stadium I Hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmHg

4 Stadium II Hipertensi ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

Sumber : Fifteenth, (2014)

Diagnosis hipertensi tidak boleh ditegakan berdasarkan sekali

pengukuran, kecuali bila tekanan darah diastolik (TDD) ≥ 120 mmHg dan atau

tekanan darah sistolik (TDS) ≥ 210 mmHg. Pengukuran pertama harus dikonfirmasi

pada sedikitnya dua kunjungan lagi dalam waktu satu sampai beberapa minggu

(tergantung dari tingginya tekanan darah tersebut). Diagnosis hipertensi ditegakan

bila dari pengukuran berulang-ulang tersebut diperoleh nilai rata-rata TDD ≥ 90

mmHg dan atau TDS ≥ 140 mmHg (Bescós, 2012).

Berdasarkan tabel klasifikasi Tekanan Darah diatas, Tekanan Darah yang

normal adalah berkisar antara 90mmHg sampai 119 mmHg untuk Tekanan Sistolik

sedangkan untuk Tekanan Diastolik adalah sekitar 60 mmHg sampai 79 mmHg.

Tekanan darah dibawah 90/60 mmHg dikategorikan sebagai Hipotensi

(Hypotension) atau Tekanan Darah Rendah, sedangkan diatas 140/90 mmHg sudah

dikategorikan sebagai Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi (Hypertension)

(Bescós, 2012).
12

2.1.3. Faktor penyebab hipertensi

Menurut Bakris (2013), menjelaskan tentang faktor penyebab dari

hipertensi yaitu :

a. Olah raga

Latihan merupakan komponen penting untuk kesehatan. Aktivitas sangat

mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang yang kuran aktvitas

akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tingi sehingga

otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap kontraksi.Makin keras dan

sering otot jantung memompa maka makin besar tekanan yang dibebankan pada

arteri

b. Diet

Sodium adalah mineral yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh normal. Asupan

sodium yang tinggi bisa meningkatkan darah tekanan pada orang yang peka

terhadap sodium. Membatasi sodium sampai 3 gram perhari dianjurkan. Ini bisa

dilakukan dengan menghindari makanan yang disembuhkan, diasinkan, atau

diproses dan tidak menambahkan garam ke mereka saat memasak atau makan

mereka. Orang dengan asupan kalsium rendah atau sedang mungkin berisiko

terkena tekanan darah tinggi. Ini bias dimodifikasi dengan mengkonsumsi 2 atau

lebih porsi produk susu rendah lemak (seperti susu skim atau rendah lemak

yoghurt) setiap hari. Lemak dapat mempengaruhi tekanan darah, terutama jika

mengandung banyak kalori dan kalori kegemukan. Jauhkan asupan lemak

hingga kurang dari 30% kalori harian, dengan porsi asupan lemak terbesar

berasal dari sumber tak jenuh ganda (seperti minyak nabati).


13

Kalium dapat membantu menjaga tekanan darah dalam kisaran normal.

Termasuk tiga sampai lima porsi buah dan sayuran dalam makanan sehari-hari

Anda dapat membantu memastikan bahwa makanan Anda mengandung

potasium tinggi.

c. Obesitas/Kegemukan

Penelitian telah menunjukkan bahwa individu obesitas (mereka yang beratnya

20% atau lebih di atas berat badan ideal) cenderung mengalami tekanan darah

tinggi. Mendapatkan kelebihan berat badan, terutama antara usia 24 dan 36,

biasanya menimbulkan tekanan darah. Kehilangan berat badan pada kecepatan

sedang dapat membantu menurunkan tekanan darah secara perlahan.

d. Alkhohol

Alkohol adalah jika di konsumsi berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah

secara dramatis, dan juga penyebabnya sebuah elevasi saat penarikan. Usahakan

membatasi asupan alkohol maksimal dua kali seminggu dan maksimal dari dua

minuman per duduk (setara dengan 2 gelas empat ons anggur, 2 gelas bir delapan

ons atau 2 tembakan roh). Juga, ingat bahwa alkohol sangat tinggi kalori kosong

dan bisa menjadi faktor bobot mendapatkan.

e. Stress

Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi

dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten

(tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan

darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka

kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan.


14

Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok

masyarakat yang tinggal di kota

f. Merokok

Merokok merupaka salah satu faktor yang dapat diubah, adapun hubungan

merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan

tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil dalam paru-paru

dan diedarkan oleh pembulu dadarah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap

nikotin dengan member sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin

(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu darah dan

memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih

tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan iksigen

dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa

memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan

tubuh

2.1.4. Gejala hipertensi

Kebanyakan orang dengan tekanan darah tinggi tidak memiliki tanda-

tanda atau gejala, bahkan sampai tekanan darah mencapai tingkat tinggi sampai

dikatakan berbahaya. Meskipun beberapa orang dengan stadium awal tekanan

darah tinggi mungkin merasakan sakit kepala, pusing, pingsan dan mimisan, tanda-

tanda dan gejala ini biasanya tidak terjadi sampai tekanan darah tinggi telah

mencapai tahap yang parah atau yang mengancam jiwa. Tekanan darah tinggi

kadang-kadang disebut silent killer karna tidak memiliki gejala luar selama
15

bertahun-tahun. Secara internal hipertensi perlahan-lahan dapat merusak jantung,

paru-paru, pembuluh darah, otak dan ginjaljika tidak diobati (NICE, 2011).

2.1.5. SOP (Standar Operasional Prosedur) Mengukur Tekana Darah

Dalam melakukan pemeriksan tekanan darah di rumah sakit maupun

puskesmas atau pelayanan kesehatan lainya perlu ditetapkan standar. Adapaun SOP

Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam mengukur tekana darah adalah

(Kemenkes, 2015)

1. Prosedur :

Persiapan

1) Persiapan Pasien

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukuan, posisi

pasien diatur sesuai kebutuhan

2) Persiapan Alat

a) Tensimeter

b) Stetoscope

c) Alat tulis.

2. Pelaksanaan :

a. Memberitahu Pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

b. Mencuci Tangan

c. Menyinsingkan lengan baju pasien

d. Memasang manset tidak terlalu erat atau terlalu longgar

e. Menghubungkan pipa tensimeter dengan pipa

f. Menutup sekrup balon karet

g. Mencuci Reservoir
16

h. Letak tensimeter harus datar

i. Meraba arteri brachialis dengan 3 jari tengah

j. Meletakkan bagian diafragma stetoscope tepat diatasnya

k. Memompa balon sehingga udara masuk kedalam manset sampai detak arteri

tidak terdengar lagi atau 30 mmHg diatas nilai sistolik.

l. Membuka sekrup balon perlahan – lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg

perdetik sambil melihat skala dan mendengarkan bunyi detik pertama

(Sistolik) dan detik terakhir (Diastole)

m. Pada waktu melihat skala, mata setinggi skala tersebut

n. Bila hasilnya meragukan perlu diulang kembali ( tunggu 30 detik )

o. Menurunkan air raksa sampai dengan nol dan mengunci reservoir

p. Membuka pipa penghubung

q. Melepaskan manset dan mengeluarkan udara yang masih tertinggal di dalam

manset

r. Menggulung manset dan memasukkan ke dalam tensimeter.

s. Merapikan pasien

t. Mengembalikan alat pada tempatnya

u. Mencuci tangan

v. Mencatat pada lembar catatan yang ada

w. Membuat grafik / kurve pada lembaran status pasien dengan tepat dan benar

x. Menggunakan waktu dengan efektif dan hemat energi.

3. Hal – hal yang perlu diperhatikan

a. Mengukur tekanan darah dapat di laksanakan pada :

b. Pasien dengan kelainan tekanan darah

c. Pasien sebelum dan sesudah pembedahan

d. Pasien dengan kehamilan


17

e. Pasien dengan perdarahan

f. Pasien dengan syok / coma

g. Pasien baru.

2.1.6. Indikator Hipertensi

Menurut penelitian Dananda (2016) menjelaskan indikator hipertensi

berdasarkan faktor resiko hipertensi seperti kegemukan, psikososial dan stress,

merokok, olahraga, konsumsi alkohol berlebih, konsumsi garam berlebihan diamna

yang perlu dilakukan penderita hipertensi adalah:

a. Pertahankan berat badan ideal. Atur pola makan, antara lain tidak mengonsumsi

makanan tinggi garam dan tinggi lemak, serta perbanyak konsumsi buah dan

sayur

b. Olahraga teratur.

c. Sedapat mungkin atasi stres dan emosi

d. Hentikan kebiasaan merokok

e. Hindari minuman beralkohol

f. Periksa tekanan darah secara berkala. Dan lakukan pengecekan ulang minimal

setiap 2 tahun untuk kelompok nomotensi dan setiap tahun untuk kelompok pre

hipertensi, yaitu tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-90

mmHg dan

g. Bila diperlukan konsumsi obat-obatan penurunan tekanan darah serta makan

secara teratur

2.1.7. Penanganan hipertensi


18

Menurut hasil penelitian Giles, (2015) menjelaskan tentang penanganan

hipertensi adalah melalui pencegahan dan pengobatan yaitu :

a. Pencegahan

Tidak semua penderita tekanan darah tinggi memerlukan obat. Apabila

hipertensinya tergolongan ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap

hidup sehari-hari. Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan

yang amat baik agar penderita tekanan darah tinggi kambuh gejala penyakitnya.

Hal-hal yang perlu dilakukan bagi penderita hipertensi sebagai tindakan

pencegahan ialah sebagai berikut.

1) Diet rendah lemak. Kurangi atau hindari makanan gorengan, daging yang

banyak lemak, susu full cream, telur, dan sebagainya.

2) Diet rendah garam. Batasi pemakainan garam dan makanan yang diasinkan

seperti cumi asin, ikan asin, telur asin, kecap asin, dan lain-lain.

3) Hindari memakan daging kambing, buah durian, atau minum minuman

beralkohol.

4) Lakukan olah raga teratur dan terkontrol. Olah raga yang cocok berupa

aktifitas aerobik seperti jalan kaki, barlari, naik sepeda dan berenang.

5) Berhenti merokok bagi perokok.

6) Berhenti minum kopi.

7) Menurunkan berat badan bagi penderita hipertensi yang disertai kegemukan.

8) Menghindari stres dengan gaya hidup yang lebih santai.

9) Mengobati penyakit penyerta seperti kencing manis, hiperthyroid, kolestrol

tinggi, resistensi insulin, rematik, guot dan sebagainya.

b. Tujuan Pengobatan.
19

Pengobatan hipertensi “di masa lalu” tujuan utamanya adalah

menurunkan tekanan darah ke tingkat normal. Kini pengobatan tekanan darah

tinggi tidak lagi semata-mata menurunkan tekanan darah ke tingkat normal,

tingkat memperhitungkan berbagai macam aspek.

Aspek yang patut mendapat perhatian, yang juga merupakan tujuan dalam

pengobtan tekanan darah tinggi masa kini sebagai berikut :

1) Menurunkan tekanan darah ke tingkat yang wajar sehingga kualaitas hidup

penderita tidak menurun.

2) Menurunkan angka kesalitan (mobiditas) dan angka kematian (mortalitas)

akibat komplikasi penyakit jantung dan pembuluh darah.

3) Mencegah pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis).

4) Meghindarkan faktor resiko seperti yang telah disebutkan di atas.

5) Mencegah memberatnya tekanan darah tinggi.

6) Pengobatan penyakit penyerta dapat memperberat kerusakan organ.

7) Memulihkan kerusakan target organ dengan obat anti hipertensi masa kini.

8) Memperkecil efek samping pengobatan.

Hal yang berbahaya bagi penderita hipertensi ialah jika tensinya meninggi

secara mendadak. Tensi yang tiba-tiba mendadak naik biasanya memberikan

keluhan sakit kepala hebat, rasa berputar, dan kadang-kadang disertai mual.

Seandainya hal ini terjadi sebaiknya penderita segera dirawat ke rumah sakit untuk

mendapat pertolongan.

2.1.8. Perawatan penderita hipertensi di rumah


20

Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga

dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga yang

menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada klien

hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada hipertensi. Adapun

cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi kelebihan berat

badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang mencakup psikis antara lain

mengurangi sres, olahraga, dan istirahat (Amir, 2012).

2.1.9. Komplikasi hipertensi

Komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan darah (TD)

diastolik ≥ 130 mmHg atau kenaikan tekanan darah (TD) yang terjadi mendadak

dan tinggi. Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang sering terjadi adalah

pada mata, ginjal, jantung, dan otak. Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan

penglihatan sampai dengan kebutaan. (Matthew, 2015)

Gagal jantung merupakan kelainan yang sering dijumpai pada hipertensi

berat disamping kelainan koroner dan miokard. pada otak sering terjadi pendarahan

yang disebabkan pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibatkan kematian.

Kelainan lain yang terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak

sementara. Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi. (Matthew,

2015)

2.2. Kepatuhan
21

2.2.1. Pengertian

Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan mengacu kepada situasi

ketika perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang dianjurkan atau

nasehat yang diusulkan oleh seorang praktisi kesehatan atau informasi yang

diperoleh dari suatu sumber informasi lainnya seperti nasehat yang diberikan dalam

suatu brosur promosi kesehatan melalui suatu kampanye media massa (Ian &

Marcus, 2011).

Menurut Kozier (2012) kepatuhan adalah perilaku individu (misalnya:

minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan gaya hidup) sesuai anjuran

terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan dapat dimulai dari tidak mengindahkan

setiap aspek anjuran hingga mematuhi rencana. Sedangkan Sarafino (dalam Yetti,

dkk 2011) mendefinisikan kepatuhan sebagai tingkat pasien melaksanakan cara

pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya.

2.2.2. Faktor-faktor mempengaruhi kepatuhan

Menurut Kozier (2012), faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah

sebagai berikut:

a. Motivasi klien untuk sembuh

b. Tingkat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan

c. Persepsi keparahan masalah kesehatan

d. Nilai upaya mengurangi ancaman penyakit

e. Kesulitan memahami dan melakukan perilaku khusus

f. Tingkat gangguan penyakit atau rangkaian terapi


22

g. Keyakinan bahwa terapi yang diprogramkan akan membantu atau tidak

membantu

h. Kerumitan , efek samping yang diajukan

i. Warisan budaya tertentu yang membuat kepatuhan menjadi sulit dilakukan

j. Tingkat kepuasan dan kualitas serta jenis hubungan dengan penyediaan layanan

kesehatan

2.2.3. Indikator kepatuhan

Indikator kepatuhan menurut Federich (dalam Umami, 2010).

mengatakan bahwa kepatuhan kepada otoritas terjadi hanya jika perintah

dilegitimasi dalam konteks norma dan nilai-nilai kelompok. Di dalam kepatuhan

terdapat tiga bentuk perilaku yaitu:

a. Konformitas (conformity).

Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah

sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada.

b. Penerimaan (compliance).

Penerimaaan adalah kecenderungan orang mau dipengaruhi oleh komunikasi

persuasif dari orang yang berpengatuan luas atau orang yang disukai. Dan juga

merupakan tindakan yang dilakukan dengan senang hati karena percaya

terhadap tekanan atau norma sosial dalam kelompok atau masyarakat.

c. Ketaatan (obedience).

Ketaatan merupakan suatu bentuk perilaku menyerahkan diri sepenuhnya pada

pihak yang memiliki wewenang, bukan terletak pada kemarahan atau agresi
23

yang meningkat, tetapi lebih pada bentuk hubungan mereka dengan pihak yang

berwenang.

2.2.4. Cara-cara meningkatkan kepatuhan

Smet (2014) menyebutkan beberapa strategi yang dapat dicoba untuk

meningkatkan kepatuhan, antara lain:

a. Segi Penderita

Usaha yang dapat dilakukan penderita diabetes mellitus untuk meningkatkan

kepatuhan dalam menjalani pengobatan yaitu:

1. Meningkatkan kontrol diri.

Penderita harus meningkatkan kontrol dirinya untuk meningkatkan

ketaatannya dalam menjalani pengobatan, karena dengan adanya kontrol

diri yang baik dari penderita akan semakin meningkatkan kepatuhannya

dalam menjalani pengobatan. Kontrol diri dapat dilakukan meliputi kontrol

berat badan, kontrol makan dan emosi.

2. Meningkatkan efikasi diri.

Efikasi diri dipercaya muncul sebagai prediktor yang penting dari

kepatuhan. Seseorang yang mempercayai diri mereka sendiri untuk dapat

mematuhi pengobatan yang kompleks akan lebih mudah melakukannya.

3. Mencari informasi tentang pengobatan.

Kurangnya pengetahuan atau informasi berkaitan dengan kepatuhan serta

kemauan dari penderita untuk mencari informasi mengenai penyakitnya dan

terapi medisnya, informasi tersebut biasanya didapat dari berbagai sumber

seperti media cetak, electronic atau melalui program pendidikan di rumah


24

sakit. Penderita hendaknya benar-benar memahami tentang penyakitnya

dengan cara mencari informasi penyembuhan penyakitnya tersebut.

4. Meningkatkan monitoring diri.

Penderita harus melakukan monitoring diri, karena dengan monitoring diri

penderita dapat lebih mengetahui tentang keadaan dirinya seperti keadaan

gula dalam darahnya, berat badan, dan apapun yang dirasakannya.

b. Segi Tenaga Medis

Usaha-usaha yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar penderita untuk

meningkatkan kepatuhan dalam menjalani pengobatan antara lain:

1. Meningkatkan keterampilan komunikasi para dokter.

Salah satu strategi untuk meningkatkan kepatuhan adalah memperbaiki

komunikasi antara dokter dengan pasien. Ada banyak cara dari dokter untuk

menanamkan kepatuhan dengan dasar komunikasi yang efektif dengan

pasien.

2. Memberikan informasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan

cara pengobatannya.

Tenaga kesehatan, khususnya dokter adalah orang yang berstatus tinggi bagi

kebanyakan pasien dan apa yang ia katakan secara umum diterima sebagai

sesuatu yang sah atau benar.

3. Memberikan dukungan sosial.

Tenaga kesehatan harus mampu mempertinggi dukungan sosial. Selain itu

keluarga juga dilibatkan dalam memberikan dukungan kepada pasien,

karena hal tersebut juga akan meningkatkan kepatuhan, Smet (2014)


25

menjelaskan bahwa dukungan tersebut bisa diberikan dengan bentuk

perhatian dan memberikan nasehatnya yang bermanfaat bagi kesehatannya.

4. Pendekatan perilaku.

Pengelolaan diri yaitu bagaimana pasien diarahkan agar dapat mengelola

dirinya dalam usaha meningkatkan perilaku kepatuhan. Dokter dapat

bekerja sama dengan keluarga pasien untuk mendiskusikan masalah dalam

menjalani kepatuhan serta pentingnya pengobatan.

2.2.5. Cara-cara mengurangi ketidakpatuhan

Menurut Dinicola dan Dimatteo (dalam Neil, 2016) mengusulkan rencana

untuk mengatasi ketidakpatuhan pasien antara lain:

a. Mengembangkan tujuan dari kepatuhan itu sendiri, banyak dari pasien yang

tidak patuh yang memiliki tujuan untuk mematuhi nasihat-nasihat pada awalnya.

Pemicu ketidakpatuhan dikarenakan jangka waktu yang cukup lama serta

paksaan dari tenaga kesehatan yang menghasilkan efek negatif pada penderita

sehingga awal mula pasien mempunyai sikap patuh bisa berubah menjadi tidak

patuh. Kesadaran diri sangat dibutuhkan dari diri pasien.

b. Perilaku sehat, hal ini sangat dipengaruhi oleh kebiasaan, sehingga perlu

dikembangkan suatu strategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku, tetapi

juga mempertahankan perubahan tersebut. Kontrol diri, evaluasi diri dan

penghargaan terhadap diri sendiri harus dilakukan dengan kesadaran diri.

Modifikasi perilaku harus dilakukan antara pasien dengan pemberi pelayanan

kesehatan agar terciptanya perilaku sehat.


26

c. Dukungan sosial, dukungan sosial dari anggota keluarga dan sahabat dalam

bentuk waktu, motivasi dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam

kepatuhan pasien. Contoh yang sederhana, tidak memiliki pengasuh, transportasi

tidak ada, anggota keluarga sakit, dapat mengurangi intensitas kepatuhan.

Keluarga dan teman dapat membantu mengurangi ansietas yang disebabkan oleh

penyakit tertentu, mereka dapat menghilangkan godaan pada ketidaktaatan dan

mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai

kepatuhan

2.3. Diet Hipertensi

2.3.1. Pengeertian

Diet hipertensi adalah cara untuk mencegah terjadinya hipertensi tanpa

efek samping, karena menggunakan bahan makanan yang lebih alami, dari pada

menggunakan obat penurun tekanan darah pasien akan menjadi tergantung

seterusnya pada obat tersebut (Sustrani, 2015).

Diet hipertensi adalah salah satu cara untuk mengatasi hipertensi tanpa

efek samping yang serius, karena metode pengendaliannya yang alami (Vitahealth,

2016)

2.3.2. Tujuan Diet Hipertensi.


27

Tujuan utama diet hipertensi adalah untuk menysuaikan dan mengurangi

jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat: (Vitahealth, 2016)

a. Menurunkan tekanan darah hingga normal.

b. Menurunkan berat badan bila penderita terlalu gemuk.

c. Membantu mengurangi timbunan cairan dan garam.

2.3.3. Syarat-Syarat pemberian makanan pada penderita hipertensi

Menurut Almatsier (2012), menjelasakan syarat-syarat pemberian makanan

pada penderita hipertensi adalah :

a. Cukup energi, protein, mineral dan vitamin

b. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit

c. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam

2.3.4. Makanan yang boleh dikonsumsi.

Makanan yang boleh dikonsumsi penderita hipertensi adalah Almatsier

(2012) :

a. Sumber kalori kompleks seperti beras, kentang, singkong, terigu, tapioka, gula,

hunkwe, makroni, mie, bihun, roti dan biskuit. Sumber protein hewani (daging

dan ikan maksimum 100 gram/ hari, telur 1 butir/ hari, dan susu 200 gram/ hari)

dan protein nabati (tahu, tempe, dan kacang-kacangan).

b. Sayuran dan buah-buahan. Banyak terdapat kalium (potasium) dan magnesium.

c. Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler. Semakin banyak

kalium dikonsumsi. Maka konsentrasinya dalam cairan intraseluler meningkat,

sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan menurunkan

tekanan darah.
28

2.3.5. Makanan yang dibatasi.

Makanan yang dibatasi dikonsumsi penderita hipertensi adalah Almatsier

(2012) :

a. Untuk diet rendah garam ini, penggunaan daging/daging ayam/ikan dibatasi

paling banyak 100 gram per hariTelur Ayam/telur bebek, paling banyak 1 butir

sehari

b. Susu banyak paling banyak 200 cc sehari

c. Minuman dan sari buah dalam kemasan.

2.3.6. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi.

Makanan yang tidak boleh dikonsumsi dikonsumsi penderita hipertensi

adalah (Vitahealth, 2016)

a. Makanan yang banyak mengandung garam

b. Makanan yang banyak mengandung kolesterol

c. Makanan yang banyak mengandung lemak jenuh

d. Makanan yang banyak menimbulkan gas

2.3.7. Cara mengatur diet hipertensi

Menurut Vitahealth (2016). Menjelaskan cara mengatur diet bagi penderita

hipertensi adalah

a. Hindari penggunaan kelapa, minyak kelapa,lemak hewan, margarine,mentega

sebagai pengganti gunakan minyak kacang atau minyak jagung dalam jumlah

tertentu.
29

b. Batasi penggunaan daging hingga 3 kali seminggu dengan paling banyak 50

gram tiap kali makan, makanlah ikan air tawar sebagai pengganti.

c. Gunakan susu skim sebagaipengganti susu penuh.

d. Batasi penggunaan telur hingga hanya 3 kali seminggu.

e. Gunakan sering tahu,tempe, dan hasil kacang-kacangan lainya.

f. Batasi penggunaan gula, makanan dan minuman manis seperti sirup, coca cola,

limun, permen,dodol, coklat, kolak, eskrim.

g. Makanlah banyak sayuran dan buah-buahan

2.3.8. Diet Rendah Garam

Diet rendah garam dibagi menjadi beberapa tingkatan, sesuai dengan

kondisi penderitanya yaitu : (Sustrani, 2015).

1. Diet rendah garam tingkat tinggi (200-400 mg Na)

Diet ini diberikan kepada penderita hipertensi berat. Garam dapur sama sekali

tidak boleh ditambahkan ke dalam makanan yang disajikan.

2. Diet rendah garam tingkat II (600-800 mg Na)

Pada diet ini penambahan garam hanya 1/2 sdt atau 2gr.

3. Diet rendah garam tingkat III (1000-1200 mg Na)

Diet ini diberikan pada penderita hipertensi ringan. Dalam diet ini, 1 sdt atau 4

garam dapur boleh ditambahkan dalam pengolahan makanan.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep


30

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan rendah garam

dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan

Kabupaten Langkat tahun 2018. Variabel yang akan diteliti yaitu kejadian

hipertensi dan kepatuhan rendah garam. Berikut kerangka konsep dalam penelitian

ini:

Vatiabel Independen Variabel Dependen

Hipertensi :
Kepatuhan Rendah Garam a. Normal
a. Patuh b. Prehipertensi
b. Tidak Patuh c. Stadium I
d. Stadium II

Skema 3.1 : Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Hipotesa Penelitian

Hipotesa adalah kesimpulan sementara yang perlu di uji. Adapun hipotesa

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan kepatuhan rendah garam dengan hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten

Langkat tahun 2018.

Ha : Ada hubungan kepatuhan rendah garam dengan hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat

tahun 2018. 30

3.3. Jenis Penelitian


31

Jenis dan rancangan penelitian ini adalah dengan penelitian korelasional.

Korelasional dimaksudkan untuk mencari atau menguji hubungan antara variabel.

Dimana peneliti mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkenalkan, menguji

berdasarkan teori yang ada. Desain yang digunakan adalah Cross-Sectina (Setiadi,

2011). Peneliti ingin melihat dan memaparkan hubungan kepatuhan rendah garam

dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan

Kabupaten Langkat tahun 2018.

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.4.1. Lokasi

Lokasi yang akan dipilih sebagai tempat penelitian adalah di wilayah Kerja

Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat.

3.4.2. Waktu penelitian

Waktu penelitian akan direncanakan bulan Februari sampai dengan Maret

2018

3.5. Populasi dan Sampel

3.5.1. Populasi
32

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat penderita hipertensi yang

datang di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten

Langkat sebanyak 53 orang

3.5.2. Sampel

Sampel adalah merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti. Sampel

pada penelitian ini adalah masyarakat penderita hipertensi yang datang di wilayah

kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat. Sampel

diperoleh menggunakan teknik Total Populasi. Gay dan Dhiel (dalam Aritonang,

2011) menyatakan bahwa untuk populasi yang kecil dibutuhkan paling tidak 20%

dari populasinya. Berdasarkan data pasien penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat berjumlah 53

orang.

3.6. Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di

lapangan oleh peneliti yang diiperoleh dari responden yaitu melalui pembagian

kuesioner yang telah disusun oleh peneliti berdasarkan sumber yang ada dan telah

di uji kevalitan pertanyaan dan langsung di isi oleh responden serta peneliti juga

melakukan wawancara yang dilakukan oleh peneliti jika ada data yang diperlukan

3.6.2. Data sekunder


33

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi dokumentasi melalui

catatan arsip tentang jumlah penderita hipertensi yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat.

3.7. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Independen

Kepatuhan Kemampuan penderita a. Patuh (Jika Interval


Rendah Garam hipertensi dalam perubahan Kuesioner nilai 24-
perilaku dari yang semula tidak 36)
menaati peraturan menjadi taat b. Tidak
dalam mengkonsumsi rendah Patuh
garam (Jika nilai
9-23)

Dependen

Hipertensi Merupakan penyakit kronik Kuesioner a. Normal Interval


akibat desakan darah yang apabia
berlebihan dan hampir tidak tekanan
darah
konstan pada pembuluh arteri,
systole <
berkaitan dengan meningkatnya 120 mmHg
tekanan pada arterial sistemik, dan
baik diastolic maupun sistolik, diastole <
atau bahkan keduanya secara 80 mmHg
terus menerus dimana rata-rata b. Prehiperte
tekanan darah sistolik diatas nsi apabila
systole
140-159 mmHg dan diastolik
120-139
diatas 90-99 mmHg yang diukur mmHg dan
menggunakan alat diastole
spygmomanometer air raksa 80-89
sebanyak dua kali dengan jarak mmHg
pengukuran 5 menit c. Stadium I
apabila
systole
140-159
34

mmHg dan
diastole
90-99
mmHg
d. Stadium II
apabila
systole ≥
160 mmHg
dan
diastole ≥
100 mmHg

3.8. Aspek Pengukuran

Cara yang diguakan dalam menentukan skor adalah dengan menggunakan

“Skala Likert”. Cara pengukuranya adalah dengan menghadapakan seorang responden

dengan sebuah pertanyaan dan kemudian dimintak untuk memberikan jawaban.

3.8.1. Kepatuhan rendah garam

Insrumen kepatuhan rendah garam dapat diukur dengan memberikan skor

terhadap kuesioner yang telah diberikan bobot. Jumlah pertanyaan 9, total skor

tertinggi 36 dan terrendah adalah 9. Pada pernyataan positif, nilai 5 apabila selalu,

4 apabila sering, nilai 3 apabila kadang-kadang, nilai 2 apabila jarang sekali, nilai

1 apabila tidak pernah. Sementra pernyataan negatif nilai 5 apabila tidak pernah

nilai 4 apabila jarang sekali, nilai 3 apabila kadang-kadang, nilai 2 apabila sering,

nilai 1 apabila selalu. Sementara untuk mengukur kepatuhan rendah garam adalah

Rumus :
Nilai tertinggi – Nilai terendah
P =
2

36 – 9
=
2
= 4
35

Berdasarkan total skor jawaban tentang frekuensi makan maka jawaban

di kategorikan menjadi dua kategori berdasarkan skala Guttman yaitu :

a. Patuh, bila responden bisa menjawab benar dengan nilai 24 - 36

b. Tidak patuh, bila responden bisa menjawab benar dengan nilai 9 - 23

3.8.2. Hipertensi

Instrumen hipertensi, peneliti menggunakan lembar observasi dengan

menggunaakan alat tensimeter dan stetoscope dimana standar yang dibuat peneliti

berdasarkan klasifikasi hipertensi yakni :

a. Apabila tekanan darah systole < 120 dan diastole < 80 mmHg dikatakan normal

b. Apabila tekanan darah systole 120-139 mmHg dan diastole 80-89 mmHg

dikatakan prehipertensi

c. Apabila tekanan darah systole 140-159 mmHg dan diastole 90-99 mmHg

dikatakan stadium I

d. Apabila tekanan darah systole ≥ 160 mmHg dan diastole ≥ 100 mmHg

dikatakan stadium II

3.9. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.9.1. Uji validitas

Pelaksanaan uji coba instrumen dilakukan kepada 20 responden yang

memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik responden penelitian

(Notoatmodjo, 2013). Pelaksanaan uji coba kuesioner dilakukan pada pasien

penderita hipertensi yang ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan

Sei Lepan Kabupaten Langkat. Uji coba kuesioner bertujuan untuk mengetahui

ketepatan alat ukur yang digunakan, konsisten, dan pemahaman responden


36

terhadap pernyataan yang terdapat dalam kuesioner. Uji coba kuesioner pada

penelitian ini dilakukan dengan uji validitas dan uji keterbacaan sebagai berikut :

Hasil uji validitas nilai r > r tabel dimana nilai r table 0,333 dimana 35 – 2

= 33 dengan kententuan reliabilitas adalah :

a. Nilai r-alpha ≥ r-tabel dikatakan reliable

b. Nilai r-alpha < r-tabel dikatakan tidak reliable

Uji keterbacaan dilakukan kepada 20 responden yang memiliki karakteristik

yang sama dengan karakteristik dalam penelitian ini yakni penderita hipertensi yang

ada di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten

Langkat. Peneliti memberikan kepada responden untuk membaca kuesioner,

apabila responden tidak memahami responden diperbolehkan menganti atau

mengubah kalimat dari kuesioner yang ada sehingga responden memahami arti dari

pertanyaan.

3.9.2. Uji reliabilitas

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat menunjukan ketetapan dan dapat dipercaya dengan

menggunakan metode Cronbach,s Alpha, yaitu menganalisis alat ukur dari satu kali

pengukuran, dengan ketentuan jika nilai r-alpha = 10.784 > r-tabel 0.333 = maka

dinyatakan realibel, dimana kententuan reliabilitas adalah :

a. Nilai r-alpha ≥ r-tabel dikatakan reliable

b. Nilai r-alpha < r-tabel dikatakan tidak reliable

3.10. Pengolahan Data


37

Setelah data terkumpul melalui kuesioner, maka dilakukan pengolahan

data yang melalui tahapan sebagai berikut :

a. Seleksi data (Editing)

Dimana penulis akan melakukan penelitian terhadap data yang diperoleh dan

diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam penelitian.

b. Pemberian kode (Coding)

Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada

tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam scoring analisis terhadap data-data

yang ada.

c. Peberian Skor (Scoring)

Pada tahap ini peneliti menentukan sumlah skor dalam penelitian ini dengan

menggunakan skala yang terkait dengancara jumlah jawaban yang benar dibagi

jumlah soal dan dikalikan 100%

d. Pengelompokkan data (Tabulating)

Pada tahap ini jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan

teratur lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-

tabel.

3.11. Analisa Data

Analaisa data digunakan untuk mengetahui hubungan kepatuhan rendah

garam dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei

Lepan Kabupaten Langkat tahun 2018. Data penelitian yang diperoleh dari hasil

kuesioner berupa jawaban dari responden diubah menjadi data kuantitatif berupa
38

skor nilai, lalu data yang telah terkumpul tersebut dilakukan analisa, langkah-

langkah dalam analisa tersebut adalah:

a. Analisa Univariat adalah suatu tabel yang menggambarkan pengkajian data

secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk

distribusi frekuensi.

b. Analisa Bivariat adalah suatu tabel yang menggambarkan penyajian data dari

dua variabel secara silang dan untuk melihat hubungan antara kedua variabel

independen dan variabel dependen dengan menggunakan statistik chai-square.

Pada taraf kepercayaan 95% (p < 0,05), kemudian dilakukan pembahasan

dengan membandingkan teori dan hasil penelitian yang terdahulu (Hastono,

2012)

3.12. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka segi etika penelitian harus di perhatikan, yang meliputi:

1. Informed consent (Lembar persetujuan). Informed consent merupakan bentuk

persetujuan diantara peneliti dan responden penelitian dengan memberikan

lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan Informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan

penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati hak responden.


39

2. Annonimity (kerahasiaan nama). Masalah etika keperawatan merupakan

masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality (Kerahasiaan) Masalah ini merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Alimul, 2013).

BAB IV
HASIL PENELITIAN
40

Hasil pengumpulan data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan

kepada responden melalui penelitian dengan menggunakan data primer tentang

hubungan kepatuhan rendah garam dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat tahun 2018 yakni :

4.1. Analisa Univariat

4.1.1. Karkteristik Responden

Hasil yang diperoleh berdasarkan karakteristik masyarakat penderita

hipertensi, disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 4.1. Distribusi frekuensi karakteristik masyarakat tentang umur, jenis


kelamin, pendidikan, pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Desa
Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat tahun 2018

Karakteristik f %
Umur
1 < 40 tahun 1 1.9
2 41 - 50 tahun 20 37.7
3 > 50 tahun 32 60.4
Jenis Kelamin Anak
1 Laki-laki 36 67.9
2 Perempuan 17 32.1
Pendidikan
1 SD 1 1.9
2 SMP 15 28.3
3 SMU 19 35.8
4 Sarjana 18 34.0
Jumlah 53 100

Lanjutan Tabel 4.1

4
0
41

Karakteristik f %
Pekerjaan
1 Karyawan 12 22.6
2 Wiraswasta 16 30.2
3 PNS 25 47.2
Jumlah 53 100

Pada tabel 4.1 dapat dilihat berdasarkan karakteristik masyarakat

penderita hipertensi berdasarkan umur mayoritas umur > 50 tahun sebanyak 32

orang (60,4%) dan minoritas umur < 40 tahun sebanyak 1 orang (1,9%). Dilihat

dari jenis kelamin mayoritas laki-laki sebanyak 36 orang 67,9%) dan minoritas

perempuan sebanyak 17 orang (32,1%). Dilihat dari jenjang pendidikan mayoritas

SMU sebanyak 19 orang (35,8%) dan minoritas SD sebanyak 1 orang (1,9%).

Dilihat dari pekerjaan mayoritas PNS sebanyak 25 orang (47,2%) dan minoritas

karyawan sebanyak 12 orang (22,6%).

4.1.2. Kepatuhan Diet Rendah Garam


Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet Rendah Garam di wilayah
kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten
Langkat tahun 2018

Kepatuhan Diet Rendah Garam f %


1 Patuh 24 45.3
2 Tidak Patuh 29 54.7
Jumlah 53 100

Pada tabel 4.2 dapat dilihat berdasarkan kepatuhan diet rendah garam

mayoritas tidak patuh sebanyak 29 orang (54,7%) dan minoritas patuh sebanyak 24

orang (45,3%).

4.1.3. Hipertensi
42

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja


Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten
Langkat tahun 2018

Hipertensi f %
1 Normal 0 0
2 Prehipertensi 9 17.0
3 Stadium I 29 54.7
4 Stadium II 15 28.3
Jumlah 53 100

Pada tabel 4.3 dapat dilihat berdasarkan penderita hipertensi mayoritas

pada stadium I sebanyak 29 orang (54,7%) dan minoritas prehipertensi sebanyak 9

orang (17,0%).

4.2. Analiasa Bivariat

Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam Dengan Hipertensi di


Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan
Kabupaten Langkat tahun 2018

Berdasarkan hasil penelitian, maka hubungan kepatuhan diet rendah

garam dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei

Lepan Kabupaten Langkat sebagai berikut :

Tabel 4.4. Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam Dengan Hipertensi


di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan
Kabupaten Langkat tahun 2018
43

Kepatuhan Hipertensi Total df α Sig


Diet Rendah Prehiper Stadium I Stadium
tensi II
Garam
f % f % f % f %

1. Patuh 6 11,3 16 30,2 2 3,8 24 45,3


1 0,05 0,011
2. Tidak 3 5,7 13 24,5 13 24,5 29 54,7
Patuh
Jumlah 9 17,0 29 54,7 15 28,3 53 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa patuh terhadap diet rendah

garam sebanyak 24 orang dimana hipertensi mayoritas pada stadium I sebanyak 16

orang (30,2%) dan minoritas prehipertensi sebanyak 6 orang (11,3%). Sementara

tidak patuh terhadap diet rendah garam sebanyak 29 orang dimana hipertensi

mayoritas pada stadium I dan stadium II masing-masing sebanyak 13 orang (24,5%)

dan minoritas prehipertensi sebanyak 3 orang (5,7%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan taraf signifikan 0,05 menunjukan

bahwa ada hubungan kepatuhan diet rendah garam dengan hipertensi dimana nilai

p.value = 8,985 pada df = 1 dimana Sig < α (0,011 < 0,05). Jadi dalam penelitian

ini Ha diterima sementara H0 ditolak atau terdapat hubungan kepatuhan diet rendah

garam dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei

Lepan Kabupaten Langkat tahun 2018.

BAB V

PEMBAHASAN
44

5.1. Kepatuhan Diet Rendah Garam

Kepatuhan merupakan derajat dimana pasien mengikuti anjuran klinis

dari dokter yang mengobatinya. Kepatuhan berasal dari kata patuh yaitu suka

menurut perintah, taat kepada perintah/aturan dan disiplin yaitu ketaatan melakukan

sesuatu yang dianjurkan atau yang ditetapkan, kepatuhan secara sederhana sebagai

perluasan perilaku individu yang berhubungan dengan minum obat, mengikuti diet

dan merubah gaya hidup yang sesuai dengan petunjuk medis (Caplan, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kepatuhan diet rendah

garam terhadap masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei

Lepan Kabupaten Langkat mayoritas tidak patuh sebanyak 29 orang (54,7%) dan

minoritas patuh sebanyak 24 orang (45,3%). Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa sebagian besar responden tidak memiliki kepatuhan diet rendah garam yang

positif hal ini di tunjukkan bahwa sebagian besar responden mengatakan tidak

mengurangi makanan asin pada menu masakanya karena rasanya hambar kalu tidak

ada garam.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Herwati (2013) menjelaskan

bahwa tekanan darah yang tidak terkontrol persentasenya lebih tinggi pada

responden yang mempunyai pola diet yang kurang baik yaitu sebanyak 42 orang

dari 44 orang (95.5%) dibandingkan dengan responden yang mempunyai pola diet

baik yaitu sebanyak 22 orangd ari 34 orang (64.7%).

Menurut teori Kamran (2015) menyatakan bahwa diet merupakan salah

satu strategi non farmakologi yang efektif, tapi merubah dan mempertahankan
44
perilaku tidak mudah karena tanggung jawab besar dari kepatuhan diet tergantung

pada pasien dan perawatan diri adalah penting untuk mengontrol tekanan darah.
45

Bukti menunjukkan bahwa intervensi untuk mengubah perilaku untuk mengontrol

tekanan darah dianggap sebagai biaya investasi yang efektif dalam kesehatan

masyarakat. Kepatuhan diet adalah tindakan seumur hidup pada pasien hipertensi,

dan keinginan internal dan godaan berperan sebagai penghalang pada masalah ini.

Untuk itu dibutuhkan komitmen yang kuat untuk mempertahankan perilaku

kepatuhan diet dari individu.

Natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler. 35 – 40%

natrium ada didalam kerangka tubuh. Asupan natrium berlebih terutama dalam

bentuk natrium klorida dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh

yang menyebabkan adema dan hipertensi. Natrium yang tinggi juga dapat

mengecilkan diameter pembuluh darah arteri sehingga jantung memompa darah

lebih kuat. Selain pembatasan natrium yang terdapat dalam garam dapur, perlu

dibatasi natrium yang terdapat dalam soda kue, baking powder, natrium benzoat,

dan vetsin (Almatsier, 2012).

Peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko

antara lain meliputi umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, obesitas, dan kebiasaan

hidup seperti merokok dan minuman beralkohol. Bagi yang memiliki faktor resiko

ini seharusnya lebih waspada dan lebih dini dalam melakukan upaya-upaya

preventif, contohnya yang paling sederhana adalah rutin kontrol tekanan darah lebih

dari satu kali, serta berusaha menghindari faktor-faktor pencetus hipertensi

(Caplan, 2013).

Menurut asumsi peneliti bahwa kepatuhan terhadap perawatan merupakan

perilaku seseorang untuk menaati aturan dalam hal pengobatan yang meliputi

perlakuan khusus mengenai gaya hidup seperti diet dan kapan harus berkunjung

untuk melakukan kontrol tekanan darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa


46

sebahagian responden masih memiliki kepatuhan diet rendah garam yang positif.

Hal ini menunjukkan bahwa penderita hipertensi memiliki manajemen diri yang

positif, dimana dengan manajemen diri yang positif penderita hipertensi merasa

bahwa penyakit yang dialami oleh penderita tidak akan kambuh apabila mampu

untuk menjalani program pengobatan, disamping hal tersebut hal ini di dukung oleh

pengetahuan penderita hipertensi tentang diet yang positif.

5.2. Hipertensi

Hipertensi memerlukan penanganan yang baik oleh karena memiliki

tingkat mortalitas dan morbiditas yang cukup tinggi. Untuk mencegah timbulnya

komplikasi dan kematian akibat hipertensi maka perlu adanya pengendalian

hipertensi yang baik dengan cara menjaga kestabilan tekanan darah. Masalah

hipertensi dapat diatasi tetapi tidak dapat menyembuhkannya. Untuk itu, diperlukan

adanya kontrol yang rutin dan modifikasi gaya hidup. Salah satu gaya hidup

tersebut adalah diet sodium/diet rendah garam

Hasil penelitian diperoleh bahwa berdasarkan penderita hipertensi

mayoritas pada stadium I sebanyak 29 orang (54,7%) dan minoritas prehipertensi

sebanyak 9 orang (17,0%). Hasil penelitian ini didukung teori Sutanto (2015) yang

menyatakan bahwa dalam pelaksanaan diet rendah garam, sering ditemukan

kendala yaitu ketidakpatuhan pasien. Sekitar 20 % jumlah opname pasien hipertensi

di Rumah Sakit merupakan akibat ketidakpatuhan pasien terhadap pelaksanaan diet

rendah garam dan aturan pengobatan. Penyakit hipertensi menimbulkan kecacatan

permanen, kematian mendadak dan yang berakibat sangat fatal. Untuk

meningkatkan kualitas hidup agar tidak menimbulkan masalah di masyarakat perlu

upaya pencegahan dan penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan


47

kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat (Yundini,

2013).

Makanan yang dimakan secara langsung atau tidak langsung berpengaruh

terhadap kestabilan tekanan darah. Kandungan zat gizi seperti lemak dan sodium

memiliki kaitan yang erat dengan munculnya hipertensi. Pelaksaanaan diet yang

teratur dapat menormalkan hipertensi, yaitu dengan mengurangi makanan dengan

tinggi garam, makanan yang berlemak, mengonsumsi makanan yang tinggi serat

dan melakukan aktivitas olahraga (Indianto. 2012).

Menurut asumsi peneliti bahwa agar dapat mencapai keberhasilan dan

keberlanjutan perilaku pengelolaan hipertensi diperlukan upaya untuk memahami

penderita hipertensi tentang efektifitas pengaturan diet rendah garam. Pemahaman

tentang persepsi untuk melakukan kepatuhan diet rendah garam yang baik dapat

dilakukan melalui pendekatan aplikasi Health Promotion Model (HPM), yaitu suatu

model promosi kesehatan yang dikembangkan oleh Pender tahun 1996. Model ini

memiliki komponen yang terdapat dalam perilaku spesifik pengetahuan dan sikap,

terdiri atas persepsi terhadap manfaat tindakan, persepsi terhadap hambatan untuk

tindakan, kemampuan diri, sikap yang berhubungan dengan aktivitas yang

menentukan kepatuhan diet pada pasien hipertensi.

5.3. Hubungan Kepatuhan Rendah Garam dengan Kejadian Hipertensi

Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi karena jantung

memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap

detiknya dan arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, dan tidak

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
48

Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa melalui pembuluh yang sempit

dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah . adapun penyebab

lainnya seseorang mempunyai tekanan darah yang tinggi adalah faktor yang dapat

dikendalikan antara lain merokok, obesitas, kurang olah raga, kafein, pengguna

alkohol. Stress dan kelebihan garan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa patuh terhadap diet rendah

garam sebanyak 24 orang dimana hipertensi mayoritas pada stadium I sebanyak 16

orang (30,2%) dan minoritas prehipertensi sebanyak 6 orang (11,3%). Sementara

tidak patuh terhadap diet rendah garam sebanyak 29 orang dimana hipertensi

mayoritas pada stadium I dan stadium II masing-masing sebanyak 13 orang (24,5%)

dan minoritas prehipertensi sebanyak 3 orang (5,7%). Pasien yang tidak patuh

memberikan alasan bahwa makanan yang disajikan rumah sakit terasa hambar,

nafsu makan berkurang dan lebih tertarik mengkonsumsi makanan yang dibawa

oleh keluarga. Sedangkan pasien yang patuh mengikuti anjuran dari petugas gizi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Herwati (2013)

menunjukkan menurut terkontrolnya tekanan darah di Puskesmas Padang Pasir

Padang adalah sebagian besar (82.1%) responden tekanan darahnya tidak

terkontrol. Menurut pola diet lebih dari separuh (56.4%) responden mempunyai

pola diet kurang baik. Tidak terkontrolnya tekanan darah pada responden

disebabkan tidak melakukan pola diet rendah garam yang baik, kebanyakan dari

responden tidak bias menghindari kebiasaan mengkonsuinsi makanan yang

mengandung garam, karena mereka sudah terbiasa dengan makanan yang

mengandung garam. Berdasakan hasil uji statistik menunjukan bahwa nilai p.value

= 8,985 pada df = 1 dimana Sig < α (0,011 < 0,05). Jadi dalam penelitian ini Ha

diterima sementara H0 ditolak atau terdapat hubungan kepatuhan diet rendah garam
49

dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan

Kabupaten Langkat tahun 2018.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Herwati (2013) menjelaskan

bahwa melalui hasil uji statistik antara pola diet dengan terkontrolnya tekanan darah

pada penderita hipertensi diperoleh nilai p< 0,05 yang berarti terdapat hubungan

yang bermakna antara pola diet dengan terkontrolnya tekanan darah pada penderita

hipertensi di Puskesmas Padang Pasir.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang di jelaskan Departemen

Kesehatan RI. (2012) dimana penyakit hipertensi dapat di sebabkan karena tuntutan

hidup serta cepat berpengaruh terhadap pola makan.masyarakat saat ini lebih

memilih makanan siap saji yang umumnya rendah serat,tinggi lemak,tinggi gula

dan mengandung banyak garam.pola makan kurang sehat memicu penyakit

hipertensi,jantung,diabetes melitus dan obesitas, untuk mengubah sikap penderita

hipertensi menjadi sikap sehat adalah tahap terpenting dalam program kesehatan

dan sikap seseorang merupakan komponen sangat penting dalam perilaku

kesehatan. Untuk itu diperlukan sikap yang baik dengan cara-cara berperilaku hidup

yang sehat dengan merubah perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan nilai-

nilai kesehatan atau perilaku negatif ke perilaku positif (Notoatmojo,2013).

Perilaku yang perlu diubah misalnya pembatasan asupan natrium (komponen utama

garam) karena terbukti tidak baik untuk kesehatan penderita hipertensi (Sutanto,

2015). Masalah yang lain dalam mengontrol hipertensi adalah kemampuan pasien

untuk patuh terhadap instruksi kesehatan. Dari data WHO bahwa 60 % dari

penderita hipertensi yang benar-benar mengikuti petunjuk tenaga kesehatan dan

sangat sedikit pasien yang bisa diterapi secara efektif. Syarat untuk menumbuhkan

kepatuhan adalah mengembangkan kemauan kepatuhan.


50

Diet rendah garam merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan

tekanan darah dalam batas normal, membantu dalam menangani masalah hipertensi

dan meminimalkan dosis obat yang dibutuhkan (Effendy, & Rosyid, 2011). Seperti

penelitian yang dilakukan Delima (2015), yang menyatakan bahwa terdapat

hubungan asupan natrium dengan tekanan darah. Jika asupan kurang dari 3 gram

sehari maka prevalensi hipertensi persentasenya rendah, tetapi jika asupan garam

5-15 gram perhari, akan meningkatkan prevalensinya 15-20 %

Menurut asumsi peneliti bahwa pola diet yang kurang baik pada penderita

hipertensi disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh penderita

hipertensi tentang pola diet hipertensi. Pola diet yang kurang baik, menyebabkan

tekanan darah tidak akan terkontrol. Disararnkan melalui perawat dan petugas gizi

puskesmas untuk melaksanakan konseling diet, penyuluhan tentang diet

hipertensi,olahraga. Olahraga secara teraturjuga dianjurkanuntuk penderita

hipertensi karena olahraga terbukti dapat merombak lemak yang berbahaya.

Olahraga juga dapat menghindari terjadinya penimbunan lemak di dinding

pembuluh darah. Apabila penderita hipertensi jarang melakukan olahraga maka

penimbunanlemak di dindingpembuluhdarahtidak dapat dihindari, akibatnya terjadi

peningkatan tekanan darah.

Selain faktor diet rendah garam yang tidak terkontrol masih ada faktor lain

yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi yakni jenis kelamin, konsumsi

lemak, konsumsi buah dan sayur, konsumsi air, olah raga, merokok, stress serta

obesitas. Untuk itu dari keterbatasan penelitian ini maka kiranya penderita

hipertensi memahami dan melakukan pencegahan terhadap paktor penyebab

hipertensi lainnya sehingga penyakit hipertensi yang diderita tetap terkontrol


51

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada tentang kepatuhan

diet rendah garam dengan hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lama
52

Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat tahun 2018 maka dapat dilihat

kesimpulan sebagai berikut :

Berdasarkan kepatuhan diet rendah garam mayoritas tidak patuh sebanyak

29 orang (54,7%) dan minoritas patuh sebanyak 24 orang (45,3%). Sementara

berdasarkan penderita hipertensi mayoritas pada stadium I sebanyak 29 orang

(54,7%) dan minoritas prehipertensi sebanyak 9 orang (17,0%). Hasil uji

menunjukan bahwa nilai p.value = 8,985 pada df = 1 dimana Sig < α (0,011 <

0,05). Jadi dalam penelitian ini Ha diterima sementara H0 ditolak atau terdapat

hubungan kepatuhan diet rendah garam dengan hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat tahun 2018. Hal

ini diakibatkan karena natrium yang tinggi juga dapat mengecilkan diameter

pembuluh darah arteri sehingga jantung memompa darah lebih kuat.

6.2. Saran

6.2.1. Bagi Dinas Kesehatan

Diharapkan dengan penelitian ini lebih digalakan program penyuluhan

kesehatan melalui penarapan program di pukesmas agar masyarakat khususnya

pasien dengan gejala hipertensi atau yang sudah menderita hipertensi dapat

mematuhi diet rendah garam untuk menjaga kestabilan tekanan darah.

6.2.2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan


52
Diharapkan kepada petugas puskesmas memberikan penyuluhan untuk

lebih meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi didalam menerapkan diet rendah

garam karena ketidak patuhan dapat meningkatkan resiko berkembangnya masalah

kesehatan serta menambah resiko yang bias diderita pasien akibat peningkatan

tekanan darah. Peningkatan kepatuhan dapat dilakukan dengan cara mengingatkan


53

pasien pada setiap berkunjung ke puskesmas tentang diet rendah garam dan terapi

hipertensi lainnya serta tidak hanya melibatkan pasien itu sendiri tetapi juga bisa

melibatkan keluarga pasien.

6.2.3. Bagi Penderita Hipertensi

Diharapkan kepada pasein hipertensi untuk lebih meningkatkan

kepatuhan di dalam melaksanakan diet rendah garam, Jika pasien hipertensi tidak

patuh dalam pelaksanaan diet rendah garam dapat menimbulkan masalah pada

pasien hipertensi seperti peningkatan tekanan darah sampai terjadinya oedema.

Akan tetapi panatalaksanaan hipertensi ini dengan cara diet ini hendaknya tidak

dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap

pada pengobatan farmakologis.

6.2.4. Peneliti Selanjutnya

Saran bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan waktu

penelitian yang lebih lama, sehingga dalam pengumpulan data, jumlah data yang

diperoleh mendapatkan hasil yang lengkap dan lebih sempurna, serta menggunakan

metode dan rancangan yang lebih kuat dengan pendekatan yang longitudinal

sehingga dapat menunjukkan hubungan sebab akibat dari variabel dependen dan

independen serta melakukan verifikasi secara objektif mengenai kepatuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, 2012. Penuntun Diet. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Amir, 2012. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi Asam Urat, Jantung. Koroner.
Jakarta : PT. Intisari Media Utama

Bandura, A. 2011. Self efficacy and health. In N. J. Smelzer & P. B. Baltes (Eds).
International encyclopedia of the social and behavioral sciences, Vol. 20
54

Bakris G.L. 2013. Hypertension. A Companion To Brauunwald,s Heart Disease.


Philadelphia.
Caplan NM., 2013. Clinical Hypertension, 8 Ed.Lippincott: williamas dan Wilkins
Dananda, 2016. Upaya Pencegahan Hipertensi . Jurnal Fakultas Kedokteran,
Universitas Lampung Majority ,Volume 5, Nomor 3 .

Delima, 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Rendah


Garam Dan Dan Keteraturan Kontrol Tekanan Darah Pada Penderita
Hipertensi di Poli Klinik RSUD Tugurejo Semarang. Jurnal Fakultas
Keperawatan STIKes Telogero Semarang

Departemen Kesehatan RI. 2013. Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi,


Jakarta

Departemen Kesehatan RI. 2012. Pedoman Tehnik Penemuan Dan Tatalaksana


Penyakit Hipertensi. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.
Jakarta : Ditjen PP dan PL.

Dinas Kesehatan Provinsi SUMUT, 2016, Profil Dinas Kesehatan Seumatera


Utara. 2016.

Effendy, N & Rosyid, FN 2011,‘Hubungan kepatuhan diet rendah garam dan


terjadinya kekambuhan pada pasien hipertensi di wilayah puskesmas
pasongsongan kabupaten sumenep madura’, jurnal ilmu kesehatan
masyarakat universitas muhamadiyah Surabaya, ISSN 2087-8672, hal. 1

Fifteenth, 2014. ICSI’s Hypertension Diagnosis and Treatment Health Care


Guideline incorporates a revision of our previous diagnosis content.
www.icsi.org

Giles. G, 2015. Health Education Creating Strategies for School and Community
Health, Jones and Bartlett Publishers, LLC

Herwati 2011. Terkontrolnya tekanan darah penderita hipertensi berdasarkan pola


diet dankebiasaanolah raga dipadang tahun 2011. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, September 2013 - Maret 2014, Vol. 8, No. 1

Ian A.P. & Munafo Marcus, 2011, Psikologi Kesehatan, Panduan Lengkap dan
Komprehensif bagi studi Psikologi Kesehatan, Yogyakarta, PT PallMall

Indianto. 2012. Faktor Resiko Hipertensi yang Dapat Dikontrol.


ttp://www.indianto.or.id/detail.php?faktor-resiko-hipertensi-yang-dapat-
dikontrol?id=299. Diakses Tanggal 2 September 2017
55

Indrawati, L, Werdhasari, A, Yudi, A 2009, ‘Hubungan pola kebiasaan konsumsi


makanan masyarakat miskin dengan kejadian hipertensi di Indonesia’,
Media Peneliti dan Pengembangan Kesehatan. vol.XIX no.4 Tahun 2009.

Isnain, A. L. 2014. Hubungan pengetahuan pasien dan dukungan keluarga dengan


motivasi pelaksanaan diet rendah garam pada pasien hipertensi di RSUD
dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Jurnal. Fakultas ilmu kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kamran. A, Sherkarchi. A, Sharirad, G. 2015. The Relationship between blood


pressure and the structures of pender’s health promotion model in rural
hypertension patients. Journal Educ health Promot v.4.

Kemenkes RI, 2015. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Repoblik
Indonesia tentang Hipertensi. Jakarta

Kozier. Erb, Berman. Snyder. 2012. Buku Ajar Fondamental Keperawatan :


Konsep, Proses & Praktik,Volume : 1, Edisi : 7, EGC : Jakarta

Mamoto, F, Kandou, GC, Pijoh, VD 2012, ‘Hubungan antara asupan natrium dan
obesitas dengan kejadian hipertensi pada pasien poliklinik umum di
puskesmas Tumaratas kecamatan Langowan Kabupaten Minahasa, hlm.1-
6.

Maria, G, Puspita, RT, Sulistyowati, Y 2012, ‘Hubungan asupan natrium dan


kalium dengan tekanan darah pada pasien hipertensi di unit Rawat jalan
di rumah sakit guido valadares dili timor leste’, hlm.1-15.

Matthew, 2015. Prevention of stroke by antihypertensive drug treatment in older


persons with isolated systolic hypertension. Final results of the Sistolic
Hypertension in the Elderly Program (SHEP). JAMA

NICE, 2011. National Institute for Health and Clinical Excellence Level 1A, City
Tower, Piccadilly Plaza, ManchesterAll rights reserved. Last modified

Nail, Niven. 2016.. Psikologi kesehatan : pengantar untuk perawat dan profesi
kesehatan lain. Edisi 2. Editor Monica Ester . Jakarta : EGC

Notoatmodjo, S. 2013. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Novian, A. 2013. Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas. KEMAS 9 (1) (2013)
100-105

Puspita, 2012. Sikap terhadap kepatuhan diit hipertensi dengan tekanan darah pada
penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Doro II Kabupaten
Pekalongan . Jurnal Keperawatan Vol. 5 No. 1 Maret 2012 : 1 – 13
56

Smet, B. 2014. Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Sutanto. 2015. Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan
Diabetes. Yogyakarta: C.V Andi Offset

Sustrani, 2015. http://helpingpeopleideas.com/publichealth/diet-untuk-hypertensi/


. diAkses Pada Tanggal 19 September 2017

Vitahealth, 2016. Hipertensi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Yazid, N, 2016. Kepatuhan diet rendah garam pada penderita hipertensi di Desa
Gayaman Kecamatan Mojoanyar Kab. Mojokerto

Yetti. A 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Rohima. Press

Yundini, 2013. Faktor Risiko Hipertensi. Jakarta: Warta Pengendalian Penyakit


Tidak Menular

WHO 2012, World Health Day 2013 : Measure your blood pressure, reduce your
risk, diakses tanggal 2 September 2017.
<http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2017/world_health_day
_2017/0209/en

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KEPATUHAN RENDAH GARAM DENGAN HIPERTENSI


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA LAMA KECAMATAN SEI
LEPAN KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2018

Petunjuk Pengisian
1. Isikan jawaban yang menurut anda benar.
2. Berikan jawaban anda atas setiap pernyataan/pertanyaan yang ada dengan
memberi tanda silang ( X ) pada pilihan jawaban yang telah disediakan.
57

3. Partisipasi anda sangat diperlukan untuk mendukung kelancaran penelitian


ini.
A. Karakteristik Responden
1. No. responden : ............
2. Umur responden : ............tahun
3. Jenis Kelamin :
a. Laki-laki
b. Perempuan
4. Pendidikan terakhir
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. Sarjana
5. Pekerjaan
a. Karyawan
b. Wiraswasta
c. PNS

B. Pernyataan Kepatuhan Diet Rendah Garam


Berilah tanda ceklis (  ) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan
pendapat anda dengan memilih benar atau salah.

No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Jarang Tidak


kadang sekali pernah
1 Apakah Bapak/Ibu merasa
puas untuk mengurangi
jumlah garam di makann
saat dirumah?
58

2 Apakah Bapak/Ibu bisa


memasak dengan sedikit
garam saat dirumah?
3 Apakah Bapak/Ibu saat
dirumah setiap kali merasa
bahwa makanan asin tidak
akan memakannya?
4 Apakah Bapak/Ibu lebih
suka makan makanan yang
dimasak di rumah daripada
makanan siap saji di
warung?
5 Apakah Bapak/Ibu terlebih
dahulu mencicipi makanan
sebelum dimakan?
6 Apakah Bapak/Ibu
menghindari untuk
menambahkan bumbu
garam yang lebih ke
makanan anda?
7 Apakah Bapak/Ibu setiap
orang lain makan makanan
yang asin masih bisa
mengontrol diri tidak
memakan yang asin
8 Apakah Bapak/Ibu bisa
mengontrol diri untuk
makan makanan rendah
garam di segala situasi?
9 Apkah babap/Ibu bias
makan dengan sedikit
garam
10 Apakah Bapak/Ibu makan
makanan rendah garam
setiap hari?

LEMBAR OBSERVASI
C. Tekanan Darah
Lembaran observasi untuk menentikan hiperternsi berdasarkan klasifikasi

hipertensi menurut Fifteenth, (2014) yaitu :


59

No Kategori Sistole (mmHg) Diastole

(mmHg)

1 Normal < 120 mmHg < 80 mmHg

2 Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg

3 Stadium I Hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmHg

4 Stadium II Hipertensi ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg

Вам также может понравиться