Вы находитесь на странице: 1из 43

BUKU PUTIH SANITASI (BPS)

Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

INDIKASI PERMASALAHAN
DAN POSISI PENGELOLAAN SANITASI

5.1 AREA BERESIKO SANITASI


Penilaian, penetapan dan pemetaan area berisiko dengan menggunakan data EHRA 2012. Data dari
studi EHRA ini memperlihatkan kondisi sanitasi dan air bersih, dan perilaku-perilaku terkait higienitas
dan sanitasi yang memiliki resiko pada kesehatan masyarakat. Proses penilaian terhadap data EHRA,
kemudian dilanjutkan dengan menggabungkan hasil analisis data sekunder dan persepsi SKPD yang
tergabung dalam pokja Kabupaten Lombok Tengah untuk menetapkan area berisiko. Anggota pokja
(kelompok kerja) memberikan persepsi atau pandangan terhadap area-area yang berpotensi terkena
risiko kesehatan masyarakat berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi
yang dimiliki setiap individu. Hasil analisis kemudian dicheck dengan melakukan observasi di
lapangan.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 1


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Langkah-Langkah Pelaksanaan Penentuan Area Beresiko

Penentuan Awal Kesepakatan Indikator, data sekunder, dan SKPD


Area Beresiko
Entri dan Analisa Data Sekunder dalam Instrumen

Analisa Resiko Berdasarkan Persepsi SKPD


Nilai Pelaksanaan
Studi EHRA

Penentuan Area Entri Indeks Resiko


Berisiko Sanitasi
Penentuan Hasil Akhir Analisis

Verifikasi

Lapangan

Penetapan Area
beresiko

Penyusunan

Bab 5 BPS

Gambar 5.1. Langkah-Langkah Pelaksanaan Penentuan Area Beresiko

Tahap berikutnya adalah penilaian, penetapan dan pemetaan area berisiko dengan menggunakan data
EHRA 2012. Data dari studi EHRA ini memperlihatkan kondisi sanitasi dan air bersih, dan perilaku-
perilaku terkait higienitas dan sanitasi yang memiliki resiko pada kesehatan masyarakat. Proses
penilaian terhadap data EHRA, kemudian dilanjutkan dengan menggabungkan hasil analisis data
sekunder dan persepsi SKPD yang tergabung dalam pokja Kabupaten Lombok Tengah untuk
menetapkan area berisiko. Anggota pokja (kelompok kerja) memberikan persepsi atau pandangan
terhadap area-area yang berpotensi terkena risiko kesehatan masyarakat berdasarkan pengamatan,
pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki setiap individu. Hasil analisis kemudian
dicheck dengan melakukan observasi di lapangan. Dari hasil analisis dan gabungan dari data tersebut
didapat hasil dari 139 desa hasil dari persepsi SKPD, data sekunder, berdasarkan studi EHRA di
Kabupaten Lombok Tengah, terlihat bahwa di Kecamatan Batukliang Utara di Desa Aik Berik, Desa
Puyung, Kelurahan Praya, Kelurahan Tiwugalih, Kelurahan Semayan, dan Desa Penujak merupakan
Desa yang mempunyai resiko sanitasi tinggi sedangkan untuk Desa Barabali, Desa Peresak, Desa
Mantang, Desa Aik Darek dan lainnya (terlampir) adalah desa yang mempunyai resiko sanitasi.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 2


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 3


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 4


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Dari 21 desa dan 5 kelurahan yang masuk kategori berisiko tinggi, persoalan utama yang
menjadi penyebabnya hampir sama. Permasalahan utama yang ditemukan yakni belum teraturnya
pengelolaan, pembatasan, pemanfaatan, dan tersedianya infrastruktur penunjang persampahan
sampah rumah tangga. Masyarakat membuang sampah rumah tangga di halaman, kebun, drainase
dan sungai karena belum meratanya pengambilan sampah oleh petugas dan belum adanya regulasi
tentang pengelolaan persampahan (pembuangan, pemilihan dan pengolahan) baik dari pihak
pemerintah maupun peraturan dari wilayah desa setempat (awik-awik). Masih kurang baiknya
pengelolaan persampahan juga disebabkan karena masih kurangya sarana prasarana (infrastruktur)
tempat pembuangan sampah dan masih lemahnya tingkat kesadaran masyarakat. Hal ini berimplikasi
pada masih adanya perilaku masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 5


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Buangan limbah cair baik dari rumah tangga maupun home industry seperti usaha tahu
tempe, pengerajin genteng, potong ayam dan sebagainya maupun limbah cair domestik merupakan
permasalahan yang juga ditemukan diwilayah area beresiko tinggi seperti di Kelurahan Semayan,
Tiwu Galih, Praya dan Desa Puyung. Sedangkan untuk limbah padat terdapat di RSUD Praya, RSUD
Yatofa, yang belum dikelola secara optimal. Disamping itu, di Kota Praya, pengelolaan persampahan
hanya menjadi prioritas kedua. Persoalan limbah di area beresiko tinggi disebabkan juga oleh belum
adanya system pembuangan limbah yang baik (belum menggunakan saluran pembuangan air limbah
yang baik), kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengeolaan air limbah, belum adanya regulasi
yang jelas dari pihak pemerintah mengenai mekanisme pengelolaan limbah berimplikasi pada masih
buruknya perilaku masyarakat dalam hal pengelolaan limbah.
Pada subsektor drainase permasalahannya adalah belum ada lembaga yang secara khusus
menangani persoalan drainase. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menangani drainase adalah
dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya sehingga efektivitas penanganannya masih minim.
Persoalan lainnya yaitu dokumen-dokumen perencanaan yang menjadi pijakan dalam pengelolaan
drainase belum tersedia. Disisi lain partisipasi masyarakat dan pihak swasta belum digerakkan secara
optimal sehingga berakibat pada rendahnya tingkat kesadaran masyarkat dalam pengelolaan drainase
khususnya dan sanitasi pada umumnya.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 6


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Peta 5.1. Area Kawasan Beresiko Sanitasi Kabupaten Lombok Tengah

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 7


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PETA SUDAH ADA DI FILE AUTOCAD

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 8


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PETA SUDAH ADA DI FILE AUTOCAD

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 9


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PETA SUDAH ADA DI FILE AUTOCAD

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 10


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PETA SUDAH ADA DI FILE AUTOCAD

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 11


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PETA SUDAH ADA DI FILE AUTOCAD

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 12


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PETA SUDAH ADA DI FILE AUTOCAD


PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 13
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PETA SUDAH ADA DI FILE AUTOCAD

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 14


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PETA SUDAH ADA DI FILE AUTOCAD

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 15


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PETA SUDAH ADA DI FILE AUTOCAD


PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 16
BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 17


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

PETA SUDAH ADA DI FILE AUTOCAD

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 18


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Keterangan Gambar :

Tabel 5.1. Area Beresiko Sanitasi Dan Penyebab Utamanya

Area Wilayah Prioritas


No Penyebab Utama Resiko
Beresiko Kecamatan Desa/Kelurahan
1 Resiko 4 Batukliang Peresak PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Batukliang Utara Aik Berik PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Jonggat Sukarara PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Puyung PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Gemel PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Nyerot PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Bunkate PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Kopang Muncan PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Montong Gamang PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Praya Leneng PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Praya PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Prapean PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Tiwu Galih PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Semayan PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Praya Barat Batujai PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Penujak PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Kateng PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Praya Barat Daya Kabul PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 19


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

tangga
pelambik PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Praya Timur Bilelando PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Mujur PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Pujut Sengkol PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Tanak Awu PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Pringgarata Bagu PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Pringgarata PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Sepakek PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
2 Resiko 3
Batukliang Barabali PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Mantang PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,
Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Aik Darek PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Batukliang Utara Mas-Mas PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Karang Sidemen PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Janapria Langko PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Durian PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Pendem PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Sabe PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Jonggat Labulia PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Batu Tulis PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Jelantik PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Prina PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Pengenjek PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Kopang Darmaji PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Kopang Rembiga PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 20


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Praya Panji Sari PHBS, BABS, Air limbah, Drainase,


Genangan Air, dan Kepadatan Penduduk
Gonjak PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Jago PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Aik Mual PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Montong Terep PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Praya Barat Selong Belanak PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Praya Barat Daya Ungga PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Darek PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Montong Ajan PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Praya Tengah Jontlak PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Sasake PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Lajut PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Batunyale PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Pejanggik PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Kelebuh PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Pengadang PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Praymeke PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Praya Timur Kidang PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Semoyang PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Ganti PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Beleka PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Sengkerang PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Sukaraja PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Pujut Tumpak PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Kute PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 21


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Rembitan PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah


tangga
Truwai PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Kawo PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Segale Anyar PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Pengembur PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Ketara PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Bangket Parak PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Pringgarata Bilebante PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga
Pemepek PHBS, BABS, Sampah dan limbah rumah
tangga

Berdasarkan hasil study Environemnt Health Risk Area (EHRA), persepsi SKPD dan analisa
data sekunder yang dilakukan oleh tim Kelompok Kerja (Pokja) PPSP Kabupaten Lombok Tengah
tahun 2012, maka dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat beberpa wilayah yang termasuk
ke dalam wilayah area beresiko sanitasi yaitu di Kecamatan Batukliang, wilayah area beresiko sanitasi
terdapat di desa Peresak. Wilayah beresiko sanitasi di Kecamatan Batukliang Utara yaitu desa Aik
Berik. Di Kecamatan Jonggat yaitu Desa Sukarara, Puyung, Gemel, Bunkate dan Nyerot. Wilayah area
beresiko sanitasi yang terdapat di wilayah Kecamatan Kopang yaitu Desa Muncan dan Kopang
Rembiga. Di Kecamatan Praya terdapat lima kelurahan yang termasuk ke dalam wilayah area beresiko
sanitasi yaitu kelurahan Leneng, Praya, Prapen, Tiwu Galih dan Semayan. Di kecamatan Praya Barat
terdapat tiga desa yang termasuk ke dalam wilayah area beresiko sanitasi yaitu Desa Kateng, Penujak
dan Batujai. Sedangkan di Kecamatan Praya Barat Daya yaitu Desa Kabul dan Pelambik. Di wilayah
Kecamatan Praya Tengah tidak terdapat wilayah area beresiko sanitasi. Area beresiko sanitasi di
Kecamatan Praya Timur yaitu Desa Bilelando dan Desa Mujur. Di Kecamatan Pujut, Desa Segale
Anyar dan Tanak Awu merupakan desa yang termasuk ke dalam wilayah beresiko sanitasi. Di
Kecamatan Pringgarata terdapat tiga desa yang termasuk ke dalam wilayah beresiko sanitasi yaitu
Desa Bagu, Pringgarata dan Sepakek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wilayah area
beresiko sanitasi berada di 10 kecamatan dari 12 kecamatan yang ada. Kecamatan Janapria dan
Praya Tengah tidak memiliki area beresiko sanitasi. Sedangkan jumlah kelurahan yang termasuk ke
dalam area beresiko sanitasi sebanyak 5 kelurahan dari 12 keluarahan yang ada. Desa yang termasuk
ke dalam area beresiko sanitasi sebanyak 21 desa dari 127 desa yang ada di Kabupaten Lombok
Tengah.
Secara umum faktor penyebab persoalan sanitasi di wilayah area beresiko sanitasi di
beberapa desa/kelurahan di Kabupaten Lombok Tengah dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Persoalan sanitasi yang meliputi pengelolaan persampahan, drainase, air limbah dan
perilaku hidup bersih dan sehat disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran masyarakat
dalam hal sanitasi yang berimplikasi pada masih buruknya perilaku masyarakat terkait
sanitasi seperti membuang sampah di sembarang tempat, membuang air limbah di tempat
terbuka, membuang air besar secara sembarangan serta masih banyak masyarakat yang
belum mempraktekan cuci tangan pakai sabun (CTPS).
2. Persoalan kedua yang memperburuk sanitasi yaitu kurang tersedianya sarana prasarana
sanitasi di masyarakat, seperti ketersediaan jamban keluarga (WC/toilet), Instalasi
Pembuangan Air Limbah (IPAL) rumah tangga, tempat membuang sampah, saluran

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 22


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

drainase, dan bahkan akses terhadap sumber air bersih. Kondisi ini menyebabkan
masyarakat mengalami kendala (kesulitan) dalam mengaplikasikan konsep Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) secara komprehensif.
3. Persoalan ketiga yaitu masih banyak industri, baik industri rumah tangga maupun insudtri
dalam skala besar serta fasilitas publik lainnya seperti RSUD dan Puskesmas yang
belum memiliki Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL). Hal ini berimpilikasi pada
tercemarnya lingkungan tempat tinggal masyarakat oleh limbah cair maupun padat yang
dihasilkan oleh pusat kegiatan industri dan fasilitas publik tersebut.
4. Persoalan keempat yang memperburuk kondisi sanitasi di Kabupaten Lombok Tengah
yaitu kurangnya promosi dan sosialisasi mengenai sanitasi kepada masyarakat. Di
Kabupaten Lombok Tengah, belum ada media yang fokus membahas mengenai
persoalan sanitasi. Akibat dari hal ini yaitu rendahnya pengetahuan, wawasan dan
kepedulian masyarakat terhadap sanitasi.
5. Persoalan kelima yaitu masih belum adanya regulasi yang secara khusus mengatur
mengenai persoalan sanitasi (pengelolaan persampahan, drainase, air limbah dan PHBS).
Hal ini berimplikasi pada belum adanya sanksi maupun kewajiban bagi semua pemangku
kepentingan dalam menangani persoalan sanitasi.
6. Persoalan keenam yaitu masih rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang
menjadi aparatur (petugas) yang bertanggung jawab terhadap persoalan sanitasi;
7. Persoalan ketujuh yaitu masih adanya persoalan gender. Dalam konteks ini partisipasi
kelompok pria dalam persoalan sanitasi (terutama di tataran rumah tangga) masih sangat
rendah.
8. Persoalan kedelapan terkait sanitasi yaitu belum optimalnya peran lembaga pemerintah
yang menangani persoalan sanitasi. Di samping itu keterlibatan pihak swasta juga masih
sangat terbatas dalam kaitannya dengan sanitasi. Hal ini berimplikasi pada rendahnya
dukungan anggaran, program dan kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas
sanitasi di Kabupaten Lombok Tengah.
9. Persoalan kesembilan yaitu monitoring dan evaluasi secara terintegrasi yang melibatkan
peran serta SKPD serta stakeholoder terkait lainnya dalam persoalan sanitasi masih
belum berjalan secara optimal. Koordinasi, konsolidasi serta integrasi program kegiatan
antar dinas/instansi serta stakeholder terkait lainnya dalam penanganan sanitasi juga
masih perlu ditingkatkan.

5.2. POSISI PENGELOLAAN SANITASI SAAT INI


Berdasarkan hasil studi EHRA maupun hasil kajian data sekunder kondisi sanitasi di Kabupaten
Lombok Tengah masih kurang baik. Terdapat enam desa/kelurahan yang termasuk di dalam area
beresiko sanitasi yaitu kelurahan praya, semayan, tiwugalih, desa puyung dan aik berik. Buruknya
kondisi sanitasi ini disebabkan oleh banyak faktor antara lain kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat tentang sanitasi, belum adanya regulasi yang jelas dari pihak pemerintah dalam
pengelolaan sanitasi, kurangnya sarana prasaran (infrastruktur) dalam pengelolaan sanitasi, belum
optimalnya peran serta sektor swasta dalam sanitasi dan masih rendahnya partisipasi masyarakat
dalam perencanaan program sanitasi.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 23


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Gambar 5.1. Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini Kabupaten Lombok Tengah

SANITASI
(0.78)-(-0.84)

Mengacu kepada strategi analisis SWOT diatas maka posisi pelaksanaan sanitasi saat ini berada
pada kuadran (0.78) – (-0.84) yang berarti bahwa Kabupaten Lombok Tengah berada pada kuadran
Diversifikasi Terpusat, pada kuadran ini faktor internal kuat dan kondisi lingkungan kurang
mendukung.

5.2.1. SUB SEKTOR PHBS DAN PROMOSI HYGIENE


5.2.1.1. Diagram Posisi Pelaksanaan PHBS dan Promosi Hygiene menurut Analisis SWOT

Gambar 5.1. Posisi Pengelolaan Sanitasi Saat Ini Sub Sektor PHBS

PHBS
(1.45)-(0.76)

Mengacu kepada strategi analisis SWOT diatas maka posisi pelaksanaan promosy hygenes berada
pada kuadran (1.45– 0.76) yang berarti bahwa Kabupaten Lombok Tengah berada pada kuadran
pertumbuhan Cepat, pada kuadran ini faktor internal lebih kuat bila dibandingkan dengan faktor
eksternal.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 24


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

5.2.1.2. Strategi Sub Sektor PHBS dan Promusi Hygiene


Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi aspek higiene berada diantara kuadran (1.45– 0.76)
pada posisi pertumbuhan cepat, dalam posisi ini faktor internal lebih kuat dibandingkan dengan
faktor eksternal. Berdasarkan hal tersebut di atas maka ada beberapa strategi yang dapat
dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran aspek
PHBS dan promosi hygiene. Adapun startegi-strategi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan Rencana Kerja Strategis Terpadu Program PHBS
Penyusunan rencana kerja strategis terpadu program PHBS dimaksudkan untuk meningkatkan
komitmen dan dukungan anggaran untuk program kegiatan yang terkait dengan program PHBS.
Di samping itu, renstra terpadu ini akan dapat dijadikan sebagai acuan (pedoman) dalam
penyusunan perencanaan maupun implementasi program kegiatan terkait PHBS. Hal ini pada
ahirnya diharapkan akan dapat mewujudkan konsep “Paradigma Sehat”, yang berarti bahwa
semua perencanaan program kegiatan yang dilakukan oleh SKPD maupun stakeholder terkait
lainnya akan selalu berorientasi pada pencapaian peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.
b. Advokasi Anggaran Ke Pihak Ekskutif Dan Legislatif Terkait Program PHBS
Peran eksekutif dan legislatif dalam persoalan anggaran sangat penting. Hal ini disebabkan
karena kedua sektor ini merupakan pihak yang sangat berperan dalam pembuatan kebijakan
dan pengambilan keputusan dalam perencanaan program kegiatan di tingkat pemerintah
daerah. Oleh karena itu maka, kegiatan advokasi ke pihak eksekutif dan legislatif menjadi hal
yang mutlak harus dilakukan. Pelaksanaan kegiatan ini akan mampu meningkatkan
pengetahuan, wawasan dan kepedulian mereka terkait program PHBS, sehingga nantinya
mereka akan dapat memberikan dukungan secara optimal (terutama dukungan anggaran)
terhadap program kegiatan PHBS di Kabupaten Lombok Tengah.
c. Sosialisasi dan Promosi Program PHBS Secara Regular
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu persoalan mendasar terkait PHBS adalah persoalan
kesadaran masyarakat yang disebabkan karena kurangya pengetahuan masyarakat terkait
PHBS. Perilaku masyarakat masih banyak yang belum mencerminkan perilaku yang baik
(bersih dan sehat) terkait PHBS. Oleh karena itu maka peningkatan kualitas kesadaran
masyarakat menjadi salah satu persoalan krusial yang harus dilakukan. Promosi dan sosialisasi
mengenai PHBS yang dilaksanakan secara berkelanjutan mulai dari tingkat Kabupaten sampai
ke tingkat desa/kelurahan akan dapat meningkatkan pengetahuan, wawasan dan kepedulian
masyarakat terhadap PHBS. Dengan demikian diharapkan kesadaran masyarakat akan dapat
meningkat dan perilaku mereka terkait PHBS akan dapat menjadi lebih baik.
d. Survey PHBS Secara Berkala Di Tatanan Rumah Tangga Dan Tatanan Sekolah
Perencanaan yang baik akan selalu berpedoman pada adanya data-data yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. Ketersediaan data akan sangat menentukan terhadap kualitas
perencanaan dan pencapaian pelaksanaan program kegiatan terkait PHBS. Oleh karena itu
maka untuk dapat meningkatkan kualitas ketersediaan data terkait PHBS maka perlu dilakukan
survey secara berkala, terutama di tataran rumah tangga dan sekolah, mengingat di aktifitas
masyarakat sebagian besar berada di kedua tataran tersebut. Survey ini dapat dilakukan secara
terintegrasi dengan melibatkan peran serta (partisipasi) seluruh sektor yang terkait, sehingga
kualitas data yang dihasilkan akan dapat memiliki validitas dan reliabilitas yang baik (dapat
dipertanggungjawabkan).
e. Penyusunan Regulasi Terkait PHBS
Regulasi merupakan salah satu landasan utama dalam perencanaan maupun implementasi
program kegiatan. Oleh karena itu maka untuk dapat melakukan perencanaan maupun
implementasi program kegiatan PHBS secara optimal perlu disusun dan dikembangkan suatu

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 25


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

regulasi terkait Program PHBS. Regulasi ini dapat berupa peraturan yang ditetapkan oleh
Kepala Daerah, yang nantinya akan dijadikan dasar bagi setiap SKPD maupun sektor terkait
dalam melakukan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program terkait PHBS. Peraturan
ini dalam konteks yang lebih luas nantinya akan dikembangkan kea rah yang lebih tinggi yaitu
dalam bentuk Peraturam Daerah terakit Program PHBS.
f. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Terkait Program PHBS
Manusia merupakan pelaku utama dalam setiap program kegiatan. Oleh karena itu maka
peningkatan kapasitas sumber daya manusia terkait PHBS menjadi salah satu hal yang penting
untuk dilakukan. Peningkatan kualitas ini dapat dilakukan baik melalui pelaksanaan program
pelatihan, magang, seminar, workshop, maupun penyuluhan-penyuluhan secara berkala dan
terpadu yang melibatkan peran serta SKPD serta seluruh sektor terkait lainnya.
g. Peningkatan Sarana Prasarana Promosi Terkait PHBS
Ketersediaan Sarana prasarana promosi terkait PHBS memegang peranan penting dalam
upaya peningkatan kualitas program PHBS. Ketersediaan sarana prasarana promosi PHBS
akan dapat dengan lebih mudah meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengaplikasikan
konsep PHBS secara optimal. Oleh karena itu maka diharapkan setiap SKPD maupun
stakeholder terkait lainnya mendukung ketersediaan sarana prasarana terkait PHBS dalam
perencanaan program kegiatan mereka.
h. Pemberdayaan Masyarakat Terkait Program PHBS
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai suatu konsep peningkatan kapasitas
masyarakat untuk dapat melakukan identifikasi terhadap persoalan yang mereka hadapi dan
upaya untuk mengatasi persoalan tersebut. Pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan
memfasilitasi masyarakat untuk dapat menyusun dan mengembangkan kemampuan dalam
berorganisasi dan mengembangkan jaringan sosial terkait PHBS. Artinya dalam konteks ini
yang diperlukan tidak hanya kesadaran tetapi juga keberanian dan kepercayaan diri dalam
mengorganisasikan diri dan menyampaikan kebutuhan mereka kepada pihak-pihak terkait.
Dengan demikian maka masyarakat akan dapat bersifat mandiri (menanggulangi sendiri) dan
dapat memfasilitasi pemenuhan kebutuhan mereka terkait PHBS.
i. Peningkatan Koordinasi Dan Konsolidasi SKPD Terkait Program PHBS
Koordinasi dan konsolidasi antar SKPD merupakan suatu hal yang penting untuk dilakukan
dalam rangka melakukan sinkronisasi data-data terkait pencapaian hasil implementasi program
kegiatan maupun kendala (permasalahan) yang dihadapi. Koordinasi ini juga akan dapat
membuka akses informasi yang luas antar SKPD, sehingga akan dapat menciptakan adanya
mapping (pemetaan) program kegiatan antar SKPD serta stakeholder lainnnya terkait PHBS.
j. Penguatan Jaringan Dengan Lembaga-Lembaga Non Pemerintah Dan Donator Terkait Program
PHBS
Keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah sering kali menjadi kendala dalam
perencanaan maupun implementasi program kegiatan PHBS. Dalam konteks ini, penguatan
jaringan yang melibatkan peran serta pihak luar (lembaga non pemerintah dan donatur) menjadi
hal yang penting untuk dilakukan. Oleh karena itu maka advokasi ke pihak-pihak tersebut harus
dilakukan secara kontinu, sehingga mereka nantinya akan dapat memiliki kepedulian terhadap
program kegiatan terkait PHBS, dan tentunya pada ahirnya akan menunjukan komitmen dan
dukungan mereka terhadap program PHBS.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 26


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

5.2.2. SUB SEKTOR AIR LIMBAH


5.2.2.1. Diagram Posisi Pengelolaan Air Limbah menurut Analisis SWOT

Air Limbah
(-1.52)-(0.56)

Mengacu kepada strategi analisis SWOT di atas maka posisi Pelaksanaan Pengelolaan Air Limbah
berada pada kuadran (-1.52–0.56) yang berarti bahwa Kabupaten Lombok Tengah berada pada
kuadran berputar, pada kuadran ini faktor internal lemah dan lingkungan kurang mendukung.

5.2.2.2. Strategi Sub Sektor Pengelolaan Air Limbah


Dari Perpaduan antara kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman strategi yang dikembangkan
untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sektor air limbah,
adalah :

a. Penyusunan regulasi pengelolaan sampah.


Fungsi regulasi sebagai payung hukum implementasi suatu kebijakan terkait pengelolaan
sampah merupakan suatu prioritas yang harus diwujudkan di Kabupaten Lombok Tengah.
Adanya regulasi (dalam bentuk Peraturan Daerah), akan dapat dijadikan sebagai dasar hukum
yang kuat bagi setiap SKPD maupun stakeholder terkait lainnya dalam menyusun,
mengembangkan dan melaksanakan program kegiatan terkait pengelolaan sampah.
b. Penyusunan program sanitasi sesuai dengan zona yang telah ditetapkan.
Kata Kuncinya :
Data dari hasil musrenbang desa
Dalam penyusunan program sanitasi khususnya pengelolaan air limbah hendaknya
memperhatikan hasil dari musrenbang desa, kecamatan sesuai dengan prioritas kegitaan.
c. Menyusun Peraturan Daerah mengenai pengelolaan air limbah yang disesuaikan dengan
peraturan yang ada.
Kata Kunci strategi :
 Menyusun peraturan daerah mengenai air limbah.
 Adanya kesesuaian dengan peraturan yang ada.
Penyusunan Peraturan Daerah mengenai pengelolaan air limbah sangat mendesak untuk
dilakukan karena merupakan kerangka hukum yang dapat mengikat semua stakeholder yang
ada untuk patuh dan tunduk terhadap kesepakatan mengenai pengelolaan air limbah yang baik
dan benar.
d. Menjalin kemitraan/kerjasama program bidang air limbah dengan LSM.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 27


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Pada perencanaan program air limbah hendaknya dilaksanakan secara partisipatif dengan
melibatkan unsur-unsur tekait seperti kelompok masyarakat, LSM, pihak swasta dan tentunya
SKPD.
e. Menyusun standar operasional prosedur teknis pengelolaan air limbah.
Penyusunan standar operasional dan prosedur teknis pengelolaan air limbah juga sangat
dibutuhkan sebagai pedoman dan panduan secara teknis yang hingga saat ini belum tersedia.
Standar operasional dan prosedur teknis pengelolaan air limbah dimaksudkan untuk dapat
menjadi arahan secara teknis bagi SKPD, kelompok masyarkat dan pelaku dunia usaha dalam
perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana air limbah. Dengan
adanya standar operasional dan prosedur tersebut, maka diharapkan dapat membantu untuk
mencapai standar pelayanan minimal (SPM) pengelolaan air limbah
f. Meningkatkan sosialisasi dan komunikasi dan kepada pihak masyarakat, industry dan
pengelolaan rumah sakit/puskesmas tentang pengelolaan air limbah rumah tangga, industry dan
medis dengan memanfaatkan media yang ada serta peran kader posyandu.
Kata Kunci strategi:
 Peningkatan Sosialisasi dan Komunikasi kepada masyarakat, dunia usaha industry
dan pengelola rumah sakit/puskesmas.
 Memanfaatkan media yang ada dan kader posyandu.
Strategi tersebut di atas dimaksudkan untuk melakukan upaya peningkatan sosialisasi dan
komunikasi yang efektif agar pengetahuan, kesadaran dan kepedulian tentang pengelolaan air
limbah oleh masyarakat, pelaku dunia usaha industri dan pengelola rumah sakit.puskesmas
dapat terwujud.

Peningkatan kegiatan sosialisasi dan komunikasi tersebut dilakukan dengan memanfaatkan


media yang ada seperti media cetak, televisi dan radio serta kader posyandu yang ada pada
setiap lingkungan.
Dalam sosialisasi dan komunikasi tersebut, selain menjelaskan tentang arti penting dan
manfaat akan pengelolaan air limbah yang baik juga perlu memperkenalkan mekanisme insentif
dan disinsentif dalam pengelolaan air limbah.
g. Membangun infrastruktur pengelolaan air limbah.
Pada saat ini Pemerintah Provinsi telah melaksanakan pembangunan IPAL Komunal yang
berlokasi di Kabupaten Lombok Tengah yaitu di Lingkungan Bonter Kelurahan Praya sebagai
tempat pengolahan Air Limbah khususnya rumah tangga di sekitar Lingkungan Perumhan
Bonter dan di Desa Sukarara Kecamatan Jonggat.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 28


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

5.2.3. SUB SEKTOR PENGELOLAAN SAMPAH


5.2.3.1. Diagram Posisi Pengelolaan Persampahan menurut Analisis SWOT

Sampah
(0.44)-(-0.51)

Mengacu kepada strategi analisis SWOT diatas maka posisi Pelaksanaan Pengeloaan
persampahan berada pada kuadran (0,44 – (- 0,51) ). Dengan demikian posisi pengelolaan
persampahan berada pada posisi diversifikasi terpusat yang artinya secara internal kuat
sedangkan di sisi lain lingkungan kurang mendukung.

5.2.3.2. Strategi Sub Sektor Pengelolaan Sampah


Berdasarkan pada hasil matriks pilihan strategi aspek pengeloaan sampah berada di antara kuadran
(0,44 – (- 0,51) ). Dengan demikian posisi pengelolaan persampahan berada pada posisi
diversifikasi terpusat yang artinya secara internal kuat sedangkan di sisi lain lingkungan kurang
mendukung. Berdasarkan hal tersebut di atas maka ada beberapa strategi yang dapat
dikembangkan untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran aspek
pengeloaan sampah. Adapun startegi-strategi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan regulasi pengelolaan sampah.
Fungsi regulasi sebagai payung hukum implementasi suatu kebijakan terkait pengelolaan
sampah merupakan suatu prioritas yang harus diwujudkan di Kabupaten Lombok Tengah.
Adanya regulasi (dalam bentuk Peraturan Daerah), akan dapat dijadikan sebagai dasar hukum
yang kuat bagi setiap SKPD maupun stakeholder terkait lainnya dalam menyusun,
mengembangkan dan melaksanakan program kegiatan terkait pengelolaan sampah.
b. Penyusunan dan implementasi Standar Operasional Prosedur dan Masterplan
pengelolaan sampah.
Standar operasional prosedur dan masterplan pengelolaan sampah dapat berfungsi sebagai
indikator permasalahan dan kemajuan pengelolaan persampahan. Dalam SOP dan masterplan
ini, kondisi eksisting (kondisi terkini) mengenai persampahan akan tersedia secara lengkap.
Dengan demikian maka penyusunan perencanaan program kegiatan terkait persampahan akan
dapat lebih mudah disusun. Oleh karena itu maka ketersediaan SOP dan masterplan
persampahan menjadi target utama lainnya yang harus dicapai Kabupaten Lombok Tengah
dalam upaya mengatasi persoalan persmapahan. SOP dan masterplan yang sudah tersedia
diharapkan akan dapat diimplementasikan secara komprehensif dengan melibatkan peran serta
SKPD serta stakeholder terkait lainnya.
c. Advokasi ketersediaan anggaran pengelolaan persampahan.
Ketersediaan anggaran memegang peranan penting dalam pelaksanaan program kegiatan
terkait pengelolaan persampahan. Dalam kaitannya dengan hal ini maka advokasi kepada para

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 29


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

pembuat kebijakan dan pengambil keputusan menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Advokasi secara berkala dan konitinu dengan melibatkan seluruh SKPD serta stakeholder
terkait lainnya akan dapat meningkatkan komitmen dan dukungan pihak-pihak tersebut terhadap
persoalan persampahan. Jika hal ini dapat terwujud maka tentunya, pelaksanaan perencanaan
program kegiatan terkait persampahan akan dapat dilakukan secara optimal.
d. Integrasi program kegiatan antar SKPD serta stakeholder terkait lainnya dalam pengelolaan
persampahan.
Mapping (pemetaan) terhadap program kegiatan SKPD dalam hal persampahan merupakan
langkah awal yang dapat dilakukan untuk melakukan integrasi program kegiatan antar SKPD
dan stakeholder terkait lainnya. Integrasi ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kerja sama,
koordinasi dan konsolidasi antar SKPD maupun stakeholder terkait dalam melakukan
identifikasi capaian maupun kendala (permasalahan) terkait perencanaan maupun implementasi
program kegiatan terkait pengelolaan persampahan. Integrasi ini juga akan mampu mencegah
terjadinya overlapping (tumpang tindih) anggaran dan program kegiatan antar SKPD dan
stakeholder terkait lainnya.
e. Peningaktan peran serta pihak swasta dan lembaga swadaya masyarakat terkait pengelolaan
persampahan.
Pihak swasta merupakan pihak yang cukup potensial dalam upaya penguatan anggaran untuk
pengelolaan persampahan. Oleh karena itu maka upaya advokasi kepada pihak swasta sangat
penting dilakukan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kepedulian mereka terhadap
persoalan tersebut. Sedangakan peran lembaga swadaya masyarakat akan sangat membantu
dalam melakukan mobilisasi (menggerakan) masyarakat, dalam hal perubahan pola pikir dan
perubahan pola perilaku masyarakat terkait pengelolaan persampahan. Dengan demikian maka
penguatan jaringan dengan kedua sektor ini menjadi hal yang mutlak harus dilakukan, untuk
melakukan penguatan terhadap program kegiatan pengelolaan persampahan.
f. Promosi dan sosialisasi terkait pengelolaan persampahan.
Promosi dan sosialisasi dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pengetahuan, wawasan dan
kepedulian masyarakat terhadap persoalan pengelolaan persampahan. Proses ini tentunya
harus dilakukan secara berkala dan kontinu, serta dengan melibatkan peran serta seluruh
SKPD, stakeholder serta tokoh-tokoh kunci dalam masyarakat seperti tokoh agama, tokoh
masyarakat, tokoh pemuda maupun tokoh adat. Bila hal ini dilakukan maka proses promosi dan
sosialisasi yang dilakukan akan dapat berjalan secara optimal.
g. Optimalisasi peran media dalam pengelolaan persampahan.
Media (baik cetak maupun elektronik) memegang peranan penting dalam upaya
penyebarluasan isu dan informasi mengenai pengelolaan persampahan. Media yang ada di
Kabupaten Lombok Tengah tentunya dapat dimanfaatkan dalam melakukan fungsi ini.
Penyebarluasan informasi mengenai pengelolaan persampahan akan dapat menjadikan isu
persampahan menjadi isu strategis bagi semua pihak, yang pada gilirannya akan dapat
menjadikan persoalan ini sebagai persoalan prioritas di Kabupaten Lombok Tengah.
h. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur pengelolaan persampahan.
Ketersediaan infrastruktur pengelolaan persampahan akan sangat mendukung ke arah kualitas
pengelolaan persampahan yang baik. Tersedianya tempat pembuangan akhir dan tempat
pembuangan sampah, baik di tatanan rumah tangga maupun sekolah, akan sangat membantu
bagi setiap orang untuk dapat mengaplikasikan konsep pengelolaan sampah dengan baik dan
benar.
i. Pembentukan lembaga khusus yang menangani pengelolaan persampahan.
Lembaga ini nantinya akan menggunakan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat. Artinya
lembaga ini nantinya akan dibentuk oleh masyarakat sendiri dengan difasilitasi oleh pihak
pemerintah daerah. Tentunya SOP pengelolaan lembaga ini akan ditentukan oleh masyarakat
sendiri. Diharapkan lembaga ini akan terbentuk baik di tingkat kabupaten maupun kecamatan.
Optimalisasi lembaga ini diharapkan akan dapat membantu dalam penanganan persoalan
pengelolaan persampahan secara optimal.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 30


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

5.2.4. SUB SEKTOR PENGELOLAAN DRAINASE


5.2.4.1. Diagram Posisi Pengelolaan Drainase menurut Analisis SWOT

Drainase
(0.37) , (-1.63)

5.2.4.2. Strategi Sub Sektor Pengelolaan Drainase


Dari Perpaduan antara Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman strategi yang dikembangkan
untuk mengatasi isu strategis yang muncul dalam rangka mencapai sasaran sub sektor Drainase,
adalah :
a. Peningkatan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan drainase.
Masyarakat merupakan kunci dari suksesnya pencapaian semua tujuan pembangunan di
segala bidang. Oleh karena itu peningkatan kesadaran masyarakat untuk berperan aktif baik
dalam pembangunan maupun pemeliharaan saluran drainase menjadi suatu hal yang sangat
penting. Masyarakat diharapkan dapat ikut memelihara saluran drainase yang ada dengan cara
ikut membersihkan sampah yang ada di saluran/selokan, depan pekarangan masing-masing,
tidak membuang sampah pada saluran yang sudah ada serta ikut mempromosikan arti penting
keberadaan saluran drainase bagi keberlanjutan hidup dan pembangunan. Membangun
kesadaran ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan peran media cetak maupun elektronik
dalam rangka advokasi dan promosi pola hidup bersih dan sehat serta makna strategis saluran
drainase bagi setiap individu.
b. Penyusunan dan implementasi Standar Operasional Prosedur dan Masterplan
pengelolaan Drainase.
Standar operasional prosedur dan masterplan pengelolaan drainase dapat berfungsi sebagai
indikator permasalahan dan kemajuan pengelolaan drainase. Dalam SOP dan materpaln ini,
kondisi eksisting (kondisi terkini) mengenai drainase akan tersedia secara lengkap. Dengan
demikian maka penyusunan perencanaan program kegiatan terkait drainase akan dapat lebih
mudah disusun. Oleh karena itu maka ketersediaan SOP dan masterplan drainase menjadi
target utama lainnya yang harus dicapai Kabupaten Lombok Tengah dalam upaya mengatasi
persoalan drainase. SOP dan masterplan yang sudah tersedia diharapkan akan dapat
diimplementasikan secara komprehensif dengan melibatkan peran serta SKPD serta
stakeholder terkait lainnya.
c. Advokasi ketersediaan anggaran pengelolaan drainase.
Ketersediaan anggaran memegang peranan penting dalam pelaksanaan program kegiatan
terkait pengelolaan drainase. Dalam kaitannya dengan hal ini maka advokasi kepada para

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 31


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

pembuat kebijakan dan pengambil keputusan menjadi hal yang penting untuk dilakukan.
Advokasi secara berkala dan konitinu dengan melibatkan seluruh SKPD serta stakeholder
terkait lainnya akan dapat meningkatkan komitmen dan dukungan pihak-pihak tersebut terhadap
persoalan drainase. Jika hal ini dapat terwujud maka tentunya, pelaksanaan perencanaan
program kegiatan terkait drainase akan dapat dilakukan secara optimal.
d. Penetapan regulasi tentang pengelolaan drainase;
Regulasi yang mengatur tentang pengelolaan drainase baik dalam bentuk Peraturan Daerah,
Peraturan Desa maupun keputusan Pemerintah khususnya Bupati sangat dibutuhkan dalam
rangka menjamin kepastian penyelenggaraan sistem drainase di Kabupaten Lombok Tengah
yang benar-benar mampu mengatasi bahaya banjir yang selalu terjadi setiap tahun maupun
menciptakan lingkungan permukiman yang sehat dan nyaman. Dengan adanya regulasi tentang
pengelolaan drainase maka pengaturan-pengaturan tentang kelembagaan, sumber daya
manusia, perencanaan dan penganggaran, pembangunan dan pengawasan serta pemeliharaan
dalam hal pengelolaan drainase akan lebih terarah dan efektif serta memiliki pondasi yang
sangat kuat dalam bentuk produk hukum daerah.
e. Meningkatkan sosialisasi dan komunikasi kepada masyarakat, industri rumah tangga tentang
pengelolaan drainase lingkungan dengan memanfaatkan media yang ada.
Kata kunci strategi:
 Peningkatan sosialisasi dan komunikasi kepada masyarakat, dunia usaha home
industri.
 Memanfaatkan media yang ada.
Strategi tersebut di atas dimaksudkan untuk melakukan upaya peningkatan sosialisasi dan
komunikasi yang efektif agar pengetahuan, kesadaran dan kepedulian tentang pengelolaan
drainase oleh masyarakat, pelaku dunia usaha industri.
Peningkatan kegiatan sosialisasi dan komunikasi tersebut dilakukan dengan memanfaatkan
media yang ada seperti media cetak, televisi dan radio yang ada pada setiap lingkungan.
Dalam sosialisasi dan komunikasi tersebut, selain menjelaskan tentang arti penting dan
manfaat akan pengelolaan air limbah yang baik juga perlu memperkenalkan mekanisme insentif
dan disinsentif dalam pengelolaan air limbah.
f. Peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur pengelolaan drainase.
Ketersediaan infrastruktur pengelolaan persampahan akan sangat mendukung ke arah kualitas
pengelolaan drainase yang baik. Tersedianya tempat pembuangan akhir dan tempat
pembuangan sampah, baik di tatanan rumah tangga maupun sekolah, akan sangat membantu
bagi setiap orang untuk dapat mengaplikasikan konsep pengelolaan drainase dengan baik dan
benar.
g. Pengalokasian dana untuk program dan kegiatan drainase.
Pengadaan drainase lingkungan merupakan program yang sanagat strategis dalam rangka
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, kondisi drainase saat ini masih belum memadai
sehingga masih menyebabkan bajir disana sini yang berakibat pada buruknya kesehatan
lingkungan. Dalam rangka mengatasi persoalan lingkungan ini maka pengalokasian dana untuk
pembangunan drainase perlu mendapat porsi yang cukup artinya disesuaikan dengan
kebutuhan drainase yang perlu dibangun atau direhabilitasi. Pengalokasian dana bisa dilakukan
dengan cara bertahap atau setiap tahunnya dengan mengacu pada kebutuhan sarana yang
perlu dibangun.

5.3. KAJIAN DAN OPSI PARTISIPASI MASYARAKAT DAN GENDER DI AREA PRIORITAS
Posisi masyarakat dalam pengelolaan sanitasi memegang peran penting. Akan tetapi, partisipasi
masyarakat di Kabupaten Lombok Tengah dalam pengelolaan sanitasi belum ditempatkan pada
porsinya sehigga perannya dalam implementasi pembangunan terlihat belum optimal. Untuk itu, perlu
dilakukan studi untuk mengetahui peran masyarakat dan jender dalam pembangunan sanitasi. Dalam
studi ini masyarakat sebagai subyek kegiatan sehingga potret kondisi masyarakat dihasilkan secara
obyektif yang pada gilirannya akan menghasilkan strategi sistem pembangunan sanitasi yang efektif.
Untuk itu diperlukan survey dan observasi langsung yang terencana dan komprehensif terhadap

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 32


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

kondisi partisipasi masyarakat dan jender dalam penanganan sistem sanitasi dalam skala
kabupaten beserta prospek pengembangannya di masa depan. Masyarakat diharapkan mampu
mengenali permasalahan terkait dengan sanitasi rumah tinggal dan lingkungan mereka,
merencanakan kegiatan, melaksanakan melalui kerjasama dengan berbagai pihak, serta melakukan
evaluasi dan pengembangan kegiatan program secara mandiri.
Dengan konsep partisipasitif, pelaksanaan program sanitasi diharapkan dapat dilaksanakan
oleh semua pihak yang kompeten dengan tidak hanya menunggu perintah dari pemerintah. Sehingga
dengan demikian, masyarakat dapat merasa memiliki yang apa yang telah dibangun. Untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sanitasi, maka penilaian tentang kondisi
sanitasi masyarakat dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif. Metodologi survey yang
dilakukan mengadopsi Methodology for Participatory Assessment (MPA). MPA merupakan
metodologi yang mendorong keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi yang dikembangkan
dari metodologi partisipatif yang sudah ada sebelumnya Participatory Rural Assessment (PRA)
yang dapat digunakan untuk tujuan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program, termasuk di
dalamnya program air bersih dan sanitasi, di tingkat masyarakat. MPA sangat bermanfaat untuk
pembangunan diberbagai sektor, yang mengkolaborasikan keberlanjutan pelayanan program
dengan kepekaan terhadap Gender, berpihak pada kaum miskin, pendekatan tanggap kebutuhan
(Demand Responsive Approach = DRA), hingga munculnya berbagai institusi dan pengambil
kebijakan mendukung pendekatan ini. Pendekatan dengan metode ini digunakan karena :
1. Memposisikan masyarakat sebagai subyek.
2. Lebih dapat memberikan “ruang” kepada masyarakat dari berbagai satus social untuk
menyampaikan aspirasi dan keinginannya, meskipun memiliki kemampuan artikuasi yang
berbeda.
3. Oleh karena itu, pendekatan ini juga sekaligus merupakan salah satu media pembelajaran
masyarakat pada tingkat bawah.
4. Lebih mengutamakan diskusi terfokus (FGD) dengan kelompok sasaran sehingga hasilnya lebih
mendekati obyektifitas.

Tujuan yang diharapkan dari kegiatan studi “Partisipasi Masyarakat Jender dan Kemiskinan (PMJK)”:
1. Terkumpulnya informasi sanitasi secara kuantitatif-sistematis.
2. Teridentifikasinya pengalaman masyarakat dalam kegiatan/proyek perbaikan sanitasi,
baik yang dilakukan secara swadaya atau gotong royong maupun bantuan dari instansi
lain.
3. Teridentifikasinya kebutuhan dan kesanggupan masyarakat untuk berkontribusi
dalam perbaikan sanitasi Teridentifikasinya peran perempuan pada tahap
perencanaan pembangunan sarana sanitasi dan beberapa perubahan tugas antara
perempuan dan laki-laki.
4. Teridentifikasi keberadaan, manfaat, peranan dan hubungan berbagai lembaga yang
ada di kelurahan.

Dengan studi Pemberdayaan Masyarakat, Gender dan Kemiskinan diharapkan :


1. Adanya peningkatan kesadaran masyarakat, tokoh masyarakat, baik laki-laki dan
perempuan mengenai kondisi dan seriusnya masalah sanitasi dan kebersihan.
2. Teridentifikasinya kebutuhan masyarakat laki-laki dan perempuan disertai dengan
kemauan untuk berkontribusi dalam pelaksanaan program sanitasi.
3. Teridentifikasinya wilayah setingkat Desa yang berpotensi untuk pelaksanaan program
sanitasi berbasis masyarakat secara berkelanjutan.

Dari kegiatan Observasi & Survei PMJK di Desa-desa yang mewakili desa-desa yang ada di
Kabupaten Lombok Tengah dengan melibatkan masyarakat secara langsung diperoleh hasil

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 33


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

seperti yang tercantum pada Tabel 5.2. Hasil analisa data dapat digunakan dalam penyusunan
Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan Rencana Tindak untuk desa-desa tersebut oleh Pokja AMPL-
BM Kabupaten Lombok Tengah.

Tabel 5.2
Hasil Analisa Survei Partisipasi Masyarakat & Jender di Area Beresiko

No Subject Output Temuan & Analisis


1 Pembangunan dan Kemauan Pembangunan terlaksana Adanya kemauan masyarakat
berpartisipasi dan berkontribusi dengan baik dan dapat untuk berswadaya
memberikan manfaat sehingga akan timbul rasa
kepemilikan terhadap hasil
pembangunan itu. terbukti
adanya hasil pembangunan
masih dapat dinikmati sampai
saat ini. Namun demikian, mulai
ada gejala sedikit demi sedikit
budaya ini akan terkikis seiring
dengan perubahan waktu dan
keadaan. Oleh karena itu, perlu
upaya-upaya khusus untuk
mempertahankan kebiasaan
yang telah ada agar
memberikan dampak pada
keberlanjutan program.
Kontribusi masyarakat Untuk kegiatan/proyek yang
antara lain Tenaga Kerja, sumber APBD murni
Material Lokal dan uang masyarakat (laki-laki dan
tunai, panitia perempuan) tidak terlibat pada
pembangunan pengelola pelaksanaan pembangunan, hal
yang dibentuk saat itu ini disebabkan pelaksana
masih ada sampai pekerjaan sudah menyediakan
sekarang tukang sendiri
Adanya kemauan masyarakat
laki-laki dan perempuan, kaya
dan miskin untuk melakukan
gotong royong dalam
membangun sarana umum di
lingkungan tempat tinggalnya
Masyarakat mempunyai tingkat
kemauan untuk berkontribusi
yang cukup signifikan terutama
untuk material lokal, tenaga
kerja, konsumsi (makanan &
minuman) dan in-kind untuk
membayar iuran/urunan untuk
pembangunan sarana di
lingkungan mereka
Ada beberapa sarana yang
terbangun yang dimanfaatkan
dan terpelihara dengan baik
sampai saat ini . Hal ini
menunjukkan bahwa

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 34


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

masyarakat mempunyai jiwa


membangun dan gotong
royong untuk memelihara
sarana yang dibangun demi
kepentingan mereka bilamana
dijadikan lokasi pembangunan
sanitasi
2 Siapa Melakukan Ada pola pembagian kerja Sudah ada pembagian tugas
Apa dan Pembagian jenis yang jelas berdasarka dan peran antara laki-laki dan
Pekerjaan Berdasarkan jenis pekerjaan dan perempuan untuk banyak jenis
Gender keterampilan ataupun pekerjaan/kegiatan di rumah
tanpa keterampilan tangga yang dilakukan
antara laki-laki dan bersama oleh laki-laki dan
perempuan perempuan. Pembagian tugas
dari semua tingkatan tetap ada walaupun fungsi laki-
sosio ekonomi laki lebih dominan dalam
perencanaan dan
pembangunan fisik sanitasi
Semua pekerjaan dibayar dipertahankan, tetapi tetap
sesuai dengan tingkatan diperlukan
pekerjaan. penguatan melalui penyuluhan dan
media-media kampanye yang
berhubungan dengan kesetaraan
jender pada masyarakat dengan
topik
Pentingnya bagi peran dan bertukar
peran diantara laki-laki dan
perempuan baik kaya maupun
miskin
dan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat
Sudah ada keseimbangan
dalam pembagian beban kerja
antara lakilaki
(kaya dan miskin) dan perempuan
(kaya dan miskin) meski perlu
ditingkatkan karena semua
pekerjaan yang membutuhkan
ketrampilan hanya dikerjakan oleh
laki-laki baik kaya & miskin, dan
perempuan (kaya dan miskin)
hanya melakukan pekerjaan yang
tidak
membutuhkan ketrampilan seperti
menyiapkan makanan dan
minuman
Sudah ada keseimbangan
diantara laki-laki kaya dan
miskin dalam pembagian
beban kerja baik yang perlu
ketrampilan maupun yang tidak
perlu ketrampilan
Laki-laki kaya & miskin akan

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 35


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

dibayar untuk pekerjaan yang


memerlukan
ketrampilan/keahlian.
Mereka juga tidak dibayar
untuk pekerjaan yang tidak
memerlukan keahlian termasuk
pekerjaan yang bersifat
sukarela atau gotong royong
Perempuan (kaya dan miskin)
tidak dibayar dan hanya
melakukan pekerjaan yang
bersifat sukarela dan tidak
membutuhkan suatu keahlian
3 Identifikasi dan klasifikasi hampir rumah tangga Ciri-ciri yang sangat
kesejahteraan yang disurvei telah membedakan diantar
memiliki jamban walaupun masyarakat yang termasuk
masih sederhana golongan Kaya, Sedang dan
Miskin dalam hal penghasilan,
kepemilikan asset, kondisi
rumah, jenis pekerjaan dan
pola makan
Lebih dari ¾ pada semua Rumah tangga dari golongan
tingkatan masyarakat menengah/sedang dan miskin
memiliki akses terhadap masih
sarana drainase ada yang belum tersambung
lingkungan SANIMAS mengingat lokasi mereka
yang lebih rendah dari IPAL
Lebih dari ¾ pada semua Semua Rumah Tangga yang
tingkatan masyarakat disurvei telah memiliki jamban
memiliki akses terhadap keluarga
pengelolaan/pengumpulan
sampah
Kondisi drainase sebagian
besar lancar akan tetapi
sebagian lagi masih ada yang
tersumbat karena sampah dan
lumpur
Pengangkutan dilakukan
secara rutin oleh truk DKP
meski belum semua KK dapat
terlayani
Namun demikian masih
ditemukan
keberdaan sampah di saluran
drainase
4 Kesiapan Ada lembaga lokal yang Ada beberapa lembaga di tingkat
Kelembagaan Saat penting/bermanfaat untuk masyarakat yang mempunyai
Ini sebagian besar warga, manfaat sangat besar bagi
rutin berinteraksi dengan masyarakat dan mempunyai
masyarakat, dan hubungan sangat dekat dengan
memperoleh pengakuan masyarakat serta ada pengakuan
resmi dari Pemerintah resmi dari pemerintah seperti
Banjar

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 36


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Tunggal Sari dan KSM. Namun ada


lembaga lainnya yang juga
mempunyai manfaat sangat besar
dan mempunyai hubungan sangat
dekat pula dengan masyarakat,
tetapi
tidak mempunyai pengakuan resmi
dari pemerintah yaitu Yayasan dan
Pengajian

5.3.1. MEDIA DAN PENINGKATAN KEPEDULIAN SOSIAL


Pengumpulan data dari SKPD dilakukan dengan interview narasumber di masing-masing SKPD
yang berhubungan dengan sanitasi. Contoh pertanyaan yang diajukan pada narasumber yaitu :
1. Apa saja kegiatan komunikasi untuk masyarakat serta kegiatan pemasaran sosial
lainnya yang pernah dilakukan?
2. Isu apa saja yang diangkat?
3. Siapa khalayak sasaran yang dituju?
4. Media apa saja yang digunakan? (media massa, luar ruang, alternatif)
5. Kalau media massa lokal yang digunakan, media massa yang mana saja yang diajak kerjasama ?
Dan bagaimana bentuk kerjasamanya?
6. Apa yang menarik yang bisa dijadikan pelajaran dari kegiatan-kegiatan pemasaran sosial yang
pernah dilakukan ini?

Untuk Kabupaten Lombok Tengah, wawancara dilakukan pada narasumber dari 5


SKPD/Dinas yaitu Bagian Humas Setda, Dinas PU, Kantor Lingkungan Hidup (KLH), Dinas
Perhubungan Komunikasi dan Informasi, Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Bappeda. Studi media
merupakan salah satu studi yang dilakukan oleh pokja AMPL-BM Kabupaten Lombok Tengah
dalam rangka melengkapi data yang dibutuhkan dalam penyusunan buku putih Sanitasi. Buku
Putih Sanitasi Kabupaten Lombok Tengah yang merupakan rangkuman kondisi eksisting sanitasi
kabupaten diharapkan dapat menyediakan semua informasi mengenai kondisi kabupaten
termasuk mengenai media yang terdapat di Kabupaten Lombok Tengah termasuk di dalamnya
preferensi media masyarakat.

Studi Media dilakukan dengan tujuan :


1. Mengetahui pengalaman-pengalaman dan kapasitas pemerintah Kabupaten Lombok Tengah
dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemasaran sosial termasuk di sini adalah media
yang digunakan, jenis kegiatan, isu-isu yang diangkat, khalayak sasaran dan catatan
pembelajarannya.
2. Mengetahui pandangan media massa terhadap isu-isu sanitasi yang akan diangkat oleh
pemerintah daerah dan peluang-peluang kerjasama dengan media massa.
3. Mengetahui pola pencarian informasi rumah tangga terkait dengan isu-isu kesehatan dan
isu sosial lainnya.
4. Mendapatkan informasi mengenai konsumsi dan preferensi media dan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan khalayak yang potensial menjadi saluran komunikasi isu-isu sanitasi.

Hasil dari studi media dimanfaatkan untuk :


1. Salah satu bahan untuk menyusun strategi kampanye dan promosi sanitasi.
2. Digunakan sebagai dasar penyusunan perencanaan media untuk kampanye dan promosi sanitasi.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 37


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

3. Media belajar bersama, khususnya bagi pokja AMPL-BM untuk kegiatan sejenis di masa
mendatang.

Selain itu, manfaat lain dari studi ini adalah terinformasikannya program pembangunan
sanitasi kabupaten, pokja AMPL-BM kabupaten kepada nara sumber yang diwawancarai (instansi
pemerintah dan media massa). Mengingat studi media memerlukan update sebelum kampanye
dilakukan, metode yang digunakan adalah metode pemantauan cepat (rapid appraisal methods).
Penggunaan metode ini karena pelaksanaannya cepat dan murah untuk mengumpulkan
informasi mengenai pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan stakeholders lainnya
mengenai media komunikasi. Metode yang dipergunakan meliputi :
1. Wawancara informan kunci (key informant interview). Wawancara ini terdiri dari rangkaian
pertanyaan terbuka yang dilakukan terhadap individu-individu tertentu yang sudah diseleksi
karena dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai topik atau keadaan di
wilayahnya. Wawancara bersifat kualitatif, mendalam dan semi-terstruktur.
2. Pengamatan langsung (Direct Observation). Melakukan kunjungan lapangan atau
pengamatan langsung terhadap media komunikasi. Data yang dikumpulkan dapat berupa
informasi mengenai sumber-sumber informasi yang tersedia, kegiatan program pemasaran
sosial yang sedang dan telah berlangsung, pemanfaatan media formal dan informal,
kerjasama dengan media massa dll.
3. Survei kecil (mini-survey). Survey ini dilakukan bersama-sama dengan survei EHRA
(Environmental Health Risk Assessment) Penerapan kuesioner terstruktur (daftar pertanyaan
tertutup) terhadap sejumlah sample 40 orang per desa. Narasumber menggunakan random
sampling yaitu sampel acak. Di Kabupaten Lombok Tengah, sampel merupakan penduduk di 139
Desa yang terpilih menjadi lokasi Survei EHRA.

Adapun informasi yang ingin diketahui dari survei ini adalah:


1. Isu-isu yang menarik bagi masyarakat miskin.
2. Preferensi media massa sehari-hari, frekuensi terpaan dan waktu.
3. Kegiatan kemasyarakatan sehubungan dengan sanitasi yang ada di lingkungan.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 38


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Dari data sekunder Humas Kabupaten Lombok Tengah kegiatan terkait sanitasi pada 2012 dapat
diidentifikasi sebagaimana tertera pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Kegiatan Komunikasi Sanitasi di Kabupaten Lombok Tengah

No Pelaksana Point pesan Media Sasaran/Target

Pentingnya pembangunan di Bidang


kesehatan Masyarakat dan enyehatan
lingkungan. Sehingga perlu ada
koordinasi lintas sektoral dan yang
Kepala-kepala
1 Bupati/Wakil Bupati memungkinan untuk menganggarakan Rapat SKPD SKPD
secara bersama-sama termasuk
peran masyarakat dan dunia swasta
perlu untuk dikaji dimana dan
bagaimana mereka?

2 Sekda Arahan tentang tupoksi masing- Rapat Koordinasi Anggota Pokja


masing anggota Pokja AMPL Pokja
- Tupoksi untuk membantu dalam - Rapat
rangka mempercepat tercapainya Koordinasi -
desa ODF Sosialisasi, Masyarakat,
- Peningkatan Koordinasi antar - Pembentukan Kepala Desa,
3 Kepala Bappeda lembaga (Pokja kabupaten dan Lembaga Pokja Camat, Muspika,
kecamatan) Tingkat SKPD
- Peingkatan peran masyarakat Kecamatan
dalam rangka pelaksanaan
Program AMPL
- Peningkatan Peran Sanitarian dan - Sosialisasi Sanitarian,
Posyandu ditiap kecmatan dan STBM Kepala
desa dalam rangka perubahan - Pelatihan Kader Puskesmas,
4 Kepala Dikes perilaku Hidup Bersih dan sehat di - Pelatihan Kader Posyandu
kalangan masyarakat Pemicuan
- Informasi tentang Pentingnya STBM
pencegahan penyakit yang
berbasis lingkungan
- Pembangunan MCK Plus
diperlukan kerjasama dengan
berbagai pihak terutama
masyarakat sebagai subyek dan
sekaligus penerima manfaat Camat, Kepala
Dinas Pekerjaan - Untuk menjaga keberlanjutan Desa
5 Umum Sosialisasi
sarana yang telah kita bangun masyarakat.
peran aktif kita semua perlu
ditingkatkan
- Dengan adanya MCK Plus ini,
masyarakat tidak ada lagi yang
BABS di Daerah Kita.
Pengadaan Alat pengangkutan
sampah ini, khususnya di 2
kecamatan yakni Lombok Tengah dan
Woja, sampah tidak lagi dibuang Camat, Lurah
6 Lingkungan Hidup disembarang tempat. Sampah harus Sosialisasi
dibuang pada tempat yang telah dan masyarakat
disediakan dan nanti akan diangkut
oleh truk-truk sampah untuk dibawa
ke TPA Bara.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 39


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

No Pelaksana Point pesan Media Sasaran/Target

Plan Lombok Masyarakat diharapkan dapat Rembug Warga Masyarakat


7 memelihara sarana dan prasarana
Tengah yang telah kita bangun Binaan Binaan Plan

Untuk meningkatkan peran


masyarakat dalam pembangunan Pelatihan Kelompok
termasuk pembangunan dan Peningkatkan Masyarakat
pengelolaan Sanitasi secara Kapasitas Kelompok Penerima
8 BPMPD berkelanjutan, termasuk menjaga Masyarakat manfaat
asset yang telah dibangun maka perlu Penerima Manfaat Program PNPM
pemberdayaan masyarakat secara
terfokus dan dilakukan secara terus PNPM MP MP
menerus.
Bahwa PDAM Lombok Tengah Sosialisasi melalui
sampai saat ini telah memilki
kapasitasProduksi 141 ltr/dtk, Laporan Tahunan Masyarakat
9 PDAM melayani 6.253 sambungan atau PDAM dan Pamflet Layanan, dan
22.16% dari jumlah penduduk PDAM Lombok Pemda.
kabupaten. Tengah

Pentingnya PHBS ditingkat sekolah


anak-anak perlu siapkan dari awal Kepala Sekolah
terutama kebiasaan-kebiasaan Cuci
Tangan Pakai sabun pada situasi dan Guru-guru
10 Dikpora Rapat Koordinasi Sekolah Dasar
penting seperti sehabis buang air se Kabupaten
besar, sehabis bermain, setelah
makan dan lainnya, buang sampah Lombok Tengah.
pada tempat yang telah disediakan,
Sumber: Humas Kab Lombok Tengah. 2012

Dari study primer EHRA dari pertanyaan terkait sumber media komunikasi, diperoleh
gambaran bahwa 45% masyarakat Lombok Tengah memperoleh informasi dari televisi, 20% dari radio
dan 35 % dari koran. Untuk Koran yang sering di baca oleh responden adalah koran Inti Rakyat 45 %,
koran harian Bimeks 25% , Suara Mandiri 30%, sementara radio lokal yang paling sering didengarkan
oleh responden adalah Lombok Tengah FM sebanyak 35%. Dari survey lapangan juga diperoleh
gambaran, untuk sumber Informasi (informan) sebanyak 45% responden menjawab informasi sanitasi
diperoleh dari Kelurahan yang diteruskan ke RW dan RT. Dan prosentase tingkat kepercayaan
informasi dari kelurahan sebanyak 35%. Untuk jenis sosialisasi yang pernah diikuti oleh responden,
sebanyak 55 % menjawab sosialisasi yang diikuti terkait masalah sampah dan kebersihan lingkungan,
air bersih 15%, air limbah/jamban keluarga 10%, drainase 10% dan lainnya 10%.
Mengingat pentingnya peran media dalam penguatan program sanitasi di Kabupaten Lombok
Tengah, maka pihak media menjadi salah satu mitra yang sangat potensial dalam penyebarluasan
informasi mengenai sanitasi. Di samping itu juga pihak media dapat berperan dalam menjadi media
sosialisasi yang cukup efektif mengenai sanitasi ke seluruh komponen masyarakat. Oleh karena itu
maka menjadi sangat penting bagi pihak pemerintah maupun swasta untuk dapat melakukan kerja
sama dan memberikan dukungan secara optimal kepada pihak media, terutama dalam bentuk
dukungan anggaran agar pihak media dapat berperan secara optimal dalam menyebarluaskan
informasi mengenai sanitasi.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 40


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

Sumber Informasi sanitasi

Lanjutan entry data studi komunikasi kabupaten lombok tengah

Studi dilakukan di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Praya dan Kecamatan Jonggat dengan
masing-masing 10 responden setiap kecamatan. Rata-rata usia responden dalam studi komunikasi
yang dilakukan berkisar antara 19 – 65 tahun. Sedangkan kalau dilihat dari jenis kelamin maka
responden yang paling dominan adalah kaum ibu-ibu yaitu sebanyak 18 orang dan 2 orang laki-laki;
karena hal ini berkaitan dengan responden pada saat studi EHRA yaitu kaum ibu-ibu. Status
perkawinan responden rata- rata dalam posisi kawain yaitu sebanyak 17 orang dan 3 orang janda.
Dilihat dari segi tingkat pendidikan maka pendidikan responden sebahagian besar hanaya
berpendidikan dasar (SD) sebanyak 12 orang selebihnya 2 orang tamat SMP, 2 orang tamat SMA, 1
orang tamat SMK, 2 orang tamat perguruan tinggi dan hanya 1 orang yang tidak sekolah formal.
Kegiatan atau pekerjaan sehari hari dari responden adalah sebahagian besar berprofesi
sebagai Ibu rumah tangga yaitu sebanyak 10 orang, 4 orang sebagai petani, 3 orang berwira usaha
dan masing-masing 1 orang sebagai pedagang,PNS dan karyawan.
Pengeluaran rata-rata untuk setiap bulannya sngat berpariasi hal ini dikarenakan oleh kondisi
social ekonomi yang berbeda-beda, namun demikian sebahagian besar pengeluarannya adalah antara
Rp. 500.000 – 750.000 yaitu sebanyak 8 orang, 5 orang antara Rp. 750.000 – 1000.000, 4 orang
antara Rp. 250.000 – 5000.000, dan hanya 3 orang yang pengeluarannya antara Rp.100.000 –
250.000,-
Dari 20 orang responden hanya 3 orang yang pernah mendapatkan pelatihan dalam kurun
waktu lima tahun terakhir sementara 17 orang lainnya belum pernah mendapatkan pelatihan; hal ini

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 41


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

menggambarkan bagai mana minimnya upaya yang dilakukan dalam rangka peningkatan kapasitas /
keterampilan kaum ibu di pedesaan.
Ketersediaan media massa dirumah dalam tiga bulan terahir ini didominasi oleh media
televisi sebanyak 19 orang, sedangkan radio 11 orang, yang membaca surat kabar ada 4 orang dan
majalah 1 orang.
Khusus mengenai radio responden mengaku mengikuti siaran radio dalam tiga bulan terakhir
adalah sebagai berikut : yang rutin mengikuti siaran radio setiap hari hanya 4 orang, sementara yang
lainnya ada 5 orang yang mengikuti beberapa kali dalam seminggu, 1 orang yang mengikuti sekali
sebulan dan selebihnya (10 orang) menjawab tidak tahu. Sedangkan dari sisi waktu mendengarkan
siaran paling banyak adalah dipagi hari, sebanyak 7 orang, malam hari 5 orang, siang hari 2 orang dan
sore hari 1 orang, dengan rata-rata lama mengikuti siaran radio yang paling banyak antara 1 – 2 jam
sebanyak 7 orang dan kurang dari 1 jam sebanyak 4 orang. Dari jenis acara siaran yang disuguhkan
yang paling sering diikuti adah acara lagu dangdut sebanyak 5 orang, keagamaan dan lagu pop
masing-masing 3 orang.
Sementara untuk siaran televisi nampaknya lebih diminati dibandingkan dengan siaran radio
mengingat tayangan televisi lebih menarik hal ini dapat kita lihat dari hasil wawaancara dengan
responden yang mengikuti siaran televisi dalam tiga bulan terakhir ini yang mengikuti setiap hari
sebanyak 14 orang dan hanya 1 orang yang mengikuti beberapa kali dalan satu mingu. Waktu
menonton televisi yang paling sering adalah pada malam hari sebanyak 19 orang hal ini menurut ibu-
ibu malah hari kegiatan sudah tidak terlalu banyak atau malam hari adalah waktu istirahat, selain pada
malam hari ada 13 yang menonton pada pagi hari sebelum beraktifitas, 11 orang menonton di siang
hari dan hanya 4 orang di sore hari karena biasanya sore hari juga waktu yang masih sibuk bagi
sebahagian besar ibu-ibu di desa.
Kalau kita meliat dari lama waktu yang dihabiskan untuk mengikuti acara televisi maka dapat
kita lihat sebagai berikut : antara 1 – 2 jam sebanyak 9 orang, kurang dari 1 jam 6 orang, dan yang
lebih dari 3 jam sebanyak 4 orang. Jenis acara yang paling diminati adalah Warta berita sebanyak 9
orang, keagamaan,Kesenian,Sandiwara, masing-masing 3 orang, dan hanya 1 orang yang senang
mengikuti acara penyuluhan.
Untuk media cetak dalam tiga bulan terakhir yang paling banyak dibaca adalah surat kabar ini
pun hanya 4 orang yang membacanya hal ini dipengaruhi oleh biaya dan ketersediaan surat kabar di
desa, sementara majalah dan tabloid tidak ada yang membacanya. Dari 4 orang yang menyatakan diri
membaca surat kabat tersebut hanya 1 orang yang membaca setiap hari, 2 orang beberapa kali dalam
seminggu dan 1 orang membaca selakali dalam sebulan. Mengenai berita yang diikuti 1 orang lebih
suka masalah Kriminal dan olah raga, 2 orang masalah kesehatan dan keluarga, dan 1 orang tidak
tahu. Sedangkan dari segi waktu yang diluangkan untuk membaca surat kabar adalah pagi hari dan
yang paling banyak di siang hari.
Hubungan antara masyarakat khususnya ibu-ibu dengan beberapa orang yang berkaitan
dengan maslah kesehatan lingkungan dan sanitasi, mereka sering/pernah bertemu/berkomunikasi
dengan : dokter 9 orang, dengan penyuluh kesehatan 5 orang, dengan bidan desa 6 orang, dengan
Kader Posyandu 15 orang. Informasi-informasi esehatan dalam tiga bulan terakhir ini seperti
brosur/booklet/poster tentang kesehatan hanya 4 orang pernah mendapat dan sekali dalam sebulan,
dan dari 4 orang tersebut 3 orang yang mengerti isi brosur tesebut dan 1 orang menyatakan tidak
mengerti isinya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber dari SKPD/dinas dapat


ditarik kesimpulan yaitu :
1. Setiap SKPD/dinas yang terkait dengan sanitasi memiliki anggaran untuk melakukan
kegiatan komunikasi melalui kegiatan pelatihan, sosialisasi, rapat-rapat maupun
simulasi. Metode yang digunakan dapat melalui sosialisasi ceramah, pembuatan spanduk-
spanduk maupun melalui penyuluhan-penyuluhan. Sementara untuk produksi materi
komunikasi, SKPD/dinas membuat sendiri dan juga bisa bekerja sama dengan
Bagian Humas atau kerjasama dengan percetakan.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 42


BUKU PUTIH SANITASI (BPS)
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2012

2. Semua SKPD/dinas yang menjadi narasumber menggunakan media sosialisasi dan


penyuluhan dalam mengkomunikasikan isu-isu tertentu. Alat yang digunakan berupa,
presentasi dan copy hand out yang disebarkan saat sosialisasi. Namun demikian,
belum maksimal dalam memanfaatkan media massa lokal seperti koran dan radio.
3. Isu yang diangkat oleh SKPD/dinas tergantung dari tupoksi masing-masing dengan
metode dan waktu yang berbeda-beda .
4. Tiap SKPD/dinas cukup dekat dengan media massa lokal namun masih berdasar
kebutuhan. SKPD/dinas akan menghubungi media jika diperlukan, demikian pula
sebaliknya.
5. Bagian Humas cukup bisa merangkul media massa lokal. Humas juga memiliki
anggaran khusus untuk wartawan yaitu dengan mengadakan press confrence secara
rutin.
Bagian Humas tidak memiliki dana khusus untuk program sanitasi tetapi merupakan bagian
dari informasi yang disampaikan melalui beberapa media antara lain Harian Inti Rakyat yang
terbit tiap hari, Suara Pembaharuan, Lombok POS yang berhubungan kegiatan pembangunan
Kabupaten Lombok Tengah.

5.4. KETERLIBATAN SEKTOR SWASTA DALAM LAYANAN SANITASI


Berdasarkan hasil kajian pokja tentang peran swasta dalam pelayanan sanitasi di Kabupaten Lombok
Tengah, diketahui bahwa sejauh ini perannya masih sangat minim, sehingga tidak ditemukan pihak
swasta yang terlibat secara langsung dalam pelayanan atau pengelolaan sanitasi. Oleh karena itu
kedepan, sangat diperlukan adanya kerjasama yang baik antara pihak pemerintah dan swasta dalam
pengelolaan Sanitasi.

Kesimpulan hasil penyebaran kuesioner :


 Sumber informasi utama adalah televisi, papan pengumuman dan surat kabar. Stasiun
televisi nasional yang tayang tiap hari yang didukung oleh TV Kabel dan Parabola menjadikan
media TV adalah sumber utama informasi bagi masyarakat Lombok Tengah. Sehingga informasi-
informasi melalui media ini paling banyak ditonton dan didengar oleh masyarakat. Sementara
radio lokal juga dapat dijadikan media untuk menyampaikan informasi tentang sanitasi, akan tetapi
perlu dilakukan berbagai upaya rintisan kerjasama yang baik dengan kemasan acara yang
menarik. Papan pengumuman yang ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis juga bisa menjadi
media untuk menyampaikan pesan sanitasi.
 Komunikator yang dipilih masyarakat untuk menyampaikan informasi sanitasi secara langsung
adalah ketua RT atau stafnya, ketua RW atau stafnya, Kades/Lurah dan kader PKK dan posyandu
sebagai sumber informasi sanitasi yan paling utama.
 Untuk materi penyuluhan sudah mencakup 3 sub sektor sanitasi yaitu sampah, drainase
dan limbah.
Keterlibatan pihak swasta akan sangat membantu dalam proses penguatan sanitasi di
Kabupaten Lombok Tengah. Keterlibatan pihak swasta tidak hanya akan mendukung dalam proses
pendanaan melainkan juga akan sangat membantu dalam penguatan jaringan. Hal ini tentunya akan
sangat membantu pemerintah daerah dalam pengembangan program sanitasi di Kabupaten Lombok
Tengah.

PPSP (Program Percepatan Sanitasi Permukiman) 43

Вам также может понравиться