Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Nilai impor suku cadang yang diimpor Indonesia didominasi oleh kendaraan
mewah dan kendaraan bertonase besar untuk keperluan industri. Impor suku cadang
kendaraan bermotor patut menjadi fokus perhatian dalam pengklasifikasiannya, karena
terdapat beberapa part yang cara pengklasifikasiannya tidak terdapat tertulis dalam
BTKI, namun hanya tertulis dalam Explanatory Notes.
Dalam Explanatory Notes, versi HS yang ke 6, Volume 4 pada halaman XVI-4
tertulis bahwa ada beberap part atau bagain dari mesin dan kendaraan yang tidak dapat
dianggap sebagai bagian dari mesin atau kendaraan tersebut. Barang tersebut tetap
diklasifikasikan pada posnya masing, walaupun nyata-nyata digunakan pada perakitan
kendaraan bermotor sebagai bagian dari kendaraan bermotor. Kelompok barang
tersebut adalah : 1) pompa dan kompresor, 2) penyaring, 3) mesin pengangkat dan
pemindah, 4) keran, klep dan katup, 5) bantalan peluru atau bantalan guling, 6) poros
penggerak dan engkol, 7) kotak roda gigi dan penukar kecepatan lainnya dan terakhir
jenis 8) paking dan penutup semacamnya.
----------------------------------------------------------------------------------
I. PENDAHULUAN
1
Bea Masuk dan ketentuan klasifikasinya yang unik pada BTKI. Mengapa disebut unik
dalam pengklasifikasian part mesin atau kendaraan tersebut?.
Ketentuan klasifikasi part atau suku cadang kendaraan yang diimpor tersendiri
tidak disebutkan atau tertulis dalam BTKI, namun hanya tertulis pada Explanatory
Notes (EN) volume 4, sehingga apabila mengklasifikasi barang tersebut tidak disertai
referensi EN dimungkinkan akan terjadi kesalahan dalam pengklasifikasiannya.
Beberapa suku cadang kendaraan tersebut umumnya termasuk yang diklasifikasikan
menyerupai bagian untuk pemakaian umum seperti pada catatan 2 Bagian XV, yaitu
suatu barang yang tidak diakui sebagai bagian dari suatu mesin atau kendaraan apabila
diimpor tersendiri.
Terdapat perbedaan perlakuan dalam pengklasifikasian suku cadang kendaraan,
apabila diimpor oleh produsen kendaraan bermotor dan apabila diimpor oleh perusahaan
non produsen kendaraan bermotor. Apabila diimpor oleh produsen kendaraan bermotor
suku cadang kendaraan tersebut diklasifikasikan pada Bab 98, namun uniknya apabila
diimpor oleh perusahaan atau importir bukan produsen kendaraan bermotor, maka
pengklasifikasiannya kembali kepada ketentuan umum yang terdapat pada bab
sebelumnya sesuai ketentuan yang berlaku pada Harmonized System (HS).
2
dengan tujuan untuk mempermudah penarifan dalam perdagangan.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bertugas mengawasi pemasukan dan
pengeluaran barang ke dan dari wilayah negara Republik Indonesia, oleh karena itu
setiap pegawai Bea dan Cukai seyogyanya mengetahui jenis dan jumlah setiap barang
beserta klasifikasinya sesuai Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) yang masuk
maupun keluar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pintu gerbang untuk
memasuki klasifikasi barang tersebut disebut dengan “Ketentuan Umum
Menginterpretasi Harmonized System” atau umumnya disebut KUM HS. KUM HS
yang terdiri dari 6 buah, mutlak diperlukan sebagai pedoman dasar yang tidak boleh
ditinggalkan dalam melakukan kegiatan klasifikasi barang, sadar atau tidak, salah satu
ketentuan dalam KUM HS harus dipergunakan
Ketentuan nomor satu menyatakan bahwa: uraian pada bab hanya untuk
referensi saja, tidak mempunyai kekuatan hukum, jadi yang mempunyai kekuatan
hukum adalah uraian barang dalam pos (heading) serta berbagai catatan bagian, catatan
bab, dan catatan sub-pos. Karena itu perlu diingat agar selalu mempertimbangkan
semua bab atau pos yang mungkin mencakup suatu barang. dalam hal KUM HS 1 tidak
bisa digunakan barulah digunakan KUM HS 2, 3, 4, dan 5. Contohnya, catatan 2 Bab 31
menjelaskan pos 31.02 hanya untuk produk tertentu. Batasan ini tidak boleh diperluas
dengan menggunakan KUM HS 2 (b).
3
sebagaimana ditetapkan oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang
perindustrian.
b. Kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang dari
Pos 87.02 dan Pos 87.03, kendaraan bermotor untuk pengangkutan barang dari
Pos 87.04, dan kendaraan bermotor roda dua dan roda tiga dari Pos 87.11.
3. Pos 98.01, Pos 98.02, dan Pos 98.03, hanya meliputi kendaraan bermotor atau
komponen kendaraan bermotor yang diimpor oleh Industri Perakitan dan/atau
Industri Komponen. Kendaraan bermotor atau komponen kendaraan bermotor yang
diimpor oleh selain Industri Perakitan dan/atau Industri Komponen, diklasifikasikan
pada pos tarif masing-masing yang sesuai dalam nomenklatur ini.
4. Terhadap Pos 98.01 berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Kendaraan bermotor dalam keadaan terurai tidak Iengkap (Incompletely
Knomorcked Down/IKD) adalah kendaraan bermotor dalam keadaan terbongkar
menjadi bagian-bagian yang tidak lengkap dan tidak memiliki sifat utama
kendaraan yang bersangkutan.
b. Tingkat keteruraian kendaraan bermotor terurai tidak lengkap (Incompletely
Knomorcked Down/IKD) diatur oleh Menteri yang bertanggungjawab di bidang
perindustrian.
4
5) Bagian dari mesin kantor pada pos 84.69 hingga 84.72 diklasifikasikan pada pos
84.73.
5
2) Mesin dan aparat penyaring (pos 84.21).
Forklif Dongkrak
wordpress.com yohan46.blogspot.com
Kran-air Kran
www.solopos.com http://webtugumas.com
6
5) Bantalan peluru atau bantalan guling, dan peluru baja gosok (pos 84.82).
IV. PENUTUP
Pemeriksa pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai perlu mempelajari
pengklasifikasian berbagai suku cadang kendaraan bermotor yang terdapat pada Bab 84
Bagian XVI BTKI. Jenis suku cadang kendaraan ini apabila diimpor tersendiri tidak
diklasifikasikan sebagai bagian dari kendaraan bermotor atau mesin, namun
diklasifikasikan pada posnya masing-masing sesuai yang tertera pada Explanatory
Notes Volume 4 yang dikeluarkan oleh WCO. Karena ketentuan ini tidak tertulis dalam
BTKI, maka diperlukan referensi Explanatory Notes dalam pengklasifikasiannya
==============================================================
7
Daftar Kepustakaan
1. Explanatory Notes, World Customs Organization, 2012
2. Buku tarif Kepabeanan Indonesia. Direktorat Jenderal bea dan Cukai. Kemementrian
Keuangan, Republik Indonesia, Tahun 2012
3. Republik Indonesia, Undang-Undang RI. Nomormor 17 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Atas Undang - Undang Nomormor 10 Tahun 1995 Tentang
Kepabeanan. Jakarta. DJBC. 2006
Situs website :
1) artikel-kependidikan.blogspot.com
2) http://www.google.com4
3) Johan46.blogspot.com
4) lapakjava.blogspot.com
5) otomaster.wordpress.com
6) riwadgalang.blogspot.com
7) www.indonetwork.co.id
8) www.kios onderdil.com
9) www.solopos.com