Вы находитесь на странице: 1из 19

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi pajak, di samping untuk mengisi kas negara (budgetair), juga dipergunakan sebagai alat
untuk mengatur kehidupan perekonomian suatu negara (regulerend). Dalam menjalankan
fungsinya sebagai instrumen untuk mengisi kas negara, pajak dikenakan secara netral kepada
seluruh lapisan masyarakat, tanpa kecuali, sepanjang memenuhi persyaratan untuk dipajaki. Akan
tetapi, dalam menjalankan tugasnya untuk mengatur kehidupan, sifat netral ini dapat diabaikan.
Artinya, ada sebagian golongan masyarakat yang mendapat keistimewaan untuk tidak dikenakan
pajak. Langkah ini diambil sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan pemerintah.

Pajak Pertmbahan Nilai (PPN) dikenakan atas pertambahan nilai yang terjadi atas suatu barang
atau jasa. Untuk tujuan-tujuan tertentu, PPN ini tidak dikenakan terhadap sektor-sektor usaha
tertentu. Inilah yang disebut dengan fasilitas.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja yang termasuk dengan Jenis Fasilitas PPN.

2. Bagaimana Perlakuan atas Pajak Masukan.

3. Bagaimana Perlakuan PPN atas Kawasan Berikat dan Gudang Berikat.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis Fasilitas PPN

Setiap orang atau badan usaha di Indonesia yang membeli Barang Kena Pajak dan memanfaatkan
Jasa Kena Pajak baik di dalam wilayah Indonesia maupun dari luar daerah Pabean, diwajibkan
membayar PPN. Pajak Pertmbahan Nilai (PPN) dikenakan atas pertambahan nilai yang terjadi atas
suatu barang atau jasa. Untuk tujuan-tujuan tertentu, PPN ini tidak dikenakan terhadap sektor-
sektor usaha tertentu. Inilah yang disebut dengan fasilitas.

Ada beberapa bentuk fasilitas:

1. Dikenakan PPN dengan tarif 0%

2. Tidak Dikenakan PPN

3. Dibebaskan dari Pengenaan PPN

4. PPN Tidak Dipungut

1. 1. Dikenakan PPN dengan Tarif 0%

Berdasarkan Pasal 7 UU PPN 1984 dan Perubahannya, atas ekspor Barang Kena Pajak dikenakan
PPN 0%.

1. 2. Tidak Dikenakan PPN

Berdasarkan Pasal 4A UU PPN 1984 dan Perubahannya, diatur bahwa atas keleompok barang dan
jasa tertentu tidak dikenakan PPN, yaitu:

Kelompok Barang:

1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.

 minyak mentah (crude oil), gas bumi, panas bumi, pasir dan kerikil, batubara sebelum diproses
menjadi briket batubara dan bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikeI, dan
bijih perak serta bijih bauksit.

1. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak.

 Beras, gabah, jagung, sagu, kedelai dan garam baik yang beryodium maupun yang tidak
beryodium

1. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya.

Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya
meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak termasuk
makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering

1. uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

Kelompok Jasa:

1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medic.


 Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi, Jasa dokter hewan, Jasa ahli kesehatan
seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi, Jasa kebidanan dan dukun bayi, Jasa
paramedis dan perawat dan Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium

2. Jasa di bidang pelayanan social.

 Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo, Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat
komersial, Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan, Jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali yang
bersifat komersial, Jasa pemakaman termasuk crematorium dan Jasa di bidang olah raga kecuali
yang bersifat komersial

3. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko.

4. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi.

 Jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa
penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta anjak
piutang, Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi dan Jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak
Opsi

5. Jasa di bidang keagamaan.

 Jasa pelayanan rumah ibadah, Jasa pemberian khotbah atau dakwah dan Jasa lainnya di bidang
keagamaan

6. Jasa di bidang pendidikan.

 Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum,


pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan,
pendidikan akademik dan pendidikan profesional dan Jasa penyelenggaraan pendidikan Iuar
sekolah, seperti kursus-kursus

7. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan.

Jenis jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan termasuk jasa di
bidang kesenian yang tidak bersifat komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang
diselenggarakan secara cuma-Cuma

8. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;


Jenis jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan adalah jasa penyiaran radio atau televisi
yang dilakukan oleh instansi Pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai
oleh sponsor yang bertujuan komersial

9. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air.

Jenis jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air adalah jasa angkutan umum di darat, di
laut, di danau, dan di sungai yang dilakukan oleh Pemerintah atau swasta

10. Jasa di bidang tenaga kerja.

 Jasa tenaga kerja, Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga kerja
tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut dan Jasa penyelenggaraan
latihan bagi tenaga kerja

11. Jasa di bidang perhotelan.

 Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen,
hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap dan
Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan,
motel, losmen, dan hostel

12. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum.

Jenis jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin
Mendirikan Bangunan, pemberian lzin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak,
pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

3. Dibebaskan dari Pengenaan PPN

Berdasarkan Pasal 16B UU PPN 1984 dan Perubahannya, fasilitas berupa pembebasan PPN dapat
diberikan kepada:

a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean.

b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu.

c. impor Barang Kena Pajak tertentu.

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean.
e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

Barang Kena Pajak yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
adalah :

1. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara,
alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan patroli, dan kendaraan angkutan khusus
lainnya, serta suku cadangnya yang diimpor oleh Departemen Pertahanan, Tentara Nasional
Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) atau oleh pihak lain yang ditunjuk
oleh Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI untuk melakukan impor tersebut, dan komponen
atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang
digunakan dalam pembuatan senjata dan amunisi untuk keperluan Departemen Pertahanan, TNI
atau POLRI.

2. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN).

3. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;

4. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku
cadang serta alat keselamatan pelayaran atau keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan
oleh PerusahaanPelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan
Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan PenyelenggaraJasa Angkutan Sungai,
Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya.

5. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan
atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan
AngkutanUdaraNiaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan atau
reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional.

6. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta
prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT(PERSERO) Kereta Api Indonesia, dan komponen
atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia, yang
digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia dan

7. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Departemen Pertahanan atau TNI
untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan
untuk mendukung pertahanan Nasional, yang diimpor oleh Departemen Pertahanan, TNI atau
pihak yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau TNI
Barang Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
adalah :

1. Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro,
asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang batasannya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah.

2. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara,
alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan patroli dan kendaraan angkutan khusus
lainnya, serta suku cadangnya yang diserahkan kepada Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI,
dan komponen atau bahan yang diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunisi oleh PT
(PERSERO) PINDAD untuk keperluan Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI.

3. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN).

4. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama.

5. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku
cadang serta alat keselamatan pelayaran atau keselamatan manusia yang diserahkan kepada dan
digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional,
Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atauPerusahaan Penyelenggara Jasa
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya;

6. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diserahkan kepada dan digunakan
oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan
atau pemeliharaan pesawat udara yang diperoleh oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan atau
reparasi Pesawat Udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

7. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta
prasarana yang diserahkan kepada dan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia dan
komponen atau bahan yang diserahkan kepada pihak yang ditunjuk oleh PT (PERSERO) Kereta Api
Indonesia, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan
atau pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api
Indonesia;

8. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo
udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan Nasional yang diserahkan
kepada Departemen Pertahanan atau TNI
Jasa Kena Pajak tertentu yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai adalah :

1. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Laut Nasional, Perusahaan Penangkapan
Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan
Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional, yang meliputi:

a. Jasa persewaan kapal.

b. Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh.

c. Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal.

2. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi:

a. Jasa persewaan pesawat udara;

b. Jasa perawatan atau reparasi pesawat udara;

3. Jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh PT (PERSERO) Kereta Api
Indonesia;

4. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan dan pembangunan
tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah;

5. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah sangat sederhana;
dan

6. Jasa yang diterima oleh Departemen Pertahanan atau TNI yang dimanfaatkan dalam rangka
penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung
pertahanan nasional

Atas impor Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan
PPN adalah:

a. barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun
terlepas, tidak termasuk suku cadang yang diperlukan secara langsung dalam proses
menghasilkan Barang Kena Pajak, oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena
Pajak tersebut;

b. makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan
ternak, unggas, dan ikan
c. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,
penangkaran, atau perikanan

d. barang hasil pertanian, yaitu barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang:

a. pertanian, perkebunan, dan kehutanan;

b. peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau

c. perikanan baik dari penangkapan atau budidaya, yang dipetik langsung, diambil langsung atau
disadap langsung dari sumbernya termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk
memperpanjang usia simpan atau mempermudah proses lebih lanjut.

Atas penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis berupa:

a. barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun
terlepas, tidak termasuk suku cadang yang diperlukan secara langsung dalam proses
menghasilkan Barang Kena Pajak, oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena
Pajak tersebut;

b. makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan
ternak, unggas, dan ikan

c. barang hasil pertanian, yaitu barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang:

a. pertanian, perkebunan, dan kehutanan;

b. peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau

c. perikanan baik dari penangkapan atau budidaya, yang dipetik langsung, diambil langsung atau
disadap langsung dari sumbernya termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk
memperpanjang usia simpan atau mempermudah proses lebih lanjut

d. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran,
atau perikanan

e. air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum

f. listrik kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6600 (enam ribu enam ratus) watt

g. Rumah Susun Sederhana Milik, yang selanjutnya disebut RUSUNAMI, adalah bangunan
bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang
dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah
dengan penggunaan komunal, yang perolehannya dibiayai melalui kredit kepemilikan rumah
bersubsidi atau tidak bersubsidi, yang memenuhi ketentuan:

a. luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) dan tidak melebihi 36
m2 (tiga puluh enam meter persegi);

b. harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp. 144.000.000,00 (seratus empat puluh empat
juta rupiah);

c. diperuntukkan bagi orang pribadi yang mempunyai penghasilan tidak melebihi Rp.
4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) per bulan dan telah memiliki Nomor Wajib Pajak
(NPWP);

d. pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur


mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah susun sederhana; dan

e. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan
tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

4. PPN Tidak Dipungut

Berdasarkan Pasal 16B UU PPN 1984 dan Perubahannya, fasilitas berupa PPN tidak dipungut dapat
diberikan kepada:

a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean.

b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu.

c. impor Barang Kena Pajak tertentu.

d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam
Daerah Pabean.

e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

2.2 Bagaimana Perlakuan Atas Pajak Masukan

Sehubungan dengan masih adanya perbedaan penafsiran berkenaan dengan Pajak Masukan
yang tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) UU PPN 1984 serta
pembebanannya sebagai biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 PP No. 42 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan Pajak Penghasilan 1984,
dengan ini disampaikan penjelasan dan penegasan sebagai berikut :
1. Dalam Pasal 9 ayat (8) huruf a, b dan c Undang-undang PPN 1984 telah ditetapkan bahwa
Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Keluaran bagi pengeluaran untuk :

a. pembelian Barang atau Jasa sebelum Pengusaha dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

b. pembelian Barang dan pengeluaran biaya lain yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan proses menghasilkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak.

c. pembelian dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van dan kombi.

2. Pedoman lanjut mengenai pengertian Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b Undang-undang PPN 1984 telah diberikan
dalam Keputusan Menteri Keuangan dan Surat Edaran dari Direktur Jenderal Pajak yaitu:

2.1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 1441b/KMK.04/1989 tanggal 29 Desember 1989. Dalam
Pasal 1 ayat (3) Keputusan Menteri Keuangan tersebut telah digariskan mengenai Pajak Masukan
yang tidak dapat dikreditkan yaitu untuk:

1. Pembelian BKP/JKP sebelum Pengusaha dikukuhkan menjadi PKP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (8) huruf a UU. PPN 1984.

b. Pembelian dan pemeliharaan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon,van dan kombi
sesuai dengan Pasal 9 ayat (8) huruf c Undang-undang PPN 1984 kecuali untuk barang dagangan
atau untuk digunakan secara langsung sesuai dengan bidang usahanya.

c. Pembelian yang sifatnya untuk kepentingan pribadi Pemilik/Pemegang saham, Direktur,


Komisaris dan Karyawan.

d. Penyerahan yang Pajak Keluarannya ditanggung Pemerintah kecuali ditetapkan lain oleh
Menteri Keuangan.

e. Perolehan BKP/JKP yang Pajak Pertambahan Nilainya ditanggung Pemerintah.

2.2. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.: SE-50/PJ.71/1989 tanggal 2 Desember 1989
dengan lampiran Buku Petunjuk Umum Pembukuan Untuk Perpajakan. Dalam butir 5.5. Buku
Petunjuk Umum Pembukuan Untuk Perpajakan telah diberikan Pedoman Pengkreditan Pajak
Masukan yang tidak dapat dikreditkan karena tergolong tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha, antara lain Pajak Masukan untuk :

– perolehan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak untuk kepentingan Direktur, pengurus
perusahaan maupun karyawan.

– pemberian natura kepada karyawan.


– hadiah/sumbangan sepanjang Barang Kena Pajak yang dihadiahkan/

disumbangkan adalah bukan hasil produksinya.

– penyerahan Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak yang Pajak Keluarannya ditanggung
Pemerintah.

2.3. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.: SE-65/PJ.3/1985 (Seri PPN-66). Dalam Surat
Edaran tersebut ditegaskan bahwa Pajak Masukan yang tidak dapat dikredit-kan sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b UU PPN 1984 adalah Pajak
Masukan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan proses pabrikasi dan distribusi antara
lain Pajak Masukan atas pembelian bahan bakar untuk kendaraan direksi dan karyawan, Pajak
Masukan atas pengeluaran biaya representasi, jamuan, pengeluaran lain yang sifatnya konsumtif
serta pengeluaran yang umumnya termasuk biaya overhead.

3. Perlakuan Pajak Penghasilan.

3.1. Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1985 tentang Pelaksanaan PPh
1984, pada dasarnya PPN yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh 1984 adalah sebesar PPN yang tidak dapat dikreditkan
berdasarkan UU No. 8 tahun 1983.

3.2. PPN Pajak Masukan dapat digolongkan sebagai berikut :

a. PPN Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran, sehingga PPN Pajak
Masukan tersebut tidak merupakan beban biaya bagi perusahaan.

b. PPN Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran dapat digolongkan :

b.1. PPN Pajak Masukan yang berkenaan dengan pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh
Barang dan Jasa yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh 1984.

b.2. PPN Pajak Masukan yang berkenaan dengan pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian
Barang dan Jasa yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 UU PPh 1984.

3.3. Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 1 PP No. 42 Tahun 1985 tersebut hendaknya tetap
dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a jo. Pasal 9 UU PPh 1984.
Oleh karena itu perlu ditegaskan bahwa Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan yang
berkenaan dengan pengeluaran-pengeluaran yang termasuk dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a UU
PPh 1984, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.
Sebaliknya Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan yang berkenaan dengan pengeluaran-
pengeluaran yang termasuk dalam Pasal 9 ayat (1) UU PPh 1984, tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto.

4. Sehubungan dengan hal itu, untuk lebih memberikan kepastian dan keseragaman pengertian
tentang Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan serta pembebanannya sebagai biaya yang
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, dengan ini
diberikan petunjuk lebih lanjut tentang Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan dan
pembebanannya sebagai biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 PP No. 42 1985 dihubungkan
dengan sifat, tujuan serta usul-usul BKP/JKP yang digunakan sebagai berikut :

4.1. BKP yang berasal dari produksi sendiri:

4.1.1. Pemakaian sendiri :

Pemakaian sendiri hasil produksi sendiri dilihat dari tujuan pemakaiannya dibedakan dalam :

a. Pemakaian sendiri untuk tujuan konsumtif.

Atas pemakaian sendiri oleh PKP untuk tujuan konsumtif BKP yang berasal dari produksinya
sendiri terutang PPN. PPN tersebut merupakan Pajak Keluaran dan juga merupakan Pajak Masukan
bagi PKP yang bersangkutan. Pajak Masukan yang dibayar oleh PKP yang bersangkutan tidak
dapat dikreditkan.

Contoh :

Pabrikan minuman ringan menggunakan hasil produksinya untuk konsumsi karyawan atau para
tamu.

Perlakuan PPN :

PPN dan/atau PPnBM harus dibayar oleh pengusaha yang bersangkutan sesuai dengan Pasal 1
huruf d angka 1 huruf e jo Pasal 4 ayat (1) huruf a angka 1 UU PPN 1984. PPN yang dibayar
merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan.

Perlakuan PPh :

Untuk pembebanan sebagai biaya perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 PP No. 42
tahun 1985, maka PPN yang tidak dapat dikreditkan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
sepanjang pengeluarannya termasuk biaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a
UU PPh 1984 yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Sebaliknya
apabila PPN yang tidak dapat dikreditkan tersebut berasal dari pengeluaran yang tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf d, f, h
dan i UU PPh 1984, maka PPN yang dibayar tidak dapat dibebankan sebagai biaya. Dengan
demikian, maka dalam hal minuman tersebut disuguhkan kepada para tamu dalam kaitannya
dengan usaha untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, maka atas pengeluaran
untuk minuman tersebut dapat dibebankan sebagai biaya sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat
(1) huruf a UU Pajak Penghasilan 1984. Apabila minuman tersebut diberikan untuk konsumsi
karyawan, maka atas pengeluaran untuk minuman tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat
(1) huruf d UU Pajak Penghasilan 1984 tidak dapat dikurangkan sebagai biaya perusahaan karena
merupakan kenikmatan (fringe benefit) dan bagikaryawan bukan merupakan penghasilan.

b. Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif.

Yang dimaksud pemakaian sendiri untuk tujuan produktif adalah pemakaian hasil produksi sendiri
untuk keperluan yang berhubungan langsung dengan kegiatan usahanya.

Contoh :

Pabrikan mobil/truck mempergunakan sendiri truck yang diproduksinya untuk kegiatan usaha
mengangkut bahan baku spare parts/barang dagangan dari suatu tempat ke pabriknya atau ke
tempat pembeli.

Perlakuan PPN :

Atas pemakaian sendiri ini terutang PPN. Pajak Keluaran harus dibayar sendiri oleh pengusaha
yang bersangkutan. PPN yang dibayar merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan.

Perlakuan PPh :

Karena telah dikreditkan sebagai Pajak Masukan maka PPN tidak dapat di bebankan sebagai biaya
untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak.

4.1.2. Pemberian cuma – cuma.

Penyerahan hasil produksi sendiri untuk pemberian cuma-cuma kepada pihak lain terutang PPN.
PPN tersebut merupakan Pajak Keluaran dan juga Pajak Masukan bagi PKP yang bersangkutan.
PPN yang dibayar merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan. Untuk PPh, sepanjang
pemberian cuma-cuma seperti ini termasuk dalam pengertian pemberian natura kepada karyawan
sebagaimana dimaksud dalam Buku Petunjuk Umum Pembukuan Untuk Perpajakan dan termasuk
dalam pengertian fringe benefit, sumbangan, hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
huruf d, f, h dan i UU PPh 1984, Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan tidak dapat
dibebankan sebagai biaya.

4.2. BKP yang berasal bukan dari produksi sendiri :


Untuk PPN, Pajak Masukan atas perolehan BKP yang berasal bukan dari produksinya sendiri yang
digunakan untuk pemakaian sendiri dengan tujuan konsumtif maupun pemberian cuma-cuma
berupa hadiah/sumbangan tidak dapat dikreditkan sebagaimana ditegaskan dalam Buku Petunjuk
Umum Pembukuan Untuk Perpajakan. Untuk PPh, apabila pengeluaran tersebut termasuk dalam
pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 9 ayat (1) huruf d, f, h dan i UU PPh tahun 1984, maka Pajak Masukan yang tidak dapat
dikreditkan yang berkenaan dengan pengeluaran tersebut juga tidak dapat dibebankan sebagai
biaya.

2.3 Bagaimana Perlakuan PPN atas Kawasan Berikat dan Gudang Berikat

Menteri Keuangan menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor


255/PMK.04/2011 tentang Perubahan atas PMK Nomor 147/PMK.04/2011 tentang Kawasan
Berikat.

Peraturan ini menegaskan kembali fungsi kawasan berikat sebagai lokasi kepabeanan bebas pajak
untuk importasi bahan baku modal kerja guna memproduksi barang berorientasi ekspor. Saat ini
ada 1.557 kawasan berikat dan 473 gedung berikat yang menikmati fasilitas bebas bea.

Penertiban kawasan berikat dan gudang berikat karena Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kementerian Keuangan menemukan ada kejanggalan.

Kerugian terbesar akibat kebocoran produk yang memanfaatkan fasilitas bebas bea kawasan
berikat atau gudang berikat ke pasar domestik merugikan pengusaha. Kini, pengusaha tekstil dan
produk tekstil (TPT) yang paling menderita. Paling penting adalah mempertahankan pangsa pasar
domestik pengusaha TPT nasional. Jika pangsa pasar meningkat begitu PMK 255 diterapkan,
berarti memang ada masalah di kawasan berikat.

Industri tekstil tumbuh pesat sejak 2010 dengan ekspor naik rata-rata 20 persen per tahun.
Ekspor TPT tahun 2011 mencapai 13 miliar dollar AS (sekitar Rp 113,8 triliun) dan perdagangan di
pasar domestik sebanyak 7 miliar dollar AS (sekitar Rp 63,7 triliun).

Salinan PMK Nomor 143/PMK.04/2011 yang diperoleh di Jakarta menyebutkan, penetapan PMK itu
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2009 tentang
Tempat Penimbunan Berikat.

Berdasar PMK tersebut, gudang berikat adalah tempat penimbunan berikat untuk menimbun
barang impor, yang dapat disertai satu atau lebih kegiatan berupa pengemasan atau pengemasan
kembali, penyortiran, penggabungan (kitting), pengepakan, penyetelan, pemotongan, atas
barang-barang tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali.
Sementara tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi
persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan
mendapatkan penangguhan bea masuk (BM).

PMK tersebut antara lain menetapkan bahwa gudang berikat dapat berbentuk gudang berikat
penunjang kegiatan industri, gudang berikat pusat distribusi khusus toko bebas bea, dan gudang
berikat transit.

Gudang berikat pendukung kegiatan industri merupakan gudang berikat yang berfungsi untuk
menimbun dan menyediakan barng impor untuk didistribusikan kepada perusahaan industri di
tempat lain dalam daerah pabean dan/atau kawasan berikat.

Gudang berikat pusat distribusi khusus toko bebas bea merupakan gudang berikat yang berfungsi
untuk menimbun dan mendistribusikan barang impor ke toko bebas bea. Sementara gudang
berikat transit merupakan gudang berikat yang berfungsi menimbun dan mendistribusikan barang
impor keluar daerah pabean. Barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean ke gudang berikar
diberikan penangguhan BM, diberikan pembebasan cukai, dan/atau tidak dipungut pajak dalam
rangka impor (PDRI).

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat di impulkan bahwa fasilitas pajak bidang PPN dapat
di bagi menjadi 4 bagian yaitu :

1. Dikenakan PPN dengan tarif 0%

2. Tidak Dikenakan PPN

3. Dibebaskan dari Pengenaan PPN

4. PPN Tidak Dipungut


Report this ad

Report this ad

Beri peringkat:

2 Votes
Terkait

Konsep-Konsep Motivasi Dasardalam "Belajar"

Windows 7dalam "Belajar"

Status Sosialdalam "Belajar"

This entry was posted on Kamis, Desember 13th, 2012 at 11:54 AM and is filed under Belajar. You can follow

any responses to this entry through theRSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own

site.

Navigasi pos
« Previous PostNext Post »

One Response to PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

1. Jayinudin Ibnu Tsalis berkata:

14 Januari 2013 pukul 4:18 PM

Pajak Merupakan Kewajiban Warga negara.

Rate This
Balas

Tinggalkan Balasan

Cari

 LAM
AN

o Download
o Profil


Desember
2012
M S S R K J S

« Mei

2 3 4 5 6 7 8

9 10 11 12 13 14 15

16 17 18 19 20 21 22

23 24 25 26 27 28 29

30 31
 ARSI
P

o Desember
2012
o Mei 2012
o Maret 2012
o Desember
2011
o Januari 2011
o Desember
2010
o Juni 2010
o Mei 2010
o Februari 2010
o Desember
2009

 TULI
SAN
TERBARU

o Kalender
2013
o PAJAK
PERTAMBAHA
N NILAI (PPN)
o JAS
PERNIKAHAN
Kancing-2
o Cara
Membuat
Rengginang S
ingkong
o Konsep
Motivasi
Dasar

 KAT
EGORI

Kategori
 BLO
G QU

o Blog Qu
o Jayinudin
o Rio Yunanto

 BERL
ANGGANAN
Masukkan alamat E-mail Anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan tulisan-tulisan baru melalui
E-mail.
Bergabunglah dengan 1 pengikut lainnya

Daftar!

 DAF
TAR

o Daftar
o Masuk
o RSS Entri
o RSS Komenta
r
o WordPress.co
m

 FOLL
OWERS

o I liked a
@YouTube vid
eoyoutu.be/T
Bjz7ux3mho?
a DRAG
MOTOR JOKI
TERCEPAT DI
INDONESIA
6,9 detik EKO
KODOK -
DRAG BIKE
TERBARU 7 m
onths ago
o Ik heb een
video
toegevoegd
aan een
@YouTube-
afspeellijst:yo
utu.be/9NkvA
nXHhV8?aMe
nggemparkan
DUNIA Drag
Bike ; Rata2
Tembus
6 7 months a
go
o I added a
video to a
@YouTubepla
ylist youtu.be
/p6hxzXfBxP4
?aR.I.P
DENIS
KANCIL #163
| Penampilan
Terakhir
Denis
Sebelum
Meninggal 7
months ago
o Přidal(a) jsem
do seznamu
videí
@YouTube vid
eoyoutu.be/4
Fr0uCgBFeo?
a NINJA TUNE
UP TERCEPAT
DI
INDONESIA -
DRAG BIKE
(TERBARU)7
months ago
o He añadido
un vídeo a
una lista de
reproducción
de
@YouTube (y
outu.be/TBjz7
ux3mho?a -
DRAG MOTOR
JOKI
TERCEPAT DI
INDONESIA
6,9 7 months
ago

 PER
KEMBANGAN
BLOG KU

o 28,746 hits

Report this ad

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.

Tutup dan terima


Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan
menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan penggunaan mereka.
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini: Kebijakan Cookie
 Ikuti

Вам также может понравиться