Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut ditengarai akibat terus
adalah salah satu komoditi utama, baik untuk konsumsi manusia maupun
untuk kebutuhan bahan baku industri dan pakan ternak. Selain jagung,
Jagung (Zea Mays L.) adalah tanaman jenis serelia yang dapat
sumber bahan baku utamanya. Diluar impor, pada tahun 2015 Indonesia
1
memproduksi jagung sebanyak 19,61juta ton pipilan kering dari total luas
Komoditi jagung saat ini adalah salah satu komoditi yang sangat
masyarakat akan tetapi tetap saja permintaan akan komoditi jagung terus
sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Peranan jagung sebagai
bahan baku utama industri pakan ternak hingga saat ini belum
berhasil, sehingga jagung masih tetap menjadi bahan baku yang sangat
yang relative murah, memiliki kalori yang tinggi, protein dan asam amino
dengan jumlah kuantitas hasil buah jagung yang diperoleh pada saat
panen. Hal ini menyebabkan limbah jagung menjadi pencemar dan sangat
2
Sulawesi Selatan adalah salah satu provinsi di Indonesia yang
menjadi sentra penghasil jagung terbesar setelah Jawa Timur dan Jawa
1.528 juta ton pipilan kering dari luas panen sekitar 295 ribu ha. (BPS,
2015).
produksi pipilan kering mencapai 7,5 ton per hektar. Kabupaten Gowa
sebanyak 163.589 ton yang terdiri dari limbah jerami, klobot dan tongkol
yang memamah biak. Sapi digolongkan sebagai ternak besar yang dapat
tenaganya. Beternak sapi potong dari bibit atau anakan kira-kira umur 2,5
tahun dan dengan manajemen yang tepat dibutuhkan sekitar 3-5 bulan
3
peternakan sapi yang banyak digeluti masyarakat Indonesia termasuk di
Kabupaten Gowa.
setelah Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah. Populasi ternak sapi
Kabupaten Gowa sendiri pada tahun 2015 mencatat populasi ternak sapi
sehingga terus bisa memajukan daerah. Akan tetapi perlu diingat bahwa
komoditi tersebut juga menghasilkan sisa limbah hasil produksi yang pada
ditimbulkannya.
4
ke lingkungan tersebut pasti akan menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan. Kondisi ini yang kemudian mestinya dapat kita pahami dan
Bukan hal yang baru bahwa limbah jagung dan sapi sebenarnya
dari sisi ekonomi maupun dari sisi ekologis. Saat ini telah gencar ide
produksi tanaman dan hewan (ternak) dalam satu lingkaran siklus yang
saling mendukung satu sama lain. Fungsi dari ide berkelanjutan ini
keseluruhan.
5
dan sapi dapat berjalan dan berkembang tanpa menghasilkan cemaran
organik di lahan pertanian jagung. Sistem inilah yang kita sebut sebagai
dan sapi berbasis zero waste ini. Penulis akan mencoba merumuskan
6
Rumusan Masalah
Kabupaten Gowa ?
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui potensi limbah jagung dan sapi di Kecamatan
BontonompoKabupaten Gowa.
2. Mengetahui model penanganan limbah jagung dan sapi di
C. Kegunaan Penelitian
7
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah
sistem integrasi limbah jagung dan sapi berbasis zero waste agar
integrasi limbah juga dapat dijadikan acuan dan memotivasi bagi semua
pihak agar pemanfaatan limbah jagung dan sapi dalam satu sistem yang
jagung.
3. Jenis limbah peternakan yang jadi objek penelitian adalah jenis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
A. Limbah Pertanian Jagung
bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri pangan dan pakan
berbahan baku jagung. Salah satu contoh sampah organik adalah jerami
yang sudah tak terpakai ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif
ternak sapi sehingga limbah jerami jagung ini tidak menjadi sampah yang
Wina, 2008).
dan tongkol jagung yang biasanya tidak dipergunakan lagi ataupun nilai
9
untuk dikonsumsi sebagai sayur (Mariyono et al., 2004).
b. Kulit buah jagung/klobot adalah kulit luar buah jagung yang
al., 2006).
c. Tongkol jagung/janggel adalah limbah yang diperoleh ketika biji
sebagai produk utamanya dan sisa buah yang disebut tongkol atau
Jenis jagung
Pemanfaatan jerami Maros Takalar Gowa
(pulut) (manis) (kuning)
Semuanya untuk pakan ternak 15 4 3
Semuanya dibakar 1 3 15
Sebagian pakan dan sebagian dibakar 8 30 12
Total 24 27 30
Tabel 1. Pemanfaatan Jerami Jagung Sebagai Pakan Ternak di
Kabupaten Maros, Gowa dan Talakar (Baba et al., 2014)
10
**Asymp. Sig. 0,000 & Coefficient Contingency 0,579
semua limbah jerami jagungnya sebagai pakan ternak. Ada dua metode
adalah selain untuk memenuhi kebutuhan ternak akan pakan juga untuk
dengan petani lainnya yang memiliki waktu tanam yang berbeda untuk
jerami jagung manis yang sangat banyak, waktu panen yang hampir
pula di Kabupaten Gowa, produksi jerami jagung kuning yang tinggi, umur
panen jagung yang sudah tua dan skala usaha yang kecil (2,4 ekor)
et al., 2014).
11
Menurut Carlsson, et al., (2007), sebuah teknologi yang
dengan komoditi yang ditanam yaitu jagung pulut dengan serapan pasar
ternak dengan sistem sosial yang dimiliki bersama dengan petani lainnya
limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio,
kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-
ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang
terdiri dari feses dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak
(Sihombing, 2000).
12
Menurut Soehadji (1992), limbah peternakan meliputi semua
kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa
limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat
merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat
(kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak).
Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase
cairan (air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat). Sedangkan limbah
gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas.
Pencemaran karena gas metan menyebabkan bau yang tidak enak bagi
lingkungan sekitar.
ruminansia. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab
tahun dan terus meningkat. Apalagi di Indonesia, emisi metan per unit
pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan
Perlakuan
Pemanfaatan feces
A B C
Dibuang 5 23 27
13
Dipakai tanpa diolah 10 11 2
Diolah 9 3 1
Total 24 37 30
**Asymp. Sig. 0,000 & Coefficient Contingency 0,499
14
C. Pengaruh Limbah Pertanian dan Peternakan Terhadap
Lingkungan
1. Limbah Peternakan dan Pencemaran Lingkugan
beberapa abad yang lalu, namun perhatian yang serius baru tampak
kerugian, baik material maupun non-material. Hal ini terjadi karena limbah
yang mampu memperbaiki kehidupan manusia lebih baik. Kedua faktor ini
untuk memenuhi kebutuhan udara segar dan air bersih. Faktor ini
15
meningkatkan produksi peternakan, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Salah satu cara adalah meningkatkan skala usaha bagi setiap peternak.
banyak kasus, air larian (air permukaan) yang berasal dari kandang atau
keuntungan usaha dan pada saat yang sama kualitas lingkungan dapat
16
walaupun pada banyak kasus ada konflik antara ketiga hal tersebut
fosfat yang dapat langsung diserap oleh tanaman hanya 15% dari aplikasi,
sisanya akan terikat oleh tanah. Pada saat hujan pupuk tersebut akan
larut dan terbawa bersamaan dengan partikel tanah. Keadaan ini akan
17
hari. Pembuangan kotoran ternak sembarangan dapat menyebabkan
pencemaran pada air, tanah dan udara (bau), berdampak pada penurunan
Sebagai contoh ternak sapi selain sebagai ternak kerja, dapat juga
merupakan sumber pupuk organik, yang saat ini belum banyak dikelola
secara optimal. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan efisiensi dan
limbah kotoran ternak dan sering pengadaan pupuk kandang ini menjadi
kendala pada saat-saat awal musim tanam karena selain mahal sering
18
(Kaharuddin dan Sukmawati, 2010).
pakan sapi & ikan, dan yang berupa cairan dimanfaatkan menjadi pupuk
19
pupuk organik untuk tanamannya, kemudian memanfaatkan limbah
Sistem zero waste sendiri adalah implikasi logis dari berjalannya sistem
dari sector pertanian dan peternakan masuk kedalam siklus yang saling
20
produksi (limbah) yang dihasilkan terus menjadi salah satu mata rantai
Priyanti, 2013).
merupakan model yang telah lama dilakukan oleh masyarakat. Model ini
limbah pertanian menjadi pupuk hijau, pestisida organic atau pakan ternak
dan senyawa antara seperti protein, lemak, vitamin dan mineral yang
dapat digunakan sebagai ransum pakan ternak seperti sapi, kambing, dan
itik. Disisi lain, hewan ternak menghasilkan kotoran yang dapat dikelola
21
terpilih suatu alternatif tertentu yang diyakini merupakan keputusan yang
2000).
strategi, yaitu :
besarnya
23
défensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
dari hasil produksi kedua komoditi tersebut juga meningkat. Hal tersebut
yang akan ditimbulkan seperti polusi air, tanah dan udara. Limbah tersebut
akan berubah dari bahan pencemar menjadi potensi alam yang dapat
(zero waste).
24
Eliminasi cemaran limbah jagung dan sapi tentu menjadi hal yang
positif bagi lingkungan, baik dalam skala kecil hingga ke skala ynag lebih
besar. Hal ini akan menjadi satu gerakan lain dalam upaya penyelamatan
produksi jagung dan sapi. Sudah saatnya kita beranjak dari penggunaan
Bontonompo sebagai salah satu daerah potensial limbah jagung dan sapi
di Kabupaten Gowa.
25
Gambar 2. Kerangka pikir penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
26
pengembangan. Penelitian ini digunakan untuk menganalisa aspek-aspek
(Umar, 2005).
27
Gambar 3. Peta Adminstrasi Kecamatan Bontonompo, Kabupaten Gowa.
Data yang digunakan sebagai data awal adalah survey lokasi untuk
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data
pertama dari lokasi penelitian baik berupa hasil observasi maupun dengan
langsung tetapi data yang telah dikumpulkan oleh orang atau instansi lain.
28
kaitannya dengan penelitian ini. Adapun data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan (1) Limbah peternakan
sapi, yakni limbah dari hasil usaha peternakan sapi yang berupa feses
dan/atau urine. (2) Limbah pertanian jagung, yakni limbah dari hasil usaha
pertanian jagung yang dapat berupa jerami, tongkol dan brangkas. (3)
N
n= ....................................................................................(1)
1+ Ne2
Dimana :
n = jumlah minimal responden
N = jumlah populasi
e = derajat kesesuaian
derajat kesesuaian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 10%
29
Dari rumus diatas maka jumlah samplenya adalah :
teknik yang sesuai dengan sifat dan jenis data yang ada. Teknik
30
suara.
2. Wawancara mendalam (depth interview), yaitu memperoleh
31
unsur-unsur SWOT sehingga dapat dirumuskan strategi alternative
lingkungan.
3. Dokumentasi dengan mengambil gambar/foto-foto mengenai
perlu diketahui variable dan indicator dalam kegiatan ini. Variable ini akan
2 Strategi ST Program
WO Program
WT Program
32
G. Analisis Data
angka yang didapat dari hasil penelitian melalui 3 tahap analisis matriks
sistem integrasi limbah jagung dan sapi berbasis zero waste dan ancaman
33
2. Matriks IE (Internal-Eksternal)
matriks IFE. Matriks IE ini akan terbagi menjadi sembilan bagian yang
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matriks ini memiliki empat set
34
1. Strategi SO (Strengths Opportunities)
analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat perlu melalui
internal;
35
Tabel 5. Matriks SWOT
naratif) dan formal (dalam bentuk tabel). Penyajian data dalam bentuk
36
integrasi limbah pertanian jagung dan peternakan sapi di Kecamatan
Pengumpulan Data
Analisis Matriks
37
Alternatif Strategi
38
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2015. Sulawesi Selatan dalam Angka 2011. Badan
Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan, Makassar.
Suryahadi, Nugraha A. R., Bey A., dan Boer R. 2002. Laju Konversimetan
dan Faktor Emisi Metan pada Kerbau Yang Diberi Ragi Tape Lokal
yang Berbeda Kadarnya yang Mengandung Saccharomhyces
cereviseae.Ringkasan Seminar Program Pascasarjana IPB. Bogor.