Вы находитесь на странице: 1из 5

Kelompok 5

1. Indra Nopian (F.16.056)


2. Khairun Sa’adah (F.16.058)
3. Kriscika Guspani (F.16.060)
4. Mahdiaty (F.16.062)
5. Novia Henjani (F.16.067)
Judul Jurnal : ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA
TOKSIK DARI DAGING BUAH PARE (Momordica charantia L.)

TAHAPAN ANALISIS (Fitokimia)

1. Bahan uji yang digunakan adalah daging buah pare lalu dikeringkan dan
dihaluskan hingga menjadi serbuk.

a. Klasifikasi Pare ( Momordica charantina )

Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Sub Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Dycotiledone
Famili : Cucurbitaceae
Genus : Momorica
Spesies : Momoricacharantia
2. Ekstraksi dari daging buah pare ini menggunakan metode dingin yaitu
dengan metode maserasi cara nya adalah yaitu:

a. Sebanyak ± 600 gram serbuk daging buah pare kering dimaserasi


dengan pelarut methanol teknis.
b. Pelarut yang digunakan yaitu metanol sebanyak 4,5 L setelah itu
didiamkan selama 24 jam.
c. Setelah 24 jam didiamkan maka menghasilkan ekstrak kental
dengan cara maserasi.
3. Fraksionasi golongan senyawa toksik pada isolasi dari identifikasi
senyawa toksik dari ekstrak kental menggunakan 3 macam fraksi yaitu
fraksi air, n-heksana dan kloroform
a. Ekstrak kental dari pelarut metanol yang diperoleh, kemudian
dilarutkan dalam 250 mL air, dan dipartisi dan dengan 1 L n-
heksana. Hal ini dilakukan agar senyawa dapat ditarik berdasarkan
adanya afinitas kepolaran terhadap suatu pelarut.
b. Cara yang sama juga dilakukan dengan menggunakan kloroform.
Sehingga akan didapat tiga fraksi yaitu fraksi n-heksana, fraksi
kloroform, dan fraksi air. Ketiga fraksi diuji toksisitas terhadap
larva udang Artemia salina Leach. Pengujian dilakukan dengan
mengambil sebanyak 20 mg ekstrak kental kemudian dilarutkan
dengan pelarut dari ekstrak pekat, selanjutnya diuji toksisitasnya
dengan larva udang Artemia salina L.
c. Fraksi yang paling toksik diantara ketiga pelarut yang digunakan
air, n-heksana dan kloroform akan dilanjutkan pada proses
pemisahan dan pemurnian dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
dan Kromatografi kolom.

4. Pemisahan yang dilakukan dengan menggunakan cara Kromatografi


Kolom dan Pemurnian yang dilakukan menggunakan cara KLT
(Kromatografi Lapis Tipis)

a. Metode pemisahan menggunakan ekstrak yang paling toksik


dilakukan dengan Kromatografi Kolom. Kromatografi kolom
merupakan metode pemisahan yang didasarkan pada pemisahan
daya adsorbs suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik
pengotornya maupun hasil isolasinya. Prinsip kerja kromatografi
kolom perbedaan daya serap dari masing-masing komponen,
campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu
dimasukkan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam
zat meyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat
sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar terserap lebih
lama dan turun lebih cepat. Zat yang diserap dari larutan secara
sempurna oleh bahan penyerap berupa pipa sempit pada kolom.
Pelarut lebih lanjut atau dengan tanpa tekanan udara masing-
masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga
terjadi pemisahan dalam kolom.

b. Metode uji kemurnian dilakukan dengan cara KLT pada berbagai


campuran eluen. Pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis
(KLT) dilakukan beberapa kali menggunakan beberapa eluen
dengantingkatkepolaran yang berbeda untuk mendapatkan pelarut
yang mampu memberikan pemisahan yang baik serta noda zat
warna yang bagus.
5. Metode identifikasi isolat aktif dilakukan dengan uji fitokimia dilakukan
dengan uji warna dan uji busa dan analisis data fisikokimia dilakukan
dengan dua metode yaitu Spektrofotometri Ultra violet visible (UV-VIS)
dan Spektrofotometri Inframerah (FTIR)

a. Uji fitokimia dilakukan dengan uji warna dan uji busa. Uji warna
bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa alkaloid, flavonoid,
steroid, atau terpenoid, sedangkan uji busa bertujuan untuk mengetahui
golongan senyawa saponin.

b. Analisis data fisikokimia dilakukan dengan


- Spektrofotometri Ultra violet visible (UV-VIS)
Spektrometri sinar tampak (UV-VIS) adalah
pengukur energy cahaya oleh suatu system kimia pada
panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV)
mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan
sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-
750 nm. Spektrofotometri digunakan untuk mengukur
besarnya energi yang diabsobsi atau diteruskan. Sinar
radiasi monokromatik akan melewati larutan yang
mengandung zat yang dapat menyerap sinar radiasi tersebut
pengukuran spektrofotometri menggunakan alat
spektrofotometri yang melibatkan energi elektron yang
cukup besar pada molekul yang di analisis, sehingga
spektrofotometri UV-VIS lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.

- Spektrofotometri Inframerah (FTIR).


Spektrofotometri Inframerah merupakan suatu metode
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik
yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75 – 1000 µm.
Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James
Clark Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisik
merupakan gelombang elektromagnetik, artinya mempunyai
vektorlistrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak
lurus dengan arah rambatan.

6. Hasil Analisis
Pada hasil analisis tahapan fitokimia dari jurnal ilmiah yaitu Isolasi
Dan Identifikasi Golongan Senyawa Toksik Dari Daging Buah Pare
(Momordica charantia L.) bahan uji yang digunakan adalah tanaman pare
yaitu diambil bagian daging buahnya lalu dikeringkan dan dihaluskan
hingga menjadi serbuk. Lalu diekstraksi dengan pelarut yang sesuai sebelum
pemilihan pelarut maka penting untuk memperhatikan sifat kelarutan untuk
pemilihan pelarut dalam mempersiapkan ekstrak, karena konstituen aktif
dari tanaman yang memiliki afinitas untuk pelarut sehingga pelarut yang
digunakan pada penelitian ini adalah methanol. Lalu setelah diekstraksi
menghasilkan ekstrak kental sebanyak berwarna hijau pekat.
Lalu diuji toksisitas nya dari pengujian terhadap larva udang
Artemia salina Leach dari ekstrak metanol apakah mempunyai potensi
bioaktifitas sebagai antikanker atau tidak. Selanjutnya dilakukan uji
toksisitas ekstrak hasil fraksionasi ekstrak metanol dengan 3 fraksi yaitu
fraksi n-heksana, kloroform dan air. Maka dari ketiga tersebut diuji oleh
larva udang Artemia salina Leach yang mana yang bersifat paling aktif
ketoksikannya sehingga akan dilanjutkan pada proses pemisahan.
Pada proses pemisahan menggunakan cara KLT (Kromatografi
Lapis Tipis) dari fraksi yang paling aktif ketoksikannya. Pada cara KLT
menggunakan fase diam dan fase gerak. Sebagai contoh pada penelitian
jurnal tersebut fase geraknya adalah silica gel GF 254 sedangkan fase
geraknya dipilih campuran beberapa pelarut. Pada cara KLT ini melihat
hasil pemisahan terbaik dari eluen sehingga eluen tersebut akan digunakan
sebagai fase gerak pada Kromatografi Kolom.
Pemisahan dengan Kromatografi Kolom digunakan untuk
memisahkan eluat. Metode pemisahan menggunakan ekstrak yang paling
toksik dilakukan dengan Kromatografi Kolom. Kromatografi kolom
merupakan metode pemisahan yang didasarkan pada pemisahan daya
adsorbs suatu adsorben terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun
hasil isolasinya. Prinsip kerja kromatografi kolom perbedaan daya serap
dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan
dalam sedikit pelarut lalu dimasukkan lewat puncak kolom dan dibiarkan
mengalir kedalam zat meyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap
lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar terserap
lebih lama dan turun lebih cepat. Zat yang diserap dari larutan secara
sempurna oleh bahan penyerap berupa pipa sempit pada kolom. Pelarut
lebih lanjut atau dengan tanpa tekanan udara masing-masing zat akan
bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi pemisahan
dalam kolom.
Setelah pemisahan dengan kromatografi kolom maka dilakukan uji
toksisitas fraksi gabungan hasil kromatografi kolom terhadap beberapa
fraksi gabungan hasil kromatografi kolom, lalu setiap fraksi akan
menunjukkan aktivitasnya. Setelah itu dilakukan uji kemurnian fraksi yang
memiliki aktifitas yang paling tinggi untuk mematikan larva lalu dilakukan
lagi dengan metode KLT menggunakan berbagai macam eluen dengan
tingkat kepolaran berbeda-beda. Jika fraksi tersebut tetap menunjukkan
tingkat kepolaran yang berbeda setelah dicoba dengan beberapa eluen
maka dilakukam uji fitokimia dan analisis data fisikokimia untuk
mengidentifikasi golongan senyawanya.
Identifikasi isolate aktif toksik relative murni uji fitokimia
dilakukan dengan uji warna dan uji busa. Uji warna dilakukan bertujuan
untuk mengetahui golongan senyawa alkaloid, flavonoid, steroid, atau
terpenoid, sedangkan uji busa bertujuan untuk mengetahui golongan
senyawa saponin. Pada uji warna menggunakan beberapa pereaksi seperti
Dragendorf, Meyer, Wagner, LB dan lain-lain untuk melihat senyawa yang
terkandung pada isolat.

Setelah itu dilakukan analisis dengan spektrofotometri FTIR atau


Spektrofotometri Inframerah merupakan suatu metode mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah
panjang gelombang 0,75 – 1000 µm. Hasil pengukuran senyawa isolate
aktif toksik akan menunjukkan pita serapan sehingga terlihat data spectra
dan kemungkinan gugus fungsinya dapat diketahui.

Lalu tahapan terakhir pada analisis adalah menggunakan


Spektroskopi UV-VIS melihat data panjang gelombang dan absorbansi
dari senyawa isolate aktif toksik. Spectrum serapan UV-VIS senyawa
isolat toksik akan memberikan pita serapan maksimum. Terlihat bahwa
pada hasil uji fitokimia dan analisis data fisikokimia dengan
spektrofotometri FTIR dan UV-VIS akan menunjukkan isolate aktif akan
menunjukkan metabolit sekunder dan mempunyai karakteristik gugus
fungsi tersendiri pada serapan panjang gelombang yang sudah didapat.

Вам также может понравиться