Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
en_jarlis@yahoo.com
Abstrak
1. Pendahuluan
Krisis air bersih di kota-kota besar Indonesia, disebabkan pembuangan limbah cair industri dan
domestik yang secara sembarangan atau mengolah limbah cair tersebut dengan metoda yang kurang
tepat. Kondisi ini semakin diperburuk oleh rendahnya kepedulian masyarakat dan kurangnya
teknologi tepat guna, efektif, praktis dan ekonomis serta kurangnya ketegasan penegakkan aturan oleh
pemerintah. Supaya krisis air bersih tidak berkepanjangan, maka salah satunya upaya pengembangan
dan pencarian teknologi tepat guna, efektif, praktis dan ekonomis dalam mengolah limbah cair harus
segera dan terus dilakukan, sehingga pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.
Penerapan teknologi bersih (cleaner technology) dalam pengolahan limbah cair dapat
digunakan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan seperti Advance Oxidation Processes
(AOPs). Teknologi AOPs ini dalam prosesnya menggunakan radikal hidroksida ( oOH) sebagai
pereaksi yang mempunyai potensial oksidasi 2,7 Volt, sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan
senyawa organik (etilen, lemak, aromatis dan alifatis) maupun anorganik berupa anion dan kation
[Huang dkk., 1995] secara tidak selektif [Kasprzyk dkk., 2003], pada temperatur dan tekanan
ambient.
Radikal-OH dalam AOPs dapat diperoleh dengan cara mengkombinasikan O3/H2O2, UV/O3,
TiO2/UV, reagen Fenton dan ozonasi katalitik (O3/GAC, O3/TiO2 dan lain lain). Di Indonesia
pengembangan teknologi AOPs lebih cocok diarahkan pada AOPs berbasis ozon & granular
activated carbon (O3/GAC), karena disamping efektif juga karbon aktif, mudah didapat dan tidak
diperlukan regenerasi karbon aktif karena kontaminan dalam pori karbon aktif dapat diuraikan oleh
ozon dan hemat pemakaian ozon. Pada O3/GAC reaksi oksidasi lebih banyak terjadi oleh radikal hidroksida
(oOH) dan radikal oksigen [Jans dkk., 1998], [Logemann dkk., 1997], [Sanchez dkk., 2005].
1
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750
Permasalahan yang terjadi pada AOPs, apabila di aplikasikan pada pengolahan limbah cair yang
mempunyai total suspended solid (TSS) dan Chemical Oxigen Demand (COD) tinggi dari zat organik
non-biodegradable/biodegradable diduga kurang efisien seperti pada limbah cair restoran, tapioka
dan tali kipas. Oleh sebab itu, kombinasikan teknologi AOPs berbasis O3/GAC dengan kopagulasi-
flokulasi (AOPs-C atau C-AOPs) atau dengan proses biologi (AOPs-B) atau (B-AOPs) dapat
dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah membanding efektivitas kombinasi proses AOPs-C dengan C-
AOPs pada pengolahan limbah cair domestik (restoran dan loundry) dan industri (tali kipas dan
Tapioka).
2. Metodologi
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Lingkungan Institut Teknologi Indonesia.
Limbah cair yang digunakan berasal dari restoran Padang, industri kecil tapioka, tali kipas dan jasa
loundry yang berada di daerah sekitar Bogor, Kota Tangerang dan Tangerang Selatan. Parameter
limbah cair yang diukur yaitu COD, BOD, TSS, pH dan warna. Karbon aktif yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Balai Penelitian Hasil Hutan Bogor, Jawa Barat, luas permukaan karbon
aktif 687 m2/gr dengan menggunakan multipoint BET dan adsorption gas N2 dalam Quanta Chrome
Autosorb. Gas ozon diperoleh dari ozonator prosesor RS 09805-0,25 gr/jam (60/50HZ, 110/220 Volt
dan 0,25 gr/jam). Bahan-bahan kimia untuk analisa ozon terlarut, COD dan BOD berupa: KI,
Na2S2O4, HCl, NaOH, K2Cr2O7, Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O, Indikator Feroin dan HgSO4 diproduksi oleh
Merck. Sedangkan, pembuatan larutan menggunakan air bebas mineral yang diperoleh dari alat
Aquatron Auto Still Yamato Tipe W-182. Percobaan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: (a)
karakterisasi limbah (b) Pre dan post coagulation pada AOPs (C-AOPs dan AOPs-C).
2
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750
Pada Tabel 1. Dapat dilihat bahwa limbah cair Tali kipas mempunyai nilai TSS, COD, warna ungu
gelap, pH yang sedikit asam melebihi baku mutu disebabkan tingginya zat-zat warna organik yang
berasal dari bahan baku pada proses produksi tali kipas. Untuk limbah cair Tapioka dan Restoran
kandungan zat organik dari senyawa karbohidrat, protein & lemak dapat meningkatkan tingginya nilai
COD dan TSS. Sedangkan, pada limbah cair usaha loundry tingginya nilai COD dan TSS disebabkan
adanya zat-zat organik aktif permukaan dari detergen pada saat proses pencucian. Dengan demikian
limbah cair Tali kipas, tapioka, restoran dan loundry harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan
atau badan air.
c. AOPs berbasis O3/GAC
Pengaruh proses AOPs berbasis O3/GAC pada perubahan karakteristik limbah cair industri
(Tapioka & Tali Kipas) dan domestik (loundry & Restoran) dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel ini
dapat di lihat bahwa untuk limbah yang mengandung zat organik cukup besar dan cendrung bersifat
non-biodegradable seperti pada limbah Tali Kipas dan Tapioka diperlukan waktu yang lama untuk
menurunkan COD hingga memenuhi baku mutu. Sedangkan, pengaruh AOPs terhadap penurunan
nilai TSS baik terhadap limbah cair industri maupun limbah domestik cukup signifikan setelah
dilanjutkan dengan proses filtrasi. Hal ini disebabkan adanya O3 pada AOPs dapat meningkatkan
pembentukan mikroflok melalui destabilization partikel koloid [Farvardin dkk., 1989], [Chandrakanth
dkk., 1996 ], [Schneider dkk., 2000] dan [Tobiason dkk., 1995], sehingga mikroflok semakin besar
dan membentuk makroflok yang mudah mudah dipisahkan baik secara sedimentasi atau secara
filtrasi.
Tabel 5. Pengaruh AOPs pada karakteristik limbah limbah industrin & domestik
pada pH 9,0 dan suhu ± 28oC
Limbah COD (mg/L) TSS (mg/L) Warna Bau pH %R
COD
Tali Kipas (120 mnt) 1296 1100 Ungu alkohol 8,0 87
Tapioka (120 mnt) 64 9000 Keruh Bau 8,0 99
Restoran (15 mnt) 54 1800 Kuning Bau 8,0 98
3
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750
4
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750
ozon zat-zat organik yang bersifat non-biodegradabel dan kompleks terurai menjadi zat organik yang
sederhana dan bersifat biodegradable. Selanjutnya zat organik ini akan terurai lebih lanjut menjadi
menjadi CO2 dan H2O. Dengan demikian untuk menurunkan nilai COD pada limbah tersebut hingga
memenuhi baku mutu diperlukan waktu yang cukup lama.
1800
1600 1632 COD
1400
1317
1200
1117
COD (mg/L)
Fenomena penurunan nilai COD pada limbah cair yang mengandung zat-zat organik yang
bersifat biodegradable dengan proses C-AOPS seperti pada limbah Restoran dan Tapioka pada
Gambar 3 dan 4 menunjukan trent penurunan COD yang sangat jelas. Hal ini disebabkan zat-zat
organik yang bersifat biodegradable dengan mudah diuraikan secara langsung menjadi CO2 dan H2O
oleh Ozon, radikal-O dan Hidroksida. Dengan demikian penurunan COD pada limbah tersebut
berlangsung sangat cepat bila dibandingkan jika pengolahan dilakukan secara biologi.
6,E+03
Tapioka
5,E+03
3,E+03
2,E+03
1,E+03
0,E+00
0 20 40 60 80 100 120 140
5
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750
4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alat C-AOPs sangat efektif dalam memperbaiki
kualitas air limbah yang mengandung zat-zat organik baik yang bersifat biodegradable maupun non-
biodegradable. Hanya saja untuk limbah yang mengandung zat organik yang bersifat non-
biodegradable diperlukan waktu yang lebih lama, oleh sebab itu untuk pengolahan limbah tersebut
diperlukan lagi proses lanjut sebagi poleshing dengan menggunakan proses secara biologi.
Pustaka
1. Huang, C.P. Dong, Z. Tang, The use of waste basic oxygen furnace slag and hydrogen peroxide to
degrade 4-chlorophenol, Waste Manage, 861, 495-502, 1993.
2. Kasprzyk-Horderm, B., Ziolek, M. dan Nawrocki, J., Catalytic Ozonation dan method of
enhancing moleculear ozone reaction in water treatment, Applied Catalysis, 46, 639-669.2003.
3. Jans, U. & Hoigne, J., Activated carbon and carbon black catalyzed transformation of aqueous
ozone into OH-radicals, Ozone Sci. Eng., 20, 67-89,1998.
4. Logemann, F-P & Annee, J-H-J, Water Treatment With A fixed Bed catalytic Ozonation
Process, Water Sci. Tech, 35(4), 353-360,1997.
5. Sanchez Polo, M., Gunten, U.V. & Rivera-Utrilla, J. Efficiency of activated carbon to transform
ozone into OH• radicals: Influence of operational parameters, Water Res. 39, 3189-3198, 2005.
6. Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995Baku mutu limbah cair Industri.
7. Kep. Men. LH. No.112 tahun 2003 Tentang Baku Air Limbah Domestik.
8. Farvardin, M. R. and Collins, A. J. Pre Ozonation as an Aid in the Coagulation of Humic
Substances- Optimum Pre Ozonation Dose. Water Res. 23:3 , pp. 307-316,1989
9. Chandrakanth, M. S. and Amy, G. L. Effect of Ozone on the Colloidal Stability and Aggregation
of Particles Coated with Natural Organic Matter. Environ. Sci. Technol. 30 , pp. 431-44, 1996.
10. Schneider, O. D. and Tobiason, J. E. Preozonation Effects on Coagulation. J. AWWA 92:10 , pp.
74-87, 2000.
11. Tobiason, J. E. , Reckhow, D. A. and Edzwald, J. K. () Effects of Ozonation on Optimal
Coagulant Dosing in Drinking Water Treatment. J. Water SRT Aqua 44:3 , p. 142. 1995.
6
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750