Вы находитесь на странице: 1из 7

STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750

Kombinasi Proses Koagulasi dan Oksidasi Lanjut pada Pengolahan


Limbah Cair Industri dan Domestik
Enjarlisa
a
Jurusan Teknik Kimia Institut Teknologi Indonesia
Jalan PUSPIPTEK Raya Serpong Kota Tangerang Selatan

en_jarlis@yahoo.com

Abstrak

Coagulation-Advance Oxidation Processes merupakan proses kombinasi yang menggunakan


koagulan PAC pada proses koagulasi (C) dan oksidasi lanjut (AOPs) berbasis O3 dan karbon aktif
(O3/GAC). Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektivitas kombinasi proses AOPs-C dan C-
AOPs pada pengolahan limbah cair domestik (restoran dan loundry) dan industri (tali kipas dan
Tapioka). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu urutan proses C-AOPs dan AOPs-C
menggunakan koagulan PAC sebanyak 1 gr/L pada pH 8,5. Hasil penelitian secara keseluruan dapat
dinyatakan bahwa kombinasi proses C-AOPs sangat efektif dalam memperbaiki kualitas air limbah
industri dan domestik baik yang mengandung zat-zat organik bersifat biodegradable maupun non-
biodegradable. Pada limbah cair yang mengandung zat organik non-biodegradable diperlukan waktu
yang lebih lama bila dibandingkan dengan limbah cair yang dominan mengandung zat organik
bersifat biodegradable.
Kata kunci: AOPs, Koagulasi-Flokulasi, limbah cair industri & restoran

1. Pendahuluan
Krisis air bersih di kota-kota besar Indonesia, disebabkan pembuangan limbah cair industri dan
domestik yang secara sembarangan atau mengolah limbah cair tersebut dengan metoda yang kurang
tepat. Kondisi ini semakin diperburuk oleh rendahnya kepedulian masyarakat dan kurangnya
teknologi tepat guna, efektif, praktis dan ekonomis serta kurangnya ketegasan penegakkan aturan oleh
pemerintah. Supaya krisis air bersih tidak berkepanjangan, maka salah satunya upaya pengembangan
dan pencarian teknologi tepat guna, efektif, praktis dan ekonomis dalam mengolah limbah cair harus
segera dan terus dilakukan, sehingga pembangunan berkelanjutan dapat tercapai.

Penerapan teknologi bersih (cleaner technology) dalam pengolahan limbah cair dapat
digunakan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan seperti Advance Oxidation Processes
(AOPs). Teknologi AOPs ini dalam prosesnya menggunakan radikal hidroksida ( oOH) sebagai
pereaksi yang mempunyai potensial oksidasi 2,7 Volt, sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan
senyawa organik (etilen, lemak, aromatis dan alifatis) maupun anorganik berupa anion dan kation
[Huang dkk., 1995] secara tidak selektif [Kasprzyk dkk., 2003], pada temperatur dan tekanan
ambient.

Radikal-OH dalam AOPs dapat diperoleh dengan cara mengkombinasikan O3/H2O2, UV/O3,
TiO2/UV, reagen Fenton dan ozonasi katalitik (O3/GAC, O3/TiO2 dan lain lain). Di Indonesia
pengembangan teknologi AOPs lebih cocok diarahkan pada AOPs berbasis ozon & granular
activated carbon (O3/GAC), karena disamping efektif juga karbon aktif, mudah didapat dan tidak
diperlukan regenerasi karbon aktif karena kontaminan dalam pori karbon aktif dapat diuraikan oleh
ozon dan hemat pemakaian ozon. Pada O3/GAC reaksi oksidasi lebih banyak terjadi oleh radikal hidroksida
(oOH) dan radikal oksigen [Jans dkk., 1998], [Logemann dkk., 1997], [Sanchez dkk., 2005].

1
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750

Permasalahan yang terjadi pada AOPs, apabila di aplikasikan pada pengolahan limbah cair yang
mempunyai total suspended solid (TSS) dan Chemical Oxigen Demand (COD) tinggi dari zat organik
non-biodegradable/biodegradable diduga kurang efisien seperti pada limbah cair restoran, tapioka
dan tali kipas. Oleh sebab itu, kombinasikan teknologi AOPs berbasis O3/GAC dengan kopagulasi-
flokulasi (AOPs-C atau C-AOPs) atau dengan proses biologi (AOPs-B) atau (B-AOPs) dapat
dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah membanding efektivitas kombinasi proses AOPs-C dengan C-
AOPs pada pengolahan limbah cair domestik (restoran dan loundry) dan industri (tali kipas dan
Tapioka).

2. Metodologi
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Lingkungan Institut Teknologi Indonesia.
Limbah cair yang digunakan berasal dari restoran Padang, industri kecil tapioka, tali kipas dan jasa
loundry yang berada di daerah sekitar Bogor, Kota Tangerang dan Tangerang Selatan. Parameter
limbah cair yang diukur yaitu COD, BOD, TSS, pH dan warna. Karbon aktif yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari Balai Penelitian Hasil Hutan Bogor, Jawa Barat, luas permukaan karbon
aktif 687 m2/gr dengan menggunakan multipoint BET dan adsorption gas N2 dalam Quanta Chrome
Autosorb. Gas ozon diperoleh dari ozonator prosesor RS 09805-0,25 gr/jam (60/50HZ, 110/220 Volt
dan 0,25 gr/jam). Bahan-bahan kimia untuk analisa ozon terlarut, COD dan BOD berupa: KI,
Na2S2O4, HCl, NaOH, K2Cr2O7, Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O, Indikator Feroin dan HgSO4 diproduksi oleh
Merck. Sedangkan, pembuatan larutan menggunakan air bebas mineral yang diperoleh dari alat
Aquatron Auto Still Yamato Tipe W-182. Percobaan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu: (a)
karakterisasi limbah (b) Pre dan post coagulation pada AOPs (C-AOPs dan AOPs-C).

3. Hasil dan Diskusi


a. Hasil Karakterisasi Limbah Cair
Hasil karakteristik dan baku mutu limbah cair Industri dan domestik disajikan pada Tabel 1, 2, 3
dan 4. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa karakteristik limbah cair domestik (restoran dan
loundry) dan industri (Tali Kipas dan Tapioka) tidak memenuhi baku [KLH., 2003] dan industri
[Farvardin dkk., 1989] dilihat dari nilai COD, TSS, BOD, bau, warna dan pH. Tingginya nilai COD,
BOD, TSS pada limbah cair tersebut disebabkan tingginya kandungan zat organik yang terlarut
maupun tidak terlarut yang berasal dari bahan baku dan bahan tambahan yang digunakan.
Tabel 1: Karakteristik Limbah Cair Industri Tali kipas
Parameter Hasil Analisa Baku Mutu*
Analisa
COD (mg/L) 9950 300
TSS (mg/L) 1950 150
Warna Ungu pekat jernih
Bau Seperti alkohol Tidak berbau
pH 5,0 6,0-9,0

Tabel 2: Karakteristik Limbah Cair Industri Tapioka


Parameter Hasil Analisa Baku Mutu*
Analisa
COD (mg/L) 5248 300
TSS (mg/L) 45.500 150
Warna Putih susu jernih
Bau bau Tidak berbau
pH 4,0 6,0-9,0
* = Baku mutu Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995

2
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750

Tabel 3:Karakteristik Limbah Cair loundry


Parameter Analisa Hasil Analisa Baku Mutu*
COD (mg/L) 2732 100
TSS (mg/L) 210 100
Warna Abu-keruh jernih
Bau bau Tidak berbau
pH 7,0 6,0-9,0

* = Baku mutu Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995

Tabel 4:Karakteristik Limbah Cair Restoran


Parameter Analisa Hasil Analisa Baku Mutu*
COD (mg/L) 2048 200
TSS (mg/L) 3667 100
Warna Coklat jernih
Bau Tidak berbau
pH 5,0 6,0-9,0

Pada Tabel 1. Dapat dilihat bahwa limbah cair Tali kipas mempunyai nilai TSS, COD, warna ungu
gelap, pH yang sedikit asam melebihi baku mutu disebabkan tingginya zat-zat warna organik yang
berasal dari bahan baku pada proses produksi tali kipas. Untuk limbah cair Tapioka dan Restoran
kandungan zat organik dari senyawa karbohidrat, protein & lemak dapat meningkatkan tingginya nilai
COD dan TSS. Sedangkan, pada limbah cair usaha loundry tingginya nilai COD dan TSS disebabkan
adanya zat-zat organik aktif permukaan dari detergen pada saat proses pencucian. Dengan demikian
limbah cair Tali kipas, tapioka, restoran dan loundry harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan
atau badan air.
c. AOPs berbasis O3/GAC
Pengaruh proses AOPs berbasis O3/GAC pada perubahan karakteristik limbah cair industri
(Tapioka & Tali Kipas) dan domestik (loundry & Restoran) dapat dilihat pada Tabel 5. Dari Tabel ini
dapat di lihat bahwa untuk limbah yang mengandung zat organik cukup besar dan cendrung bersifat
non-biodegradable seperti pada limbah Tali Kipas dan Tapioka diperlukan waktu yang lama untuk
menurunkan COD hingga memenuhi baku mutu. Sedangkan, pengaruh AOPs terhadap penurunan
nilai TSS baik terhadap limbah cair industri maupun limbah domestik cukup signifikan setelah
dilanjutkan dengan proses filtrasi. Hal ini disebabkan adanya O3 pada AOPs dapat meningkatkan
pembentukan mikroflok melalui destabilization partikel koloid [Farvardin dkk., 1989], [Chandrakanth
dkk., 1996 ], [Schneider dkk., 2000] dan [Tobiason dkk., 1995], sehingga mikroflok semakin besar
dan membentuk makroflok yang mudah mudah dipisahkan baik secara sedimentasi atau secara
filtrasi.

Tabel 5. Pengaruh AOPs pada karakteristik limbah limbah industrin & domestik
pada pH 9,0 dan suhu ± 28oC
Limbah COD (mg/L) TSS (mg/L) Warna Bau pH %R
COD
Tali Kipas (120 mnt) 1296 1100 Ungu alkohol 8,0 87
Tapioka (120 mnt) 64 9000 Keruh Bau 8,0 99
Restoran (15 mnt) 54 1800 Kuning Bau 8,0 98

Laundry (15 mnt) 108.8 74 Putih - 8,0 96

3
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750

c. (C-AOPs) dan (AOPs-C)


Pengaruh Coagulation pada Advance Oxidation Processes (C-AOPs) terhadap perubahan COD limbah cair
tali kipas, tapioka, restoran dan loundry dapat dilihat pada Tabel 6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa
pengaruh proses koagulasi cukup besar pengaruhnya baik sebagai pre/post-treatment pada AOPs berbasis
O3/GAC pada pengolahan limbah cair industri dan domestik terutama terhadap penurunan nilai TSS dan COD.
Hal ini disebabkan pada C-AOPs, proses koagulasi-flokulasi dapat mengurangi jumlah padatan koloid dan
suspensi dalam limbah sehingga kontak antara organik terlarut dengan gas ozon dan radikal hidroksida
berlangsung maksimal. Sedangkan, pada AOPs-C pengaruh koagulasi proses sebagai post-treatment pada
AOPs pengolahan limbah cair Industri dan Domestik cukup signifikan. Untuk limbah yang mempunyai nilai
TSS rendah seperti pada limbah loundry proses koagulasi justru akan meperburuk kuliatas air limbah, hal ini
disebabkan koloid yang berasal dari koagulan yang dapat menghambat proses oksidasi pada C-AOPs dan
meningkatkan kekeruhan pada AOPs-C.
Tabel 6: Pengaruh Pre dan post-treatment dengan koagulasi-flokulasi dengan koagulan PAC
pada AOPs limbah cair selama 15 menit pada pH 9,0 dan suhu ± 28oC secara batch
Parameter Yang di ukur
Limbah COD (mg/L) COD (mg/L) TSS (mg/L) Bau pH % R COD

Tali C-AOPs 411 200 Tidak berbau 7,0 96


Kipas
AOPs-C 936 1600 Agak berbau 6,0 91

C-AOPs 16.64 496 Tdk berbau 7,0 99,19


Restoran
AOPs-C 50,56 505 Tdk berbau 6,0 97,14

C-AOPs 220.3 40 Tdk berbau 7,0 91,94


Loundry
AOPs-C 275.7 30 Tdk berbau 6,0 89,91

d. C-AOPs pada Proses semi kontinyu


Fenomena penurunan nilai COD pada pengolahan limbah cair Industri dan domestik secara
semi kontinyu dalam kapasitas 20 liter dapat dilihat pada Gambar 1, 2, 3 dan 4. Secara keseluruhan
Fenomena yang tejadi pada pengolahan limbah cair yang mengandung kontaminan organik yang
bersifat non-biodegradabel seperti pada limbah cair tali Kipas dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Pengaruh waktu/dosis ozon terhadap perubahan nilai COD


limbah cair lundry pada proses C-AOPs
Gambar 1 dan 2 tersebut menunjukan bahwa trent penurunan nilai COD yang terjadi pada
pengolahan limbah cair Tali kipas dan Loundry dengan C-AOPs secara semi kontinyu menunjukan
penurunan secara siksak. Hal ini disebabkan pada saat terjadi proses oksidasi oleh radikal OH, O dan

4
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750

ozon zat-zat organik yang bersifat non-biodegradabel dan kompleks terurai menjadi zat organik yang
sederhana dan bersifat biodegradable. Selanjutnya zat organik ini akan terurai lebih lanjut menjadi
menjadi CO2 dan H2O. Dengan demikian untuk menurunkan nilai COD pada limbah tersebut hingga
memenuhi baku mutu diperlukan waktu yang cukup lama.
1800
1600 1632 COD

1400
1317
1200
1117
COD (mg/L)

1000 993 993


932
800 820
729 676
600 625
400 420
200
0
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330
Waktu Proses (menit)

Gambar 2. Pengaruh waktu/dosis ozon terhadap perubahan nilai COD


limbah Tali Kipas pada proses C-AOPs

Fenomena penurunan nilai COD pada limbah cair yang mengandung zat-zat organik yang
bersifat biodegradable dengan proses C-AOPS seperti pada limbah Restoran dan Tapioka pada
Gambar 3 dan 4 menunjukan trent penurunan COD yang sangat jelas. Hal ini disebabkan zat-zat
organik yang bersifat biodegradable dengan mudah diuraikan secara langsung menjadi CO2 dan H2O
oleh Ozon, radikal-O dan Hidroksida. Dengan demikian penurunan COD pada limbah tersebut
berlangsung sangat cepat bila dibandingkan jika pengolahan dilakukan secara biologi.
6,E+03
Tapioka
5,E+03

4,E+03 Baku Mutu


COD (mg/L)

3,E+03

2,E+03

1,E+03

0,E+00
0 20 40 60 80 100 120 140

Waktu Pengolahan (menit)


Gambar 3. Pengaruh waktu/dosis Ozon pada Proses C-AOPs
Limbah Cair Tapioka terhadap nilai COD

Gambar 4. Pengaruh waktu/dosis ozon terhadap perubahan nilai COD

5
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750

limbah Cair Restoran pada proses C-AOPs

4. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa alat C-AOPs sangat efektif dalam memperbaiki
kualitas air limbah yang mengandung zat-zat organik baik yang bersifat biodegradable maupun non-
biodegradable. Hanya saja untuk limbah yang mengandung zat organik yang bersifat non-
biodegradable diperlukan waktu yang lebih lama, oleh sebab itu untuk pengolahan limbah tersebut
diperlukan lagi proses lanjut sebagi poleshing dengan menggunakan proses secara biologi.

Ucapan Terima Kasih


Kepada DP2M-DIKTI yang telah memberi bantuan hibah penelitian berupa Hibah Bersaing
No:59/SP2H/PP/DP2M/III/2011.

Pustaka
1. Huang, C.P. Dong, Z. Tang, The use of waste basic oxygen furnace slag and hydrogen peroxide to
degrade 4-chlorophenol, Waste Manage, 861, 495-502, 1993.
2. Kasprzyk-Horderm, B., Ziolek, M. dan Nawrocki, J., Catalytic Ozonation dan method of
enhancing moleculear ozone reaction in water treatment, Applied Catalysis, 46, 639-669.2003.
3. Jans, U. & Hoigne, J., Activated carbon and carbon black catalyzed transformation of aqueous
ozone into OH-radicals, Ozone Sci. Eng., 20, 67-89,1998.
4. Logemann, F-P & Annee, J-H-J, Water Treatment With A fixed Bed catalytic Ozonation
Process, Water Sci. Tech, 35(4), 353-360,1997.
5. Sanchez Polo, M., Gunten, U.V. & Rivera-Utrilla, J. Efficiency of activated carbon to transform
ozone into OH• radicals: Influence of operational parameters, Water Res. 39, 3189-3198, 2005.
6. Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995Baku mutu limbah cair Industri.
7. Kep. Men. LH. No.112 tahun 2003 Tentang Baku Air Limbah Domestik.
8. Farvardin, M. R. and Collins, A. J. Pre Ozonation as an Aid in the Coagulation of Humic
Substances- Optimum Pre Ozonation Dose. Water Res. 23:3 , pp. 307-316,1989
9. Chandrakanth, M. S. and Amy, G. L. Effect of Ozone on the Colloidal Stability and Aggregation
of Particles Coated with Natural Organic Matter. Environ. Sci. Technol. 30 , pp. 431-44, 1996.
10. Schneider, O. D. and Tobiason, J. E. Preozonation Effects on Coagulation. J. AWWA 92:10 , pp.
74-87, 2000.
11. Tobiason, J. E. , Reckhow, D. A. and Edzwald, J. K. () Effects of Ozonation on Optimal
Coagulant Dosing in Drinking Water Treatment. J. Water SRT Aqua 44:3 , p. 142. 1995.

6
STU 27 September 2012 ISSN: 1693 - 1750

Gambar 1: Logo Seminar Tjipto Utomo 2012


12.

Вам также может понравиться