Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun Oleh :
Jonathan B. Gilbert
11.2017.087
Dokter Pembimbing :
2
Istilah GDD biasanya dipakai pada anak yang berumur dibawah 5 tahun,
sedangkan pada anak usia diatas 5 tahun ketika tes IQ sudah dapat dilakukan dengan
hasil yang lebih valid dan akurat maka istilah yang dipergunakan adalah disabilitas
perkembangan atau retardasi mental.1
Epidemiologi
Etiologi
1. Faktor Kongenital
Gangguan metabolik kongenital
Down syndrome
Fragile X syndrome
Rett syndrome
Leukodistrofi
Hipotiroid kongenital
Diagenesis serebral
2. Faktor Lingkungan
Prenatal : infeksi TORCH, merokok, alkohol, penggunaan obat sitotoksik
Perinatal : asfiksia intrapartum, prematur, trauma lahir, sefal hematom
Postnatal : infeksi meningitis / ensefalitis, gizi buruk, child abuse/neglect
3
Aspek-aspek perkembangan yang dipantau pada perkembangan anak meliputi, :
4
Pada skrining tumbuh kembang anak kadang dapat ditemukan beberapa tanda bahaya
yang dapat mengganggu perkembayang anak sehingga di indikasikan untuk merujuk
anak ke klinik tumbuh kembang atau dokter anak. Beberapa kondisi yang menunjukkan
adanya tanda bahaya antara lain sebagai berikut.
Skrining tumbuh kembang pada anak dilakukan dengan tujuan untuk deteksi dini
ada tidaknya keterlambatan perkembangan pada anak pada satu atau lebih aspek
perkembangan anak, terlebih lagi pada anak yang memiliki risiko tinggi berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik atau penunjang harus dilakukan skrining perkembangan
secara periodik. Metode-metode skrining dipakai di Indonesia saat ini adalah Denver ii,
kuesioner pra skrining perkembang, dan penilaian perkembangan anak di keluarga.5
1. Denver II
Metode skrining Denver II adalah metode skrining yang paling sering digunakan oleh
tenaga kesehatan. Skrining Denver II dapat menilai perkembangan anak dari bayi baru
lahir sampai umur 6 tahun. Metode skrining ini dapat mendeteksi 4 aspek
perkembangan, yaitu gerakan kasar, gerakana halus, berbahasa, dan persona sosial.
Kesimpulan hasil skrining Denver II hanya mengatakan apakah anak tersebut normal
atau terdapat gangguan tumbuh kembang di aspek tertentu. Normalnya pada
5
perkembangan sesuai umur akan didapatkan hasil lulus pada semua persentil yang
masuk ke dalam garis umurnya. Adanya 1 bidang kemampuan yang menolak atau gagal
pada persentil 75-90 masih dianggap normal, namun bila terdapat kegagalan pada 1 atau
lebih pada persentil lebih dari 90 maka dapat dicurigai adanya gangguan tumbuh
kembang.5
Uji statisik menunjukkan metode skrining Denver II memiliki spesifitas 43% dan
sensitivitas 83%. Kekurangan dari penggunaan Denver II adalah tidak dapat mendeteksi
gangguan emosional atau gangguan ringan lain.5,6
Jika jawaban ya sebanyak 6 atau kurang maka anak dicurigai ada gangguan
perkembangan dan perlu dirujuk, atau dilakukan skrining dengan Denver II. Jika
jawaban ya sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika jawaban ya 9-
10, anak dianggap tidak ada gangguan, tetapi pada umur berikutnya sebaiknya
dilakukan KPSP lagi. Menurut penelitian Meina dkk, KPSP memiliki sensitivitas 60%
dan spesifitas 92%.5,6
Anamnesis
6
Misalnya, infant dengan berat badan lahir rendah seringkali beresiko terhadap angka
kejadian perdarahan intraventrikel, sepsis atau meningitis, gangguan metabolik, dan
defisit nutrisi yang dapat secara langsung memengaruhi perkembangan otak. Anak
dengan resiko lingkungan termasuk di dalamnya ibu yang masih muda dan tidak
berpengalaman serta ibu yang tidak sehat secara individu atau kekurangan finansial.
Anak yang hidup dalam keluarga bermasalah akibat obat-obatan terlarang, minuman
keras dan kekerasan sering menyebabkan hasil buruk. Anak dengan faktor resiko
kondisi medis seperti myelomeningocele, sensorineural deafness, atau trisomy 21
diketahui memiliki hubungan dengan keterlambatan perkembangan anak. Perhatian saat
ini sering pula akibat dari infeksi virus HIV. Kurangnya motorik milestones, peubahan
perilaku, atau kognitif buruk serta perubahan fungsi serebelum dalam tahun pertama
sering dihubungkan dengan HIV.1,5
Pemeriksaan Fisik
Faktor risiko untuk keterlambatan dapat dideteksi dari pemeriksaan fisik. Pengukuran
lingkar kepala yang mengindikasikan mikrosefali atau makrosefali adalah bagian
penting dalam pemeriksaan fisik. Perubahan bentuk tubuh seringdihubungkan dengan
kelainan kromosom, atau faktor penyakit genetik lain sulit dilihat dalam pemeriksaan
yang cepat.
Sebagai tambahan, pemeriksaan secara terstruktur dari mata, yaitu fungsi penglihatan
dapat dilakukan saat infan, dengan menggunakan pemeriksaan sederhana seperti
meminta mengikuti arah cahaya lampu. Saat anak sudah memasuki usia prasekolah,
pemeriksaan yang lebihmendalam diperlukan seperti visus, selain itu pemeriksaan saat
mata istirahat ditemukan adanya strabismus. Pada pendengaran, dapat pula dilakukan
tes dengan menggunakan brain-stem evoked potentials pada bayi. Saat umur memasuki
7 bulan, kemampuan pendengaran dapat dites dengan menggunakan peralatan
audiometri. Pada usia 3-4 tahun, pendengaran dapat diperiksa menggunakan audiometer
portable. Pemeriksaan telinga untuk mencari tanda dariinfeksi otitis media menjadi hal
yang penting untuk dilakukan karena bila terjadi secara kontinyu akan menyebabkan
gangguan pendengaran ringan. Pemeriksaan kulit secara menyeluruh dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi penyakit ektodermal seperti tuberous sklerosis atau
neurofibromatosis yang dihubungkan dengan delay. 1,5
7
Pemeriksaan fisik juga harus meliputi pemeriksaan neurologi yang berhubungan dengan
perkembangan seperti adanya reflex primitif, yaitu mororeflex, hipertonia atau
hipotonia, atau adanya gangguan tonus.
Pemeriksaan Penunjang
1. Skrining Metabolik2
2. Tes Sitogenetik2
Tes sitogenetik rutin dilakukan pada anak dengan GDD meskipun tidak ditemukan
dismorfik atau pada anak dengan gejala klinis yang menunjukkan suatu sindrom yang
spesifik. Uji mutasi Fragile X dilakukan bila ada riwayat keluarga dengan GDD.
Meskipun skrining untuk Fragile X lebih sering dilakukan untuk anak laki-laki karena
insiden yang lebih tinggi dan severitas yang lebih buruk, skrining pada wanita juga
mungkin saja dilakukan bila terdapat indikasi yang jelas.
8
Diagnosis Rett syndrome perlu dipertimbangkan pada wanita dengan retardasi mental
sedang hingga berat yang tidak dapatdijelaskan.
3. Skrining Tiroid2
Pemeriksaan tiroid pada kondisi bayi baru lahir dengan hipotiroid kongenital perlu
dilakukan. Namun, skrining tiroid pada anak dengan GDD hanya dilakukan bila terdapat
gambaran klinis yang jelas mengarahkan pada disfungsi tiroid.
4. EEG2
Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada anak dengan GDD yang memiliki riwayat
epilepsi tau sindrom epileptik. Belum terdapat data yang cukup mengenai pemeriksaan
ini sehingga belumdapat digunakan sebagai rekomendasi pemeriksaan pada anak
dengan GDD tanpa riwayat epilepsi
5. Neuroimaging2
Diagnosis Banding
1. Retardasi Mental4
Suatu keadaan yang dimulai saat masa anak-anak yang ditandai dengan keterbatasan
dalam intelegensi dan kemampuan adaptasi. Menurut kriteria DSM-V, retardasi mental
adalah fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, terdapatgangguan fungsi adaptasi,
onset sebelum umur 5 tahun. Untuk mengetahui ada ridaknya gangguan fungsi
intelegensi, digunakan tes IQ (akurat diatas umur tahun), dengan klasifikasi hasil :
9
2. Autism Spectrum Disorder4
Fitur utama dari pasien anak dengan autism spectrum disorder (ASD) adalah gangguan
terus-menerus dalam komunikasi sosial dan hubungan timbal balik, terbatas dan pola
perilaku yang berulang. Defisit secara sosial emosional dalam hubungan timbal balik
terhadap orang lain jelas terlihat pada awal masa kanak-kanak. Anak dengan ASD tidak
menunjukkan inisiasi interaksi sosial dan sedikit atau tanpa berbagi emosi dan perasaan
terhadap orang lain. Biasanya anak dengan ASD memiliki pendekatan sosial yang tidak
normal, kegagalan dalam percakapan timbal balik, dan kesulitan dalam menanggapi
isyarat sosial.4
Penatalaksanaan
Tidak ada terapi khusus untuk penderita GDD karena karakter setiap anak yang
unik dengan cara belajar dan berkembang yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
penanganan GDD dilakukan sebagai langkah intervensi awal dan penanganan faktor
resiko yang menjadi penyebabnya. Intervensi tersebut dapat berupa4 :
2. Occupational Therapy
Terapi ini bertujuan untuk membantu anak-anak untuk menjadi lebih mandiri dalam
menghadapi permasalahan tugasnya. Pada anak-anak, tugas mereka aantara bermain,
belajar dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, memakai pakaian, makan,
10
dan lain-lain. Sehingga anak-anak yang mengalami kemunduran pada kemampuan
kognitif, terapi ini dapat membantu mereka meningkatkan kemampuannya untuk
menghadapi permasalahannya.
3. Physical Therapy
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus ,
keseimbangan dan koordinasinya, kekuatan dan daya tahannya. Kemampuan motorik
kasar yakni kemampuan untuk menggunakan otot yang besar seperti berguling,
merangkak, berjalan, berlari, atau melompat. Kemampuan motorik halus yakni
menggunakan otot yang lebih kecil seperti kemampuan mengambil barang. "alam terapi,
terapis akan memantau perkembangan darianak dilihat dari fungsi, kekuatan, daya tahan
otot dan sendi, dan kemampuan motorik oralnya. Pada pelaksanaannya, terapi ini
dilakukan oleh terapi dan orang-orang yang berada dekat dengan anak tersebut.
sehingga terapi ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Behavioral Therapy
Prognosis
Prognosis GDD pada anak-anak dipengaruhi oleh pemberian terapi dan penegakkan
diagnosis lebih dini (early identification and treatment). Dengan pemberian terapi yang
tepat, sebagian besar anak-anak memberikan respon yang baik terhadap
perkembangannya.
11
Daftar Pustaka
12