Вы находитесь на странице: 1из 6

2.

2 Retensio plasenta
2.2.1 Definisi
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau melebihi
waktu 30 menit setelah bayi lahir.3,4

2.2.2 Jenis-jenis retensio plasenta


Jenis-jenis retensio plasenta:3,5,6
a. Plasenta Adhesive : Implantasi
yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi
fisiologis.
b. Plasenta Akreta : Implantasi
jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
c. Plasenta Inkreta : Implantasi
jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
otot hingga mencapai lapisan serosa dinding
uterus.
d. Plasenta Prekreta : Implantasi
jonjot korion plasenta yang menembus lapisan
serosa dinding uterus hingga ke peritonium .
e. Plasenta Inkarserata : Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan
oleh konstriksi ostium uteri.

2.2.3 Etiologi
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan; jika lepas sebagian,
terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya. Plasenta belum lepas dari
dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korialis menembus desidua
sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).6
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh
tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta).6

17
2.2.4 Penatalaksanaan
Plasenta yang belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan, tetapi apabila
sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk segera
mengeluarkannya. Plasentamungkin tidak keluar karena kandung kemih atau rektum penuh,
karena itu keduanya harus dikosongkan.6
Bila tidak terjadi perdarahan : perbaiki keadaan umum penderita. Kemudian dibantu
dengan mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan memeriksa apakah telah terjadi pemisahan
plasenta dengan cara Klein, Kustner atau Strassman. Bila terjadi perdarahan: lepaskan plasenta
secara manual, jika plasenta dengan pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan
upaya kuretase. Bila plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta increta/percreta,
lakukan histerektomi.3,6,8
Cara untuk melahirkan plasenta:3,6,8
a. Dicoba mengeluarkan plasenta dengan cara normal : Tangan kanan penolong
meregangkan tali pusat sedang tangan yang lain mendorong ringan.
b. Pengeluaran plasenta secara manual (dengan narkose) Melahirkan plasenta dengan cara
memasukkan tangan penolong kedalam cavum uteri, melepaskan plasenta dari insertio
dan mengeluarkanya.
c. Bila ostium uteri sudah demikian sempitnya, sehingga dengan narkose yang dalam pun
tangan tak dapat masuk, maka dapat dilakukan histerektomi untuk melahirkan
plasentanya.
d. Bila perdarahan banyak berikan transfusi darah.
e. Berikan juga obat-obatan seperti uterotonika dan antibiotika.
Manual plasenta dilakukan bila plasenta tidak lahir setelah 30 menit bayi lahir dan telah
disertai manajeman aktif kala III atau tidak lengkap keluarnya plasenta dan perdarahan
berlanjut. Cara melakukan manual plasenta adalah :9
a. Lakukan persetujuan tindakan medis (informed consent).
b. Berikan sedatif diazepam 10 mg IM/IV.
c. Antibiotika dosis tunggal (profilaksis):
Ampisilin 2 g IV + metronidazol 500 mg IV, ATAU

18
Cefazo lin 1 g IV + metronidazol 500 mg IV
d. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
panjang steril.
e. Jepit tali pusat dengan klem dan tegangkan
sejajar dengan lantai.
f. Masukkan tangan dalam posisi obstetri
dengan menelusuri bagian bawah tali pusat.
g. Tangan sebelah dalam menyusuri tali pusat
hingga masuk ke dalam kavum uteri,
sedangkan tangan di luar menahan fundus
uteri, untuk mencegah inversio uteri.

2.2.5 Komplikasi5,8
1. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit perlepasan hingga
kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup.
2. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan pertumbuhan
bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan plasenta.
3. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus sedangkan kontraksi
pada ostium baik hingga yang terjadi.
4. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami infeksi sekunder
dan nekrosis.
5. Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma
6. Syok haemoragik

2.2.6 Prognosis
Prognosis umumnya dubia ad bonam, tergantung dari jumlah darah yang hilang,
efektifitas terapi dan kecepatan penatalaksanaan. Diagnosa dan penatalaksanaan yang tepat
sangat penting.10

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien baru melahirkan ±7 jam sebelum dirujuk ke


RS disertai perdarahan dari kemaluan terus menerus sebanyak 5 kali ganti kain basah, merah
segar, dan sudah dipasang infus NaCl 0,9% dan sudah habis 2 kolf selama perjalanan dan telah
diberikan pitogin 2 ampul, kemudian pasien dirujuk ke RS. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
tanda-tanda syok pada pasien yaitu pasien tampak lemah dan pucat, konjungtiva anemis,
pernapasan meningkat, tekanan darah 80/50 mmHg, denyut nadi 115 x/menit. Pada
pemeriksaan luar obstetri juga didapatkan tinggi fundus uteri setinggi umbilikus, nyeri tekan
(+). Pada pemeriksaan dalam didapatkan OUE terbuka, teraba jaringan pada OUE, tanda lepas
plasenta (-). Pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan adalah darah lengkap. Pada
pemeriksaan darah lengkap didapatkan Hb 7gr%. Dari pemeriksaan di atas dapat dipastikan
bahwa pasien sudah lebih dari 30 menit belum mengeluarkan plasenta segera setelah persalinan
dan pasien terlihat sangat lemas dan letih.
Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk menentukan jumlah
perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang
lebih dari normal dimana telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien
mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, tekanan darah sistolik <90 mmHg,
denyut nadi >100 x/menit, kadar Hb <8 g/dl.10 Berdasarkan penyebabnya retensio plasenta
dapat dibagi menjadi secara fungsional dan patologi anatomi. Secara fungsional dapat dibagi
menjadi 2 yaitu disebabkan karena his yang kurang kuat atau plasenta yang sukar terlepas dari
tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis), dan
ukurannya (plasenta yang sangat kecil). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas
disebut plasenta adhesive. Secara patologi anatomi dapat dibagi menjadi plasenta akreta,
plasenta inkreta, plasenta perkreta. Sebab-sebab plasenta belum lahir bisa oleh karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan. Apabila
plasenta belum lahir sama sekali, tidak terjadi perdarahan, jika lepas sebagian, terjadi
perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.6
Prinsip penatalaksanaan pada pasien dengan kasus perdarahan post partum yaitu segera
meminta pertolongan, kemudian cegah terjadinya syok hemoragik dengan mencari sumber
perdarahan dan segera lakukan tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan sumber
perdarahan tersebut.2 Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan sudah tepat. Pada pasien

20
ini sudah dilakukan tindakan yaitu merujuk pasien ke RS dikarenakan keadaan emergensi.
Pasien segera dinilai perdarahannya dan segera dilakukan resusitasi cairan pada pasien.
Kemudian dilakukan observasi perdarahan, tanda-tanda vital (TTV), pemeriksaan penunjang,
diberikan infus dengan cairan NaCl terpasang 2 line, injeksi pitogin 5 IU, injeksi metergin ½
ampul, injeksi ceftriaxone 2x1 gr, pemeriksaan darah lengkap, dilanjutkan manual plasenta dan
dilakukan USG serta kuretase karena adanya sisa plasenta. Prognosis pada ibu dubia ad bonam.
Kemudian pasien dilakukan observasi secara berkala selama tiga hari dan didapatkan pada
pemeriksaan fisik tidak terdapat nyeri pada perut bawah, tekanan darah 110/70 mmHg,
pernapasan 20 x/menit, nadi 80x/menit, nyeri tekan abdomen (-), keluar perdarahan dari jalan
lahir (-). Pasien kemudian dipulangkan setelah diberikan terapi dan diobservasi selama tiga hari
dan dianjurkan untuk kontrol minggu depan.
Berdasarkan teori tatalaksana yang dilakukan untuk perdarahan post partum adalah ask
for HELP. Segera meminta pertolongan, atau pasien dirujuk ke rumah sakit. Kedua, Assess and
resuscitate. Penilaian derajat darah yang keluar pada pasien ini adalah ±1500-2000 mL (30-
40%). Dilakukan resusitasi cairan menggunakan NaCl 2 line. Pada pasien ini juga telah
dilakukan pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan kadar Hb. Sambil melakukan
resusitasi juga dilakukan upaya menentukan etiologi dan penilaian kontraksi uterus (baik,
fundus uteri masih tinggi hal ini bisa disebabkan karena masih adanya sisa plasenta yang
tertinggal di dalam uterus). Keempat, massage the uterus. Pada pasien ini juga telah dilakukan
masase uterus untuk merangsang agar uterus berkontraksi dengan baik. Kelima, oxytocin
infusion/Prostaglandin. Pasien diberikan pitogin 5 IU dan injeksi metergin ½ ampul. Keenam,
Shift to theatre. Tindakan ini tidak dilakukan karena perdarahan pada pasien dapat dihentikan
dengan terapi yang telah diberikan sehingga keadaan pasien berangsur baik. Sehingga tidak
perlu tindakan bedah di kamar operasi. Kemudian, tamponade or uterine packing. Tidak
dilakukan tamponade uterus karena perdarahan dapat dihentikan.

21
BAB V
KESIMPULAN

Pada kasus diatas didapatkan seorang masuk RS dan ditemukan kondisi umum tampak
lemah disertai perdarahan pervaginam yang baru melahirkan. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan bahwa plasenta belum keluar sejak 7 jam yang lalu dan didapatkan Hb 7 gr%.
Dalam hal ini pasien telah didiagnosis perdarahan post partum dini dikarenakan menurut
definisinya perdarahan post partum (PPP) dini adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 cc setelah persalinan abdominal yang terjadi
setelah kala III hingga 24 jam pertama. Pada pasien ini dilakukan penatalaksanaan dengan
perawatan aktif berupa penatalaksanaan suportif berupa pemantauan tanda tanda vital,
pemeriksaan penunjang, rehidrasi cairan, transfusi darah disertai tindakan klinis dengan
manual plasenta serta dilakukan kuretase karena ada sisa plasenta.
Pasien dilakukan observasi secara berkala selama 3 hari dan didapatkan pada
pemeriksaan fisik tanda-tanda vital dalam keadaan normal, tidak didapatkan perdarahan dan
didapatkan nilai Hb 7,3 g/dl. Pasien kemudian dipulangkan setelah diberikan terapi dan
diobservasi selama 3 hari dan dianjurkan untuk kontrol minggu depan. Penatalaksanaan yang
dilakukan disini pada dasarnya untuk menghentikan sumber perdarahan dan melakukan
resusitasi cairanyang mengarah terjadinya syok hemoragik. Tatalaksana pada perdarahan post
partum dapat disingkat menjadi HAEMOSTASIS (ask for HELP, Assess and resuscitate,
Establish etiology , Ensure Availability of Blood, Massage the uterus, Oxytocin infusion, Shift
to theatre, Tamponade or uterine packing, Apply compression suture, Systemic Pelvic
Devascularization, Subtotal or total abdominal hysterectomy).

22

Вам также может понравиться