Вы находитесь на странице: 1из 5

Kemiskinan merupakan masalah yang selalu ada pada setiap negara, meskipun zaman

telah memasuki era globalisasi, namun tidak dapat dipungkiri masalah kemiskinan selalu
menjadi penghambat kemajuan suatu negara. Permasalahan kemiskinan tidak hanya terdapat
di negara-negara berkembang saja, bahkan di negara maju juga mempunyai masalah
kemiskinan. Kemiskinan tetap menjadi masalah yang rumit, walaupun fakta menunjukkan
bahwa tingkat kemiskinan di negara berkembang jauh lebih besar dibanding dengan negara
maju. Hal ini dikarenakan, negara berkembang pada umumnya masih mengalami persoalan
keterbelakangan hampir di segala bidang, seperti teknologi, kurangnya akses ke sektor publik,
akses sektor ekonomi, dan lain sebagainya. Seperti yang dirilis Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bahwa penduduk
miskin di Indonesia sebagian besar tinggal di pedesaan, yaitu mencapai 17,9 juta orang (62%)
dari total penduduk miskin yang ada yaitu sejumlah 28,5 juta orang (Jawa Pos, Minggu 7
Pebruari 2016; hal 11). Dampak kemiskinan dapat dikaitkan dengan bermacam-macam hal
yaitu salah satunya adalah kesehatan dan penyakit. Kemiskinan mempengaruhi kesehatan
sehingga orang miskin menjadi rentan terhadap berbagai macam penyakit, karena mereka
mengalami gangguan seperti menderita gizi buruk, pengetahuan kesehatan berkurang, perilaku
kesehatan kurang, lingkungan pemukiman yang buruk, biaya kesehatan tidak tersedia.
Program-program yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian
besar pada upaya pengentasan kemiskinan, karena pada dasarnya pembangunan yang
dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini terus menerus menjadi masalah yang
berkepanjangan.
Peran pemerintah terhadap tanggung jawab kesehatan masyarakat warga Negara salah
satunya dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu, setiap individu, keluarga dan masyarakat
berhak memperoleh perlindungan terhadap 4 kesehatannya, dan negara bertanggung jawab
mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu. Masyarakat berhak memperoleh perlindungan kesehatan dan negara
mengatur agar terpenuhinya hidup sehat yang tertuang dalam UU No 36 tahun 2009. Pada pasal
34 ayat 2 UUD 1945 dijelaskan bahwa Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat.
Untuk mendukung hal tersebut maka dibentuknya Sistem Jaminan Sosial Nasional
dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Pelaksanaan program jaminan kesehatan membutuhkan dukungan dari fasilitas kesehatan
primer dan fasilitas kesehatan sekunder.
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan
Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai
Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta
keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa. BPJS Kesehatan bersama BPJS
Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek) merupakan program pemerintah dalam kesatuan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk
BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014
Bertambah banyaknya pasien BPJS menyebabkan rumah sakit harus mengatur efisiensi
pengeluaran untuk pasien BPJS agar keuangan rumah sakit dapat berjalan dengan baik.
Pengelolaan obat BPJS di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum mengalami
kendala sehingga perlu dianalisa penyebab permasalahan pengelolaan obat BPJS dan
bagaimana kebijakan rumah sakit dalam mengatasi permasalahan pengelolaan obat pasein
sehingga penggeluaran biaya pasien BPJS tidak membengkak.
Fasilitas kesehatan yang mendukung program JKN ini tidak hanya milik pemerintah
akan tetapi fasilitas kesehatan milik swasta diharapkan ikut mendukung program JKN. Fasilitas
kesehatan yang diharapkan mendukung adalah Rumah Sakit Swasta. Kehadiran Rumah Sakit
Swasta diharapkan dapat memberi keseimbangan antara demand dan supply terhadapat
pelayanan kesehatan.
Presentase pasien rawat jalan dan rawat inap peserta Non PBI BPJS Kesehatan
mengalami kenaikan sedangkan pasien umum rawat jalan dan rawat inap mengalami
penurunan. Fasilitas kesehatan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan BPJS
Kesehatan yaitu pemenuhan kebutuhan medis peserta. Jaminan Kesehatan Nasional lebih
berhasil terlaksana manakala fasilitas kesehatan juga siap dengan pelayanan kesehatan yang
berprinsipkan efisiensi biaya namun tidak menurunkan mutu pelayanan.. Berdasarkan studi
pendahuluan diketahui bahwa masih terdapat masalah tentang proses pengajuan klaim kepada
BPJS Kesehatan. Persentase pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
terus meningkat dan pasien UMUM cenderung menurun. Maka peneliti melakukan penelitian
guna menganalisis upaya yang dilakukan RSI Sultan Agung dalam penerapan program
Jaminan Kesehatan Nasional.
Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh
kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Kesehatan, dan Bahan Medis Habis pakai harus
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif untuk
menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Pasal 15 ayat (3) UndangUndang Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi,
dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem
satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat
medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD),alat
pacujantung, implan, dan stent.
Rumah sakit dapat menagihkan (Klaim) paket BPJS berdasarkan paket INA CBG’s dan
fee for service. Untuk pasien rawat inap, dan hemodialisa klaim yang dilakukan berdasarkan
paket INA CBG’s. Sedangkan untuk pasien rawat jalan terpadat dua kategori penagihan. Untuk
pelayanan dokter, laboratorium, radiologi, dan obat tidak kronis penagihandilakukan sesuai
paket INACBG’s. Khusus obat kronis ditagihkan terpisah sesuai dengan buku pedoman
formularium nasional BPJS ditagihkan berdasarkan fee for service. Penagihan fee for service
selain berdasarkan buku pedoman formularium nasional (fornas) juga berdasarkan harga e-
catalog pemerintah. Tujuan utama pengaturan obat dalam Fornas adalah meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan, melalui peningkatan efektifitas dan efisiensi pengobatan sehingga
tercapai penggunaan obat rasional. Bagi tenaga kesehatan, Fornas bermanfaat sebagai “acuan”
bagi penulis resep, mengoptimalkan pelayanan kepada pasien, memudahkan perencanaan, dan
penyediaan obat di fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan adanya Fornas maka pasien akan
mendapatkan obat terpilih yang tepat, berkhasiat, bermutu, aman dan terjangkau, sehingga akan
tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Oleh karena itu obat yang
tercantum dalam Fornas harus dijamin ketersediaan dan keterjangkauannya. Pembelian obat
dan alat kesehatan Fornas melalui e-catalog. Ecatalog adalah sistem informasi elektronik yang
memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai Penyedia
Barang/Jasa Pemerintah. Pembelian obat e-catalog adalah dengan e-purchasing dengan sistem
komputer yang dipesan melalui internet. E-catalog dan e-purchasing saat ini hanya dapat
dilakukan oleh fasilitas kesehatan milikpemerintah.
Salah satu masalah dalam Rumah Sakit adalah kesulitan dalam pengadaan obat BPJS
yaitu e-catalog yang tidak bisa diakses rumah sakit swasta, tidak semua jenis obat yang tersedia
di e-catalog dapat dibeli oleh rumah sakit dengan harga ecatalog karena ketersediaan obat BPJS
yang terbatas, tidak semua jenis obat di fornas tersedia di e-catalog. Kesulitan dalam pengadaan
obat BPJS mempengaruhi pemberian obat yang dapat diberikan oleh rumah sakit kepada pasien
BPJS. Kekosongan obat BPJS mengakibatkan instalasi farmasi menunda pembelian obat yang
mengakibatkan pasien BPJS rawat jalan tertunda pemberian obatnya. Sedangkan untuk rawat
inap apabila obat dengan harga ecatalog tidak ada menyebabkan instalasi farmasi membeli obat
dengan harga reguler yang jauh lebih mahal.
Saat ini ARSSI telah mengungkapkan dan memperjuangkan rumah sakit swasta untuk dapat
mengaskses e-catalog dan epurchasing. Keuntungan dari pembelian obat dan AlKes dengan e-
catalog adalah terjaminnya kualitas obat dan AlKes untuk keselamatan pasien dan keuntungan
harga yang lebih murah sehingga rumah sakit swasta dapat mengendalikan mutu dan biaya
pengobatan pasien.
Pendistribusian obat BPJS Metode pemberian obat BPJS tidak berbeda dengan pemberian pada
pasien umum. Individual prescription merupakan pendistribusian obat langsung diterima oleh
pasien sesuai dengan resep yang diberikan. Sedangkan ODDD merupakan pendistribusian
yang dilakukan dengan mempersiapkan dosis dalam satu hari. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Erna Yanti pada tesis Evaluasi Penerepan Sistem Kartu Obat Rawat Inap pada One
Day Dose Dispensing (ODDD) Terhadap Pola Penggunaan Obat dan biaya Obat Pasien BPJS
Hipertensi di RSUD Liwa membuktikan pola penggunaan ODDD meningkatkan pola
penggunaan obat meningkat danbiayaobat menurun. Pengendalian obat BPJS tidak berbeda
dengan obat reguler. Apabila terjadi kekosongan obat BPJS, rumah sakit akan membeli obat
paten lain dengan melakukan negosiasi sehingga mendapatkan harga yang didapat rumah sakit
dapat sama dengan harga BPJS.
Pengendalian persediaan juga dapat diartikan sebagai serangkaian kebijakan
pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan pesanan untuk
menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan harus diadakan. Pengendalian
persediaan menentukan dan menjamin tersedianya persediaan yang tepat dalam kuantitas dan
waktu yang tepat.9 Perhitungan ROP obat BPJS berbeda dengan reguler karena lead time yang
terkadang melebihi lead time obat reguler dan menyebabkan stok yang ada di pelayanan kurang
dari safety stock. Pada pelayanan rawat inap bila terjadi kekosongan obat petugas akan segera
mencari obat pengganti dengan konfirmasi dan persetujuan dari wadir pelayanan untuk
diberikan ke pasien. Sedangkan di rawat jalan, obat BPJS tidak kosong distributor tidak
langsung diganti obat lain tetapi dengan menunda pemberian obat
Tim verifikator internal BPJS memiliki fungsi dalam pengendalian obat BPJS. Tim
verifikator internal BPJS berfungsi sebagai petugas yang akan memverifikasi kesesuian harga,
jenis, merk dan jumlah obat yang diberikan ke pasien BPJS. Selain itu, fungsi dari tim
verifikator adalah melakukan verifikasi administrasi kepersertaan, verifikasi administrasi
pelayanan, dan verifikasi pelayanan pada pasien BPJS. Dengan adanya tim verifikator BPJS
internal, petugas di pelayanan dapat melakukan pelayanan sesuai denganprosedur
yangditetapkanBPJS. Kepatuhan dokter menulis resep BPJS sesuai dengan fornas BPJS belum
100%. Dokter masih memberikan resep obat tidak ada dalam fornas, tidak sesuai restriksi, dan
jumlah pemberian tidak sesuai. Rumah sakit telah beberapa kali melakukan pertemuan rutin
dengan dokter tetap maupun mitra untuk membahas mengenai pasien BPJS, tetapi masih ada
dokter yang memberikan resep tidak sesuai dengan ketentuan fornas. Ketidaksesuaian
pemberian obat ke pasien BPJS menyebabkan petugas instalasi farmasi harus melakukan
konfirmasi ulang ke dokter atau direksi untuk pemberian obat menyebabkan pelayanan
pemberian obat ke pasien BPJS menjadi lama. Tidak adanya peraturan atau pedoman tertulis
untuk pemberian obat pasien BPJS diluar fornas menyebaban masih banyak dokter yang
menulis obat tidaksesuai ketentuanfornas. KebijakanRumahSakit

Вам также может понравиться

  • AININDYA
    AININDYA
    Документ20 страниц
    AININDYA
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Hipertensi Pada Anak
    Hipertensi Pada Anak
    Документ27 страниц
    Hipertensi Pada Anak
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Isi BAB
    Isi BAB
    Документ31 страница
    Isi BAB
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Krisis Hipertensi
    Krisis Hipertensi
    Документ50 страниц
    Krisis Hipertensi
    tjiprut
    100% (2)
  • Makalah Gizi Balita
    Makalah Gizi Balita
    Документ11 страниц
    Makalah Gizi Balita
    taufik
    Оценок пока нет
  • Ileus
    Ileus
    Документ20 страниц
    Ileus
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Infant Feeding
    Infant Feeding
    Документ20 страниц
    Infant Feeding
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Infeksi Nosokomial
    Infeksi Nosokomial
    Документ25 страниц
    Infeksi Nosokomial
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Документ2 страницы
    Presentation 1
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • NL
    NL
    Документ13 страниц
    NL
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Referat Spondilitis TB
    Referat Spondilitis TB
    Документ23 страницы
    Referat Spondilitis TB
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • ISolasi
    ISolasi
    Документ28 страниц
    ISolasi
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Si
    Si
    Документ4 страницы
    Si
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Mikronutrien Pada Remaja
    Mikronutrien Pada Remaja
    Документ13 страниц
    Mikronutrien Pada Remaja
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Infeksi Nosokomial
    Infeksi Nosokomial
    Документ25 страниц
    Infeksi Nosokomial
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Tugas Baca
    Tugas Baca
    Документ6 страниц
    Tugas Baca
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Dr. Tezza - Infant Feeding - 6-3-2017
    Dr. Tezza - Infant Feeding - 6-3-2017
    Документ20 страниц
    Dr. Tezza - Infant Feeding - 6-3-2017
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • 1302116011-3-Bab Ii PDF
    1302116011-3-Bab Ii PDF
    Документ22 страницы
    1302116011-3-Bab Ii PDF
    Muh Natsir
    Оценок пока нет
  • 1302116011-3-Bab Ii PDF
    1302116011-3-Bab Ii PDF
    Документ22 страницы
    1302116011-3-Bab Ii PDF
    Muh Natsir
    Оценок пока нет
  • Infeksi Nosokomial
    Infeksi Nosokomial
    Документ9 страниц
    Infeksi Nosokomial
    raisyifa13
    Оценок пока нет
  • Futia Rachma 22010111140189 Lap - KTI Bab 2
    Futia Rachma 22010111140189 Lap - KTI Bab 2
    Документ20 страниц
    Futia Rachma 22010111140189 Lap - KTI Bab 2
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Propofol Related Infusion Syndrome
    Propofol Related Infusion Syndrome
    Документ10 страниц
    Propofol Related Infusion Syndrome
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Si
    Si
    Документ4 страницы
    Si
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • DEPKES-Pedoman-Nasional-Penanggulangan-TBC-2011-Dokternida.com.docx
    DEPKES-Pedoman-Nasional-Penanggulangan-TBC-2011-Dokternida.com.docx
    Документ3 страницы
    DEPKES-Pedoman-Nasional-Penanggulangan-TBC-2011-Dokternida.com.docx
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Referat TB Anak
    Referat TB Anak
    Документ34 страницы
    Referat TB Anak
    Prind Jati Prakasa
    Оценок пока нет
  • Umiarti Vap
    Umiarti Vap
    Документ33 страницы
    Umiarti Vap
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Innosblok 2 2 2011
    Innosblok 2 2 2011
    Документ33 страницы
    Innosblok 2 2 2011
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Propofol Related Infusion Syndrome
    Propofol Related Infusion Syndrome
    Документ10 страниц
    Propofol Related Infusion Syndrome
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет
  • Infeksi Nosokomial
    Infeksi Nosokomial
    Документ25 страниц
    Infeksi Nosokomial
    Tezza Dinayanti
    Оценок пока нет