Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Susu

Susu segar adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih,

yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan

belum mendapatkan perlakuan apapun kecuali pendinginan tanpa mempengaruhi

kemurniannya (Anonim, 2011). Susu segar mempunyai pH sekitar 6,6. Apabila

pH susu diturunkan sampai pada pH 4,7, susu akan membentuk curd (gumpalan)

(Rahman et al. 1992). Komposisi susu secara umum terdiri dari :

1. Protein

Protein terdiri atas kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Protein yang

jumlahnya terbanyak adalah kasein yang jumlahnya 80% dari keseluruhan protein

susu. Kasein merupakan protein yang terbanyak jumlahnya dari pada laktalbumin

dan laktoglobulin (Hadiwiyoto, 1994). Kasein merupakan suatu substansi yang

berwarna putih kekuningan yang didapat dalam kombinasi dengan kalsium

sebagai kalsium kasein dalam bentuk partikel kecil bersifat gelatin dalam

suspensi. Kasein dapat diendapkan dengan menggunakan asam-asam encer,

rennin dan alkohol. Kasein yang diendapkan dengan alkohol adalah ca-caseinat,

dan yang diandapkan dengan rennin terbentuk paracasein (Muchtadi dkk, 2011).

Protein kasein terdiri atas αs1-kasein, αs2-kasein dan K-kasein (Eskin,

1990). Sisanya adalah whey yang jumlahnya 20% dari protein susu, whey adalah

protein larut air yang terkandung dalam cairan sisa pengendapan susu (Ebing &

Rutgers 2006). Protein whey terdiri atas laktoglobulin, α-laktalbumin,

5
immunoglobulin, serum albumin, laktoferin, dan laktoperoksidase (Kim dkk,

2002).

2. Lemak susu

Lemak merupakan komponen susu yang penting seperti halnya protein,

lemak dapat memberikan energi lebih besar daripada protein maupun karbohidrat

karena lemak memiliki gizi yang tinggi. Satu gram lemak dapat memberikan ± 9

kkal, di dalam susu lemak terdapat sebagai globula atau emulsi (Hadiwiyoto,

1994).

Lemak pada susu merupakan komponen yang penting dalam susu. Aroma

susu dari sebagian besar produk olahan ditimbulkan oleh lemak susu. Lemak-

lemak yang terbentuk dari asam-asam lemak yang mudah menguap bersifat tidak

stabil dan mudah terurai dan mempengaruhi aroma produk susu (Rahman et al.

1992).

3. Hidrat arang

Dalam satu hidrat arang paling terdapat dalam bentuk gula disakarida,

yaitu laktosa. Gula susu mempunyai kemanisan seperenam kemanisan gula tebu

(sukrosa).

4. Garam-garam mineral

Konsentrasi mineral dalam susu kurang dari 1%, mineral ini larut dalam

susu dan kasein. Garam mineral yang penting adalah kalsium, sodium, potasium

dan magnesium.

6
5. Vitamin

Susu mengandung vitamin-vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin

A, D, E serta sedikit vitamin K. Susu juga mengandung berbagai vitamin yang

larut dalam air yaitu vitamin B komplek.

6. Air

Komponen terbanyak susu adalah air, jumlahnya mencapai 64,89%.

7. Enzim

Enzim adalah katalisator biologik yang dapat mempercepat reaksi

kimiawi. Susu mengandung beberapa enzim, antara lain lipase, postease,

peroksidase, katalase, dehidrogenase dan laktase (Hadiwiyoto, 1994).

2.2 Susu kambing Peranakan Etawa (PE)

Susu kambing PE mengandung protein, lemak, karbohidrat, kalori,

kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, Vitamin A, B1 (IU), B2 (mg),

B6, B12, C, D, E, Niacin, asam pantotenant, Kolin dan Inositol (Dwidjoseputro,

1982). Susu kambing PE tidak memiliki pigmen karoten dan hanya mengandung

vitamin B6 dan B12 dalam jumlah kecil sehingga berwarna lebih putih daripada

susu sapi (Fathir, 2010).

Komposisi susu kambing PE secara umum adalah sama dengan susu sapi,

sedangkan perbedaan antara keduanya terletak pada persentase kandungannya dan

globula lemak susu kambing PE memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan

susu sapi. Susu kambing PE diketahui selain kaya akan nutrisi, susu kambing juga

sebagai hipoalergenik (rendah dari alergi) dan terapeutik (terapi yang berkaitan

dengan penyakit) yang berasal dari asam lemaknya. Lemak susu kambing PE

memiliki asam lemak rantai pendek hingga rantai sedang (Park, 2009).

7
Kambing Peranakan Etawa dapat menghasilkan susu 0,45–2,2

liter/ekor/hari (Sodiq dan Abidin, 2008) dengan produksi susu berkisar antara 0,5-

1,8 liter/ekor/hari bergantung pada ketinggian tempat dan cara pemeliharaan

(Rusman, 2011).Moeljanto dan Bernard (2002) menjelaskan bahwa ada beberapa

kelebihan susu kambing PE antara lain, mempunyai sifat antiseptik alami dan bisa

membantu menekan pembiakan bakteri dalam tubuh. Hal ini disebabkan adanya

fluorin yang kadarnya 10-100 kali lebih besar dibandingkan susu sapi. Menurut

Winarno (2002),dan juga protein pada susu kambing PE berfungsi sebagai zat

pembangun yaitu membentuk jaringan-jaringan baru didalam tubuh dan

mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu diperbaiki.

2.3 Whey

Protein terpenting pada susu adalah kasein yang jumlahnya 80% dari

keseluruhan protein susu. Sisanya adalah whey yang jumlahnya 20% dari protein

susu(Ebing dan Rutgers, 2006). Sedangkan whey merupakan cairan serum yang

berwujud cair bening bewarna pucat kehijauan yang diperoleh setelah susu

mengalami proses penggumpalan dan merupakan protein berkualitas tinggi karena

memiliki profil asam amino yang ideal(Chatteron dkk, 2006).

Protein whey mempunyai aktifitas antimikroba, antivirus, antikarsinogen

dan antitumor.Manfaat protein whey antara lain :

 Memperbaiki dan membangun otot, kekebalan tubuh, produksi

hormon, enzim, kulit, rambut, kuku, darah dan organ tubuh lainnya.

 Memperkuat kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi.

8
 Membantu pembentukan antioksidan di tubuh yang berfungsi

melindungi sel, menetralkan toksin di tubuh dan menghambat

pertumbuhan bakteri maupun jamur (Chatteron dkk, 2006).

Whey mengandung 6% zat padat dimana 70% darinya adalah laktosa dan

0,7% adalah protein. Komponen yang terkandung dalam whey diantaranya beta-

lactoglobulin, alpha-lactalbumin, bovine serum albumin, lactoferrin,

immunoglobulin, lactoperoxidase enzymes, glycomacropeptides, lactose dan

mineral (Marshall, 2004).

Tabel 1. Komponen Protein Whey

% Protein
KomponenWhey Whey Kegunaan
50-55% Sumber asam amino
Beta-lactoglobulin esesnsial dan BCAAs
20-25% Protein yang terutama
Alpha-lactalbumin ditemukan pada ASI
10-15% Protein yang ditemukan
Immunoglobulin dalam kolestrum
Memodulasi imun
1-2% Antioksidan
Lactoferrin Antibakteri,
antifungi,antivirus
Merangsang
pertumbuhan bakteri
yang menguntungkan
Secara alami ditemukan
dalam ASI, air mata,
saliva, empedu, darah,
mukus
0,50% Menghambat
Lactoperoxidase pertumbuhan bakteri

9
Tabel 1 (Lanjutan)

5-10% Sumber esensial asam


Bovineserumalbumin amino
Merupakan protein besar
10-15% Sumber BCAAs
Glycomacropeptide Sedikit mengandung
asam amino aromatik
(Marshall, 2004)

Dibandingkan dengan sumber protein yang lain,whey mengandung BCAAs

(Branchedchainaminoacids) leucine, isoleucine dan valine dalam konsentrasi

tinggi. BCAAs terutama leucine merupakan faktor yang penting untuk

pertumbuhan jaringan dan perbaikan jaringan. Leucine diidentifikasi sebagai asam

amino yang berperan dalam sintesis protein. Protein whey juga kaya akan sulfur

yang mengandung cycteine dan methionine. Dengan tingginya konsentrasi asam

amino ini, fungsi imun juga meningkat melalui konversi intraseluler menjadi

glutathione (Marshall, 2004).

β-laktoglobulin terdapat sekitar 50% dari kandungan whey total. Protein ini

memiliki banyak gugus yang mengikat mineral, vitamin larut lemak, dan

bertindak sebagai protein transpor untuk senyawa lipofilik seperti tokoferol dan

vitamin A. Alfa-laktalbumin terkandung sekitar 25% dari kandungan protein whey

total. Protein ini memiliki profil asam amino yang sangat baik, yang kaya akan

lisin, leusin, treonin, triptofan dan sistin. Alfa-laktalbumin secara khusus

diproduksi selama menyusui di sel epitel susu dan memainkan peran penting

dalam sintesis susu (Yalcin, 2006).

Immunoglobulin merupakan efektor dari sistem imun yang bertanggung

jawab untuk mengikat molekul antigen asing yang spesifik untuk memberi reaksi

imun dan pembersihan zat asing maupun efek yang merugikan. Immunoglobulin

10
mampu mengikat dan menetralisir bakteri, virus, polisakarida, nukleutida, peptida,

dan protein. Kebutuhan Immunoglobulin dalam tubuh cukup besar untuk

mengenali dan menangkal semua antigen yang berbeda.

Laktoferin merupakan senyawa bioaktif berupa glikoprotein yang

berfungsi sebagai agen pengontrol besi pada cairan biologis yang dapat ditemukan

pada susu. Laktoferin rnerupakan asam aminoglikoprotein-703 yang berasal dari

susu. Plasma laktoferin adalah derivasi dominan dari neutrofil, tetapi indikasi

menunjukkan bahwa laktoferin mungkin juga diproduksi oleh sel-sel lain.

Laktoferin dalam cairan tubuh didapatkan berikatan dengan Fe dalam bentuk

bebas, baik bentuk monoferrik maupun diferrik. Tigabentuk laktoferin telah

berhasil diisolasi, yaitu laktoferin alfa, beta dan gamma berhubungan dengan

aktivitas ribonuclease (RNAase), sedangkan laktoferin-alfa tidak mempunyai

hubungan dengan aktivitasRNAase. Reseptor dari laktoferin dapat dijumpai

dalamjaringan intestinal, monosit, makrofag, neutrofil,limfosit, dan pada bakteri

tertentu. Fungsi yangberhubungan dengan spektrum yang luas telahdigambarkan

dari laktoferin, yang berkisar padaperannya untuk mengontrol kemampuan Fe

pada modulasi imunitas. Laktoferin terdiri dari 690 asam amino penyusun dalam

rantai polipeptida tunggal dengan berat molekul 75-80 kDa. Laktoferin memegang

peranan penting terhadap penyerapan logam dalam pencernaan, penggunaan

mikro nutrien dan makro nutrien dari susu, sebagai antioksidan serta antimikroba

yang aktif terhadap bakteri, jamur, protozoa, virus, dan tumor (Marshall, 2004).

Menurut (Shankar dan Bansal, 2013) protein whey hanya digunakan oleh

sebagian besar atlet dan binaragawan untuk mempromosikan pertumbuhan otot.

Tapi dalam beberapa tahun terakhir, protein whey sedang digunakan dalam

11
beberapa aplikasi lainnya. Beberapa aplikasi yang menggunakan protein whey

yaitu untuk pengobatan kanker, penyembuhan luka, dan penurunan berat badan.

2.4 Isolasi Protein Whey dengan Metoda Sentrifugasi

Untuk memisahkan protein yang dilakukan adalah menentukan bahan

alam yang akan diproses. Penentuan ini berdasarkan kadar protein yang

terkandung di dalamnya. Bahan alam yang dipilih adalah yang mengandung kadar

protein tinggi serta mudah diperoleh. Selanjutnya mengeluarkan protein dari

bahan alam tersebut dengan cara memecahkan sel-sel jaringan secara mekanik.

Dalam proses ini, beberapa faktor yang harus diperhatikan adalah suhu dan pH.

Suhu perlu dijaga agar tidak merusak protein. Pada suhu 400C protein mudah

terdenaturasi sehingga pemisahan protein dilakukan pada suhu rendah mendekati

titik beku pelarut yang digunakan. Jika protein yang diinginkan tahan terhadap

panas, maka campuran protein dapat dipanaskan sebentar untuk mengendapkan

protein yang tidak diinginkan. Protein juga sensitif terhadap asam atau basa

berkonsentrasi tinggi. Jadi, pemisahan protein dilakukan pada pH mendekati

netral dengan menggunakan buffer tertentu. Salah satu proses yang bisa dilakukan

untuk mengeluarkan protein dari sumbernya yaitu dengan cara sentrifugasi.

Sentrifus terdiri atas penggerak listrik dan rotor pemegang tabung berisi sampel.

Proses ini akan menghasilkan dua fase yakni endapan dan supernatan. Kedua

endapan dan supernatan dapat dipisahkan dengan cara dekantasi (Boyer, 2000).

12
2.5 Penentuan Konsentrasi Protein

2.5.1 Metode Biuret

Secara kolorimetri, protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode

biuret. Prinsipnya adalah bahwa ikatan peptida dapat membentuk senyawa

kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa

(Carprette, 2005). Pereaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium

hidroksida (berupa larutan) dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari

reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida. Spektrum

absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pada pH dan sesuai dengan

susunan residu asam amino. Kerugian dari metode ini adalah hasil pembacaan

tidak murni menunjukkan tidak kadar protein saja, melainkan bisa saja kadar

senyawa yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus sulfhidrin ikut terbaca

kadarnya. Selain itu, waktu pelaksanaan yang lama seringkali dirasa kurang

efisien (Purwanto, 2014)

2.5.2 Metode Lowry

Metode lowry merupakan pengembangan dari metode Biuret. Prinsip dari

metode Lowry adalah Cu (II) akan tereduksi menjadi Cu (I) dalam suasana

alkalis. Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu terbentuk

kompleks phosphomolibdat-phosphotungstate menghasilkan hetero-

polymolybdenum blue akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam

amino) terkatalis Cu, dan memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi

secara kolorimetri. Intensitas warna biru tergantung pada kandungan residu

tryptophan dan tyrosine-nya.Keuntungan metode Lowry adalah lebih sensitif (100

kali) dari pada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein yang lebih

13
sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0,01 mg/mL. Namun metode

Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya (Sudarmanto, 2008).

2.5.3 Metode Bradford

Metode Bradford merupakan metode pengukuran konsentrasi protein total

yang melibatkan pewarna Coomassie Brilliant Blue (CBB). CBB akan berikatan

dengan protein pada sampel larutan dalam suasana asam. Dengan demikian,

absorbansinya protein dapat dikukur menggunakan spektrofotomtri pada panjang

gelombang 465 nm-595 nm (Caprette, 2005).

2.6 Mencit (Mus musculus L.)

Mencit (Mus musculus L.) termasuk mamalia pengerat (rodensia) yang

cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi

genetiknya cukup besar serta sifat anatomisnya dan fisiologisnya terkarakteristik

dengan baik. Mencit yang sering digunakan dalam penelitian di laboratorium

merupakan hasil perkawinan tikus putih “inbreed” maupun “outbreed”. Dari hasil

perkawinan sampai generasi 20 akan dihasilkan strain-strain murni dari mencit.

Adapun klasifikisinya adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordrata

Sub phylum : Vertebrata

Class : Mammalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

14
Species : Mus musculus

Mencit (Mus musculus L.) memiliki ciri-ciri berupa bentuk tubuh

kecil,berwarna putih, memiliki siklus estrus teratur yaitu 4-5 hari. Kondisi ruang

untuk pemeliharaan mencit (Mus musculus L.) harus senantiasa bersih, kering dan

jauh dari kebisingan. Suhu ruang pemeliharaan juga harus dijaga kisarannya

antara 18-19oC. Mencit betina dewasa dengan umur 35-60 hari memiliki berat

badan 18-35 gram. Lama hidupnya 1-2 tahun, dapat mencapai 3 tahun. Masa

reproduksi mencit betina berlangsung 1,5 tahun. Mencit betina ataupun jantan

dapat dikawinkan pada umur 8 minggu. Lama kebuntingan 19-20 hari. Jumlah

anak mencit rata-rata 6-15 ekor dengan berat lahir antara 0,5-1,5 gram ( Akbar,

2010).

Penelitian ini menggunakan mencit sebagai hewan coba, karena mencit

masih termasuk dalam kingdom animalia dan kelas mamalia, maka mencit ini

memiliki beberapa ciri-ciri yang sama dengan mamlia lainnnya khususnya

manusia (Malole dan Pramono, 1989). Selain itu, mencit memiliki waktu

pertumbuhan yang relatif cepat, memiliki organ terlengkap, dan juga memiliki

komponen darah yang dapat mewakili manusia.Mencit yang digunakan adalah

mencit jantan dengan umur 2-3 bulan dan berat 20-30 gramdikarenakan mencit

telah dewasa dan perkembangan organnnya telah sempurna. Alasan pemilihan

mencit jantan karena sistem imun pada mencit jantan cenderung lebih tidak

dipengaruhi oleh hormon reproduksi(Anonim, 2005).

Penelitian (Ningtyas, 2017) meyebutkan bahwa waktu rata-rata yang

dibutuhkan untuk menyembuhkan luka sayat pada mencit putih (Musmusculus)

15
jantan yang diberikan Ekstrak etanol 96% rimpang kunyit (Curcuma domestica

Val) dengan konsentrasi 10% sebesar ±6,67 hari, dan konsentrasi 5%

menunjukkan rata –rata ±7,16 hari.Penyembuhan luka sayat menggunakan ekstrak

lidah buaya (Aloe Vera L.) dengan konsentrasi 50% terhadap mencit jantan dapat

menyemuhkan luka sayat selama 7 hari (Puspitasari dkk, 2016).Bestari, 2016

menyebutkan bahwa getah bonggolpisang klutuk konsentrasi20% dan25% dapat

mempercepatproses penyembuhan luka pada mencit putih (Mus musculus.L)

selama 6 hari.

2.7 Povidone Iodine

Povidone iodine adalah suatu iodovor dengan polivinil pirolidon

berwarna coklat gelap dan timbul bau yang tidak menguntungkan (Ganiswara,

1995).Povidoneiodine merupakan agen antimikroba yang efektif dalam

desinfeksi dan pembersihan kulit baik pra-maupun pascaoperasi, dalam

penatalaksanaan luka traumatik yang kotor pada pasien rawat jalan, dan untuk

mengurangi sepsis luka pada luka bakar (Morison, 2003).

Dalam 10% povidone iodine mengandung 1% iodium yang mampu

membunuh bakteri dalam 1 menit dan membunuhspora dam waktu15 menit

(Ganiswara, 1995).Povidone iodine 10% merupakan antiseptik solution yang

digunakan untuk pengobatan pertama dan mencegah timbulnya infeksi pada

luka-luka, seperti lecet, tergores, terpotong, terkoyak, dan juga bisa digunakan

untuk melindungi luka-luka operasi terhadap kemungkinan timbulnya infeksi

(Tjay dan Rahhardja, 2002).

16
Mekanisme kerja povidone iodine dimulaisetelah kontak langsung dengan

jaringan luka maka elemen iodinakan dilepaskan secaraperlahan-lahan dengan

aktivitas menghambatmetabolisme enzim bakteri sehinggamengganggu

multiplikasi bakteri yangmengakibatkan bakteri menjadi lemah.Povidone iodine

yang biasadigunakan dalam perawatan luka hanya 10%.Hasil suatu penelitian

menyatakan bahwasemakin tinggi konsentrasi iodin yangdigunakan semakin

mempercepatpenyembuhan luka (Gunawan, 2007).

2.8 Jaringan Kulit

Kulit adalah suatu jaringan pembungkus seluruh permukaan luar tubuh.

Struktur kulit tersusun atas 2 lapis yaitu epidermis dan dermis. Kedua lapisan ini

bersama-sama membentuk membran yang sangat erat melekat yang terletak diatas

lapisan jaringan ikat longgar yaitu lapisan subkutan mempunyai banyak lemak dan

menghubungkan kulit dangan struktur yang lebih dalam.

1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan terluar kulit yang tipis dan avaskuler.Terdiri dari

epitel berlapis gepeng, bertanduk, mengandung sel melanosit, langerhans dan sel

merkel.Fungsi utamanya adalah sebagai proteksi barier, organisasi sel, sintesis

vitamin D dan sitoksin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit)

dan pengenalan alergen (Perdanakusuma,2007). Epidermis mempunyai

melanocytes yang membuat melanin dan memberikan warna pada kulit.Fungsi

pada lapisan epidermis adalah melindungi dari masuknya bakteri, toksin, untuk

keseimbangan cairan yaitu menghindari pengeluaran cairan secara berlebihan

(Suriadi,2004). Epidermis dapat berperan dalam mekanisme penyembuhan karena

17
epidermis pada lapisan luar membentuk selaput yang terdiri atas sel-sel mati,

lapisan tanduk atau stratum korneum, yang berisi protein keratin dan campuran

kompleks lipid (Genester, 1994).

2. Dermis

Dermis atau korium adalah lapisan tebal jaringan ikat tempat melekatnya

epidermis dan lapisan terdalamnya melanjutkan diri ke jaringan subkutan yang

berisi lemak tanpa suatu batas yang jelas. Dermis terletak dibawah epidermis dan

dibatasi oleh lamina basalis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak

kaki sekitar 3 mm (Perdanakusuma, 2007). (Suriadi, 2004) menyebutkan lapisan

dermis lebih tebal dari pada lapisan epidermis. Fungsi utamanya sebagai

penyokong epidermis. Lapisan dermis strukturnya lebih kompleks dan terdapat

dua lapisan bagian superficial papillary dan bagian dalam reticular dermis.

Regenerasi merupakan proses penyembuhan dari sel parenkim terjadi

dengan mengganti sel yang rusak dengan sel yang baru dan sama sehingga fungsi

tubuh atau jaringan akan pulih kembali dengan sempurna. Sedangkan regenerasi

secara fisiologi disebut juga dengan sel labil karena pada proses ini sel yang pada

saat tertentu mengalami nekrosis tetapi akan mengalami pembaharuan yang terjadi

secara periodik dan sel akan terganti dengan sel yang sama (Sudiono dkk, 2003).

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari

elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi

mikroorganisme patogen. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan

cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipotalamus. Temperatur perifer

mengalami proses keseimbangan melalui keringat, paru-paru dan mukosa bukal.

Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit.

18
Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh

akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara

mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada

temperatur yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang

kemudian akan mempertahankan panas (Perdanakusuma, 2007).

3. Lapisan Subkutan

Lapisan subkutan merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri dari

lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit

secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda

menurut daerah tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai

darah ke dermis untuk regenerasi (Perdanakusuma, 2007).

2.9 Luka

Luka merupakan terganggunya kontinuitas sel-sel yang kemudian diikuti

dengan penyembuhan luka sebagai respon untuk memulihkan kontinuitas sel-sel

tersebut, serta terdapat kerusakan atau sel-sel yang hilang (Smeltzer dan Bare,

2002). Luka disebut juga trauma atau kerusakan, biasanya terbatas pada yang

disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya kontinuitas normal

suatu struktur. Luka dibagi 2 jenis, yaitu:

a. Luka tertutup

Luka tertutup merupakan luka dimana kulit tetap utuh dan tidak ada

kontak antara jaringan yang ada di bawah dengan diluar, kerusakannya

diakibatkan oleh trauma benda tumpul.

1. Kontusio, kerusakan jaringan di bawah kulit yang mana dari luar hanya

19
tampak sebagaibenjolan.

2. Hematoma, kerusakan jaringan di bawah kulit disertai pendarahan

sehingga dari luar tampakkebiruan.

b. Luka terbuka

Luka terbuka adalah luka dimana kulit atau jaringan di bawahnya

mengalami kerusakan.Penyebab luka ini adalah benda tajam, tembakan, benturan

benda keras dan lain-lain. Macam-macam luka terbuka antara lain yaitu luka lecet

(ekskoriasi), luka gigitan (vulnus marsum), luka iris/sayat (vulnus scisum), luka

bacok (vulnus caesum), luka robek (vulnus traumaticum), luka tembak (vulnus

sclopetinum), luka hancur (vulnus lacerum) dan luka bakar .

Luka iris/sayat (vulnus scisum) biasanya ditimbulkan oleh irisan benda

yang bertepi tajam seperti pisau, silet, parang dan sejenisnya.Luka yang timbul

biasanya berbentuk memanjang, tepi luka berbentuk lurus, tetapi jaringan kulit di

sekitar luka tidak mengalami kerusakan (Dorland,2006).

2.10 Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki

kerusakan yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah

kolagen disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk

sintesis kolagen.Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-

fase seperti dibawah ini:

1. Fase Inflamasi

Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Setelah

terjadinya luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi

disertai reaksi hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin

20
membekukan darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan

sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth

Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth

Factor beta (TGF-β) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil,

makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase

inflamasi.

Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi leukosit

Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator

inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGFβ 1) yang juga dikeluarkan

oleh makrofag. Adanya TGFβ 1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis

kolagen (Perdanakusuma, 2007).

Pada fase inflamasi terjadi proses angiogenesis, dimana pembuluh-

pembuluh darah yang baru mulai tumbuh dalam luka injuri dan sangat penting

peranannya dalam fase proliferasi. Fibroblas dan sel endotelial mengubah oksigen

molekular dan larut dengan superoxide yang merupakan senyawa penting dalam

resistensi terhadap infeksi maupun pemberian isyarat oksidatif dalam

menstimulasi produksi growth factor lebih lanjut. Dalam prosesi nflamasi adalah

suatu perlawanan terhadap infeksi dan sebagai jembatan antara jaringan yang

mengalami injury dan untuk pertumbuhan sel-sel baru (Suriadi, 2004).

2. Fase Proliferasi

Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi dalam

luka, pada fase ini makrofag dan limfosit masih ikut berperan, tipe sel predominan

mengalami proliferasi dan migrasi termasuk sel epithelial, fibroblas, dan sel

21
endotelial. Proses ini tergantung pada metabolik, konsentrasi oksigen dan

faktorpertumbuhan. Dalam beberapa jam setelah injury, terjadi epitelialisasi

dimana epidermal yang mencakup sebagian besar keratin mulai bermigrasi dan

mulai stratifikasi dan deferensiasi untuk menyusun kembali fungsi barrier

epidermis. Pada proses ini diketahui sebagai epitelialisasi, juga meningkatkan

produksi extraseluler matrik (promotes-extracelluler matrix atau singkat ECM),

growth factor, sitokin dan angiogenesis melalui pelepasan faktor pertumbuhan

seperti keratinocyte growth factor (KGF).

Pada fase proliferasi fibroblas merupakan elemen sintetik utama dalam

proses perbaikan dan berperan dalam produksi struktur protein yang digunakan

selama rekonstruksi jaringan. Secara khusus fibroblas menghasilkan sejumlah

kolagen yang banyak. Fibroblas biasanya akan tampak pada sekeliling luka. Pada

fase ini juga terjadi angiogenesis yaitu suatu proses dimana kapiler-kapiler

pembuluh darah yang baru tumbuh atau pembentukan jaringan baru (granulasi

tissue). Secara klinis akan tampak kemerahan pada luka. Kemudian pada fase

kontraksi luka, kontraksi disini adalah berfungsi dalam memfasilitasi penutupan

luka (Suriadi, 2004).

3. Fase Maturasi

Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses

penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen,

kontraksi luka dan pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen

berada dalam keseimbangan.Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2

tahun.Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang

mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal (Perdanakusuma, 2007).

22
Pada fase maturasi atau remodeling yaitu banyak terdapat komponen

matrik.Komponen hyaluronic acid, proteoglycan, dan kolagen yang berdeposit

selama perbaikan untuk memudahkan perekatan pada migrasi seluler dan

menyokong jaringan.Serabut-serabut kolagen meningkat secara bertahap dan

bertambah tebal kemudian disokong oleh proteinase untuk perbaikan sepanjang

garis luka.Kolagen menjadi unsur yang paling utama pada matrik.Serabut kolagen

menyebar dengan saling tertarik dan menyatu, berangsur-angsur menyokong

pemulihan jaringan(Suriadi, 2004).

23

Вам также может понравиться