Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pengumpulan dan pengolahan data di wilayah kerja Puskesmas


Kelayan Dalam RT I berdasarkan 12 indikator kesehatan keluarga didapatkan
hasil dari masing-masing cakupan yang berbeda yaitu keluarga mengikuti
program KB sebanyak 82,5%, ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
sebanyak 80%, bayi mendapat imunisasi lengkap sebanyak 81,8 %, bayi yang
mendapat ASI eksklusif sebanyak 53,3%, balita yang mendapatkan pemantuan
pertumbuhan sebanyak 88,9%, Penderita TB paru yang berobat sesuai standar
sebanyak 81,8%, Penderita hipertensi yang berobat teratur sebanyak 76,5%,
Penderita gangguan jiwa yang mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
sebanyak 100%, Anggota keluarga tidak ada yang merokok sebanyak 45,7%,
keluarga sudah menjadi anggota JKN sebanyak 59%, keluarga mempunyai
akses sarana air bersih sebanyak 100%, keluarga mempunyai akses atau
menggunakan jamban sehat sebanyak 63,6%. Berdasarkan perhitungan IKS
didapatkan 95 keluarga memiliki Indeks < 0,8 dan 15 keluarga memiliki Indeks >
0,8 atau disebut sebagai keluarga sehat.
Di RT 01 didapatkan tiga indikator yang bermasalah yaitu merokok
dengan hasil 45,7%, rendahnya cakupan ASI eksklusif dengan hasil 53,3%, dan
rendahnya kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan hasil 59%. 3
indikator ini dapat menyebabkan munculnya masalah kesehatan karena tidak
terpenuhinya 12 indikator Indonesia sehat. di RT 01/RW 01. 3 masalah ini perlu
ditangani agar tercapainya keluarga sehat.
Perilaku merokok tidak hanya menyebabkan berbagai macam penyakit
tetapi juga dapat memperberat sejumlah penyakit lainnya (Sitepoe, 2000).
Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan. Ada beberapa tahap yang
dilalui seorang perokok sebelum ia menjadi perokok regular yaitu seorang yang
telah menganggap rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Perilaku merokok
tidak hanya dapat mengganggu kesehatan individu sebagai perokok aktif,
melainkan juga dapat mempengaruhi orang-orang yang berada di sekitarnya.
Perilaku merokok dapat diubah hanya dengan adanya kesadaran yang muncul
dari dalam diri seseorang. Oleh karena itu, peran petugas kesehatan hanya
dalam bentuk promotif dan preventif.
Salah satu penunjang demi tercapainya kesehatan penduduk adalah
Jaminan Kesehatan Nasional. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang
diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya di bayar
oleh pemerintah (Peraturan BPJS No.1 tahun 2014). Manfaat JKN terdiri atas
dua jenis yaitu secara medis dan maupun non medis. Keikutsertaan Jaminan
Kesehatan Nasional dapat membantu anggotanya dalam meringankan beban
ekonomi saat anggota keluarga memiliki masalah kesehatan. Jaminan kesehatan
nasional diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan sehingga saat ada
anggota keluarga yang sakit dapat segera ditangani tanpa perlu memikirkan
biaya.
Indikator ketiga yang menjadi masalah di RT 01/RW 01 adalah ASI
eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan
tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air
putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur, susu, biskuit,
bubur nasi dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat (Prasetyono, 2009).
Bayi yang ada di RT 01/RW 01 ternyata masih ada yang belum mendapat ASI
eksklusif. Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan diwaktu yang akan
datang bagi bayi. Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif memiliki daya tahan
tubuh yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI
eksklusif. Daya tahan tubuh yang rendah menyebabkan bayi mudah terinfeksi
oleh berbagai penyakit. Masalah kesehatan akan muncul sehingga
kesejahteraan keluarga tertanggu. Tidak tercapainya ASI eksklusif perlu
ditangani dengan terus mempromosikan ASI eksklusif dan bekerja sama dengan
tokoh masyarakat untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat.
Dalam menetapkan suatu permasalahan, perlu dilakukan tindakan
pemecahan masalah yang tepat agar bisa menyusun rencana kegiatan yang
lebih spesifik dan mampu menyelesaikan masalah yang didapat. Dalam
permasalahan ini metode analisis yang dilakukan menggunakan diagram
fishbone.
Pengkajian data yang dilakukan selama berada dilahan Praktik
Kebidanan komunitas di Puskesmas Kelayan Dalam di Gg. Cendrawasih Rt. 1
ditemukan bahwa ada beberapa masalah yang ditemukan berdasarkan 12
Indikator Keluarga Sehat ada 3 indikator yang menjadi perioritas masalah yaitu
dari Indikator anggota keluarga tidak adanya yang merokok, indikator bayi yang
medapatkan ASI Eksklusif, dan Indikator keluarga yang yang sudah menjadi
anggota Jaminan Kesehatan Nasional.
Berdasarkan Kasus yang didapatkan, tidak tercapainya indikator keluarga
sehat yang disebabkan oleh anggota keluarga yang merokok, masih banyaknya
keluarga yang tidak terdaftar dan tidak menggunakan Jaminan Kesehatan
Nasional, dan tidak tercapainya cakupan bayi yang mendapatkan ASI Ekskliusif.
Berdasarkan kasus yang diangakat dari beberapa indikator masalah, maka kami
tetapkan masalah yang diangkat sesuai dengan kompetensi kebidanan yaitu
masalah ASI Eksklusif yang kami analisikan kedalam diagram fishbone. Pada
kepala ikan diartikan sebagai masalah yaitu ASI Eksklusif. Tulang ikan dituliskan
sebagai penyebab yang ditimbulkan dari masalah. Tulang ikan dapat
mengidentifikasikan dan mengorganisai penyebab-penyebab yang mungkin
timbuldari suatu spesifik dan kemudian memisahkan kategori penyebab masalah.
Apabila penyebab masalah sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan
langakah pemecahan masalah akan lebih mudah dilakukan. Dengan fishbone ini,
semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan untuk dapat melihat beberapa
kemungkinan penyebab dari permasalahan sebenarnya.
1. Man (manusia)
Kurangnya rasa ingin tahu, kesadaran dan pola pikir dari suatu
individu maupun kelompok dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan
tentang manfaat ASI Eksklusif, walaupun tenaga kesehatan sudah
memberikan pengetahuan tentang ASI Eksklusif baik itu melalui penyuluhan,
pendidikan kesehatan kepada masing-masing individu maupun kelompok
apabila tidak ada kesadaran, pola pikir dan rasa ingin tahu dari individu
maupun kelompok itu tidak akan berhasil. Padahal seperti yang kita ketahui
ASI eksklusif sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, pada ibu dapat digunakan
sebagai alat kontrasepsi (MAL/Metode Amenore Laktasi) dan pada bayi baik
untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Material (bahan)
Fasilitator yang tidak terealisasi secara maksimal juga dapat
mempengaruhi kurang berjalannya program ASI Eksklusif. Fasilitator berupa
ruang Laktasi yang digunakan untuk menyusui apabila ruang laktasi tersebut
tidak memadai (multifungsi, artinya digunakan untuk kegiatan selain
memberikan ASI pada bayinya) sehingga membuat ibu merasa tidak nyaman
untuk memberikan ASI kepada bayinya. Tidak ada tempat khusus untuk
penyuluhan pada ibu menyusui sehingga mereka tidak dapat memperoleh
informasi tentang ASI Eksklusif. Kurangnya media informasi seperti poster-
poster tentang ASI Eksklusif juga dapat mempengaruhi keberhasilan ASI
Eksklusif, karena dengan adanya poster-poster tersebut dapat menarik
perhatian para pembacanya yang berkunjung ke fasilitas kesehatan, apabila
pembacanya kebetulan adalah ibu yang menyusui maka dapat menambah
informasi dan dapat mendukung keberhasilan ASI Eksklusif.
3. Methode (cara)
Lintas sektor seperti tokoh agama, tokoh masyarakat berpengaruh di
masyarakat, dimana tokoh masyarakat dapat membantu tenaga kesehatan
untuk mengajak masyarakat untuk menjalakan ASI Eksklusif, apabila tenaga
kesehatan tidak bekerjasama dengan tokoh masyarakat sangat sulit untuk
mencapai keberhasilan suatu program. Penyuluhan tentang ASI Eksklusif
yang masih jarang kita temui sampai sekarang dapat memberikan dampak
pada pemerintah karena program ASI Eksklusif yang sudah dibuat tidak akan
diketahui oleh masyarakat.
4. Environment (lingkungan)
Dukungan keluarga sangat berperan dalam keberhasilan ASI Eksklusif
khususnya suami, karena dukungan suami dapat memberikan motivasi dan
sumber kekuatan bagi istrinya untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
Keberadaan kader sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan, karena peran
kader yang dekat dengan masyarakat, sehingga penting untuk tenaga
kesehatan bekerjasama dengan kader. Tenaga kesehatan perlu memberikan
reward kepada kader agar kader dapat bekerja dengan maksimal sehingga
program ASI Eksklusif berjalan dengan baik.
5. Controling
Ketidakberhasilan pemberian ASI Eksklusif salah satunya disebabkan karena
pengawasan pemberian ASI Eksklusif tidak maksimal dan kurangnya
frekuensi pertemuan antara petugas kesehatan dengan kader, sehingga
program ini tidak dapat berjalan dengan baik.
6. Actuating (tindakan)
Kurangnya pengawasan dan pendataan dari tenaga kesehatan terhadap ibu
menyusui membuat mereka tidak mengetahui jumlah ibu menyusui sehingga
banyak ibu menyusui yang tidak mengetahui manfaat pemberian ASI
Eksklusif dan memilih untuk memberikan susu formula apabila mereka tidak
bisa memberikan ASI Eksklusif yang disebabkan beberapa faktor seperti
bekerja, takut air susu yang diberikan tidak cukup. Dan kurangnya
pengawasan dari tenaga kesehatan.

Вам также может понравиться