Pada pengumpulan dan pengolahan data di wilayah kerja Puskesmas
Kelayan Dalam RT I berdasarkan 12 indikator kesehatan keluarga didapatkan hasil dari masing-masing cakupan yang berbeda yaitu keluarga mengikuti program KB sebanyak 82,5%, ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan sebanyak 80%, bayi mendapat imunisasi lengkap sebanyak 81,8 %, bayi yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 53,3%, balita yang mendapatkan pemantuan pertumbuhan sebanyak 88,9%, Penderita TB paru yang berobat sesuai standar sebanyak 81,8%, Penderita hipertensi yang berobat teratur sebanyak 76,5%, Penderita gangguan jiwa yang mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan sebanyak 100%, Anggota keluarga tidak ada yang merokok sebanyak 45,7%, keluarga sudah menjadi anggota JKN sebanyak 59%, keluarga mempunyai akses sarana air bersih sebanyak 100%, keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat sebanyak 63,6%. Berdasarkan perhitungan IKS didapatkan 95 keluarga memiliki Indeks < 0,8 dan 15 keluarga memiliki Indeks > 0,8 atau disebut sebagai keluarga sehat. Di RT 01 didapatkan tiga indikator yang bermasalah yaitu merokok dengan hasil 45,7%, rendahnya cakupan ASI eksklusif dengan hasil 53,3%, dan rendahnya kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan hasil 59%. 3 indikator ini dapat menyebabkan munculnya masalah kesehatan karena tidak terpenuhinya 12 indikator Indonesia sehat. di RT 01/RW 01. 3 masalah ini perlu ditangani agar tercapainya keluarga sehat. Perilaku merokok tidak hanya menyebabkan berbagai macam penyakit tetapi juga dapat memperberat sejumlah penyakit lainnya (Sitepoe, 2000). Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan. Ada beberapa tahap yang dilalui seorang perokok sebelum ia menjadi perokok regular yaitu seorang yang telah menganggap rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Perilaku merokok tidak hanya dapat mengganggu kesehatan individu sebagai perokok aktif, melainkan juga dapat mempengaruhi orang-orang yang berada di sekitarnya. Perilaku merokok dapat diubah hanya dengan adanya kesadaran yang muncul dari dalam diri seseorang. Oleh karena itu, peran petugas kesehatan hanya dalam bentuk promotif dan preventif. Salah satu penunjang demi tercapainya kesehatan penduduk adalah Jaminan Kesehatan Nasional. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya di bayar oleh pemerintah (Peraturan BPJS No.1 tahun 2014). Manfaat JKN terdiri atas dua jenis yaitu secara medis dan maupun non medis. Keikutsertaan Jaminan Kesehatan Nasional dapat membantu anggotanya dalam meringankan beban ekonomi saat anggota keluarga memiliki masalah kesehatan. Jaminan kesehatan nasional diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan sehingga saat ada anggota keluarga yang sakit dapat segera ditangani tanpa perlu memikirkan biaya. Indikator ketiga yang menjadi masalah di RT 01/RW 01 adalah ASI eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur, susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat (Prasetyono, 2009). Bayi yang ada di RT 01/RW 01 ternyata masih ada yang belum mendapat ASI eksklusif. Hal ini dapat menimbulkan masalah kesehatan diwaktu yang akan datang bagi bayi. Bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif memiliki daya tahan tubuh yang lebih rendah bila dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Daya tahan tubuh yang rendah menyebabkan bayi mudah terinfeksi oleh berbagai penyakit. Masalah kesehatan akan muncul sehingga kesejahteraan keluarga tertanggu. Tidak tercapainya ASI eksklusif perlu ditangani dengan terus mempromosikan ASI eksklusif dan bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk melakukan pendekatan kepada masyarakat. Dalam menetapkan suatu permasalahan, perlu dilakukan tindakan pemecahan masalah yang tepat agar bisa menyusun rencana kegiatan yang lebih spesifik dan mampu menyelesaikan masalah yang didapat. Dalam permasalahan ini metode analisis yang dilakukan menggunakan diagram fishbone. Pengkajian data yang dilakukan selama berada dilahan Praktik Kebidanan komunitas di Puskesmas Kelayan Dalam di Gg. Cendrawasih Rt. 1 ditemukan bahwa ada beberapa masalah yang ditemukan berdasarkan 12 Indikator Keluarga Sehat ada 3 indikator yang menjadi perioritas masalah yaitu dari Indikator anggota keluarga tidak adanya yang merokok, indikator bayi yang medapatkan ASI Eksklusif, dan Indikator keluarga yang yang sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional. Berdasarkan Kasus yang didapatkan, tidak tercapainya indikator keluarga sehat yang disebabkan oleh anggota keluarga yang merokok, masih banyaknya keluarga yang tidak terdaftar dan tidak menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional, dan tidak tercapainya cakupan bayi yang mendapatkan ASI Ekskliusif. Berdasarkan kasus yang diangakat dari beberapa indikator masalah, maka kami tetapkan masalah yang diangkat sesuai dengan kompetensi kebidanan yaitu masalah ASI Eksklusif yang kami analisikan kedalam diagram fishbone. Pada kepala ikan diartikan sebagai masalah yaitu ASI Eksklusif. Tulang ikan dituliskan sebagai penyebab yang ditimbulkan dari masalah. Tulang ikan dapat mengidentifikasikan dan mengorganisai penyebab-penyebab yang mungkin timbuldari suatu spesifik dan kemudian memisahkan kategori penyebab masalah. Apabila penyebab masalah sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langakah pemecahan masalah akan lebih mudah dilakukan. Dengan fishbone ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan untuk dapat melihat beberapa kemungkinan penyebab dari permasalahan sebenarnya. 1. Man (manusia) Kurangnya rasa ingin tahu, kesadaran dan pola pikir dari suatu individu maupun kelompok dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI Eksklusif, walaupun tenaga kesehatan sudah memberikan pengetahuan tentang ASI Eksklusif baik itu melalui penyuluhan, pendidikan kesehatan kepada masing-masing individu maupun kelompok apabila tidak ada kesadaran, pola pikir dan rasa ingin tahu dari individu maupun kelompok itu tidak akan berhasil. Padahal seperti yang kita ketahui ASI eksklusif sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi, pada ibu dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi (MAL/Metode Amenore Laktasi) dan pada bayi baik untuk pertumbuhan dan perkembangannya. 2. Material (bahan) Fasilitator yang tidak terealisasi secara maksimal juga dapat mempengaruhi kurang berjalannya program ASI Eksklusif. Fasilitator berupa ruang Laktasi yang digunakan untuk menyusui apabila ruang laktasi tersebut tidak memadai (multifungsi, artinya digunakan untuk kegiatan selain memberikan ASI pada bayinya) sehingga membuat ibu merasa tidak nyaman untuk memberikan ASI kepada bayinya. Tidak ada tempat khusus untuk penyuluhan pada ibu menyusui sehingga mereka tidak dapat memperoleh informasi tentang ASI Eksklusif. Kurangnya media informasi seperti poster- poster tentang ASI Eksklusif juga dapat mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif, karena dengan adanya poster-poster tersebut dapat menarik perhatian para pembacanya yang berkunjung ke fasilitas kesehatan, apabila pembacanya kebetulan adalah ibu yang menyusui maka dapat menambah informasi dan dapat mendukung keberhasilan ASI Eksklusif. 3. Methode (cara) Lintas sektor seperti tokoh agama, tokoh masyarakat berpengaruh di masyarakat, dimana tokoh masyarakat dapat membantu tenaga kesehatan untuk mengajak masyarakat untuk menjalakan ASI Eksklusif, apabila tenaga kesehatan tidak bekerjasama dengan tokoh masyarakat sangat sulit untuk mencapai keberhasilan suatu program. Penyuluhan tentang ASI Eksklusif yang masih jarang kita temui sampai sekarang dapat memberikan dampak pada pemerintah karena program ASI Eksklusif yang sudah dibuat tidak akan diketahui oleh masyarakat. 4. Environment (lingkungan) Dukungan keluarga sangat berperan dalam keberhasilan ASI Eksklusif khususnya suami, karena dukungan suami dapat memberikan motivasi dan sumber kekuatan bagi istrinya untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Keberadaan kader sangat dibutuhkan oleh tenaga kesehatan, karena peran kader yang dekat dengan masyarakat, sehingga penting untuk tenaga kesehatan bekerjasama dengan kader. Tenaga kesehatan perlu memberikan reward kepada kader agar kader dapat bekerja dengan maksimal sehingga program ASI Eksklusif berjalan dengan baik. 5. Controling Ketidakberhasilan pemberian ASI Eksklusif salah satunya disebabkan karena pengawasan pemberian ASI Eksklusif tidak maksimal dan kurangnya frekuensi pertemuan antara petugas kesehatan dengan kader, sehingga program ini tidak dapat berjalan dengan baik. 6. Actuating (tindakan) Kurangnya pengawasan dan pendataan dari tenaga kesehatan terhadap ibu menyusui membuat mereka tidak mengetahui jumlah ibu menyusui sehingga banyak ibu menyusui yang tidak mengetahui manfaat pemberian ASI Eksklusif dan memilih untuk memberikan susu formula apabila mereka tidak bisa memberikan ASI Eksklusif yang disebabkan beberapa faktor seperti bekerja, takut air susu yang diberikan tidak cukup. Dan kurangnya pengawasan dari tenaga kesehatan.