Вы находитесь на странице: 1из 35

TUGAS INDIVIDU

“ASKEP DERMATITIS KONTAK ”

OLEH :
NAMA : RIZAL
NIM : P201501043
KELAS : P1 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin saya ucapkan ke-hadirat Allah SWT, atas rahmat

dankarunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah SISTEM

INTEGUMEN yang berjudul ”DERMATITIS KONTAK ” . saya sangat menyadari, bahwa

didalam makalah ini masih banyak kekurangan maupun kesalahan, nya karna saya menyadari

bahwa masi sangat banyak kejanggalan dari makalah yang saya buat ini dan masi sangat jauh

dari kesempurnaan. untuk itu kepada para pembaca harap dapat memberikan masukan atau

koreksi yang sifat nya membangaun demi untuk menyempurnakan makalah ini untuk masa yang

akan datang.

Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat dan menambah luas cakrawala pemikiran

bagi para pembaca.amin ya rabbal alamin.........

Kendari, Juli 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure
– unsure fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia
yang berulang-ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi non-
allergic terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak
allergic) yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak (Arif
Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Prevalensi dari semua bentuk dermatitis adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0.69%,
dermatitis numuler 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,82%. (Marwali, 2000). Di Amerika Serikat,
90% klaim kesehatan akibat kelainan kulit pada pekerja diakibatkan oleh dermatitis kontak.
Antigen penyebab utamanya adalah nikel, potassium dikromat dan parafenilendiamin. Konsultasi
ke dokter kulit sebesar 4-7% diakibatkan oleh dermatitis kontak. Dermatitis tangan mengenai 2%
dari populasi dan 20% wanita akan terkena setidaknya sekali seumur hidupnya. Anak-anak
dengan dermatitis kontak 60% akan positif hasil uji tempelnya. Di Skandinavia yang telah lama
memakai uji tempel sebagai standar, maka insiden dermatitis kontaknya lebih tinggi dari pada
Amerika. Dermatitis kontak alergik yang terjadi akibat kontak dengan bahan-bahan di tempat
pekerjaan disebut dermatitis kontak alergik akibat kerja (DKAAK) yang mencapai 25% dari
seluruh dermatitis kontak akibat kerja (DKAK). Dermatitis kontak akibat kerja mencapai 90%
dari dermatitis akibat kerja (DAK) prevalensi DKAAK berbeda-beda di tiap Negara tergantung
macam serta derajat industrialisasi Negara tersebut. Di Eropa insiden juga tinggi seperti Swedia
dermatitis kontak dijumpai pada 48% dari populasinya. Di belanda 6% di Stockholm 8% dan
Bergen 12%. (Iwan Trihapsoro, 2003). Menurut Survei Rumah Tangga dari beberapa Negara
menunjukkan penyakit alergi adalah satu dari tiga penyebab yang paling sering kenapa pasien
berobat ke dokter keluarga. Penyakit pernapasan dijumpai sekitar 25% dari semua kunjungan ke
dokter umum dan sekitar 80% dantaranya menunjukkan gangguan berulang yang menjurus pada
kelainan alergi. Penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian
alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi
alergi. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai asma, 6 juta
orang mempunyai Dermatitis (alergi kulit). (Widodo Judarwanto, 2000). Di Indonesia laporan
dari bagian penyakit kulit dan kelamin FK Unsrat Manado dari tahun 1988-1991 dijumpai
insiden dermatitis kontak sebesar 4,45%. Di RSUD Dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan
Barat pada tahun 1991-1992 dijumpai insiden dermatitis kontak sebanyak 17,76%. Sedangkan di
RS Dr. Pirngadi Medan insiden dermatitis kontak pada tahun 1992 sebanyak 37,54% tahun 1993
sebanyak 34,74% dan tahun 1994 sebanyak 40,05%. Dari data kunjungan pasien baru di RS Dr.
Pirngadi Medan, selama tahun 2000 terdapat 3897 pasien baru di poliklinik alergi dengan 1193
pasien (30,61%) dengan diagnosis dermatitis kontak dari bulan Januari hingga Juni 2001 terdapat
2122 pasien alergi dengan 645 pasien (30,40%) menderita dermatitis kontak. Di RSUP H. Adam
Malik Medan, selama tahun 2000 terdapat 731 pasien baru dipoliklinik alergi dimana 201 pasien
(27,50%) menderita dermatitis kontak. Dari bulan januari hingga juni 2001 terdapat 270 pasien
dengan 64 pasien (23,70%) menderita dermatitis kontak. (Widodo Judarwanto, 2000).
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan seperti sabun, detergen,
bahan pembersih, dan zat kimia industry serta adanya factor predisposisinya mencakup keadaan
terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh kontak yang terus-menerus dengan sabun serta air, dan
penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi pada kulit.
Response inflamasi pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai melalui hipersensitifitas
lambat jenis seluler tipe IV. (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik
adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi
individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit. Pengobatan yang
diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari penyakit kulit dermatitis kontak?
2. Apa etiologi dari penyakit kulit dermatitis kontak?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit kulit dermatitis kontak?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit kulit dermatitis kontak?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari penyakit kulit dermatitis kontak?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit kulit dermatitis kontak?
7. Bagaimana pencegahan dari penyakit kulit dermatitis kontak?
8. Bagaimana Komplikasi dari penyakit kulit dermatitis kontak?
9. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien dengan Dermatitis Kontak?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum penulisan
Memberi Asuhan keperawatan pada pasien dengan Dermatitis Kontak.
2. Tujuan khusus penulisan
1) Memahami definisi dari penyakit kulit dermatitis kontak.
2) Memahami etiologi dari penyakit kulit dermatitis kontak.
3) Memahami patofisiologi dari penyakit kulit dermatitis kontak.
4) Memahami manifestasi klinis dari penyakit kulit dermatitis kontak.
5) Memahami pemeriksaan penunjang dari penyakit kulit dermatitis kontak.
6) Memahami pengobatan dari penyakit kulit dermatitis kontak.
7) Memahami pencegahan dari penyakit kulit dermatitis kontak.
10. Memahami Komplikasi dari penyakit kulit dermatitis kontak.
8) Memahami Asuhan keperawatan pada pasien dengan Dermatitis Kontak.

1.4 Manfaat
1. Memperoleh pengetahuan tentang konsep dari Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Dermatitis Kontak.
2. Memperoleh pengetahuan dan dapat melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Dermatitis Kontak.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit


Kulit terdiri atas 3 lapisan, yang masing-masing memiliki berbagai jenis sel dan memiliki
fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah Epidermis, dermis, dan subkutis.
1. Epdermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus menerus
mengalami mitosis, dan bergangti dengan yang baru sekitar 30 hari. Epidermis mengandung
reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran, dan nyeri.
Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang di hasilkan oleh sel-sel yang di
sebut keratinosit. Keratin adalah bahan yang kuat dan memiliki daya taahan tinggi, serta tidak
larut dalam air. Keratin mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis dari iritan atau
mikroorganisme penyebab infeksi. Keratin adalah komponen utama appendix kulit : rambut dan
kuku (craven, 2000).
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan
mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormone hipofisis anterior,
hormone perangsang melanosis (melanocyte Stimulatting Hormone, MSH). Melanosit
merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang
mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar
orang yang berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit
cerah (misalnya: putting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna
kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah meda dan hingga cerah.
Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit. Sebagai contoh, kulit akan tampak
kebiruan bila tiba oksigenasi darah yang akan mencukupi, berwarna kuning-hijau pada penderita
icterus, atau merah atau terlihat Flushing bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini
dapat menyerap cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya.

2. Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit di bawah epidermis yang
membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit.
Lapisan papilla dermis berada langsung di bawah epidermis dan tersusun terutama dari
sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari
jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari permbuluh dara dan limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat dan sebasea. serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat, di sekresikan
oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis
dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik
dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringant dan palit (sebasea). Sel
mast, yang mengeluarkan histamine selama cedera atau peradangan, dan makrofag, yang
memfagositosis sel-sel mati dan mikro-organisme, juga terdapat di dermis.
3. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri atas lemak dan
jaringan ikat di mana berfungsi untuk memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur
internal seperti otot dan tulang, serta sebagai peredam kejut dan insulator panas. jaringan ini
memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas tubuh
(Guyton,1996).
Lemak yang bertumpuk dan tersebar menurut jenis kelamin seseorang, secara parsial
akan menyebabkan perbadaan bentuk tubuh laki-laki dengan perempuan. Maka yang berlebihan
akan meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringa subkutan dan jumlah lemak yang
tertimbun merupakan factor penting dalam pengaturan suhu tubuh.

4. Rambut
Rambut di bentuk dari keratin melalui proses diferensiasi yang sudah di tentukan
sebelumnya, sel-sel epidermis tertentu akan membentuk folikel-folikel rambut. Folikel rambut
ini disokong oleh matriks kulit dan akan berdiferensiasi menjadi rambut. Kemudian suatu saluran
epitel akan terbentuk, melalui saluran inilah rambut akan keluar ke permukaan tubuh. Sama
seperti sisik, rambut terdiri atas keratin mati dan dibentuk dengan kecepatan tertentu. Sistin dan
metionin, yaitu asam amino yang mengandung sulfur dengan ikatan kovalen yang kuat,
memberikan kekuatan pada rambut.
Pada kulit kepala, kecepatan pertumbuhan rambut biasanya 3 mm perhari.(Price, 1995).
Setiap folikel rambut melewati siklus: pertumbuhan (9rambut anagen), stadium
intermedia(rambut kotagen), dan involusi (rambut tolagen). Stadium anagen pada kulit kepala
dapat bertahan selama kurang lebih 3 tahun, sedangkan stadium tolagen hanya bertahan sekitar 3
bulan saja. Begitu folikel rambut mencapai stadium tolagen, maka rambut akan rontok. Pada
akhirnya foliker rambut akan mengalami regenerasi menjadi stadium anagen dan akan terbentuk
rambut baru. Aktivitas siklus folikel rambut ini satu dengan lainnya tidak saling bergantungan.
Pola mosaic ini mencegah terjadinya kebotakan sementara pada kulit kepala. Bila proses ini
berhenti, maka orang akan tersebut akan mengalami kebotakan permanen.
Sekitar 90% dari 100.000 folikel rambut pada kulit kepala yang normal berada dalam fase
pertumbuhan pada satu saat. Limapuluh hingga 100 lembar rambut kulit kepala akan rontok
setiap harinya (Craven, 2000).
Rambut pada berbagai bagian tubuh memiliki fungsi yang bermacam-macam. Rambut
pada bagian mata (alis dan bulu mata), hidung, dan telinga menyaring debu, binatang kecil, serta
kotoran yang terbawa oleh udara.
Warna rambut di tentukan oleh jumlah melanin yang beragam dalam batang rambut.
Rambut yang berwarna kelabu atau putih mencerminkan tidak adanya pigmen tersebut. Pada
bagian tubuh tertentu, pertumbuhan rambut di kontrol oleh hormon-hormon seks. Contoh yang
paling nyata adalah rambut pada wajah (rambut janggut dan kumis) dan rambut pada bagian
dada, serta punggung yang dikendalikan oleh hormone laki-laki yang dikenal sebagai hormone
androgen.
Kuantitas dan distribusi rambut dapat dipengaruhi oleh kondisi endokrin. Sebagai contoh,
sindrom Cushing menyebabkan hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan, khususnya
pada wanita); hipotiroidisme (tiroid yang kurang aktif) menyebabkan perubahan tekstur rambut.
Pada banyak kasus, kemoterapi dan terapi radiasi pada kanker akan menyebabkanpenipisan
rambut atau pelemahan batang rambut sehingga terjadi alopesia (kerontokan rambut) yang
parsial atau total dari kulit kepala maupun bagian tubuh yang lain.

5. Kuku
Kuku merupakan lempeng keratin mati yang di bentuk oleh sel-sel epidermis matriks
kuku. Matriks kuku terletak dibawah bagian proksimal lempeng kuku dalam dermis. Bagian ini
dapat terlihat sebagai suatu daerah putih yang disebut lunula, yang tertutup oleh lipatan kuku
bagian proksimal dan kutikula. Oleh karena rambut maupun kuku merupakan struktur keratin
yang mati, maka rambut dan kuku tidak mempunyai ujung saraf dan tidak mempunyai aliran
darah. Kuku akan melindungi jari-jari tangan dan kaki dengan menjaga fungsi sensoriknya yang
sangat berkembang, serta meningkatkan fungsi-fungsi halus tertentu seperti fungsi mengangkat
benda-benda kecil.
Pertumbuhan kuku berlangsung terus sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata-rata 0,1
mm per hari. Pertumbuhan ini berlangsung lebiih cepad pada kuku jari tangan daripada kuku jari
kaki dan cenderung melambat bersamaan dengan proses penuaan. Pembaruan total kuku jari
tangan memerlukan waktu sekitar 170 hari, sedangkan pembaruan kuku jari kaki membutuhkan
waktu 12 hingga 18 bulan (Smeltzer, 2002).

6. Kelenjar pada Kulit


Kelnjar Sebasea. Kelenjar sebasea menyertai folikel rambut. Kelenjar ini mengeluarkan
bahan berminyak yang disebut sebum ke saluran di sekitarnya. Untuk setiap lembar rambut
terdapat sebuah kelenjar sebasea yang sekretnya akan melumasi rambut dan membuat rambut
menjadi lunak, serta lentur. Kelenjar sebasea terdapat di seluruh tubuh, terutama di wajah, dada,
dan punggung. Testosteron meningkatkan ukuran kelenjar sebasea dan pembentukan sebum.
Kadar testosterone meningkat pada pria dan wanita selama pubertas.
Kelenjar Keringat ditemukan pada kulit disebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar ini
terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Hanya glans penis, bagian tepi bibir, telinga luar,
dan dasar kuku yang tidak mengandung kelenjar keringat. Kelenjar keringat dapat di
klasifikasikan lebih lanjut menjadi dua kategori, yaitu kelenjar merokrin dan apokrin. Kelenjar
merokrin ditemukan pada semua daerah kulit. Saluran keluarnya bermuara langsung ke
permukaan kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan berbeda dengan kelenjar ekrin.
Sekret kelenjar ini mengandung fragmen sel-sel sekretorik. Kelenjar apokrin terdapat didaerah
aksila, anus, skrotum, dan labia mayora. Saluran keluarnya pada umumnya bermuara ke dalam
folikel rambut. Kelenjar apokrin akan menjadi aktif pada pubertas.
Kelenjar apokrin memproduksi keringat yang keruh seperti seperti susu dan di uraikan
oleh bakteri untuk menghasilkan bau ketiak yang khas. Kelenjar apokrin yang khusus dan
dinamakan kelenjar seruminosa dijumpai pada telinga luar, tempat kelenjar tersebut
memproduksi serum (Lewis, 2000). Sekresi apokrin tidak mempunyai fungsi apapun yang
berguna bagi manusia, tetapi kelenjar ini menimbulkan bau pada ketiak apabila sekresinya
mengalami dekomposisi oleh bakteri (Price, 1995).
7. Fungsi Kulit
Secara umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut.
1. Proteksi
2. Sensasi
3. Termoregulasi
4. Metabolisme,sintesis vitamin D
5. Keseimbangan air
6. Penyerapan zat atau obat
7. Penyimpanan nutrisi
Selain fungsi di atas, kulit juga memiliki peran dalam komunikasi nonverbal, sebagai contoh
dalam kaitannya dengan emosi, misalnya wajah kemerahan dalam menahan marah atau malu
dan petunjuk tentang kondisi usia seseorang dan status kesehatan.

2.2 Definisi Dermatitis Kontak


Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur
– unsur fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia
yang berulang-ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi non-
allergic terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak
alergi) yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak (Arif
Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Dermatitis kontak terbagi 2 yaitu :
1. Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau fisik merusak kulit
tanpa dasar imunologik, biasanya terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan.

2. Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)


Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan alergik.
2.3 Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon kulit
terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa
menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. (Arief
Mansjoer.1998.”Kapita selekta)
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam, basa), fisik (sinar uv, suhu),
mikroorganisme (bakteri, jamur).
b. Dalam (endogen) misalnya pada seseorang yang memiliki riwayat kepekaan terhadap zat
tertentu.

2.4 Patofisiologi
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan seperti sabun, detergen,
bahan pembersih, dan zat kimia industry serta adanya factor predisposisinya mencakup keadaan
terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh kontak yang terus-menerus dengan sabun serta air, dan
penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi pada kulit.
Response inflamasi pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai melalui hipersensitifitas
lambat jenis seluler tipe IV.
a. Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh
bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam
beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran
untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya
membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik
akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh
darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem kinin. Juga akan menarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,
prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan
rperubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada
dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratinosit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga
perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis. Kontak
iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan
kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada
mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.
b. Dermatitis Kontak Alergik
Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 – 14 hari. Reaksi hipersensitivitas tipe IV terjadi melalui
2 fase yaitu:
1. Fase sensitisasi
Terjadi saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberi
respons, yang memerlukan 2-3 minggu. Pada fase induksi/fase sensitisasi ini, hapten masuk ke
dalam kulit dan berikatan dengan protein karier membentuk antigen yang lengkap. Antigen ini
ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh makrofag dan sel langerhans. Kemudian memacu
reaksi limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit sehingga sensitisasi terjadi pada limfosit T.
melalui saluran limfe, limfosit tersebut bermigrasi ke darah parakortikal kelenjar getah bening
regional untuk berdiferensiasi dan berproliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitisasi
secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian
kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensitisasi
yang sama di seluruh kulit tubuh.
2. Fase elisitasi
Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang alergen (hapten),
hapten akan ditangkap sel langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen, diikat oleh
HLA-DR, kemudian diekskresi di permukaan kulit. Selanjutnya kompleks HLA-DR-antigen
akan dipresentasikan kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun di kelenjar limfe
sehingga terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 24-48 jam.
Gambaran klinisnya dapat berupa vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis, edema
intrasel, biasanya terlihat pada permukaan dorsal tangan.

2.5 Manifestasi Klinis


Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (terutama palpebra
dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi
sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal dermatitis memberi gambaran klinis
berupa kelainan kulit stadium kronis.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis gangguan integument yaitu :
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih jaringan dari kulit yang terdapat
lesi. Biopsi kulit digunakan untuk menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit. Kegunaan
lain adalah untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada obat – obat tertentu.
Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan Darah
Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi. Untuk mengetahui apakah lesi
tersebut ada kaitannya dengan factor imunologis, mengidentifikasi respon alergi. Uji ini
menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat bagaimana reaksi
local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan pada kulit, maka hasilnya positif.

2.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik
adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi
individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit. Pengobatan yang
diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.

a. Pengobatan topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis
yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin
akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut
diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin), bila kronik berikan salep. Bila basah
berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering
di dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan.
Jenis-jenisnya adalah :
1. Kortikosteroid
Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel
Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi
pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini
meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak. Jenis yang dapat diberikan
adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal
dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan mempercepat
penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam setiap hari.
Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
2. Radiasi ultraviolet
Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi
timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T
supresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel
langerhans (CDI dan HLA-DR), sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi
8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara
imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah sel
Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan
elisitasi dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA-
DR + dari sel Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi
tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.
3. Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas kontak pada marmut
percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh
kurangnya absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4. Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E. coli, Proteus dan
Candida sp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya
gentamisin) dan antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
5. Imunosupresif topical
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan SDZ ASM 981.
Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin
seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan
mengurangi peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik.
SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang
tinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-
propionat 0,05% dan pada konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%,
namun tidak menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti
peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara topikal sama
efektifnya dengan pemakaian secara oral.
b. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-
kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah:
1. Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang
berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang
berpendapat dengan adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin,
SRS-A, bradikinin dan asetilkolin.
2. Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau intravena.
Pilihan terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki
kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek
sampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes dan
hipertensi. Efek sampingnya terutama pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan
perubahan dari insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi
limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan
IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.

3. Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan menghambat
produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit,
makrofag dan keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.

4. Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1 pada keratinosit
dan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.
5. FK 506 (Takrolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat sekresi IL-2R,
INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin
dan serotonin. Dapat juga diberikan secara topikal.
6. Ca++ antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin dan amilorid.
7. Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang merupakan
mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol.
8. SDZ ASM 981
Merupakan derivat askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat juga diberikan
secara topical, pemberian secara oral lebih baik daripada siklosporin.

2.8 Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah
disebutkan di atas. Program perawatan kulit sebaiknya diikutsertakan dalam program pendidikan,
memuat informasi tentang kulit sehat dan penyakit kulit yang terkait dengan pekerjaan. Juga
pengenalan diri penyakit kulit dan kegunan prosedur perlindungan, sebagai contoh program
perlindungan kulit pada pekerja di “pekerjaan basah”, yaitu mencuci tangan dengan air biasa,
lalu bilas dan keringkan tangan dengan sempurna setelah mencuci, karena kulit yang tidak
dilindungi lebih mudah terkena iritasi, maka disarankan memakai sarung tangan untuk
melindungi kulit terhadap air, kotoran, deterjen, sampo, dan bahan makanan.
Yang juga penting diperhatikan, hindari pemakaian cincin selagi bekerja, karena
dermatitis umumnya dimulai pada jari yang memakai cincin sebagai reaksi terhadap iritan yang
terjebak dibawah cincin. Pemakaian disinfektan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tempat
kerja. Sebab, umumnya disinfektan bersifat iritan dan turut berperan terhadap perkembangan
menjadi dermatitis kontak di tangan.
Strategi pencegahan meliputi:
a. Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan secepatnya,
dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
b. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari kontak
dengan bahan pembersih.
c. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk menghindari kontak
dengan bahan alergen atau iritan.
d. Pekerja dengan usia di atas 40 tahun atau usia lanjut sebaiknya mengurangi kontak dengan
bahan kimia. Karena semakin tua usia kulit menjadi semakin menipis dan kehilangan kelenturan.
Hal ini memudahkan terjadinya dermatitis (Occupational Safety and Health Branch, 2004).

2.9 Komplikasi
Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut,
gangguan ginjal, Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus
aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata
Di dalam identitas hal-hal yang perlu di kaji antara lain nama pasien, alamat pasien, umur pasien
biasnya kejadian ini mencakup semua usia antara anak-anak sampai dewasa, tanggal masuk ruma
sakit penting untuk di kaji untuk melihat perkembangan dari pengobatan, penanggung jawab
pasien agar pengobatan dapat di lakukan dengan persetujuan dari pihak pasien dan petugas
kesehatan.

3.1.2 Riwayat Kesehatan


a) Keluhan Utama
Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa gatal serta nyeri.Gejala
yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi
yang timbul.
b) Riwayat penyakit sekarang
Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama. Pada beberapa kasus
dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna
merah, edema yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST pada setiap
keluhan klien
1. Provocative/palliative
a) Apa penyebab keluhan,
Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan tertentu yang menyebabkan
kerusakan pada kulit
b) Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat. Dengan menjauhi
sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan berkurang
2. Quality/quantity
a) Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar
Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal dan nyeri pada
daerah yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan keluhan
b) Sejauh mana sakit dirasakan
Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat. Tergantung dari lama kontak
zat dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit
3. Region/radiation
a) Dimana letak sakit
Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab
b) Area penyebarannya
Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat cedera, dibalik
perhiasan.
4. Severitty scale
a) Apakah mempengaruhi aktifitas
Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit
b) Seberapa jauh skala ringan/berat
Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya
5. Timing
a) Kapan mulai terjadi
b) Kapan sering terjadi
c) Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan
c. Riwayat Kesehatan masa Lalu
Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah pernah menderita alergi
serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama, tapi tidak
pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa
kanak-kanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopic.

3.1.3 Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum
Ringan, sedang, berat.
2. Tingkat Kesadaran
a. Kompos mentis
b. Apatis
c. Samnolen, letergi/hypersomnia
d. Delirium
e. Stupor atau semi koma
f. Koma
Tingkat Kesadaran dermatitis kontak biasanya tidak terganggu Dermatitis kontak termasuk tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian,
penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
3. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Denyut nadi
c. Suhu tubuh
d. Pernafasan
4. Berat Badan
5. Tinggi Badan
6. Kulit
Inspeksi
a. radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
b. kemerahan (rubor),
c. gangguan fungsi kulit (function laisa).
d. biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak
atau beturut-turut.
e. terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar.
f. Terdapat bula atau pustule,
g. ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.
h. terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan
sebagai sekuele telihat
i. hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
Palpasi
a. Nyeri tekan
b. edema atau pembengkakan
c. Kulit bersisik
7. Keadaan Kepala
a. Inspeksi
tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.
b. Palpasi
Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa.
8. Keadaan mata
a. Inspeksi
Palpebrae : tidak edema, tidak radang
Sclera : Tidak ictertus
Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan
Pupil : Isokor
Posisi mata
Simetris/tidak : simertis
Gerakan bola mata : Normal
Penutupan kelopak mata : Tidak mengalami gangguan
Keadaan visus : Normal
Penglihatan : Normal (tidak kabur )
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada
9. Keadaan hidung
a) inspeksi
1) simetris kiri dan kanan
2) Tidak ada pembengkakan dan sekresi
3) Tidak ada kemerahan pada selaput lendir
b) Palpasi
1) Tidak ada nyeri tekan
2) Tidak ada benjolan/tumor
10. Keadaan telinga
a. inspeksi
1) telinga bagian luar simetris
2) tidak ada serumen/cairan, nanah
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
1) Keadaan gigi : bersih
2) Ada karang gigi/karies
3) Tidak ada pemakaian gigi palsu
b. Gusi
Tidak ada merah radang pada gusi
c. Lidah
Lidah bersih
d. Bibir
1) Tampak pucat
2) Kering pecah
3) Mulut tidak berbau
4) Kemampuan bicara normal
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : Kemerahan
b. Nyeri tekan tidak ada
c. Nyeri menelan tidak ada
13. Leher
Inspeksi
a. Kelenjar Thyroid : Tidak membesar
b. Tidak ada pembengkakan atau benjolan
c. Tidak ada distensi vena jugularis
Palpasi
a. Kelenjar Thyroid : Tidak terabah
b. Kaku kuduk/tidak :-
c. Kelenjar limfe : tidak membesar
d. Tidak ada benjolan atau massa
e. Mobilisasi leher normal
14. Thorax dan pernafasan
Inspeksi
a. Bentuk dada : Pigion chest
b. Pernafasan : Inspirasi/ekspirasi, Frekuensi pernafasan, irama pernafasan
c. Pengembangan diwaktu bernafas normal
d. Dada simetris
e. Tidak ada retraksi
f. Tidak ada batuk
Palpasi
a. Tidak ada nyeri tekan, massa, adanya vocal premitus
b. Untuk mengetahui adanya massa
c. Inadekuat ekspansi dada
Perkusi
sonor : Suara perkusi jaringan paru yang normal
Askultasi
a. Mendengarkan suara pada dinding thoraks
b. Suara nafas : Vesikuler
c. Suara tambahan : -
d. Suara Ucapan : Suara normal
15. Jantung
a. Inspeksi : Ictus Cordis : Denyutan dinding toraks oleh karena kontraksi ventrikel kiri 
ditemukan pada ICS 5 linea medio clavicularis kiri
b. Palpasi : Normal
c. Perkusi : Jantung dalam keadaan normal
d. Auskultasi : Tidak ada murmur
16. Pengkajian payudara dan ketiak
Inspeksi :
a. Payudara melingkar dan agak simetris dan ukuran sedang
b. Tidak terdapat udema, tidak terdapat kemerahan atau lesi serta vaskularisasi normal
c. Areola mamma agak kecoklatan
d. Tidak adanya penonjolan atau retraksi akibat adanya skar atau lesi.
e. Tidak ada keluaran, ulkus , pergerakan atau pembengkakan. Posisi kedua puting susu
mempunyai arah yang sama.
f. ketiak dan klavikula tidak ada pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.
Palpasi : Tidak adanya keluaran serta nyeri tekan.
17. Abdomen
Inspeksi :
a. umbilikus tidak menonjol
b. Tidak ada pembendungan pembuluh darah vena
c. Tidak ada benjolan
d. warna kemerahan
Palpasi :
a. Tidak ada rasa nyeri
b. Tidak ada benjolan/ massa
c. Tidak ada pembesaran pada organ hepar
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Peristaltik normal
18. Genetalia dan Anus
a) Genetalia :
Inspeksi :
a) Tidak ada prolapsus uteri, benjolan kelenjar bartolini,
b) sekret vagina jernih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b) Anus : Keadaan anus normal, tidak ada haemoroid, fissura, fistula.
19. Ekstremitas
Ekstremitas atas
a) Motorik
1) Pergerakan kanan/kiri : lemah
2) Pergerakan abnormal : seimbang antara kanan dan kiri.
3) Kekuatan otot kiri/kanan : kekuatan otot kanan dan kiri lemah
4) Koordinasi gerak : ada gangguan
b) Refleks
1) Biceps kanan/kiri : Normal
2) Triceps kana/kiri : Normal
c) Sensori
1) Nyeri :+
2) Rangsang suhu :+
3) Rasa raba :+
Ekstremitas bawah
a. Motorik
1) Gaya berjalan : Normal
2) Kekuatan kanan/kiri : kekuatan kanan 5/kiri 5
3) Tonus otot kanan/kiri : menurun
b. Refleks
1) KPR kanan/kiri : -/-
2) APR kanan/kiri : -/-
3) Bebinski kanan/kiri : +/+
c. Sensori
1) Nyeri : +
2) Rangsang suhu : +
3) Rasa raba :
3.1.4 Pemeriksaan Penunjang
a. Biopsi kulit
b. Uji temple
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
d. Uji kultur dan sensitivitas
3.1.5 Pola Kegiatan Sehari-hari
1. Nutrisi
Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi maka/hari, nafsu
makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman dlm sehari serta apakah
ada perubahan Perubahan selama sakit.
2. Eliminasi
Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti frekuensi,warna dan
konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit.
3. Aktivitas
Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami gangguan dalam aktifitas
karena adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan mengalami gangguan dalam
pemenuhan aktifitas sehari-hari.
4. Istirahat
klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya nyeri. Adanya
gangguan pola tidur akibat gelisah, cemas.
5. Pola Interaksi social
Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya terganggu biasanya
akan merasa malu dengan penyakitnya.
6. Keadaan Psikologis
Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan biasanya klien lebih suka
menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada beberapa hal yang
perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap penyakit yang diderita sekarang, bagaimana harapan
klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi dengan tenaga kesehatan &
lingkungan.
7. Kegiatan Keagamaan
Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya dan pasti
terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien menganut agama apa selama
sakit klien sering berdoa.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal
2. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entrée pada lesi.
3. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d adekuatnya sumber informasi, resiko penularan,
ketidakefektifan program perawatan dan pengobatan.
4. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.
3.3 Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi local
Tujuan : Dalam 2x24 jam integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria Hasil : Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi berkurang

Intervensi Rasional
1. Kaji kerusakan jaringan kulit yang
1. Menjadi data dasar untuk memberikan
terjadio pada klien. informasi intervensi perawatan yang akan
di gunakan.
2. Lakukan tindakan peningkatan
2. Untuk menghindari cedera kulit, pasien
integritas kulit. harus di nasehati agar tidak mencubit atau
menggaruk daerah yang sakit.
3. Diet TKTP diperlukan untuk
3. Tingkatkan asupan nutrisi.
meningkatkan asupan dari kebutuhan
pertumbuhan jaringan.
4. Apabila masih belum mencapai dari
kriteria evaluasi 5x24 jam, maka perlu
4. Evaluasi kerusakan jaringan dan
dikaji ulang factor-faktor menghambat
perkembangan pertumbuhan jaringan.
pertumbuhan dan perbaikan dari lesi.
5. Banyak masalah kosmetika pada
hakekatnya semua kelainan malignitas
kulit dapat dikaitkan dengan kerusakan
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan
kulit kronik.
kosmetik dan preparat tabir surya.
6. Penggunaan anti histamine dapat
mengurangi respon gatal serta
mempercepat proses pemulihan
6. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti histamine dan salep
kulit

2. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entrée pada lesi.
Tujuan : Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan
lunak.
Kriteria Hasil :
1) Lesi akan menutup pada hari ke-7 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan pada area
lesi.
2) Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal.
Intervensi Rasional
1. Kaji kondisi lesi, banyak dan besarnya
1. Mengidentifikasi kemajuan atau
bula, serta apakah adanya order khus dari tim penyimpangan dari tujuan yang
dokter dalam melakukan perawatan kulit. diharapkan.
2. Berikan petunjuk yang jelas dan rinci
2. Pendidikan pasien yang efektif
kepada pasien mengenai program terapi.
bergantung pada ketrampilan-
keterampilan interpersonal
professional kesehatan dan pada
pemberian instruksi yang jelas yang
diperkuat dengan instruksi tertulis.

3. Kompres basah akan menghasilkan


3. Lakukan pemakaian kompres basah seperti
pendinginan lewat pengisatan yang
yang diprogramkan untuk mengurangi
menimbulkan vasokontriksi
intensitas inflamasi.
pembuluh drah kulit dan dengan
demikian mengurangi eritema serta
produksi serum.

4. Agar tidak terjadi infeksi.

5. Pasien dan keluarga dapat


4. Berikan terapi antibiotik bila perlu.
mengenal tanda dan gejala infeksi

5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai


tanda dan gejala infeksi.
3. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d adekuatnya sumber informasi, resiko penularan,
ketidakefektifan program perawatan dan pengobatan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan terpenuhinya
pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit.
Kriteria Hasil :
1) Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan
kemungkina komplikasi.\
2) Mengenal perubahan gaya hidup/ tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
1. Pengetahuan pasien dan orang tua yang
keluarga tentang Dermatitis Kontak. baik dapat menurunkan resiko
komplikasi.
2. Jelaskan pentingnya istrahat. 2. seseorang dengan drrmatitis kontak
memerlukan nasihat untuk
menghilangkan iritan eksternal dan
menghindari panas yang berlebihan.
Kebiasaan menggaruk dan menggosok
bagian yang gatal akan memperpanjang
lamanya penyakit.

3. Meningkatkan cara hidup sehat seperti


3. Meningkatkan system imun dan
intake makanan yang baik, keseimbangan
pertahanan terhadap infeksi.
antara aktivitas dan istirahat, monitor
status kesehatan dan adanya infeksi.
4. Jelaskan tentang kondisi penyakit dan
pentingnya penatalaksanaan dermatitis
4. Peninjauan kembali dan penjelasan
kontak.
tentang program terapi merupakan unsur
esensial untuk menjamin kepatuhan
pasien.
5. Identifikasi sumber-sumber pendukung
yang memungkinkan untuk
5. Keterbatasan aktivitas dapat
mempertahankan perawatan di rumah mengganggu kemampuan pasien untuk
yang di butuhkann. memenuhi kebutuhan sehari-hari.

6. Beri penjelasan untuk perawatan di


6. Bahan untuk penyuluhan yang sudah di
rumah cetak dapat di sediakan untuk
memperkuat diskusi tatap muka dengan
pasien mengenai pedoman terapi dan
berbagai masalah lainnya.

4. Nyeri dan rasa gatal berhubungan dengan adanya lesi kulit.


Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi
Kriteria Hasil :
1) Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan berkurangnya lecet akibat
garukan.
2) Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal.
3) Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman.
Intervensi Rasional
1. Periksa daerah yang terlibat. 1. Pemahaman tentang luas dan
karakteristik kulit meliputi bantuan
dalam menyusun rencana interfensi

a. Upayakan untuk menemukan


a. Membantu menidentifikasi tindakan
penyebab gangguan rasa nyaman. yang tepat untk memberikan
kenyamanan.
b. Mencatat hasil-hasil observasi secara
rinci dengan memakai terminologi
b. Deskripsi yang akurat tentang erupsi
deskriptif. kulit diperlukan untuk diagnosa dan
pengobatan. Banyak kondisi kulit
tampak serupa tetapi memepunyai
etiologi yang berbeda, respon inflamasi
kutan mungjin mati pada pasien lansia.

c. Ruang menyeluruh terutama dengan


c. Mengantisipasi reaksi alergi yang awitan yang mendadak dapat
mungkin terjadi , mendapatkan riwayat menunjukan reaksi alergi terhadap
pemakaian obat. obat.

2. Kendalikan faktor – faktor iritan. 2. Rasa gatal diperburuk oleh panas,


kimia dan fisik.
a. Pertahankan kelembaban kira-kira
a. Dengan kelembaban yang rendah,
60%;gunakan alat pelembab. kulit akan kehilangan air.
b. Pertahankan lingkungan dingin b. Kesejukan mengurangi gatal.

c. Gunakan sabun ringan atau sabun yang


c. Upaya ini mencakup tidak adanya
dibuat untuk kulit sensitif. larutan diterjen, zat pewarna atau bahan
pengeras.

d. lepaskan kelebihan pakaian atau


d. Meningkatkan lingkungan yang
peralatan di tempat tidur.
sejuk.
e. Cuci linen tempat tidur dan
e. Sabun yang keras dapat
pakaian dengan sabun ringan .
menimbulkan iritasi kulit.
f. Hentikan pemajanan berulang terhadap
f. Setiap substansi yang menghilangkan
deterjen,pembersih,dan pelarut.
air, lipid atau protein dari epidermis
akan mengubah fungsi barier kulit.

3. Menggunakan tindakan perawatan kulit


3. Kulit merupakan barier yang
untuk mempertahankan integritas kulit dan
penting yang harus dipertahankan
meningkatkan kenyamanan pasien.
keutuhanya agar berfungsi dengan
a. Melaksanakan kompresi penyejuk
benar.
dengan air suam – suam kuku, atau
kompres dingin guna meredakan rasa gatal. a. Pengisatan air yang bertahap dari
b. Mengatasi kekeringan sebagaimana di kasa kompres akan menyejukan kulit
preskripsikan . dan meredakan pruritus.

b. Kulit yang kering dpat


menimbulkan daerah dermatitis dengan
gejala kemerahan, gatal, deskuamasi
dan pada bentuk yang lebih berat,
pembengkakan, pembentukan lepuh,
c. Mengoleskan losion dan krim kulit keretakan dan eksudat.
segera setelah mandi.
c. Hidrasi yang efektif pada stratum
korneum mencegah gangguan lapisan
d. Menjaga agar kuku selau terpangkas. barier pada kulit.
d. Pemotongan kuku akan
e. Menggunakan terapi tropikal seperti mengurangi kerusakan kulit karena
yang preskiripsikan. garukan.
f. Membantu pasien menerima terapi yang e. Tindakan ini membantu meredakan
lama, yang diperlukan pada beberapa gejala.
kelainan kulit. f. Tindakan koping biasanya akan
g. Menasehati pasien untuk menghindari meningkatkan kenyamanan.
pemakaian salep atau losion yang di beli
tanpa resep dokter g. Masalah pasien dapat disebabkan
oleh iritasi atau sensitisasi pengobatan
sendiri.
3.4 Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah

dibuat untuk mencapai hasil yang efektif.Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan,

penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus dimiliki oleh setiap perawat sehingga

pelayanan yang diberikan baik mutunya.Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah

ditentukan dapat tercapai (Wong. D.L.2004:hal.331).

3.5 Evaluasi
1. Terjadi peningkatan integritas kulit
2. Tidak terjadi infeksi selama perawatan
3. Terpenuhinya informasi kesehatan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure
– unsure fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia
yang berulang-ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer dimana reaksi non-
allergic terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe alergi (dermatitis kontak
allergic) yang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitive terhadap allergen kontak (Arif
Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Adanya riwayat kontak dengan penyebab dermatitis kontak iritan seperti sabun, detergen,
bahan pembersih, dan zat kimia industry serta adanya factor predisposisinya mencakup keadaan
terlalu panas atau terlalu dingin atau oleh kontak yang terus-menerus dengan sabun serta air, dan
penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya memberikan manifestasi inflamasi pada kulit.
Response inflamasi pada kulit pada dermatitis kontak diperantarai melalui hipersensitifitas
lambat jenis seluler tipe IV. (Arif Muttaqin & Kumala Sari, 2012).
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik
adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi
individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit. Pengobatan yang
diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.

4.2 Saran
1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk mencegah penularan
dan mempercepat penyembuhan.
2. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal
dan mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Huda A.N, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan

NANDA.MediAction Publishing.Edisi Revisi Jilid 1. 2013.

Huda A.N, Kusuma H. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan

NANDA.MediAction Publishing.Edisi Revisi Jilid 2. 2013.

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Salemba Medika. Jakarta.

Вам также может понравиться

  • Makalah Aplikasi Komputer Asri
    Makalah Aplikasi Komputer Asri
    Документ14 страниц
    Makalah Aplikasi Komputer Asri
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Proposal Mubes (3) - 2
    Proposal Mubes (3) - 2
    Документ10 страниц
    Proposal Mubes (3) - 2
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Makalah Biomedik I
    Makalah Biomedik I
    Документ14 страниц
    Makalah Biomedik I
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Soal Biologi
    Soal Biologi
    Документ9 страниц
    Soal Biologi
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Keperawatan Dasar II
    Keperawatan Dasar II
    Документ7 страниц
    Keperawatan Dasar II
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Patofisiologi Kangker Paru
    Patofisiologi Kangker Paru
    Документ4 страницы
    Patofisiologi Kangker Paru
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Farmasetika
    Farmasetika
    Документ29 страниц
    Farmasetika
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Makalah Ikm Kelompok 1
    Makalah Ikm Kelompok 1
    Документ18 страниц
    Makalah Ikm Kelompok 1
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Kelompok 9 Farmasetika
    Kelompok 9 Farmasetika
    Документ29 страниц
    Kelompok 9 Farmasetika
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Cover PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN
    Cover PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN
    Документ1 страница
    Cover PROPOSAL KEWIRAUSAHAAN
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Makalah Pelayanan Farmasi
    Makalah Pelayanan Farmasi
    Документ15 страниц
    Makalah Pelayanan Farmasi
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Surat Pernyataan Buku
    Surat Pernyataan Buku
    Документ3 страницы
    Surat Pernyataan Buku
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Makalah Kapita SELEKTA)
    Makalah Kapita SELEKTA)
    Документ8 страниц
    Makalah Kapita SELEKTA)
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • MAKALAH Kimia
    MAKALAH Kimia
    Документ12 страниц
    MAKALAH Kimia
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Makalah Gastro
    Makalah Gastro
    Документ12 страниц
    Makalah Gastro
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Salin-MAKALAH INDIVIDU BIOKIMIA
    Salin-MAKALAH INDIVIDU BIOKIMIA
    Документ21 страница
    Salin-MAKALAH INDIVIDU BIOKIMIA
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Makalah Promosi Kesehatan La Ute
    Makalah Promosi Kesehatan La Ute
    Документ11 страниц
    Makalah Promosi Kesehatan La Ute
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Fts Rathy Krim Gentamisin
    Fts Rathy Krim Gentamisin
    Документ13 страниц
    Fts Rathy Krim Gentamisin
    Zein Abdullah Shaleh
    100% (1)
  • Teori Perubahan Perilaku 2
    Teori Perubahan Perilaku 2
    Документ29 страниц
    Teori Perubahan Perilaku 2
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Anfis Ginjal
    Anfis Ginjal
    Документ14 страниц
    Anfis Ginjal
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka Ekhy
    Daftar Pustaka Ekhy
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka Ekhy
    Zein Abdullah Shaleh
    Оценок пока нет