Вы находитесь на странице: 1из 53

SPESIFIKASI TEKNIS

SPESIFIKASI UMUM

1. Standar.

Semua bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari Standar
Nasional Indonesia (SNI).

Bila ada pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada dalam Standar Nasional Indonesia, maka dapat
dipakai Standar lain yang disetujui oleh Direksi dan sesuai dengan spesifikasi ini.

2. Pembersihan Lapangan.

Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari pepohonan, semak
belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon, dan semua material tersebut harus
dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan
dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali
sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembersihan ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada
analisa harga satuan pekerjaan.

3. Direksi Keet

Penyedia Jasa menyediakan kantor lapangan untuk para pelaksana lapangan dan gudang
material tempat menyimpan bahan material serta alat-alat yang akan dan sedang dipakai
selama pelaksanaan pekerjaan.

Barak kerja dan gudang material harus dipelihara dan dijaga sehingga bahan material yang
akan dipakai tidak rusak saat akan digunakan.

Semua administrasi pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan seperti gambar-gambar kerja,


buku laporan kemajuan phisik, data cuaca, buku saran direksi, buku tamu, Foto-Foto
pelaksanaan dan lain sebagainya harus selalu ada dan dipelihara serta disimpan secara baik di
kantor lapangan.

Lokasi barak kerja dan gudang material harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa dan disetujui
oleh Direksi pekerjaan.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan..

4. Papan Nama dan Administrasi.

Penyedia Jasa diwajibkan membuat papan nama kegiatan proyek yang dilaksanakan dan
dipasang dilokasi yang bisa dengan mudah terbaca umum, ukuran papan nama 1.20 m x
1.80 m, sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.

Sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja dari PPK sampai selesainya pelaksanaan
pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat :
- Laporan harian prestasi pelaksanaan pekerjaan;
- Laporan mingguan prestasi pelaksanaan pekerjaan;
- Laporan bulanan prestasi pelaksanaan pekerjaan;
- Laporan dan perhitungan hasil test laboratorium/quality control.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


1
- Data pendukung perhitungan volume hasil pekerjaan.

Isi laporan-laporan harian/mingguan/bulanan meliputi :


- Tenaga kerja yang bekerja;
- Peralatan yang dipakai;
- Data cuaca dilokasi proyek;
- Teknis pekerjaan yang dilaksanakan dari waktu ke waktu dan lain-lain.

Semua laporan dan data pendukung tersebut harus mendapat pengesahan dari Direksi
pekerjaan.

Guna mengevaluasi kemajuan prestasi pelaksanaan pekerjaan lapangan, pada awal sebelum
dimulainya pekerjaan Penyedia Jasa diwajibkan membuat schedule waktu pelaksanaan
pekerjaan secara detail yang meliputi :
- Waktu kegiatan masing-masing jenis pekerjaan.
- Volume masing-masing jenis pekerjaan.
- Bobot masing-masing jenis pekerjaan.
- Target rencana pelaksanaan tiap minggu (% bobot).
- Target rencana komulatif pelaksanaan tiap minggu (% bobot).
- Kolom prestasi pelaksanaan tiap minggu ( % bobot ).
- Kolom prestasi komulatif pelaksanaan tiap minggu ( % bobot ).
- Keterangan lainnya yang diperlukan.
Semua sarana administrasi pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan, harus diserahkan
kepada Direksi pekerjaan setelah semua pekerjaan selesai seluruhnya.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.

5. Gambar-gambar Yang Harus Dipersiapkan Oleh Penyedia Jasa.

5.1. Umum.
Pelaksanaan pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang dilaksanakan sejak diterimanya
Surat Perintah Mulai Kerja dari PPK, dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kondisi
lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar kontrak.

Data dan hasil pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang telah disahkan dan disetujui
oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi dasar pembuatan gambar-gambar selama
waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan.

Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut diatas, akan merupakan dasar pokok
kesepakatan bersama antara Penyedia Jasa dan Direksi untuk menghitung volume dari
masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa,
serta yang harus dibayar oleh PPK.

Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa, harus bisa memberikan
secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi antara lain :
- Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan
- Elevasi muka tanah asli dan masing-masing bangunan.
- Dimensi bangunan lengkap.
- Jenis serta komposisi material yang dipergunakan.
- Rencana garis galian Pondasi.
- Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi pekerjaan.

Adapun gambar-gambar yang harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa meliputi antara
lain:
- “Gambar Kerja”.
- “Gambar Purna Bangun”.
Semua gambar-gambar tersebut diatas, baru bisa dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
pekerjaan dan sebagai dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya, apabila
sudah mendapat persetujuan dan disahkan oleh Direksi.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


2
5.2. Gambar Kerja.

“Gambar Kerja” adalah gambar rencana bangunan yang telah disesuaikan dengan
kondisi lapangan sesungguhnya dan telah diperiksa/disetujui oleh Konsultan serta
disahkan oleh Direksi.

Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi
dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada “Gambar
Kerja” harus mengacu dan didasarkan pada gambar kontrak.

Apabila karena kondisi dan situasi lapangan sesungguhnya, sehingga mengakibatkan


perlu adanya penyesuaian dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka
Penyedia Jasa harus konsultasi dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari
Konsultan serta disahkan oleh Direksi.

Atas dasar persetujuan Konsultan serta disahkan oleh Direksi, jika ada penyesuaian
dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun
yang telah disepakati bersama, disetujui Konsultan dan disahkan Direksi adalah yang
mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar serta acuan
utama bagi Penyedia Jasa pada pelaksanaan pekerjaan.

“Gambar Kerja” yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa tersebut, harus bisa memberikan
satu gambaran rancang bangun yang akan dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan,
sehingga perlu dan harus dicantumkan antara lain :
- Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal
- Dimensi rencana bangunan.
- Elevasi posisi dan kedudukan bangunan.
- Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.

“Gambar Kerja” yang diperiksa/disetujui oleh Konsultan dan sahkan oleh Direksi, dipakai
sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan dimulainya pelaksanaan
pekerjaan atau “Mutual Check” pada kondisi pelaksanaan 0 %.

Penyedia Jasa wajib membuat “Gambar Kerja” sebanyak 1 (satu) asli dan 5 (lima) copy
ukuran A3 pada kertas HVS 80 mg

Selama waktu pelaksanaan pekerjaan dari waktu ke waktu, dimungkinkan adanya


penyesuaian pelaksanaan karena kondisi lapangan “engineering adjusment”, atau
perubahan desain “revised design”, semuanya bisa mengakibatkan perubahan volume
pelaksanaan pekerjaan menjadi bertambah atau berkurang.

Untuk kondisi “engineering adjusment”, diperlukan adanya gambar baru yang


diperiksa/disetujui oleh Konsultan dan disahkan oleh Direksi.

Pada kondisi perubahan desain atau “revised design”, Direksi secara resmi akan
memberikan gambar perubahan desain yang telah disahkan oleh Direksi kepada
Penyedia Jasa secara administratif dalam bentuk “Variation Order”.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Gambar Kerja” termasuk
penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk pada pekerjaan persiapan.

Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar kerja dan dokumen yang dapat dibaca
dengan jelas kepada Konsultan untuk diperiksa/disetujui dan disahkan Direksi. Format
gambar kerja dan dokumen tersebut harus terlebih dahulu diperiksa/disetujui Konsultan
dan disahkan Direksi. Dalam waktu 15 (lima belas) hari sesudah menerima gambar kerja
dan dokumen dari Penyedia Jasa, Direksi akan mengirimkan kembali kepada Penyedia
Jasa 1 (satu) asli dengan dibubuhi keterangan klasifikasi hasil pemeriksaan: ”setuju” atau
”perbaiki”.
Klasifikasi hasil pemeriksaan/ persetujuan pada gambar kerja dan dokumen:
(a) ”DISETUJUI”
(b) ”DISETUJUI DENGAN SYARAT-SYARAT”
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
3
(c) ”DIKEMBALIKAN UNTUK DIKOREKSI”
(d) ”TIDAK DISETUJUI”
Setelah gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah ditandai dengan
klasifikasi (a) atau (b) diterima, Kontraktor akan diberi wewenang untuk memproses
gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen lebih lanjut, membuat pembetulan/ koreksi
jika terdapat kesalahan yang telah ditunjukkan oleh Konsultan dan Direksi. Semua
rekaman gambar kerja yang diperiksa/disetujui dan disahkan harus dikelola di kantor
lapangan Kontraktor dan dicetak ulang dengan biaya sendiri seperti yang diminta oleh
Direksi.
Bila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang dikembalikan dengan diberi
tanda dengan klasifikasi (c) seperti tersebut di atas, Penyedia Jasa harus segera
membuat perbaikan/koreksi dan/ atau revisi pada gambar-gambar kerja dan dokumen-
dokumen dengan cepat dan tepat dan menyampaikannya lagi gambar dan dokumen
yang telah direvisi kepada Konsultan dan Direksi. Sesudah revisi gambar-gambar kerja
dan dokumen-dokumen tersebut diterima, Konsultan dan Direksi akan melakukan/
melanjutkan pemeriksaannya atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen dalam
lima belas (15) hari kerja; Bergantung dari tingkat kesalahan dan koreksi/ revisi gambar
kerja dan dokumen yang diperiksa sebelumnya. Prosedur ini akan berlanjut hingga
gambar-gambar kerja dinyatakan dalam klasifikasi (a) atau (b) seperti tersebut di atas.
Apabila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah dikembalikan
dinyatakan ke dalam klasifikasi (d) seperti tersebut di atas, berarti gambar-gambar kerja
dan dokumen-dokumen tidak diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan oleh Direksi.
Tidak satupun pekerjaan permanen boleh dilaksanakan hingga gambar-gambar kerja dan
dokumen-dokumen yang dipakai telah mendapatkan persetujuan oleh Konsultan dan
Direksi . Sebelum memulai pekerjaan, pemeriksaan bersama akan dilakukan oleh
Konsultan dan Direksi serta Penyedia Jasa untuk memastikan bahwa gambar-gambar
kerja dan dokumen-dokumen yang disetujui telah sesuai secara penuh. Jika ditemukan
beberapa perbedaan dan ketidak efisiensian, Penyedia Jasa harus membetulkannya dan
memperoleh persetujuan dari Konsultan dan Direksi seperti cara yang telah dijelaskan di
atas.
Bila diperlukan revisi atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah
disetujui, Penyedia Jasa harus menyampaikannya kepada Konsultan dan Direksi untuk
persetujuannya seperti tata cara yang telah dijelaskan di atas.
Konsultan dan Direksi mempunyai wewenang memerintahkan Penyedia Jasa
menambahkan rincian, perubahan atau modifikasi pada gambar-gambar kerja dan/ atau
dokumen-dokumen yang diperlukan agar sesuai dengan ketentuan dan syarat yang
ditetapkan dalam spesifikasi dan Penyedia Jasa harus melaksanakannya tanpa
penambahan biaya.

5.3. “Shop Drawing”.

Apabila pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan, ada unit bangunan yang harus
dikerjakan pembuatannya diluar areal proyek, dan karena sifat kekhususannya harus dan
terpaksa dikerjakan oleh Sub-Penyedia Jasa, maka sebelumnya Sub-Penyedia Jasa
yang bersangkutan diharuskan membuat dan menyerahkan gambar rencana bentuk unit
bangunan tersebut, lengkap dengan perhitungan konstruksinya.

“Shop Drawing” tersebut, harus diserahkan kepada Konsultan untuk diperiksa/disetujui


selanjutnya disahkan oleh Direksi.

Gambar unit bangunan atau “Shop Drawing” tersebut harus secara lengkap memuat :
- Bentuk unit bangunan serta dimensinya.
- Material yang akan dipakai serta spesifikasinya.
- List komponen unit bangunan yang memuat :
a. panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan
b. berat persatuan komponen unit bangunan
c. jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain.

Gambar dan list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi termasuk
dalam kategori “Shop Drawing”.
Penyedia Jasa wajib membuat “Shop Drawing” sebanyak 1 (satu) asli 5 (lima) copy
ukuran A3 pada kertas HVS 80mg, diserahkan kepada Direksi. Penyedia Jasa juga harus
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
4
menyerahkan 1 (satu) Hardisk External yang berisi gambar “As Built Drawing” dengan
format PDF maupun Soft Copy.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop Drawing” termasuk
penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk pada pekerjaan persiapan.

5.4. Gambar Purna Bangun

Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar kerja, berikut pekerjaan
tambah atau kurang berdasarkan “Variation Order” yang diberikan oleh Konsultan dan
Direksi, dan Penyedia Jasa telah melakukan pengukuran ulang akhir pekerjaan, maka
Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar purna bangun.

Gambar purna bangun tersebut, harus lengkap berisi antara lain :


- Garis elevasi muka tanah yang sekarang ada.
- Dimensi dan masing-masing bangunan.
- Elevasi posisi dan kedudukan masing-masing bangunan.
- Jenis material dan komposisi yang telah dipergunakan.

Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Penyedia Jasa
kepada Konsultan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan kepada Direksi
guna mendapatkan pengesahan dari Direksi.
Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
atau yang “mutual check” volume pekerjaan 100 %, semua mengacu dan didasarkan
pada gambar purna bangun yang telah diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan oleh
Direksi, dan merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh Direksi kepada Penyedia
Jasa.

Penyedia Jasa wajib membuat “Gambar Purna Bangun” sebanyak 1 (satu) asli dan 5
(lima) copy ukuran A3 diserahkan kepada Direksi, termasuk data dan perhitungan hasil
pengukuran akhir sebagai pendukungnya.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Gambar Purna Bangun”
termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia
Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk pada pekerjaan persiapan.

6. Rencana Mutu Pekerjaan / Kontrak

Penyedia Jasa harus melaksanakan sistem pengendalian dan kepastian kualitas yang
menjamin ketentuan-ketentuan dalam kontrak khususnya kualitas pekerjaan dipenuhi/ diikuti
dengan baik sesuai dengan ketentuan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak (program mutu)

Penyedia Jasa diwajibkan membuat Rencana Mutu Pekerjaan/Kontrak sebanyak 5 (empat) set
dijilid rapi dan diserahkan paling lambat 7 (tujuh) hari sesudah SPMK diterbitkan,ke Direksi
Pekerjaan yang dengan jelas menguraikan organisasi, prosedur pelaksanaan pekerjaan,
prosedur intruksi kerja, sumber daya dan mekanisme yang direncanakan untuk menjamin
kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak termasuk format kerja dan prosedur
pengendalian kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari dilapangan.

Adapun daftar isi Rencana Mutu Pekerjaan/Kontrak seperti tertulis dibawah ini, disusun sebagai
panduan dalam pembuatan rencana mutu pekerjaan konstruksi atau disain. Namun daftar isi
rencana mutu ini masih dapat berubah susunannya maupun judulnya, jadi masih dapat
bertambah atau berkurang. Oleh karena itu pembuatan rencana mutu ini harus dapat
menyesuaikan diri dengan rencana kegiatan-kegiatan yang akan dikerjakannya.

6.1. Rencana Daftar Isi Rencana Mutu tersebut adalah sebagai berikut :
a. Latar Belakang
b. Informasi Kegiatan
c. Sasaran Mutu
d. Persyaratan Teknis dan Administrasi

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


5
e. Struktur Organisasi
f. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang.
g. Bagan Alir Kegiatan
h. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
i. Jadwal Peralatan
j. Jadwal Material
k. Jadwal Personil
l. Jadwal Arus Kas
m. Rencana dan Metode verifikasi, validasi, monitoring, evaluasi, inspeksi dan
pengujian & Kriteria Penerimaan.
n. Daftar Kriteria Penerimaan.
o. Daftar Induk Dokumen.
p. Daftar Rekaman
q. Lampiran-lampiran

6.2. Bahan baku untuk pembuatan atau penyusunan Rencana Mutu Pekerjaan masing-
masing adalah sebagai berikut :
a. Spesifikasi Teknik tiap-tiap pekerjaan
b. Gambar Teknik tiap-tiap pekerjaan
c. Jadual pelaksanaan pekerjaan
d. Daftar peralatan yang digunakan dan yang dipasang
e. Standar prosedur, standar produk dan instruksi kerja
f. Organisasi pelaksana pekerjaan
g. Uraian tugas jabatan setiap pejabat pelaksana pekerjaan

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada
analisa satuan pekerjaan.

7. Foto Dokumentasi

Sejak awal akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan dan
pada akhir pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat dokumentasi kegiatan
pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk Foto dokumentasi.

Foto dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus bisa memberikan gambaran
secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan sejak dari awal
sampai akhir pelaksanaan pekerjaan, sehingga secara kronologis bisa merupakan satu
gambaran tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut.

Foto dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda atau sesuai
dengan pengarahan Direksi pekerjaan, dan sudah harus bisa memberikan gambaran secara
garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan.

Foto dokumentasi tersebut, pelaksanaan pengambilannya dilakukan pada kondisi tahap


kegiatan pelaksanaan pekerjaan :
- saat awal sebelum mulai kegiatan pelaksanaan pekerjaan 0 %
- saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 25 %
- saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 50 %
- saat kegiatan pelaksanaan pekerjaan mencapai prestasi 75 %
- saat selesai pelaksanaan pekerjaan atau prestasi 100 %.

Foto dokumentasi tersebut, selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos, masing-masing
rangkap 5 (lima), dengan distribusi 1 (satu) copy dipasang dibarak kerja dan 4 (empat) copy
lainnya ditata rapi pada album Foto dan diserahkan kepada Direksi.
Disamping Foto dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Direksi pekerjaan Penyedia
Jasa bisa melaksanakan pengambilan Foto dokumentasi dan / atau video dokumentasi
kegiatan pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dianggap berguna dan cukup mempunyai nilai
penting untuk didokumentasikan.
Pada saat penyerahan Foto dokumentasi, Penyedia Jasa juga harus menyerahkan Soft Copy,
ditata menurut urutan Foto dokumentasi yang diserahkan.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


6
Semua biaya yang timbul akibat pembuatan dokumentasi tersebut sepenuhnya menjadi beban
dan tanggung jawab Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk pada
pekerjaan persiapan.

Penyedia juga harus menyediakan foto dan video dokumentasi dengan menggunakan drone.

8. Jalan Kerja.

Untuk menuju ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yang akan dipakai, dan
transportasi pembuangan bahan material tidak terpakai keluar lokasi pekerjaan, dan
pemeriksaan berkala Direksi pekerjaan atau Pemberi Pekerjaan serta keperluan lainnya,
Penyedia Jasa diwajibkan menyiapkan atau membuat jalan kerja yang layak guna kegiatan
tersebut diatas untuk menunjang dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan.
Jalan kerja yang dimaksud, bisa mempergunakan jalan kampung atau jalan desa yang sudah
ada kemudian ditingkatkan kapasitas pelayanan tingkat jalannya, atau mempergunakan lahan
penduduk yang disewa selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.

Dari waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa berkewajiban memelihara
jalan kerja agar selalu layak dilalui sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan masyarakat disekitarnya maupun masyarakat lain yang juga memerlukan dan
melewati jalan kerja tersebut.

Kelancaran fungsi drainase lingkungan disepanjang jalan kerja, juga yang secara langsung
terpengaruh adanya jalan kerja, juga termasuk menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dari
segi pemeliharaannya.

Pada kondisi sarana jalan kerja yang dibuat oleh Penyedia Jasa, merupakan jalan desa atau
jalan kampung yang sudah ada, atau lahan penduduk yang disewa sementara untuk
dipergunakan sebagai sarana jalan kerja, setelah selesainya pelaksanaan pekerjaan Penyedia
Jasa berkewajiban mengembalikan kondisi lahan sesuai dan seperti kondisi awal sebelum
dipergunakan.

Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sarana jalan kerja ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk pada pekerjaan
persiapan.

9. Keselamatan dan Keselamatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi).

9.1. Umum
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.

9.2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi
Meliputi :

9.2.1. Berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang Resiko K3 Konstruksi
termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi pada saat Rapat
Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu sebelum batas akhir
pemasukan penawaran;
9.2.2. Menyampaikan RK3K Penawaran sebagai lampiran dokumen penawaran;
9.2.3. Apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka;

9.2.3.1. Menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam pekerjaan


yang akan dilaksanakan pada saat rapat pelaksanaan pekerjaan
konstruksi atau disebut Pre Construction Meeting (PCM);
9.2.3.2. Menugaskan Ahli K3 Konstruksi untuk setiap paket pekerjaan yang
mempunyai Tingkat Potensi Bahaya K3 Tinggi atau Petugas K3
Konstruksi untuk paket pekerjaan dengan Tingkat Potensi Bahaya K3
Rendah.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


7
9.2.4. Menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang
PU dalam harga penawaran sebagai dari biaya umum;

9.2.5. Membuat rangkumam aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang PU sebagai


bagian dari Dokumen Serat Terima Kegiatan pada akhir kegiatan;

9.2.6. Melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan setempet
tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja
konstruksi dalam bentuk laporan bulanan;

9.2.7. Menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK;

9.2.8. Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang PU sesuai dengan
RK3K;

9.2.9. Mengikutsertakan pekerjanya dalam program perlindungan tenaga kerja selama


kegiatan pekerjaan konstruksi;

9.2.10. Melakukan pengendalian risiko K3 Konstruksi, termasuk inspeksi yang meliputi


Tempat Kerja, Peralatan Kerja, Cara Kerja, Alat Pelindung Kerja, Alat Pelindung
Diri, Rambu – Rambu, Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.

10. Telepon dan Sistem Radio Komunikasi

Penyedia Jasa harus menyediakan sarana komunikasi dan informasi selama pelaksanaan di
lapangan
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kelancaran komunikasi dan informasi
selama pelaksanaan pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini semua
biaya sudah termasuk dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead”
pada analisa harga satuan pekerjaan

11. Laboratorium, Peralatan Laboratorium dan Pengujian

Penyedia Jasa harus menyediakan sarana uji laboratorium atau menunjuk laboratorium untuk
pemeriksaan kualitas pekerjaan dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kelancaran pengujian kualitas pekerjaan.
Dan bila tidak tercantum dalam daftar kuantitas dan biaya, maka semua biaya sudah termasuk
dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.

12. Perubahan Desain dan Gambar

Sesuai dengan kemajuan pelaksanaan pekerjaan khususnya pekerjaan galian Pondasi serta
hasil pemutakhiran penyelidikan dilapangan, Direksi berwenang melakukan perubahan desain,
dimensi, alur saluran dan bangunan apabila hal tersebut perlu dilakukan.
Penyedia Jasa wajib mempelajari dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan modifikasi/
perubahan desain disertai usulan perubahan Metode pelaksanaan dan harga satuan pekerjaan
bila diperlukan.

13. Sumber Bahan untuk pasangan batu dan beton

Penyedia Jasa bertanggungjawab untuk pengadaan bahan yang diperlukan untuk konstruksi
beton, pasangan batu, rip-rap dan perkerasan jalan baik kuantitas maupun kualitas. Sebelum
bahan bangunan tersebut dipergunakan, Penyedia Jasa wajib mengusulkan lokasi sumber
bahan bangunan/ agregat beton dengan dilampiri hasil uji/ tes laboratorium sesuai dengan
ketentuan dalam Spesifikasi Teknik kepada Direksi guna dipelajari dan disetujui.

Pengambilan contoh (sample) agregat beton dan juga contoh beton yang diambil oleh Penyedia
Jasa pada saat proses pengecoran beton sedang berlangsung, harus disaksikan oleh Direksi.
Jenis dan jumlah contoh benda uji harus sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
8
dan atau perintah Direksi. Tanggapan, penilaian dan persetujuan Direksi terhadap hasil uji
laboratorium untuk beton dan agregatnya, tidak dapat dipakai sebagai alasan bagi Penyedia
Jasa bebas dari tanggungjawabnya terhadap kualitas, daya-guna dan hasil kerja pekerjaan
beton yang dilaksanakannya.

Segala biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pekerjaan beton termasuk biaya ijin
penambangan galian Tipe C, fee dan royalti (kalau ada), uji laboratorium dan kegiatan untuk
menjamin mutu beton agar sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik, dianggap sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan pasangan / beton yang ditawarkan dan harus sudah
diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

14. Tanah Bahan Timbunan

Bahan timbunan tanah dapat diambil dari tanah bekas galian yang memenuhi syarat sebagai
bahan timbunan atau tanah dari luar (pembelian / mendatangkan tanah dari luar sampai lokasi
pekerjaan)

Penyedia Jasa bertanggungjawab terhadap tanah bahan timbun berikut penyediaan borrow-
area dari mana tanah tersebut diambil, baik kuantitas maupun kualitas.
Lokasi borrow-area harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan Direksi sebelum dipakai
oleh Penyedia Jasa sebagai sumber tanah bahan timbunan.
Lokasi borrow-area diusulkan oleh Penyedia Jasa dengan dilampiri hasil uji laboratorium
kepada Direksi guna memperoleh persetujuan yang akan diberikan bila soil-properties tanah di
borrow-area terbukti sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik.

Pengambilan contoh tanah (sample) baik di borrow-pit maupun pengambilan benda uji
kepadatan di lokasi pekerjaan penimbunan tanah dilakukan oleh Penyedia Jasa dan disaksikan
Direksi. Jumlah dan lokasi pengambilan benda uji harus sesuai dengan ketentuan dalam
Spesifikasi Teknik dan perintah Direksi. Penilaian dan persetujuan Direksi terhadap hasil uji
laboratorium tidak dapat dipakai sebagai alasan bagi Penyedia Jasa bebas dari
tanggungjawabnya terhadap kualitas dan kinerja pekerjaan timbunan tanah yang
dilaksanakannya.

Segala biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah termasuk biaya
ijin penambangan bahan galian golongan C, fee dan royalti (kalau ada), uji laboratorium dan
kegiatan untuk menjamin mutu kepadatan timbunan tanah agar sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi Teknik, dan apabila tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga
dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan tanah yang ditawarkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga dan sepenuhnya menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa.

15 Bahan dan Peralatan

Semua bahan dan peralatan yang akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk
melaksanakan/ menyelesaikan pekerjaan, harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu oleh
Penyedia Jasa kepada Direksi sebelum bahan dan peralatan tersebut dikirim/ mobilisasi ke
lokasi pekerjaan.

Bila karena alasan prioritas atau karena sebab lain misalnya bahan atau peralatan yang
memenuhi Spesifikasi Teknik tidak tersedia dipasaran maka Direksi akan mengeluarkan
perintah tertulis tentang perubahan dan penggantian bahan atau peralatan baik jumlah maupun
spesifikasinya.

Bila perubahan dan penggantian bahan atau peralatan berakibat pada pengurangan biaya/
harga pekerjaan maka perlu ditindak lanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap
mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak termasuk Syarat-Syarat Umum
Kontrak.

Pemasangan dan uji coba semua peralatan mekanikal dan elektrikal dilaksanakan dengan
pengawasan spesialis dari pabrikan dengan persetujuan Direksi terlebih dahulu. Biaya yang
dikeluarkan Penyedia Jasa untuk pemasangan, pengawasan dan uji coba tersebut menjadi
beban dan tanggungjawab sepenuhnya Penyedia Jasa sesuai dengan ketentuan di atas.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


9
16. Pengujian dan Pemeriksaan

16.1. Umum
Pengujian dan pemeriksaan pekerjaan dilakukan Direksi pada waktu pelaksanaan,
pabrikasi, pemasangan dan penyelesaiannya dilapangan sesuai dengan ketentuan dalam
Syarat-Syarat dan Spesifikasi Teknik.
Penyedia Jasa harus memberikan informasi kepada Direksi tentang pengujian yang
akan dilakukan agar pengujian tersebut dilaksanakan dengan disaksikan Direksi.
Penyedia Jasa harus menyampaikan hasil pengujian, dan sertifikat yang diperlukan
kepada Direksi dalam formulir yang sudah disepakati.
Persetujuan Direksi, serta hasil pengujian dan pemeriksaan tidak dapat menghalangi
Direksi untuk menolak material dan peralatan yang akan dipasang dilokasi pekerjaan bila
ternyata tidak memenuhi Spesifikasi.

16.2 Pengujian dan Pemeriksaan di Lokasi Pekerjaan


Bila tidak ada laboratorium dilokasi pekerjaan atau belum siap dimanfaatkan atau
peralatannya tidak lengkap, maka pengujian harus dilakukan oleh instansi/ badan usaha
lain yang memperoleh persetujuan Direksi atas beban biaya Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi paling lambat 24
jam sebelum pengujian dan pemeriksaan dilokasi pekerjaan dilaksanakan. Penyedia
Jasa wajib menyediakan tenaga ahli dan tenaga terampil untuk laboratorium, material
dan peralatan/ instrument laboratorium dan bahan-bahan yang diperlukan dilokasi
pekerjaan. Penyedia Jasa bertanggungjawab atas segala biaya yang dikeluarkan untuk
pengujian dan pemeriksaan di lokasi pekerjaan.

16.3 Pengujian dan Pemeriksaan di Pabrik


Penyedia Jasa harus menyampaikan secara tertulis dan rinci kepada Direksi tentang
jadwal pengujian dan pemeriksaan di pabrik yang akan dilakukan termasuk pengujian
terhadap item tertentu dari peralatan atau barang guna memastikan kualitasnya
memenuhi Spesifikasi Teknik. Hasil pengujian dan pemeriksaan ini harus dicatat dengan
tertib oleh Penyedia Jasa dan disampaikan kepada Direksi. Penyedia Jasa
bertanggungjawab atas segala biaya yang dikeluarkan untuk pengujian dan pemeriksaan
di pabrik.

16.4 Pengujian Pekerjaan Selesai


Paling lambat 1 (satu) bulan sebelum dilakukan pengujian dan verifikasi untuk pekerjaan
selesai, Penyedia Jasa wajib menyerahkan kepada Direksi rincian jadwal dan tata cara
pengujian untuk memperoleh persetujuan.
Sesudah dilaksanakannya Pengujian Pekerjaan Selesai, Penyedia Jasa harus
menyiapkan dan menyerahkan kepada Direksi kurva verifikasi atau data verifikasi lainnya
dalam format yang telah disepakati untuk peralatan ukur dan fasilitas lain yang didesain
Direksi .

16.5 Pemberitahuan untuk Pengoperasian


Pengoperasian seluruh pekerjaan hanya dapat dilakukan dengan ijin Direksi atau yang
mewakilinya. Pemberitahuan secara lengkap dan tertulis kepada Direksi atau wakilnya
harus disampaikan dengan tenggang waktu yang cukup sebelum dilakukan
pengoperasian untuk memberikan kesempatan baginya melakukan pengaturan yang
diperlukan.
Segala biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa, kecuali bila sudah disediakan secara
tersendiri sebagai jenis pekerjaan penunjang dalam Daftar Kuantitas dan Harga,
dianggap sudah termasuk/ diperhitungkan dalam harga satuan pekerjaan yang
membutuhkan pengujian dan pemeriksaan tersebut.

17. Audit oleh Direksi


Sesuai dengan kewenangannya, Direksi berhak melakukan audit dalam kaitannya dengan :
1. Biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari pemutusan kontrak yang telah di atur dalam
Syarat-Syarat Umum Kontrak, tentang Penghentian dan Pemutusan Kontrak.
2. Biaya-biaya lainnya yang di klaim Penyedia Jasa dan tidak tercakup dalam Kontrak.
Penyedia Jasa wajib menyimpan dan menjaga dokumen akutansi yang berkaitan dengan 2
(dua) hal di atas.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


10
18. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan

1. Metode dan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam
dokumen penawaran dianggap sebagai satu kesatuan dengan dokumen kontrak dan
disebut sebagai Rencana Pelaksanaan Kontrak.
Paling lambat 14 (empat belas) hari sesudah rapat persiapan pelaksanaan kontrak yang
ditetapkan dalam Syarat-Syarat Umum, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada
Direksi rincian dan perbaikan dari Rencana Pelaksanaan Kontrak guna mendapat
persetujuan yang untuk selanjutnya disebut Rencana Pelaksanaan Pekerjaan.
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan berisi uraian/ rincian Metode pelaksanaan, jadwal
pelaksanaan, Metode kerja dan jadwal kerja setiap jenis pekerjaan, jadwal pengadaan
bahan, mobilisasi personil dan peralatan, sosialisasi dan konsultasi kepada masyarakat
dan pemerintah daerah dan program mutu.
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang sudah disetujui Direksi tidak boleh dirubah atau
dimodifikasi oleh Penyedia Jasa tanpa persetujuan Direksi, perubahan dan modifikasi
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan dapat dipertimbangkan dengan alasan dan sebab yang
dapat dipertanggungjawabkan, antara lain karena timbulnya perubahan kegiatan
pekerjaan sesuai dengan Syarat-Syarat Umum Kontrak.
Penyedia Jasa harus menyediakan Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang telah
disepakati dan menyerahkan copynya kepada Direksi untuk keperluan monitoring dan
evaluasi.
2. Hambatan Pelaksanaan Pekerjaan
Potensi hambatan yang mungkin timbul selama pelaksanaan pekerjaan ini adalah (i)
kegiatan Penyedia Jasa lainnya yang sedang melaksanakan paket pekerjaan yang
berbeda dan (ii) pemberian dan pembagian air irigasi yang harus tetap berlangsung
selama pelaksanaan pekerjaan.
Sebagai salah satu upaya mengurangi dampak dari potensi hambatan tersebut dan
hambatan lainnya yang mungkin timbul, Penyedia Jasa dalam penawarannya harus
menyediakan kelonggaran waktu, teknis dan biaya. Koordinasi dalam manajemen
pelaksanaan pekerjaan antara Penyedia Jasa untuk paket yang berbeda harus
dilaksanakan dengan baik sejak awal bersama Direksi pada saat dilakukan pre-
construction meeting.
Sebagai upaya mengurangi potensi hambatan dalam pelaksanaan dan untuk
menghindari konflik dengan masyarakat khususnya petani setempat, Penyedia Jasa
harus melaksanakan sosialisasi dan konsultasi kepada pemerintah daerah dan
masyarakat/ petani seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi Teknik Umum.

19. Sosialisasi dan Konsultasi

Penyedia Jasa wajib melakukan sosialisasi dan konsultasi dengan pemerintah daerah, camat,
kepala desa / lurah, masyarakat setempat sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan untuk
membangun saling pengertian dan menghindari salah paham/ masalah serta mengajak
partisipasi masyarakat setempat dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sosialisasi dan Konsultasi ini harus dilaksanakan Penyedia Jasa paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dan terlebih dahulu Penyedia Jasa harus menyerahkan
jadwal, isi dan materi sosialisasi kepada Direksi paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
sosialisasi dan konsultasi dilaksanakan guna mendapat persetujuan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.

20. Kendaraan Operasional

20.1. Kendaraan Mobil Roda 4 (empat).


Kontraktor harus menyediakan satu (1) buah kendaraan roda 4 (empat) termasuk sopir,
bahan bakar, perbaikan, pemeliharaan, dan lain-lainnya setelah menerima Surat
Perintah Mulai Kerja sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan. Kendaraan harus
dalam kondisi baik (tahun pembuatan 2015 atau sesudahnya).
Semua biaya termasuk gaji sopir, bahan bakar, perbaikan, pemeliharaan dan biaya
penggantian, asuransi dan registrasi serta seluruh biaya, dan lain-lain sepenuhnya
menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan
termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
11
20.2. Kendaraan Bermotor Roda 2 (dua)
Kontraktor harus menyediakan satu (1) buah kendaraan roda 2 (dua) termasuk bahan
bakar, perbaikan, pemeliharaan, dan lain-lainnya setelah menerima Surat Perintah Mulai
Kerja sampai dengan berakhirnya masa pemeliharaan. Kendaraan harus dalam kondisi
baik (tahun pembuatan 2015 atau sesudahnya).
Semua biaya termasuk bahan bakar, perbaikan, pemeliharaan dan biaya penggantian,
asuransi dan registrasi serta seluruh biaya, dan lain-lain sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk
“overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.

21. Dokumen Laporan

Semua kegiatan harus didokumentasikan dalam bentuk laporan yang berupa hard copy dan
soft copy dan dirangkum dalam Hardisk External yang berisi antara lain :
 Laporan mobilisasi personil
 Laporan mobilisasi peralatan
 Jadwal pelaksanaan
 RMK
 Berita Acara serah terima lapangan
 Laporan harian, mingguan, bulanan
 Foto kegiatan
 Gambar Kerja dan Gambar Purna Bangun
 Laporan pengukuran
 Kontrak dan Addendum / Amandemen Kontrak
 MC 0 % dan MC 100 %
 Berita Acara PHO dan FHO
 Lain-lain yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa
Penyedia Jasa juga harus menyerahkan 3 (tiga) Hardisk External yang berisi semua laporan
tersebut diatas

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


12
SPESIFIKASI TEKNIK

I. PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pengukuran di Lapangan untuk Mutual Check (MC).

Penyedia Jasa diwajibkan melakukan pengukuran di lapangan sebelum mulai pelaksanaan


pekerjaan, selama pelaksanaan pekerjaan dan setelah pekerjaan selesai semua dilaksanakan
atau akhir pekerjaan finishing.

Pedoman utama pelaksanaan pekerjaan pengukuran di lapangan, adalah patok beton yang
merupakan titik tetap utama ( “ Bench Mark “ ) yang akan ditentukan oleh Konsultan dan
Direksi.

Penyedia Jasa diwajibkan memasang minimal tambahan 2 (dua) buah patok beton, yang akan
dijadikan sebagai titik bantu utama, diletakkan diujung awal dan ujung akhir dari lokasi rencana
bangunan, dan tidak boleh terusik atau rusak atau berubah posisinya secara langsung maupun
tidak langsung selama pelaksanaan pekerjaan dan untuk lahan pekerjaan yang cukup panjang
perlu ditambah patok beton sebagai titik Bantu utama dengan jarak + 500 m atau sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.

Patok beton yang merupakan titik bantu utama, posisi elevasi dan koordinatnya harus diikat
secara sempurna dengan patok beton titik utama. Patok beton sebagai titik bantu utama, harus
mempunyai ukuran lebar (10 x 10) cm panjang 100 cm serta harus tertanam sedalam 50 cm
dengan posisi tegak dan cukup kokoh tidak mudah berubah bentuk dan posisinya.

Semua data, gambar sketsa pengukuran dan perhitungan hasil pengukuran sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan, harus disahkan oleh Direksi pekerjaan, dan selanjutnya
dipakai sebagai pedoman untuk membuat gambar kerja .

Pengukuran lapangan dan pematokan pada saluran, sungai, embung dll. harus dilaksanakan
dengan jarak/ interval paling jauh setiap 50 m atau sesuai instruksi Konsultan dan Direksi
khususnya pada lokasi tikungan jarak tersebut harus lebih dekat/ pendek yang dimulai dari titik
awal tikungan, tengah-tengah tikungan dan ujung akhir tikungan.

Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil pengukuran harus disahkan
oleh Konsultan dan Direksi, dan dari waktu ke waktu selama masa pelaksanaan pekerjaan
akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan prestasi hasil pelaksanaan pekerjaan.

Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan, Penyedia Jasa diwajibkan melakukan


pengukuran akhir dari hasil pelaksanaan pekerjaan. Semua data dan perhitungan hasil
pengukuran harus diperiksa/disetujui oleh Konsultan dan disahkan oleh Direksi serta
dipergunakan sebagai dasar acuan guna mempersiapkan gambar purna bangun.

Pada hal-hal khusus yang ada kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan, Konsultan dan
Direksi sewaktu-waktu berwenang dan berhak memberikan instruksi kepada Penyedia Jasa,
dan Penyedia Jasa harus bersedia untuk melaksanakan pengukuran tertentu yang sifatnya
sebagai check berkala atau stick proof, misalnya kedalaman Pondasi, batas pembebasan tanah
dan lain sebagainya.

Pada saat penyerahan gambar purna bangun, Penyedia Jasa harus menyerahkan data dan
perhitungan hasil pengukuran yang sudah diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan oleh
Direksi.

Mutual Check (MC-0%) adalah hasil perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihitung bersama
antara Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi berdasarkan gambar kerja. Perhitungan kuantitas
pekerjaan tersebut harus disampaikan oleh Penyedia Jasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan, kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan.

Mutual Check (MC-100%) adalah hasil perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihitung bersama
antara Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi berdasarkan gambar hasil kerja. Penyedia Jasa
wajib menyerahkan hasil seluruh perhitungan kuantitas semua pekerjaan dalam format MC-
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
13
100% kepada Direksi untuk mendapatkan pengesahan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
berakhirnya masa pelaksanaan.

2. Pembersihan Lokasi / land clearing

Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi pekerjaan dari semua
tumbuhan harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan dan Direksi.

Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu dan semak belukar yang ada di
lokasi pekerjaan.

Penyedia Jasa harus membongkar akar-akar, mengisi lubang-lubangnya dengan tanah


kemudian membuang dari tempat pekerjaan semula bahan-bahan hasil pembersihan
lapangan.

Untuk semua pohon dan semak-semak yang tidak harus dibersihkan / tidak harus ditebang
dan tetap berada di tempatnya, maka Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan.

Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus
dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan
dirapikan kembali sesuai dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


14
II. PEKERJAAN TANAH

1. Ruang Lingkup

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran.

Pedoman ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah
atau batu atau bahan lain dari sumber bahan yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan
dalam Kontrak ini untuk pekerjaan galian.

Pedoman ini mencakup kegiatan pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan


tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali
galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi
timbunan sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan
atau disetujui untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini untuk pekerjaan timbunan.

2. Acuan Normatif

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


- SNI 03-1742-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Ringan untuk Tanah
- SNI 03-1743-1989 : Metode Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
- SNI 03-1966-1989 : Metode Pengujian Batas Plastis.
- SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah.
- SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande.
- SNI 03-1976-1990 : Metode Koreksi untuk Pengujian Pemadatan Tanah yang
mengandung Butir Kasar
- SNI 03-2636-1992 : Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tanah
Untuk Bangunan Sederhana
- SNI 03-2832-1992 : Metode Pengujian untuk Mendapatkan Kepadatan Tanah
Maksimum
- SNI 03-2828-1992 : Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat Konus
Pasir
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3423-1994 : Metode Pengujian Analisis Ukuran Butir Tanah dengan Alat
Hidrometer.
- SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah
- SNI 03-3637-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Tanah Berbutir Halus dengan
Cetakan Benda Uji

3. Ketentuan, Persyaratan dan Pelaksanaan

3.1. Penebasan dan Pembersihan Semak Belukar


(1) Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pembersihan dan
pembongkaran tanah dari pangkal/tunggul batang pohon, gelondongan kayu,
belukar dan tanaman lain serta bahan non-organik yang berupa pagar, bangunan,
Pondasi, puing dan kotoran lainnya sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar
kerja atau dalam batas wilayah garis sempadan daerah/lokasi pekerjaan.
Penyedia Jasa wajib terlebih dahulu mendapat persetujuan Direksi sebelum
pekerjaan ini dilaksanakan terutama batas daerah yang akan ditebas dan
dibersihkan, dan pohon, bangunan dan obyek lainnya yang tidak boleh
diganggu/dirusak serta Metode kerja yang harus menjaga keutuhan tanaman dan
bangunan diluar batas daerah kerja. Bila Metode tebas-bakar dipilih Penyedia Jasa
dalam pelaksanaan pekerjaan, maka pengendalian, keamanan, dan penilaian atas
aspek lingkungan harus diperhatikan.
Bila lahan dalam batas wilayah garis sempadan didominasi tanaman yang
tingginya kurang dari 2,0 m atau tanaman dengan diameter batas setinggi dada
(DSD) kurang dari 10 cm, maka pembukaan dan pembersihan lahan didaerah
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pekerjaan ”penebasan dan pembersihan
semak belukar” dalam Spesifikasi Teknik ini, tetapi sebagai pekerjaan stripping
sesuai dengan ketentuan dalam pengupasan tanah organik: lapisan rumput, tanah
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
16
bagian atas, akar-akaran dan bahan non-organik yaitu sisa bangunan, Pondasi dan
lain-lain serta mengeluarkannya dari lokasi pekerjaan.
(2) Pengukuran dan Pembayaran
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembersihan ini sepenuhnya menjadi
tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan
termasuk “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan

3.2. Pengupasan Tanah Lapis Atas (Stripping)


(1) Lingkup Pekerjaan
Yang dimaksud dengan pekerjaan pengupasan tanah lapis atas (stripping) adalah
pengupasan tanah lapis atas yang banyak mengandung bahan organik: rumput,
akar-akaran maupun bahan non-organik: sisa bangunan Pondasi dan lain-lain dan
membuang material hasil kupasan tersebut dari lokasi pekerjaan.
Pengupasan lapisan tanah bagian atas dilaksanakan setebal 20 cm atau sesuai
dengan gambar kerja kecuali bila ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi.
Penyedia Jasa sebelum melaksanakan pekerjaan ini terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi tentang batas wilayah yang tanah
lapisan atasnya akan dikupas dan lokasi pembuangan material hasil kupasan.

(2) Pengukuran dan Pembayaran


2
Prestasi kerja untuk pekerjaan ini diukur dalam satuan meter persegi (m ) yang
dihitung dari elevasi permukaan tanah asli sampai elevasi batas kupasan sesuai
dengan gambar kerja yang telah disepakati.
Pembayaran pekerjaan pengupasan lapisan tanah bagian atas ini dilakukan
berdasarkan harga satuan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam Daftar Kuantitas
dan Harga.

3.3. Galian
(1) Umum
Pekerjaan galian yang dimaksud adalah galian tanah endapan, tanah biasa dan
galian batu termasuk pekerjaan lainnya yang berkaitan misalnya upaya
perlakuannya, jalan akses dan bangunan penunjang (separator, relokasi, bangunan
pengaman dan lain-lain) yang diperlukan serta pengangkutan material hasil galian
kelokasi yang disepakati untuk tempat pembuangan akhir atau penimbunan
sementara (stock piling) sebelum dimanfaatkan lebih lanjut.
Penyedia Jasa wajib menyerahkan hasil uji laboratorium tanah yang akan digali,
Metode kerja pekerjaan galian termasuk peralatan yang digunakan, pengangkutan
ke lokasi pembuangan akhir atau penampungan sementara sebelum pemanfaatan
untuk bahan timbun, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan galian.

Penyedia Jasa wajib melaksanakan pekerjaan pengukuran dan pematokan


bersama Konsultan dan Direksi sesudah pekerjaan penebasan dan pembersihan
semak belukar selesai dikerjakan atau waktu yang lain sesuai dengan perintah
Konsultan dan Direksi yang hasilnya berupa gambar hasil pengukuran yang
menunjukkan elevasi muka tanah, tampang memanjang dan melintang harus
diserahkan kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
Gambar-gambar hasil pengukuran pra-konstruksi diatas untuk selanjutnya
dipergunakan sebagai acuan dan dasar perhitungan kuantitas pekerjaan galian.

Penyedia Jasa wajib mencegah dari kerusakan dan melindungi tanah dibawah
elevasi galian pekerjaan permanen: saluran dan bangunan agar tetap dalam
keadaan yang baik, kerusakan tanah pada tanah pondasi tersebut yang
disebabkan oleh kesalahan Penyedia Jasa harus segera diperbaiki dengan
biayanya sendiri.
Dalam hal pekerjaan galian melampaui batas yang ditetapkan dalam gambar kerja
(gambar hasil pengukuran pra-konstruksi) Penyedia Jasa dengan biayanya sendiri
harus menimbun bagian tersebut dengan bahan timbun yang disetujui Direksi .
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi bila pekerjaan galian telah selesai
dikerjakan untuk dilakukan pemeriksaan guna persetujuan sebelum pekerjaan
lanjutan/bangunan pengecoran beton dilaksanakan. Penggunaan stockpiling dan
pembuangan tanah hasil galian harus sesuai dengan spesifikasi teknis ini
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
17
(2) Klasifikasi Galian
Pekerjaan galian diklasifikasikan sebagai pekerjaan galian tanah dan pekerjaan
galian batu sebagai berikut :
(a) Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah yang dimaksud adalah galian tanah, sedimen/
endapan, pasir, kerikil, kerakal, atau batu yang dapat digali dengan mudah
tanpa menggunakan alat khusus (ripper) atau peledakan termasuk upaya
penanganannya, pembentukan/perapian lubang galian agar sesuai dengan
lokasi, jalur, elevasi, kelandaian dan dimensi seperti yang telah ditetapkan
dalam gambar atau petunjuk/perintah Direksi, serta pengangkutan material
hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi penampungan
sementara sebelum dipergunakan sebagai tanah bahan timbun.

Semua tipe pekerjaan galian tersebut termasuk penanganannya dilokasi


pembuangan akhir/sementara, penghamparan dan pemadatan, perapihan
dan fasilitas drainasi;

Profil galian : dasar dan tebing yang telah selesai digali harus dirapikan dan
dipadatkan dan diperiksa Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum
bangunan diatasnya, konstruksi beton atau pasangan batu dilaksanakan,
demikian pula bila sewaktu-waktu tebing galian longsor akibat kegiatan
peralatan berat atau sebab lain karena kelalaian Penyedia Jasa.
Bila dalam Metode kerja galian diperlukan penimbunan sementara tanah
hasil galian (stock-piling) sebelum tanah tersebut diangkut kelokasi
penimbunan permanen sebagai tanggul atau bangunan permanen lainnya
sehingga berakibat 2 (dua) kali kerja atau double-handling, maka biaya yang
dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk kegiatan tersebut, dianggap sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan galian atau timbunan.

(b). Galian Borrow Area


Tanah yang baik untuk pekerjaan timbunan harus diambil dari borrow-area
yang disetujui Konsultan dan Direksi, dan Penyedia Jasa berkewajiban
membayar segala pengeluaran biaya untuk pengadaan tanah bahan timbun
tersebut termasuk biaya pembelian/ganti rugi kepada pemilik tanah, pajak
galian Tipe-C, royalti, perijinan dan pengeluaran lainnya.
Penyedia Jasa wajib menyerahkan hasil uji laboratorium untuk tanah dilokasi
borrow-area yang diusulkan kepada Direksi guna mendapatkan persetujuan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum kegiatan galian borrow-area
dilaksanakan.
Kegiatan galian borrow-area boleh dilakukan hanya bila telah mendapatkan
persetujuan Konsultan dan Direksi dan sesudah pekerjaan penebasan dan
pembersihan semak belukar dan pekerjaan pengupasan tanah lapis atas,
telah selesai dilaksanakan sehingga dijamin bahwa tanah bahan timbun
benar-benar sudah bersih dan bebas dari bahan organik.
Penyedia Jasa wajib memperhatikan dan menjaga kadar air/moisture content
dari tanah untuk bahan timbunan tersebut agar memenuhi persyaratan dan
tidak melampaui batas-batas nilai yang telah diidentifikasi dalam uji
laboratorium. Penyedia Jasa sebaiknya melakukan upaya tersebut di lokasi
borrow-area dengan membangun sistem drainasi dan membuat kemiringan
tertentu pada permukaan galian agar tetap kering.
Penyedia Jasa wajib mendapatkan persetujuan dari Konsultan dan Direksi
berkaitan dengan kedalaman dari galian sebelum kegiatan pengambilan
tanah untuk bahan timbun dilaksanakan. Kecelakaan yang terjadi di borrow-
area dianggap sebagai kelalaian Penyedia Jasa dalam menjamin
keselamatan kerja.

Segala biaya yang dikeluarkan Penyedia Jasa untuk melaksanakan seluruh


kegiatan diatas dalam pengadaan tanah untuk bahan timbun, dianggap
sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan tanah dalam Daftar
Kuantitas dan Harga.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


18
(3) Pemanfaatan, Penampungan Sementara (Stock piling) dan Pembuangan Tanah
Hasil Galian (Use, Stockpilling and Disposal of Excavated Materials)

(a) Pemanfaatan dan Pembuangan Tanah Hasil Galian


Bila Direksi berpendapat bahwa tanah hasil galian memenuhi syarat sebagai
bahan timbunan sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini, maka tanah
hasil galian tersebut harus dimanfaatkan untuk bangunan permanen seperti
tanggul, timbunan jalan, saluran dan bangunan.
Bila berdasarkan hasil uji laboratorium tanah hasil galian terdiri dari 2 (dua)
jenis tanah yang memenuhi dan tidak memenuhi spesifikasi sebagai tanah
bahan timbun, Penyedia Jasa dalam melaksanakan pekerjaan galian wajib
berupaya agar kedua jenis tanah tersebut tidak bercampur bila tanah yang
memenuhi spesifikasi akan dipergunakan dalam konstruksi sesuai dengan
perintah.

(b) Tanah hasil galian yang memenuhi syarat pada umumnya sebagai berikut :
• Diameter butiran (partikel) maksimum 100 mm
• Plasticity Index (PI), lebih besar dari 15%.
Tanah hasil galian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbun :
• Tanah lapis atas yang mengandung banyak bahan organik.
• Plasticity Index (PI) kurang dari 15%.
• Liquid Limit (LL) lebih dari 50%
• Diameter butiran lebih dari 100 mm
• Batu lunak dan batu keras.
Persetujuan Konsultan dan Direksi terhadap pemanfaatan tanah hasil galian
untuk keperluan pekerjaan permanen, tanggul, urugan kembali dan lainnya
akan diberikan berdasarkan hasil uji laboratorium tanah galian yang
dikerjakan dan diserahkan oleh Penyedia Jasa, tidak hanya persyaratan
diatas.
Bila tanah yang sudah disepakati sebagai bahan timbun terlalu basah
dengan kandungan air melampaui kadar air optimum hasil uji laboratorium
(Standard Proctor Test), maka tanah tersebut harus ditampung untuk
sementara waktu dilokasi yang disediakan Penyedia Jasa dan disetujui
Direksi yang dilengkapi dengan fasilitas drainasi, guna mendapat perlakuan
khusus: penghamparan, pengeringan dan lain-lain untuk menurunkan kadar
airnya sampai memenuhi persyaratan sebagai tanah bahan timbunan.
Kelebihan tanah hasil galian harus dibuang ke lokasi pembuangan yang
disediakan Penyedia Jasa dan telah disetujui Konsultan dan Direksi.
Penimbunan tanah buangan paling tinggi 2,0 m dan tidak diperbolehkan
mengganggu lingkungan disekitarnya.
Bila dianggap perlu Penyedia Jasa wajib menutup timbunan hasil buangan
dengan tanah yang baik bila menurut Konsultan dan Direksi timbunan hasil
galian tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya, biaya
yang dikeluarkan untuk keperluan ini menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa.

(c) Pemilahan dan Pembuangan Tanah Borrow Area


Lokasi borrow area dan pemanfaatan tanahnya sebagai tanah bahan
timbunan harus mendapat persetujuan Direksi sebelum galian borrow area
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan bila berdasarkan hasil uji
laboratorium tanah borrow area ternyata terdiri dari tanah yang memenuhi
syarat dan tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan untuk timbunan
maka Penyedia Jasa wajib melaksanakan pemilahan pada waktu penggalian
tanah borrow area sehingga tanah yang akan dimanfaatkan untuk
timbunan/pekerjaan permanen tidak terkontaminasi dan membuang tanah
yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan timbunan di lokasi yang
disediakan Penyedia Jasa sesuai dengan ketentuan

(4) Pengukuran dan Pembayaran untuk Galian


Pembayaran pekerjaan galian dilaksanakan berdasarkan harga satuan pekerjaan
ini dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


19
Harga satuan pekerjaan ini sudah termasuk semua biaya untuk pekerja, peralatan,
bahan, pengukuran, angkutan dan pembuangan, perapian dan pencegahan dari
longsoran tebing, perapian, penampungan sementara dan pemanfaatannya
sebagai bahan untuk timbunan tanah dan pekerjaan lainnya kecuali bila ditetapkan
secara terpisah dalam Daftar Kuantitas dan Harga ialah jalan akses sementara,
relokasi saluran dan pengamanannya, pengeringan, pekerjaan partisi dan lain-lain.

3.4. Timbunan Tanah


(1) Jenis Timbunan
Pekerjaan timbunan tanah adalah semua jenis pekerjaan timbunan tanah yang
dilaksanakan untuk terwujudnya konstruksi permanen : saluran, jalan inspeksi,
tanggul. Pekerjaan timbunan bagian dari bangunan konstruksi yang tanahnya
berasal dari pekerjaan galian atau borrow-area dan berdasarkan hasil uji
laboratorium memenuhi syarat dan spesifikasi teknik serta sudah mendapat
persetujuan Konsultan dan Direksi sebelum pekerjaan timbunan dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa.
Penyedia Jasa wajib menyampaikan Metode kerja pekerjaan timbunan kepada
Konsultan dan Direksi termasuk semua kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pekerjaan tersebut untuk mendapatkan persetujuan sebelum
dilaksanakan.
Pekerjaan timbunan harus dilaksanakan sesuai dengan jalur, dimensi, elevasi dan
kemiringan timbunan yang ditetapkan dalam gambar kerja yang telah disepakati.

Tingkat kepadatan untuk kelompok pekerjaan timbunan dengan pemadatan biasa


harus tidak boleh kurang dari 85% s/d 95% kepadatan kering maksimum sesuai
dengan kriteria ASTM D-968 dan SNI tergantung dari tipe konstruksi dan jenis
bahan timbun.

(2) Penghamparan, Perlakuan dan Pemadatan


(a) Uji Coba Timbunan
Sebelum pekerjaan timbunan untuk konstruksi yang permanen akan
dilaksanakan, Penyedia Jasa wajib terlebih dahulu mengerjakan uji coba
pelaksanaan pekerjaan timbunan dilapangan menggunakan tanah bahan
timbunan, peralatan, tenaga kerja dan Metode kerja yang sudah mendapat
persetujuan Konsultan dan Direksi sebelumnya.
Uji coba timbunan ini dimaksudkan guna memilih Metode kerja untuk
pekerjaan timbunan yang efisien berdasarkan jumlah peralatan yang
dipergunakan, tebal lapisan yang dipadatkan, jumlah lintasan alat pemadat
serta tingkat kepadatan yang dicapai yang harus memenuhi Spesifikasi
Teknik ini.
Metode kerja yang disetujui oleh Konsultan dan Direksi tidak dapat dipakai
alasan bagi Penyedia Jasa untuk lepas tanggung jawab terhadap tingkat
kepadatan dan kinerja pekerjaan timbunan.
Apabila karena suatu sebab perlu dilakukan perubahan Metode kerja atau
tanah bahan timbunan dari lokasi borrow pit lainnya, Penyedia Jasa wajib
melakukan uji coba timbunan ulang.
Bila uji coba timbunan tersebut dilaksanakan dilokasi tanggul, saluran, jalan
atau pekerjaan permanen lainnya, maka hasil uji coba tersebut dapat dibayar
sebagai bagian dari pekerjaan timbunan bila menurut pertimbangan
Konsultan dan Direksi telah memenuhi persyaratan. Sebaliknya bila hasil tes
kepadatan uji coba timbunan tidak memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi
ini, maka timbunan hasil uji coba tersebut harus dibongkar oleh Penyedia
Jasa dari lokasi pekerjaan.

(b) Pondasi Timbunan


(i) Sebelum timbunan tanah dilaksanakan, permukaan tanah Pondasinya
harus terlebih dulu dikupas sesuai dengan ketentuan Spesifikasi
Teknik ini. Selanjutnya permukaan tanah yang telah dibersihkan dari
humus dan bahan organik lainnya, dicangkul/dibajak sedalam tidak
kurang dari 15 cm merata pada seluruh permukaan, sebelum lapis
pertama (1) tanah bahan timbunan dihamparkan.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


20
Biaya yang dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk pekerjaan diatas
dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan
yang ditawarkannya dalam Daftar Kuantitas dan Harga.

(ii) Untuk pekerjaan timbunan dengan tanah Pondasi yang lembek dan
muka air tanah yang tinggi, sesudah perlakuan terhadap permukaan
tanah Pondasi selesai dikerjakan seperti yang dijelaskan spesifikasi
teknis ini maka upaya pengeringan dengan pompa air perlu
dilaksanakan paling tidak 2 (dua) jam sebelum pekerjaan timbunan
dikerjakan.
Selama pekerjaan timbunan dikerjakan, tinggi muka air tanah harus
tetap dijaga paling sedikit 30 cm dibawah permukaan timbunan, dan
bila permukaan tanah timbunan tergenang maka permukaan tanah
tersebut harus dikupas setebal paling sedikit 5 cm atau sesuai dengan
perintah Konsultan dan Direksi dan kemudian dicangkul/dibajak
sedalam 15 cm seperti yang telah diuraikan.

(c) Penghamparan, Pengendalian Kadar Air, dan Pemadatan Tanah


(i) Penyedia Jasa wajib menyerahkan Metode kerja termasuk peralatan
yang dipergunakan kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan
persetujuan sebelum timbunan tanah dikerjakan. Sebelum timbunan
lapisan pertama dihampar dipermukaan tanah Pondasi, perlakuan
terhadap permukaan tanah Pondasi seperti diuraikan harus terlebih
dahulu diselesaikan.
Permukaan tanah asli atau timbunan lama harus dibuat bertangga
sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar kerja atau perintah
Konsultan dan Direksi sebelum penghamparan tanah bahan timbunan
dikerjakan.
Untuk lereng timbunan lama yang akan digali dengan bertangga,
terlebih dahulu permukaan lereng tersebut harus dikupas dan
dibersihkan dari bahan organik, setelah selesai baru kemudian dibuat
bertangga, sehingga tanggul yang baru dapat sepenuhnya menyatu
dengan tanggul/timbunan yang lama.
Penghamparan tanah bahan timbunan secara mendatar dengan tebal
tidak boleh lebih dari 30 cm atau harus sesuai dengan hasil uji coba
timbunan tanah yang berbentuk bongkah-bongkah harus dipecah-
pecah sebelum dipadatkan. Tidak diperkenankan memperlebar
timbunan tanah dengan cara mencurahkan tanah lepas dari atas
timbunan lama.

(ii) Kadar air tanah bahan timbunan harus dijaga agar disekitar kadar air
optimum dengan toleransi + 3% sampai -5% dari kadar air optimum
hasil uji laboratorium atau ketentuan lain atas perintah Direksi
berdasarkan soil-properties tanah tersebut.
Pemadatan harus dikerjakan hingga tingkat kepadatan timbunan
mencapai 85% s/d 95% kepadatan kering maksimum sesuai dengan
kriteria ASTM D-968 dan SNI tergantung dari tipe konstruksi dan jenis
bahan timbun.
Untuk lereng timbunan yang akan diperkuat dengan lapisan/talud
beton, sebelum talud beton dipasang/dicor, lereng timbunan terlebih
dahulu harus dirapikan dan dipadatkan dengan tamping-rammer atau
alat lain yang disetujui Konsultan dan Direksi sesuai dengan dimensi
yang ditunjukkan dalam gambar kerja.

(3) Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan timbunan dilakukan dalam satuan meter
3
kubik (m ) timbunan padat yang diukur berdasarkan tampang memanjang,
tampang melintang, elevasi, kemiringan, dan jarak sesuai dengan gambar kerja
yang telah disepakati.
Pembayaran dilakukan termasuk biaya untuk menyediakan borrow-area,
angkutan, pembuangan, penampungan sementara, platform alat berat diatas
tanah lembek, penghamparan, pengendalian kadar air dan pemadatan,
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
21
pembentukan dan perapian timbunan dan segala biaya yang dikeluarkan
Penyedia Jasa untuk kelancaran dan kemudahan dalam pelaksanaan pekerjaan
termasuk biaya untuk upah, bahan, peralatan, perijinan, royalty dan lain-lain.

3.5. Timbunan/Urugan Kembali


Pekerjaan urugan kembali harus dikerjakan sesuai dengan gambar kerja yang disepakati
atau atas perintah Konsultan dan Direksi.
Penyedia Jasa wajib menyampaikan Metode kerja, bahan dan peralatan yang
direncanakan akan digunakan, kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapatkan
persetujuan sebelum pekerjaan urugan/timbunan tanah kembali dilaksanakan .
Tanah bahan timbunan berasal dari tanah hasil pekerjaan galian dilokasi bangunan atau
lokasi lain sesuai persetujuan Konsultan dan Direksi .
Tanah bahan timbunan harus berasal dari tanah hasil pekerjaan galian atau dari borrow
pit yang memenuhi syarat sebagai tanah bahan timbun berdasarkan hasil uji laboratorium
dan atas persetujuan/perintah Konsultan dan Direksi .
Dikerjakan paling sedikit 14 (empat belas) hari sesudah pekerjaan beton untuk struktur
selesai dilaksanakan.
Dikerjakan lapis demi lapis dengan tebal lapisan berdasarkan hasil uji coba yang
tergantung dari material/ tanah bahan timbunan, peralatan yang dipergunakan dan
jumlah lintasannya.
Pada umumnya tebal lapisan urugan kembali yang telah dipadatkan tidak boleh lebih dari
30 cm.
Kadar air tanah bahan timbunan berkisar antara + 3% sampai -5% dari kadar air optimum
berdasarkan hasil uji laboratorium dengan tingkat kepadatan 85% s/d 95% kepadatan
kering maksimum sesuai dengan kriteria ASTM D-968 dan SNI tergantung dari tipe
konstruksi dan jenis bahan timbun.
Pemadatan dengan menggunakan Baby roller / stamper atau Alat Pemadat yang
disetujui Direksi dan sesuai hasil trial embankment.
3
Pengukuran untuk pekerjaan timbunan dilakukan dalam satuan meter kubik (m ) yaitu
volume yang diukur mulai dari garis batas pekerjaan galian dan dinding/permukaan
paling luar bangunan atau elevasi yang telah ditetapkan yang tidak melampaui elevasi
permukaan tanah asli.
Pembayaran pekerjaan urugan kembali dilakukan berdasarkan harga yang tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga yang sudah termasuk biaya untuk : galian, angkutan,
re-handling, penghamparan, pengendalian kadar air, pemadatan, perapian dan biaya lain
termasuk, upah, bahan, peralatan serta pekerjaan penunjang.

3.6 Perkerasan Jalan


Pada umumnya jalan yang akan dibangun atau ditingkatkan adalah jalan inspeksi,
kecuali bila diperlukan jalan penghubung dan jalan akses/masuk ke lokasi pekerjaan.
Konstruksi perkerasan jalan, tampang melintang sesuai dengan yang diperlihatkan dalam
gambar lelang.
Spesifikasi teknik pekerjaan perkerasan jalan diuraikan/ditentukan dalam Pekerjaan Batu
spesifikasi ini.

3.7. Pengangkutan Tanah Bahan Timbunan dan Sisa Galian


Penyedia Jasa wajib menyerahkan Metode kerja untuk pengangkutan tanah bahan
timbunan dari lokasi borrow-pit dan/atau galian serta pembuangan sisa galian dan/atau
tanah yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan timbunan ke lokasi pembuangan yang
disediakan oleh Penyedia Jasa, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum dikerjakan
kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan.
Metode kerja tersebut dilampiri dengan peta rencana pemindahan tanah secara mekanis
(earth moving work plan) dilengkapi jalur/lintasan jalan untuk transportasi tanah.
Harga satuan untuk pekerjaan galian dan timbunan yang tercantum dalam Daftar
Kuantitas dan Harga, sudah termasuk biaya untuk angkutan.

3.8. Toleransi Pekerjaan Tanah


Dimensi, elevasi dan kemiringan pekerjaan tanah setelah selesai dirapikan dapat diberi
toleransi seperti daftar dibawah ini kecuali bila ditetapkan lain oleh Direksi .

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


22
(a) Saluran irigasi dan drainasi termasuk bangunan pelengkapnya:
- permukaan dasar : - 5 cm, + 0 cm
- lebar dasar : - 0 cm, + 5 cm
- lebar puncak : - 0 cm, + 5 cm
- jalur : ± 5 cm
- kemiringan memanjang : ± 0,1%

(b) Jalan
- permukaan jalan : - 0 cm, + 5 cm
- lebar jalan : - 0 cm, + 10 cm
- jalur : ± 5 cm
(c) Galian bangunan
- dasar galian : + 0 cm, - 5 cm

3.9. Uji Laboratorium untuk Bahan dan Pekerjaan Selesai


Uji laboratorium untuk bahan timbunan dan urugan sebelum pelaksanaan pekerjaan dan
untuk pengendalian mutu selama pelaksanaan pekerjaan harus dilaksanakan oleh
Penyedia Jasa menggunakan laboratoriumnya di lapangan atau laboratorium lain yang
disetujui Konsultan dan Direksi dengan disaksikan/diawasi oleh Konsultan dan Direksi .
Penyedia Jasa wajib melaksanakan uji SPT (Standard Cone Penetration Test) pada
dasar galian untuk memastikan kesesuaian tanah sebagai Pondasi sebelum dilakukan
pengecoran beton.
Hasil uji laboratorium untuk semua bahan bangunan yang akan dipergunakan untuk
pekerjaan harus disampaikan oleh Penyedia Jasa kepada Konsultan dan Direksi untuk
dikaji dan disetujui.
Uji laboratorium yang akan dikerjakan Penyedia Jasa, Metode baku untuk uji
laboratorium yang akan digunakan dan frekuensi uji laboratorium untuk bahan bangunan
selama pelaksanaan sampai selesainya pekerjaan harus secara rinci sesuai ketentuan
dalam SNI atau sesuai perintah Direksi (JIS equivalent) atau mengikuti tabel sebagai
berikut :

Uji laboratorium untuk pekerjaan tanah


Nilai yang Frekuensi Uji
Uji Laboratorium Metode Baku
disyaratkan Laboratorium
ASTM C127 1. Sebelum tanah bahan
Specific Gravity ASTM C 128 - timbunan digunakan
ASTM D 854 2. Sesudah kejadian:
3
JIS 1203 or - (i) setiap 50.000 m
Natural Moisture
ASTM ZD 2216- atau
Content
51 (ii) sekali setiap bulan
Liquid Limit ASTM D423 - (iii) perubahan lokasi
Plasticity Index - > sekitar 15% borrow-pit
Moisture/Density (iv) setiap ada
ASTM D2216 - perubahan tanah
Relationship
Unconfined bahan timbunan
JIS 1216 -
Compression Test
Permeability Test Sesuai petunjuk Engineer
1. Setiap 10 km panjang
subgrade atau setiap
seksi/bagian panjang
Untuk
jalan.
California Bearing perkerasan
AASHTO T193 2. Perkerasan Jalan:
Ratio (CBR) jalan 30%
(i) untuk setiap sumber
minimum
material baru
(ii) paling sedikit sekali
sebulan.
Cone Penetration Pada setiap dasar galian
AASHTO T206 -
Test untuk bangunan
* 2 kali sehari (pagi, sore)
Field Density Test ASTM D1556
> 95% MDD pada setiap lokasi

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


23
Nilai yang Frekuensi Uji
Uji Laboratorium Metode Baku
disyaratkan Laboratorium
pekerjaan, atau
* setiap 250 m³ pekerjaan
OMC + 3%, -
Field Moisture Test ASTM D2216 rehabilitasi saluran, atau
5%
* sesuai perintah PPK

III. PEKERJAAN BETON

1. Ruang Lingkup

Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan beton. Pedoman ini
mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton
pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop. Pedoman ini mencakup penyiapan
tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan
pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap
kering.

2. Acuan Normatif

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


- SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian tentang Analisis Saringan Agregat Halus
dan Kasar
- SNI 03-1969-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Kasar
- SNI 03-1972-1990 : Metode Pengujian Slump Beton
- SNI 03-1973-1990 : Metode Pengujian Berat Isi Beton
- SNI 03-1974-1990 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton.
- SNI 03-2417-1991 : Metode Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los
Angeles.
- SNI 03-2458-1991 : Metode Pengambilan Contoh Untuk Campuran Beton
Segar.
- SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambahan untuk
Campuran Beton
- SNI 03-2461-1991 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Struktur
- SNI 03-2491-1991 : Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
- SNI 03-2492-1991 : Metode Pengambilan dan Pengujian Beton Inti
- SNI 03-2493-1991 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Laboratorium
- SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
- SNI 03-2530-1991 : Metode Pengujian Kehalusan Semen Portland
- SNI 03-2531-1991 : Metode Pengujian Berat Jenis Semen Portland
- SNI 03-2816-1992 : Metode Pengujian Kotoran Organik Dalam Pasir untuk
Campuran Mortar dan Beton
- SNI 03-2823-1992 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Memakai Gelagar
Sederhana Dengan Sistem Beban Titik di Tengah
- SNI 03-2834-1992 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal
- SNI 03-2854-1992 : Spesifikasi Kadar Ion Klorida dalam Beton
- SNI 03-2914-1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
- SNI 03-2915-1992 : Spesifikasi Beton Tahan Sulfat
- SNI 03-3402-1994 : Metode Pengujian Berat Isi Beton Ringan Struktural
- SNI 03-3407-1994 : Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk Agregat
Terhadap Natrium Sulfat dan Magnesium Sulfat.
- SNI 03-3418-1994 : Metode Pengujian Kandungan Udara Pada Beton Segar
- SNI 03-3419-1994 : Metode Pengujian Abrasi Beton di Laboratorium
- SNI 03-3421-1994 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Isolasi Ringan di
Lapangan
- SNI 03-3449-1994 : Tata Cara Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan
dengan Agregat Ringan
- SNI 03-3976-1995 : Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
24
- SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir
Mudah Pecah dalam Agregat
- SNI 03-4142-1996 : Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam Agregat Yang Lolos
No.200 (0,075 mm).
- SNI 03-4154-1996 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Dengan Balok Uji
Sederhana Yang dibebani Terpusat Langsung
- SNI 03-4155-1996 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Benda Uji
Patahan Balok Bekas Uji Lentur
- SNI 03-4156-1996 : Metode Pengujian Bliding dari Beton Segar
- SNI 03-4169-1996 : Metode Pengujian Modulus Elastisitas Statis Dan Rasio
Poison Beton dengan Kompresor Ekstensometer
- SNI 03-4430-1997 : Metode Pengujian Kuat Tekan Elemen Struktur Beton
Dengan Alat Palu Beton Tipe n dan nr
- SNI 03-4431-1997 : Metode Pengujian Kuat Lentur Beton Normal Dengan Dua
Titik Pembebanan
- SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
- SNI 03-4805-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland Dalam Beton
Keras Yang Memakai Semen Hidrolik
- SNI 03-4806-1998 : Metode Pengujian Kadar Semen Portland dalam Beton
Segar dengan Titrasi Volumetri
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar
Semen Portland
- SNI 03-4807-1998 : Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar
Semen Volumetri
- SNI 03-4809-1998 : Metode Pengujian untuk membandingkan berbagai Beton
Berdasarkan Kuat Lekat Yang Timbul Terhadap Tulangan
- SNI 03-4810-1998 : Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di
Lapangan
- SNI 03-4811-1998 : Metode Pengujian Rangkak Pada Beton Yang Tertekan
- SNI 03-4812-1998 : Metode Pengujian Kuat Tarik Beton Secara Langsung
- SNI 03-4817-1998 : Spesifikasi Lembaran Bahan Penutup untuk Perawatan
Beton
- SNI 03-4820-1998 : Tata Cara Penggunaan Peralatan Untuk Penentuan
Perubahan Panjang, Pasta, Mortar Dan Beton Semen Yang
Sudah Mengeras
- SNI 03-6369-2000 : Tata Cara Pembuatan Kaping Untuk Benda Uji Silinder
Beton
- SNI 03-6429-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Silinder Dengan
Cetakan Silinder Di Dalam Tempat Cetakan
- SNI 06-6430-2000 : Metode Pengujian Ekspansi dan Bliding
- SNI 06-6430.1-2000 : Metode Pengujian Kuat Tekan Graut untuk Beton dengan
Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6430.2-2000 : Metode Pengujian Waktu Pengikatan Graut Untuk Beton
dengan Agregat Praletak di Laboratorium
- SNI 03-6451-2000 : Metode Pengujian Kuat Lentur Adukan Semen Hidraulik
- SNI 03-6477-2000 : Metode Penentuan 10 % Kehalusan untuk Agregat
- SNI 03-6805-2002 : Metode Pengujian untuk Mengukur Nilai Kuat Tekan Beton
pada Umur Awal dan Memproyeksikan Kekuatan Pada
Umur Berikutnya
- SNI 03-6806-2002 : Tata Cara Perhitungan Beton Tidak Bertulang Struktural
- SNI 03-6807-2002 : Metode Pengujian Kemampuan Mempertahankan Air pada
Campuran Graut untuk Beton Agregat Praletak di
Laboratorium
- SNI 03-6808-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Graut Untuk Beton Agregat
Praletak (Metode Pengujian Corong Alir)
- SNI 03-6809-2002 : Tata Cara Estimasi Kekuatan Beton dengan Metode
Maturity
- SNI 03-6810-2002 : Metode Pengujian Kadar Bahan Padat Total dan Bahan
Anorganik dalam Air Untuk Campuran Beton
- SNI 03-6811-2002 : Spesifikasi Bahan Pencampur Untuk Beton Semprot
- SNI 03-6812-2002 : Spesifikasi Anyaman Kawat Baja Polos Yang Dilas Untuk
Tulangan Beton
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
25
- SNI 03-6814-2002 : Tata Cara Pelaksanaan Sambungan Mekanis untuk
Tulangan Beton
- SNI 03-6815-2002 : Tata Cara Mengevaluasi Hasil Uji Kekuatan Beton
- SNI 03-6816-2002 : Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air Untuk Digunakan Dalam Beton
- SNI 03-2461-2002 : Spesifikasi Agregat Ringan untuk Beton Ringan Struktur
- SNI 03-6817-2002 : Metode Pengujian Mutu Air untuk digunakan dalam Beton
- SNI 03-6717-2002 : Tata Cara Penyiapan Benda Uji Dari Contoh Agregat
- SNI 03-6889-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Agregat

3. Istilah dan Definisi

3.1. Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai 4
mm.

3.2. Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai 31.5
mm

3.3. Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil pengeboran beton
pada bangunan yang sudah dilaksanakan.

3.4. Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk
masa padat

3.5. Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m3
3.6. Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat
karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).

3.7. Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=14,5 Mpa dengan
batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm.

3.8. Construction joint adalah sambungan konstruksi beton

3.9. Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara.

3.10. Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan tetap
mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang
diperlukan beton dalam masa perawatan.

3.11. Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang tekan benda uji.

3.12. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda
uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin
tekan.

3.13. Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan alumunium yang
bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa membentu k
senyawa bersifat cementitious

3.14. Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu adukan.

3.15. Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang mengandung silica amorf
yang dihasilkan dari elemen silica atau senyawa ferro-silica.

3.16. Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif daro beton
segar.

3.17. Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan
cukup banyak dan sangat berbeda

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


26
4. Ketentuan dan Persyaratan

Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
4.1. Toleransi

1) Bangunan Beton
a) Batas penyimpangan pada gambar-gambar plat, balok mendatar dan
pengganti pagar.
Terlihat : 1 cm setiap 3 m
Tertimbun : 5 cm setiap 3 m
b) Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom, pilar, lantai,
dinding, balok dan sebagainya.
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
c) Penyimpangan pada plat jembatan
Minus : 1 cm
Plus : 2 cm
d) Dasar Pondasi
Penyimpangan ukuran-ukuran dalam perencanaan
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
e) Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar pondasi,
terhadap rencana tidak lebih dari 5 cm.
f) Pengurangan ketebalan : 5%
g) Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang terbuka : 5
cm
h) Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu dan
bangunan-bangunan air yang serupa : 0,1%
i) Penempatan tulangan baja
Penyimpangan untuk beton pelindung : 10%
Penyimpangan dari tempat yang seharusnya : 2 cm
j) Perletakan beton pra cetak
Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1% dari panjang
beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm
Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang beton pra
cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
Penyimpangan garis unting setiap beton pra cetak yang ditempatkan vertical
tidak boleh lebih dari 1 cm setiap 3 m.

4.2. Persyaratan Bahan

1) Bangunan Beton
a) Semen
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan
harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan dan Direksi Pekerjaan.

(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Konsultan dan Direksi Pekerjaan.
Jika di dalam satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen,
maka Penyedia Jasa harus mengajukan kembali rancangan campuran
beton sesuai dengan merk semen yang digunakan.
b) Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat
tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari Memenuhi
karakteristik kuat tekan yang ditentukan
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
27
c) Agregat
(1) Ketentuan Agradasi Agregat
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan
yang diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan
gradasi tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat
campuran yang disyaratkan.
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran
agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara
baja tulangan atau antara baja tulangan dengan begesting, atau
celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.

(2) Sifat-sifat Agregat


- Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang
diperoleh dari pemecahan batu atau koral, atau dari
pengayakan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai.
- Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang
ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus
memenuhi sifat-sifat lainnya bila contoh-contoh diambil dan diuji
sesuai dengan prosedur yang berhubungan.

d) Batu untuk Beton Siklop


Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, rongga dan
tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari
kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan
beton. Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih
besar dari 25 cm.

e) Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja
beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk
halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton dengan
persetujuan Konsultan dan Direksi.

f) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan
standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991. Bahan
tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya sebagai
berikut :
- Tipe A - bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam
campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau untuk
meningkatkan workability ada angka water-cement rasio yang telah
ditetapkan.
- Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan
Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen,
sehingga akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah
jenis ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas,
dimana waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal
menjadi sangat pendek dikarenakan suhu yang tinggi.
- Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan
Tipe C berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen,
yang akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga
mempercepat kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik
pembuatan beton precast (dimana perlu pelepasan bekisting
secepatnya), atau pekerjaan perbaikan yang sangat penting

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


28
- Tipe D - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
memperlambat waktu pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability, dimana beton
mempunyai kekuatan tinggi dapat dibuat workabel tanpa mengurangi
density, ketahanan dan kekuatannya. Perlambatan waktu pengikatan
sangat berguna untuk waktu pengangkutan adukan beton yang lama
ke tempat pengecoran, pengecoran dalam kondisai yang sangat
panas dan menghindari cold joint.
- Tipe E - campuran bahan pengurang kadar air dan bahan
mempercepat waktu pengikatan.
Bahan tambah ini untuk menambah workability dan memberikan
kekuatan awal yang tinggi, atau memberikan kekuatan awal yang lebih
tinggi pada workability yang sama. Bahan tambah ini digunakan pada
precast karena memungkinkan pelepasan bekisting lebih awal dan
dipakai untuk pekerjaan perbaikan dimana kekuatan awal sangat
diperlukan.
- Tipe F - bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka tinggi atau
superplasticizer.
Tipe F atau Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi
air dalam campuran dengan cukup banyak dan sangat berbeda
dengan Tipe A, D atau E. Penggunaan bahan ini digunakan membuat
beton alir (flow concrete) untuk menjangkau tempat yang tak
terjangkau oleh pengetar dan beton pompa (pumping concrete) pada
jenis bangunan yang rumit.
- Tipe G - campuran bahan pengurang kadar air dengan tingkat angka
tinggi tau superplasticizer dan bahan memperlambat waktu
pengikatan. Bahan tambah ini merupakan campuran dari Tipe F dan
Tipe B, tetapi slump loss-nya lebih kecil bila dibandingkan dengan
beton yang menggunakan superplasticizer.

2) Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash, Pozzolan,
silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan tambah yang
digunakan harus sesuai atas persetujuan Konsultan dan Direksi

4.3. Persyaratan Kerja

1) Pengajuan Kesiapan Kerja


a) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh
sifat bahan sesuai dengan Pasal ini.

b) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-


masing mutu beton yang akan digunakan, 30 hari sebelum pekerjaan
pengecoran beton dimulai.

c) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian


pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan
sehingga data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.

d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 7 hari, 14
hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


29
e) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci
untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh
persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah
dimulai.

f) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis


mengenai rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis
beton untuk mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 jam sebelum
tanggal pelaksanaan, seperti yang disyaratkan disertai dengan metode
pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan, tanggung jawab personil
dan jadwal pelaksanaannya

2) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan


a) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat
yang terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu
dengan ketinggian tidak urang dari 30 cm dari permukaan tanah serta
ditutup dengan lembaran plastik (polyethylene) selama penyimpanan dan
tidak lebih dari 3 bulan sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi
pekerjaan. Semen tidak boleh ditumpuk melebihi melebihi 8 sak ke arah
atas.

b) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat


penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar
matahari dan hujan pepanjang waktu pengecoran.

c) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis


agregat atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.

3) Kondisi Tempat Kerja


Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari secara
langsung.

Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan pengecoran jika :


- Tingkat penguapan melampaui 1,0 mm/jam.
- Selama turun hujan atau bila udara penuh debu atau tercemar.

4) Pencampuran dan Penakaran


a) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus berdasarkan hasil tes campuran

b) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan dengan disaksikan oleh
Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan
sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.

5) Permukaan Tampak
a) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat bersih dan
tidak keropos.

b) Semua permukaan yang tampak harus rata atau bulat.

c) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan setiap beton
yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman tertentu dan diganti
atau diperbaiki dengan cara seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan
atas biaya Penyedia Jasa.

6) Blockout
a) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagian–bagian bangunan dari
pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan dibuat,
dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk paling sedikit 4
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
40
jam. Sesudah permukaan demikian disetujui Konsultan dan Direksi, maka
pekerjaan logam dan lainnya seperti tersebut diatas, dapat dilaksanakan.
Penyedia Jasa dapat memasang tulangan (jika diperlukan) dan adukan
beton dengan 500 kg semen atau lebih per meter kubik, atau beton dari tipe
yang sama.

b) Pada saat pengisian beton blockout, haruslah dilakukan berhati–hati, harus


bersatu dengan beton lama, mempunyai ikatan yang baik dengan beton
lama dan semua pekerjaan besinya.

5. Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, begesting dan waterstop harus memuat :

5.1. Pekerjaan Beton

1) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
(i) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan dan Direksi sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini,
dan harus membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin
dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah
dan aman
(ii) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton
harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas
tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton
akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan
peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar
sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan Konsultan dan Direksi.

(iii) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh begesting, tulangan dan


benda lain yang harus berada di dalam beton (seperti pipa atau
selongsong) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak
bergeser pada saat pengecoran.

(iv) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Konsultan dan Direksi, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.

(v) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan


untuk pondasi sebelum menyetujui pemasangan begesting, baja
tulangan atau pengecoran beton.

(vi) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah
dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti
bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau
melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang
diperintahkan oleh Konsultan dan Direksi.

(vii) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Konsultan dan
Direksi berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang
dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi
pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah
dengan penanganan seperlunya.
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
41
b) Cetakan Beton
(i). Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat
dari kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan
ukuran–ukuran yang ada di dalam gambar.

(ii) Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat
sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin
dan tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk.

(iii). Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar
cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan
persetujuan Konsultan dan Direksi, sebelum memulai pekerjaan,
walaupun demikian penyerahan tersebut kepada Konsultan dan
Direksi untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor
bagi keberhasilannya.

(iv). Permukaan cetakan beton yang berhubungan dengan beton harus


bebas dari sampah, paku, alur–alur, belahan, atau cacat–cacat
lainnya. Mengisi celah–celah sambungan cetakan beton harus berhati–
hati dan dilaksanakan sedemikian rupa agar sanggup mengembang
dibawah pengaruh kelembaban beton tanpa menimbulkan perubahan
bentuk cetakan, celah–celah harus diisi secukupnya untuk mencegah
hilangnya air semen. Bagaimanapun penggunaan kertas dengan tegas
dilarang.

(v). Pembuatan lubang bagian dalam cetakan untuk pemeriksaan,


pembuangan air dapat dilakukan untuk itu cetakan dapat dibuat
sedemikian rupa hingga dapat dengan mudah ditutup sebelum
pengecoran dimulai.

(vi). Sebelum pengecoran beton semua baut–baut harus dipasang pada


posisinya, semua yang diperlukan dan alat–alat lain untuk menutup
lubang harus dipasang pada cetakan. Tidak diperbolehkan membuat
lubang didalam beton tanpa persetujuan Konsultan dan Direksi

(vii). Penggunaan kawat yang diikat untuk menyangga cetakan tidak


diijinkan dilakukan pada dinding beton yang akan tampak.

(viii). Lubang–bekas ikatan kawat harus ditutup dengan beton setelah


cetakan dibongkar

(ix). Jika batangan logam digunakan untuk menyangga cetakan ujungnya


tidak boleh kurang dari 3 cm dari permukaan beton yang terbentuk.
Semua permukaan cetakan yang menempel dengan beton harus
dilumasi dengan minyak begesting untuk memastikan bahwa cetakan
dapat dibuka dengan mudah.

(x). Pelumas harus diterapkan pada cetakan sebelum tulangan dipasang


dan harus berhati–hati mencegah pelumas jangan sampai mengenai
besi tulangan. Sebelum pengecoran dan pembesian semua celah–
celah cetakan yang telah diisi harus dibersihkan dan dikeringkan. Bila
cetakan beton dibuat dan siap untuk pengecoran maka harus
diperiksa oleh Konsultan dan Direksi. Tidak diperkenankan mengecor
bila cetakan belum disetujui Konsultan dan Direksi.

(xi). Penyedia Jasa harus memberitahukan kepada Konsultan dan Direksi


sekurang– kurangnya 24 (dua puluh empat) jam sebelum cetakan siap
untuk diperiksa.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


42
(xii). Penilaian dan pembayaran pekerjaan begisting dan perancah
berdasarkan atas satuan m2 permukaan beton yang dipasang
begesting pada semua mutu beton kecuali pada beton lantai kerja.
Penilaian pembayaran tersebut sudah termasuk pemasangan dan
pembongkaran, bahan, upah tenaga, peralatan.

c) Pencampuran Beton
(i) Perbandingan Campuran
. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan
bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama – sama dan
digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.

(ii). Beton diklasifikasikan berdasarkan tekanan pada 7 hari dan umur 28


hari dengan ukuran maksimum agregat dan dibuat mengikuti tabel di
bawah ini :

Tabel 1 Klasifikasi Beton berdasarkan Besarnya Tekanan


Kuat Kuat Ukuran Nilai factor Perkiraan
Tekan Tekan agregat air semen kebutuhan
Tipe Campuran Beton umur 7 umur 28 maksimum maksimum semen
hari hari (mm) (%) (kg/m3)
(kg/cm2) (kg/cm2)
fc’ = 26,4 MPa (K- 195 300 20 50 400
300)
fc’ = 19,3 Mpa (K- 147 225 40 (20) 50 330 (350)
225)
fc’ = 14,5 Mpa (K- 114 175 40 50 310
175)
fc’ = 9,8MPa (K- 62 125 40 57 250
125)
fc’ = 7,4 MPa (K- 65 100 40 60 200
100)

(iii). Proporsi campuran untuk masing–masing klas beton diatas akan


diberikan oleh Konsultan dan Direksi, berdasarkan hasil–hasil test
percobaan campuran yang dikerjakan Penyedia Jasa.

(iv). Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk
mendapatkan kepadatan maksimum dari beton, kemudahan
pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan faktor air semen yang
sekecil mungkin dengan persetujuan Konsultan dan Direksi tidak ada
tambahan biaya atas perubahan tersebut.

(v). Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Konsultan dan Direksi,
dalam batas yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen
pada beton dengan kekentalan yang benar. Tidak diperkenankan
penambahan air untuk mengatasi mengerasnya beton sebelum
ditempatkan. Keseragaman kekentalan beton pada setiap adukan
adalah perlu. Slump dari pada adukan beton harus mengikuti tabel di
bawah ini, setelah beton diendapkan.

d) Penakaran
(i). Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui
Konsultan dan Direksi
Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan
seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol dan
menentukan jumlah dari masing–masing bahan yang dicampurkan,
sesuai dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


43
(ii). Peralatan harus mampu memproduksi beton sebanyak 1 (satu) hingga
5 (lima) meter kubik atau lebih per jam secara keseluruhan dengan
mencampurkan agregat, semen, bahan additive (bila perlu), dan air
menjadi suatu campuran yang merata tanpa pemisahan–pemisahan.
Juga mampu mengimbangi perubahan–perubahan kadar air dari
agregat, serta merubah berat material–material yang ikut tercakup.

(iii). Jumlah masing–masing bahan yang membentuk beton tersebut dapat


ditentukan dengan timbangan kecuali jumlah air yang diukur dengan
takaran. Meskipun demikian material beton dapat juga diukur secara
volume, bilamana disetujui oleh Konsultan dan Direksi.

(iv). Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar
dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap–
tiap skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian
periodik terhadap perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan–
pekerjaan adukan.

e) Mesin Pengaduk Beton


(i). Material beton harus dimasukkan dalam pengaduk yang berpenakar
dalam waktu yang tidak lebih dari satu setengah menit, kecuali
sejumlah air yang diperlukan sudah ada dalam alat pengaduk
tersebut.

(ii). Seluruh air pencampur harus diberikan sebelum seperempat waktu


pencampuran terlampaui. Waktu pencampuran adukan yang
volumenya lebih besar dari 0,75 m3 harus ditambah seperempat menit
pada setiap penambahan 0,5 m3 .

(iii). Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi
kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang
dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan
beton dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus
dan disetujui Konsultan dan Direksi.

(iv). Semua peralatan pencampur harus selalu dibersihkan sebelum


melakukan pekerjaan. Pencampuran pertama setelah pembersihan,
tidak boleh digunakan dalam pekerjaan. Blades penumbuk yang ada
dalam alat pencampur perlu diganti bila telah aus menjadi 2 cm.

f) Truk Pencampur
(i). Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–drum
yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan kecepatan
yang dianjurkan oleh Pabrik

(ii). Operasi pencampuran dapat dimulai dalam waktu 30 menit setelah


bahan–bahan pencampur tersebut berada di dalam pencampur,
setelah itu beton dapat diangkut menuju tempat pekerjaan dan satu
jam setelah penambahan air pengecoran harus selesai.

(iii). Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai
dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.

g) Mencampur Beton dengan Tenaga Manusia


(i). Pekerjaan mencampur beton dengan manual tidak diijinkan kecuali
jika situasi tidak memungkinkan untuk menggunakan mesin
pencampur setelah mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi.

(ii). Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan,
sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus
dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak dibuat
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
44
dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup agar tidak ada
kehilangan air dari adukan

(iii). Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan kering
sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsur-
angsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali diaduk dalam
keadaan basah, sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan
diangkat ketempat pengecoran

2) Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
(i). Penyedia Jasa harus memberitahukan Konsultan dan Direksi secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda
lebih dari 6 jam (final setting).

(ii) Pemberitahuan harus meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton


dan tanggal serta waktu pencampuran beton. Konsultan dan Direksi
akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan akan
memeriksa begesting, tulangan dan mengeluarkan persetujuan tertulis
untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa
persetujuan tertulis dari Konsultan dan Direksi.

(iii). Segera sebelum pengecoran beton dimulai, begesting harus dibasahi


dengan air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya yang tidak
meninggalkan bekas.

(iv). Pengecoran beton harus dibuat sedemikian rupa hingga penempatan


dan penanganannya mudah dilakukan tanpa adanya pemisahan
butiran.

(v). Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu
dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari lapisan bawah
dengan alat penggetar (vibrator).
(vi). Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan perancah
belum diperiksa dan disetujui Konsultan dan Direksi secara tertulis.

(vii). Dalam pengecoran beton bertulang, harus dijaga jangan sampai


terjadi pemisahan butiran. Apabila bentuk tulangan pada dasar
cetakan cukup rapat, dicor terlebih dahulu lapisan selimut beton
setebal 3 cm, dengan spesi yang sama dengan yang dibutuhkan oleh
beton diatasnya.

(viii) Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Konsultan dan Direksi, kelebihan ini harus segera
dibuang. Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit
telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh
Konsultan dan Direksi.

(ix). Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan
atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran
harus segera dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru
saja dicor selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi
sambungan yang akan ditentukan kemudian

(x). Jika pelaksanaan pengecoran dihentikan, lokasi sambungan harus


ditempatkan pada posisi yang benar secara vertikal maupun
horizontal, dengan permukaan dibuat kasar atau bergerigi untuk

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


45
menahan gesekan dan membentuk ikatan sambungan beton
berikutnya, seperti yang diinginkan oleh Konsultan dan Direksi.

(xi). Sebelum pengecoran berakhir, permukaan beton harus dibuat kasar


atau disambungkan untuk menyingkap agregat. Permukaan beton
harus tetap lembab dan dilindungi dengan mortel semen
(perbandingan berat) 1 : 2 setebal 1 cm.

(xii) Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Konsultan dan Direksi.
Beton yang dicor ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian
rupa untuk menghindari pemisahan butiran dan penggeseran tulangan
beton, begesting, atau bagian – bagian yang tertanam, serta
membentuk lapisan – lapisan yang tidak lebih tebal dari 40 cm padat.

(xiii) Pengecoran harus secara menerus hingga mencapai sambungan


ditentukan pada gambar atau menurut petunjuk Konsultan dan
Direksi.

(xiv) Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta
dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Konsultan dan
Direksi untuk menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan
kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum dicorkan.

(xv) Pengecoran beton tumbuk/lantai kerja dikerjakan pada urutan


sebelumnya atau mengikuti petunjuk Konsultan dan Direksi dan harus
dikerjakan secara menerus sampai dengan selesai. Bila perlu
Penyedia Jasa harus bekerja lembur untuk mencapai target tersebut.

b) Pemadatan
(i). Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau
dari luar begesting yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui
oleh Konsultan dan Direksi, penggetaran harus disertai penusukan
secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan
yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam
begesting.

(ii). Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua


sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa
menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara
terisi.

(iii). Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada
hasil pemadatan yang diperlukan.

(iv). Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan


sekurang- kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif
0,25 kg, dan boleh diletakkan di atas begesting supaya dapat
menghasilkan getaran yang merata.

(v). Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan


beton di dalam begesting harus vertikal sedemikian hingga dapat
melakukan penetrasi sampai kedalaman 10 cm dari dasar beton yang
baru dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada
bagian tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada
posisi yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan
dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 45
cm. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15
detik atau permukaan beton sudah mengkilap.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


46
(vi). Apabila kecepatan pengecoran 20 m3 /jam, maka harus digunakan
alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm.

(vii). Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum
terjadi waktu ikat awal (initial setting).

3) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)


a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
bangunan yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar Rencana untuk disetujui oleh Konsultan dan
Direksi.. Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan
elemen-elemen bangunan kecuali ditentukan demikian.

b) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diijinkan. Semua


sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan
pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.

c) Jika sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus melewati


sambungan sedemikian rupa sehingga membuat bangunan tetap monolit.

d) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan ke


dalaman paling sedikit 4 cm untuk dinding, pelat serta antara dasar pondasi
dan dinding. Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas
permukaan dengan cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan
sedemikian rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2.

e) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang


diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan
jika pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau
terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Konsultan
dan Direksi.

f) Atas persetujuan Konsultan dan Direksi, bonding agent yang dapat


digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara
pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya

g) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak


diperkenankan berada pada 75 cm di bawah muka air terendah atau 75 cm
di atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

h) Penilaian dan pembayaran pekerjaan beton berdasarkan atas satuan m3


beton yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian
pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya
tes dan perawatan beton.

4) Lining Beton
a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada
Gambar atau ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi.

b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai
dengan ketentuan.

c) Lining harus dilaksanakan setelah penggalian saluran dan tanggul selesai


dilakukan, pada saat perapian sedang dikerjakan.

d) Pelaksanaan lining dibuat mengikuti Gambar atau petunjuk Konsultan dan


Direksi, dilaksanakan sesuai dengan gambar–gambar detail yang ada
terutama yang telah disetujui Konsultan dan Direksi.

e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau
petunjuk Konsultan dan Direksi.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


47
f) Penilaian dan pembayaran pekerjaan lining beton berdasarkan atas satuan
m3 beton yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian
pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya
tes dan perawatan beton.

5) Pekerjaan Pondasi Beton


a) Sebelum menempatkan beton pada pondasi, Penyedia Jasa harus
membersihkan semua kotoran yang ada termasuk minyak, serpihan tanah,
reruntuhan, plastik, sisa kertas dan genangan air yang ada sesuai dengan
permintaan Konsultan dan Direksi.

b) Selama pengecoran Penyedia Jasa harus menjaga permukaan yang dicor


bersih dari genangan air.

c) Pengecoran beton belum boleh dilaksanakan sebelum Direksi Pekerjaan


memeriksa dan menyetujui persiapan pekerjaan pondasi tersebut.

d) Lapisan lantai kerja beton dapat dicor setelah pekerjaan persiapannya


disetujui oleh Konsultan dan Direksi. Ketebalan lapisan lantai kerja beton
harus dibuat sesuai dengan gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan.

e) Jika tidak ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi, sebelum melakukan
pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah
bersih.

f) Jika permukaan tersebut berupa cadas, permukaannya dibersihkan dan


dibuat bergerigi agar terbentuk ikatan yang kuat, baru adukan semen
ditempatkan diatasnya.

g) Adukan semen tersebut harus mempunyai perbandingan semen–pasir yang


sama dengan perbandingan semen pasir yang digunakan untuk beton.

h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau
proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.

i) Penilaian dan pembayaran pekerjaan beton pondasi berdasarkan atas


satuan m3 beton yang terpasang sesuai dengan gambar rencana. Penilaian
pembayaran tersebut sudah termasuk bahan, upah tenaga, peralatan, biaya
tes dan perawatan beton.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


48
6) Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Cetakan akhir
(i). Begesting tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom
yang tipis dan bangunan yang sejenis lebih awal 30 jam setelah
pengecoran beton tanpa mengabaikan perawatan. begesting yang
ditopang oleh perancah di bawah pelat, balok, gelegar, atau bangunan
busur, tidak boleh dibongkar hingga pengujian kuat tekan beton
menunjukkan paling sedikit 85 % dari kekuatan rancangan beton.
(ii). Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, begesting yang digunakan
untuk pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah
(parapet), dan permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar
dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah pengecoran dan tidak lebih
dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan
perawatan.

b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)


(i). Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan segera
setelah pembongkaran begesting. Seluruh perangkat kawat atau
logam yang telah digunakan untuk memegang begesting, dan
begesting yang melewati badan beton, harus dibuang atau dipotong
kembali paling sedikit 2,5 cm di bawah permukaan beton. Tonjolan
mortar dan ketidakrataan lainnya yang disebabkan oleh sambungan
cetakan harus dibersihkan.
(ii). Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran begesting dan dapat memerintahkan penambalan atas
kekurang sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi
bangunan atau fungsi lain dari pekerjaan beton. Penambalan harus
meliputi pengisian lubang-lubang kecil dan lekukan dengan adukan
semen.
(iii). Jika Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat
keropos, pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh
(sound), membentuk permukaan yang tegak lurus terhadap
permukaan beton.
Lubang harus dibasahi dengan air dan adukan pasta (semen dan air,
tanpa pasir) harus dioleskan pada permukaan lubang. Selanjutnya
lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari satu
bagian semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut
harus dibuat dan didiamkan sekira 30 menit sebelum dipakai agar
dicapai penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut
(non shrinkage cement).

c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)


Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir
berikut ini, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan :
(i). Bagian atas pelat, kerb, dan permukaan horisontal lainnya
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus digaru
dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian
yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus
diselesaikan secara manual sampai rata dengan menggerakkan
perata kayu secara memanjang dan melintang, atau dengan cara lain
yang sesuai sebelum beton mulai mengeras.
(ii). Perataan permukaan horisontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk
trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau
cara lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
sebelum beton mulai mengeras.
(iii). Permukaan yang tidak horisontal yang telah ditambal atau yang masih
belum rata harus digosok dengan batu gerinda yang agak kasar
(medium), dengan menempatkan sedikit adukan semen pada
permukaannya. Adukan harus terdiri dari semen dan pasir halus yang
dicampur sesuai dengan proporsi yang digunakan untuk pengerjaan
akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan sampai seluruh tanda
bekas begesting, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan seluruh rongga
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
49
terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang dihasilkan dari
penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
(iv). Penilaian dan pembayaran pekerjaan pembongkaran cetakan beton
sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan cetakan
beton/begisting.

d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
(i). Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang
terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif
tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.

(ii). Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai


mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air.
Lembaran bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh
dalam waktu paling sedikit 7 hari. Semua bahan perawatan atau
lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan
yang dirawat.

(iii). Jika begesting kayu tidak dibongkar maka begesting tersebut


harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai begesting
dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan
dan pengeringan beton.

(iv). Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus


harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum
terjadi retak susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir
lembab setebal 5 cm paling sedikit selama 21 hari.

(v). Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi,
harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari
kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.

(2) Perawatan dengan Cara Lain


(i). Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton
segera sesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih
dahulu setelah beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan.
Jika seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung
sebelum lapisan membran cukup kering, atau seandainya
lapisan membran rusak maka harus dilakukan pelapisan ulang
lagi.

(ii). Selimut kedap air


Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton
dengan bahan lembaran kedap air yang bertujuan mencegah
kehilangan kelembaban ari permukaan beton. Beton harus
basah pada saat lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran
bahan ini aman untuk tidak terbang/pindah tertiup angin dan
apabila ada kerusakan/sobek harus segera diperbaiki selama
periode perawatan berlangsung.

(iii) Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan
cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama
waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


50
(4) Penilaian dan pembayaran pekerjaan perawatan beton sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan beton.

6. Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting.

6.1. Penerimaan bahan

Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis
yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan
ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton dan Bekisting.

6.2. Pengawasan

Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian
untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja

6.3. Perencanaan Campuran

1) Ketentuan Sifat-sifat Campuran


a) Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya
dinyatakan dengan nilai “slump”) seperti yang diusulkan tidak boleh
digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam
beberapa hal menyetujui penggunaannya secara terbatas. Kelecakan
(workability) dan tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton
dapat dicor pada pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung
udara atau gelembung air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat
pembongkaran begesting diperoleh permukaan yang rata, halus dan padat.

b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Konsultan dan Direksi, bila
pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-
1990, SNI 03-4810-1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.

c) Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak diperkenankan
mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang rendah
tersebut diketahui dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang
menjamin bahwa produksi beton berikutnya memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi.
Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima
dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas.
Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan jika hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang
dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh
dari rumus yang diuraikan.

d) Konsultan dan Direksi dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau


memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengambil tindakan perbaikan dalam
meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton
umur 3 hari. Dalam keadaan demikian, Penyedia Jasa harus segera
menghentikan pengecoran beton yang diragukan tetapi dapat memilih
menunggu sampai hasil pengujian kuat tekan beton umur 7 hari diperoleh,
sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Direksi
Pekerjaan akan menelaah kedua hasil pengujian umur 3 hari dan 7 hari, dan
dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


51
e) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan dapat
mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Tindakan
tersebut tidak boleh berdasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton
umur 3 hari saja, kecuali bila Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi
Pekerjaan sepakat dengan perbaikan tersebut.

2) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang
sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan
agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula
dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan
berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak
dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan untuk
meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah disetujui oleh
Konsultan dan Direksi.

b) Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen
dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat
disetujui oleh Konsultan dan Direksi.

c) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru


Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Konsultan dan Direksi menerima bahan tersebut secara
tertulis dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian
campuran percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa

d) Bahan Tambahan (admixture)


Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus
mendapat persetujuan dari Konsultan dan Direksi. Jenis dan takaran bahan
tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan
kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan
mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991.

Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus,
sebagian besar berupa mineral yang bersifat cementious seperti abu
terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron furnace
slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama
beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian
laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar Rencana dan
disetujui oleh Konsultan dan Direksi.
Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka
bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan
tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton
segar (fresh concrete).

Penggunaan bahan tambahan ini dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut :


- Meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air;
- Mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa
mengurangi kelecakan
- Mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Memperlambat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton;
- Meningkatkan kinerja kemudahan pemompaan beton;
- Mengurangi kecepatan terjadinya slump loss;
- Mengurangi susut beton atau memberikan sedikit pengembangan
volume beton (ekspansi)
- Mengurangi terjadinya bleeding;
- Mengurangi terjadinya segregasi.
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
52
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton sesudah mengeras, bahan
tambahan campuran beton bisa digunakan untuk keperluan-keperluan
sebagai berikut :
- Meningkatkan kekuatan pada beton muda
- Mengurangi atau memperlambat panas hidrasi pada proses
pengerasan beton, terutama untuk beton dengan kekuatan awal yang
tinggi.
- Meningkatkan kinerja pengecoran beton di dalam air atau di laut
- Meningkatkan keawetan jangka panjang beton
- Meningkatkan kekedapan beton (mengurangi permeabilitas beton)
- Mengendalikan ekspansi beton akibat reaksi alkali agregat
- Meningkatkan daya lekat antara beton baru dan beton lama
- Meningkatkan daya lekat antara beton dan baja tulangan
- Meningkatkan ketahanan beton terhadap abrasi dan tumbukan

Walaupun demikian, penggunaan aditif dan admixture perlu dilakukan


secara hati-hati dan dengan takaran yang tepat sesuai manual
penggunaannya, serta dengan proses pengadukan yang baik, agar
pengaruh penambahannya pada kinerja beton bisa dicapai secara merata
pada semua bagian beton. Dalam hal ini perlu dimengerti bahwa dosis yang
berlebih akan dapat mengakibatkan menurunnya kinerja beton, atau dalam
hal yang lebih parah, dapat menimbulkan kerusakan pada beton.

3) Pelaksanaan Pencampuran
a) Penakaran Agregat
(i). Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk
mutu beton fc’ < 19,3 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai
SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak,
kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen
yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari
jumlah zak semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah.
Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.

(ii). Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering


permukaan (SSD-saturated surface dry). Apabila hal tersebut tidak
dilakukan maka harus dilakukan koreksi penakaran sesuai dengan
kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan kondisi agregat yang
jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot
tumpukan agregat dengan air secara berkala paling sedikit 12 jam
sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh kering permukaan

(iii) Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang


masih berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk
keperluan penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan agregat
pada perangkat ready mix

b) Pencampuran
(i). Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis
dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin
distribusi yang merata dari seluruh bahan.

(ii). Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.

(iii). Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama


masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga
mencapai kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan
seluruh semen yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat
secara merata. Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan
campuran.
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
53
(iv). Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan ke
dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus
sudah dimasukkan sekira seperempat waktu pencampuran tercapai.
Waktu pencampuran untuk mesin berkapasitas ¾ m3 atau kurang
harus sekira 1,5 menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus
ditingkatkan 15 detik untuk tiap penambahan 0,5 m3

(v). Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi


Pekerjaan dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual
dan harus dilakukan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran.
Penggunaan pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi
hanya pada beton non-bangunanal.

4) Pengujian Campuran
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan dan Direksi, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton
yang dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali
disaksikan oleh Konsultan dan Direksi. Nilai slump pada setiap campuran
tidak boleh berada diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan

b) Pengujian Kuat Tekan


(i). Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda
uji per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang
dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis
komponen bangunan yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.

(ii). Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150
mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-
4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil
dari contoh yang sama dengan benda uji silinder yang akan dirawat di
laboratorium.

(iii) Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan
diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.

(iv). Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang dilakukan setempat


(secara manual), setiap pengecoran beton harus dibuat 1 set sample
minimal diambil 3 benda uji.

(v). Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi
ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk).
1set = 3 buah benda uji

(vi) Apabila setiap pengecoran lebih dari 6 meter kubik harus diambil
samplenya 1 set setiap kelipatan 6 meter kubik.

(vii). Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan
beton umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari.

(viii). Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji
dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus
diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam
perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji yang
berdekatan nilainya.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


54
(ix). Kekuatan beton diterima dengan memuaskan bila fc karakteristik dari
benda uji lebih besar atau sama dengan fc rencana. fc karakteristik
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
fc’= fcm ± k.S , di mana S menyatakan nilai deviasi standar dari hasil
uji tekan, dan k adalah konstanta yang tergantung pada jumlah hasil
kuat tekan dari benda uji (k=1,64 untuk jumlah hasil kuat tekan benda
uji lebih besar atau sama dengan dari 30

dimana,
n 0f – f 2 fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
ci cm fci = Kuat tekan beton yang diuji
S= fcm = Kuat tekan beton rata-rata
l n-l

(x). Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85
fc’.

(xi). Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka
harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat
tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa
kapasitas daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.

(xii). Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu
uji bor (core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan
pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3
(tiga) buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak membahayakan
bangunan untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi
bermutu rendah seperti disebutkan di atas.

(xii). Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat
tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc’,
dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan
kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat
pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang
disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau
lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi
dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.

c) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian
tambahan tersebut meliputi :
(i). Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan);

(ii). Pengujian pembebanan bangunan atau bagian bangunan yang


dipertanyakan;

(iii). Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;

(iv). Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.

5) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


a). Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan,atau yang tidak memiliki permukaan akhir yang memenuhi
ketentuan,atau yang tidak memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan,

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


55
harus mengikuti petunjuk yang diperintahkan oleh Konsultan dan Direksi
antara lain

b) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum


dikerjakan;

c). Penanganan pada bagian bangunan yang hasil pengujiannya gagal;

d) Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh


pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.

e). Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Konsultan dan Direksi dapat
meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
dinilai dengan adil dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.

f). Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail
rencana perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi
sebelum memulai pekerjaan.

7. Pengukuran dan Pembayaran

Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton harus memuat :

7.1. Pengukuran

1) Pekerjaan Beton
a) Cara Pengukuran
(i). Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik (M3) pekerjaan beton
yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan
pada Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
dengan batas toleransi yang diijinkan dan dibayar ukuran minimal
yang masih masuk dalam toleransi. Tidak ada pengurangan yang
akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis
tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam
seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau
lubang sulingan (weephole).

(ii). Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan
dilakukan untuk begesting, perancah untuk balok dan lantai
pemompaan, penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa
sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian pekerjaan
beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk
dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.

(iii). Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja
tulangan dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan
bangunan yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk
dibayarkan seperti disyaratkan pada Bagian lain dalam Spesifikasi ini.

(iv). Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai
beton bangunan atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus
beton yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai
fc’=21,7 MPa (K-250) atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus
beton yang disyaratkan atau disetujui untuk fc’=14,5 MPa (K-175) atau
fc’=9,8 Mpa (K-125). Jika beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih
tinggi diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan)
beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton
dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
56
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
(i). Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan
semula telah memenuhi ketentuan.

(ii). Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap


peningkatan kadar semen atau setiap bahan tambah (admixture), juga
tidak untuk tiap pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan
pelengkap lainnya yang diperlukan untuk mencapai mutu yang
disyaratkan untuk pekerjaan beton.

7.2. Dasar Pembayaran

Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
tertera dalam gambar kerja, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas Harga.

LAMPIRAN
Tabel A Jumlah pengambilan contoh beton segar
No. Macam Pengujian Volume Contoh
(Liter)
1 Slum 8
2 Berat Jenis 6
3 Kadar Udara 9
4 Uji Kuat Tekan ( 3 contoh ) 28
5 Uji Kuat Lentur ( 3 contoh ) 28
6 Uji Kuat Tarik ( 3 contoh ) 28
7 Uji Modulus Elastis ( 3 contoh ) 28

Tabel B. Ketentuan Agradasi Agregat


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
Inchi Standart Halus Kasar
(m) (cm) # 467 # 56 # 67 #7
2 50,8 - 100 - - -
11/2 38,1 - 95 – 100 100 - -
1 25,4 - - 95 – 100 100 -
¾ 19 - 35 – 70 - 90 – 100
½ 12,7 - - 25 – 60 - 100
3/8 9,5 100 10 – 30 - 20 – 55 90 – 100
#4 4,75 95 – 100 0–5 0 – 10 0 – 10 40 – 70
#8 2,36 80 – 100 - 0–5 0–5 0 – 15
#16 1,18 50 – 85 - - - 0–5
#50 0,300 10 – 30 - - - -
#100 0,150 2 - 10 - - - -

Tabel C. Ketentuan sifat campuran


Kuat Tekan Minimum
Mutu Beton Benda Uji Silinder Benda Uji Kubus
(MPa) (Kg/cm2)
F15 – 30 cm 15 x 15 x 15 cm3
fc’ Sbk’ 7 hari 28 hari 7 hari 28 hari
(MPa) (kg/cm2)
31,2 K-350 21,0 29,0 250 350
26,4 K-300 18,0 25,0 215 300
21,7 K-250 15,0 21,0 180 250
14,5 K-175 9,5 14,5 115 175
9,8 K-125 7,0 100 80,0 125

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


57
8. Besi Tulangan

8.1. Umum

Besi tulangan untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi polos dan besi ulir
yang memenuhi ketentuan standar JIS atau ASTM A615, Grade 60 atau SII 0376-84,
dengan karakteristik sebagai berikut:

Property Besi Ulir Besi Polos


2
Tensile strength (kg/mm ) 45-57 45-57
2
Yield point (kg/mm ) 30 atau lebih 30 atau lebih
Elongation (%) 16 atau lebih 18 atau lebih

Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi untuk pengadaan besi
tulangan yang akan dipergunakan dan menyerahkan sertifikat produksi pabrik setiap
pengirimannya ke lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus
melakukan uji material bila diminta Konsultan dan Direksi dengan prosedur baku uji yang
disetujui Konsultan dan Direksi
Tampang melintang besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus sama pada seluruh
panjangnya dengan yang disetujui Konsultan dan Direksi
Dua besi tulangan dengan diameter yang sama yang diambil secara random dari besi
tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus tidak boleh berbeda lebih dari 2% (dua
persen) dari diameter yang disyaratkan. Besi tulangan harus bersih dari karat, oli, kotoran
dan tidak cacat.

8.2 Gambar Pembesian

Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan daftar besi dan
pembengkokannya kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum
pemasangannya di lokasi pekerjaan.

8.3 Pemasangan Besi Tulangan

Besi tulangan harus dipotong, ditekuk dan dibentuk sesuai dengan ukuran/dimensi yang
ditunjukkan pada gambar pembesian yang telah disepakati. Besi tulangan harus
dipasang pada lokasi dan posisi yang tepat sesuai dengan gambar dan diikat kuat pada
cetakan beton.
Besi tulangan harus menyatu dengan kuat antara satu dengan yang lain sebagai suatu
rangkaian/anyaman yang kokoh yang tidak mudah berubah bentuk dan diikat dengan
kuat pada cetakan dengan posisi yang tepat dan tidak mudah bergeser selama proses
penuangan dan pemadatan beton.
Semua ujung-ujung kawat pengikat harus ditekuk ke arah dalam adukan beton, tidak
diijinkan mencuat keluar permukaan beton.
Batu tahu untuk membentuk selimut beton, dibuat dari beton pra-cetak dengan kuat
desak tidak kurang dari tipe beton yang akan dituang, dengan tebal sesuai dengan
desain tebal selimut beton diikat kuat pada cetakan dengan kawat dan disiram air sesaat
sebelum beton dituang.
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, seluruh besi tulangan harus dibersihkan dari
material lepas, debu, lumpur, kerak, oli atau sisa beton hasil pengecoran sebelumnya
yang menempel/mengeras dan bahan lainnya yang dapat melemahkan ikatan dengan
beton.
Penyedia Jasa wajib memberikan waktu tidak kurang dari 24 jam sebelum pelaksanaan
penuangan beton, kepada Konsultan dan Direksi untuk melakukan pemeriksaan
kesiapan pelaksanaan secara menyeluruh dan memberi persetujuan bila semuanya
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


58
8.4. Penyambungan Besi Tulangan

Semua besi tulangan harus dipasang dengan susunan dan panjang seperti pada gambar
kecuali bila ditentukan dan disetujui berbeda oleh Konsultan dan Direksi
Kecuali yang sudah ditetapkan dalam gambar penyambungan besi tulangan lainnya tidak
diperkenankan tanpa persetujuan Konsultan dan Direksi. Penyambungan harus
dilakukan dengan overlap sepanjang mungkin.
Panjang overlap antara 2 (dua) besi tulangan yang disambung harus sesuai dengan
gambar. Bila tidak ditunjukkan dalam gambar, panjang overlap harus tidak kurang dari 30
(tiga puluh) diameter besi tulangan. Untuk penyambungan dengan cara overlap, besi
tulangan harus dipasang dan diikat dengan kawat sedemikian sehingga tebal selimut
beton tetap memenuhi ketentuan.

8.5. Selimut Beton

Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton sesuai dengan
ketentuan dalam gambar, atau atas perintah Konsultan dan Direksi

8.6. Pengukuran Pembayaran Besi Tulangan

Kecuali untuk beton pracetak, besi tulangan diukur dalam satuan berat Kg untuk setiap
jenis/tipe besi tulangan bulat-polos atau bulat-ulir, berdasarkan berat yang dihitung untuk
besi tulangan dengan ukuran diameter dan panjang yang ditunjukkan dalam daftar dan
gambar pembesian/penulangan yang disetujui Konsultan dan Direksi
Untuk menghitung berat besi tulangan setiap tipe besi sebagai dasar pembayaran,
ketentuan berat dalam SNI 07-2052-1990 yang setara dengan JIS G3112 harus diikuti
sbb:

Besi Bulat-Ulir
Diameter (mm) D10 D13 D16 D19 D22 D25 D29 D32
Berat (kg/m) 0,617 1,04 1,58 2,23 2,98 3,85 5,19 6,31

Besi Bulat-Polos
Diameter (mm) 8 10 12 16 19 22 25 28 32
Berat (kg/m) 0,395 0,617 0,888 1,58 2,23 2,98 3,85 4,83 6,31

Bila diameter besi tulangan dalam gambar tidak ada dalam daftar diatas, Konsultan dan
Direksi akan menetapkan berat besi tulangan yang dipasang di lokasi pekerjaan
berdasarkan ketentuan dalam standar SNI atau JIS.
Besi tulangan yang diperlukan untuk pemasangan, penyetelan, penjepit, pengikat dan
keperluan lainnya untuk penempatan besi tulangan pada cetakan, tidak diperhitungkan
dalam pembayaran. Besi tulangan untuk overlap sambungan akan diperhitungkan dalam
pembayaran.
Pembayaran untuk pekerjaan besi tulangan dilakukan berdasarkan harga satuan yang
ditawarkan/dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing tipe
besi bulat-ulir dan besi bulat-polos. Harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dan
ongkos untuk pekerja, peralatan, material, alat penyediaan, pemasangan dan penyetelan
besi tulangan dan semua pekerjaan pendukung yang disebut dalam Spesifikasi ini.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


59
V. PEKERJAAN PEMANCANGAN

1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pemancangan meliputi penyediaan material tiang pancang dan pemancangan,


pekerjaan pancang disini adalah untuk pekerjaan pondasi bangunan.
Sebelum pekerjaan pondasi bronjong, pondasi beton maupun pondasi sayap dilaksanakan
seperti yang tercantum pada gambar rencana maka terlebih dahulu dilakukan pekerjaan
pancang, guna memperkokoh kedudukan bangunan..

2. Pekerjaan Pengadaan Dan Pemancangan Tiang Pancang Beton

2.1. Bahan Baku


Semua bahan baku tiang pancang beton yang terdiri dari semen, pasir, kerikil, besi
tulangan mengikuti persyaratan bahan dan material untuk beton.
Sebelum membeli / memesan tiang pancang Penyedia Jasa harus memberikan
informasi tentang kapasitas produk, proses pembuatan dan pabrikan yang membuat
secara tertulis untuk mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi.
Ukuran tiang pancang prestress terdiri dari :
- Tiang Pancang 40 cm x 1200 ~ 1300 cm dengan kekuatan tiang pancang pada
2
umur 28 hari minimal harus 500 kg/cm , dengan kekuatan tahanan bending momen
minimal 8,91 ton m. sedang tulangan harus mengikuti ketentuan :
2
a. Prestress steel breaking strength 160 kg/cm
b. Reinforcement steel bar quality SD – 40

- Tiang Pancang 35 cm x 800 ~ 1000 cm dengan kekuatan tiang pancang pada
2
umur 28 hari minimal harus 500 kg/cm , dengan kekuatan tahanan bending momen
minimal 8,91 ton m. sedang tulangan harus mengikuti ketentuan :
2
a. Prestress steel breaking strength 160 kg/cm
b. Reinforcement steel bar quality SD – 40

- Tiang Pancang □ 40 cm x 40 cm x 1200 cm atau sesuai gambar rencana dengan


2
kekuatan tiang pancang pada umur 28 hari minimal harus 500 Kg/cm , dan tulangan
harus mengikuti ketentuan :
2
a. Prestress steel breaking strength 160 kg/cm
b. Reinforcement steel bar quality SD – 40

2.2. Pengangkutan
Penyedia Jasa harus sudah mempertimbangkan kekuatan tiang pancang selama
pengangkutan dari pabrik ke lokasi pekerjaan.
Bila terjadi kerusakan selama pengangkutan yang dapat menyebabkan penurunan
kekuatan tiang pancang, Direksi berhak menolak tiang pancang tersebut. Penggunaan
jalan masuk ke lokasi pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Kontraktor harus mengambil tindakan-tindakan pengamanan guna mencegah kerusakan
pada tiang pancang dan komponen-komponennya mulai saat pengangkatan,
pengangkutan, penyimpanan, pemasangan sampai dengan pemancangan. Tiang
pancang yang rusak harus diganti baru oleh Kontraktor dengan biaya Kontraktor sendiri.
2.3. Pada umumnya, tiang pancang dengan panjang maksimum harus dipergunakan. Dalam
keadaan tertentu penyambungan (“splice”) tiang pancang akan diperbolehkan. Metode
penyambungan (“splice”) harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti
petunjuk Direksi.

2.4. Pancang beton untuk pintu air yang sederhana terbuat dari tiang pancang beton
bertulang presstress segi empat dengan kuat tekan minimum 400 Kg/Cm2 yang
mempunyai ukuran 0.20 x 0.20 m, dengan panjang seperti yang ditunjukkan dalam
gambar kerja.

2.5. Pancang beton untuk pekerjaan penguat ikatan bronjong terbuat dari pancang beton
bertulang presstress segi tiga (triangle concrete pile) atau segi empat dengan kuat tekan
minimum 225 Kg/Cm2 yang mempunyai ukuran seperti yang ditunjukkan dalam gambar

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


60
kerja.

2.6. Sebelum mendatangkan peralatan pemancangan ke lokasi. Kontraktor harus


menyerahkan terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan jenis
peralatan dan motode pemancangan yang diusulkan oleh Kontraktor yang akan
dipergunakan.

2.7. Pemukul yang dipergunakan untuk pemancangan tiang pancang baja harus berbobot
tidak boleh kurang dari berat kombinasi dari kepala-pemancang dan tiang pancang.
Pemukul tiang pancang, pemukul uap, udara atau diesel yang disetujui Direksi yang
menghasilkan cukup tenaga untuk menggerakkan tiang-tiang pancang pada kecepatan
penetrasi tidak kurang dari 3.2 mm setiap pukulan.

2.8. Pada tiap akhir dari pemancangan harus disisakan 1.0 m untuk dikupas dan besi dari
tiang pancang harus dimasukkan dalam lantai kontruksi parapet, revetment, sluice way
atau pintu air yang akan dibangun.

2.9. Kepala dari semua tiang pancang beton bila keadaan pemancangan sedemikian rupa
sehingga cenderung akan mengakibatkan rusak yang tidak semestinya harus diberi
pelindung tambahan dengan suatu penutup dan bantalan yang sesuai di atas kepala
tiang pancang dan disetujui oleh Direksi.

2.10. Untuk semua tipe tiang pancang, kepala tiang, sendi atau peralatan lain yang sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik harus disediakan sehingga tiang-tiang pancang dapat
dipancang tanpa mengakibatkan kerusakan pada tiang.

2.11. Metode/cara pemancangan tiang pancang tidak boleh berlebihan dan tidak sewajarnya,
sehingga mengakibatkan hancur dan rusaknya beton atau perubahan bentuk. Usaha-
usaha yang dilaksanakan pada tiang pancang untuk memaksanya dalam posisi yang
benar bila atas pertimbangan Direksi terlalu berlebihan tidak akan diperbolehkan. Tiang
pancang yang rusak karena cacat pada saat atau karena kesalahan pemancangan atau
dipancang tidak pada lokasi yang benar atau dipancang di bawah elevasi yang
diterapkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi, harus diperbaiki atas
biaya Kontraktor sendiri dengan salah satu dari metode berikut yang disetujui oleh
Direksi untuk tiang pancang yang diragukan :
3.11.1. Tiang pancang harus ditarik kembali dan diganti dengan yang baru dan bila
perlu dengan yang lebih panjang

3.11.2. Tiang pancang kedua harus dipancangkan dekat dengan tiang pancang yang
rusak
.
3.11.3. Tiang pancang harus disambung (“splice”) atau dirakit (“built-up”), bila tidak
ditentukan disini atau suatu bagian dari kaki pondasi yang ditambahkan untuk
menanam tiang pancang dengan benar. Semua tiang pancang yang terdorong
ke atas disebabkan pemasangan tiang pancang didekatkan atau oleh sebab
lainnya harus dipancang ke bawah lagi.

3.11.4. Tiang pancang akan dianggap rusak bila terdapat retak yang tampak atau retak
memanjang sekitar seluruh permukaan tiang pancang atau suatu cacat yang
menurut pendapat Direksi mempengaruhi kekuatan atau umur tiang pancang.

2.12. Pencatatan pukulan tiang pancang, jumlah pukulan pemukul (“hammer”) pada tiang
pancang beton dan kedalaman penetrasi setiap pukulan harus dicatat untuk memastikan
daya dukung lapisan tanah. Bila tidak ditentukan oleh Direksi. Kontraktor harus
menyediakan alat pancang yang sesuai untuk mencatat tiang pancang beton pada
setiap pukulan “hammer”. Untuk menghitung jumlah pukulan, penghitung digital atau
suatu alat lain yang disetujui untuk mencatat harus disediakan. Tempat-tempat yang
elastis dan plastis sebagai hasil dari setiap pukulan dapat dicatat dengan
mempergunakan penggaris yang lurus dan kuat di atas selembar kertas yang ditaruh di
atas tiang pancang dan menggoreskan sebuah pensil sepanjang penggaris pada saat
pukulan untuk mencatat pada kertas tempat-tempat, yang elastis dan plastis sebagai
hasil pukulan. Berdasarkan pemancangan yang dibuat, Kontraktor harus menghitung
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
61
daya dukung lapisan tanah, yang dijumpai dan membuat laporan kepada Direksi. Direksi
akan memberi petunjuk kepada Kontraktor untuk mengakhiri atau meneruskan
pemancangan sampai daya dukung yang dikehendaki tercapai.

2.13. Uji Tiang Pancang (Percobaan Pembebanan)


Bila dikehendaki dalam spesifikasi atau diperintahkan oleh Direksi, Kontraktor harus
memancang tiang pemancang sepanjang yang ditentukan pada lokasi yang
diperintahkan oleh Direksi untuk memastikan jumlah dan panjang dari tiang pancang.
Tiang pancang tersebut harus lebih panjang dari pada panjang perkiraan yang didesain
untuk menampung adanya variasi di dalam kondisi tanah. Jumlah dari tiang pancang uji
harus diputuskan oleh Direksi, tetapi tidak boleh kurang dari satu dan tidak lebih dari tiga
untuk setiap pondasi. Beban uji pada tiang pancang akan ditentukan oleh Direksi.
Kontraktor tidak boleh mengadakan tiang-tiang pancang tersebut sebelum Direksi
menyetujui jumlah dan panjang dari tiang-tiang pancang yang diusulkan berdasar hasil
uji tiang pancang oleh Kontraktor

2.14. Penilaian dan pembayaran untuk pengadaan tiang pancang didasarkan atas harga
satuan m’ (material on site dapat diprogreskan dan dibayarkan sesuai SSUK dan SSKK
dalam dokumen kontrak), sedang penilaian dan pembayaran untuk pemancangan
didasarkan atas harga satuan m’ dari tiang pancang yang terpancang tersebut. Penilaian
tersebut sudah termasuk bahan, pengadaan alat pancang, pemancangan, pemotongan /
penyambungan, peralatan bantu, upah tenaga kerja dan sebagainya.

3. Pekerjaan Pengadaan Dan Pemancangan Flate Concrete Sheet Pile (FCSP)


FCSP yang dipakai tipe flat dengan ukuran lebar 0.50 m, tebal 0.32 m, Mcr minimal 30 Tm dan
panjang sesuai dengan bill of quantity yang mendapat persetujuan dari Direksi.
FCSP yang digunakan harus baru, tidak boleh bengkok, cacat atau rusak dan mempunyai
ukuran yang seragam.
Pemancangan dilaksanakan dengan alat pancang mekanik (vibro hammer atau pile hammer)
dengan beban tertentu yang disetujui oleh Direksi.
Penyambungan FCSP harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Kawat Las menggunakan tipe LB
2. Plat sambung menggunakan baja dengan tebal 16 mm
3. Daya listrik untuk pengelasan 4500 VA, 3 phase
Sebelum pemancanagan penyedia harus melakukan pengujian untuk penyambungan FCSP
dan penyambungan FCSP dengan posisi zig zag tidak boleh dalam sat ugaris lurus untuk
pengelasannya dan harus mendapat persetujuan dari Direksi terlebih dahulu sebelum
pelaksanaan penyambungan.
Penilaian dan pembayaran pekerjaan pengadaan FCSP didasarkan atas satuan m2 (material
on site dapat diprogreskan dan dibayarkan sesuai SSUK dan SSKK dalam dokumen kontrak)
sedang pemancangan FCSP dibayarkan atas dasar m2 dari FCSP yang tertanam. Penilaian
tersebut sudah termasuk bahan, pengadaan alat pancang, pemancangan, pemotongan /
penyambungan, peralatan bantu, upah tenaga kerja dan sebagainya.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


62
VI. PEKERJAAN LAIN-LAIN

1. Ruang Lingkup

Pedoman Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode pelaksanaan


pekerjaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran pelaksanaan pekerjaan lain-
lain.
Pedoman ini mencakup pengadaan, pengujian, finishing, pengecatan, pengiriman ke lokasi
pekerjaan, penyetelan yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan.

2. Acuan Normatif

Standar Nasional Indonesia (SNI)

3. Pelaksanaan Pekerjaan

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


63
3.1. Pekerjaan bongkaran pasangan batu, beton dan bronjong
Pekerjaan ini mencakup pembongkaran pasangan batu revetment atau linning tanggul
atau jalan/jembatan atau parapet atau bronjong yang ada yang harus dibongkar sesuai
dalam gambar rencana. Semua material-material yang didapat dari pembongkaran akan
menjadi milik employer. Pembongkaran pasangan harus sangat hati-hati sehingga tidak
menyebabkan kerusakan pada bagian lain yang tidak dibongkar.
Hasil bongkaran harus disimpan oleh Kontraktor ditempat yang ditentukan oleh Direksi.
Penilaian pembayaran dari seluruh pembongkaran pasangan batu akan dilakukan atas
dasar harga satuan m3 dari volume material yang dibongkar hingga batas-batas dan
ketinggian seperti yang tercantum didalam gambar. Harga satuan pekerjaan tersebut
harus sudah mencakup semua biaya tenaga kerja, perkakas dan peralatan dan semua
biaya lainnya yang mungkin perlu untuk kompensasi pekerjaan tersebut.

Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018


64

Вам также может понравиться