Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SPESIFIKASI UMUM
1. Standar.
Semua bahan dan mutu pekerjaan harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari Standar
Nasional Indonesia (SNI).
Bila ada pasal-pasal pekerjaan yang tidak ada dalam Standar Nasional Indonesia, maka dapat
dipakai Standar lain yang disetujui oleh Direksi dan sesuai dengan spesifikasi ini.
2. Pembersihan Lapangan.
Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, daerah kerja harus dibersihkan dari pepohonan, semak
belukar, sisa-sisa bangunan, sampah, akar-akar pohon, dan semua material tersebut harus
dibuang dari areal lokasi pekerjaan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan
dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali
sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembersihan ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada
analisa harga satuan pekerjaan.
3. Direksi Keet
Penyedia Jasa menyediakan kantor lapangan untuk para pelaksana lapangan dan gudang
material tempat menyimpan bahan material serta alat-alat yang akan dan sedang dipakai
selama pelaksanaan pekerjaan.
Barak kerja dan gudang material harus dipelihara dan dijaga sehingga bahan material yang
akan dipakai tidak rusak saat akan digunakan.
Lokasi barak kerja dan gudang material harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa dan disetujui
oleh Direksi pekerjaan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan..
Penyedia Jasa diwajibkan membuat papan nama kegiatan proyek yang dilaksanakan dan
dipasang dilokasi yang bisa dengan mudah terbaca umum, ukuran papan nama 1.20 m x
1.80 m, sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
Sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja dari PPK sampai selesainya pelaksanaan
pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat :
- Laporan harian prestasi pelaksanaan pekerjaan;
- Laporan mingguan prestasi pelaksanaan pekerjaan;
- Laporan bulanan prestasi pelaksanaan pekerjaan;
- Laporan dan perhitungan hasil test laboratorium/quality control.
Semua laporan dan data pendukung tersebut harus mendapat pengesahan dari Direksi
pekerjaan.
Guna mengevaluasi kemajuan prestasi pelaksanaan pekerjaan lapangan, pada awal sebelum
dimulainya pekerjaan Penyedia Jasa diwajibkan membuat schedule waktu pelaksanaan
pekerjaan secara detail yang meliputi :
- Waktu kegiatan masing-masing jenis pekerjaan.
- Volume masing-masing jenis pekerjaan.
- Bobot masing-masing jenis pekerjaan.
- Target rencana pelaksanaan tiap minggu (% bobot).
- Target rencana komulatif pelaksanaan tiap minggu (% bobot).
- Kolom prestasi pelaksanaan tiap minggu ( % bobot ).
- Kolom prestasi komulatif pelaksanaan tiap minggu ( % bobot ).
- Keterangan lainnya yang diperlukan.
Semua sarana administrasi pendukung untuk pelaksanaan pekerjaan, harus diserahkan
kepada Direksi pekerjaan setelah semua pekerjaan selesai seluruhnya.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.
5.1. Umum.
Pelaksanaan pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang dilaksanakan sejak diterimanya
Surat Perintah Mulai Kerja dari PPK, dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kondisi
lapangan sesungguhnya dibandingkan dengan gambar kontrak.
Data dan hasil pengukuran awal oleh Penyedia Jasa yang telah disahkan dan disetujui
oleh Direksi pekerjaan tersebut, akan menjadi dasar pembuatan gambar-gambar selama
waktu pelaksanaan sampai selesai pekerjaan.
Gambar-gambar hasil pengukuran awal tersebut diatas, akan merupakan dasar pokok
kesepakatan bersama antara Penyedia Jasa dan Direksi untuk menghitung volume dari
masing-masing jenis pekerjaan yang harus dan telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa,
serta yang harus dibayar oleh PPK.
Semua gambar-gambar yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa, harus bisa memberikan
secara jelas hal-hal yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi antara lain :
- Bentuk tiap jenis bangunan yang akan dikerjakan
- Elevasi muka tanah asli dan masing-masing bangunan.
- Dimensi bangunan lengkap.
- Jenis serta komposisi material yang dipergunakan.
- Rencana garis galian Pondasi.
- Hal-hal lain sesuai petunjuk Direksi pekerjaan.
Adapun gambar-gambar yang harus dipersiapkan oleh Penyedia Jasa meliputi antara
lain:
- “Gambar Kerja”.
- “Gambar Purna Bangun”.
Semua gambar-gambar tersebut diatas, baru bisa dipakai sebagai pedoman pelaksanaan
pekerjaan dan sebagai dasar perhitungan volume pekerjaan sesungguhnya, apabila
sudah mendapat persetujuan dan disahkan oleh Direksi.
“Gambar Kerja” adalah gambar rencana bangunan yang telah disesuaikan dengan
kondisi lapangan sesungguhnya dan telah diperiksa/disetujui oleh Konsultan serta
disahkan oleh Direksi.
Semua dimensi bangunan, jenis serta komposisi jenis material dan rencana elevasi posisi
dan kedudukan dari masing-masing jenis bangunan yang tergambar pada “Gambar
Kerja” harus mengacu dan didasarkan pada gambar kontrak.
Atas dasar persetujuan Konsultan serta disahkan oleh Direksi, jika ada penyesuaian
dimensi, elevasi posisi dan kedudukan bangunan, maka kondisi terakhir rancang bangun
yang telah disepakati bersama, disetujui Konsultan dan disahkan Direksi adalah yang
mengikat pada kondisi awal pelaksanaan pekerjaan, dan merupakan dasar serta acuan
utama bagi Penyedia Jasa pada pelaksanaan pekerjaan.
“Gambar Kerja” yang dipersiapkan oleh Penyedia Jasa tersebut, harus bisa memberikan
satu gambaran rancang bangun yang akan dilaksanakan pada kondisi nyata lapangan,
sehingga perlu dan harus dicantumkan antara lain :
- Garis elevasi muka tanah asli hasil pengukuran awal
- Dimensi rencana bangunan.
- Elevasi posisi dan kedudukan bangunan.
- Jenis dan komposisi material yang akan dipakai dan lain-lain.
“Gambar Kerja” yang diperiksa/disetujui oleh Konsultan dan sahkan oleh Direksi, dipakai
sebagai dasar dan acuan perhitungan volume awal saat akan dimulainya pelaksanaan
pekerjaan atau “Mutual Check” pada kondisi pelaksanaan 0 %.
Penyedia Jasa wajib membuat “Gambar Kerja” sebanyak 1 (satu) asli dan 5 (lima) copy
ukuran A3 pada kertas HVS 80 mg
Pada kondisi perubahan desain atau “revised design”, Direksi secara resmi akan
memberikan gambar perubahan desain yang telah disahkan oleh Direksi kepada
Penyedia Jasa secara administratif dalam bentuk “Variation Order”.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Gambar Kerja” termasuk
penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk pada pekerjaan persiapan.
Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar kerja dan dokumen yang dapat dibaca
dengan jelas kepada Konsultan untuk diperiksa/disetujui dan disahkan Direksi. Format
gambar kerja dan dokumen tersebut harus terlebih dahulu diperiksa/disetujui Konsultan
dan disahkan Direksi. Dalam waktu 15 (lima belas) hari sesudah menerima gambar kerja
dan dokumen dari Penyedia Jasa, Direksi akan mengirimkan kembali kepada Penyedia
Jasa 1 (satu) asli dengan dibubuhi keterangan klasifikasi hasil pemeriksaan: ”setuju” atau
”perbaiki”.
Klasifikasi hasil pemeriksaan/ persetujuan pada gambar kerja dan dokumen:
(a) ”DISETUJUI”
(b) ”DISETUJUI DENGAN SYARAT-SYARAT”
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
3
(c) ”DIKEMBALIKAN UNTUK DIKOREKSI”
(d) ”TIDAK DISETUJUI”
Setelah gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah ditandai dengan
klasifikasi (a) atau (b) diterima, Kontraktor akan diberi wewenang untuk memproses
gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen lebih lanjut, membuat pembetulan/ koreksi
jika terdapat kesalahan yang telah ditunjukkan oleh Konsultan dan Direksi. Semua
rekaman gambar kerja yang diperiksa/disetujui dan disahkan harus dikelola di kantor
lapangan Kontraktor dan dicetak ulang dengan biaya sendiri seperti yang diminta oleh
Direksi.
Bila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang dikembalikan dengan diberi
tanda dengan klasifikasi (c) seperti tersebut di atas, Penyedia Jasa harus segera
membuat perbaikan/koreksi dan/ atau revisi pada gambar-gambar kerja dan dokumen-
dokumen dengan cepat dan tepat dan menyampaikannya lagi gambar dan dokumen
yang telah direvisi kepada Konsultan dan Direksi. Sesudah revisi gambar-gambar kerja
dan dokumen-dokumen tersebut diterima, Konsultan dan Direksi akan melakukan/
melanjutkan pemeriksaannya atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen dalam
lima belas (15) hari kerja; Bergantung dari tingkat kesalahan dan koreksi/ revisi gambar
kerja dan dokumen yang diperiksa sebelumnya. Prosedur ini akan berlanjut hingga
gambar-gambar kerja dinyatakan dalam klasifikasi (a) atau (b) seperti tersebut di atas.
Apabila gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah dikembalikan
dinyatakan ke dalam klasifikasi (d) seperti tersebut di atas, berarti gambar-gambar kerja
dan dokumen-dokumen tidak diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan oleh Direksi.
Tidak satupun pekerjaan permanen boleh dilaksanakan hingga gambar-gambar kerja dan
dokumen-dokumen yang dipakai telah mendapatkan persetujuan oleh Konsultan dan
Direksi . Sebelum memulai pekerjaan, pemeriksaan bersama akan dilakukan oleh
Konsultan dan Direksi serta Penyedia Jasa untuk memastikan bahwa gambar-gambar
kerja dan dokumen-dokumen yang disetujui telah sesuai secara penuh. Jika ditemukan
beberapa perbedaan dan ketidak efisiensian, Penyedia Jasa harus membetulkannya dan
memperoleh persetujuan dari Konsultan dan Direksi seperti cara yang telah dijelaskan di
atas.
Bila diperlukan revisi atas gambar-gambar kerja dan dokumen-dokumen yang telah
disetujui, Penyedia Jasa harus menyampaikannya kepada Konsultan dan Direksi untuk
persetujuannya seperti tata cara yang telah dijelaskan di atas.
Konsultan dan Direksi mempunyai wewenang memerintahkan Penyedia Jasa
menambahkan rincian, perubahan atau modifikasi pada gambar-gambar kerja dan/ atau
dokumen-dokumen yang diperlukan agar sesuai dengan ketentuan dan syarat yang
ditetapkan dalam spesifikasi dan Penyedia Jasa harus melaksanakannya tanpa
penambahan biaya.
Apabila pada konstruksi bangunan yang akan dikerjakan, ada unit bangunan yang harus
dikerjakan pembuatannya diluar areal proyek, dan karena sifat kekhususannya harus dan
terpaksa dikerjakan oleh Sub-Penyedia Jasa, maka sebelumnya Sub-Penyedia Jasa
yang bersangkutan diharuskan membuat dan menyerahkan gambar rencana bentuk unit
bangunan tersebut, lengkap dengan perhitungan konstruksinya.
Gambar unit bangunan atau “Shop Drawing” tersebut harus secara lengkap memuat :
- Bentuk unit bangunan serta dimensinya.
- Material yang akan dipakai serta spesifikasinya.
- List komponen unit bangunan yang memuat :
a. panjang, lebar, tebal komponen unit bangunan
b. berat persatuan komponen unit bangunan
c. jumlah komponen unit bangunan dan lain-lain.
Gambar dan list pekerjaan pembuatan dan pemasangan tulangan konstruksi termasuk
dalam kategori “Shop Drawing”.
Penyedia Jasa wajib membuat “Shop Drawing” sebanyak 1 (satu) asli 5 (lima) copy
ukuran A3 pada kertas HVS 80mg, diserahkan kepada Direksi. Penyedia Jasa juga harus
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
4
menyerahkan 1 (satu) Hardisk External yang berisi gambar “As Built Drawing” dengan
format PDF maupun Soft Copy.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Shop Drawing” termasuk
penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia Jasa, serta
sudah harus diperhitungkan termasuk pada pekerjaan persiapan.
Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai gambar kerja, berikut pekerjaan
tambah atau kurang berdasarkan “Variation Order” yang diberikan oleh Konsultan dan
Direksi, dan Penyedia Jasa telah melakukan pengukuran ulang akhir pekerjaan, maka
Penyedia Jasa diwajibkan membuat gambar purna bangun.
Gambar purna bangun yang telah selesai tersebut harus diserahkan Penyedia Jasa
kepada Konsultan untuk diperiksa dan disetujui, selanjutnya diserahkan kepada Direksi
guna mendapatkan pengesahan dari Direksi.
Perhitungan volume akhir dari pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
atau yang “mutual check” volume pekerjaan 100 %, semua mengacu dan didasarkan
pada gambar purna bangun yang telah diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan oleh
Direksi, dan merupakan volume akhir yang akan dibayar oleh Direksi kepada Penyedia
Jasa.
Penyedia Jasa wajib membuat “Gambar Purna Bangun” sebanyak 1 (satu) asli dan 5
(lima) copy ukuran A3 diserahkan kepada Direksi, termasuk data dan perhitungan hasil
pengukuran akhir sebagai pendukungnya.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan pembuatan “Gambar Purna Bangun”
termasuk penggandaannya, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Penyedia
Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk pada pekerjaan persiapan.
Penyedia Jasa harus melaksanakan sistem pengendalian dan kepastian kualitas yang
menjamin ketentuan-ketentuan dalam kontrak khususnya kualitas pekerjaan dipenuhi/ diikuti
dengan baik sesuai dengan ketentuan dalam Syarat-Syarat Umum Kontrak (program mutu)
Penyedia Jasa diwajibkan membuat Rencana Mutu Pekerjaan/Kontrak sebanyak 5 (empat) set
dijilid rapi dan diserahkan paling lambat 7 (tujuh) hari sesudah SPMK diterbitkan,ke Direksi
Pekerjaan yang dengan jelas menguraikan organisasi, prosedur pelaksanaan pekerjaan,
prosedur intruksi kerja, sumber daya dan mekanisme yang direncanakan untuk menjamin
kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam kontrak termasuk format kerja dan prosedur
pengendalian kualitas dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari dilapangan.
Adapun daftar isi Rencana Mutu Pekerjaan/Kontrak seperti tertulis dibawah ini, disusun sebagai
panduan dalam pembuatan rencana mutu pekerjaan konstruksi atau disain. Namun daftar isi
rencana mutu ini masih dapat berubah susunannya maupun judulnya, jadi masih dapat
bertambah atau berkurang. Oleh karena itu pembuatan rencana mutu ini harus dapat
menyesuaikan diri dengan rencana kegiatan-kegiatan yang akan dikerjakannya.
6.1. Rencana Daftar Isi Rencana Mutu tersebut adalah sebagai berikut :
a. Latar Belakang
b. Informasi Kegiatan
c. Sasaran Mutu
d. Persyaratan Teknis dan Administrasi
6.2. Bahan baku untuk pembuatan atau penyusunan Rencana Mutu Pekerjaan masing-
masing adalah sebagai berikut :
a. Spesifikasi Teknik tiap-tiap pekerjaan
b. Gambar Teknik tiap-tiap pekerjaan
c. Jadual pelaksanaan pekerjaan
d. Daftar peralatan yang digunakan dan yang dipasang
e. Standar prosedur, standar produk dan instruksi kerja
f. Organisasi pelaksana pekerjaan
g. Uraian tugas jabatan setiap pejabat pelaksana pekerjaan
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada
analisa satuan pekerjaan.
7. Foto Dokumentasi
Sejak awal akan mulai melaksanakan pekerjaan, selama masa pelaksanaan pekerjaan dan
pada akhir pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa diwajibkan membuat dokumentasi kegiatan
pelaksanaan pekerjaan yang diwujudkan dalam bentuk Foto dokumentasi.
Foto dokumentasi kegiatan pelaksanaan pekerjaan tersebut, harus bisa memberikan gambaran
secara lengkap dan menyeluruh mengenai kegiatan pelaksanaan pekerjaan sejak dari awal
sampai akhir pelaksanaan pekerjaan, sehingga secara kronologis bisa merupakan satu
gambaran tujuan yang akan dicapai oleh kegiatan tersebut.
Foto dokumentasi dilaksanakan pengambilannya dari tiga titik tetap yang berbeda atau sesuai
dengan pengarahan Direksi pekerjaan, dan sudah harus bisa memberikan gambaran secara
garis besar kegiatan pelaksanaan seluruh pekerjaan.
Foto dokumentasi tersebut, selanjutnya harus dicetak ukuran kartu pos, masing-masing
rangkap 5 (lima), dengan distribusi 1 (satu) copy dipasang dibarak kerja dan 4 (empat) copy
lainnya ditata rapi pada album Foto dan diserahkan kepada Direksi.
Disamping Foto dokumentasi utama tersebut, atas permintaan Direksi pekerjaan Penyedia
Jasa bisa melaksanakan pengambilan Foto dokumentasi dan / atau video dokumentasi
kegiatan pelaksanaan pekerjaan lainnya yang dianggap berguna dan cukup mempunyai nilai
penting untuk didokumentasikan.
Pada saat penyerahan Foto dokumentasi, Penyedia Jasa juga harus menyerahkan Soft Copy,
ditata menurut urutan Foto dokumentasi yang diserahkan.
Penyedia juga harus menyediakan foto dan video dokumentasi dengan menggunakan drone.
8. Jalan Kerja.
Untuk menuju ke lokasi pekerjaan, mengangkut bahan material yang akan dipakai, dan
transportasi pembuangan bahan material tidak terpakai keluar lokasi pekerjaan, dan
pemeriksaan berkala Direksi pekerjaan atau Pemberi Pekerjaan serta keperluan lainnya,
Penyedia Jasa diwajibkan menyiapkan atau membuat jalan kerja yang layak guna kegiatan
tersebut diatas untuk menunjang dan memperlancar pelaksanaan pekerjaan.
Jalan kerja yang dimaksud, bisa mempergunakan jalan kampung atau jalan desa yang sudah
ada kemudian ditingkatkan kapasitas pelayanan tingkat jalannya, atau mempergunakan lahan
penduduk yang disewa selama jangka waktu pelaksanaan pekerjaan.
Dari waktu ke waktu selama pelaksanaan pekerjaan, Penyedia Jasa berkewajiban memelihara
jalan kerja agar selalu layak dilalui sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan masyarakat disekitarnya maupun masyarakat lain yang juga memerlukan dan
melewati jalan kerja tersebut.
Kelancaran fungsi drainase lingkungan disepanjang jalan kerja, juga yang secara langsung
terpengaruh adanya jalan kerja, juga termasuk menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dari
segi pemeliharaannya.
Pada kondisi sarana jalan kerja yang dibuat oleh Penyedia Jasa, merupakan jalan desa atau
jalan kampung yang sudah ada, atau lahan penduduk yang disewa sementara untuk
dipergunakan sebagai sarana jalan kerja, setelah selesainya pelaksanaan pekerjaan Penyedia
Jasa berkewajiban mengembalikan kondisi lahan sesuai dan seperti kondisi awal sebelum
dipergunakan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan sarana jalan kerja ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab dan beban Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk pada pekerjaan
persiapan.
9.1. Umum
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi (K3 Konstruksi) adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja pada pekerjaan konstruksi.
9.2. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Pelaksanaan Konstruksi
Meliputi :
9.2.1. Berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang Resiko K3 Konstruksi
termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi pada saat Rapat
Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada waktu sebelum batas akhir
pemasukan penawaran;
9.2.2. Menyampaikan RK3K Penawaran sebagai lampiran dokumen penawaran;
9.2.3. Apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka;
9.2.6. Melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi ketenagakerjaan setempet
tentang kejadian berbahaya, kecelakaan kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja
konstruksi dalam bentuk laporan bulanan;
9.2.8. Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi Bidang PU sesuai dengan
RK3K;
Penyedia Jasa harus menyediakan sarana komunikasi dan informasi selama pelaksanaan di
lapangan
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kelancaran komunikasi dan informasi
selama pelaksanaan pekerjaan. Tidak ada pembayaran tambahan, dan dalam hal ini semua
biaya sudah termasuk dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead”
pada analisa harga satuan pekerjaan
Penyedia Jasa harus menyediakan sarana uji laboratorium atau menunjuk laboratorium untuk
pemeriksaan kualitas pekerjaan dan harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan
Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap kelancaran pengujian kualitas pekerjaan.
Dan bila tidak tercantum dalam daftar kuantitas dan biaya, maka semua biaya sudah termasuk
dalam harga kontrak serta sudah harus diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.
Sesuai dengan kemajuan pelaksanaan pekerjaan khususnya pekerjaan galian Pondasi serta
hasil pemutakhiran penyelidikan dilapangan, Direksi berwenang melakukan perubahan desain,
dimensi, alur saluran dan bangunan apabila hal tersebut perlu dilakukan.
Penyedia Jasa wajib mempelajari dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan modifikasi/
perubahan desain disertai usulan perubahan Metode pelaksanaan dan harga satuan pekerjaan
bila diperlukan.
Penyedia Jasa bertanggungjawab untuk pengadaan bahan yang diperlukan untuk konstruksi
beton, pasangan batu, rip-rap dan perkerasan jalan baik kuantitas maupun kualitas. Sebelum
bahan bangunan tersebut dipergunakan, Penyedia Jasa wajib mengusulkan lokasi sumber
bahan bangunan/ agregat beton dengan dilampiri hasil uji/ tes laboratorium sesuai dengan
ketentuan dalam Spesifikasi Teknik kepada Direksi guna dipelajari dan disetujui.
Pengambilan contoh (sample) agregat beton dan juga contoh beton yang diambil oleh Penyedia
Jasa pada saat proses pengecoran beton sedang berlangsung, harus disaksikan oleh Direksi.
Jenis dan jumlah contoh benda uji harus sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
8
dan atau perintah Direksi. Tanggapan, penilaian dan persetujuan Direksi terhadap hasil uji
laboratorium untuk beton dan agregatnya, tidak dapat dipakai sebagai alasan bagi Penyedia
Jasa bebas dari tanggungjawabnya terhadap kualitas, daya-guna dan hasil kerja pekerjaan
beton yang dilaksanakannya.
Segala biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pekerjaan beton termasuk biaya ijin
penambangan galian Tipe C, fee dan royalti (kalau ada), uji laboratorium dan kegiatan untuk
menjamin mutu beton agar sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik, dianggap sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan pasangan / beton yang ditawarkan dan harus sudah
diperhitungkan dalam “overhead” pada analisa harga satuan pekerjaan.
Bahan timbunan tanah dapat diambil dari tanah bekas galian yang memenuhi syarat sebagai
bahan timbunan atau tanah dari luar (pembelian / mendatangkan tanah dari luar sampai lokasi
pekerjaan)
Penyedia Jasa bertanggungjawab terhadap tanah bahan timbun berikut penyediaan borrow-
area dari mana tanah tersebut diambil, baik kuantitas maupun kualitas.
Lokasi borrow-area harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan Direksi sebelum dipakai
oleh Penyedia Jasa sebagai sumber tanah bahan timbunan.
Lokasi borrow-area diusulkan oleh Penyedia Jasa dengan dilampiri hasil uji laboratorium
kepada Direksi guna memperoleh persetujuan yang akan diberikan bila soil-properties tanah di
borrow-area terbukti sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Teknik.
Pengambilan contoh tanah (sample) baik di borrow-pit maupun pengambilan benda uji
kepadatan di lokasi pekerjaan penimbunan tanah dilakukan oleh Penyedia Jasa dan disaksikan
Direksi. Jumlah dan lokasi pengambilan benda uji harus sesuai dengan ketentuan dalam
Spesifikasi Teknik dan perintah Direksi. Penilaian dan persetujuan Direksi terhadap hasil uji
laboratorium tidak dapat dipakai sebagai alasan bagi Penyedia Jasa bebas dari
tanggungjawabnya terhadap kualitas dan kinerja pekerjaan timbunan tanah yang
dilaksanakannya.
Segala biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pekerjaan timbunan tanah termasuk biaya
ijin penambangan bahan galian golongan C, fee dan royalti (kalau ada), uji laboratorium dan
kegiatan untuk menjamin mutu kepadatan timbunan tanah agar sesuai dengan ketentuan
dalam Spesifikasi Teknik, dan apabila tidak tercantum dalam Daftar Kuantitas dan Harga
dianggap sudah termasuk dalam harga satuan pekerjaan timbunan tanah yang ditawarkan
dalam Daftar Kuantitas dan Harga dan sepenuhnya menjadi tanggungjawab Penyedia Jasa.
Semua bahan dan peralatan yang akan dipergunakan oleh Penyedia Jasa untuk
melaksanakan/ menyelesaikan pekerjaan, harus dimintakan persetujuan terlebih dahulu oleh
Penyedia Jasa kepada Direksi sebelum bahan dan peralatan tersebut dikirim/ mobilisasi ke
lokasi pekerjaan.
Bila karena alasan prioritas atau karena sebab lain misalnya bahan atau peralatan yang
memenuhi Spesifikasi Teknik tidak tersedia dipasaran maka Direksi akan mengeluarkan
perintah tertulis tentang perubahan dan penggantian bahan atau peralatan baik jumlah maupun
spesifikasinya.
Bila perubahan dan penggantian bahan atau peralatan berakibat pada pengurangan biaya/
harga pekerjaan maka perlu ditindak lanjuti dengan negosiasi teknis dan harga dengan tetap
mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam kontrak termasuk Syarat-Syarat Umum
Kontrak.
Pemasangan dan uji coba semua peralatan mekanikal dan elektrikal dilaksanakan dengan
pengawasan spesialis dari pabrikan dengan persetujuan Direksi terlebih dahulu. Biaya yang
dikeluarkan Penyedia Jasa untuk pemasangan, pengawasan dan uji coba tersebut menjadi
beban dan tanggungjawab sepenuhnya Penyedia Jasa sesuai dengan ketentuan di atas.
16.1. Umum
Pengujian dan pemeriksaan pekerjaan dilakukan Direksi pada waktu pelaksanaan,
pabrikasi, pemasangan dan penyelesaiannya dilapangan sesuai dengan ketentuan dalam
Syarat-Syarat dan Spesifikasi Teknik.
Penyedia Jasa harus memberikan informasi kepada Direksi tentang pengujian yang
akan dilakukan agar pengujian tersebut dilaksanakan dengan disaksikan Direksi.
Penyedia Jasa harus menyampaikan hasil pengujian, dan sertifikat yang diperlukan
kepada Direksi dalam formulir yang sudah disepakati.
Persetujuan Direksi, serta hasil pengujian dan pemeriksaan tidak dapat menghalangi
Direksi untuk menolak material dan peralatan yang akan dipasang dilokasi pekerjaan bila
ternyata tidak memenuhi Spesifikasi.
1. Metode dan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang ditawarkan Penyedia Jasa dalam
dokumen penawaran dianggap sebagai satu kesatuan dengan dokumen kontrak dan
disebut sebagai Rencana Pelaksanaan Kontrak.
Paling lambat 14 (empat belas) hari sesudah rapat persiapan pelaksanaan kontrak yang
ditetapkan dalam Syarat-Syarat Umum, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada
Direksi rincian dan perbaikan dari Rencana Pelaksanaan Kontrak guna mendapat
persetujuan yang untuk selanjutnya disebut Rencana Pelaksanaan Pekerjaan.
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan berisi uraian/ rincian Metode pelaksanaan, jadwal
pelaksanaan, Metode kerja dan jadwal kerja setiap jenis pekerjaan, jadwal pengadaan
bahan, mobilisasi personil dan peralatan, sosialisasi dan konsultasi kepada masyarakat
dan pemerintah daerah dan program mutu.
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang sudah disetujui Direksi tidak boleh dirubah atau
dimodifikasi oleh Penyedia Jasa tanpa persetujuan Direksi, perubahan dan modifikasi
Rencana Pelaksanaan Pekerjaan dapat dipertimbangkan dengan alasan dan sebab yang
dapat dipertanggungjawabkan, antara lain karena timbulnya perubahan kegiatan
pekerjaan sesuai dengan Syarat-Syarat Umum Kontrak.
Penyedia Jasa harus menyediakan Rencana Pelaksanaan Pekerjaan yang telah
disepakati dan menyerahkan copynya kepada Direksi untuk keperluan monitoring dan
evaluasi.
2. Hambatan Pelaksanaan Pekerjaan
Potensi hambatan yang mungkin timbul selama pelaksanaan pekerjaan ini adalah (i)
kegiatan Penyedia Jasa lainnya yang sedang melaksanakan paket pekerjaan yang
berbeda dan (ii) pemberian dan pembagian air irigasi yang harus tetap berlangsung
selama pelaksanaan pekerjaan.
Sebagai salah satu upaya mengurangi dampak dari potensi hambatan tersebut dan
hambatan lainnya yang mungkin timbul, Penyedia Jasa dalam penawarannya harus
menyediakan kelonggaran waktu, teknis dan biaya. Koordinasi dalam manajemen
pelaksanaan pekerjaan antara Penyedia Jasa untuk paket yang berbeda harus
dilaksanakan dengan baik sejak awal bersama Direksi pada saat dilakukan pre-
construction meeting.
Sebagai upaya mengurangi potensi hambatan dalam pelaksanaan dan untuk
menghindari konflik dengan masyarakat khususnya petani setempat, Penyedia Jasa
harus melaksanakan sosialisasi dan konsultasi kepada pemerintah daerah dan
masyarakat/ petani seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi Teknik Umum.
Penyedia Jasa wajib melakukan sosialisasi dan konsultasi dengan pemerintah daerah, camat,
kepala desa / lurah, masyarakat setempat sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan untuk
membangun saling pengertian dan menghindari salah paham/ masalah serta mengajak
partisipasi masyarakat setempat dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sosialisasi dan Konsultasi ini harus dilaksanakan Penyedia Jasa paling lambat 30 (tiga puluh)
hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dan terlebih dahulu Penyedia Jasa harus menyerahkan
jadwal, isi dan materi sosialisasi kepada Direksi paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum
sosialisasi dan konsultasi dilaksanakan guna mendapat persetujuan.
Semua biaya yang timbul akibat pekerjaan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban
Penyedia Jasa, serta sudah harus diperhitungkan termasuk “overhead” pada analisa harga
satuan pekerjaan.
Semua kegiatan harus didokumentasikan dalam bentuk laporan yang berupa hard copy dan
soft copy dan dirangkum dalam Hardisk External yang berisi antara lain :
Laporan mobilisasi personil
Laporan mobilisasi peralatan
Jadwal pelaksanaan
RMK
Berita Acara serah terima lapangan
Laporan harian, mingguan, bulanan
Foto kegiatan
Gambar Kerja dan Gambar Purna Bangun
Laporan pengukuran
Kontrak dan Addendum / Amandemen Kontrak
MC 0 % dan MC 100 %
Berita Acara PHO dan FHO
Lain-lain yang diperintahkan oleh Pengguna Jasa
Penyedia Jasa juga harus menyerahkan 3 (tiga) Hardisk External yang berisi semua laporan
tersebut diatas
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pedoman utama pelaksanaan pekerjaan pengukuran di lapangan, adalah patok beton yang
merupakan titik tetap utama ( “ Bench Mark “ ) yang akan ditentukan oleh Konsultan dan
Direksi.
Penyedia Jasa diwajibkan memasang minimal tambahan 2 (dua) buah patok beton, yang akan
dijadikan sebagai titik bantu utama, diletakkan diujung awal dan ujung akhir dari lokasi rencana
bangunan, dan tidak boleh terusik atau rusak atau berubah posisinya secara langsung maupun
tidak langsung selama pelaksanaan pekerjaan dan untuk lahan pekerjaan yang cukup panjang
perlu ditambah patok beton sebagai titik Bantu utama dengan jarak + 500 m atau sesuai
dengan petunjuk Direksi Pekerjaan.
Patok beton yang merupakan titik bantu utama, posisi elevasi dan koordinatnya harus diikat
secara sempurna dengan patok beton titik utama. Patok beton sebagai titik bantu utama, harus
mempunyai ukuran lebar (10 x 10) cm panjang 100 cm serta harus tertanam sedalam 50 cm
dengan posisi tegak dan cukup kokoh tidak mudah berubah bentuk dan posisinya.
Semua data, gambar sketsa pengukuran dan perhitungan hasil pengukuran sebelum
dimulainya pelaksanaan pekerjaan, harus disahkan oleh Direksi pekerjaan, dan selanjutnya
dipakai sebagai pedoman untuk membuat gambar kerja .
Pengukuran lapangan dan pematokan pada saluran, sungai, embung dll. harus dilaksanakan
dengan jarak/ interval paling jauh setiap 50 m atau sesuai instruksi Konsultan dan Direksi
khususnya pada lokasi tikungan jarak tersebut harus lebih dekat/ pendek yang dimulai dari titik
awal tikungan, tengah-tengah tikungan dan ujung akhir tikungan.
Selama masa pelaksanaan, semua data dan perhitungan hasil pengukuran harus disahkan
oleh Konsultan dan Direksi, dan dari waktu ke waktu selama masa pelaksanaan pekerjaan
akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan prestasi hasil pelaksanaan pekerjaan.
Pada hal-hal khusus yang ada kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan, Konsultan dan
Direksi sewaktu-waktu berwenang dan berhak memberikan instruksi kepada Penyedia Jasa,
dan Penyedia Jasa harus bersedia untuk melaksanakan pengukuran tertentu yang sifatnya
sebagai check berkala atau stick proof, misalnya kedalaman Pondasi, batas pembebasan tanah
dan lain sebagainya.
Pada saat penyerahan gambar purna bangun, Penyedia Jasa harus menyerahkan data dan
perhitungan hasil pengukuran yang sudah diperiksa/disetujui Konsultan dan disahkan oleh
Direksi.
Mutual Check (MC-0%) adalah hasil perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihitung bersama
antara Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi berdasarkan gambar kerja. Perhitungan kuantitas
pekerjaan tersebut harus disampaikan oleh Penyedia Jasa paling lambat 15 (lima belas) hari
sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan, kepada PPK untuk mendapatkan persetujuan.
Mutual Check (MC-100%) adalah hasil perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihitung bersama
antara Penyedia Jasa, Konsultan dan Direksi berdasarkan gambar hasil kerja. Penyedia Jasa
wajib menyerahkan hasil seluruh perhitungan kuantitas semua pekerjaan dalam format MC-
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
13
100% kepada Direksi untuk mendapatkan pengesahan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum
berakhirnya masa pelaksanaan.
Sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan tanah, pembersihan lokasi pekerjaan dari semua
tumbuhan harus dikerjakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari
Konsultan dan Direksi.
Pembersihan terdiri dari penebangan pohon-pohon perdu dan semak belukar yang ada di
lokasi pekerjaan.
Untuk semua pohon dan semak-semak yang tidak harus dibersihkan / tidak harus ditebang
dan tetap berada di tempatnya, maka Penyedia Jasa harus melindunginya dari kerusakan.
Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai semua, lokasi areal pekerjaan juga harus
dibersihkan dari sisa-sisa semua material yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan
dirapikan kembali sesuai dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.
1. Ruang Lingkup
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran.
Pedoman ini mencakup kegiatan penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah
atau batu atau bahan lain dari sumber bahan yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan
dalam Kontrak ini untuk pekerjaan galian.
2. Acuan Normatif
3.3. Galian
(1) Umum
Pekerjaan galian yang dimaksud adalah galian tanah endapan, tanah biasa dan
galian batu termasuk pekerjaan lainnya yang berkaitan misalnya upaya
perlakuannya, jalan akses dan bangunan penunjang (separator, relokasi, bangunan
pengaman dan lain-lain) yang diperlukan serta pengangkutan material hasil galian
kelokasi yang disepakati untuk tempat pembuangan akhir atau penimbunan
sementara (stock piling) sebelum dimanfaatkan lebih lanjut.
Penyedia Jasa wajib menyerahkan hasil uji laboratorium tanah yang akan digali,
Metode kerja pekerjaan galian termasuk peralatan yang digunakan, pengangkutan
ke lokasi pembuangan akhir atau penampungan sementara sebelum pemanfaatan
untuk bahan timbun, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum pelaksanaan
pekerjaan galian.
Penyedia Jasa wajib mencegah dari kerusakan dan melindungi tanah dibawah
elevasi galian pekerjaan permanen: saluran dan bangunan agar tetap dalam
keadaan yang baik, kerusakan tanah pada tanah pondasi tersebut yang
disebabkan oleh kesalahan Penyedia Jasa harus segera diperbaiki dengan
biayanya sendiri.
Dalam hal pekerjaan galian melampaui batas yang ditetapkan dalam gambar kerja
(gambar hasil pengukuran pra-konstruksi) Penyedia Jasa dengan biayanya sendiri
harus menimbun bagian tersebut dengan bahan timbun yang disetujui Direksi .
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi bila pekerjaan galian telah selesai
dikerjakan untuk dilakukan pemeriksaan guna persetujuan sebelum pekerjaan
lanjutan/bangunan pengecoran beton dilaksanakan. Penggunaan stockpiling dan
pembuangan tanah hasil galian harus sesuai dengan spesifikasi teknis ini
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
17
(2) Klasifikasi Galian
Pekerjaan galian diklasifikasikan sebagai pekerjaan galian tanah dan pekerjaan
galian batu sebagai berikut :
(a) Galian Tanah
Pekerjaan galian tanah yang dimaksud adalah galian tanah, sedimen/
endapan, pasir, kerikil, kerakal, atau batu yang dapat digali dengan mudah
tanpa menggunakan alat khusus (ripper) atau peledakan termasuk upaya
penanganannya, pembentukan/perapian lubang galian agar sesuai dengan
lokasi, jalur, elevasi, kelandaian dan dimensi seperti yang telah ditetapkan
dalam gambar atau petunjuk/perintah Direksi, serta pengangkutan material
hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi penampungan
sementara sebelum dipergunakan sebagai tanah bahan timbun.
Profil galian : dasar dan tebing yang telah selesai digali harus dirapikan dan
dipadatkan dan diperiksa Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum
bangunan diatasnya, konstruksi beton atau pasangan batu dilaksanakan,
demikian pula bila sewaktu-waktu tebing galian longsor akibat kegiatan
peralatan berat atau sebab lain karena kelalaian Penyedia Jasa.
Bila dalam Metode kerja galian diperlukan penimbunan sementara tanah
hasil galian (stock-piling) sebelum tanah tersebut diangkut kelokasi
penimbunan permanen sebagai tanggul atau bangunan permanen lainnya
sehingga berakibat 2 (dua) kali kerja atau double-handling, maka biaya yang
dikeluarkan oleh Penyedia Jasa untuk kegiatan tersebut, dianggap sudah
termasuk dalam harga satuan pekerjaan galian atau timbunan.
(b) Tanah hasil galian yang memenuhi syarat pada umumnya sebagai berikut :
• Diameter butiran (partikel) maksimum 100 mm
• Plasticity Index (PI), lebih besar dari 15%.
Tanah hasil galian yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbun :
• Tanah lapis atas yang mengandung banyak bahan organik.
• Plasticity Index (PI) kurang dari 15%.
• Liquid Limit (LL) lebih dari 50%
• Diameter butiran lebih dari 100 mm
• Batu lunak dan batu keras.
Persetujuan Konsultan dan Direksi terhadap pemanfaatan tanah hasil galian
untuk keperluan pekerjaan permanen, tanggul, urugan kembali dan lainnya
akan diberikan berdasarkan hasil uji laboratorium tanah galian yang
dikerjakan dan diserahkan oleh Penyedia Jasa, tidak hanya persyaratan
diatas.
Bila tanah yang sudah disepakati sebagai bahan timbun terlalu basah
dengan kandungan air melampaui kadar air optimum hasil uji laboratorium
(Standard Proctor Test), maka tanah tersebut harus ditampung untuk
sementara waktu dilokasi yang disediakan Penyedia Jasa dan disetujui
Direksi yang dilengkapi dengan fasilitas drainasi, guna mendapat perlakuan
khusus: penghamparan, pengeringan dan lain-lain untuk menurunkan kadar
airnya sampai memenuhi persyaratan sebagai tanah bahan timbunan.
Kelebihan tanah hasil galian harus dibuang ke lokasi pembuangan yang
disediakan Penyedia Jasa dan telah disetujui Konsultan dan Direksi.
Penimbunan tanah buangan paling tinggi 2,0 m dan tidak diperbolehkan
mengganggu lingkungan disekitarnya.
Bila dianggap perlu Penyedia Jasa wajib menutup timbunan hasil buangan
dengan tanah yang baik bila menurut Konsultan dan Direksi timbunan hasil
galian tersebut berdampak negatif terhadap lingkungan disekitarnya, biaya
yang dikeluarkan untuk keperluan ini menjadi tanggung jawab Penyedia
Jasa.
(ii) Untuk pekerjaan timbunan dengan tanah Pondasi yang lembek dan
muka air tanah yang tinggi, sesudah perlakuan terhadap permukaan
tanah Pondasi selesai dikerjakan seperti yang dijelaskan spesifikasi
teknis ini maka upaya pengeringan dengan pompa air perlu
dilaksanakan paling tidak 2 (dua) jam sebelum pekerjaan timbunan
dikerjakan.
Selama pekerjaan timbunan dikerjakan, tinggi muka air tanah harus
tetap dijaga paling sedikit 30 cm dibawah permukaan timbunan, dan
bila permukaan tanah timbunan tergenang maka permukaan tanah
tersebut harus dikupas setebal paling sedikit 5 cm atau sesuai dengan
perintah Konsultan dan Direksi dan kemudian dicangkul/dibajak
sedalam 15 cm seperti yang telah diuraikan.
(ii) Kadar air tanah bahan timbunan harus dijaga agar disekitar kadar air
optimum dengan toleransi + 3% sampai -5% dari kadar air optimum
hasil uji laboratorium atau ketentuan lain atas perintah Direksi
berdasarkan soil-properties tanah tersebut.
Pemadatan harus dikerjakan hingga tingkat kepadatan timbunan
mencapai 85% s/d 95% kepadatan kering maksimum sesuai dengan
kriteria ASTM D-968 dan SNI tergantung dari tipe konstruksi dan jenis
bahan timbun.
Untuk lereng timbunan yang akan diperkuat dengan lapisan/talud
beton, sebelum talud beton dipasang/dicor, lereng timbunan terlebih
dahulu harus dirapikan dan dipadatkan dengan tamping-rammer atau
alat lain yang disetujui Konsultan dan Direksi sesuai dengan dimensi
yang ditunjukkan dalam gambar kerja.
(b) Jalan
- permukaan jalan : - 0 cm, + 5 cm
- lebar jalan : - 0 cm, + 10 cm
- jalur : ± 5 cm
(c) Galian bangunan
- dasar galian : + 0 cm, - 5 cm
1. Ruang Lingkup
Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian
mutu serta pengukuran dan pembayaran dalam pelaksanaan pekerjaan beton. Pedoman ini
mencakup kegiatan pelaksanaan seluruh bangunan beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton
pracetak, beton untuk bangunan baja komposit dan waterstop. Pedoman ini mencakup penyiapan
tempat kerja untuk pengecoran beton, pengadaan penutup beton, lantai kerja dan pemeliharaan
pondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar pondasi tetap
kering.
2. Acuan Normatif
3.1. Agregat halus adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai 4
mm.
3.2. Agregat kasar adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai 31.5
mm
3.3. Benda uji beton inti adalah benda uji beton berbentuk silinder hasil pengeboran beton
pada bangunan yang sudah dilaksanakan.
3.4. Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrualik yang lain, agregat
halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan membentuk
masa padat
3.5. Beton ringan adalah beton yang berat izin maksimum 1,9 ton/m3
3.6. Beton segar adalah campuran beton yang telah selesai diaduk sampai beberapa saat
karakteristiknya tidak berubah (masih plastis dan belum terjadi pengikatan).
3.7. Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc’=14,5 Mpa dengan
batu-batu pecah ukuran maksimum 25 cm.
3.9. Fly ash adalah residu halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara.
3.10. Form in place merupakan salah satu metode perawatan beton dengan tetap
mempertahankan cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang
diperlukan beton dalam masa perawatan.
3.11. Kaping adalah pemberian lapisan perata pada permukaan bidang tekan benda uji.
3.12. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda
uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin
tekan.
3.13. Pozzolan adalah bahan yang mengandung silika atau silika dan alumunium yang
bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida pada temperatur biasa membentu k
senyawa bersifat cementitious
3.14. Segregasi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu adukan.
3.15. Silica fume adalah bahan pozzolanic yang sangat halus yang mengandung silica amorf
yang dihasilkan dari elemen silica atau senyawa ferro-silica.
3.16. Slump beton adalah besaran kekentalan (viscosity) / plastisitas dan kohesif daro beton
segar.
3.17. Superplasticizer adalah bahan tambah yang mengurangi air dalam campuran dengan
cukup banyak dan sangat berbeda
Ketentuan dan persyaratan umum yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton, bekisting dan waterstop harus memuat :
4.1. Toleransi
1) Bangunan Beton
a) Batas penyimpangan pada gambar-gambar plat, balok mendatar dan
pengganti pagar.
Terlihat : 1 cm setiap 3 m
Tertimbun : 5 cm setiap 3 m
b) Penyimpangan dalam dimensi potongan melintang dari kolom, pilar, lantai,
dinding, balok dan sebagainya.
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
c) Penyimpangan pada plat jembatan
Minus : 1 cm
Plus : 2 cm
d) Dasar Pondasi
Penyimpangan ukuran-ukuran dalam perencanaan
Minus : 1 cm
Plus : 5 cm
e) Salah penempatan atau penyimpangan 2% dari lebar dasar pondasi,
terhadap rencana tidak lebih dari 5 cm.
f) Pengurangan ketebalan : 5%
g) Penyimpangan lokasi dan ukuran pada lantai dan dinding yang terbuka : 5
cm
h) Penyimpangan dari garis unting pada sisi dinding tembok untuk pintu dan
bangunan-bangunan air yang serupa : 0,1%
i) Penempatan tulangan baja
Penyimpangan untuk beton pelindung : 10%
Penyimpangan dari tempat yang seharusnya : 2 cm
j) Perletakan beton pra cetak
Penyimpangan terhadap trase yang seharusnya dibangun 1% dari panjang
beton pra cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm
Penyimpangan terhadap elevasi rencana adalah 1% dari panjang beton pra
cetak yang ada, dan tidak lebih dari 5 cm.
Penyimpangan garis unting setiap beton pra cetak yang ditempatkan vertical
tidak boleh lebih dari 1 cm setiap 3 m.
1) Bangunan Beton
a) Semen
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-1994. Apabila menggunakan
bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara, maka
gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5 %, dan
harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan dan Direksi Pekerjaan.
(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Konsultan dan Direksi Pekerjaan.
Jika di dalam satu proyek digunakan lebih dari satu merk semen,
maka Penyedia Jasa harus mengajukan kembali rancangan campuran
beton sesuai dengan merk semen yang digunakan.
b) Air
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat
tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari Memenuhi
karakteristik kuat tekan yang ditentukan
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
27
c) Agregat
(1) Ketentuan Agradasi Agregat
- Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan
yang diberikan, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan
gradasi tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat
campuran yang disyaratkan.
- Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran
agregat terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara
baja tulangan atau antara baja tulangan dengan begesting, atau
celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.
e) Bahan Tambah
Bahan tambah yang digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan kinerja
beton dapat berupa bahan kimia atau bahan limbah yang berupa serbuk
halus sebagai bahan pengisi pori dalam campuran beton dengan
persetujuan Konsultan dan Direksi.
f) Bahan Kimia
Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran
beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses
pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Bahan tambah yang digunakan harus sesuai dengan
standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2495-1991. Bahan
tambah dapat diklasifikasikan sesuai dengan penggunaannya sebagai
berikut :
- Tipe A - bahan pengurang kadar air
Tipe A berfungsi untuk mengurangi air dalam campuran, dan
pengunaannya bertujuan untuk mengurangi water-cement rasio dalam
campuran sesuai dengan workability yang diinginkan, atau untuk
meningkatkan workability ada angka water-cement rasio yang telah
ditetapkan.
- Tipe B - bahan untuk memperlambat waktu pengikatan
Tipe B berfungsi untuk memperlambat waktu pengikatan pasta semen,
sehingga akan memperlambat pengerasan dari beton. Bahan tambah
jenis ini digunakan jika iklim di tempat pengecoran terlalu panas,
dimana waktu pengikatan pasta semen dalam keadaan normal
menjadi sangat pendek dikarenakan suhu yang tinggi.
- Tipe C - bahan untuk mempercepat waktu pengikatan
Tipe C berfungsi untuk mempercepat waktu pengikatan pasta semen,
yang akan mempercepat pengerasan dari beton sehingga
mempercepat kekuatan beton, dan dapat digunakan dalam pabrik
pembuatan beton precast (dimana perlu pelepasan bekisting
secepatnya), atau pekerjaan perbaikan yang sangat penting
2) Mineral
Bahan tambah yang berupa mineral atau bahan limbah seperti Fly Ash, Pozzolan,
silica fume yang ditambahkan ke dalam campuran beton. Bahan tambah yang
digunakan harus sesuai atas persetujuan Konsultan dan Direksi
d) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan pada umur 7 hari, 14
hari, dan 28 hari setelah tanggal pencampuran
b) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan dengan disaksikan oleh
Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan
sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
5) Permukaan Tampak
a) Semua permukaan beton yang telah selesai harus terlihat padat bersih dan
tidak keropos.
c) Pekerjaan plesteran pada permukaan beton tidak diijinkan dan setiap beton
yang kelihatan cacat harus dibongkar hingga kedalaman tertentu dan diganti
atau diperbaiki dengan cara seperti yang diinginkan oleh Direksi Pekerjaan
atas biaya Penyedia Jasa.
6) Blockout
a) Blockout harus dibuat jika akan memasang bagian–bagian bangunan dari
pekerjaan besi. Permukaan dimana beton block (blockout) akan dibuat,
dikasarkan, dibersihkan, dan dijaga agar tetap lembab untuk paling sedikit 4
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
40
jam. Sesudah permukaan demikian disetujui Konsultan dan Direksi, maka
pekerjaan logam dan lainnya seperti tersebut diatas, dapat dilaksanakan.
Penyedia Jasa dapat memasang tulangan (jika diperlukan) dan adukan
beton dengan 500 kg semen atau lebih per meter kubik, atau beton dari tipe
yang sama.
5. Pelaksanaan Pekerjaan
Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, begesting dan waterstop harus memuat :
1) Pembetonan
a) Penyiapan tempat kerja
(i) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam Gambar Kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan dan Direksi sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi ini,
dan harus membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin
dicapainya seluruh sudut pekerjaan.
Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang stabil untuk
menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan mudah
dan aman
(ii) Seluruh dasar pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton
harus dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas
tanah yang berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton
akan dicor di dalam air, maka harus dilakukan dengan cara dan
peralatan khusus untuk menutup kebocoran seperti pada dasar
sumuran atau cofferdam dan atas persetujuan Konsultan dan Direksi.
(iv) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Konsultan dan Direksi, maka
bahan lantai kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai
dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
(vi) Jika dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah
dimensi atau kedalaman pondasi dan/atau menggali dan mengganti
bahan di tempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau
melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang
diperintahkan oleh Konsultan dan Direksi.
(vii) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Konsultan dan
Direksi berhak menunda pengecoran sebelum tenda terpasang
dengan benar. Penyedia Jasa juga harus memastikan lokasi
pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang atau muka air tanah
dengan penanganan seperlunya.
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
41
b) Cetakan Beton
(i). Cetakan harus digunakan, dimana perlu untuk membatasi dan
membentuk beton sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat dibuat
dari kayu, besi atau bahan lainnya yang cukup kuat sesuai dengan
ukuran–ukuran yang ada di dalam gambar.
(ii) Cetakan harus diperkuat dan ditopang agar mampu menahan berat
sendiri adukan beton, penggetaran beton, beban konstruksi, angin
dan tekanan lainnya dengan tidak berubah bentuk.
(iii). Penyedia Jasa harus menyerahkan satu set yang lengkap, gambar
cetakan sesuai dengan ketentuan diatas, untuk mendapatkan
persetujuan Konsultan dan Direksi, sebelum memulai pekerjaan,
walaupun demikian penyerahan tersebut kepada Konsultan dan
Direksi untuk disetujui, tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor
bagi keberhasilannya.
c) Pencampuran Beton
(i) Perbandingan Campuran
. Beton harus mengandung semen, agregat bergradasi baik, air dan
bahan additive bila diperlukan, dicampurkan bersama – sama dan
digunakan untuk menghasilkan kekuatan yang diharapkan.
(iv). Penyedia Jasa dapat merubah proporsi dari waktu ke waktu untuk
mendapatkan kepadatan maksimum dari beton, kemudahan
pengerjaan, kekentalan dan kekuatan dengan faktor air semen yang
sekecil mungkin dengan persetujuan Konsultan dan Direksi tidak ada
tambahan biaya atas perubahan tersebut.
(v). Kandungan air di dalam beton akan diatur oleh Konsultan dan Direksi,
dalam batas yang ditetapkan untuk mendapatkan faktor air semen
pada beton dengan kekentalan yang benar. Tidak diperkenankan
penambahan air untuk mengatasi mengerasnya beton sebelum
ditempatkan. Keseragaman kekentalan beton pada setiap adukan
adalah perlu. Slump dari pada adukan beton harus mengikuti tabel di
bawah ini, setelah beton diendapkan.
d) Penakaran
(i). Penyedia Jasa harus menyediakan alat penakar yang disetujui
Konsultan dan Direksi
Pekerjaan dan harus memelihara serta mengoperasikan peralatan
seperti yang diperlukan agar secara tepat mengontrol dan
menentukan jumlah dari masing–masing bahan yang dicampurkan,
sesuai dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.
(iv). Penyedia Jasa juga harus menyediakan penguji berat yang standar
dan peralatan lain yang diperlukan untuk mengecek operasi dan tiap–
tiap skala pengukuran pengaduk tersebut, serta melakukan pengujian
periodik terhadap perubahan harga pengukuran dalam pekerjaan–
pekerjaan adukan.
(iii). Alat pencampur beton tidak boleh dibebani volume yang melebihi
kapasitas maksimum, atau dioperasikan melebihi kecepatan yang
dianjurkan pabrik pembuatnya. Alat tersebut dapat menghasilkan
beton dengan kekentalan dan warna yang merata secara menerus
dan disetujui Konsultan dan Direksi.
f) Truk Pencampur
(i). Material beton juga dicampur di dalam truk pencampur. Drum–drum
yang ada pada truk pencampur harus berputar dengan kecepatan
yang dianjurkan oleh Pabrik
(iii). Pada saat cuaca panas atau pada kondisi adukan beton yang cepat
mengeras, waktu pencampuran harus kurang dari 1 jam, sesuai
dengan petunjuk Konsultan dan Direksi.
(ii). Dalam keadaan seperti itu, beton harus diaduk dengan tangan,
sedekat mungkin ke lokasi dimana beton akan ditempatkan. Harus
dilakukan dibak pengaduk yang bersih dan kedap air. Jika bak dibuat
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
44
dari kayu, maka sela–sela kayu harus ditutup agar tidak ada
kehilangan air dari adukan
(iii). Semua agregat dan semen harus diaduk–aduk dalam keadaan kering
sekurang–kurangnya 3 kali. Kemudian air ditambahkan berangsur-
angsur dipuncak adukan, selanjutnya agregat kembali diaduk dalam
keadaan basah, sekurang–kurangnya 3 (tiga) kali sebelum adukan
diangkat ketempat pengecoran
2) Pengecoran
a) Pelaksanaan Pengecoran
(i). Penyedia Jasa harus memberitahukan Konsultan dan Direksi secara
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton jika pengecoran beton telah ditunda
lebih dari 6 jam (final setting).
(v). Adukan beton dicor lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu,
berurutan mulai dari bawah. Agar lapisan yang baru dapat menyatu
dengan lapisan dibawahnya, adukan beton digetar dari lapisan bawah
dengan alat penggetar (vibrator).
(vi). Tidak diperkenankan melakukan pengecoran bila persiapan besi
tulangan dan bagian – bagian yang ditanam, cetakan dan perancah
belum diperiksa dan disetujui Konsultan dan Direksi secara tertulis.
(viii) Jika pengecoran permukaan telah mencapai ketinggian lebih dari yang
ditentukan oleh Konsultan dan Direksi, kelebihan ini harus segera
dibuang. Semua pengecoran harus selesai dalam waktu 60 menit
telah keluar dari mesin pengaduk, kecuali jika ditentukan lain oleh
Konsultan dan Direksi.
(ix). Beton jangan dicor di dalam atau pada aliran kecuali jika ditentukan
atau disetujui sebelumnya. Air yang mengumpul selama pengecoran
harus segera dibuang. Beton jangan dicor diatas beton lain yang baru
saja dicor selama lebih dari 30 menit, kecuali jika ada konstruksi
sambungan yang akan ditentukan kemudian
(xii) Beton harus dicor pada posisi dan urutan – urutan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, atau atas petunjuk Konsultan dan Direksi.
Beton yang dicor ditempatkan langsung pada cetakannya sedemikian
rupa untuk menghindari pemisahan butiran dan penggeseran tulangan
beton, begesting, atau bagian – bagian yang tertanam, serta
membentuk lapisan – lapisan yang tidak lebih tebal dari 40 cm padat.
(xiv) Beton tidak boleh diangkut dengan peluncur atau dijatuhkan kereta
dorong lebih tinggi dari 1,5 m kecuali jika diijinkan oleh Konsultan dan
Direksi untuk menjatuhkan ketempat penampungan sementara dan
kemudian diambil lagi dengan sekop sebelum dicorkan.
b) Pemadatan
(i). Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau
dari luar begesting yang telah disetujui. Jika diperlukan dan disetujui
oleh Konsultan dan Direksi, penggetaran harus disertai penusukan
secara manual dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan
yang tepat dan memadai. Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk
memindahkan campuran beton dari satu titik ke titik lain di dalam
begesting.
(iii). Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada
hasil pemadatan yang diperlukan.
(vii). Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum
terjadi waktu ikat awal (initial setting).
4) Lining Beton
a) Lining beton harus dilaksanakan ditempat yang telah ditunjukkan pada
Gambar atau ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi.
b) Beton yang digunakan harus dicor ditempat itu juga dan harus sesuai
dengan ketentuan.
e) Sambungan lining harus diisi bitumen (aspal pasir) sesuai gambar atau
petunjuk Konsultan dan Direksi.
e) Jika tidak ditentukan lain oleh Konsultan dan Direksi, sebelum melakukan
pengecoran, permukaan tanah atau kerikil harus disiram air semen setelah
bersih.
h) Adukan semen tidak diperlukan pada pondasi, jika lantai kerja beton atau
proteksi pondasi dibuat dengan cara lain.
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
(i). Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari
pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, dan gangguan
mekanis. Beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang
terjadi seminimal mungkin dan diperoleh temperatur yang relatif
tetap dalam waktu yang ditentukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
(v). Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi,
harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70 % dari
kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
(iii) Form-In-Place
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan
cetakan sebagai dinding penahan pada tempatnya selama
waktu yang diperlukan beton dalam masa perawatan
6. Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis pekerjaan
beton, bekisting.
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti tertulis
yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai dengan
ketentuan persyaratan bahan pada Pekerjaan Beton dan Bekisting.
6.2. Pengawasan
Direksi pekerja harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai keahlian
untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja
b) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan, atau yang disetujui oleh Konsultan dan Direksi, bila
pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-
1990, SNI 03-4810-1998, SNI 03-2493-1991, SNI 03-2458-1991.
c) Jika pengujian beton umur 7 hari menghasilkan kuat tekan beton di bawah
kekuatan yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa tidak diperkenankan
mengecor beton lebih lanjut, sampai penyebab dari hasil yang rendah
tersebut diketahui dengan pasti dan diambil tindakan-tindakan yang
menjamin bahwa produksi beton berikutnya memenuhi ketentuan yang
disyaratkan dalam Spesifikasi.
Kuat tekan beton umur 28 hari yang tidak memenuhi ketentuan yang
disyaratkan harus dipandang sebagai pekerjaan yang tidak dapat diterima
dan pekerjaan tersebut harus diperbaiki sebagaimana disyaratkan di atas.
Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan jika hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang
dilaksanakan lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh
dari rumus yang diuraikan.
2) Penyesuaian Campuran
a) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Jika sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula dirancang
sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan rancangan
agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang semula
dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan
berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak
dinaikkan. Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara
menambah air atau oleh cara lain tidak diijinkan. Bahan tambahan untuk
meningkatkan sifat kelecakan hanya diijinkan bila telah disetujui oleh
Konsultan dan Direksi.
b) Penyesuaian Kekuatan
Jika beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar semen
dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat
disetujui oleh Konsultan dan Direksi.
Bila akan digunakan bahan tambahan berupa butiran yang sangat halus,
sebagian besar berupa mineral yang bersifat cementious seperti abu
terbang (fly ash), mikrosilika (silicafume), atau abu slag besi (iron furnace
slag), yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama
beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian
laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan yang diinginkan pada Gambar Rencana dan
disetujui oleh Konsultan dan Direksi.
Dalam hal penggunaan bahan tambahan dalam campuran beton, maka
bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan
tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton
segar (fresh concrete).
3) Pelaksanaan Pencampuran
a) Penakaran Agregat
(i). Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk
mutu beton fc’ < 19,3 MPa diijinkan ditakar menurut volume sesuai
SNI 03-3976-1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak,
kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen
yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari
jumlah zak semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah.
Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.
b) Pencampuran
(i). Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis
dari jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin
distribusi yang merata dari seluruh bahan.
(ii). Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
4) Pengujian Campuran
a) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh
Konsultan dan Direksi, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton
yang dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali
disaksikan oleh Konsultan dan Direksi. Nilai slump pada setiap campuran
tidak boleh berada diluar rentang nilai slump (± 2 cm) yang disyaratkan
(ii). Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150
mm dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-
4810-1998. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil
dari contoh yang sama dengan benda uji silinder yang akan dirawat di
laboratorium.
(iii) Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen bangunan yang dicor secara terpisah dan
diambil jumlah terbanyak diantara keduanya.
(v). Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi
ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk).
1set = 3 buah benda uji
(vi) Apabila setiap pengecoran lebih dari 6 meter kubik harus diambil
samplenya 1 set setiap kelipatan 6 meter kubik.
(vii). Setiap set pengujian minimum tersebut harus diuji untuk kuat tekan
beton umur 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
(viii). Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat
perbedaan nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji
dalam set tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus
diuji kuat tekannya. Hasil kuat tekan yang digunakan dalam
perhitungan statistik adalah hasil dari 2 buah benda uji yang
berdekatan nilainya.
dimana,
n 0f – f 2 fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
ci cm fci = Kuat tekan beton yang diuji
S= fcm = Kuat tekan beton rata-rata
l n-l
(x). Nilai hasil uji tekan satupun tidak boleh mempunyai nilai di bawah 0,85
fc’.
(xi). Jika salah satu dari kedua syarat tersebut di atas tidak dipenuhi, maka
harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata dari hasil uji kuat
tekan berikutnya, dan langkah-langkah lain untuk memastikan bahwa
kapasitas daya dukung dari bangunan tidak membahayakan.
(xii). Jika dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung bangunan berkurang, maka diperlukan suatu
uji bor (core drilling) pada daerah yang diragukan berdasarkan aturan
pengujian yang berlaku. Dalam hal ini harus diambil paling tidak 3
(tiga) buah benda uji bor inti pada daerah yang tidak membahayakan
bangunan untuk setiap hasil uji tekan yang meragukan atau terindikasi
bermutu rendah seperti disebutkan di atas.
(xii). Beton di dalam daerah yang diwakili oleh hasil uji bor inti bisa
dianggap secara bangunan antara lain cukup baik bila rata-rata kuat
tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc’,
dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan
kurang dari 0,75 fc’. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat
pengujian kuat tekan benda uji bor inti terhadap umur beton yang
disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton (yaitu 28 hari, atau
lebih bila disyaratkan), perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi
dalam menetapkan kuat tekan beton yang dihasilkan.
c) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton akhir,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian
tambahan tersebut meliputi :
(i). Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan);
e). Jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton atau
adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Konsultan dan Direksi dapat
meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan yang diperlukan
untuk menjamin bahwa mutu pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat
dinilai dengan adil dengan meminta pihak ketiga untuk melaksanakannya.
f). Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan
ketentuan dari Spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan detail
rencana perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Konsultan dan Direksi
sebelum memulai pekerjaan.
Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
pekerjaan beton harus memuat :
7.1. Pengukuran
1) Pekerjaan Beton
a) Cara Pengukuran
(i). Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik (M3) pekerjaan beton
yang digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan
pada Gambar Kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
dengan batas toleransi yang diijinkan dan dibayar ukuran minimal
yang masih masuk dalam toleransi. Tidak ada pengurangan yang
akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa dengan garis
tengah kurang dari 20 cm atau oleh benda lainnya yang tertanam
seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit) atau
lubang sulingan (weephole).
(ii). Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan
dilakukan untuk begesting, perancah untuk balok dan lantai
pemompaan, penyelesaian akhir permukaan, penyediaan pipa
sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk penyelesaian pekerjaan
beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah dianggap termasuk
dalam harga penawaran untuk Pekerjaan Beton.
(iii). Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja
tulangan dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan
bangunan yang telah selesai dan diterima akan diukur untuk
dibayarkan seperti disyaratkan pada Bagian lain dalam Spesifikasi ini.
(iv). Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai
beton bangunan atau beton tidak bertulang. Beton Bangunan harus
beton yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai
fc’=21,7 MPa (K-250) atau lebih tinggi dan Beton Tak Bertulang harus
beton yang disyaratkan atau disetujui untuk fc’=14,5 MPa (K-175) atau
fc’=9,8 Mpa (K-125). Jika beton dengan mutu (kekuatan) yang lebih
tinggi diperkenankan untuk digunakan di lokasi untuk mutu (kekuatan)
beton yang lebih rendah, maka volumenya harus diukur sebagai beton
dengan mutu (kekuatan) yang lebih rendah.
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
56
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
(i). Jika pekerjaan telah diperbaiki, kuantitas yang akan diukur untuk
pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar bila mana pekerjaan
semula telah memenuhi ketentuan.
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
tertera dalam gambar kerja, akan dibayar pada Harga Kontrak untuk Mata Pembayaran dan
menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas Harga.
LAMPIRAN
Tabel A Jumlah pengambilan contoh beton segar
No. Macam Pengujian Volume Contoh
(Liter)
1 Slum 8
2 Berat Jenis 6
3 Kadar Udara 9
4 Uji Kuat Tekan ( 3 contoh ) 28
5 Uji Kuat Lentur ( 3 contoh ) 28
6 Uji Kuat Tarik ( 3 contoh ) 28
7 Uji Modulus Elastis ( 3 contoh ) 28
8.1. Umum
Besi tulangan untuk pekerjaan konstruksi beton dapat berupa besi polos dan besi ulir
yang memenuhi ketentuan standar JIS atau ASTM A615, Grade 60 atau SII 0376-84,
dengan karakteristik sebagai berikut:
Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Konsultan dan Direksi untuk pengadaan besi
tulangan yang akan dipergunakan dan menyerahkan sertifikat produksi pabrik setiap
pengirimannya ke lokasi pekerjaan. Penyedia Jasa dengan biaya sendiri harus
melakukan uji material bila diminta Konsultan dan Direksi dengan prosedur baku uji yang
disetujui Konsultan dan Direksi
Tampang melintang besi tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus sama pada seluruh
panjangnya dengan yang disetujui Konsultan dan Direksi
Dua besi tulangan dengan diameter yang sama yang diambil secara random dari besi
tulangan yang dikirim ke lokasi kerja harus tidak boleh berbeda lebih dari 2% (dua
persen) dari diameter yang disyaratkan. Besi tulangan harus bersih dari karat, oli, kotoran
dan tidak cacat.
Penyedia Jasa wajib menyerahkan gambar pembesian berikut dengan daftar besi dan
pembengkokannya kepada Konsultan dan Direksi untuk mendapat persetujuan sebelum
pemasangannya di lokasi pekerjaan.
Besi tulangan harus dipotong, ditekuk dan dibentuk sesuai dengan ukuran/dimensi yang
ditunjukkan pada gambar pembesian yang telah disepakati. Besi tulangan harus
dipasang pada lokasi dan posisi yang tepat sesuai dengan gambar dan diikat kuat pada
cetakan beton.
Besi tulangan harus menyatu dengan kuat antara satu dengan yang lain sebagai suatu
rangkaian/anyaman yang kokoh yang tidak mudah berubah bentuk dan diikat dengan
kuat pada cetakan dengan posisi yang tepat dan tidak mudah bergeser selama proses
penuangan dan pemadatan beton.
Semua ujung-ujung kawat pengikat harus ditekuk ke arah dalam adukan beton, tidak
diijinkan mencuat keluar permukaan beton.
Batu tahu untuk membentuk selimut beton, dibuat dari beton pra-cetak dengan kuat
desak tidak kurang dari tipe beton yang akan dituang, dengan tebal sesuai dengan
desain tebal selimut beton diikat kuat pada cetakan dengan kawat dan disiram air sesaat
sebelum beton dituang.
Sebelum penuangan beton dilaksanakan, seluruh besi tulangan harus dibersihkan dari
material lepas, debu, lumpur, kerak, oli atau sisa beton hasil pengecoran sebelumnya
yang menempel/mengeras dan bahan lainnya yang dapat melemahkan ikatan dengan
beton.
Penyedia Jasa wajib memberikan waktu tidak kurang dari 24 jam sebelum pelaksanaan
penuangan beton, kepada Konsultan dan Direksi untuk melakukan pemeriksaan
kesiapan pelaksanaan secara menyeluruh dan memberi persetujuan bila semuanya
sesuai dengan ketentuan dalam spesifikasi.
Semua besi tulangan harus dipasang dengan susunan dan panjang seperti pada gambar
kecuali bila ditentukan dan disetujui berbeda oleh Konsultan dan Direksi
Kecuali yang sudah ditetapkan dalam gambar penyambungan besi tulangan lainnya tidak
diperkenankan tanpa persetujuan Konsultan dan Direksi. Penyambungan harus
dilakukan dengan overlap sepanjang mungkin.
Panjang overlap antara 2 (dua) besi tulangan yang disambung harus sesuai dengan
gambar. Bila tidak ditunjukkan dalam gambar, panjang overlap harus tidak kurang dari 30
(tiga puluh) diameter besi tulangan. Untuk penyambungan dengan cara overlap, besi
tulangan harus dipasang dan diikat dengan kawat sedemikian sehingga tebal selimut
beton tetap memenuhi ketentuan.
Semua besi tulangan harus dipasang dengan tebal selimut beton sesuai dengan
ketentuan dalam gambar, atau atas perintah Konsultan dan Direksi
Kecuali untuk beton pracetak, besi tulangan diukur dalam satuan berat Kg untuk setiap
jenis/tipe besi tulangan bulat-polos atau bulat-ulir, berdasarkan berat yang dihitung untuk
besi tulangan dengan ukuran diameter dan panjang yang ditunjukkan dalam daftar dan
gambar pembesian/penulangan yang disetujui Konsultan dan Direksi
Untuk menghitung berat besi tulangan setiap tipe besi sebagai dasar pembayaran,
ketentuan berat dalam SNI 07-2052-1990 yang setara dengan JIS G3112 harus diikuti
sbb:
Besi Bulat-Ulir
Diameter (mm) D10 D13 D16 D19 D22 D25 D29 D32
Berat (kg/m) 0,617 1,04 1,58 2,23 2,98 3,85 5,19 6,31
Besi Bulat-Polos
Diameter (mm) 8 10 12 16 19 22 25 28 32
Berat (kg/m) 0,395 0,617 0,888 1,58 2,23 2,98 3,85 4,83 6,31
Bila diameter besi tulangan dalam gambar tidak ada dalam daftar diatas, Konsultan dan
Direksi akan menetapkan berat besi tulangan yang dipasang di lokasi pekerjaan
berdasarkan ketentuan dalam standar SNI atau JIS.
Besi tulangan yang diperlukan untuk pemasangan, penyetelan, penjepit, pengikat dan
keperluan lainnya untuk penempatan besi tulangan pada cetakan, tidak diperhitungkan
dalam pembayaran. Besi tulangan untuk overlap sambungan akan diperhitungkan dalam
pembayaran.
Pembayaran untuk pekerjaan besi tulangan dilakukan berdasarkan harga satuan yang
ditawarkan/dicantumkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing tipe
besi bulat-ulir dan besi bulat-polos. Harga satuan tersebut sudah termasuk biaya dan
ongkos untuk pekerja, peralatan, material, alat penyediaan, pemasangan dan penyetelan
besi tulangan dan semua pekerjaan pendukung yang disebut dalam Spesifikasi ini.
1. Lingkup Pekerjaan
- Tiang Pancang 35 cm x 800 ~ 1000 cm dengan kekuatan tiang pancang pada
2
umur 28 hari minimal harus 500 kg/cm , dengan kekuatan tahanan bending momen
minimal 8,91 ton m. sedang tulangan harus mengikuti ketentuan :
2
a. Prestress steel breaking strength 160 kg/cm
b. Reinforcement steel bar quality SD – 40
2.2. Pengangkutan
Penyedia Jasa harus sudah mempertimbangkan kekuatan tiang pancang selama
pengangkutan dari pabrik ke lokasi pekerjaan.
Bila terjadi kerusakan selama pengangkutan yang dapat menyebabkan penurunan
kekuatan tiang pancang, Direksi berhak menolak tiang pancang tersebut. Penggunaan
jalan masuk ke lokasi pekerjaan menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
Kontraktor harus mengambil tindakan-tindakan pengamanan guna mencegah kerusakan
pada tiang pancang dan komponen-komponennya mulai saat pengangkatan,
pengangkutan, penyimpanan, pemasangan sampai dengan pemancangan. Tiang
pancang yang rusak harus diganti baru oleh Kontraktor dengan biaya Kontraktor sendiri.
2.3. Pada umumnya, tiang pancang dengan panjang maksimum harus dipergunakan. Dalam
keadaan tertentu penyambungan (“splice”) tiang pancang akan diperbolehkan. Metode
penyambungan (“splice”) harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau seperti
petunjuk Direksi.
2.4. Pancang beton untuk pintu air yang sederhana terbuat dari tiang pancang beton
bertulang presstress segi empat dengan kuat tekan minimum 400 Kg/Cm2 yang
mempunyai ukuran 0.20 x 0.20 m, dengan panjang seperti yang ditunjukkan dalam
gambar kerja.
2.5. Pancang beton untuk pekerjaan penguat ikatan bronjong terbuat dari pancang beton
bertulang presstress segi tiga (triangle concrete pile) atau segi empat dengan kuat tekan
minimum 225 Kg/Cm2 yang mempunyai ukuran seperti yang ditunjukkan dalam gambar
2.7. Pemukul yang dipergunakan untuk pemancangan tiang pancang baja harus berbobot
tidak boleh kurang dari berat kombinasi dari kepala-pemancang dan tiang pancang.
Pemukul tiang pancang, pemukul uap, udara atau diesel yang disetujui Direksi yang
menghasilkan cukup tenaga untuk menggerakkan tiang-tiang pancang pada kecepatan
penetrasi tidak kurang dari 3.2 mm setiap pukulan.
2.8. Pada tiap akhir dari pemancangan harus disisakan 1.0 m untuk dikupas dan besi dari
tiang pancang harus dimasukkan dalam lantai kontruksi parapet, revetment, sluice way
atau pintu air yang akan dibangun.
2.9. Kepala dari semua tiang pancang beton bila keadaan pemancangan sedemikian rupa
sehingga cenderung akan mengakibatkan rusak yang tidak semestinya harus diberi
pelindung tambahan dengan suatu penutup dan bantalan yang sesuai di atas kepala
tiang pancang dan disetujui oleh Direksi.
2.10. Untuk semua tipe tiang pancang, kepala tiang, sendi atau peralatan lain yang sesuai
dengan rekomendasi dari pabrik harus disediakan sehingga tiang-tiang pancang dapat
dipancang tanpa mengakibatkan kerusakan pada tiang.
2.11. Metode/cara pemancangan tiang pancang tidak boleh berlebihan dan tidak sewajarnya,
sehingga mengakibatkan hancur dan rusaknya beton atau perubahan bentuk. Usaha-
usaha yang dilaksanakan pada tiang pancang untuk memaksanya dalam posisi yang
benar bila atas pertimbangan Direksi terlalu berlebihan tidak akan diperbolehkan. Tiang
pancang yang rusak karena cacat pada saat atau karena kesalahan pemancangan atau
dipancang tidak pada lokasi yang benar atau dipancang di bawah elevasi yang
diterapkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh Direksi, harus diperbaiki atas
biaya Kontraktor sendiri dengan salah satu dari metode berikut yang disetujui oleh
Direksi untuk tiang pancang yang diragukan :
3.11.1. Tiang pancang harus ditarik kembali dan diganti dengan yang baru dan bila
perlu dengan yang lebih panjang
3.11.2. Tiang pancang kedua harus dipancangkan dekat dengan tiang pancang yang
rusak
.
3.11.3. Tiang pancang harus disambung (“splice”) atau dirakit (“built-up”), bila tidak
ditentukan disini atau suatu bagian dari kaki pondasi yang ditambahkan untuk
menanam tiang pancang dengan benar. Semua tiang pancang yang terdorong
ke atas disebabkan pemasangan tiang pancang didekatkan atau oleh sebab
lainnya harus dipancang ke bawah lagi.
3.11.4. Tiang pancang akan dianggap rusak bila terdapat retak yang tampak atau retak
memanjang sekitar seluruh permukaan tiang pancang atau suatu cacat yang
menurut pendapat Direksi mempengaruhi kekuatan atau umur tiang pancang.
2.12. Pencatatan pukulan tiang pancang, jumlah pukulan pemukul (“hammer”) pada tiang
pancang beton dan kedalaman penetrasi setiap pukulan harus dicatat untuk memastikan
daya dukung lapisan tanah. Bila tidak ditentukan oleh Direksi. Kontraktor harus
menyediakan alat pancang yang sesuai untuk mencatat tiang pancang beton pada
setiap pukulan “hammer”. Untuk menghitung jumlah pukulan, penghitung digital atau
suatu alat lain yang disetujui untuk mencatat harus disediakan. Tempat-tempat yang
elastis dan plastis sebagai hasil dari setiap pukulan dapat dicatat dengan
mempergunakan penggaris yang lurus dan kuat di atas selembar kertas yang ditaruh di
atas tiang pancang dan menggoreskan sebuah pensil sepanjang penggaris pada saat
pukulan untuk mencatat pada kertas tempat-tempat, yang elastis dan plastis sebagai
hasil pukulan. Berdasarkan pemancangan yang dibuat, Kontraktor harus menghitung
Spek Umum & Teknis SNVT PJSA BBWS-BS 2018
61
daya dukung lapisan tanah, yang dijumpai dan membuat laporan kepada Direksi. Direksi
akan memberi petunjuk kepada Kontraktor untuk mengakhiri atau meneruskan
pemancangan sampai daya dukung yang dikehendaki tercapai.
2.14. Penilaian dan pembayaran untuk pengadaan tiang pancang didasarkan atas harga
satuan m’ (material on site dapat diprogreskan dan dibayarkan sesuai SSUK dan SSKK
dalam dokumen kontrak), sedang penilaian dan pembayaran untuk pemancangan
didasarkan atas harga satuan m’ dari tiang pancang yang terpancang tersebut. Penilaian
tersebut sudah termasuk bahan, pengadaan alat pancang, pemancangan, pemotongan /
penyambungan, peralatan bantu, upah tenaga kerja dan sebagainya.
1. Ruang Lingkup
2. Acuan Normatif
3. Pelaksanaan Pekerjaan