Вы находитесь на странице: 1из 23

AMBLYOPIA

NURCHALIZA HAZARIA SIREGAR

NIP.19700908 200003 2 001

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN........................................................................................1

II. DEFINISI.....................................................................................................1

III. EPIDEMIOLOGI...................................................................2

IV. PATOFISIOLOGI..................................................................2

V. KLASIFIKASI......................................................................4

VI. DIAGNOSIS........................................................................8

VII. PENATALAKSANAAN.........................................................15

VIII. KOMPLIKASI DARI PENATALAKSANAAN.............................20

IX. KEKAMBUHAN.................................................................21

X. PROGNOSIS......................................................................21

XI. DAFTAR PUSTAKA............................................................23

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

AMBLYOPIA

I. PENDAHULUAN

Amblyopia adalah penurunan ketajaman penglihatan,walaupun sudah diberi koreksi

yang terbaik, dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak dapat dihubungkan langsung
dengan kelainan struktural mata maupun jaras penglihatan posterior. 1

Klasifikasi amblyopia dibagi ke dalam beberapa kategori dengan nama yang sesuai

dengan penyebabnya yaitu amblyopia strabismik, fiksasi eksentrik, amblyopia anisometropik,

amblyopia isometropia dan amblyopia deprivasi.1

Amblyopia, dikenal juga dengan istilah “mata malas” (lazy eye), adalah masalah

dalam penglihatan yang memang hanya mengenai 2 – 3 % populasi, tapi bila dibiar – biarkan

akan sangat merugikan nantinya bagi kehidupan si penderita. Amblyopia tidak dapat sembuh

dengan sendirinya, dan amblyopia yang tidak diterapi dapat menyebabkan gangguan

penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik itu timbul suatu penyakit ataupun

trauma, maka penderita akan bergantung pada penglihatan buruk mata yang amblyopia, oleh

karena itu amblyopia harus ditatalaksana secepat mungkin.2

Hampir seluruh amblyopia itu dapat dicegah dan bersifat reversibel dengan deteksi

dini dan intervensi yang tepat.2,3 Anak dengan amblyopia atau yang beresiko amblyopia

hendaknya dapat diidentifikasi pada umur dini, dimana prognosis keberhasilan terapi akan

lebih baik.1

II. DEFINISI

Amblyopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia

(penglihatan). Dikenal juga dengan “lazy eye” atau mata malas.2 Amblyopia merupakan

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

suatu keadaan dimana pemeriksa tidak melihat apa – apa dan pasien melihat sangat

sedikit.(The observer see nothing and the patient very little.)4

Amblyopia adalah penurunan ketajaman penglihatan,walaupun sudah diberi koreksi

yang terbaik, dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak dapat dihubungkan langsung

dengan kelainan struktural mata maupun jaras penglihatan posterior.1


III. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi amblyopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir dan berbeda pada tiap

literatur, berkisar antara 1 – 3,5 % pada anak yang sehat sampai 4 – 5,3 % pada anak dengan

problema mata. Hampir seluruh data mengatakan sekitar 2 % dari keseluruhan populasi

menderita amblyopia.3,5,6 Di Cina, menurut data bulan Desember tahun 2005 yang lalu,

sekitar 3 – 5 % atau 9 hingga 5 juta anak menderita amblyopia.2

Jenis kelamin dan ras tampaknya tidak ada perbedaan. Usia terjadinya amblyopia

yaitu pada periode kritis dari perkembangan mata. Resiko meningkat pada anak yang

perkembangannya terlambat, prematur dan / atau dijumpai adanya riwayat keluarga

amblyopia.3

IV. PATOFISIOLOGI

Pada amblyopia didapati adanya kerusakan penglihatan sentral, sedangkan daerah

penglihatan perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada binatang

serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukung konsep adanya suatu periode kritis yang

peka dalam berkembangnya keadaan amblyopia. Periode kritis ini

sesuai dengan

perkembangan sistem penglihatan anak yang peka terhadap masukan abnormal yang

diakibatkan oleh rangsangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang signifikan.

Secara umum, periode kritis untuk amblyopia deprivasi terjadi lebih cepat dibanding

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

strabismus maupun anisometropia. Lebih lanjut, waktu yang dibutuhkan untuk terjadinya

amblyopia ketika periode kritis lebih singkat pada rangsang deprivasi dibandingkan

strabismus ataupun anisompetropia.1

Periode kritis tersebut adalah :3

1. Perkembangan tajam penglihatan dari 20/200 (6/60) hinga 20/20 (6/6),


yaitu pada saat lahir sampai usia 3 – 5 tahun.

2. Periode yang beresiko (sangat) tinggi untuk terjadinya amblyopia

deprivasi, yaitu di usia beberapa bulan hingga usia 7 – 8 tahun.

3. Periode dimana kesembuhan amblyopia masih dapat dicapai, yaitu sejak

terjadinya deprivasi sampai usia remaja atau bahkan terkadang usia

dewasa.

Walaupun mekanisme neurofisiologi penyebab amblyopia masih sangat belum jelas,

studi eksperimental modifikasi pengalaman dalam melihat pada binatang dan percobaan

laboratorium pada manusia dengan amblyopia telah memberi beberapa masukan, pada

binatang percobaan menunjukkan gangguan sistem penglihatan fungsi neuron yang

dalam/besar yang diakibatkan pengalaman melihat abnormal dini. Sel pada korteks visual

primer dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi rangsangan pada satu atau kedua

mata, dan sel yang masih responsif fungsinya akhirnya dapat menurun. Kelainan juga terjadi

pada neuron badan genikulatum lateral. Keterlibatan retina masih belum dapat disimpulkan.1

Sistem penglihatan membutuhkan pengalaman melihat dan terutama interaksi

kompetitif antar jalur penglihatan di kedua mata pada visual korteks untuk berkembang

hingga dewasa.7 Bayi sudah dapat melihat sewaktu lahir, tapi mereka harus belajar

bagaimana menggunakan mata mereka. Mereka harus belajar bagaimana untuk fokus, dan

bagaimana cara menggunakan kedua mata bersamaan.8

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Penglihatan yang baik harus jernih, bayangan terfokus sama pada kedua mata. Bila

bayangan kabur pada satu mata, atau bayangan tersebut tidak sama pada kedua mata, maka

jaras penglihatan tidak dapat berkembang dengan baik, bahkan dapat memburuk.9 Bila hal ini

terjadi, otak akan ”mematikan” mata yang tidak fokus dan orang tersebut akan bergantung
pada satu mata untuk melihat.8

V. KLASIFIKASI

Amblyopia dibagi kedalam beberapa bagian sesuai dengan gangguan/kelainan yang

menjadi penyebabnya.1

• AMBLYOPIA STRABISMIK

Amblyopia yang paling sering ditemui ini terjadi pada mata yang berdeviasi konstan.

Konstan, tropia yang tidak bergantian (nonalternating, khususnya esodeviasi) sering

menyebabkan amblyopia yang signifikan.1 Amblyopia umumnya tidak terjadi bila

terdapat fiksasi yang bergantian, sehingga masing – masing mata mendapat jalan/ akses

yang sama ke pusat penglihatan yang lebih tinggi, atau bila deviasi strabismus

berlangsung intermiten maka akan ada suatu periode interaksi binokular yang normal

sehingga kesatuan sistem penglihatan tetap terjaga baik.10

Amblyopia strabismik diduga disebabkan karena kompetisi atau terhambatnya interaksi

antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu (fusi) dari kedua mata, yang

akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan kortikal oleh mata yang berfiksasi dan

lama kelamaan terjadi penurunan respon terhadap input dari mata yang tidak berfiksasi.1

Penolakan kronis dari mata yang berdeviasi oleh pusat penglihatan binokular ini

tampaknya merupakan faktor utama terjadinya amblyopia strabismik, namun pengaburan

bayangan foveal oleh karena akomodasi yang tidak sesuai, dapat juga menjadi faktor

tambahan.10

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Hal tersebut di atas terjadi sebagai usaha inhibisi atau supresi untuk menghilangkan

diplopia dan konfusi.11 (konfusi adalah melihat 2 objek visual yang berlainan tapi

berhimpitan, satu di atas yang lain).12

Ketika kita menyebut amblyopia strabismik, kita langsung mengacu pada esotropia,
bukan eksotropia.(Tabel 1.1) Perlu diingat, tanpa ada gangguan lain, esotropia primer-lah,

bukan eksotropia, yang sering diasosiasikan dengan amblyopia . Hal ini disebabkan

karena eksotropia sering berlangsung intermiten dan / atau deviasi alternat dibanding

deviasi unilateral konstan, yang merupakan ”prasyarat” untuk terjadinya amblyopia.4

Jenis Strabismus Primer dan Ada atau Tidaknya Amblyopia 4

Intermiten alternating tidak ada amblyopia

Konstan unilateral (sering)

Esotropia Primer

tidak ada amblyopia

Amblyopia

Intermiten

Alternating tidak ada amblyopia

Konstan unilateral (jarang)

Eksotropia Primer

tidak ada amblyopia

Amblyopia

FIKSASI EKSENTRIK

Fiksasi eksentrik mengacu kepada penggunaan regio nonfoveal retina terus menerus

untuk penglihatan monokular oleh mata amblyopia .1 Fiksasi eksentrik terdapat sekitar

80% dari penderita amblyopia.13 Fiksasi eksentrik ringan (derajat minor), hanya dapat

dideteksi dengan uji khusus, seperti visuskop, banyak dijumpai pada penderita amblyopia

strabismik dan hilangnya tajam penglihatan ringan.1

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009


Secara klinis bukti adanya fiksasi eksentrik, dapat dideteksi dengan melihat refleks

kornea pada mata amblyopia tidak pada posisi sentral, dimana ia memfiksasi cahaya,

dengan mata dominan ditutup.1Umumnya tajam penglihatan adalah 20/200 (6/60) atau

lebih buruk lagi.1,14 Penggunaan regio nonfoveal untuk fiksasi tidak dapat disimpulkan

sebagai penyebab utama menurunnya penglihatan pada mata yang amblyopia. Mekanisme

fenomena ini masih belum diketahui.1

AMBLYOPIA ANISOMETROPIK

Terbanyak kedua setelah amblyopia strabismik adalah amblyopia anisometropik, terjadi

ketika adanya perbedaan refraksi antara kedua mata yang menyebabkan lama kelamaan

bayangan pada satu retina tidak fokus.1

Jika bayangan di fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang disebabkan

karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan, maka terjadi rintangan

untuk fusi. Lebih – lebih fovea mata yang lebih ametropik akan menghalangi

pembentukan bayangan (form vision).12

Kondisi ini diperkirakan sebagian akibat efek langsung dari bayangan kabur pada

perkembangan tajam penglihatan pada mata yang terlibat, dan sebagian lagi akibat

kompetisi interokular atau inhibisi yang serupa ( tapi tidak harus identik) dengan yang

terjadi pada amblyopia strabismik.1

Derajat ringan anisometropia hyperopia atau astigmatisma (1-2 D) dapat menyebabkan

amblyopia ringan. Myopia anisometropia ringan (< - 3 D) biasanya tidak menyebabkan

amblyopia, tapi myopia tinggi unilateral ( - 6 D) sering menyebabkan amblyopia berat.1

Begitu juga dengan hyperopia tinggi unilateral ( + 6 D). Tapi pada beberapa pasien

(kemungkinan onset-nya terjadi pada umur lanjut), gangguan penglihatan, anehnya,

adalah ringan. Bila gangguan penglihatan amat sangat besar, sering didapat bukti adanya
Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

malformasi atau perubahan degeneratif pada mata ametropia yang menyebabkan

kerusakan fungsional atau menambah faktor amblyopiogenik.10

AMBLYOPIA ISOMETROPIA

Amblyopia isometropia terjadi akibat kelainan refraksi tinggi yang tidak dikoreksi, yang

ukurannya hampir sama pada mata kanan dan mata kiri.1 Dimana walaupun telah

dikoreksi dengan baik, tidak langsung memberi hasil penglihatan normal. Tajam

penglihatan membaik sesudah koreksi lensa dipakai pada suatu periode waktu (beberapa

bulan). Khas untuk amblyopia tipe ini yaitu, hilangnya penglihatan ringan dapat diatasi

dengan terapi penglihatan, karena interaksi abnormal binokular bukan merupakan faktor

penyebab.4 Mekanismenya hanya karena akibat bayangan retina yang kabur saja.1 Pada

amblyopia isometropia, bayangan retina (dengan atau tanpa koreksi lensa) sama dalam

hal kejelasan/ kejernihan dan ukuran.4

Hyperopia lebih dari 5 D dan myopia lebih dari 10 D beresiko menyebabkan bilateral

amblyopia 1,14 ,dan harus dikoreksi sedini mungkin agar tidak terjadi amblyopia.14

AMBLYOPIA DEPRIVASI

Istilah lama amblyopia ex anopsia atau ”disuse amblyopia” sering masih digunakan

untuk amblyopia deprivasi, dimana sering disebabkan oleh kekeruhan media kongenital

atau dini1, akan menyebabkan terjadinya penurunan pembentukan bayangan yang

akhirnya menimbulkan amblyopia.14 Bentuk amblyopia ini sedikit kita jumpai namun

merupakan yang paling parah dan sulit diperbaiki.1Amblyopia bentuk ini lebih parah pada

kasus unilateral dibandingkan bilateral dengan kekeruhan identik.14


Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Anak kurang dari 6 tahun, dengan katarak kongenital padat / total yang menempati daerah

sentral dengan ukuran 3mm atau lebih, harus dianggap dapat menyebabkan amblyopia

berat. Kekeruhan lensa yang sama yang terjadi pada usia > 6 thn lebih tidak berbahaya.1

Amblyopia oklusi adalah bentuk amblyopia deprivasi disebabkan karena penggunaan

patch (penutup mata) yang berlebihan.1 Amblyopia berat dilaporkan dapat terjadi satu

minggu setelah penggunaan patching unilateral pada anak usia < 2 tahun sesudah

menjalani operasi ringan pada kelopak mata.10

VI. DIAGNOSIS

Amblyopia didiagnosis bila terdapat penurunan tajam penglihatan yang tidak dapat

dijelaskan, dimana hal tersebut ada kaitan dengan riwayat atau kondisi yang dapat

menyebabkan amblyopia.1

ANAMNESIS

Bila menemui pasien amblyopia, ada 4 pertanyaan penting yang harus kita tanyakan dan

harus dijawab dengan lengkap, yaitu :4

1. Kapan pertama kali dijumpai kelainan amblyogenik ? (seperti strabismus,

anisometropia, dll)

2. Kapan penatalaksanaan pertama kali dilakukan ?

3. Terdiri dari apa saja penatalaksanaan itu ?

4. Bagaimana kedisiplinan pasien terhadap penatalaksanaan itu?

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Jawaban dari keempat pertanyaan tersebut akan membantu kita dalam membuat

prognosisnya.4 (Tabel 2)

Jelek s/d Sedang

Sedang s/d Baik Baik s/d Sempurna


2 s/d 4 thn 4 s/d 7 thn

1 s/d 3 thn ≤ 1 thn

Onset anomali lahir s/d usia 2 thn

Amblyogenik

Onset terapi

>3 thn

Minus onset

Anomali

Bentuk dan koreksi optikal Koreksi optikal &

Koreksi optikal penuh

Keberhasilan Kemajuan VA Patching

Patching

Dari terapi minimal Kemajuan VA sedang Kemajuan VA signifi

A wal

(moderat)

-kan

Latihan akomodasi,

Koordinasi mata-ta-

ngan,& fiksasi

Adanya stereopsis &

Alternasi

Kepatuhan

tidak s/d kurang

lumayan s/d cukup


cukup s/d sgt patuh

Tabel 2. Faktor primer yang berhubungan dengan prognosis amblyopia4

VA = visual acuity = tajam penglihatan

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Sebagai tambahan, penting juga ditanyakan riwayat keluarga yang menderita strabismus

atau kelainan mata lainnya, karena hal tersebut merupakan predisposisi seorang anak

menderita amblyopia.3 Strabismus dijumpai sekitar 4% dari keseluruhan populasi.

Frekuensi strabismus yang ”diwariskan” berkisar antara 22% - 66%. Frekuensi

esotropia diantara saudara sekandung, dimana pada orang tua tidak dijumpai kelainan

tersebut, adalah 15%. Jika salah satu orang tuanya esotropia, frekuensi meningkat

hingga 40%. ( Informasi ini tidak mempengaruhi prognosis, tapi penting untuk

keturunannya).4

TAJAM PENGLIHATAN

Penderita amblyopia kurang mampu untuk membaca bentuk / huruf yang rapat dan

mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf tersebut. Tajam penglihatan

yang dinilai dengan cara konvensional, yang berdasar kepada kedua fungsi tadi, selalu

subnormal.10

Telah diketahui bahwa penderita amblyopia sulit untuk mengidentifikasi huruf yang

tersusun linear (sebaris) dibandingkan dengan huruf yang terisolasi, maka dapat kita

lakukan dengan meletakkan balok disekitar huruf tunggal.(Gambar 1). Hal ini disebut

”Crowding Phenomenon”.10

Terkadang mata amblyopia dengan tajam penglihatan 20/20 (6/6) pada huruf isolasi

dapat turun hingga 20/100 (6/30) bila ada interaksi bentuk (countour interaction).

Perbedaan yang besar ini terkadang muncul juga sewaktu pasien yang sedang

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009


Gambar 1.Balok interaktif yang mengelilingi huruf Snellen.10

diobati kontrol, dimana tajam penglihatannya jauh lebih baik pada huruf isolasi

daripada huruf linear. Oleh karena itu, amblyopia belum dikatakan sembuh hingga

tajam penglihatan linear kembali normal.10

Menentukan tajam penglihatan mata amblyopia pada anak adalah pemeriksaan yang

paling penting.1 Walaupun untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang dapat dipercaya

sulit pada pasien anak – anak, tapi untungnya penatalaksanaan amblyopia sangat efektif

dan efisien pada anak – anak.10

Anak yang sudah mengetahui huruf balok dapat di tes dengan karta Snellen standar.

Untuk Nonverbal Snellen, yang banyak digunakan adalah tes ”E” dan tes ”HOTV”. 10

Tes lain adalah dengan simbol LEA.(Gambar 2 ) Bentuk ini mudah bagi anak usia ± 1

tahun (todler), dan mirip dengan konfigurasi huruf Snellen. Caranya sama dengan tes

HOTV.10

Gambar 2. Simbol LEA10

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

NEUTRAL DENSITY (ND) FILTER TEST

Tes ini digunakan untuk membedakan amblyopia fungsional dan organik. Filter densitas

netral (Kodak No.96, ND 2.00 dan 0,50) dengan densitas yang cukup unruk

menurunkan tajam penglihatan mata normal dari 20/20 (6/6) menjadi 20/40 (6/12)

ditempatkan di depan mata yang amblyopik.10,12 Bila pasien menderita amblyopia,

tajam penglihatan dengan NDF tetap sama dengan visus semula atau sedikit membaik.7

(Gambar 3)

Jika ada amblyopia organik, tajam penglihatan menurun dengan nyata bila digunakan

filter,12,14 misalnya 20/100 (6/30) menjadi hitung jari atau lambaian tangan.7
Keuntungan tes ini bisa, digunakan untuk screening secara cepat sebelum, dikerjakan

terapi oklusi, apabila penyebab amblyopia tidak jelas.12

Gambar 3. Tes Filter Densitas Netral12

Keterangan :

A. Pada saat mata yang sehat ditutup, filter ditempatkan di depan mata yang

ambliopik selama 1 menit sebelum diperiksa visusnya.

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

B. Tanpa filter pasien bisa membaca 20/40

C. Dengan filter, visus tetap 20/40 (atau membaik 1 atau 2 baris) pada amblyopia

fungsional

D. Filter bisa menurunkan visus 3 baris atau lebih pada kasus-kasus amblyopia

organik

MENENTUKAN SIFAT FIKSASI

Pada pasien amblyopia, sifat fiksasi haruslah ditentukan. Penglihatan sentral terletak

pada foveal; pada fiksasi eksentrik, yang digunakan untuk melihat adalah daerah retina

parafoveal – hal ini sering dijumpai pada pasien dengan strabismik amblyopia daripada

anisometropik amblyopia.14 Fiksasi eksentrik ditandai dengan tajam penglihatan 20/200

(6/60) atau lebih buruk lagi.1,14 Tidak cukup kiranya menentukan sifat fiksasi hanya

pada posisi refleks cahaya korneal. Fiksasi didiagnosis dengan menggunakan visuskop

dan dapat didokumentasi dengan kamera fundus Zeiss. Tes lain dapat dengan tes tutup

alternat untuk fiksasi eksentrik bilateral.12

Visuskop

Visuskop adalah oftalmoskop yang telah dimodifikasi yang memproyeksikan

target fiksasi ke fundus.(Gambar 4) Mata yang tidak diuji ditutup. Pemeriksa

memproyeksikan target fiksasi ke dekat makula, dan pasien mengarahkan


pandagannya ke tanda bintik hitam (asterisk / *).12,14

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Gambar 4. Visuskop12

Posisi tanda asterisk di fundus pasien dicatat. Pengujian ini diulang beberapa

kali untuk menentukan ukuran daerah fiksasi eksentrik.12 Pada fiksasi sentral,

tanda asterisk terletak di fovea. Pada fiksasi eksentrik, mata akan bergeser

sehingga asterisk bergerak ke daerah ekstrafoveal dari fiksasi retina.14

Tes Tutup Alternat (Alternat Cover Test) untuk Fiksasi Eksentrik Bilateral

Fiksasi eksentrik bilateral adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai dan

terjadi pada pasien – pasien dengan amblyopia kongenital keduabelah mata

dan dalam hal ini pada penyakit makula bilateral dalam jangka lama.12

Misalnya bila kedua mata ekstropia atau esotropia, maka bila mata

kontralateral ditutup, mata yang satunya tetap pada posisi semula, tidak ada

usaha untuk refiksasi bayangan.(Gambar 5) Tes visuskop akan menunjukkan

adanya fiksasi eksentrik pada kedua belah mata.14

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Gambar 5. Fiksasi Eksentrik Bilateral12

VII. PENATALAKSANAAN

Amblyopia, pada kebanyakan kasus, dapat ditatalaksana dengan efektif selama satu

dekade pertama. Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula

peluang keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil, hal ini tidak menjamin

penglihatan optimal akan tetap bertahan, maka para klinisi harus tetap waspada dan bersiap

untuk melanjutkan penatalaksanaan hingga penglihatan ”matang” (sekitar umur 10 tahun).10

Penatalaksanaan amblyopia meliputi langkah – langkah berikut :1


Menghilangkan (bila mungkin) semua penghalang penglihatan seperti katarak

Koreksi kelainan refraksi

Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi penggunaan

mata yang lebih baik

Pengangkatan Katarak

Katarak yang dapat menyebabkan amblyopia harus segera dioperasi, tidak perlu ditunda –

tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama kehidupan, sangat

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

penting dilakukan agar penglihatan kembali pulih dengan optimal. Pada kasus katarak

bilateral, interval operasi pada mata yang pertama dan kedua sebaiknya tidak lebih dari 1-

2 minggu. Terbentuknya katarak traumatika berat dan akut pada anak dibawah umur 6

tahun harus diangkat dalam beberapa minggu setelah kejadian trauma, bila

memungkinkan.1 Yang mana katarak traumatika itu sangat bersifat amblyopiogenik.

Kegagalan dalam ”menjernihkan” media, memperbaiki optikal, dan penggunaan reguler

mata yang terluka, akan mengakibatkan amblyopia berat dalam beberapa bulan, selambat

– lambatnya pada usia 6 hingga 8 tahun.10

Koreksi Refraksi

Bila amblyopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka dapat diterapi

dengan kacamata atau lensa kontak.2 Ukuran kaca mata untuk mata amblyopia diberi

dengan koreksi penuh dengan penggunaan sikloplegia.1

Bila dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena bila

memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk.10

Karena kemampuan mata amblyopia untuk mengatur akomodasi cenderung menurun,

maka ia tidak dapat mengkompensasi hyperopia yang tidak dikoreksi seperti pada mata

anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera mungkin untuk menghindarkan
terjadinya deprivasi penglihatan akibat keruhnya lensa menjadi defisit optikal berat.

Amblyopia anisometropik dan amblyopia isometropik akan sangat membaik walau hanya

dengan koreksi kacamata selama beberapa bulan.1

Oklusi dan Degradasi Optikal

1. Oklusi

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 3 dan merupakan terapi pilihan,14 yang

keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh waktu (full time) atau

paruh waktu (part-time).16

A. Oklusi Full Time

Pengertian oklusi full- time pada mata yang lebih baik adalah oklusi untuk semua

atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga.(Occlusion for all or all but one

waking hour),1,14 arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan amblyopia dengan

cara penggunaan mata yang ”rusak”.1 Biasanya penutup mata yang digunakan

adalah penutup adesif (adhesive patches) yang tersedia secara komersial.1(Gambar

6).

Gambar 6. Adhesive patch5

Penutup (patch) dapat dibiarkan terpasang pada malam hari atau dibuka sewaktu

tidur. Kacamata okluder (spectacle mounted ocluder) atau lensa kontak opak1,atau

Annisa’s Fun Patches (Gambar 7)2 dapat juga menjadi alternatif full-time patching

bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang lengket.1 Full-time patching

baru dilaksanakan hanya bila strabismus konstan menghambat penglihatan

binokular, karena full-time patching mempunyai sedikit resiko, yaitu bingung

dalam hal penglihatan binokular.1


Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Ada suatu aturan / standar mengatakan full-time patching diberi selama 1 minggu

untuk setiap tahun usia3,14,16, misalnya penderita amblyopia pada mata kanan

berusia 3 tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu dievaluasi

kembali.16 Hal ini untuk menghindarkan terjadinya amblyopia pada mata yang

baik.3

Gambar 7. Annisa’s Fun Patches yang tidak memakai perekat karena dapat

disisipkan ke dalam kacamata.3

B. Oklusi Part-time

Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari, akan memberi hasil sama

dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-nya tergantung dari

derajat amblyopia.1

Amblyopia Treatment Studies (ATS) telah membantu dalam penjelasan peranan

full-time patching dibanding part-time. Studi tersebut menunjukkan, pasien usia 3-

7 tahun dengan amblyopia berat (tajam penglihatan antara 20/100 = 6/30 dan

20/400 = 6/120 ), full-time patching memberi efek sama dengan penutupan selama

6 jam per hari. Dalam studi lain, patching 2 jam/hari menunjukkan kemajuan

tajam penglihatan hampir sama dengan patching 6jam/hari pada amblyopia

sedang / moderate (tajam penglihatan lebih baik dari 20/100) pasien usia 3 – 7

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

tahun. Dalam studi ini, patching dikombinasi dengan aktivitas melihat dekat

selama 1 jam/ hari.3

Idealnya, terapi amblyopia diteruskan hingga terjadi fiksasi alternat atau tajam

penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing – masing mata. Hasil ini tidak

selalu
dapat

dicapai.

Sepanjang

terapi

terus

menunjukkan

kemajuan,

maka

penatalaksanaan harus tetap diteruskan.10

2. Degradasi Optikal

Metode lain untuk penatalaksanaan amblyopia adalah dengan menurunkan kualitas

bayangan (degradasi optikal) pada mata yang lebih baik hingga menjadi lebih buruk

dari mata yang amblyopia, sering juga disebut penalisasi (penalization). Sikloplegik

(biasanya atropine tetes 1% atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali dalam sehari

pada mata yang lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila melihat

dekat dekat.1

ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan patching

untuk amblyopia sedang (tajam penglihatan lebih baik daripada 20/100). ATS tersebut

dilakukan pada anak usia 3 – 7 tahun. ATS juga memperlihatkan bahwa pemberian

atropine pada akhir minggu (weekend) memberi perbaikan tajam penglihatan sama

dengan pemberian atropine harian yang dilakukan pada kelompok anak usia 3 – 7

tahun dengan amblyopia sedang.3 Ada juga studi terbaru * yang membandingkan

atropine dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7 tahun,menunjukkan atropine

merupakan pilihan efektif. Sehingga, ahli mata yang tadinya masih ragu – ragu,
memilih atropine sebagai pilihan pertama daripada patching. † 2

hasil studi telah diterbitkan di Ophthalmology, Agustus 2003

Review of Ophthalmology, Oktober 2003

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Pendekatan ini mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan oklusi, yaitu tidak

mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis. Dengan atropinisasi, anak

sulit untuk ”menggagalkan” metode ini. Evaluasinya juga tidak perlu sesering

oklusi.10

Metode pilihan lain yang prinsipnya sama adalah dengan memberikan lensa positif

dengan ukuran tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah terjadinya efek samping

farmakologik atropine.1

Keuntungan lain dari metode atropinisasi dan metode non-oklusi pada pasien dengan

mata yang lurus (tidak strabismus) adalah kedua mata dapat bekerjasama,1 jadi

memungkinkan penglihatan binokular.10

VIII. KOMPLIKASI DARI PENATALAKSANAAN

Semua bentuk penatalaksanaan amblyopia memungkinkan untuk terjadinya

amblyopia pada mata yang baik.Oklusi full-time adalah yang paling beresiko tinggi dan harus

dipantau dengan ketat, terutama pada anak balita. Follow-up pertama setelah pemberian

oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1 minggu per tahun usia pada anak

(misalnya : 4 minggu untuk anak usia 4 tahun). Oklusi part-time dan degradasi optikal,

observasinya tidak perlu sesering oklusi full-time, tapi follow-up reguler tetap penting.1

Hasil akhir terapi amblyopia unilateral adalah terbentuknya kembali fiksasi alternat,

tajam penglihatan dengan Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua
mata.1

Waktu yang diperlukan untuk lamanya terapi tergantung pada hal berikut :1

Derajat amblyopia

Pilihan terapeutik yang digunakan

Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dipilih

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Usia pasien

Semakin berat amblyopia, dan usia lebih tua membutuhkan penatalaksanaan yang

lebih lama. Oklusi full-time pada

bayi dan balita dapat memberi perbaikan amblyopia

strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang lebih berumur yang

memakai penutup hanya seusai sekolah dan pada akhir minggu saja, membutuhkan waktu 1

tahun atau lebih untuk dapat berhasil.1

IX. KEKAMBUHAN (REKURENSI)

Bila penatalaksanaan amblyopia dihentikan setelah perbaikan penuh atau masih

sebagian tercapai, sekitar setengah dari pasien-pasien akan mengalami kekambuhan, yang

selalu dapat disembuhkan lagi dengan usaha terapeutik baru. Kegagalan dapat dicegah

dengan memakai pengaturan pada penglihatan, seperti patching selama 1 – 3 jam per hari,

penalisasi optikal dengan kacamata, atau penalisasi farmakologik dengan atropine selama 1

atau 2 hari per minggu. Pengaturan ini diteruskan hingga ketajaman penglihatan telah stabil

tanpa terapi lain selain kacamata biasa. Keadaan ini perlu tetap dipantau secara periodik

sampai usia 8 – 10 tahun. Selama penglihatan tetap stabil, interval kunjungan untuk follow-up

dapat dilakukan tiap 6 bulan.1

X. PROGNOSIS
Setelah 1 tahun, sekitar 73% pasien menunjukkan keberhasilan setelah terapi oklusi

pertama.3 Bila penatalaksanaan dimulai sebelum usia 5 tahun, visus normal dapat tercapai.

Hal ini semakin berkurang seiring dengan pertambahan usia. Hanya kesembuhan parsial yang

dapat dicapai bila usia lebih dari 10 tahun.17

Faktor resiko gagalnya penatalaksanaan amblyopia adalah sebagai berikut :3

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

o Jenis Amblyopia : Pasien dengan anisometropia tinggi dan pasien dengan

kelainan organik, prognosisnya paling buruk. Pasien dengan amblyopia

strabismik prognosisnya paling baik.

o Usia dimana penatalaksanaan dimulai : Semakin muda pasien maka prognosis

semakin baik.

o Dalamnya amblyopia pada saat terapi dimulai : Semakin bagus tajam

penglihatan awal pada mata amblyopia, maka prognosisnya juga semakin baik.

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology; Pediatric Ophthalmology; Chapter 5 :

Amblyopia; Section 6; Basic and Clinical Science Course; 2004 – 2005; p.63 – 70

2. Lee,J; Bailey,G; Thompson, V; “ Amblyopia (Lazy Eye)”. Available at :

http://www.allaboutvision.com/conditions/amblyopia.htm

3. Yen, K.G ; Amblyopia. Available at : http://www.emedicine.com/OPH/topic316.htm

4. Ciufrfreda, K.J; Levi,D.M ; Selenow, A ; Amblyopia Basic and Clinical Aspects,

Butterworth Heinemann; 1991

5. Amblyopia in Common Eye Conditions Disorders and Diseases. Available at:

http://www.middleseweye.com/eye_conditions.htm

6. Leske,M.C ; Hawkins, B.S ; Screening: Relationship to diagnosis and therapy in Duane’s


Clinical Ophthalmology; Chapter 54; Volume 5; Revised Edition; Lippincott Williams &

Wilkins; 2004; p.11

7. American Academy of Ophthalmology ; International Ophthalmology; Chapter 10:

Amblyopia; Section 13; Basic and Clinical Science Course; 2004 – 2005; p111-119

8. Amblyopia : Treat “Lazy Eye” in early childhood. Available at:

http://www.eyesite.ca/english/public-information/eye-

conditions/pdfs/amblyopia.pdf#search=’amblyopia’

9. Amblyopia in Children: What It Is and How It Is Treated. Available at:

http://familydoctor.org/460.xml?printxml

10. Greenwald, M.J; Parks, M.M; in Duane’s Clinical Ophthalmology; Volume 1; Revised

Edition; Lippincott Williams & Wilkins; 2004; Chapter 10 – p.1-19; Chapter 11 p1-8

11. Henkind, P; Priest, R.S; Schiller, G; Compendium of Ophthalmolgy; J.B.Lippincott

Company; Philadelphia and Toronto; 1983; p 78-93

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

12. Noorden,G.K.V; Atlas Strabismus; Edisi 4; EGC; Jakarta; 1988; p78-93

13. Cleary, M ; Efficacy of Occlusion for Strabismic Amblyopia : Can an optimal duration be

identified?. Available at : http://www.bjo.com

14. Langston, D.P; Manual of Ocular Diagnosis and Therapy; 5th Edition; Lippincott Wlliams

& Wilkins; Philadelphia; p 344-346

15. Mims,J.L ; Treatment of Amblyopia Secondary to a Refractive Error in Decision Making

in Ophthalmolgy;Mosby ; 2000; p 138

16. Amblyopia. Available at : http://www.eyemdlink.com/condition.asp?conditionID=64

17. Medical Encyclopedia : Amblyopia. Available at:

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001014.htm
Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Nurchaliza Hazaria Siregar : Amblyopia, 2009

Вам также может понравиться