Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
dan organisasi kepada pegawai baru untuk meningkatkan kontribusi pegawai baru
dalam program orientasi kerja lebih ditekankan kepada pemberian informasi yang
bekerja (Marquis & Huston, 2010). Sesuai dengan pernyataan diatas, menurut
waktu dan sumber daya untuk menilai kompetensi karyawan baru, dan
efektif.
beberapa tantangan yang biasanya dihadapi oleh pegawai baru khususnya pegawai
yang masih muda dan belum berpengalaman ketika pertama kali memasuki
organisasi seperti menghadapi harapan yang tidak realistis yang berkaitan dengan
jenis pekerjaan yang akan dilakukan, jumlah feedback atau bantuan yang diterima,
membuat pegawai baru merasa diinginkan dan diperlukan oleh rekan sekerja dan
dibutuhkan untuk mewujudkan cita-cita organisasi (Gillies, 1989). Hal yang sama
orientasi kerja disebabkan oleh masalah yang dialami oleh kinerja perawat baru
pengetahuan klinis, hubungan dengan rekan kerja, keinginan untuk mandiri tetapi
Program orientasi kerja harus dilaksanakan dengan tujuan yang jelas seperti
transisi pegawai baru ke lingkungan kerja baru. Program orientasi kerja yang
antusiasme dan moral. Dimana tujuan program orientasi kerja adalah membuat
pegawai merasa bagian dari tim, sehingga hal ini akan mengurangi gesekan dan
membantu pegawai baru menjadi mandiri dalam peran baru mereka dengan lebih
pada perawat baru diruang pediatrik rumah sakit anak yang menjadi sebuah
strategi untuk retensi perawat dan dampaknya bagi keuangan rumah sakit tersebut,
dinyatakan bahwa indikasi dari program orientasi kerja membawa perbedaan yang
ruang pediatrik sebelum mengikuti program orientasi khusus tersebut adalah 82%,
sejak diterapkan sebuah program orientasi khusus pediatrik yang disebut dengan
Pediatric Nurse Fellowship Program (PNFP) menjadi 94% dan dibeberapa unit
seperti PICU dan unit oncology juga mengalami peningkatan. Analisis tambahan
yang dilakukan untuk melihat tingkat turnover di dapat penurunan seperti di unit
PICU turnover 1,61% sebelum mengikuti PNFP dan setelah mengikuti PNFP
menjadi 0,66% sampai dengan 0,38% (Friedman, Delaney, Schmidt, Quinn, &
orientasi tidak efektif, stres, sumber daya yang langka, dan kelompok kohesi dan
dukungan (Beecroft, Dorey, & Wenten, 2008; Park & Jones, 2010; Scott,
Engelke, & Swanson, 2008 dalam penelitian Theisen & Sandau, 2013).
dengan kinerja perawat baru, yang hasilnya menunjukkan bahwa secara umum
rerata kompetensi perawat baru yang memiliki kompetensi atau kinerja baik
sebanyak 61,5% (42 orang), hanya 38,5% (16 orang) saja perawat baru yang
perilaku dan sikap perawat baru agar kinerja perawat menjadi lebih baik.
Sehingga untuk itu diperlukan cara yang tepat dalam melaksanakan program
orientasi kerja.
Salah satu cara atau metode dalam pelaksanaan program orientasi kerja
adalah dengan teori pendidikan orang dewasa, yang sebaiknya dipakai dalam
Pembelajaran merupakan sebuah fenomena aktif dari pada pasif, artinya terjadi
hanya sebagai suatu hasil dari beberapa kegiatan orang yang belajar. Orang yang
uraian diatas, bahwa belajar bukan hanya menerima informasi, fakta atau data.
diberikan secara mendalam dan bekerja berdasarkan kebutuhan orang lain, hal ini
yang lebih spesifik sehubungan dengan hubungan peduli serta cara untuk benar-
benar membantu yang lain dalam menemukan solusi terbaik, pilihan dan strategi
untuk mengatasi dan memecahkan masalah sesuai kebutuhan dan identifikasi diri.
Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan program orientasi
suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih
keperawatan adalah perhatian, empati dan kepedulian perawat. Hal ini sangat
sesuai dengan tuntutan masyarakat pada saat ini yaitu mengharapkan pelayanan
keperawatan yang berkualitas (Muhlisin & Ichsan, 2008). Caring perawat antara
klien, meyakinkan klien bahwa perawat akan membantu klien dalam memberikan
mendahulukan kepentingan klien, tidak menerima uang dari klien, memberi waktu
dan perhatian, bekerja dengan terampil, dan cermat berdasarkan ilmu, kompeten
caring diukur dengan Caring Behavior Inventory (CBI). Pada dimensi hubungan
positif, perilaku caring dipersepsikan pasien dengan nilai mean yang terendah
(mean=4.50, SD=1.10) dibandingkan dengan nilai rata-rata CBI 4.90 (SD= 0.80).
menyatakan bahwa persepsi pasien menilai rendah dalam dimensi caring tentang
O’Connell dan Landers (2008) juga menjelaskan bahwa persepsi pasien terhadap
caring di dalam dimensi itu meliputi mengetahui apa yang kamu lakukan,
merawat pasien dengan hormat, merawat pasien sebagai seorang individu, dan
menenangkan pasien.
tingkat kognitif perawat tentang caring dengan aplikasi praktek caring di ruang
rawat inap Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi Bondowoso didapatkan hasil
kurang baik dan 23 responden baik. Tingkat kognitif perawat tentang caring juga
mendapatkan hasil yang tidak berbeda jauh yaitu 20 responden tingkat kognitifnya
kurang baik dan 26 baik. Dari beberapa penelitian diatas ternyata masih banyak
tanggungjawab bersama, dimana Rumah Sakit sebaiknya lebih peduli terhadap hal
tersebut dengan memberikan informasi melalui pembinaan yang efektif dan harus
tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. Salah satu program yang harus dibuat
dengan baik oleh Rumah Sakit adalah program orientasi kerja berbasis caring,
karena menurut Hariandja (2009) program orientasi kerja merupakan suatu cara
yang penting untuk membantu pegawai baru memenuhi tujuan-tujuan pribadi dan
organisasi.
Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu
rumah sakit yang cukup besar di kota tersebut, dan terus mengalami perbaikan-
perbaikan dalam segala bidang. Hasil studi awal yang dilakukan pada bulan
Pebruari sampai dengan Mei 2016 pada pimpinan rumah sakit, kepala bidang
ditemukan beberapa masalah yang sering muncul di rumah sakit tersebut yaitu
kurangnya percaya diri perawat khususnya perawat baru dalam bekerja, hubungan
dengan rekan kerja yang kurang harmonis, masih ada kecemburuan dan
ada beberapa masalah terhadap pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien.
Dimana pasien merasa kecewa karena perawat tidak segera memberikan bantuan
peduli kepada pasien dan tidak menunjukan sikap dan perilaku yang sesuai
Hasil wawancara pada studi awal juga menemukan bahwa perawat kepala
baik. Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi melaksanakan program
orientasi kerja berdasarkan hasil pemikiran para pimpinan saja, kapan saja
perawat baru dapat ditempatkan di satu rungan dan kapan saja perawat baru
tersebut tidak kompeten dan melanggar peraturan maka perawat tersebut segera
dipindahkan ke ruang lain. Jadi tidak ada manajemen waktu yang digunakan
ditemukan bahwa perawat baru tidak lama bertahan untuk bekerja di rumah sakit
memindahkan tugas perawat tersebut ke ruang yang lain karena dinilai kerjanya
kurang baik maka sering terjadi perawat tersebut merasa bersalah dan tidak
permasalahan yang seharusnya tidak terjadi jika di rumah sakit tersebut telah
tersebut juga didukung oleh hasil wawancara pada studi awal yang menyatakan
kerja di rumah sakit tersebut. Selama ini proses program orientasi kerja
nama-nama pejabat struktural, ruangan yang ada di rumah sakit, peraturan rumah
kerja di rumah sakit tersebut tidak memiliki alokasi waktu yang ditetapkan.
kinerja yang baik dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Salah satu
orientasi kerja yang efektif, sistematis, memiliki standar dan berbasis caring.
mereka sebagai peneliti yang memiliki kesadaran reflektif (Denzin & Lincoln,
2009).
diselesaikan dengan orientasi yang efektif adalah menghadapi harapan yang tidak
realistis yang berkaitan dengan jenis pekerjaan yang akan dilakukan, jumlah
umpan balik atau bantuan yang diterima, keseimbangan antara tujuan pribadi dan
berpikir kritis dan pengetahuan klinis, hubungan dengan rekan kerja, keinginan
masalah komunikasi dengan dokter atau profesi lain (Proulx & Bourcier, 2008).
Hasil studi awal yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Natama Kota
Tebing Tinggi ditemukan beberapa masalah yang sering muncul di rumah sakit
tersebut yaitu kurangnya percaya diri perawat khususnya perawat baru dalam
bekerja, hubungan dengan rekan kerja yang kurang harmonis, masih ada
diberikan perawat kepada pasien. Dimana pasien merasa kecewa karena perawat
menunjukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan fungsinya sebagai pemberi
pelayanan keperawatan atau kesehatan. Oleh karena itu, berdasarkan data diatas
kerja berbasis caring di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi.
Hasil dari penelitian ini adalah sebuah program orientasi kerja yang sudah
Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi dalam menjalankan program orientasi
tugas dan tanggungjawabnya dengan baik serta sesuai dengan prinsip pelayanan
caring yang dijadikan sebagai sumber pengetahuan dan panduan yang dapat
administrasi keperawatan.