Вы находитесь на странице: 1из 18

Ilmu Ekonomi makro sangat berperan penting dalam pembangunan ekonomi di

Indonesia. Karena semua yang mencakup masalah pembangunan ekonomi yang


ada di Indonesia akan di pelajari di Ilmu Ekonomi Makro.

Masalah Pembangunan Ekonomi di Indonesia

Masalah pembangunan ekonomi di Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi


di Indonesia yang dimulai pada pertengahan tahun 1997, menurut para ahli
ekonomi adalah karena rapuhnya fundamental ekonomi Indonesia. Artinya
kemajuan-kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada saat itu sangat didominasi
oleh kelompok-kelompok ekonomi besar/industri-industri besar yang masih
sangat tergantung pada luar negeri baik dari bahan baku, modal, dan teknologi.
Sehingga pada saat nilai rupiah terhadap valuta asing jatuh, maka perekonomian
Indonesia mengalami goncangan hebat. Misalnya: tutupnya industri-industri besar
yang mengakibatkan ribuan orang menjadi penganggur, meningkatnya harga-
harga kebutuhan yang berbahan baku impor dan lainlain. Sampai saat ini
ketergantungan sektor industri di Indonesia (khususnya industri manufaktur)
terhadap luar negeri masih sangat besar. Inilah tantangan dalam pembangunan
ekonomi di Indonesia. Masalah pembangunan ekonomi di Indonesia yaitu antara
lain:
a. Kemiskinan dan Keterbelakangan
Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan
alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan
dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang
lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan, dll.
b. Pengangguran
Pengangguran merupakan masalah utama yang banyak dihadapi oleh
negara berkembang, pada umumnya hal tersebut berkaitan erat dengan
ketidakseimbangan antara laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
angkatan kerja, dan perluasan kesempatan kerja. Pertumbuhan angkatan
kerja dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut.:
 Tingkat pertumbuhan dan struktur penduduk yang berkaitan erat
dengan aspek demografi.
 Tingkat partisipasi penduduk dalam pasar kerja yang berkaitan erat
dengan aspek sosial ekonomi.
c. Rendahnya Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu indikasi
yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan negara
tersebut. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui produksi barang dan
jasa yang dapat dihasilkan selama satu periode tertentu. Pertumbuhan
ekonomi negara berkembang seperti Indonesia sering terkendala masalah
modal dan investasi. Indonesia bergantung pada modal dari investasi pihak
asing untuk menunjang kegiatan ekonominya.
Lambatnya pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi haiknya harga
minyak dunia. Kenaikan minyak dunia merupakan akibat langkanya
minyak mentah. Kelangkaan disebabkan menipisnya cadangan minyak
serta terhambatnya distribusi minyak. Kenaikan harga minyak
menyebabkan harga barang lain ikut naik. Akibatnya, daya beli
masyarakat menjadi berkurang dan terjadi penurunan kegiatan masyarakat.
d. Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau
bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari
suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat
harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua
yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

PERANAN EKONOMI MAKRO DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI


Semua masalah yang terdapat dalam Pembangunan Ekonomi akan dibahas dalam
ekonomi makro yaitu beberapa diantaranya :
a. Kemiskinan dan keterbelakangan
Berita Resmi Statistik tentang Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2016
diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 18 Juli 2016
kemarin. Menurut BPS, jumlah penduduk miskin—penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan—pada Maret
2016 di Indonesia mencapai 28,01 juta jiwa atau sebesar 10,86 persen dari
total jumlah penduduk Indonesia.

Berdasarkan profil kemiskinan BPS, walaupun dari sisi jumlah kemiskinan


di perdesaan menurun, namun secara persentase penduduk miskin
meningkat. Pada bulan Maret 2015 persentase penduduk miskin perdesaan
sebesar 14,21 persen, lalu turun pada September 2015 menjadi 14,09
persen kemudian naik 0,02 persen di bulan Maret 2016 menjadi 14,11
persen. Bila mengacu data Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus
menurun—dari 102,55 pada Januari 2016 menjadi 101,47 pada Juni
2016—maka wajar jika persentase kemiskinan di perdesaan meningkat,
karena usaha pertanian menurun.

“Oleh karena itu, kami menyatakan bahwa indeks kedalaman kemiskinan


dan indeks keparahan kemiskinan dearah perdesaan dalam satu tahun ini
meningkat,” ujar Henry Saragih, Ketua Umum Serikat Petani Indonesia
(SPI).

Indeks kedalaman kemiskinan daerah perdesaan pada Maret 2015 sebesar


2,55 atau lebih rendah dari bulan Maret 2016 sebesar 2,74. Hal ini
menunjukan bahwa ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-
masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan masih tinggi. Seiring
dengan itu, indeks keparahan kemiskinan daerah perdesaan pada periode
yang sama juga meningkat dari 0,71 menjadi 0,79.

“Dalam satu tahun ini, di daerah perdesaan, penyumbang terbesar terhadap


garis kemiskinan adalah beras. Ini ‘kan paradoks, terutama untuk
Indonesia yang mengusung kedaulatan pangan,” ujar Henry lagi.
“Berarti masih ada yang salah secara fundamental, “ tukas Henry.
“Pemerintah tidak menjalankan kedaulatan pangan sebagaimana yang
dinyatakan di dalam Nawa Cita.”

“Alih-alih menjalankan redistribusi kemakmuran dan sumber daya agraria,


hampir dua tahun ini pemerintah justru melanjutkan keberpihakan
terhadap modal besar—dengan deregulasi di Paket Ekonomi dan
pembagian tanah kepada perusahaan gula dan pangan.

Berdasarkan laporan bulanan data sosial ekonomi BPS bulan Juli 2016,
dalam kurun waktu Februari 2015 – Februari 2016 tenaga kerja pertanian
berkurang sebanyak 1,83 juta jiwa: dari angka 40,12 juta jiwa turun
menjadi 38,29 juta jiwa. “Ini berarti bertani tidak menarik lagi. Harus
diubah secara fundamental: pemerintah harus memberi rakyat insentif
untuk bertani”.

Strategi Pemerintahan Jokowi mengurangi tingkat kemiskinan

Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) mematok tingkat kemiskinan di kisaran 9


persen-10 persen dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(RAPBN) 2016 atau turun dari target 10,3 persen di APBN-P 2015. Untuk
menekan jumlah orang miskin di Indonesia, pemerintah menyiapkan sejumlah
strategi.

Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM Bappenas Rahma Iryanti


memasukkan target pembangunan atau indikator kesejahteraan dalam RAPBN
2016, meliputi tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran dan rasio ketimpangan
pendapatan (gini ratio).

Rahma menyebut, tingkat kemiskinan ditargetkan merosot menjadi 9 persen


sampai 10 persen pada 2016. Gini ratio dipatok 0,39 dan tingkat pengangguran
terbuka menurun jadi 5,2 persen. Sedangkan tingkat kemiskinan di APBN-P 2015
disepakati di level 10,3 persen, tingkat pengangguran 5,6 persen dan gini ratio
turun 0,40.

"Kita menjaga supaya penduduk miskin tidak semakin jatuh ke bawah garis
kemiskinan melalui pengembangan hidup berkelanjutan. Mendorong penciptaan
lapangan kerja dan memberdayakan UMKM serta koperasi," ucap dia saat Rapat
Panja Pemerataan Pembangunan antara pemerintah dan Banggar di Gedung DPR,
Jakarta, Senin (22/6/2015).

Rahma menambahkan, pemerintah sudah mempunyai program prioritas untuk


mencapai sasaran target pembangunan tersebut. Meliputi program mengurangi
beban penduduk miskin, bantuan tunai bersyarat atau Program Keluarga Harapan
(PKH), penyediaan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).

"Memperbaiki kebijakan penyaluran raskin, penyediaan layanan kesehatan bagi


warga kurang mampu lewat Kartu Indonesia Sejahtera (KIS), beasiswa bagi 21
juta siswa kurang mampu melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP), upaya program
SJSN Ketenagakerjaan yang efektif per 1 Juli 2015," jelas Rahma.

Strategi lain, lanjut dia, pembangunan masyarakat desa di 499 kecamatan,


pemberian beasiswa kepada 75 ribu mahasiswa, 221 ribu beasiswa dalam program
Bidik Misi, 25 ribu Bidik Misi on going Perguruan Tinggi Swasta dan
pengembangan perumahan dengan sasaran 550 ribu unit rumah susun.

"Yang perlu dilakukan memperbaiki regulasi penanggulangan kemiskinan,


perbaikan kebijakan penyaluran bansos dan pemberdayaan masyarakat termasuk
beberapa regulasi lain soal jaminan sosial nasional per 1 Juli," terang Rahma.

Pemerintah Jokowi, sambungnya, juga akan mempertahankan daya beli penduduk


miskin agar tidak semakin jatuh ke bawah garis kemiskinan. Rahma mengaku, ada
5.300 kecamatan akan difasilitasi dana amanah, memberi stimulan rumah kepada
keluarga fakir miskin, memberdayakan nelayan dengan target sasaran 200
kampung nelayan dan petani.
b. Pengangguran

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan,


pengangguran menjadi masalah utama dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia. Angka pengangguran yang tinggi sebesar 6,18 pertahun lalu
turut serta berdampak ke tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan
serta wilayah.

Menteri PPN atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan,


dampak tingkat pengangguran yang masih tinggi tersebut akan
mempelambat laju perekonomian. Beda halnya jika banyak lapangan kerja
sudah terbuka dan mengurangi ketimpangan dan kemiskinan.

"Kalau bicara isu pembangunan akan fokus tiga, kemiskinan,


pengangguran, ketimpangan pendapatan dan wilayah. Ketiganya ada
keterkaitan. Kalau kita dalami dari tiga indikator tadi, masalah
pengangguran jadi masalah utama, kalau orang bekerja, ke luar dari
kemiskinan semakin cepat maka mengurangi ketimpangan," ujarnya di
Jakarta.

Sementara, ketika masyarakat tidak bekerja maka membuat pendapatan


berkurang. Posisi mereka berubah menjadi lebih miskin dan melebarnya
ketimpangan dengan pekerja yang memiliki upah tinggi.

"Sebaliknya, kalau tidak bekerja akan turun pendapatan, posisi lebih


miskin. Potensi ketimpangan besar antara orang yang tidak bekerja dengan
yang bekerja dengan gaji tinggi," kata dia.

Menurutnya, faktor acuan bagi Presiden di negara maju yakni menekan


tingkat pengangguran seminimal mungkin. Ketimpangan dan kemiskinan
sudah lagi tidak jadi isu utama.
"Negara maju yang jadi benchmark Presiden atau Perdana Menteri
berhasil atau tidak dari tingkat pengangguran. Di AS, bisa enggak seorang
Presiden atasi pengangguran, kemiskinan dan ketimpangan enggak jadi
isu, isunya pengangguran plus pertumbuhan ekonomi,"

Cara menanggulangi Pengangguran

 Menyelenggarakan bursa pasar kerja

Bursa tenaga kerja adalah penyampaian informasi oleh perusahaan-


perusahaan atau pihak-pihak yang membutuhkan tenaga kerja kepada
masyarakat luas. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar terjadi komunikasi
yang baik antara perusahaan dan pencari kerja. Selama ini banyak
informasi pasar kerja yang tidak mampu tersosialisasikan sampai ke
masyarakat, sehingga mengakibatkan informasi lowongan kerja hanya bisa
diakses oleh golongan tertentu.

 Menggalakkan kegiatan ekonomi informal

Kebijakan yang memihak kepada pengembangan sektor informal, dengan


cara mengembangkan industri rumah tangga sehingga mampu menyerap
tenaga kerja. Dewasa ini telah ada lembaga pemerintah yang khusus
menangani masalah kegiatan ekonomi informal yakni Departemen
Koperasi dan UKM. Selain itu dalam pengembangan sektor informal
diperlukan keterpihakan dari Pemda setempat.

 Meningkatkan keterampilan tenaga kerja

Pengembangan sumber daya manusia dengan peningkatan keterampilan


melalui pelatihan bersertifikasi internasional. Berdasarkan survei tentang
kualitas Tenaga Kerja menunjukkan bahwa ranking Human Development
Index Indonesia di Asia pada tahun 2000 berada di peringkat 110.
Sementara negara lain seperti Vietnam ada diperingkat 109, Filipina (77),
Thailand (69), Malaysia (59), Brunei Darussalam (32), Singapura (25),
Jepang (9). Data ini menunjukkan rendahnya kualitas sumber daya
manusia sehingga peningkatan keterampilan mereka menjadi sangat perlu
dilakukan.

 Meningkatkan mutu pendidikan

Mendorong majunya pendidikan, dengan pendidikan yang memadai


memungkinkan seseorang untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih
baik. Dewasa ini sesuai dengan perintah undang-undang, pemerintah
diamanatkan untuk mengalokasikan dana APBN sebesar 20% untuk
bidang pendidikan nasional.

 Mendirikan pusat-pusat latihan kerja

Pusat-pusat latihan kerja perlu didirikan untuk melaksanakan pelatihan


tenaga kerja untuk mengisi formasi yang ada.

 Meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Pemerintah perlu terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga


akan memberikan peluang bagi penciptaan kesempatan kerja.

 Memperluas lapangan kerja

Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru


terutama yang bersifat padat karya. Dengan adanya era perdagangan bebas
secara regional dan internasional sebenarnya terbuka lapangan kerja yang
semakin luas tidak saja di dalam negeri juga ke luar negeri. Ini tergantung
pada kesiapan tenaga kerja untuk bersaing secara bebas di pasar tenaga
kerja internasional.
c. Rendahnya Pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian

suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik

selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga

sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang

diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya

pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan

ekonomi.

Cara efektif meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Pemerintah dalam kebijakan pembangunan ekonomi (Economic


Development) selalu ditujukan untuk mempertinggi kesejahteraan untuk
masyakarakatnya melalui mempercepat pertumbuhan ekonomi (Economic
Growth).

Pertumbuhan Ekonomi (Economic Growth) adalah proses kenaikan kapasitas


produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional, sehingga suatu Negara dikatakan mengalami pertumbuhan
ekonomi apabila GNP riil di Negara tsb. Pembangunan ekonomi selalu dipandang
sebagai bagian dari keseluruhan usaha pembangunan yang dijalankan oleh suatu
masyarakat. Dalam pembangunan ekonomi ada usaha masyakarat untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi dan meningkatkan pendapatan
masyarakatnya.

Pembangunan Ekonomi (Economic Development) adalah suatu proses kenaikan


pendapatan total dan pendapatan per-kapita dengan memperhitungkan adanya
pertambahan penduduk. Dalam pembangunan ekonomi ada 3 sifat penting yang
harus kita fahami (1) pembangunan ekonomi sebagai suatu proses (2)
Pembangunan ekonomi sebagai usaha untuk menaikkan tingkat pendapatan
perkapita (3) Pendapatan per kapita harus berjalan terus menerus. Ukurannya
adalah meningkatkan pendapatan per-kapita(Capital Incame), pertumbuhan
ekonomi (Economic Growth) dan terjadinya perubahan social.

Jadi sebagai alat untuk mengukur dari proses pertumbuhan ekonomi dalam suatu
Negara dapat diukur dengan
 Gross Nasional Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto
yaitu meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh
penduduk, suatu Negara (nasional) selama 1 tahun, termasuk hasil produksi
barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga Negara yang berada diluar negri,
tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroprasi di wilayah
Negara tsb.
 Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto
Adalah salah satu dari beberapa indicator yang mengukur tingkat pertumbuhan
ekonomi.

 Distribusi.
Oleh sebab itu maka pertumbuhan ekonomi dapat terjadi bila dalam
perekonomian terdapat beberapa factor diantaranya; adanya investasi atau
penanaman modal, ada Sumber Daya Manusia, Ada Sumber Daya Alam,
Teknology, Efisiensi, dan pertumbuhan penduduk.

Dampak dari pembangunan ekonomi; pelaksanaan kegiatan ekonomi


berjalan lancar, terciptanya lapangan kerja yang dibutuhkan oleh masyakarat,
dimungkin ad anya perubahan struktur ekonomi yang semula dari agraris ke
ekonomi industry.

Selain itu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam suatu


Negara, ada 3 komponen yang harus diperhatikan oleh kita diantaranya adalah
adanya masyarakat, pemerintah dan swasta, dari masing-masing ini memegang
peranan penting, Yang paling berperan dalam hal ini adalah sektor swasta
melalui industrialisasi. Sektor Industri inilah salah satu yang menopang
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

d. Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar) dan yang kedua adalah desakan (tekanan)
produksi dan/atau distribusi (kurangnya produksi (product or service)
dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi).[butuh rujukan]
Untuk sebab
pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter
(Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran
negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh
Pemerintah (Government) seperti fiskal
(perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan
infrastruktur, regulasi, dll.

Inflasi permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya


permintaan total yang berlebihan di mana biasanya dipicu oleh
membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi
dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat
tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan
jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor
produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu
kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini
terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu
perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment di manana
biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak
faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam
mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral,
sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.

Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya
kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi,
walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat
secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal
dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum
permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai
keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala
distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat
berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik,
perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk
menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll, sehingga
memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga
hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, di mana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.

Mengukur Inflasi

 Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah
indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh
konsumen.
 Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
 Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari
barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses
produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa
depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi,
yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
 Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditas-komoditas tertentu.
 Indeks harga barang-barang modal
 Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang
baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Cara Mengatasi Inflasi

 Dengan mengurangi jumlah uang yang beredar.


 Memperbanyak jumlah berang dan jasa.
 Dengan menetapkan harga maksimum ( agar harga tidak terus naik ).

Kebijakan Moneter Yang Bersifat Mengurangi Jumlah Uang Beredar

Hal ini salah satu untuk mengatasi inflasi tentu digunakan kebijakan moneter yang
bersifat mengurangi jumlah uang yang beredar yang meliputi :

 Kebijakan Pasar Terbuka

Kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar dengan


cara menjual SBI ( Surat Bank Indonesia ).Dengan menjual SBI, Bank
Sentral akan menerima uang dari masyarakat dengan artinyan jumlah uang
yang beredar dapat dikurangi.

 Kebijakan Diskonto

Kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah ng yang beredar dengan


cara menaikan suku bunganya. Dengan menaikkan suku bunga,
diharapkan masyarakat akan menabung dibank lebih banyak. Dengan
demikian, jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.

 Kebijakan Cadangan Kas

Kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar dengan


cara menaikkan cadangan kas minimum. Sehingga bank umum harus
menahan uang lebih banyka dibak sebagai cadangan, dengan demikian
jumlah uang yang beredar dapat dikurangi.

 Kebijakan Kredit Selektif

Kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang beredar dengan


cara memperketat syarat-syarat pemberian kredit. Syarat pemberian yang
ketat akan mengurangi jumlah pengusaha yang bisa memperoleh kredit,
dengan demikian jumlah uang yang beredar dapat dikurangi

 Sanering

 Kebijakan Bank Sentral memotong nilai mata uang dalam negeri jika
negara sudah mengalami hiperinflasi ( inflasi diatas 100% ), dengan
memotong nilai mata uang maka nilai uang yang beredar dapat dikurangi.

 Menarik Atau Memusnahkan Uang Lama

Kebijakan Bank Sentral mengurangi jumlah uang yang beredar dengan


cara menarik atau memusnahkan uang yang lama seperti uang logam
pecahan Rp 5,00 Rp 10,00 dan Rp 25,00 serta uang kertas Rp 100,00.

 Membatasi Pencetakan Uang Baru

Untuk mengatasi inflasi pemerintah harus membatasi pencetakan uang


baru agar jumlah uang yang beredar tidak semakin bertambah.

Kebijakan Fiskal ( Kebijakan Anggaran )

Kebijakan fiskal ini ialah kebijakan yang dilakukan pemerintah dengan cara
mengubah penerimaan dan pengeluaran negara, untuk mengatasi inflasi,
pemerintah dapat melakukan kebijakan fiskal sebagai berikut :

 Mengurangi Pengeluaran Pemerintah


Untuk mengatasi inflasi pemerintah dapat mengurangi pengeluaran
sehingga permintaan terhadap barang dan jasa berkurang yang pada
akhirnya dapat menurunkan harga-harga.

 Menaikkan Tarif Pajak

Untuk mengatasi inflasi pemerintah dapat menaikkan tarif pajak, kenaikan


tarif pajak akan mengurangi tingkat konsumsi masyarakat. Berkurangnya
tingkat konsumsi akan mengurangi permintaan terhadap barang dan jasa
yang akhirnya dapat menurunkan harga-harga.

Kebijakan Bukan Moneter Dan Bukan Fiskal

Selain dengan kebijakan moneter dan fiskal untuk mengatasi inflasi pemerintah
dapat menjalankan kebijakan berikut ini.

 Menambah Hasil Produksi

Untuk menambah hasil produksi pemerintah dapat memberikan subsidi


dan premi atau membuat peraturan yang mendorong pengusaha-pengusaha
menjadi lebih produktif sehingga mampu menambah hasil produksi.
Dengan bertambahnya hasil produksi berupa barang dan jasa diharapkan
mampu mengimbangi jumlah uang yang beredar.

 Mempermudah Masuknya Barang Impor

Dengan masuknya barang impor jumlah barang yang masuk ke dalam


negeri menjadi lebih banyak dan diharapkan mampu mengimbangi jumlah
uang yang beredar. Untuk mempermudah masuknya barang impor dapat
melalui penurunan bea masuk impor dan mempermudah aturan impor.

 Tidak Mengimpor Barang-Barang Dari Negara Yang Sedang


Mengalami Inflasi

Untuk mencegah menularnya imported inflation ( inflasi dari luar negeri )


sebaiknya pemerintah tidak mengimpor barang-barang dari negara yang
sedang mengalami inflasi yang umumnya menjual barang dengan harga
lebih mahal.

 Dengan Menetapkan Harga Maksimum

Agar harga tidak terus-menerus naik, pemerintah dapat menerapkan harga


maksimum sehingga produsen ( penjual ) tidak bisa menjual melebihi
harga maksimum.

 Melarang Penimbunan Barang Yang Biasa Dilakukan Pedagang

Penimbunan barang dapat menyebabkan langkanya barang dipasaran


sehingga memicu kenaikan harga-harga. Dengan melarang penimbunan
berarti mencegah kenaikan harga-harga.

 Dengan Menjaga Kestabilan Tingkat Upah

Dengan menjaga kestabilan tingkat upah ( tidak membiarkan upah naik


terus-menerus ) maka kenaikan biaya produksi dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.spi.or.id/profil-kemiskinan-di-indonesia-2016-dalam-angka-berkurang-

namun-di-desa-makin-dalam-dan-parah/

http://bisnis.liputan6.com/read/2256860/strategi-pemerintah-jokowi-kurangi-tingkat-

kemiskinan

http://ekbis.sindonews.com/read/1151757/33/pengangguran-jadi-masalah-utama-

pembangunan-ekonomi-ri-1477973391

http://www.zonasiswa.com/2014/12/dampak-cara-mengatasi-pengangguran.html

http://adniuthongkong-gitc.blogspot.co.id/2013/05/cara-efektif-meningkatkan-

pertumbuhan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi

http://www.dosenpendidikan.com/cara-mengatasi-inflasi-dengan-kebijakan-moneter-

dan-fiskal-lengkap/

https://alifqofrahamzah.blogspot.co.id/2016/04/masalah-pembangunan-ekonomi-di-

indonesia.html

Вам также может понравиться