Вы находитесь на странице: 1из 10

Fridolina M.

et al, Pemetaan Daerah

PEMETAAN DAERAH PENYEBARAN KASUS RABIES


DENGAN METODE GIS (Geographical Informasion System)
DI KABUPATEN SIKKA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Fridolina Mau* Yustinus Desato* Bernadus Yuliadi**


* Staf Loka Litbang P2B2 Waikabubak
** Staf B2P2VRP salatiga

MAPPING SPREADING OF RABIES CASE AREA WITH THE GIS


(GEOGRAPHICAL INFORMASION SYSTEM) METHOD
IN SIKKA DISTRICT PROVINSI EAST NUSA TENGGARA

ABSTRACT.
Rabies has become an important public health concern in countries in Asia and Afrika. Rabies is
still problem for world health including Indonesia.Rabies in Indonesia to be series problem health
community because always almost fatal after symptom clinical of a disease with level death untill
100%. Provinsi East Nusa Tenggara quantity case from the bite of a mad dog is 16.000 case one
year. The aim of this research is to analyze the epidemiological spatial pattern of rabies in Sikka
district in 2010 using Geographical Information System (GIS) in case mapping the distribute area
to be as information in planning prevention and eliminasi rabies Sikka district. Tipe of research is
cross sectional using Geographical Information Sistem approach which is able to visualize,
excess, sort, and the data spatial. The population is the whole cases of rabies in register of
district health office and register community health centers at Sikka district. Sample is the whole
fill the conditioan was 135 rabies patient. The analysis of the spatial pattern showed stratification
spreading rabies case can be devided in 3 cluster. Centers dot cluster I in coordinate 8,622296 LS
122,215432 BT with radius 1,48 Km. Quantity dot case 58 (42,96%). Centres dot cluster II in
coordinate 8,699204 LS 122,31267313 with radius 13,25 Km.Quantity dot case 41 (30,37%) and
centers dot cluster III in coordinate 8,681881 LS 122,167690 BT. Quantitydot case 36 (26,66% ).
Specification cluster used Satcan v7.0.2 witth analysis space time permutation. Radius of case
with community health centers to have been divided in 3 zone buffer. Zone buffer 1. The distance
2 Km subdistrict Alok, zone buffer 2 the distance 4 Km subdistrict Kewapante also Nita and zone
buffer 3 the distance 8 Km subdistrict Kangae.

Key Word : Mapping, GIS, Rabies case

JURNAL VEKTORA III VOL. 1 12


Fridolina M. et al, Pemetaan Daerah

ABSTRAK

Di negara-negara Asia dan Afrika rabies merupakan masalah kesehatan yang sangat penting.
Rabies juga masih merupakan masalah kesehatan dunia termasuk juga Indonesia. Di Indonesia
rabies masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius karena hampir selalu
memyebabkan kematian setelah timbul gejala klinis dengan tingkat kematian sampai 100 %.
Kasus gigitan di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur sebanyak 16.000 kasus setiap tahunnya.
Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional (potong lintang) dengan pendekatan Sistem
Informasi Geografis (SIG) yang memiliki kemampuan untuk memvisualisasikan, mengeksplorasi,
memilah-milah data, dan menganalisis data secara spasial. Analisis pola spasial ditunjuk oleh
titik cluster menggunakan satscan v7.0.2 dengan analisis space time permutation Sebaran kasus
rabies terbagi dalam 3 cluster, titik pusat cluster I pada koordinat 8,622296 LS 122,215432 BT
dengan radius 1,48 km, jumlah titik kasus 58, titik pusat cluster II pada koordinat 8,699204 LS
122,312673 BT dengan radius 13,25 km, jumlah titik kasus 41 dan titik pusat cluster III pada
koordinat 8,681881 LS 122,167690 BT jumlah titik kasus 36 kasus. stratifikasi daerah kasus
rabies yang sangat rawan yaitu kelurahan Alok, Alok Timur dan Alok Barat. wilayah dengan
kategori rawan rabies yaitu Desa Nita dan Nitakloang sedangkan wilayah dengan kategori kurang
rawan yaitu Kewapantai, Hewokloang dan Kangae. Jarak titik kasus dengan Pusat Layanan
Kesehatan terbagi dalam 3 zona buffer, zona buffer 1 berjarak 2 km Kecamatan Alok, zona buffer
2 berjarak 4 km Kecamatan Kewapante dan Nitta dan zona buffer 3 berjarak 8 km Kecamatan
Kangae.

Kata Kunci :Pemetaan, GIS, Kasus Rabies

PENDAHULUAN terbesar di 24 propinsi.(Ditjen Peternakan


Penyakit menular merupakan Deperteman Pertanian,2009)
penyakit yang terkait dengan kondisi Kasus Rabies pertama kali di
lingkungan. Kondisi lingkungan yang propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
spesifik dapat memicu tingginya angka terjadi di Larantuka, ibu kota kabupaten
kejadian suatu penyakit. Penyakit menular Flores Timur pada tahun 1997. Setelah 13
yang menjadi perhatian dalam (tiga belas) tahun dari kasus gigitan
pembangunan derajat kesehatan pertama, rabies sudah menyebar keseluruh
masyarakat di Indonesia salah satu kabupaten di pulau Flores. Kabupaten
diantaranya adalah rabies.(Projo Sikka menjadi daerah tertular rabies,
Danoedoro,2003) setalah terjadi kasus gigitan anjing di
Rabies di Indonesia merupakan Kecamatan Alok pada bulan Agustus
masalah kesehatan masyarakat yang serius 1998. Berdasarkan hasil konfirmasi
karena hampir selalu menyebabkan laboratorium dari BPPH (sekarang Balai
kematian setelah timbul gejala klinis Basar Veteriner) Maros hasilnya
dengan tingkat kematian sampai menunjukan positif rabies.(Dinas
100%.(Direktor Jendral PPM & PL Peternakan Kabupaten Sikka, 2008) Sejak
DepKes RI, 2000) Data kasus kematian mewabahnya rabies di Flores berbagai
yang disebabkan rabies (lyssa) di upaya dan program-program pemerintah
Indonesia tercatat sekitar 125 kasus per telah digalakan berupa penyuluhan, elinasi
tahun. Penyebaran rabies hingga kini total dan VAR (Vaksin Anti Rabies)

JURNAL VEKTORA III VOL. 1 13


Fridolina M. et al, Pemetaan Daerah

namun tidak menunjukan hasil yang cepat dan bisa mencapai semua titik di
singnifikan, dari upaya penanggulangan permukaan bumi.(Anonim,2010)
ini diketahui bahwa VAR dengan menelan Zonasi dan pemetaan penyakit atau
biaya terbesar 14,2 miliar per tahun yang masalah kesehatan lainnya (epidemiologi
dikeluarkan oleh pemerintah pusat namun spasial) khususnya di indonesia masih
kasus ini belum juga berakhir dan sangat belum populer. Epidemiologi meliputi
meresahkan masyarakat pada umumnya analisis prevalensi, dan sebaran penyakit
juga di Pulau Flores khususnya. (Dinas secara geografis memerlukan formulasi
Kesehatan Sikka, 2009.) model statistik untuk menggambarkan
Kompleksitas dalam memahami simbol penyebaran penyakit. Peta sebaran
fenomena penyakit dalam ruang, geografis penyakit sangat berguna untuk
merupakan perencanaan wilayah dan tugas mempelajari hubungan antara iklim/cuaca
yang sangat rumit. Saat ini GIS dapat dengan penyakit atau masalah kesehatan
membantu mendefinisikan zona-zona lain untuk membentu
dalam bentuk satuan pemetaan, mengimplementasikan rencana intervensi.(
memodelkan pola dan arah gerakan atau Anonim, 2010)
penyebaran suatu penyakit. Geographis Secara global, peta gambaran
Informasi Sistem (GIS) adalah sofwer kronologis penyebaran rabies di Flores
terkemuka di dunia yang digunakan untuk dan lembata dari tahun 1997 sampai
analisis data georeferensi untuk dengan awal tahun 2000 telah tersedia,
menghasilkan peta atau jenis lain dari data namun belum tersedia secara terperinci
spasial/tata ruang. (Gil Bohrer, et.all peta program surveilans epidemiologi
2010). GPS (Global Positioning System) kasus rabies menurut stratifikasi wilayah
adalah alat bantu lain dalam pemetaan dan reservoir penyakit yang terlibat dalam
partisipatif. Teknologi GPS sudah siklus penularan/penyebaran kasus rabies
menghasilkan alat penerima data koordinat per kabupaten (Peta endemisitas penyakit).
posisi yang kompak dan cukup murah Meningkatnya suatu kasus/kejadian
dengan akurasi yang memadai. Dengan disebabkan kurang fokus atau kurang
penerimaan GPS ini, informasi koordinat tepatnya suatu program pengendalian.
sebuah titik suatu kejadian/keadaan Agar program pemerintah tepat sasaran
disuatu wilayah dapat diperoleh dangan maka pentingnya pemetaan peyebaran
kasus di wilayah.

BAHAN DAN METODE memiliki kemampuan untuk


Penelitian dilaksanakan di memvisualisasikan, mengeksplorasi,
Kabupaten Sikka pada bulan April – memilah-milah data, dan menganalisis
September tahun 2010. Jenis penelitian data secara spasial. Populasi dalam
yang digunakan adalah cross sectional penelitian adalah seluruh penderita kasus
(potong lintang) dengan pendekatan gigitan anjing di kabupaten Sikka tahun
Sistem Informasi Geografis (SIG) yang 2009 .

JURNAL VEKTORA III VOL. 1 14


Fridolina M. et al, Pemetaan Daerah

Sampelnya adalah penderita View V 3,3) Prosedur kerja mapping


gigitan anjing dan terdaftar dalam register dengan menggunakan GPS (Global
di Dinas Kesehatan dan Pada 3 (tiga) Position System) Analisa data spasial
wilayah puskesmas yaitu Puskesmas dengan aplikasi Arc View Gis 3,3 yang
Waipare, Puskesmas Nita dan Pukesmas mempunyai kemampuan untuk
Kopeta serta memberi suntikan VAR memvisualisasikan, mengekplorasikn,
(Vaksin Anti Rabies) pada kasus gigitan. memilah-milah data menganalisa secara
Pada penelitian ini tidak mengguanakan spasial. Data titik koordinat yang
bahan namun hanya menggunakan dikumpulkan oleh GPS selanjutnya
aplikasi Sistem Informasi Geografis (Arc ditransfer ke “ Map Source”

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil sensus akhir tahun


1) Kondisi Geografis 2006 jumlah penduduk sebanyak
Terletak diantara 8022 – 8050 Lintang 290.742 jiwa. Kepadatan penduduk
Selatan dan 121055,40-122030 Bujur tertinggi di Kecamatan Alok yaitu
Timur. Merupakan bagian dari wilayah sekitar 2.017 jiwa /KM2.
Prov. NTT yang terletak didaratan (Peta wilayah Kabupaten Sika dapat di
Flores, sebelum tahun 2000 Sikka lihat pada Lampiran 1)
terdiri dari 8 Kecamatan, seiring
dengan berlakunya Undang-Undang 2) Pemetaan Kasus Rabies
Otonomi Daerah terjadi pemekaran Sebaran kasus rabies terbagi dalam
wilayah kecamatan menjadi 21 3 cluster, titik pusat cluster I pada
Kecamatan sejak tahun 2007, sehingga koordinat 8,622296 LS 122,215432
jumlah Kecamatan di Kabupaten Sikka BT dengan radius 1,48 km, jumlah
menjadi 21 Kecamatan, 147 desa dan titik kasus 58, titik pusat cluster II
13 Kelurahan. pada koordinat 8,699204 LS
Batas-batas wilayahnya adalah : 122,312673 BT dengan radius 13,25
Sebelah barat Kabupaten Ende; km, jumlah titik kasus 41 dan titik
Sebelah timur Kabupaten Flores pusat cluster III pada koordinat
Timur; Sebelah utara Laut Flores; 8,681881 LS 122,167690 BT jumlah
Sebelah selatan Laut Sawu. Kabupaten titik kasus 36 kasus. Penentuan titik
Sikka merupakan daerah kepulauan cluster menggunakan satscan v7.0.2
dengan total luas daratan 1731,91 KM2 dengan analisis space time
didominasi oleh hamparan laut 76,71% permutation, (Peta ditunjuk dengan
dan daratan seluas 23,29% dan terdiri Lampiran 2).
dari 18 gugusan kepulauan, dari 18 Pemetaan terhadap penyakit
kepulauan yang dimiliki pada wilayah menular seperti penyakit rabies ini
administrasinya sebanyak 9 pulau memberikan tiga kontribusi utama
merupakan pulau yang tidak dihuni yaitu; 1) Dengan menggunakan peta
dan 9 pulau dihuni. diharapkan muncul gambaran

JURNAL VEKTORA III VOL. 1 15


Fridolina M. et al, Pemetaan Daerah

deskriptif mengenai distribusi serta rawan bencana gunung berapi yang


penyebaran penyakit. Peta yang akurat sedang meletus, dan sebagainya.(
dalam bentuk sekuens diharapkan Andrew Curtis,2010)
dapat menjawab pertanyaan apa yang Pada gambar 4 (Lampiran 4).
terjadi dan mengapa. Tergambar peta jarak titik kasus
2) Keberadaan peta diharapkan dapat dengan Pusat Layanan Kesehatan
memberikan aspek prediktif terbagi dalam 3 zona buffer, zona
penyebaran penyakit menular. 3) buffer 1 berjarak 2 km Kecamatan
Model interaktif, jika pada tahap dua, Alok, zona buffer 2 berjarak 4 km
pola prediksi hanya sebatas ramalan Kecamatan Kewapante dan Nitta dan
penyakit, tetapi jika menggunakan zona buffer 3 berjarak 8 km
pendekatan interaktif, kita dapat Kecamatan Kangae. Akses Geografis
menentukan intervensi serta Unit Pelayanan Kesehatan. Jarak dan
dampaknya bagi masa depan.(Ditjen transportasi merupakan faktor yang
Peternakan Deperteman dapat mempengaruhi seseorang untuk
Pertanian,2009) menuju ke suatu unit pelayanan
Pada gambar 3 (Lampiran 3) kesehatan kepada masyarakat, bagi
tentang buffering kasus rabies puskesmas yang lokasinya strategis,
menunjukan tiga titik yang dihasilkan dekat dengan pemukiman penduduk,
dari data surveilans rabies dengan sarana dan prasarananya lengkap, dan
menggunakan GPS hasilnya bervariasi mudah mendapatkan sarana tranportasi
sesuai dengan skema klasifikasi yang maka banyak dikunjungi oleh pasien,
dipilih yaitu; kuantitas dan jangkauan akan tetapi bila lokasi pelayanan jauh
data yang ditunjuk dengan warna pada dari pemukiman penduduk dan jauh
peta. Ukuran dan bentuk daerah yang dari sarana transportasi maka
diteliti juga berbeda tergantung pada kunjungan pasiennya akan lebih
batas daerah penelitian tidak sedikit (Depertemen Kesehatan
berdasarkan pada batas daerah RI,2000)
administratif. Fungsi buffering pada Pada gambar 5 (Lampiran 5)
pemetaan dapat menginformasikan Stratifikasi daerah kasus rabies yang
kepada kita bahwa semakin kecil sangat rawan yaitu kelurahan Alok,
radius buffering suatu daerah semakin Alok Timur dan Alok Barat. wilayah
berisiko terjadinya penularan. Buffer dengan kategori rawan rabies yaitu
adalah daerah yang dibuat di sekitar Desa Nita dan Nitakloang sedangkan
objek. Objek tersebut dapat berupa wilayah dengan kategori kurang rawan
area, garis, ataupun poligon. Contoh yaitu Kewapantai, Hewokloang dan
aplikasi buffer adalah penentuan Kangae. Tergambar pada peta dengan
daerah jalur hijau di sepanjang jalan, warna kuning untuk daerah dengan
pembuatan batas-batas sempatan stratifikasi sebagai daerah terangka
sungai, danau, dll., penentuan daerah rabies dan warna merah untuk

JURNAL VEKTORA III VOL. 1 16


Fridolina M. et al, Pemetaan Daerah

menandai daerah dengan stratifikasi tunggal) secara klinis, epidemilogis


tertular sedangkan daerah bebas dan dikonfirmasi secara laboratoris.
ditandai dengan warna hijau. Khusus untuk manusia kasusnya
Penentuan wilayah dengan tingkat berasal dari daerah tersebut (bukan
kerawanan secara administratif ini kasus import). 3) Daerah Tersangka;
dimaksudkan agar penanganan rabies Daerah yang dalam 2 tahun terakhir
lebih difokuskan pada komunitas yang ada kasus rabies secara klinis dan
berisiko maupun wilayah rawan. epidemiologis tapi belum dibuktikan
Selain itu memberikan informasi secara laboratoris.;Daerah yang
kepada masyarakat yang ingin berbatasan langsung dalam satu
berpergian atau berkunjung kedaerah daratan dengan daerah tertular.
tersebut sehingga pencegahan (Maroef,S.1989.)
penularan penyakit malaria dilakukan Strategi pencegahan, pengendalian
lebih dini. dan pemberanntasa rabies meliputi
Penetuan Stratifikasi Rabies menurut daerah tertular, tersangkah dan
petunjuk pemberantasan rabies, dibagi daerah/desa bebas. Pencegahan adalah
dalam 3 strata sebagai berikut : 1) segala upaya yang dilakukan untuk
Daerah bebas ; Daerah yang secara mencegah menyebarnya rabies ke desa
historis tidak pernah ditemukan yang masih berstatus bebas dan atau
penyakit rabies dan atau; Daerah yang terancam.
tertular rabies tapi dalam 2 tahun Pengendalian adalah adalah segala
terakhir tidak ada kasus secara klinis upaya yang dilakukan untuk menekan
dan epidemiologis serta sudah munculnya rabies serendah mungkin
dikonfirmasi secara laboratoris. yang akan ada di desa tertular.
2) Daerah Tertular ; Daerah yang Selanjutnya program pemberantasan
dalam 2 tahun terakhir pernah ada adalah segala upaya yang dilakukan
kasus rabies pada hewan dan untuk menghilangkan virus rabies dari
manusia(baik secara berurutan atau daerah tertular.( Hiswani,2003)

KESIMPULAN kasus dengan Pusat Layanan Kesehatan


Analisis pola spasial ditunjuk oleh titik terbagi dalam 3 zona buffer, zona buffer 1
cluster menggunakan satscan v7.0.2 berjarak 2 km Kecamatan Alok, zona
dengan analisis space time permutation buffer 2 berjarak 4 km Kecamatan
stratifikasi daerah kasus rabies yang Kewapante dan Nitta dan zona buffer 3
sangat rawan yaitu kelurahan Alok, Alok berjarak 8 km Kecamatan Kangae.
Timur dan Alok Barat. wilayah dengan Kabupaten Sikka pada tahun 2010 terdapat
kategori rawan rabies yaitu Desa Nita dan 5 kecamatan dengan status daerah
Nitakloang sedangkan wilayah dengan tersangka yaitu : kecamatan Magepanda,
kategori kurang rawan yaitu Kewapantai, Doreng, Kewapante, Kangae dan
Hewokloang dan Kangae. Jarak titik Waiblama.

JURNAL VEKTORA III VOL. 1 17


Fridolina M. et al, Pemetaan Daerah

pencegahan, pemberantasan dan


SARAN penanggulangan perlu dilaksanakan
Mengingat bahaya dan keganasan rabies sedini mungkin dan lebih difokuskan ke
terhadap kesehatan dan ketentraman dearah sangat rawan dan kearah daerah
hidup masyarakat, maka usaha dengan status tersangka.
pengendalian penyakit berupa

DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan Sikka, 2009. Profil


Kesehatan. Kabupaten Sikka
Andrew Curtis,2010. Using a Spatial Filter Ditjen Peternakan Deperteman
and Geographi Information System Pertanian,2009. Pencegahan dan
to Improve Rabies Surveillans Data. Pemberantasan rabies.Jakarta
Anonim,2010.Geograpic Analisys In Gil Bohrer, Shachar Shem, Eric Simmer,
Mapinfo Profesional. 2010. The Effectivenis of Various
http;///www.rsandigs.com Rabies Spatial Vaccination
Diakses pada tanggal 15 Februari Pattherns in a Simulated Host
2011. Population With Compled
Anonim, 2010. Rabies In Indonesia. Distribution.
http;///www.expar.or.id http//;www.elsevies.com Diakses
Diakses pada tanggal 29 Januari pada tanggal 15 Februari 2011
2011 Hiswani,2003. Pencegahan, Pengendalian
Caecilia Windiyaningsih, Henry Wilde, dan Pemberantasan Rabies.Fakultas
Francios X Meslin, Thomas Suroso, Kesehatan Masyarakat Universita
HS Widarso, 2004, The Rabies on Sumatra Utara
Flores Island, Indonesia (1998-2003) http//;library.usu.ac.id tanggal akses
http;///www.rsandigs.com Diakses 30/01/2011
pada tanggal 15 Februari 2011. M.Kamil, Bambang Sumiarto dan
Depertemen Pertanian Direktorat Jendral Setyawan Budiharta,2003. Kajian
Bina Produksi Peternakan & Kasus Kontrol Rabies Pada Anjing
Direktorat Kesehatan Hewan, 2003, Di Kabupaten Agam Sumatra Barat.
Kiat Vetindo Rabies. Kesiagaan Maroef,S.1989. Kepadatan Populasi
Penanggulanagan Wabah Rabies. Anjing Sebagai Sumber Penularan
Jakarta Rabies Di DKI Jakarta, Bekasi dan
Direktor Jendral PPM & PL Depertemen kerawang. Buletin Penelitian Ke
Kesehatan RI, 2000. Pencegahan Pan American Health Organization,2000.
Pengendalian dan Pemberantasan Geograhic Information System in
Penyakit Rabies. Jakarta Health, Basic Concpts. Spasial
Ditjen Peternakan Deperteman Program for Health Analysis.
Pertanian,2009. Pencegahan dan Projo Danoedoro (2003). Vektor Penyakit
Pemberantasan Rabies.Jakarta Menular. http;///www.rsandigs.com
Depertemen Kesehatan RI,2000. Petujuk Diakses pada tanggal 15 Maret
pemberantasa rabies di Indonesia, 2011.
Jakarta
Dinas Peternakan Kabupaten Sikka,
Laporan Pemberantasan Rabies
Tahun 1998-2008

JURNAL VEKTORA III VOL. 1 18


Fridolina M. et al, Pemetaan Daerah

LAMPIRAN

1. Gambar Peta Wilayah Kabupaten Sikka (Lampiran 1)

2. Gambar 2. Peta Sebaran Kasus Rabies Per Puskesmas (Lampiran 2)

JURNAL VEKTORA III VOL. 1 19


Fridolina M. et al, Pemetaan Daerah

3. Gambar 3. Peta Baffering Kasus Rabies (Lampiran 3)

4. Gambar 4. Peta Jarak Layanan Kesehatan Dengan Kasus Rabies (Lampiran 4)

JURNAL VEKTORA III VOL. 1 20


Fridolina M. et al, Pemetaan Daerah

Gambar 5. Peta Stratifikasi Rabies (Lampiran 5)

JURNAL VEKTORA III VOL. 1 21

Вам также может понравиться