Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan rectum dan pelvis harus dilakukan dalam semua pasien apendisitis. Pada
apendisitis atipik, nyeri mungkin tidak terlokalisasi dari daerah periumbilikus, tetapi nyeri
tekan rectum kuadran kanan bawah dapat dibangkitkan. Adanya nyeri tekan atau sekret
serviks pada wanita muda dengan nyeri kuadran kanan bawah membawa ke arah diagnosis
penyakit peradangan pelvis. Tanda Rovsing bisa positif, tanda psoas dan obturator juga dapat
ditemukan, tetapi kurang dapat diandalkan disbanding Rovsing.
Tes Konfirmasi
Seri abdomen akuta tidak bermanfaat pada pasien yang didiagnosis apendisitisnya
jelas. Tetapi pada pasien dengan presentasi atipik yang bisa ada kemungkinan ulkus perforasi,
obstruksi usus atau nefrolitiasis, maka sinar-x mungkin bermanfaat. Pielogram intravena bisa
menunjukkan kelainan traktus urinarius seperti kolik gijnal.
Khas sejumlah ¾ pasien apendisitis akuta datang dengan hitung leukosit >10.000.
hitung leukosit medium sekitar 12.000, tetapi hitung leukosit >20.000 menyebabkan
reevaluasi diagnosis. Kurang dari 4% pasien apendisitis akuta mempunyai hitung jenis
normal dan hitung leukosit normal. Pemeriksaan urin bermanfaat dalam menyingkirkan sebab
lain nyeri kuadran kanan bawah. Adanya bakteri atau hematuria bermakna menggambarkan
etiologi urin umum untuk nyeri. Tetapi pria muda dalam jumlah bermakna dengan apendisitis
akan tampil dengan kadang-kadang leukosit dalam urin.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding apendisitis suatu fungsi usia dan jenis kelamin. Pasien bisa dibagi
kedalam tiga kelompok usia : anak (usia <10 tahun), orangtua (usia >50 tahun), serta remaja
dan dewasa (usia 10-50 tahun). Karena apendisitis jarang pada kelompok usia lebih muda,
maka sering diangggap penyakit lebih serius. Tidak hanya diagnosisnya lambat, tetapi pada
anak, omentum cenderung pendek dan bisa gagal membungkus perforfasi apendisitis
vermiformis. Apendisitis jarang di bawah usia 3 tahun, tetapi meningkat progresif antara usia
3 dan 10 tahun.
Diagnosis banding nyeri abdomen akuta dalam masa bayi mencakup kolik,
gastroenteritis akuta, intususepsi, hernia inkarserata, dan volvulus. Dalam kelompok usia
prasekolah (2-5 tahun), apendisitis tetap jarang. Sebab lain nyeri abdomen akuta dalam usia
ini mencakup gastroenteritis akuta, pielonefritis, divertikulum meckel, dan intususepsi.
Anak usia sekolah (5-10 tahun) memperlihatkan peningkatan mantap dalam insidens
apendisitis bersama usia. Gastroenteritis dan limfadenitis mesenterica merupakan kelainan
peradangan terlazim pada kelompok usia ini. Khas gastroenteritis tampil sebagai muntah
yang mendahului mulainya nyeri dan sering disertai dengan diare. Ia jarang disertai dengan
tanda lokalisasi atau spasme otot. Bising usus biasanya hiperaktif dan pemeriksaan rectum
jarang positif dalam gastroenteritis, walaupun sering ditemukan positif dalam kelompok usia
ini pada pasien apendisitis.
Adenitis mesenterica sering didahului oleh infeksi traktus respiratorius atas dan
disertai dengan ketaknyamanan abdomen samar-samar yang sering dimulai pada kuadran
kanan bawah. Pemeriksaan abdomen hanya menunjukkan nyeri tekan kuadran kanan bawah
ringan yang sering tak terlokalisasi baik.
Diagnosis pada orangtua sering sulit. Sering kali pasien usia ini tampil dengan
gambaran fisik samar-samar dan sering hitung leukosit dibawah 10.000. kedinginan dan
demam lebih sering menyertai apendisitis pada pasien lebih tua. Suhu tubuh subnormal
disertai dengan abses atau peritonitis generalisata. Diagnosis banding pasien usia ini adalah
diverticulitis, ulkus perforate, kolesistitis akuta, karsinoma, obstruksi usus dan penyakit
vascular mesenterica.
Pada remaja dan dewasa muda diagnosis banding apendisitis berhubungan dengan
jenis kelamin. Diagnosis banding pada pria dengan nyeri di kuadran kanan bawah lokalisata
mencakup empat sebab genitourinarius : pielonefritis akuta, batu ginjal, torsio testis dan
epididimitis.
Sementara pada wanita, antara usia 10 dan 30 tahun, kesalahan diagnostik wanita
disebabkan karena : penyakit peradangan lain, diagnosis ginekologi lain, adenitis
mesenterica, gastroenteritis, infeksi traktus urinarius, kolelitiasis, dan tidak diketahui.
TATALAKSANA.
Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan
cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas fisik sampai pembedahan
dilakukan. Analgetik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendiktomi (pembedahan
untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko
perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum umum atau spinal, secara
terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat
efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc Burney banyak dipilih oleh para ahli bedah.
Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi dulu.
Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila dalam observasi masih
terdapat keraguan. Bila terdapat laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostik pada kasus
meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak (Smeltzer C.
Suzanne, 2002).
Massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif dengan ditandai dengan:
a. Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
b. Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-
tanda peritonitis
c. Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke
kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah pasien dipersiapkan,
karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi
daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi.
Massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan:
a. Umumnya berusia 5 tahun atau lebih.
b. Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi
lagi.
c. Pemeriksaan lokal abdomen tanang, tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya
teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
d. Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan
istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan
lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak
serangan sakit perut. Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses
dengan atau tanpa peritonitis umum.
PEMBEDAHAN
Pembedahan dikerjakan bila rehidrasi dan usaha penurunan suhu tubuh telah tercapai.
Suhu tubuh tidak melebihi 38oC, produksi urin berkisar 1-2 ml/kg/jam. nadi di bawah
120/menit.
Cairan yang dimasukkan terlihat jerih sewaktu dihisap kembali. Pengumpulan nanah
biasa ditemukan di fosa apendiks, rongga pelvis, di bawah diafragma dan diantara usus-usus.
Luka sayatan dicuci dengan larutan NaCl fisiologis juga setelah peritonium dan lapisan fasia
yang menempel peritonium dan sebagian otot dijahit. Penjahitan luka sayatan jangan
dilakukan terlalu kuat dan rapat.
KOMPLIKASI.
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih
tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.
Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri
atau nyeri tekan abdomen yang kontinyu (Smeltzer C.Suzanne, 2002).
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan apendisitis. Factor keterlambatan
dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka
morbiditas dan mortalitas. Komplikasi sering terjadi pada anak dan orang tua. Adapun jenis
komplikasi diantaranya:
1. Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa lunak di
kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula berupa flegmon
dan berkembang menjadi rongga yang mengandung ous, hal ini terjadi bila
apendisitis gangrene atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
2. Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar
ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit,
tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat berlanjut ke peritonitis.
3. Peritonitis merupakan komplikasi yang berbahaya yang dapat terjadi dalam
bentuk akut maupun kronik. Bila inffeksi tersebar luas pada permukaan
peritoneum menyebabkan peritonitis umum. Gejala-gejalanya: peristaltic usus (-),
dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi.
PENCEGAHAN
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan factor resiko terhadap kejadian
apendisitis. Upaya dilakukan secara menyeluruh kepada masyarakat. Salah satu upaya
pencegahan adalah dengan mengkonsumsi serat untuk membantu mempercepat pengeluaran
sisa-sisa makanan sehingga tidak terjadi konstipasi yang mengakibatkan penekanan pada
dinding kolon. Selain itu, defekasi yang teratur akan membantu pengurangan angka kejadian
apendisitis.