Вы находитесь на странице: 1из 26

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi

perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi

dengan bentuk asalnya, sebagai akibat dari masuk dan atau dimasukkannya suatu

zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan itu (Palar, 1994).

Bermacam-macam kasus pencemaran logam berat pernah dilaporkan baik

di negara maju maupun negara yang sedang berkembang, begitu pula akibat buruk

terhadap penduduk yang tinggal di sekitarnya (Darmono, 1995).

Ada beberapa unsur logam yang termasuk elemen mikro merupakan

kelompok logam berat yang tidak mempunyai fungsi biologik sama sekali. Logam

tersebut bahkan sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan (toksisitas)

pada makhluk hidup, yaitu timbal (Pb), merkuri (Hg), arsen (As), cadmium (Cd)

dan aluminium (Al) (Darmono, 1995).

Toksisitas logam pada manusia kebanyakan terjadi karena logam berat non

esensial saja, walaupun tidak menutup kemungkinan adanya keracunan logam

esensial yang melebihi dosis. Toksisitas logam esensial kadang-kadang pernah

dijumpai pada orang, tetapi hanya terbatas pada logam tertentu saja, misalnya Cu,

Zn dan Se (Darmono, 1995).

Logam Pb merupakan salah satu sumber pencemar yang toksik dan

merupakan golongan logam berat yang pada tingkat tertentu dapat menganggu

1
kesehatan manusia dan dapat memberikan efek racun terhadap banyak fungsi

organ yang terdapat dalam tubuh (Palar, 1994).

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik

industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan

tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai

ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia

organik dan anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, adanya limbah

dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,

sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan

yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah

(Anonim, 2006).

Pencemar-pencemar yang ada dalam air sungai cepat atau lambat akan

mengendap pada dasar sungai dan menjadi sedimen. Dengan kondisi tersebut

maka tingkat pencemaran air sungai berhubungan langsung dengan tingkat

pencemaran dalam sedimen, sehingga dengan diketahuinya kadar dalam sedimen

dapat pula diketahui tingkat pencemaran air sungai.

Perkembangan industri kertas di Mojokerto diduga telah meningkatkan

pencemaran pada sungai Porong yang berada di kawasan tersebut. Pabrik kertas

menghasilkan limbah cair yang mengandung logam berat jenis Hg dan Cu.

Limbah cair tersebut berupa bubur kertas encer yang apabila dibuang

sembarangan akan mengakibatkan pencemaran lingkungan. Bahan kimia dalam

air limbah pabrik kertas seperti sulfite, fenol, klorin, metal merkaptan sangat

membahayakan kehidupan biota perairan, dapat mengendap ke dasar perairan dan

mengganggu keseimbangan dan kelestarian kehidupan perairan. Tingginya

2
kebutuhan oksigen untuk menguraikan limbah pabrik kertas akan menurunkan

kadar oksigen terlarut (DO) dalam air dan dapat menyebakan kondisi anoksik di

perairan, sehingga tidak dapat dihuni lagi oleh biota alami. Sebagian besar limbah

industri dibuang ke sungai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Dengan

adanya pembuangan limbah industri ke sungai tersebut menyebabkan banyak

ditemukannya kematian ikan-ikan di sungai porong dan dikhawatirkan seiring

dengan berjalannya waktu akan terjadi akumulasi zat-zat organik maupun

anorganik yang merupakan komponen penyusun limbah yang dapat berdampak

negatif pada lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dapat diambil

perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa yang membuat sungai porong tercemar limbah cair Pabrik Kertas

Indonesia (PAKERIN)?

2. Bagaimana cara Pabrik Kertas Indonesia (PAKERIN) mencemari air

sungai porong?

3. Efek apa yang ditimbulkan dari pencemaan limbah cair Pabrik Kertas

Indonesia (PAKERIN)?

3.3 Tujuan

Makalah yang dilakukan bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui zat apa saja yang membuat sungai porong tercemar

limbah cair Pabrik Kertas Indonesia (PAKERIN)

2. Untuk mengetahui cara Pabrik Kertas Indonesia (PAKERIN) mencemari

air sungai porong

3
3. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari pencemaan limbah cair

Pabrik Kertas Indonesia (PAKERIN)

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kasus Pencemaran Limbah Pabrik Kertas Indonesia

Awal Juli lalu banyak ikan di Kali Porong yang munggut dan mati. Diduga

kuat, ikan-ikan tersebut mabuk akibat tercemar oleh limbah industri kertas PT

Pakerin yang berlokasi di antara wilayah Mojokerto dan Sidoarjo.

“Dari hasil investigasi anggota Garda Lingkungan Jatim, pencemaran Kali Porong

beberapa waktu lalu, diduga salah satunya akibat pembuangan limbah Pakerin.

Namun hingga kini kepastian hal tersebut masih belum bisa ditentukan,” kata

Direktur Konsorsium Lingkungan Hidup, Imam Rochani, Rabu (15/7).

Untuk menguatkan dugaan tersebut, anggota Garda Lingkungan Jatim

menanyakan informasi pada beberapa warga sekitar pabrik. Dijelakan sekitar lima

orang di lokasi berbeda menyebutkan hal yang sama yakni pelaku pencemaran

Kali Porong salah satunya adalah Pabrik Kertas Pakerin.

Guna memastikan hal tersebut, pihaknya bersama Tim Patroli Air Terpadu

Jatim yang dikomandoinya memantau limbah Pakerin di outlet pembuangan yang

bermuara di Kali Porong. Dari hasil pantauan di lokasi, Rabu (15/7) dini hari,

limbah yang diambil sampel untuk diujikan di lab berwarna abu-abu pekat dengan

bau khas limbah kertas.

Limbah tersebut mengalir cukup deras dari saluran avour yang bersumber

dari saluran IPAL Pakerin. Saat sampel diambil, cuaca cukup cerah dan dari

pantauan di loaksi, di sekitar saluran tersebut hanya terdapat areal sawah kering

tanpa ada pemukiman warga. (dikutip dari http://kominfo.jatimprov.go.id)

5
Sumber : http://kominfo.jatimprov.go.id

MOJOKERTO – Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah

(Ecoton) melaporkan empat perusahaan kertas di wilayah Kabupaten Mojokerto

kepada Bupati Mojokerto, Mustofa Kamal Pasa.

Keempat perusahaan itu dinilai mencemari sungai dengan limbah cair.

Keempat perusahaan yang dilaporkan Ecoton itu di antaranya PT Pakerin di Desa

Bangun Kecamatan Pungging; PT Megasurya Eratama di Desa Jasem Kecamatan

Ngoro; PT Mekabox Internasional di Desa Tanjangrono, Kecamatan Ngoro; dan

PT Sunpaper di Desa Sukoanyar Ngoro. Ecoton meminta agar bupati mencabut

Izin Pembuangan Limbah Cair (IPLC) dan mengawasi secara intensif

pembuangan limbah keempat pabrik tersebut.

Direktur Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, pada 4-11 Agustus lalu

melakukan kegiatan inventarisasi sumber buangan limbah cair Industri (poin

source ) di Kali Sadar dan Kali Porong yang ada di Wilayah Kabupaten

Mojokerto. Dari kegiatan tersebut, pihaknya menduga empat perusahaan tersebut

6
melakukan pelanggaran lingkungan. “Untuk PT Pakerin yang membuang limbah

cairnya melalui saluran irigasi ke Kali Porong, kami menemukan banyak saluran

siluman yang mengeluarkan limbah cair tanpa melalui proses pengolahan,”

ungkap Prigi.

Dugaan itu menguat setelah pihaknya melihat adanya limbah cair yang

keluar berwarna putih kental dan menimbulkan busa. Pabrik ini kata dia, telah

dikenakan sanksi administrasi berdasar Keputusan BLH Provinsi Jawa Timur

(Jatim) Nomor : 188/155/KPTS/207/- 2015, tanggal 4 September 2015 tentang

Penerapan Sanksi Administratif Paksaan Pemerintah Kepada Pabrik Kertas

Indonesia Mojokerto. “Ada temuan saluran siluman, IPAL yang tak beroperasi

karena ada kerusakan aerator dan adanya sludge yang terbuang yang diduga

mengandung Bahan Beracun Berbahaya (B3),” papar Prigi. (dikutip dari

http://koran-sindo.com)

2.2 Pencemaran air

Polusi dalam air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal

bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam

bentuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah terpolusi ( Fardiaz, 1992 ).

Air yang sudah terpolusi tidak selalu merupakan air murni, tetapi adalah

air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam jumlah melebihi

batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara normal 5

untuk keperluan tertentu. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air

tersebut tidak dapat digunakan secara normal disebut polusi ( Fardiaz, 1992).

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh

7
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi berkurang atau tidak dapat

berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya ( Darsono,1995 ).

Polutan air dapat dibedakan menjadi dua yaitu buangan degradable dan

non degradable. Buangan degradable yaitu buangan yang dapat terdekomposisi

atau dapat dapat dihilangkan dari perairan dengan proses biologis alamiah,

sedangkan buangan non degradable adalah buangan yang tidak dapat dihilangkan

dengan proses biologis alamiah. Termasuk golongan pertama adalah limbah

domestik dan nutrien tanaman, sedangkan yang termasuk golongan kedua adalah

buangan radiologi dan senyawa organik (Darsono, 1995).

Padatan terendap (sedimen) adalah padatan yang dapat langsung

mengendap jika air didiamkan tidak terganggu selama beberapa waktu. Padatan

yang mengendap tersebut terdiri dari partikel-partikel padatan yang mempunyai

ukuran relatif besar dan berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya.

Sedimen yang terdapat di dalam air biasanya terbentuk sebagai akibat dari erosi

dan merupakan padatan yang umum terdapat di dalam air permukaan. Padatan

terendap biasanya terdiri dari pasir dan lumpur (Fardiaz, 1992).

Sungai adalah jalur aliran air di atas permukaan bumi yang di samping

mengalirkan air juga mengangkut sedimen terkandung dalam air sungai tersebut.

Jadi sedimen terbawa hanyut oleh aliran air, yang dapat dibedakan sebagai

endapan dasar (bed load-muatan dasar) dan muatan melayang (suspended load).

Muatan dasar bergerak dalam aliran air sungai dengan cara bergulir, meluncur dan

meloncat-loncat di atas permukaan dasar sungai. Sedang muatan melayang terdiri

8
dari butiran halus yang ukurannya lebih kecil dari 0,1 µm dan senantiasa

melayang di dalam aliran air (Tominaga, 1985).

2.3 Limbah Industri

Limbah cair industri adalah limbah cair yang sebagian besar terdiri dari

buangan industri. Kebanyakan limbah industri dapat diterima sistem biologis

setelah diencerkan dengan limbah cair domestik (limbah dari perumahan,

bangunan, perdagangan, perkantoran dan lain-lain) (Soeparman dan Suparmin,

2001).

Buangan limbah industri dari tempat perdagangan biasanya akan

mempunyai komposisi senyawa organik dan garam-garam anorganik yang

berbeda dari air limbah domestik. Kadar zat organik yang tinggi dapat mudah

terurai secara biologis (biodegradable) seperti buangan limbah dari rumah

pemotongan hewan atau pabrik susu atau tidak secara langsung atau mudah terurai

(non biodegradable) seperti buangan air limbah industri tekstil (Kusnoputranto,

1984).

Limbah cair dari kegiatan industri yang berupa bahan organik dan bahan

anorganik seringkali dapat larut di dalam air, sehingga air tidak bening, tetapi

menjadi keruh. Warna air pada dasarnya dibedakan menjadi warna sejati (true

color) yang disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, dan warna semu (apparent

color), yang selain disebabkan oleh adanya bahan-bahan terlarut juga karena

adanya bahan-bahan tersuspensi, seperti yang bersifat koloid (Sunu, 2001).

Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air

telah tercemar. Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari hasil

limbah industri atau dari hasil degradasi oleh mikroba yang hidup dalam air.

9
Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah bahan buangan organik terutama

gugus protein secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau,

seperti limbah industri makanan. Air yang berbau sulfit dapat disebabkan oleh

reduksi sulfat dengan adaya bahan-bahan organik dan mikroorganisme anaerob

(Sunu, 2001).

Bau yang tidak normal pada air pada umumnya mempunyai rasa yang

tidak normal pula. Pelarutan ion-ion logam akan menimbulkan rasa pada air, rasa

pada air umumnya terjadi karena perubahan pH (Sunu, 2001). Air normal yang

dapat digunakan pada umumnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.

Jika air mempunyai rasa (kecuali air laut yang asin) maka berarti terjadi pelarutan

garam-garam yang terlarut (Wardana, 2001).

Air yang normal biasanya tidak mempunyai rasa. Timbulnya rasa yang

menyimpang biasanya disebabkan oleh adanya polusi, dan rasa yang menyimpang

tersebut biasanya dihubungkan dengan baunya karena pengujian terhadap rasa air

jarang dilakukan. Air yang mempunyai bau yang tidak normal juga dianggap

mempunyai rasa yang tidak normal (Fardiaz, 1992).

Istilah limbah industri umumnya terbatas pada limbah cair yang karena

alasan warna, isinya yang padat, kandungan organik atau anorganik, konsentrasi

garam, keasaman, alkalinitas, dan sifat-sifat khas yang beracun menimbulkan

masalah-masalah pencemaran aliran air. Akibat besarnya kebutuhan air bagi

proses industri, maka limbah cair merupakan penyebab utama pencemaran sungai

(Mahida, 1986).

Limbah anorganik biasanya tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi

oleh mikroorganisme. Limbah anorganik pada umumnya berasal dari industri

10
yang menggunakan unsur-unsur logam seperti Arsen (As), Kadmium (Cd),

Timbal (Pb), Kromium (Cr), Kalsium (Ca), Nikel (Ni), Magnesium (Mg), Air

Raksa (Hg), dan lain-lain. Industri yang mengeluarkan limbah anorganik seperti

industri elektroplating, industri kimia, industri kertas dan lain-lain. Bila limbah

anorganik langsung dibuang di air lingkungan, maka akan terjadi peningkatan

jumlah ion logam di dalam air. Ion logam yang berasal dari logam berat bila

terbuang ke air sangat berbahaya bagi kehidupan manusia (Sunu, 2001).

Limbah bahan berbahaya dan beracun atau disingkat B3 adalah setiap

limbah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat,

konsentrasinya dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

merusak dan mencemarkan lingkungan hidup serta membahayakan kesehatan

manusia. Limbah yang digolongkan dalam limbah B3 adalah limbah yang

memenuhi salah satu atau lebih ciri-ciri berikut: mudah terbakar, mudah meledak;

beracun; menyebabkan infeksi; bila di uji dengan metode toksikologi termasuk

jenis limbah B3; bersifat reaktif; bersifat korosif (Sunu, 2001).

Seringkali terjadi perbedaan pendapat secara individual mengenai kondisi

pencemaran suatu lingkungan. Maka untuk mengatasinya harus ada suatu tolok

ukur yang dapat dipakai bersama untuk menilai bahwa lingkungan tersebut telah

mengalami kerusakan atau tercemar, yaitu baku mutu lingkungan yang bertujuan

melindungi lingkungan oleh semakin banyaknya kegiatan manusia (Darsono,

1995).

2.4 Limbah Industri Kertas

Sumber utama limbah B3 pada pabrik kertas adalah limbah cair yang

mengandung logam berat jenis Hg dan Cu. Limbah cair tersebut berupa bubur

11
kertas encer. Bahan kimia dalam air limbah pabrik kertas seperti sulfite, fenol,

klorin, metal merkaptan sangat membahayakan kehidupan biota perairan, dapat

mengendap ke dasar perairan dan mengganggu keseimbangan dan kelestarian

kehidupan perairan . Tingginya kebutuhan oksigen untuk menguraikan limbah

pabrik kertas akan menurunkan kadar oksigen terlarut (DO) dalam air dan dapat

menyebakan kondisi anoksik di perairan, sehingga tidak dapat dihuni lagi oleh

biota alami.

Industri kertas menggunakan air dalam jumlah yang sangat besar, sehingga

dapat mengancam keseimbangan air pada lingkungan sekitarnya karena akan

mengurangi jumlah air yang diperlukan makhluk perairan sungai dan mengubah

suhu air. Limbah pabrik kertas dapat menyebabkan kelainan reproduktif pada

plankton dan invertebrate yang menjadi makanan ikan serta kerang-kerangan.

Sludge pabrik kertas yang dibuang ke Kali menimbulkan pendangkalan sungai

dan membunuh tumbuhan air di tepi sungai karena tumbuhan tersebut tertutupi

oleh lapisan bubur kertas. Limbah sludge tersebut mestinya tidak dibuang ke

sungai bersama air limbah tetapi diendapkan dan dikeringkan untuk kemudian

dibuang secara sanitary land fill atau dibakar agar tidak mencemari tanah, air dan

udara.

Sludge pabrik kertas sebenarnya dapat di tangani dengan cara air limbah

tersebut diendapkan terlebih dahulu dan kemudian dikeringkan untuk selanjutnya

dibuang secara sanitary land fill atau dibakar agar tidak mencamari tanah, air dan

udara. Ada juga Limbah pabrik kertas dapat didaur ulang menjadi karton yang

memiliki nilai jual tinggi.Karton hasil pengolahan limbah pabrik kertas ini disebut

dengan kertas gembos. Proses pembuatannya relative sederhana. Sludge dan

12
kertas pemulung diproses menjadi bubur kertas. Kemudian dicetak menjadi

lembaran dengan ukuran 66 x 78 cm. Setelah itu, dijemur di bawah terik matahari

selama empat jam.Kemudian dihaluskan dengan rol kalender. Kemudian di pak

dengan berat 25 kg. Hal ini tentu saja terasa lebih bernilai ekonomis serta dapat

mengurangi dampak terhadap lingkungan.

Pencemaran lingkungan yang disebabkan industri kertas antara lain :

a. Membunuh ikan, kerang dan invertebrata akuatik lainnya

b. Memasukkan zat kimia karsinogen dan zat pengganggu aktivitas hormon ke

dalam lingkungan

c. Menghabiskan jutaan liter air tawar

d. Menimbulkan risiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia berbahaya

dari limbah industri yang mencemari lingkungan.

Zat pencemar dari proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari

lingkungan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :

1. Efluen limbah cair:

a. Padatan tersuspensi yang terdiri dari partikel kayu, serat, pigmen, debu

dan sejenisnya

b. Senyawa organik koloid terlarut serat hemisellulosa, gula, lignin,

alkohol, terpentin, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang

menghasilkan BOD tinggi.

c. Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna

kertas

d. Bahan anorganik terlarut seperti NaOH, Na2SO4, klorin dan lain-lain

e. Limbah panas

13
f. Mikroorganisme seperti golongan bakteri coliform

2. Partikulat:

a. Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain

b. Partikulat zat kimia terutama yang mengandung Na dan Ca

3. Gas:

a. Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang

dilepaskan dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses

pemulihan bahan kimia

b. Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery

furnace dan lime

c. Kiln

d. Uap yang akan membahayakan karena mengganggu jarak pandangan

4. Solid Wastes:

a. Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder

b. Limbah padat seperti potongan kayu dan limbah pabrik lainnya

Limbah cair industri pulp and paper tersebar ke seluruh ekosistem di

sekitarnya.Dalam percobaan laboratorium, efluen industri kertas menyebabkan

penyimpangan reproduktif pada zooplankton dan invertebrata yang merupakan

prey dari ikan serta kerusakan genetik dan reaksi sistem kekebalan tubuh pada

ikan.Hal ini menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati sungai dan

berkurangnya sumber pangan hewani masyarakat di sekitar sungai.

Sebagian besar industri kertas menggunakan pemutih yang mengandung klorin.

Klorin akan bereaksi dengan senyawa organik dalam kayu membentuk senyawa

toksik seperti dioksin. Dioksin ditemukan dalam proses pembuatan kertas, air

14
limbah (efluen), bahkan di dalam produk kertas yang dihasilkan.

Program minimisasi limbah yang efektif akan mengurangi biaya produksi dan

beban pelaksanaan peraturan pengelolaan limbah berbahaya sehingga akan

meningkatkan efisiensi, kualitas produk dan hubungan yang baik dengan

masyarakat.

2.5 Sumber Pencemaran

Banyak industri yang tidak menyadari, limbah yang mereka hasilkan

termasuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), sehingga

dengan mudah mereka melepaskannya ke air tanpa pengolahan. Ini antara lain

bisa dilihat di kawasan industri kertas. Pada kawasan tersebut, sungai-sungainya

berwarna hitam. Padahal, limbah kertas mengandung unsur B3 yang

membahayakan kehidupan dan karenanya perlu penanganan khusus (Anonim,

2006).

Aktifitas yang pada prinsipnya merupakan usaha manusia untuk dapat

hidup layak dan berketeraturan dengan baik, telah merangsang manusia untuk

melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi kaidah-kaidah yang ada dalam

tatanan lingkungan hidupnya. Akibatnya pergeseran kesetimbangan dalam tatanan

lingkungan dari bentuk asal kebentuk baru yang cenderung lebih buruk. Suatu

tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan banyak

hal, antara lain: pencemaran dari hasil penggunaan dan kebutuhan bahan kimia

yaitu pencemaran logam berat, pencemaran panas, pencemaran limbah industri,

pencemaran oleh pestisida, radionukleotida dan sebagainya (Palar, 1994).

15
Salah satu jenis pencemaran yang disebabkan oleh limbah domestik adalah

pencemaran organik. Dua akibat utama berkenaan dengan pencemaran organik

adalah penyebaran penyakit dan deoksigenasi sungai yang dapat mematikan

berbagai biota air (Darsono, 1995).

2.6 Pencemaran Logam Berat

Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu

proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia,

pada awal digunakannya logam sebagai alat belum diketahui pengaruh

pencemaran pada lingkungan. Proses oksidasi logam yang menyebabkan

perkaratan sebetulnya merupakan tanda-tanda adanya hal tersebut di atas

(Darmono, 1995).

Pencemaran logam pada dasarnya tidak berdiri sendiri, namun terbawa

oleh air maupun udara. Apabila air telah tercemar oleh komponen-komponen

anorganik, maka di dalamnya dapat mengandung berbagai logam berat berbahaya

(Sunu, 2001).

Penggunaan logam-logam berat berbahaya dalam berbagai keperluan

sehari-hari telah memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung,

telah mencemari lingkungan (Sunu, 2001).

Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit sekali dalam air secara

alamiah, yaitu kurang dari 1µg/l. Bila terjadi erosi alamiah, konsentrasi logam

tersebut dapat meningkat (Darmono, 2001).

Logam-logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan

terutama adalah Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd),

Khromium (Cr) dan Nikel (Ni) (Fardiaz, 1992).

16
Banyak logam berat baik yang bersifat toksik maupun esensial terlarut

dalam air dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini

banyak berasal dari pertambangan, peleburan logam, dan jenis industri lainnya,

dan dapat juga berasal dari lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau

antihama yang mengandung logam (Darmono, 2001).

Logam bersifat toksik karena terikat secara spesifik pada ligan struktur

biologi. Sebagian besar logam menduduki ikatan tersebut dalam beberapa jenis

sistem enzim dalam tubuh sehingga tidak aktif (penyebab utama toksisitas).

Dengan demikian dosis logam merupakan faktor penting untuk menentukan

prognosis penderita dan mencari cara pengobatan terhadap keracunan logam

(Darmono, 2001).

a. Tembaga (Cu)

1). Penyebaran, sifat dan penggunaan

Tembaga dengan nama kimia Cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur

logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur-

unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan

mempunyai bobot atau berat atom (BA) 63,546. Unsur tembaga di alam, dapat

ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam

bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral (Palar,

1994).

Secara kimia, senyawa-senyawa dibentuk oleh logam Cu (tembaga)

mempunyai bilangan valensi +1 dan +2. Berdasarkan pada bilangan valensi yang

dibawannya, logam Cu dinamakan juga Cuppro untuk yang bervalensi +1, cuppry

untuk yang bervalensi +2. Kedua jenis 15 ion Cu tersebut dapat membentuk

17
kompleksion-kompleksion yang sangat stabil (Palar, 1994). Secara Fisika, logam

Cu (tembaga) digolongkan ke dalam kelompok logam-logam penghantar listrik

yang baik. Cu merupakan penghantar listrik terbaik setelah perak (argentums-Ag).

Karena itu, logam Cu banyak digunakan dalam bidang elektronika (Palar, 1994).

Sebagai logam berat, Cu (tembaga) berbeda dengan logam-logam berat

lainnya seperti Hg, Cd dan Cr. Logam berat Cu digolongkan ke dalam logam berat

dipentingkan atau logam berat esensial : artinya , meskipun Cu merupakan logam

berat beracun, unsur logam ini sangat dibutuhkan tubuh meski dalam jumlah yang

sedikit (Palar, 1994).

2). Keracunan Cu

Pada manusia, efek keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar

oleh debu atau uap logam Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur pernafasan

sebelah atas, contohnya terjadi kerusakan atropik pada selaput lendir yang

berhubungan dengan hidung. Kerusakan itu merupakan akibat dari gabungan sifat

iritatif yang dimiliki oleh debu atau uap Cu tersebut (Palar, 1994).

Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat

mengakibatkan keracunan secara akut dan kronis. Keracunan akut dan kronis ini

terjadinya ditentukan oleh besarnya dosis yang masuk dan kemampuan organisme

untuk menetralisir dosis tersebut (Palar, 1994).

Penyerapan Cu kedalam darah dapat terjadi pada kondisi asam yang

terdapat dalam lambung. Pada saat proses penyerapan bahan makanan yang telah

diolah pada lambung oleh darah, Cu yang ada turut terserap oleh darah (Palar,

1994).

18
Dalam darah, Cu terdapat dalam dua bentuk ionisasi, yaitu Cu+ dan Cu++.

Apabila jumlah Cu dalam kedua bentuk itu terserap berada dalam jumlah normal

(berada pada titik keseimbangan dengan kebutuhan tubuh), maka sekitar 93% dari

serum-Cu berada dalam seruloplasma dan 7% lainnya berada dalam fraksi-fraksi

albumin dan asam amino (Palar, 1994).

b. Merkuri (Hg)

1). Penyebaran, sifat dan penggunaan

Merkuri (Hg) adalah salah satu trace element yang mempunyai sifat cair

pada temperatur ruang dengan spesifik gravity dan daya hantar listrik yang tinggi.

Karena sifat-sifat tersebut, merkuri banyak digunakan baik dalam kegiatan

perindustrian maupun laboratorium. Lihat tabel 1. Logam berat merkuri (Hg)

merupakan cairan yang berwarna putih keperakan dengan titik beku – 38,87oC

dan titik didih 356,90oC serta berat jenis 13.55 gr/cm3dan berat atom 200,6

(Sudarmaji,dkk., 2006). Merkuri yang terdapat dalam limbah atau waste di

perairan umum diubah oleh aktifitas mikroorganisme menjadi komponen methyl

merkuri (CH3-Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat disamping

kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut

mengakibatkan merkuri terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan

biomagnifikasi dalam jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri

dapat mencapai level yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air maupun

kesehatan manusia, yang makan hasil tangkap hewan-hewan air tersebut. Sanusi

(1980) di dalam Budiono (2003) mengemukakan bahwa terjadinya proses

akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air, karena kecepatan pengambilan

19
merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat dibandingkan dengan proses

ekresi.

Diantara berbagai macam logam berat, merkuri digolongkan sebagai

pencemar paling berbahaya. Disamping itu, ternyata produksinya cukup besar dan

penggunaannya di berbagai bidang cukup luas. Djojosoebagio (1978) di dalam

Budiono (2003) mengatakan bahwa pencemaran yang disebabkan oleh logam-

logam berat yang juga merupakan unsur-unsur langka (seng, timah, kadnium,

merkuri, arsen, nikel, vanadium dan berilium) merupakan masalah yang serius

dewasa ini. Adanya kemampuan mengakumulasi merkuri di dalam tubuh biota

laut dapat membahayakan kehidupan biota yang bersangkutan maupun biota

lainnya misalnya melalui rantai makanan atau food chain (Budiono, 2003).

2) Keracunan Hg

Pada tahun 1968, Katsuna melaporkan adanya epidemi keracunan Hg di

teluk Minamata, dan pada tahun 1967 terjadi pencemaran Hg di sungai Agano di

Niigata. Pada saat terjadi epidemi, kadar Hg pada ikan di teluk Minamata sebesar

11 µg/kg berat basah dan di sungai Agano sebesar 10 µg/kg berat basah. Di Irak

pada tahun 1971-1972 terjadi keracunan alkil merkuri akibat mengkonsumsi

gandum yang disemprot dengan alkil merkuri yang menyebabkan 500 orang

meninggal dunia dan 6000 orang masuk rumah sakit

20
Gambar 4 Kontribusi Logam Berat Timah Hitam (Pb), Merkuri (Hg) Dan

Kadnium (Cd), Arsenic (As), Dan Cromium (Cr) Pada Intake Manusia

(Sudarmaji, dkk., 2006).

Berdasarkan temuan Diner dan Brenner (1998) serta Frackelton dan

Christensen (1998) di dalam Sudarmaji, dkk., (2006), dikatakan bahwa diagnosa

klinis keracunan Hg tidaklah mudah dan sering disamakan dengan diagnosa

kelainan psikiatrik dan autisme. Kesukaran diagnosa tersebut disebabkan oleh

panjangnya periode laten dari mulai terpapar sampai timbulnya gejala dan tidak

jelasnya bentuk gejala yang timbul, yang mirip dengan kelainan psikiatrik.

Berhubung sukarnya untuk mendiagnosis kelainan yang disebabkan oleh

keracunan Hg, untuk memudahkan diagnosis para klinisi (Vroom dan Greer, 1972

dalam Sudarmaji, dkk., 2006) membuat kriteria sebagai berikut :

1. Observasi kemunduran fungsi, berupa: kerusakan motorik, abnormalitas

sensorik, kemunduran psikologik dan perilaku, kemundura neurologik dan

21
koknitif, kelainan bicara, pendengaran, kemunduran penglihatan dan kelainan

kulit serta gangguan reflek.

2. Waktu paparan oleh Hg bersifat akut atau kronis.

Deteksi Hg pada urine, darah, kuku dan rambut. Keracunan Hg yang sering

disebut sebagai mercurialism banyak ditemukan di negara maju, misalnya Mad

Hatter’s Disease yang merupakan suatu outbreak keracunan Hg yang diderita oleh

karyawan di Alice Wonderland. Bencana Minamata yang merupakan suatu

outbreak keracunan Hg pada penduduk makan ikan yang terkontaminasi oleh Hg

di Minamata Jepang, dan kejadian ini dikenal sebagai Minamata Disease.

Penyakit lain yang disebabkan oleh keracunan Hg adalah Pink Disease yang

terjadi di Guatemala dan Rusia yang merupakan outbreak keracunan Hg akibat

mengkonsumsi padi-padian yang

22
BAB 3

KESIMPULAN

1. Sumber utama limbah B3 pada pabrik kertas adalah limbah cair yang

mengandung logam berat jenis Hg dan Cu. Limbah cair tersebut berupa

bubur kertas encer. Bahan kimia dalam air limbah pabrik kertas seperti

sulfite, fenol, klorin, metal merkaptan sangat membahayakan kehidupan

biota perairan, dapat mengendap ke dasar perairan dan mengganggu

keseimbangan dan kelestarian kehidupan perairan.

2. Pabrik Kertas Pakerin mencemari sungai melalui saluran-saluran yang

tersembunyi untuk menyalurkan limbah yang tidak melalui proses

pengolahan terlebih dahulu.

3. Efek yang ditimbulkan oleh pencemaran Pabrik Kertas Pakerin Mojokerto

yaitu mencemari Sungai Porong sehingga merusak biota sungai dengan

ditemukannya banyak ikan yang mati pada sungai Porong.

23
DAFTAR PUSTAKA

----------. 2000. Mercury In Environment, U.S. Geological Survey. URL:


http://www.minerals. usgs.gov/mercury. [Online Tanggal 8 November
2007].
----------. 2002. site:
http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://jnuenvis.nic.in/subject/fre
shwater/groundwater.htm [Online Tanggal 30 November 2007].
----------. 2003. Central Pollution Control Board. Ministry of Environment &
Forest, Govt of India. Parivesh Bhawan. East Arjun Nagar. Delhi –
110032. http://www.cpcb.nic.in/News%20Letters
/Archives/Groundwater/ch3-GW.html [Online Tanggal 30 November
2007].
----------. 2004. Pencemaran Merkuri dari Darat ke Laut.
http://kompas.com/kompas-cetak/0412/ 02/bahari/1412383.htm [Online
Tanggal 9
----------. 2007a. Mercury Poisoning. Wikipedia. http://en.wikipedia.org
/wiki/Mercury_poisoning
----------.2001. http://www.dpuairjatim.org/index.
php?act=userdef&p_code=12433 [Online Tanggal 8 November 2007].
----------.2006. Area Map. http://www. Minama-tacity.jp/eng/area_map.htm
[Online Tanggal 30 November 2007].
Achmad, R., 2004, Kimia Lingkungan, 99, Penerbit Andi yogyakarta,

Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.

Angga, dan evan, 2006, Metode Alternatif Untuk Menanggulangi Pencemaran


Logam Berat, (online), (http://www.chem-is-try.org/?seet=artikel&
test=95, diakses 26 januari 2007)
Anonim. 1992. Mercury Toxicity - From The Agency For Toxic Substances And
Disease Registry - Environmental Medicine. American Family Physician.
Site :http://findarticles. com/p/articles/ mi_m3225/is_n6_v46/ai_13357982
[OnlineTanggal 9 Desember 2007].

24
Arisandi, P., Dampak Pencemaran Pantai Timur Surabaya, (online),
(http://www.ecoton or.id/tulisan lengkap.php.?id=1305, diakses 26 januari
2007) Brotowidjono. M., 1991, Metode Penelitian dan Penulisan Karangan
Ilmiah, 11, liberty, yogyakarta,
cit Maruli, A., 2006, Analisis Pb dan Cd dalam Lipstik Menggunakan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom, Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Connell. D. W., dan Miller. G.J.,1995, Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran,
345, diterjemahkan Oleh Koestoer. Y., UI Press, Jakarta
Darmono, 1995, Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, 8-9, 18, 51, 56,
59, 64, 95, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran, 28, 33, 74, 87-88, 90, 101,
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Darsono, 1992, Pengantar Ilmu Lingkungan, 62-63, Penerbitan Universitras Atma
Jaya Yogyakarta, Yogyakarta
Desember 2007].
Djajadiningrat, dan Amir, 1989, Penilaian Secara Cepat Sumber-Sumber
Pencemaran Air, Tanah dan Udara, 19, Gadjah Mada University Press,
yogyakarta
Frank C, 1995, Toksikologi Dasar, Edisi kedua , Universitas Indonesia Press,
Jakarta
Hadi, A., 2005, Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan, 96,
Gramedia, Jakarta.
Hanwar, D., 2006, Diktat Kuliah Analisis Obat dan Makanan, Fakultas Farmasi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 38 Keputusan Menteri
Negara KLH Nomor KEP-03/MENKLH/II/1991, 1991, Baku Mutu
Limbah Cair, Jakarta.
Khopkar, S. M.,1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, 275, 277, 281,
diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo, cetakan I, UI Press, Jakarta
Mulja, M., dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 107-108, 111-114,
Airlangga University Press, Surabaya.

25
Mutchler. E., 1999, Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi, 738,
740-741, diterjemahkan oleh Widianto. M.B., dan Ranti.A. S., Penerbit
ITB, Bandung.
Palar, H., 1994, Pencemaran dan Toksikologi Logam, 116-132, PT. Rineka Cipta,
Jakarta. Slamet, 2005, Awas Bahaya Logam Berat, (online),
(http://www.indomedia.com/bpost/022005/9/ragam/art-1.htm, diakses 4
november 2006)
Sugiharto, 1987, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, 52, Universitas Indonesia
Press, Jakarta. Sunardi, 2004, Cara Alternatif Untuk Mengolah Limbah
Padat /Tailing Yang Mengandung Mercury Dan Arsen, (online)
(http://www.menlh.go.id/terbaru/artikel.php?article_id=1083, diakses
tanggal 9 April 2006)
Soeparman, dan Suparmin, 2002, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, 2, 4,
Penerbit Buku Kedokteran EGC Soemirat. J, 2003, Toksikologi
Lingkungan, 3, Gadjah Mada University Press, yogyakarta.
Sunu, P., 2001, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 4001, 11, 12,
110, 169, Grasindo, Jakarta.
Supriharyono, 2002, Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis, 156, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta .
Suriawiria. U., 1996, Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat, 56-57,
Penerbit Alumni , Bandung.
Vogel, 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
235, 289, Edisi kelima, diterjemahkan Setiono., L dan Pudhaatmaka,
Kalman Media Pustaka, Jakarta.

26

Вам также может понравиться