Вы находитесь на странице: 1из 4

14.

EFTA (European Free Trade Association)

A. Sejarah EFTA

EFTA adalah organisasi perdagangan bebas antara empat negara eropa (Islandia,
Liecchtenstein, Norwegia, dan Swiss) yang beroperasi secara paralel dan terkait
dengan Uni Eropa (EU).

EFTA didirikan tanggal 3 Mei 1960 sebagai sebuah blok dagang-alternatif untuk
negara Eropa yang tidak mampu, atau memilih tidak untuk bergabung
dengan Komunitas Ekonomi Eropa (EEC) (sekarang Uni Eropa (EU)).

EFTA Convention ditandatangani tanggal 4 Januari 1960 di Stockholm oleh tujuh


negara. Hari ini hanya Islandia, Norwegia, Swiss, dan Liechtenstein yang masih
menjadi anggota EFTA (karena Norwegia dan Swiss adalah anggota
pendiri). Konvensi Stockholm digantikan oleh Konvensi Vaduz.

Konvensi ini menyediakan liberalisasi dagang di antara anggotanya. Tiga dari negara
EFTA adalah bagian dari Pasar Internal Uni Eropa melalui Perjanjian pada Wilayah
Ekonomi Eropa (EEA), yang berlaku tahun 1994; yang keempat, Swiss, memutuskan
untuk melakukan perjanjian bilateral dengan UE. Selain itu, negara EFTA telah
melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan sejumlah negara lain.

Sebuah pembangunan penting adalah tahap yang dilakukan Swiss tahun 1999 yaitu
sekumpulan perjanjian bilateral dengan Uni Eropa yang mencakup wilayah luas,
termasuk pergerakan orang, angkutan dan penghalang teknis perdagangan.

Penulis : Robert Rivaldo


Pembangunan ini mendorong negara EFTA untuk memperbarui Konvensinya untuk
menjamin bahwa hal ini akan terus memberikan gambaran sukses ekspansi dan
liberalisasi dagang di antara mereka dan seluruh dunia.

B. Tujuan EFTA

 Untuk mengadakan perdagangan bebas antar negara anggota.


 Mendorong perdagangan bebas sebagai sarana untuk mencapai
pertumbuhan dan kemakmuran di antara negara-negara anggotanya.

C. Struktur EFTA

 Anggota
1. Islandia
2. Liechteinsten
3. Norwegia
4. Swiss
 Sekretaris Jenderal

1. 1960-1965: Frank E. Figgures


2. 1965-1972: Sir John Coulson
3. 1972-1975: Bengt Rabaeus
4. 1976-1981: Charles Müller
5. 1981-1988: Per Kleppe
6. 1988-1994: Georg Reisch
7. 1994-2000: Kjartan Jóhannsson
8. 2000-2006: William Rossier
9. 2006-sekarang: Kåre Bryn

 Letak
Sekretariat EFTA terletak di Jenewa, Swiss. EFTA Surveillance Authority memiliki
kantor pusat di Brussels, Belgia (lokasi yang sama dengan kantor pusat Komisi Eropa),

Penulis : Robert Rivaldo


sementara EFTA Court berkantor pusat di Luksemburg (lokasi yang sama dengan
kantor pusat European Court of Justice).

D. Hubungan EFTA dengan Indonesia


Menteri Perdagangan RI, Mari Elka Pangestu, melaksanakan pertemuan bilateral
dengan Menteri-menteri dari empat negara anggota EFTA (Swiss, Norwegia,
Liechtenstein dan Iceland). Pertemuan tersebut ditujukan untuk mengesahkan
laporan Joint Study Group (JSG) yang merekomendasikan tentang kelayakan
membentuk Comprehensive EFTA – Indonesia Trade Agreement (CEITA) yang
berdasarkan pada prinsip trade liberalization, trade facilitation dan cooperation serta
membahas langkah selanjutnya untuk kemungkinan memulai perundingan CEITA.

Menteri Perdagangan Luar Negeri Swiss sebagai wakil dari pihak EFTA
mengatakan: “Negara-negara EFTA menyambut baik rekomendasi JSG yang yakin
bahwa CEITA akan berpotensi untuk meningkatkan perdagangan dan pertumbuhan
ekonomi kedua pihak. Untuk itu EFTA States berharap bahwa kedua pihak siap untuk
melaksanakan negosiasi CEITA dalam waktu dekat.”

Menteri Perdagangan Mari Pangestu juga menyampaikan bahwa “Indonesia


menyambut baik hasil rekomendasi JSG tersebut namun menyatakan belum bisa
memberikan komitmen untuk memulai negosiasi saat ini, karena masih perlu
mensosialisasikan studi kelayakan tersebut kepada para pemangku kepentingan,
diantaranya instansi sektoral, akademisi, dan dunia usaha agar mendapatkan dukungan,
seperti yang dilakukan dengan Jepang ketika memulai perundinganEconomic
Partnership Agreement(EPA).”

Selain membahas hasil studi bersama, Menteri Perdagangan juga mengusulkan


kerjasama yang lebih konkrit dimana kedua pihak pemerintah menfasilitasi pertemuan
kedua dunia usaha dengan intens agar masing-masing dunia dapat saling kenal, dan
saling menjajaki potensi bisnis dan peluang bisnis di kedua negara. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan membentuk suatu wadah atau working group, sebagai
contoh Working Group on Trade and Investment. Menteri Perdagangan juga

Penulis : Robert Rivaldo


menambahkan, sebagai langkah awal Indonesia akan menggelar forum bisnis
Indonesia-EFTA yang akan mengundang pebisnis dari negara-negara EFTA.

Pihak EFTA menyetujui usul pembentukan “Working Group on Trade and


Investment” dan sepakat agar kedua pihak merumuskan prinsip dan modalitas kerja
dari working group tersebut. Hal tersebut akan dirumuskan oleh pejabat tingkat teknis.

Selain hal tersebut di atas, kedua pihak sepakat untuk melakukan kerjasama dalam
bentuk capacity building dan technical cooperation. Indonesia ingin memanfaatkan
potensi negara-negara EFTA yang memiliki keunggulan di bidang-bidang tertentu,
misalnya:

1. Pendidikan atau kursus di University of geneve dan World Trade Institute,


Swiss;
2. Bidang kesehatan, lingkungan hidup, minyak bumi dan perikanan tradisional di
Norwegia;
3. Bidang geothermal dan perikanan di Islandia (Iceland)

Penulis : Robert Rivaldo

Вам также может понравиться