Вы находитесь на странице: 1из 10

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan mulai dari awal bulan Januari 2014 sampai

dengan akhir bulan Juni 2014. Lokasi penelitian berada di Kabupaten Buleleng,

yang terletak pada posisi 8o 3’ 40”–8o 23’ 00” LS dan 114o 25’ 55”–115o 27’ 28” BT,

dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Wilayah Kabupaten Buleleng


Alasan penelitian ini dilakukan di Kabupaten Buleleng, yaitu; (1). PUMP

PB tahun 2011 sampai 2013 di Kabupaten Buleleng sudah dilaksanakan dan

melibatkan kelompok yang membudidayakan Lele sebanyak 14 Pokdakan dari

total 25 Pokdakan; (2). Tingginya harga dan permintaan hasil produksi Lele

Dumbo di Kabupaten Buleleng sehingga perlu untuk mengembangkan budidaya

Lele Dumbo; (3). Luas lahan wilayah Kabupaten Buleleng dan terdapat banyak

sumber aliran irigasi menjadi salah satu potensi untuk dapat mengembangkan

budidaya Lele Dumbo; dan (4). Pemerintah Daerah mendukungan

pengembangan budidaya perikanan air tawar melalui peran DISKANLA

Kabupaten Buleleng.

42
4.2 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif

dikombinasikan dengan kuantitatif bertujuan sebagai upaya ekplorasi, klarifikasi,

menguraikan, mengangkat fakta, keadaan dan fenomena-fenomena yang terjadi

didukung pula dengan data berupa angka yang dianalisis dengan Analisis SWOT.

Dengan demikian dalam pendeskripsian masalah yang diamati dan diselidiki

lebih lengkap dalam memadukan antar penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Adapun beberapa parameter yang diukur untuk mendapatkan angka-angka yang

dianalisis adalah jawaban responden, hasil produksi dan hasil pendapatan

Pokdakan Lele Dumbo penerima BLM PUMP PB dari tahun 2011 sampai dengan

2013 di Kabupaten Buleleng.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Menurut Nazir (1988), pengumpulan data adalah prosedur yang

sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, selalu ada

hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang

ingin dipecahkan. Pengumpulan data primer didapat melalui beberapa metode

adalah, metode pengamatan langsung/observasi ke lapangan dan metode

wawancara

4.3.1 Metode Pengamatan langsung

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan observasi permasalahan

terhadap pelaksanaan budidaya pembesaran Lele Dumbo yang dilakukan oleh

para Pokdakan PUMP PB dari tahun 2011 sampai dengan 2013, sehingga

didapatkan gambaran yang jelas mengenai objek yang diteliti dan dirumuskan

pada tahap melakukan percobaan pembesaran Lele Dumbo (action research) di

Kabupaten Buleleng. Observasi juga dilakukan terhadap para pengepul,

43
pengusaha pemancingan, dan para pembudidaya Lele Dumbo di Kabupaten

Buleleng.

4.3.2 Metode Wawancara

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel responden di daerah

penelitian adalah dengan teknik Non Probability Sampling: Purposive Sampling

(pengambilan sampel disengaja). Sumber responden pada penelitian ini adalah

para kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Lele penerima Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM) PUMP PB 2011 sampai dengan 2013, yang tersebar di enam

Kecamatan dengan jumlah 14 Kelompok dan enam Kecamatan tersebut adalah:

Kecamatan Buleleng, Kecamatan Busungbiu, Kecamatan Gerogak, Kecamatan

Kubutambahan, Kecamatan Sawan, Kecamatan Sukasada, sebagaimana dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Responden Pokdakan Lele BLM PUMP PB 2011 – 2013.

Jumlah
Kecamatan
(Kelompok)
Buleleng 2
Busungbiu 3
Gerogak 2
Kubutambahan 5
Sawan 1
Sukasada 1
Total 14
Sumber. DISKANLA, 2013

Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 42 orang dari 14

kelompok pembudidaya Lele penerima PUMP PB dari tahun 2011 sampai

dengan 2013 yaitu dengan metode kuota, dimana dari masing-masing kelompok

tersebut diwakili oleh para ketua, bendahara dan sekertaris kelompok. Jumlah

sampel responden metode kuota secara sengaja n ≥ 30 dianggap sudah dapat

terdistribusi mendekati normal dari 42 orang responden tersebut (Moleong,

2010). Memilih informan kunci sebagai responden lebih tepat dilakukan secara

sengaja (purposive sampling) karena informan kunci (key informan) merupakan

44
subyek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan yang

menjadi informasi, menghayati secara sungguh-sungguh lingkungan atau

kegiatan yang bersangkutan, serta masih terlibat secara penuh/aktif pada

kegiatan yang menjadi perhatian penelitian sehingga bobot jawaban pertanyaan

yang diberikan lebih informative dan dapat memberikan gambaran secara

obyektif (instrumen kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 4).

4.4 Participatory Action Research (PAR)

Participatory Action Research (PAR) yaitu proses dimana berusaha

mempelajari masalah secara ilmiah dalam rangka memperbaiki, mengevaluasi

dan mengembangkan budidaya Lele Dumbo di Kabupaten Buleleng Subyek

penelitian ini adalah Pokdakan penerima PUMP PB tahun 2011 – 2013 di

kabupaten Buleleng dan mereka yang berpartisipasi dalam pelaksanaan

budidaya pembesaran Lele Dumbo. Metode ini digunakan untuk membangun

jembatan mencapai pemahaman yang saling menguntungkan untuk dapat

menciptakan landasan yang kokoh menuju solusi atas masalah budidaya

pembesaran Lele Dumbo di Kabupaten Buleleng (Jorgensen, 1989).

Action Research yang dilakukan dengan rangkaian kegiatan budidaya

mulai dari persiapan kolam sampai panen dan pasca panen hasil produksi yang

dilakukan di Kabupaten Buleleng. Lokasi kegiatan budidaya pembesaran Lele

Dumbo satu siklus dilakukan di Desa Sambangan Kabupaten Buleleng, dengan

persiapan yaitu meliputi: kolam terpal, pengadaan benih, fermentasi pakan

dengan molase dan probiofish, melakukan pengelolaan kualitas air, panen dan

pasca panen.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), yaitu

dipilih dengan sengaja sesuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan lokasi

percobaan adalah lahan dekat dengan saluran irigasi persawahan yang biasa

45
dikenal dengan nama subak, dengan jenis kolam yang digunakan adalah

menggunakan kolam terpal. Luas lokasi lahan adalah 150 m2, dibagi menjadi tiga

kolam adalah satu kolam ukuran 5 x 4 x 1 m dan dua kolam ukuran 2 x 3 x 1 m.

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan penelitian meliputi terpal jenis

A12 sebanyak tiga paket yaitu: satu terpal ukuran 6 x 7 m untuk kolam berukuran

5 x 4 x 1 m, dua terpal ukuran 5 x 4 m untuk kolam 2 x 3 x 1 m, batang bambu,

anyaman bambu dan pipa paralon sebagi saluran pembuangan.

Padat tebar menggunakan benih Lele Dumbo sebanyak 6.500 ekor

dengan ukuran 5 – 6 cm yang berasal dari Kecamatan Genteng Kabupaten

Banyuwangi Jawa Timur. Alasan dari jumlah benih yang digunakan dan lokasi

pengadaan benih tersebut dilakukan karena keterbatasan benih Lele Dumbo

yang ada di kabupaten Buleleng. Pakan yang digunakan adalah pellet komersial

yang sudah umum ditemukan dipasaran dan sering digunakan oleh Pokdakan

penerima BLM PUMP PB di Kabupaten Buleleng adalah: PF-1000 produksi PT

Matahari Sakti, 781-1, 781-2 dan 781-3 produksi PT Central Proteinprima Tbk.

Pemberian pakan dilakukan dua kali dalam sehari, waktu yang akan digunakan

adalah pagi dan sore.

Penelitian ini juga menggunakan probiotik yang dihasilkan oleh oleh Unit

Pengelolaan Budidaya Air Tawar (UPBAT) Kepanjen, Jawa Timur yaitu

Probiofish. Menurut UPBAT Kepanjen, keunggulan Probiofish ini adalah;

meningkatkan nutrisi pakan dan menekan biaya pakan sebesar 30 – 40,

kandungan yang terdapat pada Probiofish tersebut adalah: Basillus sp,

Lactobacillus sp, Acetobacter sp, Rhodopseudomonas sp, Nitrobacter,

Saccharomyces, Actinomycetes. Cara fermentasi pellet menurut UPBAT

Kepanjen, adalah: 2,5 kg pellet, 30 cc tetes gula (molase), 10 cc Pro-biofish (1

tutup botol Pro-biofish) dan 500 - 1 liter air tawar, kemudian bahan-bahan

tersebut di campur dengan diaduk-aduk hingga rata, kemudian masukan hasil

46
campuran ke dalam kantong plastik dan diikat erat dengan karet supaya tidak

ada udara yang masuk (anaerob), disimpan selama 24 jam ditempat yang tidak

terkena matahari sebelum diberikan ke ikan (UPBAT Kepanjen).

Pengelolaan kualitas air pada penelitian ini mencoba menggunakan dua

cara utama, yaitu mensirkulasi air melalui aliran air irigasi dan penggantian air

secara berkala dengan sumber air dari aliran irigasi, alasan pengelolaan kualitas

air dengan sirkulasi air digunakan adalah untuk mencoba memaksimalkan

potensi sumberdaya aliran irigasi. Berikut adalah pengukuran kualitas air yang

diamati dan alat yang digunakan, dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Parameter Kualitas Air

No Parameter Satuan Alat


0
1 Suhu C Termometer
2 pH - Lab & pH Meter
3 Oksigen Terlarut mg/L Lab
4 Hidrogen Sulfida mg/L Lab
5 Kecerahan cm Piringan Secci Disk

4.5 Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2004), menyatakan bahwa SWOT adalah sebuah alat

yang dapat menggambarkan bagaimana alternative strategi dapat diterapkan

bagi kelangsungan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Kerangka kerja

dengan menggunakan pendekatan anlisa SWOT yaitu dengan Identifikasi Faktor

Internal dan Faktor Eksternal untuk menentukan skor dari setiap variabel dari

hasil responden yang didapatkan, membuat matriks SWOT berdasarkan variabel

pada faktor-faktor Internal dan Eksternal yang diperoleh dan terakhir adalah

menyusun alternative strategi. Untuk mengetahui situasi atau kondisi internal dan

eksternal yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam

kegiatan budidaya Lele Dumbo di Kab. Buleleng, perlu dibuat suatu kolom

matriks untuk pengisian faktor strategi internal dan eksternal.

47
1. Identifikasi IFAS dan EFAS

Pertama menyusun dalam Kolom satu (Kekuatan, Kelemahan, Peluang,

dan Ancaman), kemudian memberi bobot masing-masing pertanyaan dan

jawaban responden dalam kolom dua mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai 0,0

(tidak penting). Menghitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor

dengan memberikan skala 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan

pengaruh faktor tersebut. Mengalikan bobot pada kolom dua dengan rating pada

kolom tiga, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom empat, dimana

hasilnya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

Gunakan kolom lima untuk komentar atau catatan mengapa faktor-faktor

tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotanya dihitung. Kemudian Jumlah

skor pembobotan pada kolom empat untuk memperoleh total skor pembobotan.

Selanjutnya memasukan semua faktor strategi internal, faktor eksternal dan

membuat kemungkinan strategi dari pengolahan berdasarkan pertimbangan

kombinasi empat faktor strategis tersebut.

Faktor-faktor strategis internal dan eksternal diberikan bobot dan nilai

(rating) berdasarkan pertimbangan professional (professional judgment).

Pertimbangan professional adalah pemberian pertimbangan berdasarkan

keahlian, kompeten dengan sesuatu yang dipertimbangkan. Pembobotan pada

lingkungan internal tingkat kepentingan didasarkan pada besarnya pengaruh

faktor strategisnya (Rangkuti, 2004).

2. Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah sebuah alat yang dapat menggambarkan

bagaimana kekuatan dan kelemahan merupakan faktor internal yang didapatkan

dari evaluasi Pokdakan Lele Dumbo BLM PUMP PB 2011 – 2013 kemudian

dipadukan dengan peluang dan ancaman yang ada terhadap kegiatan budidaya

yang ada di Kab. Buleleng merupakan faktor eksternal untuk menghasilkan

48
empat golongan alternative strategi yang dapat diterapkan bagi suatu kegiatan,

digambarkan melalui tabel matriks SWOT, dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Matriks SWOT


Faktor
Internal (S) (W)
Strength Weaknesses
Faktor Eksternal
Strategi (SO) Strategi (WO)
Menggunakan Meminimalkan Kelemahan
(O)
Kekuatan (S) Untuk (W) Untuk Memanfaatkan
Opportunities
Mendapatkan Peluang Peluang (O)
(O)
Strategi (ST) Strategi (WT)
(T) Menggunakan Meminimalkan Kelemahan
Threats Kekuatan (S) Untuk (W) Untuk Menghindari
Mengatasi Ancaman (T) Ancaman (T)
Sumber : Rangkuti, 2004

Setelah mengetahui dan mengidetifikasi berbagai faktor internal dan

eksternal yang melingkupi kegiatan budidaya Lele oleh Pokdakan PUMP PB

maka dapat dirumuskan suatu strategi pengembangan budidaya Lele Dumbo di

Kabupaten Buleleng kedepan dengan memperhatikan situasi dan kondisi daerah

penelitian. Hasil pengamatan di lapangan mendapatkan faktor-faktor strategis

berupa angka-angka yang dapat di invetarisasi ke dalam Matriks Internal

Strategic Faktors Analiysis Summary (IFAS) dan Matriks External Strategic

Faktors Analysis Summary (EFAS), dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Matriks IFAS dan EFAS

No. Jumlah Skor Faktor Internal Jumlah Skor Faktor Eksternal


1 S O
2 W T
Selisih Jumlah Skor S – W = x Selisih Jumlah Skor O – T = y
Sumber : Rangkuti (2004)

Data SWOT kualitatif dapat dikembangkan secara kuantitatif melalui

perhitungan anlisa SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan Robinson (1998)

agar diketahui secara pasti langkah strategi yang akan diambil, dilihat pada

Gambar 7.

49
O
(- -) y= (++)
Ubah Strategi
Progresif

III I x=
W S
IV II

(- +) (+ -)
Strategi Disersivikasi
Bertahan Strategi
T

Gambar 7. Kuadran SWOT (Pearce dan Robinson, 1998).

3. Alternatif Strategi

Alternatif strategi adalah hasil matrik analisi SWOT yang menghasilkan

berupa strategi SO, WO, ST dan WT. alternatif strategi yang dihasilkan minimal 4

buah strategi sebagai hasil dari analisis matrik SWOT. Menurut Rangkuti (2004),

strategi yang dihasilkan adalah sebagai berikut; (1). Strategi SO ini dibuat

berdasarkan jalan pikiran memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya; (2). Strategi ST ini adalah

menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman; (3). Strategi

WO ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara

meminimalkan kelemahan yang ada; dan (4). Strategi WT ini disarankan pada

kegiatan usaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

50
AHP

belum……………

………….

51

Вам также может понравиться