Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang saling berkaitan, sebab akan mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Penyakit mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat saat ini adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Karies merupakan penyakit universal yang dapat menyerang semua orang, semua usia, ras dan semua tempat didunia. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 dalam Depkes (2000) menunjukkan bahwa 65,7% penduduk Indonesia menderita karies gigi aktif atau kerusakan pada gigi yang belum ditangani. (Depkes RI, 2000). Karies gigi adalah penyakit yang menyerang jaringan keras gigi meliputi email, dentin dan sementum. Gejala terjadinya karies adalah proses demineralisasi dari bahan anorganik dan bahan organik yang terkandung pada gigi. proses demineralisasi tersebut disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang menfermentasi karbohidrat dan menghasilkan asam (Kidd dan Bechal, 2012). Untuk terjadi karies memerlukan faktor – faktor di dalam rongga mulut yang saling berinteraksi satu sama lain. Faktor tersebut adalah Substrat berasal dari asupan karbohidrat, host berupa struktur gigi maupun kualitas dan kuantitas saliva, mikroorganisme merupakan bakteri penyebab karies (streptococcus mutans dan lactobacillus sp), waktu merupakan lamanya gigi terpapar oleh bakteri plak (axelsson, Messer, 2000). Kualitas dan kuantitas saliva berpengaruh dalam proses karies, sebab saliva selalu membasahi gigi geligi sehingga dapat mempengaruhi lingkungan dalam rongga mulut. Faktor kepekatan ludah (viskositas saliva) berpengaruh pada kesehatan rongga mulut, jika mengalami peningkatan dapat menurunkan laju aliran saliva (flow saliva) dari jumlah normal yang menyebabkan kekeringan rongga mulut (xerostomia) akibat penurunan produksi saliva dari kedua kelenjar mayor dan minor (Bhayana R, 2013). Keadaan rongga mulut yang mengalami xerostomia akan mudah terjadi penumpukan sisa-sisa makanan yang akhirnya terjadi karies gigi (Affianti, 2006). Faktor yang dapat mempengaruhi laju aliran saliva salah satunya adalah usia. Seseorang akan mengalami masa penuaan, pada masa ini akan terjadi penurunan fungsi dari organ-organ tubuh termasuk pada rongga mulut yang disebabkan oleh penurunan hormon steroid dalam tubuh. Proses menua ini akan dirasakan pada wanita yang sedang mengalami masa menopause. Berdasarkan Mahesh, dkk (2014) laju aliran saliva pada wanita menopause lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang masih mengalami menstruasi (Mahesh dkk, 2014). Menopause adalah suatu fase dari kehidupan wanita yang ditandai dengan berakhirnya masa menstruasi dan berhentinya fungsi reproduksi. Perempuan dinyatakan menopause bila sudah tidak mengalami siklus menstruasi berturut- turut minimal kurang lebih 12 bulan. Pada wanita yang mengalami fase menopause selain gangguan siklus menstruasi juga menimbulkan gejala-gejala dan keluhan disertai dengan perubahan secara fisik dan psikis. Semuanya timbul dari tiga komponen utama yaitu : menurunnya aktivitas ovarium yang diikuti dengan defisiensi hormonal terutama estrogen yang memunculkan berbagai gejala dan tanda sebelum, saat dan setelah menopause, faktor sosial-budaya yang ditentukan oleh lingkungan perempuan, faktor psikologi yang bergantung pada karakter perempuan (Baziad A, 2008). Usia terjadinya menopause berkisar antara 45 sampai 55 tahun, dengan usia rata-rata 52 tahun. Rata-rata seorang wanita mengalami menopause berbeda pada setiap ras. Berdarkan hasil survei dilaporkan bahwa usia menopause wanita ras asia adalah 44 tahun, sementara pada wanita ras eropa sekitar usia 47 tahun (Yatim Faisal, 2011). Di dunia dikenal berbagai macam klasifikasi ras manusia. Ras dapat dipakai sebagai alat untuk memahami variasi umat manusia, karena faktor ras memberi pengaruh pada bentuk fisik individu. Namun, dalam praktek tidak semudah yang dibayangkan dan sangat sulit untuk menentukan batas-batas antar ras. Ras mempunyai arti biologis yaitu sebagian spesies homo sapiens yang memiliki ciri-ciri fisik khas yang bersifat herediter untuk membedakan dengan bagian-bagian lain. Seluruh umat manusia berasal dari satu spesies yaitu homo sapiens, namun mempunyai fisik yang berbeda-beda. Variasi ini meliputi fenotipe dan genotype, kaum pria maupun wanita dan segala golongan umur (Glinka, 2001). Suku bangsa di dunia dapat digolongkan dalam empat ras, umumnya dikenal tiga macam ras yaitu : kaukasoid, Mongoloid dan Negroid. Banyak ahli antropologi fisik telah mempelajari variasi fisik umat manusia. Banyak diantaranya berhubungan dengan faktor lingkungan. Kebudayaan bagi ras merupakan sesuatu hubungan erat dan bersifat turun temurun, hal ini akan juga akan berdampak pada ciri-ciri fisiknya. Makanan yang dikonsumsi merupakan salah satu bentuk budaya setiap ras yang berpengaruh terhadap struktur gigi. Hal ini menjadi salah satu resiko untuk wanita yang mengalami masa menopause lebih cepat terkena penyakit rongga mulut (Sudarso, 2003).. Namun saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan status karies pada menopause di suatu ras atau etnis tertentu sehingga penulis merasa perlu melakukan penelitian untuk mengetahui gambaran status karies gigi pada wanita menopause di suku Tengger.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran status karies gigi pada wanita menopause di suku tengger? 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui gambaran status karies gigi pada wanita menopause di suku tengger. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diambil dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang gambaran status karies gigi pada wanita menopause di suku Tengger.