Вы находитесь на странице: 1из 16

XIII MINE CLOSURE

13.1 Pendahuluan
Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan agar
dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
Penutupan tambang adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan penambangan
dan/atau pengolahan dan pemurnian untuk memenuhi kriteria sesuai dengan dokumen
Rencana Penutupan Tambang.

13.2 Reklamasi
13.2.1 Aspek Legalitas dan Reklamasi Lahan Pasca Tambang
Lokasi PT. GBM terletak di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali,
Provinsi Sulawesi Tengah. Lokasi penambangan dapat ditempuh melalui jalur darat.
Area penambangan merupakan daerah datar yang tidak begitu jauh dari pemukiman
penduduk, dan sebagian besar merupakan tempat untuk berkebun bagi penduduk yang
tinggal di sekitar daerah tersebut.
Pengaturan rencana penutupan tambang dan reklamasi diatur dalam Peraturan
Menteri Energi Sumberdaya Mineral nomor 18 tahun 2008. PT. GBM memiliki izin
usaha penambangan (IUP) yang disetujui oleh Bupati kabupaten Morowali, dengan
luas wilayah izin usaha penambangan (WIUP) 144.7 hektar. Selain itu PT. GBM juga
mendapatkan dokumen UKL/UPL yang diperoleh dari BAPEDALDA.
Kegiatan penambangan dilakukan dengan cara tambang terbuka metode side
hill pada tahun 1 dan open cut pada tahun 2 , jalan menuju ke lokasi penambangan
dibuat mudah dan melewati pemukiman penduduk. Lokasi kantornya juga berada
cukup dekat dari lokasi penambangan. Di sepanjang jalan, dibiarkan pohon tetap
tumbuh dengan maksud untuk mengurangi polusi udara.
13.2.2 Teknik Reklamasi Lahan Bekas Tambang
Metode tambang terbuka khususnya side hill type pada PT. GBM
memerlukan teknik reklamasi yang baik agar dampak negatif terhadap lingkungan
hidup dapat diminimalisir.
Kegiatan reklamasi yang dilakukan PT.BGM mencakup:
1. Penyelamatan tanah pucuk
Tanah pucuk sangat diperlukan mengingat tanah pucuk yang terdapat di PT.
GBM pada area seluas 144,707 Ha
2. Penyimpanan penting untuk mencegah terjadinya erosi yang diakibatkan oleh
banyak hal. Salah satunya adalah terkikisnya timbunan tanah pucuk oleh air
hujan.
3. Pemilihan Tanaman
Tanaman penutup tanah adalah tumbuhan atau tanaman yang khusus untuk
melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi.

Teknik reklamasi lahan bekas tambang yang digunakan oleh PT. GBM yaitu:
a. Penerapa sistem pot : dengan minimnya lapisan topsoil yang hanya kurang lebih
(±) 30 cm dan tingkat kesuburan tanah yang kurang bagus sehingga perlu
penangan serius untuk program reklamasi dengan komposisi tanah pucuk di
campur menggunakan teknologi isomik (isaolat mikroba) dalam rehabilitasi
lahan bekas tambang.

Gambar 13.1 penentuan jarak lubang tanam (saperstien,1990)


Gambar 13.2 penerapan sistem pot (Saperstein,1990)

b. Penerapan sistem teras: secara morfologi karena penambangan PT. GBM


merupakan tambang terbuka dengan metode side hill type/lereng bukit sehingga
sangat penting unutk menerapkan reklamasi teras bangku untuk mencegah
terjadinya erosi.

Gambar 13.3 Penanaman jenjang bertingkat Sistem Teras (Dirjen Pertambangan


Umum,1993)
c. Jarak tanam: dalam standar penanaman jarak 5 meter disisni kami PT. GBM
menerapkan jarak 2 meter dengan alsan untuk mengejar agar hijau dahulu.

Gambar 13.4 Jarak Tanam (Dirjen Pertambangan Umum,1993)

13.2.3 Kendala Pemulihan Vegetasi Tambang

Kegiatan seperti pembukaan hutan, penambangan, pembukaan lahan


pertanian dan pemukiman, bertanggung jawab terhadap kerusakan ekosistem yang
terjadi.
Akibat yang ditimbulkan antara lain kondisi fisik, kimia dan biologis tanah menjadi
buruk, merupakan kendala yang akan di hadapi unutk vegetasi tambnag seperti
contohnya lapisan tanah tidak berprofil, terjadi bulk density (pemadatan), kekurangan
unsur hara yang penting, pH rendah, pencemaran oleh logam-logam berat pada lahan
bekas tambang, serta penurunan populasi mikroba tanah.
Berikut kendala pemilihan reklamasi vegitasi tambang :
a. Kendala utama yang sering menghambat keberhasilan usaha reklamasi lahan
bekas tambang adalah kondisi iklim mikro yang belum sesuai, kekurangan air
untuk menyiram dan kesulitan mendapatkan bahan-bahan amelioran,
khususnya bahan organik.
b. Pada beberapa lahan tambang, kesulitan lain yang dihadapi bertambah dengan
sulitnya memperoleh “tanah pucuk” karena kondisi asli tambang tersebut yang
berada pada jenis tanah Litosol yang memiliki solum sangat tipis.
c. Kondisi tanah yang marginal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara
langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
d. Berpengaruh pada kenaikan komponen biaya kegiatan lingkungan hidup dan
sosial perusahaan
e. Banyaknya komponen biaya tidak terduga yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan tambang di negara berkembang, sehingga seringkali regulasi
penutupan tambang hanya sebatas wacana dan persyaratan administrasi dari
pemerintah. Kadangkala syarat tersebut dapat dinegosiasi dengan kompensasi
lain.
13.2.4 Aspek Teknik Rehabilitasi Tambang

Rehabilitasi lokasi penambangan dilakukan sebagai bagian dari program


pengakhiran tambang yang mengacu pada penataan lingkungan hidup yang
berkelanjutan. Aspek teknik rehabilitasi tambang pada PT. GBM yaitu dengan
menyiapkan tanaman yang akan di tanam, media tanam dan juga melakukan
pembibitan pada tempat telah di siapkan.

Gambar 13.5 Bagan Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang


Teknik rehabilitasi meliputi penanaman kembali permukaan tanah yang
terdegradasi, penampungan dan pengelolaan racun dengan menggunakan penghalang
fisik maupun tumbuhan untuk mencegah erosi. Teknik rehabilitas tambang PT. GBM
menggunakan mikroba isonik. Berikut beberapa kelebihan menggunakan mikroba
isonik yaitu:
a. Aplikasi Isomik hanya sekali pada penyiapan bibit
b. Meningkatkan pertumbuhan dan keberhasilan hidup tanaman
c. Memperbaiki kualitas tanah (fisik, kimia dan biologi)
d. Memfasilitasi perkembangan komunitas berikutnya dapat meningkatnya
keanekaragaman flora/vegetasi, fauna dan mikroba

13.2.5 Perencanaan Reklamasi Lahan Pasca Tambang


Pelaksanaan reklamasi sedapat mungkin harus dilaksanakan dengan cepat
sesuai dengan umur tambang. Dengan demikian dapat dicapai efisiensi pemakaian
peralatan, pemindahan dan pengelolaan tanah pucuk.
Untuk melakukan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik agar dalam
pelaksanaannya dapat tercapai sasaran sesuai yang dikehendaki. Perencanaan
reklamasi harus sudah disiapkan sebelum melakukan operasi penambangan dan
merupakan program yang terpadu dalam operasi penambangan.
Hal-hal yang harus diperhatikan didalam perencanaan adalah sebagai berikut :
1. Merencanakan perencanaan reklamasi sebelum pelaksanaan penambangan
2. Luas area yang harus di reklamasi merupakan luas area penambangan luas
tersebut di gunakan untuk revegetasi.
3. Pemindahan dan penempatan tanah pucuk pada tempat tertentu dan mengatur
sedemikian rupa untuk keperluan vegetasi.
4. Mengembalikan/ memperbaiki pola drainase alam yang rusak.
5. Memantau dan mengelola areal reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan.
13.2.6 Rencana Biaya Reklamasi
Rencana biaya reklamasi yang diperlukan dalam penambangan nikel, yaitu:
1. Biaya langsung
Biaya yang perlu dihitung dalam penyusunan rencana biaya langsung meliputi:
1) Biaya penataan lahan.
2) Biaya revegatasi; dan
3) Biaya untuk pekerjaan sesuai peruntukannya.
2. Biaya tidak langsung menurut Peraturan Menteri Sumber daya Mineral Nomor 18
Tahun 2008 ditentukan sebagai berikut :
a. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5% dari biaya langsung.
b. Biaya perencanaan reklamasi 2%-10% dari biaya langsung.
3. Total Biaya
Biaya reklamasi dapat dihitung berdasarkan biaya langsung ditambah biaya tidak
langsung.

13.3 Penutupan Tambang


13.3.1 Perencanaan Penutupan Tambang
Rencana penutupan tambang nikel PT. GBM didesain berdasarkan hal-hal
berikut:
- Peruntukan lahan bekas tambang
- Evaluasi dampak penting pada tahap penutupan tambang
Rencana penutupan tambang meliputi deskripsi kondisi daerah penambangan
pada saat eksploitasi, operasi/produksi berhasil, deskripsi kondisi daerah penambangan
yang diharapkan, fasilitas kegiatan yang akan dibongkar dan yang dipertahankan,
lokasi dan sarana yang akan diamankan, serta rencana pembiayaan. Proses penyusunan
dokumen rencana penutupan tambang.
Untuk memudahkan pemerintah dalam menjalankan tugasnya, perusahaan
wajib melaporkan kemajuan pelaksanaan kegiatan penutupan tambang secara berkala
setiap tiga bulan kepada Bupati/Walikota sesuai kewenangannya. Persetujuan
diberikan setelah dilakukan penilaian/evaluasi terhadap pelaksanaan penutupan
tambang.
13.3.2 Perencanaan Penutupan Tambang dari Aspek Teknik Fisik
PT. GBM melakukan penambangan dengan sistem tambang terbuka dengan
menggunakan metode Side Hill Type, dimana sistem penambangan yang di terapkan
untuk menambang endapan mineral industri yang letaknya datar.
Dalam kegiatan reklamasi pasca tambang berkaitan dengan pemulihan
vegetasi, ada beberapa kendala yang dihadapi, antara lain :
1. Penanaman kembali vegatasi di lahan bekas tambang tidak dapat dilakukan
sepenuhnya seperti disediakala karena telah terjadi perubahan bentang alam.
2. Diperlukan waktu beberapa lama untuk menunggu pertumbuhan tanaman untuk
mencapai ukuran seperti sediakala (sebelum operasi tambang).

13.3.3 Aspek Teknis Rehabilitas Tambang


Rehabilitas tambang dilakukan pada lahan bekas penambangan setelah lokasi
bekas bangunan terbongkar, sebagian lapisan tanah pucuk yang telah disimpan untuk
beberapa lama di tempat penimbunan, dipindahkan ke lokasi yang hendak dilakukan
revegetasi, sebelum kegiatan penambangan dilakukan. Kegiatan ini akan terus
dilakukan pemantauan sampai dirasakan keadaan lokasi bekas penambangan tidak
mengganggu kestabilan lingkungan alam.

13.3.4 Perencanaan Reklamasi Pasca Tambang


Sesuai dengan yang disebutkan diatas, kegiatan reklamasi lahan bekas
tambang (tambang terbuka) bertujuan menjadikan lahan bekas tambang sebagai tempat
yang lebih bermanfaat misalnya digunakan sebagai kolam ikan (usaha perikanan)
seperti lele, nila, gurami dan lain-lain, dan penanaman kembali vegetasi (revegetasi)
disekitar lahan bekas tambang PT. GBM.
13.3.5 Rencana Biaya Reklamasi
Perkiraan biaya rencana reklamasi penutupan tambang PT. GBM meliputi:

1. Biaya pengurusan penyerahan aset lahan bekas tambang (ecommisioning).


Dasar hukum yang digunakan adalah peraturan menteri negara agraria atau
kepala BPN no.4 Tahun 1998 tentang pedoman penetapan uang pemasukan dan
pemberian uang hak atas tanah negara serta perkiraan pengeluaran dana taktis, yang
menetapkan bahwa besaran biayanya adalah Rp.225.000,00 per hektar dan dibayarkan
pada saat semua tanggung jawab perusahaan telah selesai dipenuhi.
2. Biaya rehabilitas lahan terganggu.
Rehabilitas lahan terganggu terdiri dari biaya langsung (biaya pembongkaran,
biaya peralatan lahan, dan biaya revegetasi), dam biaya tak langsung (biaya mobilisasi
dan demobilisasi alat, biaya perencanaan, biaya administrasi dan keuntungan kantor,
biaya supervisi, dan asumsi biaya kenaikan harga.
3. Biaya pemantauan lingkungan.
Biaya pemantauan lingkungan terdiri dari biaya langsung :
 Biaya analisis air
 Biaya analisis tanah
 Biaya analisis udara (debu)
4. Biaya pengolahan tenaga kerja
Dasar hukum yang dipakai adalah pasal 27 ayat (3) kepmen tenaga kerja
no.150/men/2000, yang menyebutkan bahwa :
 Bagi karyawan yang terkena keputusan hubungan kerja (PHK), pesangon
yang didapatkan sebesar sekian kali untuk masa kerja tertentu.
 Dilaksanakan pendidikan dan pelatihan ketrampilan bagi karyawan sebelum
penutupan tambang dilakukan.
5. Biaya pengembangan potensi wilayah pasca tambang terdiri dari :
 Pembiayaan tak langsung meliputi biaya pemantauan kondisi sosial, ekonomi,
dan budaya.
 Biaya umum dan administrasi.
13.4 Penutupan Tambang
Penutupan tambang (Mine Closure) adalah kegiatan terencana, sistematis, dan
berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk
memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh
wilayah penambangan.
Dalam suatu penutupan tambang harus ada kebijakan-kebijakan yang mampu
menghilangkan persepsi jelek terhadap pertambangan secara keseluruhan. Tujuan
dilakukan kebijakan penutupan tambang adalah untuk mendorong setiap perusahaan
pertambangan harus sudah mempunyai konsep awal mengenai pemanfaatan lahan
bekas tambang, agar aman dan tetap mempunyai fungsi lingkungan, sehingga tidak
didiskripsikan sebagai usaha yang hanya dinikmati selama kegiatan berlangsung dan
setelah selesai akan menjadi bencana bagi masyarakat sekitar serta menciptakan
kondisi yang mapan atau kondisi yang stabil baik secara fisik maupun kimiawi.

13.4.1 Perencanaan Penutupan Tambang


Adanya proyek penutupan tambang pertambangan nikel ini akan
mengakibatkan suatu dampak baik langsung maupun tak langsung ataupun dampak
positif maupun negatif terhadap lingkungan tersebut.
Dampak positif biasanya mampu memberikan atau memperolah nilai
(manfaat) dan sebaliknya dampak negatif akan merugikan lingkungan tersebut.
Dampak tersebut baik pengaruh abiotik dan fisik (tanah, air, dan udara), pengaruh
biotik (flora dan fauna) serta pengaruh ekonomi dan sosial budaya. Untuk mengatasi
dampak lingkungan tersebut terutama dampak negatif sebelumnya dilakukan analisis
lalu digunakan sebagai pedoman untuk perencanaan penutupan tambang.
Rencana penutupan tambang nikel milik PT. GBM akan didesain berdasarkan
hal-hal sebagai berikut :
1. Peruntukan lahan bekas tambang
2. Evaluasi dampak penting pada tahap penutupan tambang
Diharapkan rencana ini memberikan informasi khusus yang berhubungan
dengan pemanfaatan lahan bekas tambang yang akan diperhitungkan baik terhadap
persoalan peruntukan lahan bekas tambang maupun terhadap persoalan lingkungan.
Konseptual rencana penutupan tambang merupakan bagian dari UKL dan
UPL, namun dapat saja dibuat secara terpisah. Rencana penutupan tambang akan
mengalami penyempurnaan sesuai dengan semua stakeholder (perusahaan
pertambangan, pemerintah dan masyarakat). Rencana penutupan tambang meliputi
deskripsi kondisi daerah penambangan pada saat eksploitasi, operasi produksi, fasilitas
kegiatan yang akan dibongkar dan yang dipertahankan, lokasi dan sarana yang akan
diamankan, serta rencana pembiayaan. Untuk memudahkan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya, perusahaan wajib melaporkan kemajuan pelaksanaan kegiatan
penutupan tambang secara berkala setiap tiga bulan kepada Bupati atau Walikota sesuai
kewenangannya, persetujuan diberikan setelah dilakukan penilaian atau evaluasi
terhadap pelaksanaan penutupan tambang.

13.4.2 Perencanaan Penutupan Tambang Dari Aspek Teknik Fisik


Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. GBM tentunya akan
menghasilkan cut yang mana pada akhir penambangan, cut akhir ini harus diubah
fungsinya sehingga tidak mengganggu kestabilan dari lingkungan alam. Pada akhir
penambangan PT. GBM akan menghasilkan jenjang berbentuk cut dengan kemiringan
65˚ . PT. GBM melakukan penambangan dengan sistem tambang terbuka, dengan
menggunakan metode Side Hill Type.
Agar tidak mengganggu kestabilan lingkungan yang ada PT. GBM bangunan dan
perkantoran tidak dilakukan pembongkaran karena bangunan tersebut akan dihibahkan
ke pemerintah setempat agar dapat dimanfaatkan masyarakat setempat, hal ini juga
merupakan salah satu program community development.

13.4.3 Jaminan Penutupan Tambang


Selama proses kegiatan penutupan tambang itu berjalan PT. GBM memiliki
kewajiban untuk mengembalikan wilayah kuasa pertambangan ataupun kontrak karya
kepada pemerintah pusat dan daerah setempat. Dan PT. GBM berhak mengemas segala
peralatan dan perlengkapan produksi kecuali segala sesuatu yang dihibahkan untuk
kepentingan umum. Selain itu pula PT. GBM harus menetapkan dana jaminan untuk
reklamasi lahan serta melakukan audit lingkungan hingga tahapan ini benar-benar
selesai.

13.4.4 Gambaran Rona Akhir Tambang


Dari proses kegiatan penambangan PT. GBM, maka tampak akhir lahan
tambang tersebut akan berbentuk jenjang dengan tinggi jenjang meter, lebar meter dan
kemiringan ˚.

13.4.5 Hasil Konsultasi Dengan Pemangku Kepentingan


Agar dapat melakukan revegetasi lahan bekas penambangan, maka harus
dilakukan konsultasi dengan kepala desa daerah setempat, ketua RT, ketua RW, dan
tokoh masyarakat mengenai rencana revegetasi yang akan dilakukan.
13.5 Pengelolaan Aset Dan Lokasi
Aset-aset PT. GBM berupa sarana pendukung seperti kantor utama dan
perlengkapannya, bengkel, dan lain-lain tidak akan dibongkar karena bangunan
tersebut akan dihibahkan ke pemerintah setempat. Bekas perumahan ataupun kantor
akan dimanfaatkan oleh pemerintah untuk memajukan daerah tersebut. Sedangkan
untuk peralatan mekanis seperti back hoe, whell loader, dump truck dan sebagainya
akan disimpan apabila ditahun yang akan datang PT. GBM menemukan cadangan baru
maka peralatan tersebut dapat di manfaatkan kembali.
Tabel 13.2 data alat angkut ,kantor, dan pendukung operasional
No Aset Jenis alat

1 Peralatan kantor Meja

Kursi

Sofa

Meja untuk rapat

Kursi untuk rapat

Lemari arsip

Rak buku

Computer

Printer

2 Peralatan pendukung operasional Mobil hiluks

Mobil tangki

Handy Talky

Telepon fax

Sepeda motor

13.5.1 Manejemen Penutupan Tambang


Penutupan tambang PT. GBM akan mulai satu tahun sebelum umur tambang
usai, tetapi bukan berarti semua kegiatan yang menyangkut PT. GBM akan berhenti
begitu saja. Kegiatan-kegiatan yang menyangkut manejemen lingkungan, administrasi
dan lain sebagainya masih tetap dijalankan.
Kegiatan dilokasi penambangan selama satu tahun terakhir sebelum kegiatan
penambangan berhenti dapat dibagi menjadi beberapa kategori meliputi:
1. Perawatan alat mekanis, pabrik pengolahan dan prasarana
Perawatan beberapa sarana dan prasarana sangat dibutuhkan dengan tujuan untuk
menghindari kerusakan yang lebih cepat.
2. Rehabilitas dan pemulihan
Pekerjaan penataan lahan merupakan bagian dari pemantauan lingkungan,
dikonsentrasikan pada reklamasi timbunan diluar lahan bekas tambang, stabilitas
lereng, kualitas air dan menutup tanah buangan serta daerah-daerah yang berpotensi
untuk membentuk air asam tambang. Kegiatan rahabilitan dikonsentrasikan pada
jenis tanaman yang sesuai dengan daerah dan bernilai ekonomis dan bermanfaat bagi
masyarakat.
13.5.2 Ruang Lingkup Dan Landasan Logika Analisis Dampak Sosial
Dengan berakhirnya kegiatan penambangan maka akan berdampak terhadap
ketenagakerjaan yaitu pemutusan kerja. Dampak tersebut sudah lama disadari oleh
karyawan perusahaan dan akan menurunnya penghasilan masyarakat sekitar daerah
penambangan. Oleh karena itu, PT. GBM bertanggung jawab memberikan bantuan
bekal keterampilan penduduk sekitar menunjang kelangsungan hidupnya melalui
community development selama proses penambangan masih berlangsung. Sehingga
dengan berakhirnya aktifitas penambangan diharapkan masyarakat sekitar tambang
tetap memiliki pekerjaan untuk kelangsungan hidup.

13.5.3 Variabel Dan Indikator Dampak Sosial


Indikator yang terjadi setelah kegiatan penambangan berlangsung adalah
semakin beragamnya mata pencaharian penduduk setempat, semakin terbentuknya
akses menuju lokasi tersebut, berubahnya presepsi masyarakat mengenai tambang yang
meningkatkan kesejahteraan penduduk dengan terbentuknya mata pencaharian baru.

13.5.4 Model-Model Analisis Dampak Sosial


Pendekatan-pendekatan terhadap dampak sosial yang terjadi sebagai akibat
berakhirnya aktifitas penambangan ditinjau dari segi pendidikan masyarakat setempat,
sarana prasarana yang menunjang kebutuhan sosial didaerah bekas penambangan, dan
kegiatan ekonomi masyarakat setempat.

13.5.5 Perencanaan Reklamasi


Perencanaan reklamasi pada PT. GBM dilakukan dengan cara penanaman
kembali dengan mengembalikan tanah pucuk untuk dilakukannya penanaman pohon,
dimana jenis pohon yang akan ditanam di area penambangan adalah salah satu tanaman
hingga jangka panjang yaitu pohon jati super tanaman tersebut dirasa cocok tumbuh di
daerah bekas penambangan dan memiliki nilai yang lebih tinggi dari tanaman
sebelumnya sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain itu bila
dibandingkan dengan jenis jati yang lain pada umur yang sama pohon jati super
mempunyai kualitas yang lebih baik. Revegetasi yang dilakukan menggunakan pohon
jati super sebanyak 4389 bibit yang akan ditanam dengan pada area seluas 8 Ha dengan
jarak tanam 3x3 antar pohon.

Gambar 13.6
Alur Kegiatan Revegetasi
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan pemupukan. Setelah
pohon jati relatif dewasa dilakukan pemangkasan ranting agar pohon tumbuh lurus.
Serta dilakukan pembesihan gulma di sekitar tanaman jati dan sengon solomon.

Gambar 13.7
Pohon Jati Super

Вам также может понравиться