Вы находитесь на странице: 1из 164

EVALUASI JARINGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PDAM

KOTA LUBUK PAKAM

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat

Untuk Memenuhi Ujian Sarjana Teknik Sipil

AHMAD SAFII

080404018

DISETUJUI OLEH:

DOSEN PEMBIMBING

Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc


NIP. 19660417 199303 1 004

BIDANG STUDI TEKNIK SUMBER DAYA AIR

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2012

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Suplai air bersih pada area kota Lubuk Pakam dikelola seluruhnya oleh pihak
PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang, PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang
berdiri pada Agustus 1999. Jaringan pemipaan distribusinya sendiri masih
mengandalkan jaringan pemipaan yang lama dan hanya dilakukan penggantian
terhadap beberapa jaringan pipa yang telah rusak. Air bersih yang didistribusikan ke
rumah penduduk diberikan berdasarkan jumlah pelanggan suatu wilayah tersebut.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa jaringan sistem penyediaan air bersih pada
area kota Lubuk Pakam yang ada dengan cara pemodelan menggunakan software
ALEID X 2004.
Tahapan-tahapan dalam penyelesaian tugas akhir ini yaitu terlebih dahulu
mengumpulkan data yang dibutuhkan baik primer dan sekunder. Kemudian
menghitung banyaknya penduduk yang ada di area pemukiman tersebut.. Tahapan
berikutnya adalah menghitung kebutuhan air pada tiap titik layanan pada area
pemukiman dan menghitung kebutuhan air pelanggan perjam. Dari data yang ada
dan dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, kemudian dilakukan pemodelan dan
analisa dengan menggunakan software ALEID X 2004. Setelah itu hasil analisa
ALEID tersebut di evaluasi dengan metode Hardy Cross dengan mengambil sampel
loop dalam jaringan pemipaan.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa total pemakaian air sebesar
208299 m3/bulan, produksi air yang dikeluarkan adalah 264251 m3/bulan dan total
pemakaian air tiap pelanggan adalah 0.045 m3/jam/pelanggan. Besarnya kebutuhan
pada saat jam puncak terjadi pada pukul 07.00, kebutuhan air tertinggi sebesar
588,70 m3/jam berdasarkan pola penggunaan air selama 24 jam pada pemodelan
menggunakan software ALEID X 2004. Pipa yang dipakai adalah jenis pipa PVC
dengan diameter pipa utama 6’’, 8’’, 10’’ dan 12’’ (inchi).
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa hasil analisa menggunakan software
ALEID X 2004 sudah dapat mewakili perhitungan secara manual. Hal ini
disimpulkan setelah dilakukan evaluasi hasil analisa ALEID X 2004 dengan
menggunakan EPANET dan metode Hardy Cross pada contoh loop di wilayah 2 dan
wilayah 5 pada daerah distribusi yang dianggap dapat mewakili kondisi perhitungan
seluruh loop yang ada. Headloss yang terjadi pada jaringan pipa cukup besar yaitu
48,04 m, kecepatan maksimum pada pipa sebesar 2,31 m/s dan debit maksimum
sebesar 0,164 m3/s. Head pompa setelah dilakukan evaluasi terhadap diameter pipa
juga dapat diturunkan 55 meter menjadi 53,25 meter. Dengan adanya penggunaan
meteran air pada area Lubuk Pakam semakin meningkatkan kesadaran konsumen
dalam hal penghematan penggunaan air bersih.

Kata kunci : ALEID X 2004, EPANET, Hardy Cross, Headloss.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “EVALUASI JARINGAN

SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA LUBUK PAKAM”.

Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

Strata I (SI) di Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari

bimbingan, dukungan dan bantuan dari semua pihak. Penulis hanya dapat

mengucapkan terima kasih atas segala jerih payah, motivasi dan doa yang diberikan

hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara, terutama kepada :

1. Ayahanda Jumari, Ibunda Legiatik, Adinda Suci lestari dan Fitri yang selalu

mendukung, membimbing, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan

Tugas Akhir ini.

2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia, MSc, selaku Dosen Pembimbing I dan

Bapak Faisal, ST,MT selaku Dosen Pembimbing II yang berperan penting

sebagai orang tua bagi penulis yang telah berkenan meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran untuk membantu, membimbing dan mengarahkan penulis

hingga selesainya Tugas Akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara


4. Bapak Syahrizal ST,MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Boas Hutagalung, MSc, Bapak Ivan Indrawan, ST,MT, Bapak Zaid

Perdana, ST, MT, selaku Dosen Pembanding/Penguji yang telah memberikan

masukan dan kritikan yang membangun dalam menyelesaikan Tugas Akhir

ini.

6. Bapak/Ibu Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera

Utara, Abang/Kakak pegawai Jurusan Kak Lince, Bg Zul, Bg Edi, Bg Amin,

Kak Dina.

7. Bapak Nasib selaku pementor sekaligus guru privat penulis, yang telah

memberikan ilmu tentang PDAM dan program ALEID.

8. Abang/Kakak stambuk ’05 (Bg Faiz, Bg Bibi, Bg Nasrul, Bg Widi, Bg Jevri,

Bg Beni, Bg Bantam, Bg Bede, Kak Rhini, Kak Enny,dll), Abang/Kakak

stambuk ’06, ’07 (Kak Afni, Kak Irin, Bg Andi, Bg Dhany, Bg Saki, Bg

Juangga, Bg Icwan, Bg Alfri, dll).

9. Para asisten Lab. Hidrolika (Bg Fauzi, Bg Maulana, Kak Vina, Imam, Aris,

Zhazha, Yusuf, Maulana), temen-temen seperjuangan ’08 (Khatab, Berry,

Sidik, Ica, Eci, Ratih, Ade, Ayu, Dini, Roby, Gali,Fadhlan, Dedi, Arifin, Al,

Muazzi, dll).

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua,

dan atas dukungan yang telah diberikan penulis ucapkan terima kasih.

Medan,

AHMAD SAFI’I

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

ABSTRAK...................................................................................................................i

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

DAFTAR ISI..............................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................viii

DAFTAR TABEL......................................................................................................xi

DAFTAR SIMBOL.................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................3

1.3 Manfaat Penulisan..........................................................................................3

1.4 Batasan Masalah.............................................................................................3

1.5 Metodologi Penelitian....................................................................................4

1.6 Sistematika Penulisan.....................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................10

2.1 Umum...........................................................................................................10

2.2 Definisi Air Bersih........................................................................................11

2.3 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih...................................................12

2.3.1 Persyaratan Kualitas.............................................................................12

2.3.2 Persyaratan Kuantitas (Debit)...............................................................13

2.3.3 Persyaratan Kontinuitas........................................................................13

2.3.4 Persyaratan Tekanan Air......................................................................14

2.4 Sumber Air...................................................................................................15

2.5 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih....................................17

2.5.1 Sistem Distribusi Air Bersih....................................................................17

Universitas Sumatera Utara


2.5.2 Sistem Pengaliran Air Bersih..................................................................19

2.6 Sistem dan Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum...............................20

2.6.1 Sistem Penyediaan Air Minum...............................................................20

2.6.2 Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum.............................................20

2.7 Studi Kebutuhan Air Bersih.........................................................................22

2.7.1 Kebutuhan Domestik............................................................................24

2.7.2 Kebutuhan Non Domestik....................................................................26

2.7.3 Kehilangan Air.....................................................................................28

2.7.4 Fluktuasi Kebutuhan Air......................................................................29

2.8 Konsep Dasar Aliran Fluida.........................................................................29

2.9 Mekanisme Aliran Dalam Pipa....................................................................31

2.9.1 Pipa yang Dihubungkan Seri................................................................31

2.9.2 Pipa yang Dihubungkan Paralel...........................................................32.

2.10 Sistem Jaringan Pipa..................................................................................34

2.11 Penggunaan Software ALEID X 2004.........................................................36

2.11.1 Pengenalan Software ALEID X 2004..................................................36

2.11.2 Langkah-langkah Menggunakan ALEID X 2004................................37

2.11.3 Model Jaringan ALEID........................................................................39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................................54


3. 1 Pengumpulan Data ........................................................................................55
3. 2 Analisa Data…...............................................................................................56
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.........................................60
4.1 Sejarah Singkat PDAM Tirtanadi....................................................................60
4.2 Visi dan Misi PDAM Tirtanadi........................................................................63
4.2.1 Visi PDAM Tirtanadi..............................................................................63

4.2.2 Misi PDAM Tirtanadi.............................................................................63

Universitas Sumatera Utara


4.3 PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang...........................................................64
4.3.1 Sejarah Singkat PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang........................64
4.3.2 Sumber Air Baku dan Kapasitas Produksi..............................................65
4.3.3 Daerah Pelayanan....................................................................................65
4.3.4 Jenis dan Jumlah Pelanggan....................................................................69

4.4 Profil Kecamatan Lubuk Pakam.....................................................................69


4.4.1 Letak dan Geografis................................................................................69
4.4.2 Kependudukan........................................................................................71

4.4.3 Mata Pencaharian....................................................................................73

4.4.4 Skala Industri...........................................................................................74

4.4.5 Sarana Perhubungan................................................................................76

4.4.6 Kesejahteraan Penduduk Berdasarkan Tipe Bangunan Perumahan........77

BAB V DATA DAN PEMBAHASAN......................................................................79


5.1 Menghitung Jumlah Pelanggan........................................................................79
5.2 Menghitung Kebutuhan Air Pelanggan............................................................82
5.3 Pemodelan Jaringan Dengan ALEID X 2004...................................................84

5.4 Analisa Data Masukan.....................................................................................88


5.4.1 Penentuan Faktor Pengali Per Jam...........................................................88

5.4.2 Penentuan Faktor Pengali Per Hari..........................................................93

5.4.3 Pipa..........................................................................................................95

5.4.4 Katup.......................................................................................................96

5.4.5 Pompa......................................................................................................97

5.4.6 Reservoir..................................................................................................98

5.5 Memasukkan Kebutuhan Air Per Node..........................................................98


5.6 Hasil Pemodelan ALEID X 2004..................................................................101
5.6.1 Hasil Pemodelan ALEID X 2004 (Eksisting).........................................101

5.6.2 Hasil Pemodelan ALEID X 2004 (Evaluasi)..........................................103

Universitas Sumatera Utara


5.7 Evaluasi Hasil Pemodelan ALEID X 2004 Dengan EPANET Dan Metode
Hardy Cross..................................................................................................105

5.7.1 Perhitungan EPANET Pada Loop Wilayah 2 Dan 5..............................106

5.7.2 Perhitungan Hardy Cross Pada Loop Wilayah 2 Dan 5........................109

5.8 Evaluasi Jaringan Pemipaan..........................................................................117


5.8.1 Evaluasi Diameter Pipa..........................................................................117
5.8.2 Evaluasi Head Pompa............................................................................121
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................124
6.1 Kesimpulan....................................................................................................124
6.2 Saran...............................................................................................................125
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................127

LAMPIRAN A PETA LOKASI ..................................................................................

LAMPIRAN B GAMBAR DAN GRAFIK HASIL PEMODELAN ALEID X 2004


PADA JAM PUNCAK ......................................................................

LAMPIRAN C TABEL HASIL PEMODELAN ALEID X 2004 PADA JAM


PUNCAK ...........................................................................................

LAMPIRAN D DATA TEKANAN AIR, PEMAKAIAN AIR, DAN OPERASI


POMPA ............................................................................................

LAMPIRAN E FOTO DOKUMENTASI ...................................................................

LAMPIRAN F SURAT PENGANTAR DARI FAKULTAS .....................................

LAMPIRAN G SURAT PENGANTAR DARI PDAM TIRTANADI MEDAN .........

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kaitan Hubungan Antara Unsur-Unsur Fungsional Dari Suatu Sistem
Penyediaan Air Kota.............................................................................21

Gambar 2.2 Aliran Steady dan Seragam....................................................................30

Gambar 2.3 Pipa yang Dihubungkan Seri..................................................................31

Gambar 2.4 Pipa yang Dihubungkan Secara Parallel................................................32

Gambar 2.5 Contoh Suatu Sistem Jaringan Pipa.......................................................34

Gambar 2.6 Memasukkan Data Umum Pada Node...................................................37

Gambar 2.7 Memasukkan Nilai Kebutuhan Air Pada Node.....................................38

Gambar 2.8 Hubungan Antar Komponen Fisik Dalam ALEID X 2004...................39

Gambar 2.9 Properties Editor untuk input data pada Junction..................................41

Gambar 2.10 Input Data Umum Pada Reservoir.......................................................42

Gambar 2.11 Properties Editor Untuk Input Data Pada Reservoir...........................43

Gambar 2.12 Properties Editor Untuk Input Data Pada Pipa....................................44

Gambar 2.13 Input Data Umum Pada Reservoir.......................................................47

Gambar 2.14 Propertis Editor Untuk Input Data Pada Pompa..................................48

Gambar 2.15 Propertis Editor Untuk Input Data Pada Katup...................................49

Gambar 3.1 Diagram Metodologi Penelitian...........................................................54

Gambar 3.2 Flow Chart Tahapan Pemodelan Menggunakan ALEID X 2004.........57

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1 Peta Kecamatan Lubuk Pakam.............................................................70

Gambar 5.1 Skema Jaringan Pipa Dalam Bentuk Autocad......................................85

Gambar 5.2 Skema Jaringan Pipa Utama Dalam Bentuk Autocad..........................86

Gambar 5.3 Skema Jaringan Pipa Utama Dalam Bentuk ALEID X 2004...............87

Gambar 5.4 Memasukkan Nilai Faktor Pengali Perjam...........................................93

Gambar 5.5 Memasukkan Nilai Faktor Pengali Perhari...........................................94

Gambar 5.6 Pipa PVC 6’’ (inchi)..............................................................................95

Gambar 5.7 Gate Valve (Diameter 250 mm)............................................................96

Gambar 5.8 Pompa Distribusi...................................................................................97

Gambar 5.9 Reservoir...............................................................................................98

Gambar 5.10 Peta Wilayah 4....................................................................................99

Gambar 5.11 Peta Wilayah 4 Dalam Bentuk ALEID X 2004..................................99

Gambar 5.12 Nilai Tekanan Pada Skema Jaringan Pemipaan (Eksisting)..............102

Gambar 5.13 Nilai Tekanan Pada Skema Jaringan Pemipaan (Evaluasi)...............103

Gambar 5.14 Skema Jaringan Pada Wilayah 2.......................................................106

Gambar 5.15 Skema Jaringan Pada Wilayah 5.......................................................108

Gambar 5.16 Sampel Loop Pada Wilayah 2...........................................................109

Gambar 5.17 Besar Masing-Masing Debit Asumsi Pada Jaringan Pemipaan..........110

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.18 Loop Pada Wilayah 5..........................................................................112

Gambar 5.19 Besar Masing-Masing Debit Asumsi Pada Jaringan Perpipaan..........113

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Unsur-Unsur Fungsional Dari Sistem Penyediaan Air Minum.................21

Tabel 2.2 Penggunaan Air Rata-Rata Untuk Rumah Tangga....................................25

Tabel 2.3 Rata-Rata Kebutuhan Air Per Orang Per Hari (soufyan moh.
Noerbambang & takeo morimura, 2005)..................................................26

Tabel 2.4 Koefisien Kekasaran Untuk Berbagai Jenis Pipa......................................46

Tabel 2.5 Penggunaan Pattern Demand Pada ALEID X 2004..................................52

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Distribusi PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang...66

Tabel 4.2 Luas Wilayah (Km2) dan Penggunaan Lahan (Hektar).............................70

Tabel 4.3 Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Per
Km2 di Kecamatan Lubuk Pakam.............................................................72

Tabel 4.4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan
Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang...................................................72

Tabel 4.5 Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli
Serdang.....................................................................................................73

Tabel 4.6 Skala Industri Penduduk di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli
Serdang.....................................................................................................74

Tabel 4.7 Tenaga Kerja Skala Industri di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli
Serdang.....................................................................................................75

Tabel 4.8 Sarana Jalan di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang.......76

Tabel 4.9 Jenis Kendaraan Angkutan di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli
Serdang.....................................................................................................77

Tabel 4.10 Bangunan Rumah Penduduk Menurut Tipe dan Jenis Perumahan di
Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang...............................78

Tabel 5.1 Pembagian Wilayah dan Jumlah Pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang Deli
Serdang.....................................................................................................79

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.2 Pemakaian Air Per Wilayah.......................................................................82

Tabel 5.3 Total Pemakaian Air Perjam.....................................................................89

Tabel 5.4 Selisih Pemakaian Air Perjam Selama 24 Jam.........................................90

Tabel 5.5 Nilai Faktor Pengali Selama 24 Jam.........................................................92

Tabel 5.6 Nilai Faktor Pengali Selama Seminggu ....................................................93

Tabel 5.7 Hasil Debit yang Mengalir Pada Pipa (EPANET)..................................107

Tabel 5.8 Hasil Debit Yang Mengalir Pada Pipa (EPANET).................................108

Tabel 5.9 Hasil Debit Yang Mengalir Pada Pipa (Hardy Cross)............................111

Tabel 5.10 Hasil Debit Yang Mengalir Pada Pipa (Hardy Cross)..........................114

Tabel 5.11 Selisih Antara ALEID X 2004 Dan EPANET. ....................................115

Tabel 5.12 Selisih Antara ALEID X 2004 Dan Hardy Cross. ...............................116

Tabel 5.13 Selisih Antara EPANET Dan Hardy Cross. .........................................116

Tabel 5.14 Hasil Evaluasi Diameter Pipa................................................................121

Tabel 5.15 Hasil Evaluasi Head Pompa...................................................................123

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR SIMBOL

Q = Debit/laju aliran dalam pipa (m3/dtk)

A = luas penampang aliran (m2)

V = kecepatan aliran (m/s)

hf = kerugian gesekan dalam pipa (m)

L = panjang pipa (m)

C = koefisien kekasaran pipa Hazen – Williams

d = diameter dalam pipa (m)

g = percepatan gravitasi (m2/s)

k = koefisien kerugian (dari lampiran koefisien minor losses peralatan

pipa)

n = Koefisien kekasaran Manning

f = Faktor Gesekan

A = Luas penampang (m2)

P2 − P1
= perbedaan head tekanan (m)
γ

γ = Berat jenis air (9810 N/ m3)

Z2 – Z1 = perbedaan head statis (m)

Hp = Head pompa (m)

Universitas Sumatera Utara


Re = Bilangan Reynold

V1 = Kecepatan pada titik awal (m/s)

V2 = Kecepatan pada titik akhir (m/s)

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Suplai air bersih pada area kota Lubuk Pakam dikelola seluruhnya oleh pihak
PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang, PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang
berdiri pada Agustus 1999. Jaringan pemipaan distribusinya sendiri masih
mengandalkan jaringan pemipaan yang lama dan hanya dilakukan penggantian
terhadap beberapa jaringan pipa yang telah rusak. Air bersih yang didistribusikan ke
rumah penduduk diberikan berdasarkan jumlah pelanggan suatu wilayah tersebut.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisa jaringan sistem penyediaan air bersih pada
area kota Lubuk Pakam yang ada dengan cara pemodelan menggunakan software
ALEID X 2004.
Tahapan-tahapan dalam penyelesaian tugas akhir ini yaitu terlebih dahulu
mengumpulkan data yang dibutuhkan baik primer dan sekunder. Kemudian
menghitung banyaknya penduduk yang ada di area pemukiman tersebut.. Tahapan
berikutnya adalah menghitung kebutuhan air pada tiap titik layanan pada area
pemukiman dan menghitung kebutuhan air pelanggan perjam. Dari data yang ada
dan dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, kemudian dilakukan pemodelan dan
analisa dengan menggunakan software ALEID X 2004. Setelah itu hasil analisa
ALEID tersebut di evaluasi dengan metode Hardy Cross dengan mengambil sampel
loop dalam jaringan pemipaan.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat bahwa total pemakaian air sebesar
208299 m3/bulan, produksi air yang dikeluarkan adalah 264251 m3/bulan dan total
pemakaian air tiap pelanggan adalah 0.045 m3/jam/pelanggan. Besarnya kebutuhan
pada saat jam puncak terjadi pada pukul 07.00, kebutuhan air tertinggi sebesar
588,70 m3/jam berdasarkan pola penggunaan air selama 24 jam pada pemodelan
menggunakan software ALEID X 2004. Pipa yang dipakai adalah jenis pipa PVC
dengan diameter pipa utama 6’’, 8’’, 10’’ dan 12’’ (inchi).
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa hasil analisa menggunakan software
ALEID X 2004 sudah dapat mewakili perhitungan secara manual. Hal ini
disimpulkan setelah dilakukan evaluasi hasil analisa ALEID X 2004 dengan
menggunakan EPANET dan metode Hardy Cross pada contoh loop di wilayah 2 dan
wilayah 5 pada daerah distribusi yang dianggap dapat mewakili kondisi perhitungan
seluruh loop yang ada. Headloss yang terjadi pada jaringan pipa cukup besar yaitu
48,04 m, kecepatan maksimum pada pipa sebesar 2,31 m/s dan debit maksimum
sebesar 0,164 m3/s. Head pompa setelah dilakukan evaluasi terhadap diameter pipa
juga dapat diturunkan 55 meter menjadi 53,25 meter. Dengan adanya penggunaan
meteran air pada area Lubuk Pakam semakin meningkatkan kesadaran konsumen
dalam hal penghematan penggunaan air bersih.

Kata kunci : ALEID X 2004, EPANET, Hardy Cross, Headloss.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Sistem distribusi air bersih umumnya merupakan suatu jaringan pemipaan

yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem

penyediaan air bersih yang kompleks sering sekali bermasalah dalam distribusi debit

dan tekanan yang berkaitan dengan kriteria hidrolis yang harus terpenuhi dalam

sistem pengaliran air bersih.

Sistem penyediaan air bersih di Kota Lubuk Pakam di kelolah oleh PDAM

Tirtanadi cabang Deli Serdang. Air diproses di WTP dan didistribusikan kepada

pelanggan-pelangggan PDAM. Pada proses pendistribusiannya dilakukan

pengukuran terhadap penggunaan air pada tiap-tiap rumah di seluruh area perumahan

tersebut, sehingga dapat ditentukan kebutuhan air pada tiap-tiap titik layanan di area

tersebut.

Oleh karena sistem pendistribusian air bersih kepada pelanggan merupakan

hal yang penting, dan kita sebagai manusia tidak lepas dari kebutuhan akan air bersih

maka diperlukan evaluasi terhadap jaringan sistem penyediaan air bersih yang ada di

Kota Lubuk Pakam, terutama sistem jaringan pipa distribusinya. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui kendala-kendala yang terjadi pada jaringan pipa distribusinya

dalam rangka untuk optimalisasi pasokan air ke konsumen.

Universitas Sumatera Utara


Suatu model sistem jaringan pipa distribusi air melibatkan pengetahuan yang

menyangkut persamaan-persamaan dalam hidrolika saluran tertutup. Persamaan

dasar yang terkait dengan hidrolika ini adalah persamaan kontinuitas, kekekalan

energi dan kehilangan tekanan (headloss). Untuk menganalisa sistem jaringannya

dapat diselesaikan dengan manual, namun untuk jaringan yang kompleks perangkat

lunak seperti ALEID X 2004 dan EPANET akan sangat membantu.

Dalam penelitian ini digunakan software ALEID X 2004 untuk menganalisa

sistem jaringan pemiipaan distribusi air bersih. Program ALEID X 2004 digunakan

karena mempunyai hasil visualisasi yang lebih baik dari program EPANET yang

biasa digunakan, selain itu juga penulis ingin memperkenalkan suatu software baru

di bidang air dalam sistem jaringan pipa.

Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat diterima untuk perhitungan-

perhitungan hidrolika tertutup pada pipa, penulis akan membandingkan hasil ALEID

X 2004 ini dengan EPANET sebagai perwakilan dari suatu software dan perhitungan

Hardy Cross sebagai perwakilan dari perhitungan manualnya dengan mengambil

suatu sampel loop jaringan pipa yang mewakili jaringan lainnya.

Universitas Sumatera Utara


I.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan ini adalah mengevaluasi jaringan sistem penyediaan air

bersih di PDAM Kota Lubuk Pakam. Parameter utama yang perlu dievaluasi adalah

debit, tekanan, dan headloss.

I.3 MANFAAT PENULISAN

Dengan adanya penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan

wawasan akan jaringan pipa air bersih bagi mahasiswa teknik sipil dan pembaca.

Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak PDAM Kota

Lubuk Pakam dalam hal pengelolaan air bersih yang lebih baik.

I.4 BATASAN MASALAH

Agar pembahasan tidak terlalu luas sehingga dapat mengaburkan masalah

yang sebenarnya maka perlu dibuat batasan masalah. Adapun permasalahan yang

akan dibahas antara lain:

1. Jaringan pipa yang dianalisa adalah jaringan pipa utama atau primer.

2. Jumlah pelanggan dihitung berdasarkan wilayah distribusi. Ada 11

wilayah distribusi di Lubuk Pakam.

Universitas Sumatera Utara


3. Analisa jaringan pipa menggunakan program ALEID X 2004 yang dicek

kembali dengan EPANET dan metode Hardy Cross (pada contoh jaringan

yang mewakili).

4. Parameter utama yang dianalisa adalah debit rata-rata, tekanan dan

headloss.

I.5 METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan untuk mengolah data dalam penulisan ini adalah

metode kuantitatif deskriptif, yaitu metode perhitungan dan penjabaran hasil

pengolahan data lapangan dari lokasi yang ditinjau. Penelitian dilakukan sesuai

urutan di bawah ini:

1. Studi Literatur

Rumusan-rumusan serta konsep-konsep teoritis dari berbagai literatur

dipelajari dan dipahami agar landasan teoritis terpenuhi dalam

mengembangkan konsep penelitian evaluasi jaringan sistem penyediaan

air bersih di PDAM Kota Lubuk Pakam. Hal ini akan memudahkan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan dari masalah air bersih

dan pemipaan.

Universitas Sumatera Utara


2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

A. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh dengan pengamatan

langsung di lapangan seperti tinjauan ke sumber air yaitu sungai,

intake, operasional pompa dan pipa.

Secara umum pengertian data primer adalah data yang diperoleh

dari sumber pertama/sumber data atau data yang dikumpulkan

peneliti secara langsung melalui obyek penelitian dan data ini

biasanya belum diolah seperti tinjauan ke sumber air yaitu sungai.

Disini peneliti melihat keadaan sungai, intake, pompa dan pipa

pada waktu beroperasi dalam mengalirkan air bersih ke pipa-pipa

masyarakat. Serta mengetahui cara kerja dari operasional pompa

dan pipa. Untuk jaringan pipa, peneliti didampingi mentor

lapangan melihat jalur pipa air bersih.

B. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung penelitian dan

memberikan gambaran umum tentang hal-hal yang mencakup

penelitian. Pengumpulan data sekunder didapatkan melalui

instansi-instansi yang terkait dalam permasalahan ini, seperti

jurnal, buku literatur, internet dan PDAM Kota Lubuk Pakam.

Secara umum pengertian data sekunder adalah data yang diperoleh

dari pihak kedua, data ini biasanya sudah dalam keadaan diolah.

Universitas Sumatera Utara


Dari PDAM Kota Lubuk Pakam peneliti mendapatkan data berupa

antara lain dari laporan informasi, jumlah pelanggan, rata-rata

pemakaian, tekanan air, sumber air masuk, pemakaian air pada

jam puncak, panjang pipa, diameter pipa dan skema jaringan pipa.

Serta data-data lain jika diperlukan.

3. Pengolahan Data

Setelah semua data yang dibutuhkan diperoleh, langkah selanjutnya

adalah pengolahan data. Data-data yang diperoleh dari hasil survei

lapangan di PDAM Kota Lubuk Pakam akan dievaluasi sistem jaringan

pipa distribusi air bersihnya dengan menggunakan persamaan rumus dari

Darcy Weisbach untuk perhitungan kehilangan air, dan untuk analisa

jaringan pipa menggunakan program ALEID X 2004. Persamaan Darcy

Weibach adalah

......................................................1.1

di mana: hf adalah kehilangan head akibat gesekan (m), f adalah faktor


gesekan, d adalah diameter dalam pipa (m), L adalah panjang
pipa (m), v adalah kecepatan aliran fluida dalam pipa (m/dtk),
dan g adalah percepatan gravitasi (m/dtk2).
Faktor gesekan (f) dapat dicari dengan menggunakan diagram Moody.
Penjelasan lainnya dapat dilihat dalam penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara


4. Analisa Data

Dari hasil pengolahan, akan dilakukan analisa data sehingga dapat

diperoleh kesimpulan akhir yang berarti. Beberapa analisa tersebut

berupa:

a. Debit yang dibutuhkan

Data ini berguna untuk mengetahui berapa jumlah air bersih yang

dibutuhkan konsumen pada saat ini.

b. Debit yang dibutuhkan berdasarkan pola jam-jaman

Data ini berguna untuk mengetahui jumlah air bersih yang dibutuhkan

konsumen pada jam-jam tertentu.

c. Arah dan kecepatan aliran

Data arah dan kecepatan aliran ini berguna untuk perencanaan ulang

pipa.

d. Analisa jaringan

Data ini dibuat dengan program ALEID X 2004 dan dilakukan

evaluasi dengan mengambil satu sampel yang membentuk loop pada

jaringan yang mewakili keseluruhan jaringan pipa distribusi dengan

EPANET dan metode Hardy Cross.

5. Kesimpulan dan Rekomendasi

Penarikan kesimpulan dapat dilakukan setelah hasil pengolahan data

diperoleh, ditambah dengan uraian dan informasi yang diperoleh di

lapangan.

Universitas Sumatera Utara


I.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan Tugas Akhir ini adalah:

1. Pendahuluan

Pada bab ini akan dibahas latar belakang masalah, maksud dan tujuan

penelitian, ruang lingkup atau batasan pembahasan, metodologi penulisan

serta sistematika penulisan tugas akhir ini.

2. Tinjauan Pustaka

Pada bab ini akan diuraikan berbagai literature yang berkaitan dengan

penelitian/pembahasan. Di dalamnya termasuk paparan tentang air bersih,

pemipaan, pompa serta rumus-rumus yang berkaitan dengan judul tugas akhir

ini.

3. Metodologi Penelitian

Bab ini akan menguraikan apa dan bagaimana metode yang akan digunakan

dalam penelitian ini.

4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Bab ini mendeskripsikan tentang gambaran umum lokasi penelitian, kondisi

umum dari lokasi penelitian yang meliputi batas dan letak administratif,

kependudukan, perekonomian, kondisi topografi, klimatologis, kondisi umum

pelayanan air bersih.

5. Data dan Pembahasan

Bab ini akan memaparkan hasil penelitian dan analisa tentang hasil

pemodelan ALEID X 2004 pada jaringan sistem penyediaan air bersih di

lokasi penelitian.

Universitas Sumatera Utara


6. Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini akan ditampilkan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan

penulis di dalam Tugas Akhir ini, serta saran-saran yang diharapkan dapat

menjadi poin tambahan bagi proses pengelolahan air bersih yang lebih baik.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Air adalah kebutuhan dasar untuk kehidupan manusia, terutama untuk

digunakan sebagai air minum, memasak makanan, mencuci, mandi dan kakus.

Ketersediaan sistem penyediaan air bersih merupakan bagian yang selayaknya

diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat baik di perkotaan maupun

pedesaan. Hingga saat ini penyediaan oleh pemerintah menghadapi keterbatasan,

baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya.

Pelayanan air bersih di perkotaan di Indonesia sampai tahun 2000 baru

mencapai 39% atau 33 juta penduduk, dan di pedesaan baru menjangkau 8% atau 9

juta penduduk, sehingga keseluruhan baru mencapai 47% atau 42 juta penduduk

Indonesia. Keadaan ini berarti menggambarkan bahwa pelayanan air bersih belum

dirasakan merata dan dinikmati oleh sebagian besar masyarakat. Sebagian besar

masyarakat masih menggunakan air sungai, danau, sumber-sumber air, atau hanya

mengandalkan air hujan.

Untuk di daerah perkotaan, pada umumnya sumber air bakunya dari sungai,

yang makin hari tercemar oleh ulah masyarakat sendiri dengan membuang sampah

sembarangan dan juga dari banyak barang bekas rumah tangga, pabrik dan lainnya.

Selain itu juga dihadapkan kepada perubahan lingkungan yang dilakukan oleh

manusia, di antaranya rawa, kolam, danau dan sungai yang diurug, serta penggunaan

daerah resapan air untuk bangunan dan juga banyak kawasan tadah hujan berupa

hutan terganggu.

Universitas Sumatera Utara


Dengan keadaan yang demikian kemudian dihadapkan kepada kebutuhan air

bersih yang meningkat karena penggunaan dan pertumbuhan penduduk, perlu ada

upaya yang menyeluruh. Air bersih secara umum diartikan sebagai air yang layak

untuk dijadikan air baku bagi air minum. Dengan kelayakan ini terkandung pula

pengertian layak untuk mandi, cuci dan kakus.

Sebagai air yang layak untuk diminum, tidak diartikan bahwa air bersih itu

dapat diminum langsung, artinya masih perlu dimasak atau direbus hingga mendidih.

Sebagai air yang layak dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan hal tersebut di

atas, diperlukan upaya penyediaan air bersih. Penyediaan air bersih hendaknya

memperhatikan sumber, kualitas dan kuantitasnya. Sumber air bersih merupakan

pemasok air bersih, oleh karena itu perlu dan harus diupayakan menjaga keberadaan

dan keberlanjutannya. Sedangkan kualitas merupakan hal yang penting bagi

kesehatan dan kuantitas penting bagi pencukupan jumlah pasokan air bersih.

2.2 Definisi Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan

menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih

adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun

persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi

kualitas fisik, kimia, biologi, dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak

menimbulkan efek samping.

Universitas Sumatera Utara


2.3 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih

2.3.1 Persyaratan Kualitas

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih.

persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut :

1. Persyaratan fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa.

Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang

lebih 250 C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan

adalah 250 C ± 300 C.

2. Persyaratan kimiawi

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah

yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH,

total solid, zat organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe),

mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F),

serta logam.

3. Persyaratan bakteriologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang

mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak

adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.

4. Persyaratan radioaktifitas

Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh

mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung

radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

Universitas Sumatera Utara


2.3.2 Persyaratan Kuantitas (Debit)

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari

banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang

akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih

yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan

air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan,

tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.

2.3.3 Persyaratan Kontinuitas

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi

debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.

Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau

setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut

hampir tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk

menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara

pendekatan aktifitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian

air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan,

yaitu pada pukul 06.00 – 18.00.

Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah

kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan

dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada

Universitas Sumatera Utara


waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas

energi yang siap setiap saat.

Sistem jaringan pemipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran

tertentu. Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6–1,2 m/dt. Ukuran pipa harus

tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus

tercukupi. Dengan analisis jaringan pipa distribusi, dapat ditentukan dimensi atau

ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan

agar kuantitas aliran terpenuhi.

2.3.4 Persyaratan Tekanan Air

Konsumen memerlukan sambungan air dengan tekanan yang cukup, dalam arti

dapat dilayani dengan jumlah air yang diinginkan setiap saat. Untuk menjaga tekanan

akhir pipa di seluruh daerah layanan, pada titik awal distribusi diperlukan tekanan

yang lebih tinggi untuk mengatasi kehilangan tekanan karena gesekan, yang

tergantung kecepatan aliran, jenis pipa, diameter pipa, dan jarak jalur pipa tersebut.

Dalam pendistribusian air, untuk dapat menjangkau seluruh area pelayanan dan

untuk memaksimalkan tingkat pelayanan maka hal wajib untuk diperhatikan adalah

sisa tekanan air. Sisa tekanan air tersebut paling rendah adalah 5 mka (meter kolom

air) atau 0,5 atm (satu atm = 10 m), dan paling tinggi adalah 22 mka (setara dengan

gedung 6 lantai).

Menurut standar dari DPU, air yang dialirkan ke konsumen melalui pipa

transmisi dan pipa distribusi, dirancang untuk dapat melayani konsumen hingga yang

terjauh, dengan tekanan air minimum sebesar 10 mka atau 1atm. Angka tekanan ini

harus dijaga, idealnya merata pada setiap pipa distribusi. Jika tekanan terlalu tinggi

Universitas Sumatera Utara


akan menyebabkan pecahnya pipa, serta merusak alat-alat plambing (kloset, urinoir,

faucet, lavatory, dll). Tekanan juga dijaga agar tidak terlalu rendah, karena jika

tekanan terlalu rendah maka akan menyebabkan terjadinya kontaminasi air selama

aliran dalam pipa distribusi.

2.4 Sumber Air

Sumber air baku bagi suatu penyediaan air bersih sangat penting, karena

selain kuantitas harus mencukupi juga dari segi kualitas akan berpengaruh terhadap

proses pengolahan. Disamping itu letak sumber air dapat mempengaruhi bentuk

jaringan transmisi, distribusi dan sebagainya.

Secara umum sumber air dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Air Hujan

Air hujan adalah uap air yang sudah mengalami kondensasi, kemudian jatuh ke

bumi berbentuk air. Air hujan juga merupakan sumber air baku untuk keperluan

rumah tangga, pertanian, dan lain-lain. Air hujan dapat diperoleh dengan cara

penampungan, air hujan dari atap rumah dialirkan ke tempat penampungan yang

kemudian dapat dipergunakan untuk keperluan rumah tangga.

2. Air permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada

umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya,

misalnya: oleh lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, limbah industri kota dan

sebagainya.

Universitas Sumatera Utara


Air permukaan ada beberapa macam yaitu:

a) Air rawa/danau

Kebanyakan dari air rawa ini berwarna, hal ini disebabkan oleh

adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya: asam

humus yang dalam air menyebabkan warna kuning kecoklatan.

Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka

umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula. Jadi untuk

pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu agar endapan-

endapan Fe dan Mn tidak terbawa, demikian juga dengan lumut

yang ada pada permukaan rawa.

b) Air sungai

Dalam penggunaannya sebagai air minum harus mengalami suatu

pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada

umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali.

3. Air tanah

Air tanah merupakan air hujan atau air permukaan yang meresap kedalam tanah

dan bergabung dalam pori-pori tanah yang terdapat pada lapisan tanah yang biasanya

disebut aquifer. Air tanah dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:

• Air Tanah Dangkal

Terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan tanah.

Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga

air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-

garam yang terlarut).

Universitas Sumatera Utara


• Air Tanah Dalam

Terdapat setelah lapis rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam

tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor

dan memasukkan pipa kedalamnya (biasanya antara 100-300 m) akan

didapatkan suatu lapisan air.

• Mata Air

Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata

air yang berasal dari air tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim

dan kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.

2.5 Sistem Distribusi dan Sistem Pengaliran Air Bersih

2.5.1 Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen,

yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat ke

seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur sistem pemipaan dan

perlengkapannya, hidran kebakaran, tekanan tersedia, sistem pemompaan (bila

diperlukan), dan reservoir distribusi.

Sistem distribusi air minum terdiri atas pemipaan, katup-katup, dan pompa

yang membawa air yang telah diolah dari instalasi pengolahan menuju pemukiman,

perkantoran dan industri yang mengkonsumsi air. Juga termasuk dalam sistem ini

adalah fasilitas penampung air yang telah diolah (reservoir distribusi), yang

digunakan saat kebutuhan air lebih besar dari suplai instalasi, meter air untuk

menentukan banyak air yang digunakan, dan keran kebakaran.

Universitas Sumatera Utara


Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah

tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas

pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi

pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air

bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan

faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor

yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersedian air setiap waktu. Suplai air

melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem:

 Continuous system

Dalam sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus

selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat

memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun. Sedang

kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit

kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.

 Intermitten system

Dalam sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada

sore hari. Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan air

dan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air

untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yang

digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam

beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan

juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.

Universitas Sumatera Utara


2.5.2 Sistem Pengaliran Air Bersih

Air merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup

umumnya dan manusia khususnya. Air sebagai pemenuh kebutuhan untuk berbagai

kebutuhan sehari-hari, diantaranya untuk keperluan aktifitas domestik, keperluan

industri, sosial, perkantoran dan kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Untuk menngalirkan air minum kepada konsumen dengan kuantitas, kualitas

dan tekanan yang cukup memerlukan sistem pemipaan yang baik, reservoir, pompa

dan dan peralatan yang lain. Di dalam sistem transmisi ada beberapa cara pengaliran

yang dapat dilakukan, antara lain :

• Sistem saluran terbuka, sistem ini hanya memperhatikan ketinggian tanah dan

konstruksi saluran untuk dapat mengalirkan air dengan kapasitas besar

sehingga biaya pembuatan dan operasionalnya murah. Saluran yang terbuka

amat sensitif terhadap faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas air

yang dialirkan.

• Sistem saluran tertutup, sistem ini mampu membawa air dengan kapasitas

besar dan memungkinkan kehilangan air kecil bila dibandingkan dengan

debitnya.

• Sistem pipa, pada sistem ini aliran tidak tergantung pada profil tanah.

Kualitas air tidak mudah dipengaruhi oleh faktor luar, selain itu operasi dan

pemeliharaannya mudah, walaupun biaya pembuatannya lebih mahal jika

dibandingkan dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.

Universitas Sumatera Utara


2.6 Sistem dan Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum

2.6.1 Sistem Penyediaan Air Minum

Dilihat dari sudut bentuk dan tekniknya, sistem penyediaan air minum dapat

dibedakan atas 2 macam sistem, yaitu :

a. Penyediaan air minum untuk individual

Adalah sistem untuk penggunaan individual dan untuk pelayanan

terbatas.

b. Penyediaan air minum komunitas atau perkantoran

Sistem pada metode ini ditujukan untuk suatu komunitas besar atau

kota. Sistem penyediaan yang digunakan pada tugas akhir ini adalah sistem

penyediaan air minum perkotaan.

2.6.2 Komposisi Sistem Penyediaan Air Minum

Menurut Linsey and Franzini (1985), unsur-unsur yang membentuk suatu

sistem penyediaan air yang modern meliputi :

1. Sumber-sumber penyediaan

2. Sarana-sarana penampungan

3. Sarana-saran penyaluran (ke pengolahan)

4. Sarana-sarana pengolahan

5. Sarana-sarana penyaluran (dari pengolahan) tampungan sementara

6. Sarana-sarana distribusi

Universitas Sumatera Utara


Sumber penyediaan air

Penampungan

Penyaluran

Pengolahan

Penyaluran dan
Pengolahan

Distribusi

Gambar 2.1 Kaitan Hubungan Antara Unsur-unsur Fungsional Dari Suatu Sistem
Penyediaan Air Kota.

Tabel 2.1 Unsur-unsur Fungsional Dari Sistem Penyediaan Air Minum.

Masalah utama
Unsur fungsional dalam perencanaan Uraian
sarana
(utama / sekunder)
Sumber-sumber air permukaan
Sumber penyediaan Jumlah / mutu bagi penyediaan, misalnya
sungai, danau dan waduk atau
sumber air tanah

Sarana-sarana yang dipergunakan


Penampungan Jumlah / mutu untuk menampung air permukaan
biasanya terletak pada atau dekat
sumber penyediaan

Sarana-sarana untuk menyalurkan


Penyaluran Jumlah / mutu air dari tampungan ke sarana
pengolah

Universitas Sumatera Utara


Sarana-sarana yang dipergunakan
Pengolahan Jumlah / mutu
untuk memperbaiki atau merubah
mutu air

Sarana-sarana untuk menyalurkan


Penyaluran & penampungan Jumlah / mutu air yang sudah diolahke sarana
penampungan sementara serta ke
satu atau beberapa titik distribusi

Sarana-sarana yang dipergunakan


Distribusi Jumlah / mutu untuk membagi air ke masing-
masing pemakai yang terkait di
dalam system

Sumber : Ray K. Linsey and Joseph B. Franzini, 1985. Teknik Sumber Daya Air Jilid
I . Erlangga. Jakarta.

2.7 Studi Kebutuhan Air Bersih

Untuk sebuah sistem penyediaan air minum, perlu diketahui besarnya

kebutuhan dan pemakaian air. Kebutuhan air dipengaruhi oleh besarnya populasi

penduduk, tingkat ekonomi dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, data mengenai

keadaan penduduk daerah yang akan dilayani dibutuhkan untuk memudahkan

permodelan evaluasi sistem distribusi air minum.

Kebutuhan air bersih berbeda antara kota yang satu dengan kota yang

lainnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan air bersih menurut

Linsey and Franzini (1986) adalah :

1. Iklim

Kebutuhan air untuk mandi, menyiram taman, pengaturan udara dan sebagainya

akan lebih besar pada iklim yang hangat dan kering daripada di iklim yang

lembab. Pada iklim yang sangat dingin, air mungkin diboroskan di keran-keran

untuk mencegah bekunya pipa-pipa.

Universitas Sumatera Utara


2. Ciri-ciri Penduduk

Pemakaian air dipengaruhi oleh status ekonomi dari para langganan. Pemakaian

perkapita di daerah miskin jauh lebih rendah daripada di daerah-daerah kaya.

Di daerah-daerah tanpa pembuangan limbah, konsumsi dapat sangat rendah

hingga hanya sebesar 10 gpcd (40 liter / kapita per hari).

3. Masalah Lingkungan Hidup

Meningkatnya perhatian masyarakat terhadap berlebihannya pemakaian

sumber-sumber daya telah menyebabkan berkembangnya alat-alat yang dapat

dipergunakan untuk mengurangi jumlah pemakaian air di daerah pemukiman.

4. Keberadaan Industri dan Perdagangan

Keberadaan industri dan perdagangan dapat mempengaruhi banyaknya

kebutuhan air per kapita dari suatu kota.

5. Iuran Air dan Meteran

Bila harga air mahal, orang akan lebih menahan diri dalam pemakaian air dan

industri mungkin mengembangkan persediaannya sendiri dengan biaya yang

lebih murah. Para langganan yang jatah air diukur dengan meteran akan

cenderung untuk memperbaiki kebocoran-kebocoran dan mempergunakan air

dengan jarang. Pemasangan meteran pada beberapa kelompok masyarakat telah

menurunkan pengguanaan air hingga sebanyak 40 persen.

6. Ukuran Kota

Penggunaan air per kapita pada kelompok masyarakat yang mempunyai

jaringan limbah cenderung untuk lebih tinggi di kota-kota besar daripada di

kota kecil. Secara umum, perbedaan itu diakibatakan oleh lebih besarnya

pemakaian oleh industri, lebih banyaknya taman-taman, lebih banyaknya

Universitas Sumatera Utara


pemakaian air untuk perdagangan dan barang kali juga lebih banyak

kehilangan dan pemborosan di kota-kota besar.

Untuk memproyeksi jumlah kebutuhan air bersih dapat dilakukan berdasarkan

perkiraan kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan ditambah perkiraan kehilangan

air. Adapun kebutuhan air untuk berbagai macam tujuan pada umumnya dapat dibagi

dalam :

a. Kebutuhan domestik

- sambungan rumah

- sambungan kran umum

b. Kebutuhan non domestik

- Fasilitas sosial (Masjid, panti asuhan, rumah sakit dan sebagainya)

- Fasilitas perdagangan/industri

- Fasilitas perkantoran dan lain-lainnya

Sedangkan kehilangan air dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu :

a. Kehilangan air akibat faktor teknis, misalnya kebocoran dari pipa distribusi

b. Kehilangan air akibat faktor non teknis, antara lain sambungan tidak terdaftar.

kerusakan meteran air, untuk kebakaran dan lain-lainnya.

2.7.1 Kebutuhan Domestik

Menurut Kindler and Russel (1984), kebutuhan air untuk tempat tinggal

(kebutuhan domestik) meliputi semua kebutuhan air untuk keperluan penghuni.

Meliputi kebutuhan air untuk mempersiapkan makanan, toilet, mencuci pakaian,

Universitas Sumatera Utara


mandi (rumah ataupun apartemen), mencuci kendaraan dan untuk menyiram

pekarangan. Tingkat kebutuhan air bervariasi berdasarkan keadaan alam di area

pemukiman, banyaknya penghuni rumah, karakteristik penghuni serta ada atau

tidaknya penghitungan pemakaian air.

Sedangkan menurut Linsey and Franzini (1986), penggunaan rumah tangga

adalah air yang dipergunakan di tempat-tempat hunian pribadi, rumah-rumah

apartemen dan sebagainya untuk minum, mandi, penyiraman taman, saniter dan

tujuan-tujuan lainnya. Taman dan kebun-kebun yang luas mengakibatkan sangat

meningkatnya konsumsi pada masa-masa kering.

Penggunaan air kota dan jumlah-jumlah yang dipakai di Amerika Serikat

menurut Linsey and Franzini (1986), untuk keperluan rumah tangga berkisar antara

40-80 GPCD (gallon per kapita per hari) atau 150-300 LPCD (liter per kapita per

hari) dan umumnya berkisar antara 65 GPCD (gallon per kapita per hari) atau 250

LPCD (liter per kapita per hari), sedangkan menurut Kindler and Russel (1984),

penggunaan air rata-rata untuk rumah tangga adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 Penggunaan Air Rata-rata Untuk Rumah Tangga

Jenis Kegiatan Kebutuhan Air (liter / orang / hari)


Dapur 45
Kamar mandi 60
Toilet 70
Mencuci pakaian 45
Lainnya (termasuk keperluan diluar rumah) 75
Total 295
Sumber : J. Kindler and C.S. Russel, 1984. Modeling Water Demands.Academic
Press Inc. London, hal 153.

Universitas Sumatera Utara


2.7.2 Kebutuhan Non Domestik

Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air bersih selain untuk keperluan

rumah tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air bersih untuk

perkantoran, perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah, sekolah,

hotel, puskesmas, serta pelayanan jasa umum lainnya.

Tabel 2.3. Rata-rata Kebutuhan Air Per Orang Per Hari (Soufyan Moh.
Noerbambang & Takeo Morimura, 2005)

Jangka Perbanding
Pemakaian
waktu an luas
air rata
Jenis Gedung pemakaian lantai Keterangan
No. rata per
air rata rata efektif/total
hari (liter)
sehari (jam) (%)

Perumahan
1 250 8-10 42-45 Setiap penghuni
mewah

2 Rumah biasa 160-250 8-10 50-53 Setiap penghuni

Mewah: 250 liter


3 Apartemen 200-250 8-10 45-50 Menengah : 180 ltr
Sendiri : 120 ltr
120 8 45-48
4 Asrama Sendiri

(setiap tempat
tidur pasien)
Pasien luar : 500
Rumah sakit ltr
5 1000 8-10 50-55
Staf/pegawai :120
ltr
Kelg.pasien : 160
ltr

6 SD 40 5 58 Guru : 100 liter

7 SLTP 50 6 58 Guru : 100 liter

SLTA dan Guru/Dosen:100


8 80 6 -
lebih tinggi liter

Universitas Sumatera Utara


Rumah-toko 100-200 8 - Penghuninya: 160
9
ltr

10 Gedung kantor 100 8 60-70 Setiap pegawai

Toko serba
ada
11 3 7 55-60 -
departement
store
Per orang, setiap
Buruh pria:
giliran (kalau kerja
12 Pabrik/industri 60, wanita: 8 -
lebih dari 8
100
jam/hari)
Setiap penumpang
Stasiun/termin
13 3 15 - (yang tiba maupun
al
berangkat
30 5 Untuk penghuni
14 Restoran -
160 ltr
Untuk penghuni:
160 ltr,
pelayan: 100 ltr
Restoran 70% dari jumlahl
15 15 7 -
umum tamu perlu 15
ltr/org untuk
kakus, cuci tangan
dsb.
Kalau digunakan
siang dan malam,
pemakaian air
dihitung per
Gedung
16 30 5 53-55 penonton, jam
pertunjukan
pemakaian air
dalam tabel adalah
untuk satu kali
pertunjukan
Gedung
17 10 7 - -
bioskop
Pedangan besar:
30 liter/tamu, 10
Toko pengecer 40 6 - liter/staff atau, 5
18
liter per hari setiap
m2 luas lantai

Untuk setiap tamu,


Hotel/pengina
19 250-300 10 - untuk staf 120-150
pan
liter; penginapan

Universitas Sumatera Utara


200 liter

Gedung Didasarkan jumlah


20 10 2 -
peribadatan jemaah per hari
Untuk setiap
21 Perpustakaan 25 6 - pembaca yang
tinggal

22 Bar 30 6 - Setiap tamu

Perkumpulan
23 30 - - Setiap tamu
social
Setiap tempat
24 Kelab malam 120-350 - -
duduk
Gedung
25 150-200 - - Setiap tamu
perkumpulan

26 Laboratorium 100-200 8 - setiap staff

Sumber : Soufyan Moh. Noerbambang & Takeo Morimura, 2005

2.7.3 Kehilangan Air

Menurut Linsey and Franzini (1986), kehilangan dan kebocoran air adalah

air yang bocor dari sistem yang bersangkutan, kesalahan meteran, sambungan-

sambungan yang tidak sah dan lain-lain hal yang tidak dihitung. Kategori kehilangan

dan pemborosan ini sering dihitung kira-kira sebesar 20 gpcd (75/kapita per hari),

tetapi jika konstruksinya tepat dan pemeliharaannya cermat, hal itu dapat diturunkan

hingga kurang dari 5 gpcd (20 liter/kapita per hari).

Universitas Sumatera Utara


2.7.4 Fluktuasi Kebutuhan Air

Kebutuhan air tidak selalu sama untuk setiap saat tetapi akan berfluktuasi.

Fluktuasi yang terjadi tergantung pada suatu aktivitas penggunaan air dalam

keseharian oleh masyarakat. Pada umumnya kebutuhan air dibagi dalam tiga

kelompok :

1. Kebutuhan rerata

2. Kebutuhan harian maksimum

3. Kebutuhan pada jam puncak

Kebutuhan harian maksimum dan jam puncak sangat diperlukan dalam

perhitungan besarnya kebutuhan air baku, karena hal ini menyangkut kebutuhan pada

hari-hari tertentu dan pada jam puncak pelayanan. Sehingga penting

mempertimbangkan suatu nilai koefisien untuk keperluan tersebut. Kebutuhan air

harian maksimum dan jam puncak dihitung berdasarkan kebutuhan dasar dan nilai

kebocoran dengan pendekatan sebagai berikut :

1. Kebutuhan harian maksimum = 1,15 x kebutuhan air rata-rata

2. kebutuhan pada jam puncak = 1,56 x kebutuhan harian maksimum

(Sumber : PDAM kota Medan)

2.8 Konsep Dasar Aliran Fluida

Untuk aliran fluida dalam pipa khususnya untuk air terdapat kondisi yang

harus diperhatikan dan menjadi prinsip utama, kondisi fluida tersebut adalah fluida

merupakan fluida inkompresibel, fluida dalam keadaan steady dan seragam. Menurut

Larry, Wiley dan Sons (2004), dijelaskan bahwa :

Universitas Sumatera Utara


Q =V × A (2.1)

di mana: Q adalah laju aliran (m3/s), A adalah luas penampang aliran (m2), dan V

adalah kecepatan aliran (m/s).

Menurut Larry (2004), untuk aliran steady dan seragam seperti yang

tergambar pada gambar 2.2 dalam pipa dengan diameter pipa konstan pada waktu

yang sama berlaku :

V1 × A1 = V2 × A2

di mana: V1 adalah kecepatan awal di dalam pipa (m/s), A1 adalah luas penampang

saluran pada awal pipa (m2), V2 adalah kecepatan akhir di dalam pipa (m/s),

dan A2 adalah luas penampang saluran pada akhir pipa (m2).

Gambar 2.2 Aliran Steady dan Seragam

Gambar 2.2 menjelaskan bahwa aliran yang terjadi pada suatu sistem adalah

seragam, dimana energi pada setiap titik adalah sama, besarnya kecepatan

berbanding terbalik dengan luas penampang pipa. Semakin besar luas penampang

maka kecepatan akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya.

Universitas Sumatera Utara


2.9 Mekanisme Aliran Dalam Pipa

2.9.1 Pipa yang Dihubungkan Seri

Jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara seri maka semua pipa akan

dialiri oleh aliran yang sama. Total kerugian head pada seluruh sistem adalah jumlah

kerugian pada setiap pipa dan perlengkapan pipa yang menurut White (1986), dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Q0 = Q1 = Q2 = Q3 = tetap (2.2)

Q0 = A1V1 = A2V2 = A3V3 (2.3)

∑ hl = hl1 + hl2 + hl3 (2.4)

di mana: Q0 adalah debit awal pada pipa (m3/s), V1 adalah kecepatan awal di dalam
pipa (m/s), A1 adalah luas penampang saluran pada awal pipa (m2), V2

adalah kecepatan akhir di dalam pipa (m/s), A2 adalah luas penampang


saluran pada akhir pipa (m2), dan hl adalah headloss pada pipa (m).

Gambar 2.3 Pipa yang Dihubungkan Seri

Keterangan gambar 2.3:


H1 = Tinggi muka air pada kolam A

H2 = Tinggi muka air pada kolam B

Universitas Sumatera Utara


H = Perbedaan tinggi muka air kolam A dan B

Hf = Headloss flow pada pipa

Persoalan yang menyangkut pipa seri sering dapat diselesaikan dengan

menggunakan pipa ekuivalen, yaitu dengan menggantikan pipa seri dengan diameter

yang berbeda-beda dengan satu pipa ekuivalen tunggal. Dalam hal ini, pipa tunggal

tersebut memiliki kerugian head yang sama dengan system yang akan digantikannya

untuk laju yang spesifik.

2.9.2 Pipa yang Dihubungkan Paralel

= arah aliran

Gambar 2.4 Pipa yang Dihubungkan Secara Parallel

Pada gambar 2.4, jika dua buah pipa atau lebih dihubungkan secara paralel,

total laju aliran sama dengan jumlah laju aliran yang melalui setiap cabang dan rugi

head pada sebuah cabang sama dengan pada yang lain, dimana menurut White

(1986), dapat dirumuskan sebagai :

Universitas Sumatera Utara


Q0 = Q1 + Q2 + Q3 (2.5)

Q0 = A1 ⋅ V1 + A2⋅ ⋅ V2 + A3 ⋅ V3 (2.6)

∆h = ∆h1 = ∆h2 = ∆h3 (2.7)

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa persentase aliran yang melalui

setiap cabang adalah sama tanpa memperhitungkan kerugian head pada cabang

tersebut.

Rugi head pada setiap cabang boleh dianggap sepenuhnya terjadi akibat

gesekan atau akibat katup dan perlengkapan pipa, diekspresikan menurut panjang

pipa atau koefisien losses kali head kecepatan dalam pipa yang menurut White

(1986), dapat dirumuskan dalam persamaan 2.7 dan 2.8 berikut ini:

 L1 v2  L v 2  L v 2
 f1 + ΣK L1  1 =  f 2 2 + ΣK L 2  2 =  f 3 3 + ΣK L 3  3 = ..... (2.8)
 d1  2g  d2  2 g  d3  2g

Diperoleh hubungan kecepatan :

f1 L1
+ ΣkL1 (2.9)
v2 d1
=
v1 f 2 L2
+ ΣkL2
d2

Universitas Sumatera Utara


2.10 Sistem Jaringan Pipa

Sistem jaringan pipa merupakan komponen utama dari sistem distribusi air

bersih/minum suatu perkotaan.

Gambar 2.5 Contoh Suatu Sistem Jaringan Pipa

Keterangan gambar 2.5:

Q1 = Debit aliran yang memasuki jaringan pipa

Q2 = Debit aliran yang memasuki jaringan pipa

Q3 = Debit aliran yang keluar dari jaringan pipa

Q4 = Debit aliran yang keluar dari jaringan pipa

Dewasa ini, sistem jaringan pipa air minum yang ada di kota-kota besar

kebanyakan dibangun sejak zaman Belanda. Hal demikian menimbulkan beberapa

kemungkinan terjadinya permasalahan-permasalahan seperti:

- kebocoran

- lebih sering terjadi kerusakan pipa atau komponen lainnya

- besarnya tinggi energi yang hilang

Universitas Sumatera Utara


- penurunan tingkat layanan penyediaan air bersih untuk konsumen

permasalahan-permasalahan di atas diperparah lagi dengan meningkatnya

sambungan-sambungan baru untuk daerah-daerah permukiman tanpa memperhatikan

kemampuan ketersediaan air dan kemampuan sistem jaringan air minum tersebut.

Jaringan pipa pengangkut air kompleks dapat dianalisis dengan cepat

menggunakan persamaan Hazen Williams atau rumus gesekan lainnya yang sesuai.

Perhitungan distribusi aliran pada suatu jaringan biasanya rumit karena harus

memecahkan serangkaian persamaan hambatan yang tidak linear melalui prosedur

yang iteratif. Kesulitan lainnya adalah kenyataan bahwa kebanyakan jaringan, arah

aliran pipa tidak diketahui sehingga losses antara dua titik menjadi sukar untuk

ditentukan. Dalam perancangan sebuah jaringan, aliran dan tekanan diberbagai titik

menjadi persyaratan utama untuk menentukan ukuran pipa, sehingga harus

diselesaikan dengan cara berurutan dan iterasi.

Sebuah jaringan yang terdiri dari sejumlah pipa mungkin membentuk sebuah

loop, dimana pipa yang sama dipakai oleh dua loop yang berbeda, seperti terlihat

pada gambar 2.5. Ada dua syarat yang harus diperhatikan agar aliran dalam jaringan

tersebut setimbang, yaitu :

1. Aliran netto ke sebuah titik harus sama dengan nol. Ini berarti bahwa laju aliran

ke sebuah titik pertemuan harus dengan laju aliran dari titik pertemuan yang

sama.

2. Headlosses netto diseputar sebuah loop harus sama dengan nol. Jika sebuah

loop ditelusuri ke arah manapun, sambil mengamati perubahan akibat gesekan

Universitas Sumatera Utara


atau losses yang lain, kita harus mendapatkan aliran yang setimbang ketika

kembali ke kondisi semula (head dan tekanan) pada kondisi awal.

Prosedur untuk menentukan distribusi distribusi aliran dalam suatu jaringan

meliputi penentuan aliran pada setiap sehingga kontinuitas pada setiap pertemuan

terpenuhi (syarat 1). Selanjutnya Headlosses dari setiap loop dihitung dan jika tidak

sama dengan nol maka aliran yang telah ditetapkan harus dikoreksi kembali dengan

perkiraan dan metode iterasi yang disebut metode Hardy Cross.

2.11 Penggunaan Software ALEID X 2004.

2.11.1 Pengenalan Software ALEID X 2004.

ALEID X 2004 adalah salah satu software distribusi dari Belanda yang

digunakan untuk menganalisa jaringan sistem distribusi. Aleid adalah program

komputer yang berbasis windows yang merupakan program simulasi dari

perkembangan waktu dari profil hidrolis dan perlakuan kualitas air bersih dalam

suatu jaringan pipa distribusi, yang didalamnya terdiri dari titik/node/junction pipa,

pompa, valve (asesoris) dan reservoir baik ground reservoar maupun reservoir

menara. Output yang dihasilkan dari program ALEID X 2004 ini antara lain debit

yang mengalir dalam pipa, tekanan air dari masing masing titik/node/junction yang

dapat dipakai sebagai analisa dalam menentukan operasi instalasi, pompa dan

reservoir serta besarnya konsentrasi unsur kimia yang terkandung dalam air bersih

yang didistribusikan dan dapat digunakan sebagai simulasi penentuan lokasi sumber

sebagai arah pengembangan.

Universitas Sumatera Utara


ALEID X 2004 didesain sebagai alat untuk mengetahui perkembangan dan

pergerakan air serta degradasi unsur kimia yang terkandung dalam air di pipa

distribusi air bersih, yang dapat digunakan untuk analisa berbagai macam sistem

distribusi, detail desain, model kalibrasi hidrolis. Analisa sisa khlor dan beberapa

unsur lainnya.

2.11.2 Langkah-Langkah Menggunakan ALEID X 2004.

Langkah-langkah untuk mulai bekerja menggunakan ALEID X 2004 adalah

sebagai berikut :

1. Gambarkan jaringan sistem distribusi yang akan dianalisa, atau import data

dasar dari jaringan yang tersimpan dalam text file.

2. Edit properties dari objek yang membentuk sistem.

Gambar 2.6 Memasukkan Data Umum Pada Node

Universitas Sumatera Utara


Pada gambar 2.6, data-data yang dimasukkan merupakan data-data umum

node, seperti nama node, nama node dimasukkan sesuai keinginan kita, untuk

mempermudah dalam mengingat nama node, penulis menggunakan notasi

N115 yang berarti node ke 115, setelah itu masukkan elevasi node, elevasi

node dihitung dari muka air laut dengan satuan meter, dan yang terakhir

masukkan koordinat node.

Gambar 2.7 Memasukkan Nilai Kebutuhan Air Pada Node

Gambar 2.7 menjelaskan bahwa setelah data umum dimasukkan pilih

consumption untuk memasukkan kebutuhan air per node/jam.

3. Gambarkan sistem operasi.

4. Pilih dan atur analisis option.

5. Run analisis hidrolik.

6. Lihat hasil analisis.

Universitas Sumatera Utara


2.11.3 Model Jaringan ALEID

Komponen-komponen fisik

ALEID memodelkan sistem distibusi air sebagai kumpulan garis yang

menghubungkan node-node. Garis tersebut menggambarkan pipa, pompa dan katub

kontrol. Node menggambarkan sambungan, tangki, dan reservoir. Gambar

mengilustrsikan bagaimana node-node dan garis dapat dihubungkan satu dengan

lainnya untuk membentuk jaringan, seperti terlihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Hubungan Antar Komponen Fisik Dalam ALEID X 2004

Komponen-komponen fisik dalam pemodelan sistem distribusi air dengan


ALEID antara lain :

1. Sambungan (junction)

Sambungan (junction) adalah titik pada jaringan dimana link-link bertemu

dan dimana air memasuki atau meninggalkan jaringan. Input dasar yang

dibutuhkan bagi sambungan (junction) adalah:

• Elevasi pada semua referensi (biasanya rata-rata muka air laut)

• Kebutuhan air

Universitas Sumatera Utara


• Kualitas air saat ini

Hasil komputasi buat sambungan (junction) pada seluruh periode waktu

simulasi adalah :

• Head di atas permukaan tanah

• Head di atas permukaan laut

• Total kebutuhan air

Sambungan (junction) juga dapat :

• Mengandung kebutuhan air (demand) yang bervariasi terhadap waktu

• Memiliki harga kebutuhan negatif yang mengindikasikan air memasuki

jaringan

• Menjadi sumber kualitas air dimana terdapat kandungan yang memasuki

jaringan

• Memiliki lubang pengeluaran (atau sprinkler) yang menjadikan laju aliran

bergantung kepada pressure.

Pada gambar 2.8 dapat dilihat tampilan dari input data pada software

ALEID X 2004.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.9 Properties Editor Untuk Input Data Pada Junction

Pada gambar 2.9, data yang dimasukkan berupa nama node, elevasi

node dalam satuan meter, dan koordinat node.

2. Reservoir

Reservoir adalah node yang menggambarkan sumber eksternal yang

terus menerus mengalir ke jaringan. Digunakan untuk menggambarkan seperti

danau, sungai, akuifer air tanah, dan koneksi dari sistem lain. Reservoir juga

dijadikan titik sumber kualitas air.

Input utama untuk reservoar adalah head hidrolis (sebanding dengan

elevasi permukaan air jika bukan reservoir bertekanan) dan inisial kualitas air

untuk analisa kualitas air. Karena sebuah reservoir adalah sebagai poin

pembatas dalam jaringan, tekanan dan kualitas airnya tidak dapat dipengaruhi

Universitas Sumatera Utara


oleh apa yang terjadi di dalam jaringan. Namun tekanan dapat dibuat bervariasi

terhadap waktu yang di tandai dengan pola.

Gambar 2.10 Input Data Umum Pada Reservoir

Pada gambar 2.10 terlihat bahwa data yang dimasukkan berupa nama

reservoir, elevasi reservoir dihitung dari muka air laut (meter) dan koordinat

dari reservoir tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.11 Properties Editor Untuk Input Data Pada Reservoir

Gambar 2.11 menjelaskan bahwa setelah data-data umum dimasukkan

maka pilih reservoir, kemudian pilih fixed head untuk type reservoir dan

masukkan elevasi reservoir, dihitung dari muka air laut (meter).

3. Pipes

Pipes atau pipa adalah link yang digunakan untuk mengalirkan air dari

suatu node ke node yang lainnya pada suatu sistem jaringan pemipaan. Aleid

akan mengasumsikan bahwa pipa akan selalu terisi penuh. Arah aliran adalah

dari titik yang memiliki head hidrolik lebih besar menuju titik yang lebih

kecil head hidroliknya. Input data utama yang perlu diisikan, adalah :

1) Start node, merupakan titik awal atau pangkal pipa.

2) End node, merupakan titik akhir pipa atau ujung pipa.

3) Length, merupakan panjang pipa dalam meter atau feet.

Universitas Sumatera Utara


4) Diameter, merupakan diameter atau garis tengah pipa. Satuan yang

digunakan adalah inchi atau milimeter.

5) Roughness, koefisien kekasaran pipa untuk menghitung head loss.

Input data lain yang dapat ditambahkan sebagai pelengkap adalah :

Data output dari junction pipa adalah :

1) Pipe Name (nama pipa)

2) Flow (debit aliran)

3) Flow Direction (arah aliran)

4) Length (panjang pipa)

5) Velocity (kecepatan aliran)

6) Local Loss Coefficient

7) Hydraulic Grade Line

8) Wall Roughness (kekasaran saluran)

Gambar 2.12 Properties Editor Untuk Input Data Pada Pipa

Universitas Sumatera Utara


Pada gambar 2.12 dapat dilihat bahwa data-data yang dimasukkan pada

pipa berupa nama pipa, panjang pipa (m), diameter pipa (mm), dan kekasaran

dinding pipa (mm). Kehilangan tekanan (headloss) akibat gesekan air dengan

dinding pipa dapat dihitung menggunakan persamaan Hazen Williams, Darcy

Weisbach, Chezzy atau Manning.

Formula Hazen Williams banyak digunakan di Amerika Serikat.

Persamaan ini dapat diterapkan untuk air dengan aliran turbulen. Secara

teoritis, persamaan Darcy Weisbach adalah yang terbaik. Persamaan ini dapat

diterapkan untuk cairan lain, selain air. Persamaan Chezzy dan Manning

banyak digunakan untuk aliran pada saluran terbuka.

Koefisien resistensi dan nilai eksponensial flow untuk masing-masing

persamaan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut ini :

Persamaan Chezzy-Manning

4,66n 2 LQ 2
HL = (Pers 2.10)
D 533

di mana: HL adalah headloss (feet), Q adalah debit aliran (cfs), L adalah

panjang pipa (feet), D adalah diameter pipa (feet), dan n adalah

koefisien kekasaran Manning.

Persamaan Darcy-Weisbach

Menurut Kodoatie (2002), nilai Hf adalah:

Lv 2
Hf = f (Pers 2.11)
d 2g

Universitas Sumatera Utara


di mana : Hf adalah headloss (m), g adalah percepatan gravitasi (m2/s), L

adalah panjang pipa (m), d adalah diameter pipa (m), v adalah

kecepatan aliran (m/s), dan f adalah faktor gesekan (tanpa satuan)

Persamaan Hazen-Williams

4,727 LQ 1,852
HL = (Pers 2.12)
C 1,852 D 4,871

di mana: HL adalah headloss (feet), Q adalah debit aliran (cfs), L adalah

panjang pipa (feet), D adalah diameter pipa (feet), dan C adalah

koefisien kekasaran (faktor Hazen Williams).

Setiap persamaan memiliki koefisien kekasaran masing-masing.

Koefisien kekasaran untuk berbagai jenis pipa berdasarkan umur materialnya

dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 2.4 Koefisien Kekasaran Untuk Berbagai Jenis Pipa

Hazen-Williams Darcy-Weisbach Manning’s


Material
C (unitless) e (milifeet) n (unitless)

Cast iron 130-140 0.85 0.012-0.015

Concrete or concrete lined 120-140 1.0-10 0.012-0.017

Galvanized iron 120 0.5 0.015-0.017

Plastic 140-150 0.005 0.011-0.015

Steel 140-150 0.15 0.015-0.017

Vitrified clay 110 0.013-0.015

Sumber : Manual User Software ALEID X 2004

Universitas Sumatera Utara


Minor Losses

Minor Head Losses, disebut juga local losses, atau dalam ALEID X

2004 sebagai loss coefficient, disebabkan oleh kehilangan tekanan pada pipa

karena perlengkapan pemipaan seperti belokan-belokan, valve dan berbagai

fitting lainnya. ALEID X 2004 akan menghitung minor losses dengan cara

menambahkan data koefisien minor losses pada pipa. Minor losses sebanding

dengan kecepatan air yang melewati pipa atau valve (V2/2g).

4. Pumps

Pumps atau Pompa adalah link yang memberi tenaga ke fluida untuk

menaikkan head hidrolisnya. Input parameternya adalah node awal dan akhir,

dan kurva pompa (kombinasi dari head dan aliran dimana pompa harus

memproduksinya). Parameter output yang prinsip adalah aliran dan pencapaian

head. Aliran melalui pompa adalah langsung dan ALEID tidak akan

membolehkan pompa untuk beroperasi diluar range dari kurva pompa.

Gambar 2.13 Input Data Umum Pada Pompa

Universitas Sumatera Utara


Pada gambar 2.13 diperlihatkan bahwa data-data umum pada pompa

yang dimasukkan berupa nama pompa, titik awal dan akhir pompa, dan

nomor pompa.

Gambar 2.14 Properties Editor Untuk Input Data Pada Pompa

Pada gambar 2.14, setelah data-data umum pompa dimasukkan, maka

tentukan tinggi tekanan pompa (m) dan debit yang mengalir pada pompa

(m3/hr) sehingga membentuk kurva karakteristik yang menggambarkan

hubungan antara debit dan tinggi tekanan pada pompa.

Debit aliran pompa dan posisi serta bentuk dari pompa dapat diubah

pada kurva pompa, Seperti halnya pipa, pompa dapat diatur hidup dan mati

dalam pengaturan waktu atau dalam kondisi yang pasti muncul dalam

jaringan. Operasional pompa dapat juga dijelaskan dengan menetapkannya

dalam pola waktu atau relatif terhadap pengaturan kecepatan. Aliran melalui

pompa adalah tidak langsung.

Universitas Sumatera Utara


Jika pengkondisian sistem membutuhkan lebih banyak head daripada

yang dihasilkan pompa,ALEID mematikan pompa. Jika kebutuhannya

melebihi maksimum aliran, ALEID mengekstarpolasi kurva pompa kepada

aliran yang dibutuhkan, jika tidak akan menghasilkan head negatif.

5. Valves

Valve adalah link yang membatasi pressure atau flow pada nilai

tertentu dalam sebuah jaringan. Input yang penting dimasukkan adalah :

1) Start dan End node, untuk menentukan orientasi arah aliran air dalam

pipa.

2) Diameter valve

3) Tipe valve

4) Setting valve

Gambar 2.15 Properties Editor Untuk Input Data Pada Katup

Universitas Sumatera Utara


Pada gambar 2.15 diperlihatkan bahwa data-data yang dimasukkan

berupa nama valve, diameter valve (mm), panjang valve (m), kekasaran

dinding valve (mm) dan keterangan buka tutup valve. Input lainnya adalah

loss coefficient. Output link valve adalah flow rate, velocity, length, wall

roughness, hydraulic grade line, dan local loss coefficient.

Berbagai tipe link valve dalam ALEID X 2004 adalah :

1) Pressure Reducing Valve (PRV)

2) Pressure Sustaining Valve (PSV)

3) Pressure Breaker Valve (PBV)

4) Flow Control Valve (FCV)

5) Throttle Control Valve (TCV)

6) General Purpose Valve (GPV)

PSV dan PRV digunakan untuk membatasi pressure hingga nilai

tertentu dalam suatu jaringan pipa. ALEID mengatur PRV dan PSV pada tiga

kondisi yang berbeda, yaitu : terbuka sebagian, terbuka seluruhnya dan

tertutup. PBV menentukan pressure loss tertentu yang melalui valve. Aliran

yang melalui valve bisa dua arah. PBV dapat digunakan untuk simulasi

jaringan distribusi, dimana penurunan yang terjadi diketahui. FCV akan

membatasi flow yang lewat pada link. ALEID X 2004 akan memberikan

warning message apabila flow yang terjadi tidak dapat dipertahankan tanpa

menambah head pada valve.

TCV mensimulasikan valve yang tertutup sebagian dengan

menyesuaikan minor headloss pada valve. Hubungan antara derajat tutupan

valve dengan koefisien headloss yang terjadi dapat diperoleh dari produsen

Universitas Sumatera Utara


pembuat valve. GPV mewakili link dimana pola hubungan flow dengan

headloss yang terjadi tidak mengikuti formula standar. Biasa digunakan untuk

memodelkan turbin atau sumur draw down.

Shut off valve atau gate valve dan non-return valve atau check valve

bukan merupakan bagian dari link valve tersendiri, melainkan merupakan

property dari pipa. Untuk gate valve dapat diatur dengan menentukan loss

coefficient-nya.

Komponen-komponen non-fisik

ALEID memiliki 3 objek informasi yang menggambarkan aspek

operasional dari sistem distribusi, yaitu : Pattern, Curve dan Control.

1) Pattern

Pattern adalah gabungan dari beberapa pola faktor pengali yang dapat

berubah terhadap waktu. Demand tiap node, head reservoir dan jadwal operasi

pompa dapat memiliki time pattern yang diatur khusus untuk masing-masing

komponen fisik. Interval waktu pada pattern merupakan variabel utama yang

dapat diset pada time option dalam project. Misalnya, demand pada sebuah node

rata-rata 6 m3/hari, asumsikan interval time pattern diset 1 jam, dan faktor

pengali untuk demand pada node sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2.5 Penggunaan Pattern Demand Pada ALEID X 2004

Period 1 2 3 4 5 6

multiplier 0.5 0.8 1 1.2 0.9 0.7

Period 7 8 9 10 11 12 13

multiplier 0.8 0.7 0.6 1.2 1 0.9 0.8

Sumber : Manual User Software ALEID X 2004

2) Curve

Curve adalah obyek yang mengandung rangkaian data yang

menjelaskan tentang hubungan antara dua besaran. Dua atau lebih obyek dapat

digabungkan dalam sebuah kurva. Model ALEID dapat menyediakan tipe

kurva sebagai berikut:

1. Pump Curve

2. Flow Rate Curve

3. Time Series Pipe Curve

4. Time Series Node Curve

3) Control

Control adalah pernyataan yang menggambarkan bagaimana kontrol

jaringan beroperasi sepanjang waktu. Kontrol men-spesifikasikan status link-

link tertentu sebagai fungsi dari waktu, level air pada tangki atau tekanan pada

point-point tertentu. Control juga mengatur penutupan dan pembukaan pompa

pada jam-jam tertentu.

Universitas Sumatera Utara


Model Simulasi Hidrolik

Model simulasi hidrolik ALEID akan menghitung head pada junction dan

flow dalam link pada level reservoir, tangki dan water demand yang telah ditentukan

selama periode waktu tertentu. Setiap waktunya level air dalam reservoir dan water

demand diperbaharui sesuai dengan adanya time patern. Head dan flow pada setiap

waktu merupakan hasil perhitungan dari persamaan aliran untuk setiap junction.

Proses ini dikenal sebagai “Hydraulic Balancing” jaringan menggunakan teknik

iterasi.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan untuk mengolah data dalam penulisan ini adalah

metode kuantitatif deskriptif, yaitu metode perhitungan dan penjabaran hasil

pengolahan data lapangan dari tiap lokasi yang ditinjau. Metode yang dilakukan pada

studi ini terlebih dahulu melakukan tinjauan lokasi di kota Lubuk Pakam, kemudian

mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan sistem jaringan pemipaan dan

menganalisa data sedemikian rupa untuk mendapatkan kesimpulan akhir. Alur

pengerjaannya lebih jelas tergambar pada Gambar 3.1.

Mulai

Pengumpulan Data

Data Jumlah Data Pemakaian Ketersediaan Air


Pelanggan Air Per wilayah PDAM

Pemodelan Skema Jaringan


Hitung Jumlah Hitung Kebutuhan
Distribusi Air Bersih
Pelanggan Air Pelanggan
dengan ALEID X 2004

Analisa Jaringan Pemipaan Dengan


ALEID X 2004 dan dicheck dengan
EPANET dan Hardy-Cross
(sampel yang mewakili)

Pembahasan Masalah Yang


Terjadi Pada Jaringan Kesimpulan
Pemipaan dan saran

Gambar 3.1 Diagram Metodologi Penelitian

Universitas Sumatera Utara


3.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang harus dipenuhi sebelum melakukan

sebuah penelitian, data-data yang terkait dengan kondisi lokasi studi sangat

mendukung penyelesaian studi ini. Oleh karena itu, langkah awal yang dilakukan

penulis adalah mencari informasi untuk mengetahui sumber-sumber data yang

diperlukan, serta mengumpulkan data yang dibutuhkan. Adapun data yang

diperlukan adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Secara umum pengertian data primer adalah data yang diperoleh dari sumber

pertama/sumber data atau dengan kata lain data yang dikumpulkan peneliti

secara langsung melalui obyek penelitian dan data ini biasanya belum diolah

seperti tinjauan ke sumber air yaitu sumur bor. Disini peneliti melihat

keadaan sumur bor pada waktu beroperasi dalam mengalirkan air bersih ke

pipa-pipa masyarakat. Serta melakukan wawancara kepada seorang pegawai

PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang mengenai pompa dan skema jaringan

pemipaan.

2. Data sekunder

Secara umum pengertian data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak

kedua, data ini biasanya sudah dalam keadaan diolah. Dari PDAM Tirtanadi

Cabang Deli Serdang peneliti mendapatkan data-data berupa laporan

informasi jumlah pelanggan, rata-rata pemakaian, tekanan air, sumber air

masuk, pemakaian air pada jam puncak (peak hour), panjang pipa, diameter

pipa dan skema jaringan pemipaan.

Universitas Sumatera Utara


3.2 Analisa Data

Tahapan dalam menganalisa data dapat di dasarkan pada data-data yang

diperoleh seperti:

1. Menghitung jumlah penduduk kota Lubuk Pakam yang menjadi pelanggan

PDAM Cabang Deli Serdang. Berdasarkan data pelanggan PDAM Cabang

Deli Serdang adapun yang menjadi pelanggan PDAM berjumlah 8092

pelanggan.

2. Menghitung jumlah kebutuhan air bersih pelanggan dalam satuan per liter per

orang per hari.

3. Mengetahui berapa ketersediaan air PDAM dalam memenuhi kebutuhan air

masyarakat. Berdasarkan data primer yang didapat dilapangan adapun

besarnya air yang diambil oleh PDAM sebesar 120 l/detik.

4. Menganalisa skema jaringan pemipaan dengan menggunakan program

ALEID X 2004. Program tersebut merupakan program komputer (Software)

dengan tampilan Window yang dapat melakukan simulasi periode tunggal

atau majemuk dari perilaku hidrolis dan kualitas air pada jaringan pipa

bertekanan. Dengan analisis simulasi yaitu melacak aliran air (flow) pada

pipa, tekanan ( pressure ) disetiap titik (node), kehilangan tenaga (Headloss)

pada pipa serta konsentrasi bahan kimia dalam sistem distribusi penyediaan

air bersih. Tahapan pemodelan disajikan pada gambar 3.2 berikut :

Universitas Sumatera Utara


Membuat jaringan sistem distribusi atau mengimport file
jaringan (dalam bentuk text file)

Edit sifat objek yang menyusun sistem distribusi tersebut

Pengaturan dan pengoperasian sistem

Memilih analisis yang dikehendaki


input data

Tidak ok
Program (Running)
Proses

Output Melihat hasil analisis

Gambar 3.2 Flow Chart Tahapan Pemodelan Menggunakan ALEID X 2004

Pada gambar 3.1, apabila hasil running tidak ok maka proses pengerjaan

kembali ke proses edit sifat objek yang menyusun sistem distribusi tersebut. Setelah

analisa data dengan menggunakan software ALEID X 2004 selesai, maka dilakukan

evaluasi hasil analisa software tersebut dengan menggunakan EPANET dan metode

Hardy Cross. Adapun tahapan pengerjaan dari metode Hardy-Cross sendiri adalah

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


1. Andaikan distribusi aliran yang paling wajar, baik besar maupun arahnya dalam

setiap pipa sehingga total aliran ke setiap titik pertemuan mempunyai jumlah

aljabar nol. Ini harus ditunjukkan dari diagram jaringan pipa yang bersangkutan.

2. Buat sebuah tabel untuk menganalisa setiap loop tertutup dalam jaringan yang

semi-independent.

3. Hitung head losses pada setiap pipa dengan menggunakan persamaan Hazen –

Williams.

4. Untuk tiap loop, anggap bahwa laju aliran Q0 dan head losses (hf) positif untuk

aliran yang searah jarum jam dan negatif untuk aliran yang berlawanan arah

jarum jam.

5. Hitung jumlah aljabar headloss (∑hf)dalam setiap pipa.

hf
6. Hitung total headloss per satuan laju aliran untuk tiap pipa. Tentukan jumlah
Q0

h 
besaran Σ f 
 Q0 

7. Dari definisi tentang head losses dan arah aliran, setiap suku dalam penjumlahan

ini harus bernilai positif.

8. Tentukan koreksi aliran dari tiap loop, dengan menggunakan rumus :

Σhf
δ =−
n ⋅ Σhf
Q0

di mana: δ adalah koreksi laju aliran untuk loop, Σhf adalah jumlah aljabar

kerugian head untuk semua pipa dalam Loop dan n adalah harga yang

bergantung pada persamaan yang digunakan untuk menghitung laju

aliran.( n = 1,85 bila digunakan persamaan Hazen Williams dan n = 2

bila digunakan persamaan Darcy dan Manning).

Universitas Sumatera Utara


Koreksi diberikan untuk setiap pipa dalam loop. Sesuai dengan kesepakatan, jika

∆Q bernilai positif ditambahkan ke aliran yang searah jarum jam dan

dikurangkan jika berlawanan arah jarum jam. Untuk pipa yang digunakan secara

bersama dengan loop lain, maka koreksi aliran untuk pipa tersebut adalah harga

netto dari koreksi untuk kedua loop.

9. Tuliskan aliran yang telah di koreksi pada diagram jaringan pipa seperti pada

langkah 1. untuk memeriksa koreksi pada langkah 7 perhatikan kontinuitas pada

setiap pertemuan pipa.

10. Ulangi Langkah 1 sampai 8 hingga koreksi aliran≈ 0.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat PDAM Tirtanadi

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi Medan merupakan Badan

Usaha Milik Daerah Propinsi Sumatera Utara yang telah berdiri pada zaman

pemerintahan Belanda pada tanggal 23 September 1905 dengan nama NV.

Waterleiding Maatschappij Ayer Bersih dan berkantor Pusat di Amsterdam, negeri

Belanda. Meskipun telah melalui zaman penjajahan Belanda dan Jepang, dan

selanjutnya memasuki masa kemerdekaan Republik Indonesia, Perusahaan masih

mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara berkelanjutan.

Status dan nama perusahaan telah berganti-ganti dan berdasarkan peraturan

Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara No: 11 tahun 1979 yang

berpedoman kepada Undang-undang No: 5 tahun 1962 telah ditetapkan nama dan

status Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi adalah milik Pemerintah Propinsi

Sumatera Utara. Perda No: 11 tahun 1979 ini disempurnakan lagi dengan Perda

Propinsi Sumatera Utara No: 25 tahun 1985, dan selanjutnya disempurnakan dengan

Perda No: 6 tahun 1991, dilakukan perubahan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera

Utara yang mengatur bahwa Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi selain

mengelola air bersih juga mengelola air limbah.

PDAM Tirtanadi telah banyak mengalami perubahan-perubahan dan

kemajuan, diantaranya, selain melayani kebutuhan air bersih di kota Medan dan

sekitarnya, juga melakukan kerjasama operasi dan kerjasama manajemen dengan

beberapa Pemerintah Daerah/PDAM di Propinsi Sumatra Utara. Kerjasama ini

Universitas Sumatera Utara


dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat

sebagaimana diatur dalam Perda No. 3 tahun 1999, direalisasikan pada tanggal 17

Juli 1999 dengan penandatanganan naskah perjanjian kerjasama pembentukan

beberapa cabang PDAM Tirtanadi di daerah kabupaten, antara lain Kabupaten Deli

Serdang, Simalungun, Toba Samosir, Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Nias dan

Tapanuli Selatan.

Perjanjian kerjasama tersebut berbentuk Kerjasama Operasional (KSO)

selama 25 tahun, serta Kerjasama Management (KSM) dengan Pemerintah

kabupaten Labuhan Batu dan Pemerintah kabupaten Dairi. Diharapkan kerjasama ini

akan meningkatkan mutu pelayanan air bersih di daerah tersebut. Selain memperluas

daerah pelayanan PDAM Tiratanadi, baik di kota Medan dan sekitarnya maupun di

daerah KSO/KSM, jumlah penduduk yang dilayani juga mengalami peningkatan

yang cukup pesat.

Sebagai gambaran bahwa pada tahun 2004 PDAM Tirtanadi medan

mempunyai 335,339 pelanggan yang melayani ± 53.4.% penduduk didaerah

pelayanan, terdiri dari 294,821 pelanggan di kota Medan dan sekitarnya, serta 40,518

pelanggan di daerah pelayanan KSO/KSM. Khusus wilayah Kota Medan dan

sekitarnya, PDAM Tirtanadi sudah melayani ± 79,5% dari jumlah penduduk yang

ada.

Disamping mengelola air bersih, PDAM - Tirtanadi juga diberikan tugas

untuk mengelola pembuangan air limbah (sewerage) di kota Medan yang pada akhir

tahun 2004 telah melayani pelanggan sebanyak 9,957 sambungan. Secara garis besar

daerah operasional PDAM – Tirtanadi dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


1. Wilayah Pelayanan I (Kota Medan dan sekitarnya) yang terdiri dari cabang-cabang

a. Cabang Utama

b. Cabang Sei Agul

c. Cabang Padang Bulan

d. Cabang Medan Denai

e. Cabang Belawan

f. Cabang Tuasan

g. Cabang Sunggal

h. Cabang Deli Tua

i. Cabang H. M. Yamin

j. Cabang Diski

k. Cabang Amplas

2. Daerah Kerjasama Operasi/Kerjasama Manajemen (Daerah Operasional 2), yang

terdiri dari :

a. Kabupaten Deli Serdang.

b. Simalungun.

c. Toba Samosir.

d. Mandailing Natal.

e. Tapanuli Tengah.

f. Nias.

g. Tapanuli Selatan.

h. Kabupaten Labuhan Batu.

i. Kabupaten Dairi.

Universitas Sumatera Utara


4.2 Visi dan Misi PDAM Tirtanadi

4.2.1 Visi PDAM Tirtanadi

Menjadi salah satu perusahaan air minum unggulan di Asia Tenggara.

4.2.2 Misi PDAM Tirtanadi

1. Memberikan pelayanan air minum kepada masyarakat Sumatera Utara dengan

kuantitas, kontinuitas dan kualitas yang memenuhi persyaratan.

2. Mengembangkan air siap minum secara berkesinambungan.

3. Meminimalkan keluhan pelanggan dengan mengutamakan Pelayanan Prima.

4. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya

secara optimal.

5. Mengelola perusahaan dengan menerapkan prinsip kewajaran, transparansi,

akuntabilitas dan responsibilitas sebagai bentuk pelaksanaan Good Corporate

Governance.

5. Menjadikan perusahaan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah

Provinsi Sumatera Utara.

7. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

8. Menjalankan pengelolaan air limbah kepada masyarakat Sumatera Utara dan

mengembangkannya di masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


4.3 PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang

4.3.1 Sejarah Singkat PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang

PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang berdiri pada Agustus 1999, sebelumnya

bernama PDAM Tirtadeli milik Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang terdiri dari

1. Lubuk Pakam

2. Tembung

3. Batang Kuis

4. Pantai Cermin

5. Tanjung Morawa

6. Hamparan Perak

7. Bangun Purba

8. Perbaungan

9. Sei Rampah

10. Dolok Merawan

11. Dll

Setelah merger dengan PDAM Tirtanadi milik Pemerintah Propinsi Sumatera Utara

diambil beberapa daerah dari PDAM Tirtadeli menjadi milik PDAM Tirtanadi.

Adapun daerah tersebut adalah

1. Lubuk Pakam

2. Perbaungan

3. Pantai Cermin

4. Tanjung Morawa

5. Batang Kuis

Universitas Sumatera Utara


6. Tembung

4.3.2 Sumber Air Baku dan Kapasitas Produksi

Fasilitas produksi air bersih yang ada di daerah pelayanan PDAM Tirtanadi

Cabang Deli Serdang berasal dari sungai ular dengan debit 120 liter/detik dan sumur

bor dengan debit 60 liter/detik.

4.3.3 Daerah Pelayanan

Daerah pelayanan PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang ditetapkan

berdasarkan potensi daerah. Pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan dalam

menentukan daerah pelayanan meliputi:

1. Lokasi pemukiman penduduk dari pusat kegiatan sosial-ekonomi kota yang

ada maupun yang direncanakan.

2. Daerah-daerah yang memiliki potensi dari segi pelayanan, misalnya

kemampuan dalam pembayaran tarif retribusi, khususnya bagi sektor niaga

dan industri.

3. Tata guna lahan yang telah disetujui dan disahkan oleh pemerintah setempat.

4. Sistem penyediaan air bersih serta jaringan pemipaannya

5. Lokasi dan kapasitas reservoir distribusi yang ada dan uang direncanakan.

Berdasarkan faktor-faktor pertimbangan tersebut, maka PDAM Tirtanadi Cabang

Deli Serdang menentukan daerah yang akan dilayani. Sedangkan berdasarkan

Universitas Sumatera Utara


karakteristik hidroliknya, daerah distribusi dibagi menjadi 11 wilayah pelayanan.

Wilayah tersebut diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.1 Pembagian Wilayah Distribusi PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang

Wilayah Alamat
1. Jl Komp.Pemda/dpn Pendopo
2. Jl Tg Garbus/dpn Mesjid
3. Jl Industri ujung
4. Jl Pendidikan
Wil 01 5. Jl Medan Dpn Terminal utara
6. Jl Medan Dpn Terminal selatan
7. Jl Medan balai benid utara
8. Jl Medan balai benid selatan

1. Jl Tg Morawa/PNS
2. Jl Sunggal/PNS
3. Jl Keramat/titi 1
4. Jl Katu/titi
Wil 02
5. Jl Tape samping titi
6. Jl Tempe dpn rumah Manik
7. Jl Sei Tuan < Martabe

1. Jl Siantar/Warung Seri
2. Jl Siantar Gg kuburan
3. Jl Pasar Melintang ujung
4. Perum. Jati Permai Blok C
Wil 03
5. Jl Kp Kristen
6. Jl Tomuan
7. Jl Bersama

1. Jl Galang titi I
2. Jl.STM dpn Kantor PDAM
3. Jl Galang dpn Kodim
4. Jl Mangga/Perum BSP
Wil 04
5. Jl Durian II BSP
6. Jl Jeruk II ujung BSP
7. Jl Manggis I

Universitas Sumatera Utara


1. Jl Thamrin dpn koramil
2. Jl A.Yani/rumah suyanto
3. Asrama Polisi
4. Jl Sudirman dpn Pengadilan
Wil 05
5. Jl Pancasila
6. Gg Malinda
7. Jl Thamrin Gg Saudara

1. Jl Diponegoro dpn utara


2. Jl Diponegoro dpn selatan
3. Jl Sutomo utara
4. Jl Sutomo selatan
Wil 06
5. Jl Wahidin
6. Jl Hasanudin CPP Delimas
7. Jl Hasanudin dpn rumah pak bed

1. Jl Dahlan dpn sekolah Muhamadiyah


2. Jl Dahlan dpn kuburan
3. Jl Pendidikan
4. Jl Cipto < supratman
Wil 07 5. Jl Cipto < Cokro
6. Jl Serdang < Cokro
7. Jl Cikditiro < Patimura
8. Jl Cikditiro dpn sekolah Nusantara

1. Jl Kartini dpn rumah Sabarudin Utara


2. Jl Kartini dpn rumah Sabarudin selatan
3. Jl Agusalim < Gg Bersama
Wil 08 4. Jl Agusalim < Rakyat
5. Jl Kartini gg Kantor
6. Jl Agusalim < kartini

1. Jl Imam Bonjol Timur


2. Jl Imam Bonjol Barat
3. Jl TR Muda depan SMK Pemda
Wil 09
4. Jl TR Muda Pajak
5. Jl Fahrudin < Hasanudin
6. Jl Fahrudin < Sutomo

Universitas Sumatera Utara


7. Jl Fahrudin < Cokro
8. Jl Perbatasan Perum. Pakam Permai
9. Jl Perbatasan Perum Vila Deli Baru

1. Jl Setia Budi dpn Pekong


2. Jl Sunda
3. Jl Bidan
4. Jl Puri
5. Jl Purwo
6. Perum. Jasika
7. Jl Antara perum Kodam
8. Jl Bakaran Batu Ujung Barat
Wil 10
9. Jl Bakaran Batu Ujung Timur
10. Jl Sedar
11. Jl Cempaka
12. Gg Bunda
13. Jl Sempurna
14. Jl Murni
15. Komp. BTN

1. Jl Pantai Labu < Babusalam Barat


2. Jl Pantai Labu < Babusalam Timur
3. Jl Pembangunan dpn Mesjid
4. Jl Ampera
5. Jl Karyawan
6. Jl Bakti
7. Jl Mesjid Ujung
Wil 11 8. Jl Sempurna
9. Jl Sedar
10. Gg Dame
11. Gg Rahayu
12. Gg Bahagia II
13. Jl Cokroaminoto
14. Jl Pelita
15. Jl Budiman
Sumber : PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang

Pada tabel 4.1 terlihat bahwa pembagian wilayah dengan alamat terbanyak

terdapat pada wilaya 10 dan 11, dan yang paling sedikit adalah wilayah 8.

Universitas Sumatera Utara


4.3.4 Jenis dan Jumlah Pelanggan

Berdasarkan jenis pelanggan, pelanggan PDAM dibagi menjadi dua bagian

besar yaitu pelanggan aktif dan pelanggan pasif. Pelanggan aktif adalah pelanggan

yang secara aktif menggunakan jasa PDAM Tirtanadi dalam memenuhi kebutuhan

air bersihnya. Sedangkan pelanggan pasif adalah pelanggan yang menggunakan jasa

PDAM Tirtanadi tetapi penggunaannya tidak setiap bulan melainkan tergantung dari

kebutuhan pelanggan tersebut, bahkan pada umumnya mereka juga memiliki sumber

air lain dalam memenuhi kebutuhan air bersihnya seperti sumur dalam dan sumur

artesis. Jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang Deli Serdang berdasarkan Data

Tekanan Air Perwilayah Cabang Deli Serdang Tahun 2011 adalah 8092 pelanggan.

4.4 Profil Kecamatan Lubuk Pakam

4.4.1 Letak dan Geografis

Kecamatan Lubuk Pakam merupakan daerah pantai dengan ketinggian 0-8

meter dari permukaan laut. Adapun batas-batas kecamatan ini, yaitu:

Sebelah utara : berbatasan dengan Kecamatan Beringin

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa

Sebelah selatan : berbatasan dengan kecamatan Pagar Merbau

Universitas Sumatera Utara


Gambar 4.1 Peta Kecamatan Lubuk Pakam

Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa kecamatan Lubuk Pakam luasnya ±

40,33 km2 (4033Ha), terdiri dari 13 desa/kelurahan (7 kelurahan dan 6 desa), serta

107 dusun. Luas wilayah dan penggunaannya dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2 Luas Wilayah (Km2) dan Penggunaan Lahan (Hektar) di Kecamatan
Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang
Luas Penggunaan (Hektar)
No Desa 2
(Km ) Darat Sawah Perkebunan Wakaf
1 L. Pakam Pekan 0.89 74 - - -
2 L. Pakam I/II 0.59 56 - - -
3 L. Pakam III 0.23 23 - - -
4 Cemara 1.01 95 5 - 1
5 Syahmad 0.62 59 2 - 1
6 Petapahan 2.57 55 200 - 2
7 Paluh Kemiri 1.87 48 138 - 0.3
8 Sekip 4.71 70 275 - 1
9 Bakaran Batu 3.65 195 195 - 1
10 Pagar Jati 2.97 169 186 - 1
11 Pasar Melintang 7.23 110 645 - 2
12 Pagar Merbau III 7.39 76 - 116 -
13 Tanjung Gabus I 6.63 623 260.12 401.38 1.50
Jumlah 40.33 1843.82 1646 517.38 25.80
Sumber: BPS Deli Serdang, 2007

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa penggunaan lahan terbesar untuk tanah

darat di Desa Tanjung Gabus, Bakaran Batu dan Pagar Jati, untuk tanah sawah

terbesar berturut-turut di Desa Pasar Melintang, Sekip, Tanjung Gabus, Petapahan,

Bakaran Batu dan Pagar Jati dan untuk tanah perkebunan terbesar berturut-turut di

Desa Tanjung Gabus dan Pagar Merbau III.

Daerah kecamatan Lubuk Pakam beriklim sedang yang terdiri dari musim

hujan dan musim kemarau, kedua musim ini dipengaruhi oleh kedua arah angin yang

terdiri dari angin laut dan angin gunung. Curahan hujan yang menonjol terjadi pada

bulan Maret, April, Juni s/d Desember, dan musim kemarau hanya pada bulan

Januari, Pebruari dan Mei.

4.4.2 Kependudukan

Berdasarkan data statistik maka jumlah penduduk pada Kecamatan Lubuk

Pakam adalah sebesar 92.579 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 45.668

jiwa dan perempuan sebesar 46.911 jiwa. Adapun luas desa/kelurahan, jumlah

penduduk dan kepadatan penduduk per km2 di Kecamatan Lubuk Pakam, seperti

terlihat pada tabel 4.3.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3 Luas Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk per
Km2 di Kecamatan Lubuk Pakam
Luas Jumlah Kepadatan
2
No Desa/Kelurahan (Km ) Penduduk (Km2)
1 Paluh Kemiri 1.45 2662 1836
2 Petapahan 1.99 2434 1223
3 Tanjung Garbus I 5.12 3831 748
4 Pagar Merbau III 5.72 4766 833
5 Syahmad 0.48 4235 8823
6 Lubuk Pakam III 0.18 5902 32789
7 Lubuk Pakam I/II 0.43 9525 22151
8 Lubuk Pakam Pekan 0.69 9032 13090
9 Bakaran Batu 2.82 9393 3331
10 Sekip 3.64 17663 4852
11 Cemara 0.78 8722 11182
12 Pasar Melintang 5.59 7160 1280
13 Pagar jati 2.3 7254 3154
Jumlah 31.19 92679 2968
Sumber: BPS Deli Serdang, 2007

Tabel 4.4 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan
Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang
Jumlah Jenis Kelamin Kepadatan
No Desa Luas Penduduk Penduduk
2
(Km ) (Jiwa) Laki-laki Perempuan (Jiwa)
(Jiwa) (Jiwa)
1 L.Pakam Pekan 0.89 7281 3607 3674 8180
2 L.Pakam I/II 0.56 8202 4072 4130 14646
3 L.Pakam III 0.23 5505 2745 2760 23934
4 Cemara 1.01 6693 3267 3426 6626
5 Syahmad 0.62 2830 1241 1589 4564
6 Petapahan 2.57 1719 826 893 668
7 Paluh Kemiri 1.87 1843 892 951 985
8 Sekip 4.71 12236 6191 6045 2597
9 Bakaran Batu 3.65 4931 2432 2499 1350
10 Pagar Jati 2.97 4881 2298 2583 1643
11 Pasar Melintang 7.23 3958 1628 2330 547
12 Pagar Merbau III 7.39 2599 1329 1270 352
13 Tanjung Garbus I 6.63 2746 1295 1415 414
Jumlah 40.33 65424 11829 33565 6606
Sumber: BPS Deli Serdang, 2007

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 4.3 dan 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk

terbesar berturut-turut ada di Desa Sekip, Lubuk Pakam I/II, Lubuk Pakam Pekan,

Cemara, Bakaran Batu dan Pagar Jati, untuk jumlah penduduk menurut jenis kelamin

laki-laki dan perempuan terbesar berturut-turut ada di Desa Sekip, Lubuk Pakam I/II

dan Lubuk Pakam Pekan, sedangkan tingkat kepadatan penduduk terbesar berturut-

turut ada di Desa Lubuk Pakam III, Lubuk Pakam I/II dan Lubuk Pakam Pekan.

4.4.3 Mata Pencaharian

Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian pada wilayah kecamatan

Lubuk Pakam adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5 Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten


Deli Serdang
No Desa/Kelurahan Mata Pencaharian
PNS ABRI Karyawan Petani Pedagang lainnya
1 Lubuk Pakam Pkn 100 24 1330 28 705 502
2 Lubuk Pakam I-II 194 4 407 37 178 858
3 Lubuk Pakam III 212 5 335 117 294 513
4 Syahmad 52 5 370 31 67 467
5 Petapahan 38 2 83 496 54 68
6 Paluh Kemiri 17 3 175 236 38 87
7 Sekip 218 14 1363 1912 381 619
8 Bakaran Batu 85 6 314 415 115 493
9 Pagar Merbau III 194 26 471 11 57 72
10 Tanjung Garbus I 72 3 360 110 44 223
11 Cemara 135 11 456 116 266 328
12 Pasar Melintang 177 11 198 807 43 184
13 Pagar Jati 182 6 165 1362 88 94
Jumlah 2723 201 10779 8955 3997 8082
Sumber: BPS Deli Serdang, 2007

Universitas Sumatera Utara


Pada tabel 4.5 terlihat bahwa distribusi mata pencaharian penduduk yang

berada pada Kecamatan Lubuk Pakam yang terbesar adalah sebagai karyawan,

diikuti oleh pekerjaan lainnya. Pekerjaan lainnya yang dimaksud disini adalah

pekerjaan yang tidak tetap atau serabutan.

4.4.4 Skala Industri

Skala industri dibagi atas industri berskala besar, sedang, kecil dan kerajinan

yang berada di 13 Desa di Kecamatan Lubuk Pakam yang dirinci menurut Tabel

berikut:

Tabel 4.6 Skala Industri Penduduk di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli
Serdang
Luas Jumlah Industri
No Kecamatan Wilayah
(Km2)
Besar Sedang Kecil Kerajinan
1 L.Pakam Pekan 0.89 2 3 20 10
2 L.Pakam I/II 0.56 0 1 6 11
3 L.Pakam III 0.23 0 0 1 6
4 Cemara 1.01 0 0 7 6
5 Syahmad 0.62 0 0 0 4
6 Petapahan 2.57 1 0 0 7
7 Paluh Kemiri 1.87 0 0 1 3
8 Sekip 4.71 0 3 16 20
9 Bakaran Batu 3.65 0 0 7 18
10 Pagar Jati 2.97 0 0 1 7
11 Pasar Melintang 7.23 0 0 0 6
12 Pagar Merbau III 7.39 0 0 0 3
13 Tanjung Garbus I 6.63 0 0 1 6
Jumlah 40.33 3 7 60 107
Sumber: BPS Deli Serdang, 2007

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dijelaskan bahwa skala industri besar ada

di Desa Lubuk Pakam Pekan, untuk industri skala sedang ada di Desa Sekip dan

Lubuk Pakam Pekan. Untuk industri berskala kecil ada di Desa Lubuk Pakam Pekan

dan Sekip, sedangkan industri kerajinan banyak terdapat di Desa Sekip, Bakaran

Batu dan Pagar jati.

Untuk penyerapan tenaga kerja di industri berskala besar, sedang, kecil dan

kerajinan dapat dilihat Tabel berikut:

Tabel 4.7 Tenaga Kerja Skala Industri di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten
Deli Serdang
Luas Jumlah Tenaga Kerja Dalam Industri
Wilayah
No Kecamatan (Km2) Besar Sedang Kecil Kerajinan
1 L.Pakam Pekan 0.89 236 136 151 36
2 L.Pakam I/II 0.56 0 23 46 39
3 L.Pakam III 0.23 0 0 6 17
4 Cemara 1.01 0 0 51 25
5 Syahmad 0.62 0 0 0 15
6 Petapahan 2.57 134 0 0 28
7 Paluh Kemiri 1.87 0 0 14 10
8 Sekip 4.71 0 73 126 48
9 Bakaran Batu 3.65 0 0 62 56
10 Pagar Jati 2.95 0 0 5 18
11 Pasar Melintang 7.23 0 0 0 20
12 Pagar Merbau III 7.39 0 0 0 7
13 Tanjung Garbus I 6.63 0 0 11 16
Jumlah 40.33 370 232 472 353
Sumber: BPS Deli Serdang, 2007

Dari tabel 4.7 di atas dapat dijelaskan bahwa untuk jenis industri kerajinan

terbanyak menyerap tenaga kerja di Desa Pagar Jati, Kecamatan Lubuk Pakam,

Kabupaten Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


4.4.5 Sarana Perhubungan

Sarana perhubungan dalam hal ini terdiri dari sarana jalan dan jenis

kendaraan. Sarana jalan terdiri dari jalan aspal, jalan kerikil dan jalan tanah,

sedangkan jenis kendaraan terdiri dari kendaraan mobil penumpang umum, mobil

bus pribadi dan gerobak.

Tabel 4.8 Sarana Jalan di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang

Luas Jumlah Jalan per Km2


No Desa
(Km2) Aspal Kerikil Tanah
1 L.Pakam Pekan 0.89 9.5 0.5 0
2 L.Pakam I/II 0.56 13.5 0 0
3 L.Pakam III 0.23 12 0 0
4 Cemara 1.01 4.40 0.5 0.5
5 Syahmad 0.62 3 0.5 0.5
6 Petapahan 2.57 5.50 0 3
7 Paluh Kemiri 1.87 3 0 1
8 Sekip 4.71 12.5 4 13
9 Bakaran Batu 3.65 13 0 1
10 Pagar Jati 2.97 4.10 1.5 2.10
11 Pasar Melintang 7.23 6.50 0.5 1
12 Pagar Merbau III 7.39 6.38 0 1.14
13 Tanjung Garbus I 6.63 8.50 0 2.70
Jumlah 40.33 101.88 7.50 25.94
Sumber: BPS Deli Serdang, 2007

Pada tabel 4.8 terlihat bahwa sarana jalan terbesar adalah jalan aspal dan jalan

tanah, dimana desa terbesar memiliki jalan aspal adalah Sekip dan Tanjung Gabus

untuk jaln aspal, sedangkan untuk jalan tanah terbesar di Desa Sekip dan Tanjung

Gabus.

Universitas Sumatera Utara


Untuk jenis kendaraan terbesar di Kecamatan Lubuk Pakam adalah Bis

Pribadi dan Gerobak.

Tabel 4.9 Jenis Kendaraan Angkutan di Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli
Serdang
Luas Jumlah Unit Mobil
No Desa 2
(Km ) Penumpang Bus Pribadi Gerobak
1 L.Pakam Pekan 0.89 0 128 60
2 L.Pakam I/II 0.56 0 81 54
3 L.Pakam III 0.23 14 45 7
4 Cemara 1.01 16 21 38
5 Syahmad 0.62 0 9 15
6 Petapahan 2.57 0 6 0
7 Paluh Kemiri 1.87 0 4 0
8 Sekip 4.71 0 32 20
9 Bakaran Batu 3.65 0 18 2
10 Pagar Jati 2.97 0 12 2
11 Pasar Melintang 7.23 0 6 1
12 Pagar Merbau III 7.39 0 12 1
13 Tanjung Garbus I 6.63 0 8 1
Jumlah 40.33 30 382 201
Sumber: BPS Deli Serdang, 2007

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dijelaskan bahwa untuk mobil Bus

Penumpang Umum terbanyak ada di Desa Cemara dan Lubuk Pakam III, untuk

mobil Bus Pribadi terbanyak ada di Desa Lubuk Pakam Pekan, Lubuk Pakam I/II dan

Lubuk Pakam III.

4.4.6 Kesejahteraan Penduduk Berdasarkan Type Bangunan Perumahan

Kesejahteraan penduduk berdasarkan type bangunan perumahan dalam hal ini

terdiri dari bangunan rumah penduduk baik yang permanen, semi permanen dan

terendah type bangunan rumah darurat yang terbuat dari kayu dan beratap daun nipah

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.10 Bangunan Rumah Penduduk Menurut Type dan Jenis Perumahan di
Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang
Jumlah per Unit Type Rumah
No Desa
Permanen Semi Permanen Darurat
1 L.Pakam Pekan 831 512 91
2 L.Pakam I/II 948 260 64
3 L.Pakam III 386 390 173
4 Cemara 512 616 159
5 Syahmad 120 163 184
6 Petapahan 56 224 38
7 Paluh Kemiri 78 116 140
8 Sekip 782 1201 504
9 Bakaran Batu 392 332 106
10 Pagar Jati 428 422 81
11 Pasar Melintang 283 408 80
12 Pagar Merbau III 432 224 16
13 Tanjung Garbus I 204 231 26
Jumlah 5452 5099 1662
Sumber: BPS Deli Serdang, 2007

Type perumahan pada tabel 4.10 di atas dapat dijelaskan bahwa untuk

klassifikasi/type perumahan tiap desa di Kecamatan Lubuk Pakam terbanyak untuk

rumah permanen ada di Desa Lubuk Pakam Pekan dan Lubuk Pakam I/II, untuk type

perumahan semi permanen terbanyak di Desa Cemara dan Lubuk Pakam Pekan, serta

untuk klassifikasi type perumahan darurat terbanyak ada di Desa Sekip dan

Syahmad.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Menghitung Jumlah Pelanggan

Pendistribusian air bersih di kota Lubuk Pakam dibagi menjadi sebelas

wilayah, mulai dari wilayah 01 hingga wilayah 11. Pembagian wilayah dan jumlah

pelanggan akan diperlihatkan pada tabel berikut:

Tabel 5.1 Pembagian Wilayah dan Jumlah Pelanggan PDAM Tirtanadi Cabang
Deli Serdang
Wilayah Alamat Jumlah pelanggan
1. Jl Komp.Pemda/dpn Pendopo
2. Jl Tg Garbus/dpn Mesjid
3. Jl Industri ujung
4. Jl Pendidikan
Wil 01 5. Jl Medan Dpn Terminal utara 759
6. Jl Medan Dpn Terminal selatan
7. Jl Medan balai benid utara
8. Jl Medan balai benid selatan

1. Jl Tg Morawa/PNS
2. Jl Sunggal/PNS
3. Jl Keramat/titi 1
4. Jl Katu/titi
Wil 02 829
5. Jl Tape samping titi
6. Jl Tempe dpn rumah Manik
7. Jl Sei Tuan < Martabe

1. Jl Siantar/Warung Seri
2. Jl Siantar Gg kuburan
3. Jl Pasar Melintang ujung
Wil 03 4. Perum. Jati Permai Blok C 986
5. Jl Kp Kristen
6. Jl Tomuan
7. Jl Bersama

Universitas Sumatera Utara


1. Jl Galang titi I
2. Jl.STM dpn Kantor PDAM
3. Jl Galang dpn Kodim
4. Jl Mangga/Perum BSP
Wil 04 773
5. Jl Durian II BSP
6. Jl Jeruk II ujung BSP
7. Jl Manggis I

1. Jl Thamrin dpn koramil


2. Jl A.Yani/rumah suyanto
3. Asrama Polisi
4. Jl Sudirman dpn Pengadilan
Wil 05 637
5. Jl Pancasila
6. Gg Malinda
7. Jl Thamrin Gg Saudara

1. Jl Diponegoro dpn utara


2. Jl Diponegoro dpn selatan
3. Jl Sutomo utara
4. Jl Sutomo selatan
Wil 06 544
5. Jl Wahidin
6. Jl Hasanudin CPP Delimas
7. Jl Hasanudin dpn rumah pak bed

1. Jl Dahlan dpn sekolah


Muhamadiyah
2. Jl Dahlan dpn kuburan
3. Jl Pendidikan
4. Jl Cipto < supratman
Wil 07 417
5. Jl Cipto < Cokro
6. Jl Serdang < Cokro
7. Jl Cikditiro < Patimura
8. Jl Cikditiro dpn sekolah Nusantara

1. Jl Kartini dpn rumah Sabarudin


Utara
Wil 08 2. Jl Kartini dpn rumah Sabarudin 549
selatan
3. Jl Agusalim < Gg Bersama

Universitas Sumatera Utara


4. Jl Agusalim < Rakyat
5. Jl Kartini gg Kantor
6. Jl Agusalim < kartini

1. Jl Imam Bonjol Timur


2. Jl Imam Bonjol Barat
3. Jl TR Muda depan SMK Pemda
4. Jl TR Muda Pajak
5. Jl Fahrudin < Hasanudin
Wil 09 678
6. Jl Fahrudin < Sutomo
7. Jl Fahrudin < Cokro
8. Jl Perbatasan Perum. Pakam Permai
9. Jl Perbatasan Perum Vila Deli Baru

1. Jl Setia Budi dpn Pekong


2. Jl Sunda
3. Jl Bidan
4. Jl Puri
5. Jl Purwo
6. Perum. Jasika
7. Jl Antara perum Kodam
8. Jl Bakaran Batu Ujung Barat
Wil 10 991
9. Jl Bakaran Batu Ujung Timur
10. Jl Sedar
11. Jl Cempaka
12. Gg Bunda
13. Jl Sempurna
14. Jl Murni
15. Komp. BTN

1. Jl Pantai Labu < Babusalam Barat


2. Jl Pantai Labu < Babusalam Timur
3. Jl Pembangunan dpn Mesjid
4. Jl Ampera
Wil 11 5. Jl Karyawan 929
6. Jl Bakti
7. Jl Mesjid Ujung
8. Jl Sempurna
9. Jl Sedar

Universitas Sumatera Utara


10. Gg Dame
11. Gg Rahayu
12. Gg Bahagia II
13. Jl Cokroaminoto
14. Jl Pelita
15. Jl Budiman
Sumber : PDAM Cabang Deli Serdang

Berdasarkan tabel 5.1 di atas maka total jumlah pelanggan = 759 + 829 + 986 + 773

+ 637 + 544 + 417 + 549 + 678 + 991 + 929 = 8092 pelanggan

5.2 Menghitung Pemakaian Air Pelanggan

Tabel 5.2 Pemakaian Air Per wilayah

Wilayah Pemakaian air (m3/bulan)


1 25639
2 17739
3 21426
4 16896
5 22277
6 13198
7 9808
8 14127
9 17894
10 23504
11 25791
Sumber : PDAM Cabang Deli Serdang

Berdasarkan tabel di atas maka total penggunaan air = 25639 + 17739 + 21426 +

16896 + 22277 + 13198 + 9808 + 14127 + 17894 + 23504 + 25791 = 208299

m3/bulan.

Universitas Sumatera Utara


Rata-rata pemakaian pelanggan/bulan = total penggunaan air/jumlah pelanggan

= 208299 m3/bulan / 8092 pelanggan

= 25.741 m3/bulan/pelanggan.

Pemakaian rata-rata (l/detik) = (25.741x1000) / (3600x24x30)

= 0.0099 liter/detik/pelanggan

Berdasarkan data PUMP OPERATION DATA OF WTP SEI ULAR-LUBUK

PAKAM, didapat bahwa air yang dikeluarkan pada tanggal 1 juni 2011 sebesar

8621766 m3 dan diakhir bulan pada tanggal 30 juni 2011 sebesar 8886017 m3, maka

produksi air yang dikeluarkan adalah 8886017 m3 - 8621766 m3 = 264251 m3/bulan.

Besarnya kehilangan air dapat dihitung dengan mengurangkan produksi air dengan

total pemakaian air/bulan, maka losses(m3) = 264251 m3/bulan - 208299 m3/bulan =

55925 m3/bulan.

Persentase kehilangan (%) =

= 21.164 %

Kehilangan air per pelanggan (liter/detik/pelanggan)

= 0.0027 liter/detik/pelanggan

Universitas Sumatera Utara


Maka total pemakaian air per pelanggan

= Pemakaian + Kehilangan

= 0.0099 liter/detik/pelanggan + 0.0027 liter/detik/pelanggan

= 0.0126 liter/detik/pelanggan

= 0.045 m3/jam/pelanggan

Setelah didapat pemakaian air per pelanggan maka perhitungan dapat dilanjutkan

dengan menggunakan program ALEID X 2004.

5.3 Pemodelan Jaringan Dengan ALEID X 2004

Input data yang benar dan data yang sesuai akan memberikan laporan tentang

sistem yang berjalan. Laporan dapat diminta sesuai kebutuhan atau membuat

laporan dengan full report. Laporan full report memberikan laporan dalam bentuk

matriks kolom dan baris. Laporan ini dapat dibuka dalam aplikasi Microsoft Word.

Laporan Full Report memberikan laporan secara mendetail untuk output perhitungan

pada setiap jam pada simulasi, setiap links (pemipaan) berupa data panjang,

diameter, titik awal dan akhir pipa, arah aliran pada pipa, debit yang mengalir,

kecepatan pada pipa, kekasaran permukaan pipa, headloss, garis kemiringan energi.

Report pada setiap nodes (titik pelayanan atau sambungan) berupa data nama

titik, tekanan di atas permukaan tanah, tekanan di atas muka air laut, tinggi

permukaan tanah, koordinat titik dan total konsumsi yang dibutuhkan. Report lain

dari software ALEID X 2004 dapat juga berupa grafik dan tabel untuk data tertentu

Universitas Sumatera Utara


pada setiap junction atau nodes yang diinginkan, misalnya : laporan tekanan, pola

konsumsi dan produksi dan sebagainya.

Pembuatan model jaringan distribusi dibantu oleh program Autocad 2007.

Skema jaringan dalam Autocad membantu untuk menentukan panjang pipa, node,

koordinat, dan batas wilayah. Langkah-langkah dalam pembuatan model jaringan

dengan ALEID X 2004 adalah sebagai berikut :

1. Buka skema jaringan pemipaan pada program Autocad 2007.

Gambar 5.1 Skema Jaringan Pipa Dalam Bentuk Autocad

Pada gambar 5.1 terlihat bahwa skema jaringan pipa masih dalam bentuk

autocad, reservoir terletak di dekat sungai ular, pembagian wilayah distribusi

sebanyak 11 wilayah dan pipa yang diperlihatkan merupakan pipa utama

(primer).

Universitas Sumatera Utara


2. Pilih jaringan utama pemipaan, tentukan panjang pipa, diameter, batas

wilayah dan node.

Gambar 5.2 Skema Jaringan Pipa Utama Dalam Bentuk Autocad

Gambar 5.2 menunjukkan bahwa pipa yang akan di analisa merupakan pipa

utama dengan diameter 12’’ (inchi), 10’’ (inchi), 8’’ (inchi) yang berwarna

merah dan 6’’ (inchi) yang berwarna biru.

3. Buka Program ALEID X 2004 dan gambarkan reservoir, node dan panjang

pipa. Pada gambar 5.3 dapat dilihat bahwa skema jaringan yang semula

berbentuk autocad, digambar kembali dengan software ALEID X 2004,

dengan mengedit propertis pada pompa, pipa, valve dan node. Kemudian

membuatnya menjadi satu kesatuan sehingga membentuk sistem jaringan

pemipaan.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.3 Skema Jaringan Pipa Utama Dalam Bentuk Aleid

Input data disesuaikan dengan data yang ada pada peta jaringan. Input data meliputi :

1. Junctions

2. Reservoirs

3. Pipes

4. Patterns

5. Pumps

6. Curves

Setiap input data memiliki permintaan terhadap input data yang berbeda-

beda. Pada setiap titik input biasanya ada 4 hingga 6 input data yang perlu

dimasukkan, sesuai dengan tingkat ketelitian yang diinginkan. Setelah semua input

data selesai digambarkan, maka bentuk umum jaringan distribusi air di Kota Lubuk

Pakam pada software ALEID X 2004 akan dapat dilihat sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara


Total input data pada jaringan ini adalah sebagai berikut :

Number of Juntions : 80

Number of Reservoirs :1

Number of Pipes : 88

Number of Pumps :4

Number of Valves : 17

Flow Units : m3/s

Untuk setiap data properties, memerlukan pengisian data input properties

yang harus diisikan secara mengetik langsung satu persatu. Sebenarnya, dalam input

data tergantung dari keputusan pembuat model, jumlah input data properties dapat

ditekan berupa input data properties data minimal. Akan tetapi, hasil simulasi

menjadi tidak begitu baik. Semakin banyak input data properties yang diisikan,

semakin baik pula hasil simulasi yang didapatkan.

5.4 Analisa Data Masukan

5.4.1 Penentuan Faktor Pengali per Jam

Berdasarkan data survey pada PUMP OPERATION DATA OF WTP SEI

ULAR-LUBUK PAKAM Juni 2011, diambil data total pemakaian air selama 24 jam

selama seminggu. Dimulai dari Senin, 6 juni 2011 hingga Minggu, 12 juni 2011.

Adapun data tersebut dapat dilihat pada tabel 5.3 sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.3 Total Pemakaian Air Per Jam

Hari
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
06/06/ 07/06/ 08/06/ 09/06/ 10/06/ 11/06/ 12/06/
20 11 2011 2011 2011 2011 2011 2011
Pukul Total Pemakaian Air Pada Rekening Air (m3)
07.00 8666319 8675050 8683883 8692740 8701455 8710384 8719278
08.00 8666715 8675626 8684264 8693140 8701946 8710776 8719712
09.00 8667184 8676073 8684734 8693570 8702352 8711238 8720068
10.00 8667578 8676510 8685204 8693990 8702759 8711662 8720519
11.00 8668052 8676928 8685592 8694394 8703200 8712088 8720968
12.00 8668479 8677308 8686030 8694796 8703614 8712490 8721353
13.00 8668842 8677688 8686406 8695214 8704026 8712901 8721764
14.00 8669250 8678080 8686794 8695538 8704368 8713300 8722176
15.00 8669635 8678472 8687104 8695924 8704783 8713698 8722587
16.00 8670052 8678814 8687528 8696400 8705169 8714064 8722988
17.00 8670436 8679249 8687953 8696830 8705578 8714478 8723418
18.00 8670837 8679658 8688379 8697260 8706022 8714904 8723864
19.00 8671292 8680070 8688798 8697690 8706500 8715327 8724291
20.00 8671706 8680518 8689280 8698088 8706868 8715812 8724706
21.00 8671981 8680819 8689563 8698371 8707140 8716068 8724971
22.00 8672266 8681090 8689846 8698654 8707405 8716398 8725256
23.00 8672539 8681345 8690127 8698937 8707623 8716670 8725517
24.00 8672848 8681546 8690369 8699219 8707992 8716922 8725798
01.00 8673134 8681772 8690658 8699494 8708264 8717236 8726078
02.00 8673412 8682061 8690900 8699766 8708536 8717550 8726357
03.00 8673694 8682346 8691178 8700036 8708815 8717839 8726634
04.00 8674016 8682629 8691389 8700240 8709086 8718119 8726901
05.00 8674321 8683040 8691788 8700646 8709509 8718454 8727299
06.00 8674686 8683468 8692287 8701034 8710012 8718854 8727696
07.00 8675090 8683883 8692740 8701455 8710884 8719278 8728096

Pada tabel 5.3 terlihat bahwa pemakaian air terbanyak pada hari minggu pukul

07.00 WIB. Dari data tersebut hitung selisih pemakaian perjam selama 24 jam,

kemudian dibuat dalam satu tabel. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.4

sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.4 Selisih Pemakaian Air Per Jam Selama 24 Jam

Hari
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
06/06/ 07/06/ 08/06/ 09/06/ 10/06/ 11/06/ 12/06/
2011 2011 2011 2011 2011 2011 2011
Pukul Selisih Pemakaian Air (m3)
07.00-
08.00 396 576 381 400 491 392 434
08.00-
09.00 469 447 470 430 406 462 356
09.00-
10.00 394 437 470 420 407 424 451
10.00-
11.00 474 418 388 404 441 426 449
11.00-
12.00 427 380 438 402 414 402 385
12.00-
13.00 363 380 376 418 412 411 411
13.00-
14.00 408 392 388 324 342 399 412
14.00-
15.00 385 392 310 386 415 398 411
15.00-
16.00 417 342 424 476 386 366 401
16.00-
17.00 384 435 425 430 409 414 430
17.00-
18.00 401 409 426 430 444 426 446
18.00-
19.00 455 412 419 430 478 423 427
19.00-
20.00 414 448 482 398 368 485 415
20.00-
21.00 275 301 283 283 272 256 265
21.00-
22.00 285 271 283 283 265 330 285
22.00-
23.00 273 255 281 283 218 272 261
23.00-
24.00 309 201 242 282 369 252 281
24.00-
01.00 286 226 289 275 272 314 280
01.00-
02.00 278 289 242 272 272 314 279
02.00-
03.00 282 285 278 270 279 289 277

Universitas Sumatera Utara


03.00-
04.00 322 283 211 204 271 280 267
04.00-
05.00 305 411 399 406 423 335 398
05.00-
06.00 365 428 499 388 503 400 397
06.00-
07.00 404 415 453 421 872 424 400
Rata-
rata/hari 365 368 369 363 393 371 367
Rata-
rata
371
total/hari

Pada tabel 5.4 terlihat bahwa selisih pemakaian air terbesar terjadi pada selang

waktu 06.00-07.00 WIB di hari jumat. Dari tabel 5.4 ini kemudian buat perhitungan

rata-rata/jam, dengan menjumlahkan seluruh selisih pada jam tertentu dan

membaginya selama tujuh hari. Setelah itu hitung faktor pengali dengan membagi

rata-rata/jam dengan rata-rata/minggu. Adapun hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.5

berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.5 Nilai Faktor Pengali Selama 24 Jam

Pukul Rata-rata/jam Rata-rata total/hari Faktor Pengali


WIB A B A/B
08.00 439 371 1,18
09.00 434 371 1,17
10.00 429 371 1,16
11.00 429 371 1,16
12.00 407 371 1,10
13.00 396 371 1,07
14.00 381 371 1,03
15.00 385 371 1,04
16.00 402 371 1,08
17.00 418 371 1,13
18.00 426 371 1,15
19.00 435 371 1,17
20.00 430 371 1,16
21.00 276 371 0,75
22.00 286 371 0,77
23.00 263 371 0,71
24.00 277 371 0,75
01.00 277 371 0,75
02.00 278 371 0,75
03.00 280 371 0,75
04.00 263 371 0,71
05.00 382 371 1,03
06.00 426 371 1,15
07.00 484 371 1,30
Jumlah 24

Dari tabel 5.5 terlihat bahwa pola konsumsi ini bervariasi terhadap pola

waktu konsumsi selama 24 jam. Untuk tiap jam factor pengalinya bervariasi

berdasarkan tingkat pemakaian airnya selama 24 jam. Dari tabel terlihat bahwa jam

penggunaan puncak terjadi pada jam ke 7 (pukul 07:00 WIB).

Universitas Sumatera Utara


5.4.2 Penentuan Faktor Pengali per Hari

Dengan cara yang sama dapat dicari faktor pengali per hari. Adapun hasil

perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.6 Nilai Faktor Pengali Selama Seminggu

Rata-rata/hari
Minggu ke Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
1 358 368 369 372 375 369 372
2 365 368 369 363 393 371 367
3 362 368 369 368 384 370 370
4 362 368 369 368 384 370 370
Rata-rata 362 368 369 368 384 370 370
total/hari
Rata-rata 370 370 370 370 370 370 370
total/minggu
Faktor 0,98 1,00 1,00 0,99 1,04 1,00 1,00
Pengali/hari

Pada tabel 5.6 terlihat bahwa nilai faktor pengali terbesar terdapat di hari jumat

dan yang terkecil terdapat dihari senin.

Gambar 5.4 Memasukkan Nilai Faktor Pengali Per Jam

Universitas Sumatera Utara


Pada gambar 5.4 angka faktor pengali/jam dimasukkan ke dalam demand

patern mulai dari 00.00-23.00 WIB, sehingga membentuk grafik hubungan antara

faktor pengali/jam dan waktu.

Gambar 5.5 Memasukkan Nilai Faktor Pengali Per Hari

Sama seperti gambar 5.4, pada gambar 5.5 dimasukkan nilai faktor

pengali/hari, sehingga membentuk grafik hubungan antara faktor pengali/hari dengan

waktu.

Universitas Sumatera Utara


5.4.3 Pipa

Gambar 5.6 Pipa PVC 6’’ (inchi)

Gambar 5.6 memperlihatkan pipa PVC 6’’ (inchi) yang digunakan dalam

penyaluran air bersih. Adapun pipa yang digunakan pada jaringan utama distribusi

air bervariasi mulai dari diameter 6’’(inchi), 8’’(inchi), 10’’(inchi) dan 12’’(inchi).

Jumlah pipa yang digunakan adalah 114 buah dengan panjang minimum adalah 8

meter dan panjang maksimum 1900 m.

Data pipa dapat dimasukkan dengan mengklik edit pada toolbar Aleid

kemudian pilih pipes dan klik edit. Data yang dapat dimasukkan berupa panjang

pipa, diameter pipa, dan kekasaran dinding pipa. Data-data pipa dimasukkan terus

menerus mulai pipa pertama hingga terakhir. Sebelum memulai dengan pipa

selanjutnya harus dibuat junction (sambungan) diantara kedua pipa tersebut.

Universitas Sumatera Utara


5.4.4 Katup

Gambar 5.7 Gate Valve (Diameter 250 mm)

Pada gambar 5.7, gate valve mempunyai diameter 250 mm yang terletak

diawal pipa distribusi utama. Adapun katup (valve) yang digunakan pada skema

jaringan pipa berjumlah 13 buah. Data yang dimasukkan berupa nama, diameter,

panjang dan kekasaran dinding katup. Diameter minimum yang digunakan adalah 38

mm dan diameter maksimumnya 250 mm.

Penentuan diameter ini tergantung pada berapa kali katup ini diputar, misal

pipa sebelum katup berdiameter 200 mm dan katup penuh dibuka pada putaran ke

12, sedangkan kita hanya membutuhkan 6 kali putaran, maka pada keterangan data

dibuat 6/12 dari 200 mm, maka diameter katup didapat 100 mm. Untuk memasukkan

data katup klik edit pada toolbar, pilih pipes modification menu, dan klik edit untuk

memasukkan data yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


5.4.5 Pompa

Gambar 5.8 Pompa Distribusi

Gambar 5.8 memperlihatkan empat buah pompa yang digunakan pada sistem

jaringan pipa. Data yang dimasukkan pada pompa adalah nama dan karakteristik

pompa. Karakteristik pompa dibuat hingga membentuk kurva karakteristik pompa

tersebut. Pompa tidak akan bekerja diluar kurva karakteristik tersebut. Berdasarkan

data PUMP OPERATION DATA OF WTP SEI ULAR tekanan yang dikeluarkan

pompa bervariasi berdasarkan jam pemakaian, mulai 24 kg/cm2 hingga 58 kg/cm2.

Untuk memasukkan data pompa klik gambar pompa pilih edit dan masukkan data-

data yang diperlukan.

Universitas Sumatera Utara


5.4.6 Reservoir

Gambar 5.9 Reservoir

Pada gambar 5.9 diperlihatkan bahwa air yang akan dialirkan ditampung di

dalam reservoir. Untuk memasukkan data reservoir klik pada gambar reservoir

kemudian klik edit dan masukkan data elevasi, dan volume hingga membentuk kurva

hubungan antara elevasi dan volume. Tinggi reservoir adalah 1,8 m dan volumenya

sebesar 1860 m3. Data-data lain seperti nama dan koordinat titik reservoir juga

dimasukkan.

5.5 Memasukkan Kebutuhan Air per Node

Setelah semua input data dimasukkan, langkah selanjutnya adalah

memasukkan nilai kebutuhan air per node, jumlah tiap node mewakili suatu wilayah

tertentu. Lubuk pakam terdiri dari sebelas wilayah dengan jumlah pelanggan yang

berbeda-beda. Misal : untuk wilayah empat pada ALEID terdapat jumlah node

sebanyak 14 buah, maka jumlah pelanggan pada wilayah empat dikali kebutuhan air

Universitas Sumatera Utara


per pelanggan dibagi sebanyak 14 node. Sehingga masing-masing node mewakili

kebutuhan air pada daerah tersebut.

Gambar 5.10 Peta Wilayah 4

Gambar 5.10 merupakan skema wilayah 4 dalam bentuk Autocad yang akan

di gambar kembali ke dalam bentuk ALEID X 2004.

Gambar 5.11 Peta Wilayah 4 Dalam Bentuk ALEID X 2004

Universitas Sumatera Utara


Pada gambar 5.11 terlihat bahwa skema wilayah 4 sudah dalam bentuk

ALEID X 2004, dengan jumlah node adalah 14 buah dan Jumlah kebutuhan air per

node adalah 2,48 m3/jam. Adapun nilai kebutuhan wilayah-wilayah lainnya adalah

sebagai berikut:

 Wilayah satu, terdiri atas 759 pelanggan, jumlah node 13, terdiri dari node

36, 75, 62, 59, 60, 58, 56, 57, 37, 38, 39, 17, 61. Jumlah kebutuhan air per

node adalah 2,63 m3/jam

 Wilayah dua, terdiri atas 829 pelanggan, jumlah node 4, terdiri dari node 40,

42, 55, 54. Jumlah kebutuhan air per node adalah 9,326 m3/jam

 Wilayah tiga, terdiri atas 986 pelanggan, jumlah node 12, terdiri dari node 1,

2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 16. Jumlah kebutuhan air per node adalah 3,698

m3/jam

 Wilayah empat, terdiri atas 773 pelanggan, jumlah node 14, terdiri dari node

44,48, 49, 34, 35, 41, 43, 45, 50, 47, 46, 51, 52, 53. Jumlah kebutuhan air per

node adalah 2,48 m3/jam

 Wilayah lima, terdiri atas 637 pelanggan, jumlah node 12, terdiri dari node

63, 71, 72, 73, 74, 64, 65, 66, 70, 67, 68, 69. Jumlah kebutuhan air per node

adalah 2,4 m3/jam

 Wilayah enam, terdiri atas 544 pelanggan, jumlah node 3, terdiri dari node

27, 33, 32. Jumlah kebutuhan air per node adalah 8,16 m3/jam

 Wilayah tujuh, terdiri atas 417 pelanggan, jumlah node 1, terdiri dari node 26.

Jumlah kebutuhan air per node adalah 18,8 m3/jam

Universitas Sumatera Utara


 Wilayah delapan, terdiri atas 549 pelanggan, jumlah node 4, terdiri dari node

28, 29, 30, 31. Jumlah kebutuhan air per node adalah 6,17 m3/jam

 Wilayah sembilan, terdiri atas 678 pelanggan, jumlah node 2, terdiri dari

node 18, 21. Jumlah kebutuhan air per node adalah 15,255 m3/jam

 Wilayah sepuluh, terdiri atas 991 pelanggan, jumlah node 4, terdiri dari node

22, 23, 24, 25. Jumlah kebutuhan air per node adalah 11,15m3/jam

 Wilayah sebelas, terdiri atas 929 pelanggan, jumlah node 6, terdiri dari node

12, 13, 14, 15, 19, 20. Jumlah kebutuhan air per node adalah 6,97 m3/jam

5.6 Hasil Pemodelan ALEID X 2004

Hasil pemodelan ALEID X 2004 berupa skema jaringan dengan nilai

tekanan, kecepatan, debit rata-rata, arah aliran, panjang pipa, diameter pipa,

kekasaran dinding pipa dan garis kemiringan hidraulik. Selain itu hasil keluaran

dapat dibuat kedalam bentuk tabel dan grafik untuk masing-masing pipa dan node

pada jam-jam tertentu.

5.6.1 Hasil Pemodelan ALEID X 2004 (Eksisting)

Untuk mengevaluasi sistem jaringan pemipaan maka terlebih dahulu harus

diketahui skema jaringan pemipaan yang akan diteliti dalam bentuk eksisting.

Adapun hasil pemodelan skema jaringan pemipaan dalam bentuk ALEID X 2004

adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.12 Nilai Tekanan Pada Skema Jaringan Pemipaan (Eksisting)

Pada gambar 5.12 skema jaringan tersebut terlihat bahwa pada jam puncak

tekanan untuk node 19 bernilai -0,16, yang berarti air tidak sampai pada daerah

tersebut. Karena terdapat nilai tekanan yang sangat kecil, maka akan dilakukan

evaluasi dengan mengubah skema jaringan pemipaan agar nilai tekanan mencukupi

dan konsumen yang berada di ujung pelayanan mendapatkan cukup air.

Dalam mengubah skema jaringan pemipaan dilakukan penambahan pipa atau

perubahan bentuk aliran. Dilakukan beberapa percobaan agar nilai tekanan tidak

bernilai negatif, karena tekanan dengan nilai negatif tidak diijinkan dalam penyaluran

air. Nilai negatif berarti air tidak mengalir dan tidak sampai di ujung pelayanan.

Universitas Sumatera Utara


5.6.2 Hasil Pemodelan ALEID X 2004 (Evaluasi)

Setelah dilakukan beberapa percobaan maka didapat nilai tekanan yang

mencukupi. Adapun hasil pemodelan ALEID X 2004 setelah dilakukan evaluasi

adalah sebagai berikut:

Gambar 5.13 Nilai Tekanan Pada Skema Jaringan Pemipaan (Evaluasi)

Pada gambar 5.13 dapat dilihat bahwa terjadi penambahan pipa diantara node

12 dan node 19. Dengan penambahan pipa tersebut, nilai tekanan yang terjadi tidak

negatif dan air yang mengalir pada jaringan sampai di ujung pelayanan selama 24

jam termasuk di jam puncak.

Universitas Sumatera Utara


Semua data hasil pemodelan dapat dibuat dalam suatu tabel. Tabel tersebut

dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut :

1. Data node pada setiap waktu, seperti nama node dan kebutuhan air

2. Data pipa pada setiap waktu, seperti nama pipa, titik awal, titik akhir,

diameter, panjang, debit rata-rata, kehilangan air, kecepatan, koefisien

kekasaran dan garis kemiringan hidraulik

3. Nilai maksimum, minimum dan rata-rata untuk kebutuhan air, tekanan di atas

permukaan tanah, tekanan di atas permukaan laut, debit, kecepatan aliran,

kehilangan energi dan garis kemiringan hidraulik untuk setiap node dan pipa

selama 24 jam

4. Gabungan semua data node dan pipa selama 24 jam

Sedangkan untuk grafik, program ALEID X 2004 dapat mengeluarkan grafik

sebagai berikut :

1. Grafik tekanan di atas permukaan tanah untuk setiap node selama 24 jam

2. Grafik tekanan di atas permukaan laut untuk setiap node selama 24 jam

3. Grafik total kebutuhan air untuk setiap node selama 24 jam

4. Grafik untuk debit, kecepatan aliran dan garis kemiringan hidraulik untuk

setiap pipa selama 24 jam

5. Kurva karakteristik tiap pompa

Universitas Sumatera Utara


5.7 Evaluasi Hasil Pemodelan ALEID X 2004 dengan EPANET Dan Metode
Hardy Cross

Hasil analisa software ALEID X 2004 dalam studi kali ini akan lebih lengkap

dijabarkan dalam hasil laporan Full Report selama 168 jam atau 7 hari waktu analisa

yang telah ditetapkan dalam perencanaan awal. Laporan Full Report ini dapat dibuka

dalam format file Microsoft Office Word. Hal ini dapat memudahkan kita dalam

membukanya untuk proses pencetakan dan sebagainya. Karena banyaknya jumlah

lembar halaman hasil Full Report analisa software ALEID X 2004 dalam studi ini,

maka penulis hanya akan melampirkan pada halaman lampiran seluruh hasil analisa

Full Report untuk jam ke 07:00 saja, yaitu jam pada saat waktu puncak penggunaan

air di Kota Lubuk Pakam.

Dalam melakukan evaluasi dari hasil pemodelan dengan menggunakan

software ALEID X 2004 ini, dilakukan dengan menggunakan EPANET dan metode

Hardy Cross. Pada metode Hardy Cross, untuk mencari Q0 (flow aliran) dari tiap

pipa pada suatu sampel loop dilakukan suatu asumsi debit yang mengalir, kemudian

melakukan iterasi hingga nilai σ (delta) mendekati nol . Setelah didapat flow aliran

(Q1) dari masing-masing pipa, kemudian dibandingkan dengan hasil pemodelan

dengan menggunakan software ALEID X 2004. Untuk melihat perbedaan antara

hasil perhitungan menggunakan EPANET dan metode Hardy Cross dengan hasil

analisa software ALEID X 2004, diambil sampel loop pada wilayah 2 dan 5.

Universitas Sumatera Utara


5.7.1 Perhitungan EPANET Pada Loop Wilayah 2 Dan 5

Prosedur dalam menggunakan EPANET sama dengan ALEID X 2004,

dengan menggambar skema jaringan dan memasukkan jumlah kebutuhan air per

node pada suatu wilayah. Wilayah dua, terdiri atas 829 pelanggan, jumlah node 4,

dan Jumlah kebutuhan air per node adalah 9,326 m3/jam sedangkan wilayah lima,

terdiri atas 637 pelanggan, jumlah node 12, dan jumlah kebutuhan air per node

adalah 2,4 m3/jam. Perhitungan dilakukan pada saat jam puncak yaitu pada pukul

07.00 WIB. Data-data pada wilayah 2 merupakan input dalam penggunaan EPANET

. Adapun data-data pipa pada wilayah 2 sebagai berikut :

No Pipa Panjang pipa (L) m Diameter (D) m


1 a 915 0,15
2 b 675 0,15
3 c 600 0,15
4 d 600 0,15

Gambar 5.14 Skema Jaringan Pada Wilayah 2

Universitas Sumatera Utara


Pada gambar 5.14 terlihat bahwa skema jaringan pada wilayah 2 dalam

bentuk EPANET dengan sebuah reservoir, sebuah pompa, empat buah node dan

empat buah pipa.

Tabel 5.7 Hasil Debit yang Mengalir Pada Pipa (EPANET)

Pipa Debit (L/s) Debit(m3/s)


a 2,73 0,00273
wilayah 2 b -3,67 -0,00367
c 0,51 0,00051
d 1,62 0,00162

Dari tabel 5.7 debit terbesar terdapat pada pipa b, dan debit yang terkecil

terdapat pada pipa c. Nilai negatif pada pipa b hanya menunjukkan arah yang

berlawanan dari loop. Arah loop adalah searah dengan arah jarum jam. Adapun data-

data pipa pada wilayah 5 sebagai berikut :

No Pipa Panjang pipa (L) m Diameter (D) m


1 a 500 0,15
2 b 5 0,14
3 c 500 0,15
4 d 600 0,15
5 e 900 0,15
6 f 650 0,15
7 g 300 0,15
8 h 500 0,15

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.15 Skema Jaringan Pada Wilayah 5

Pada gambar 5.15 terlihat bahwa skema jaringan wilayah 5 dalam bentuk

EPANET yang terdiri dari sebuah pompa, sebuah reservoir, delapan buah node dan

delapan buah pipa. Adapun hasil debit yang mengalir pada pipa dapat dilihat pada

tabel 5.8.

Tabel 5.8 Hasil Debit yang Mengalir Pada Pipa (EPANET)

Pipa Debit (L/s) Debit(m3/s)


a -1,73 -0,00173
b -2,81 -0,00281
c -3,89 -0,00389
wilayah 5 d -0,65 -0,00065
e -0,43 -0,00043
f 1,51 0,00151
g 3,67 0,00367
h 2,59 0,00259

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 5.8 terlihat bahwa debit terbesar terdapat pada pipa k dan debit

yang terkecil terdapat pada pipa i, dan nilai negatif hanya menunjukkan arah yang

berlawanan arah jarum jam.

5.7.2 Perhitungan Hardy Cross Pada Loop Wilayah 2 Dan 5

Gambar 5.16 Sampel Loop Pada Wilayah 2

Pada gambar 5.16, debit yang masuk sebesar 0,0102 m3/s dan terdapat debit

keluaran sebesar 0,00118 m3/s, 0,00418 m3/s, 0,00209 m3/s, 0,000567 m3/s, 0,00111

m3/s, dan 0,00111 m3/s. Untuk menganalisa debit yang mengalir pada pipa dilakukan

sistem asumsi debit yang mengalir. Asumsi debit ini nantinya akan di iterasi hingga

mendapatkan hasil yang sebenarnya. Hal ini ditandai dengan nilai σ mendekati nol.

Universitas Sumatera Utara


Adapun data-data pipa pada loop wilayah 2 sebagai berikut :

No Pipa Panjang pipa (L) m Diameter (D) m


1 a 915 0,15
2 b 675 0,15
3 c 600 0,15
4 d 600 0,15

; hf = KQo1,85 ; δ = -

Gambar 5.17 Besar Masing-masing Debit Asumsi Pada Jaringan Pemipaan

Dari gambar 5.17 terlihat bahwa pada masing-masing pipa dilakukan asumsi

debit, untuk mendapatkan debit yang sebenarnya pada pipa tersebut dilakukan iterasi,

apabila nilai σ mendekati nol, iterasi dihentikan. Iterasi tersebut sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Iterasi 1

Panjang Diameter
Pipa pipa (L) m C (D) K Nilai Qo(m3/s) hf hf/Qo
a 915 100 0,15 20102,05 + 0,00453 0,925511 204,47
b 675 100 0,15 14829,38 - 0,00453 0,682754 150,8385
c 600 100 0,15 13181,67 + 0,00173 0,102626 59,25493
d 600 100 0,15 13181,67 + 0,00341 0,359878 105,4587
∑ 0,705261 520,0211

Didapat σ = -0,000733

(mendekati nol, iterasi dihentikan)

Maka : Q1 = Qo + σ

Tabel 5.9 Hasil Debit yang Mengalir Pada Pipa (Hardy Cross)

Pipa Qo (m3/s) σ Q1(m3/s)


a 0,00451 -0,000733 0,003793301
b 0,00451 -0,000733 0,003793301
c 0,00174 -0,000733 0,000998856
d 0,0034 -0,000733 0,002679412

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa debit terbesar yang mengalir pada

pipa terdapat pada pipa a dan pipa b, sedangkan debit terkecil yang mengalir pada

pipa terdapat pada pipa c. σ bernilai -0,000733 dianggap mendekati nol.

Universitas Sumatera Utara


Loop pada wilayah 5

Gambar 5.18 Loop Pada Wilayah 5

Pada gambar 5.18 terlihat bahwa debit yang masuk sebesar 0,01793 m3/s, dan

beberapa debit keluaran. Debit keluaran terbesar adalah 0,0055 m3/s dan yang

terkecil adalah 0,00095 m3/s. Adapun data-data pipa sebagai berikut:

No Pipa Panjang pipa (L) m Diameter (D) m


1 a 500 0,15
2 b 5 0,14
3 c 500 0,15
4 d 600 0,15
5 e 900 0,15
6 f 650 0,15
7 g 300 0,15
8 h 500 0,15

; hf = KQo1,85 ; δ = -

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.19 Besar Masing-masing Debit Asumsi Pada Jaringan Pemipaan

Dari gambar 5.19 terlihat bahwa telah dilakukan asumsi debit pada masing-

masing pipa, asumsi debit terbesar terdapat pada pipa g sebesar 0,00569 m3/s dan

asumsi debit terkecil terdapat pada pipa f sebesar 0,00064 m3/s. Setelah dilakukan

asumsi debit, maka langkah selanjutnya adalah melakukan iterasi, sama seperti loop

pada wilayah 2, iterasi dihentikan apabila σ mendekati nol. Adapun iterasi yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Iterasi 1

Panjang
pipa Diameter Qo
Pipa (L) m C (D) m K Nilai (m3/s) hf hf/Qo

a 500 100 0,15 10984,72908 - 0,00354 0,320303933 90,580845

b 5 100 0,14 153,712876 - 0,00461 0,007332202 1,58915885

c 500 100 0,15 10984,72908 - 0,00569 0,772649178 135,750954

d 600 100 0,15 13181,6749 - 0,00246 0,196180583 79,8022711

e 900 100 0,15 19772,51235 - 0,00138 0,101195581 73,3006221

f 650 100 0,15 14280,14781 + 0,00064 0,017569911 27,500731

g 300 100 0,15 6590,837451 + 0,00569 0,463589507 81,4505722

h 500 100 0,15 10984,72908 + 0,00172 0,084131456 49,0086149


∑ -0,83237 538,983769

Didapat σ = 0,00083
(mendekati nol, iterasi dihentikan)

Maka : Q1 = Qo + σ

Tabel 5.10 Hasil Debit yang Mengalir Pada Pipa (Hardy Cross)

Pipa Qo (m3/s) σ Q1 (m3/s)


a 0,00354 0,00083 -0,00437089
b 0,00461 0,00083 -0,00544866
c 0,00569 0,00083 -0,00652644
d 0,00246 0,00083 -0,00162356
e 0,00138 0,00083 -0,00221533
f 0,00064 0,00083 0,001473664
g 0,00569 0,00083 0,006526441
h 0,00172 0,00083 0,002551441

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa debit terbesar terdapat pada pipa g

dan k, dan debit terkecil terdapat pada pipa j. Nilai σ = 0,00083 dianggap mendekati

nol. Selanjutnya dilakukan beberapa perbandingan dari hasil EPANET dan Hardy

Cross dengan ALEID 2004. Adapun selisih antara ketiganya adalah sebagai berikut:

Tabel 5.11 Selisih Antara ALEID X 2004 dan EPANET

ALEID X 2004 EPANET


Wilayah
Pipa (m3/s) (m3/s) Selisih (m3/s)
a 0,003786 0,00273 0,0010561
b 0,005267 0,00367 0,0015967
2
c 0,000994 0,00051 0,0004844
d 0,002675 0,00162 0,001055
a -0,002714 -0,00173 0,0009839
b -0,003792 -0,00281 0,0009817
c -0,004869 -0,00389 0,0009794
d -0,001636 -0,00065 0,0009861
5
e -0,000558 -0,00043 0,0001283
f 0,001467 0,00151 4,33333E-05
g 0,006517 0,00367 0,0028467
h 0,002542 0,00259 4,83333E-05

Berdasarkan tabel 5.11, selisih antara ALEID X 2004 dan EPANET cukup

dekat, selisih terbesar bernilai 0,00285 m3/s dan selisih terkecilnya bernilai 0,000048

m3/s. Untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan, maka hasil dari ALEID X

2004 dibandingkan kembali dengan metode Hardy Cross. Adapun selisih antara

ALEID X 2004 dan Hardy Cross dapat dilihat pada tabel 5.12 sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.12 Selisih Antara ALEID X 2004 dan Hardy Cross

ALEID X 2004 Hardy Cross


Wilayah Pipa (m3/s) (m3/s) Selisih (m3/s)
a 0,003786 0,003793301 7,1895E-06
b 0,005267 0,003793301 0,0014734
2
c 0,000994 0,000998856 4,4117E-06
d 0,002675 0,002679412 0,000004
a -0,002714 -0,00437089 0,001657
b -0,003792 -0,00544866 0,001657
c -0,004869 -0,00652644 0,001657
d -0,001636 -0,00162356 1,2553E-05
5
e -0,000558 -0,00221533 0,001657
f 0,001467 0,001473664 0,000007
g 0,006517 0,006526441 9,7748E-06
h 0,002542 0,002551441 0,000010

Dari tabel 5.12, terlihat bahwa hasil dari ALEID X 2004 cukup memuaskan

dengan selisih terbesar hanya 0,001657 m3/s dan selisih terkecilnya mencapai

4,4117E-06. Hasil ini sangat mendekati nol, hal ini mengindikasikan bahwa hasil

ALEID X 2004 sudah cukup efektif. untuk mengetahui perbandingan antara

EPANET dan Hardy Cross, dapat dilihat pada tabel 5.13 sebagai berikut:

Tabel 5.13 Selisih Antara Epanet dan Hardy Cross

Hardy Cross
Wilayah Pipa EPANET (m3/s) (m3/s) Selisih (m3/s)
a 0,00273 0,003793301 0,001063301
b 0,00367 0,003793301 0,000123301
2
c 0,00051 0,000998856 0,000488856
d 0,00162 0,002679412 0,001059412
a -0,00173 -0,00437089 0,002640886
b -0,00281 -0,00544866 0,002638664
c -0,00389 -0,00652644 0,002636441
d -0,00065 -0,00162356 0,000973559
5
e -0,00043 -0,00221533 0,00178533
f 0,00151 0,001473664 3,63363E-05
g 0,00367 0,006526441 0,002856441
h 0,00259 0,002551441 3,85586E-05

Universitas Sumatera Utara


Dari tabel 5.13 terlihat bahwa selisih antara perhitungan EPANET dan Hardy

Cross hampir mendekati nol. Tetapi kita tetap merujuk kepada hasil perhitungan

ALEID X 2004, karena selisih yang dihasilkan dari beberapa perbandingan hampir

mendekati nol.

Berdasarkan tabel 5.11 dan 5.12 dapat diambil kesimpulan bahwa hasil

analisa software ALEID X 2004 sudah sangat mendekati dengan hasil perhitungan

EPANET dan hasil perhitungan manual yang dilakukan dengan menggunakan

metode Hardy Cross. Hal ini dapat dilihat dengan melihat perbedaan yang terjadi

dari hasil analisa ALEID X 2004 dengan hasil perhitungan EPANET dan metode

Hardy Cross untuk aliran di dalam jaringan pipa pada sampel loop di wilayah 2 dan

5 sudah hampir mendekati nol.

5.8 Evaluasi Jaringan Pemipaan

5.8.1 Evaluasi Diameter Pipa

Diameter pipa pada kondisi eksisting adalah 12’’(inchi), 10’’(inchi),

8’’(inchi) dan 6’’(inchi).

1. Pipa diameter 12’’(inchi)

Pada hasil pemodelan dengan menggunakan ALEID X 2004 didapat

Q = 588,7 m3/jam = 0,164 m3/detik

V = 2,31 m3/detik

Universitas Sumatera Utara


Maka,

Q = V.A (pers 2.1)

4 × 0,164
D=
π × 2,31

D = 0,301 m = 301 mm = 12’’ (inchi)

Kecepatan standar didalam pipa biasanya sebesar 0.9-1.5 m/dtk dan batas

maksimumnya berkisar antara 1.5-2.0 m/dtk. Bila kecepatan aliran pipa yang

digunakan sebesar 2.0 m/detik, maka diameter pipa distribusi dapat dihitung

sebagai berikut :

4 × 0,164
D=
π ×2

D = 0,323 m = 323 mm = 12,72’’ ≈ 14’’(inchi), dari kedua perhitungan ini,

diambil pipa berukuran 12’’ (inchi) karna lebih efisien.

2. Pipa diameter 10’’ (inchi)

Pada hasil pemodelan dengan menggunakan ALEID X 2004 didapat

Q = 213,21 m3/jam = 0,059 m3/detik

V = 1,21 m3/detik

Maka,

Q = V.A (pers 2.1)

4 × 0,059
D=
π ×1,21

D = 0,249 m = 249 mm = 9,8’’≈ 10’’ (inchi)

Universitas Sumatera Utara


Bila kecepatan aliran pipa yang digunakan sebesar 2.0 m/detik, maka

diameter pipa distribusi dapat dihitung sebagai berikut :

4 × 0,059
D=
π ×2

D = 0,194 m = 194 mm = 8’’ (inchi)

3. Pipa diameter 8’’ (inchi)

Pada hasil pemodelan dengan menggunakan ALEID X 2004 didapat

Q = 80,01 m3/jam = 0,022 m3/detik

V = 0,71 m3/detik

Maka,

Q = V.A (pers 2.1)

4 × 0,022
D=
π × 0,71

D = 0,199 m = 199 mm = 8’’ (inchi)

Bila kecepatan aliran pipa yang digunakan sebesar 2.0 m/detik, maka

diameter pipa distribusi dapat dihitung sebagai berikut :

4 × 0,022
D=
π ×2

D = 0,118 m = 118 mm = 4,66’’ ≈ 6’’ (inchi)

Universitas Sumatera Utara


4. Pipa diameter 6’’ (inchi)

Pada hasil pemodelan dengan menggunakan ALEID X 2004 didapat

Q = 83,94 m3/jam = 0,023 m3/detik

V = 1,32 m3/detik

Maka,

Q = V.A (pers 2.1)

4 × 0,023
D=
π × 1,32

D = 0,149 m = 149 mm = 6’’ (inchi)

Bila kecepatan aliran pipa yang digunakan sebesar 2.0 m/detik, maka

diameter pipa distribusi dapat dihitung sebagai berikut :

4 × 0,022
D=
π ×2

D = 0,118 m = 118 mm = 4,66’’ ≈ 6’’ (inchi)

Bila kecepatan aliran pipa yang digunakan sebesar 2.0 m/detik, maka

diameter pipa distribusi dapat dihitung sebagai berikut :

4 × 0,023
D=
π ×2

D = 0,121 m = 121 mm = 4,76’’ ≈ 6’’ (inchi)

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.14 Hasil Evaluasi Diameter Pipa

PIPA EKSISTING EVALUASI


UTAMA PVC Ø 12 inchi PVC Ø 12 inchi
UTAMA PVC Ø 10 inchi PVC Ø 8 inchi
UTAMA PVC Ø 8 inchi PVC Ø 6 inchi
UTAMA PVC Ø 6 inchi PVC Ø 6 inchi

Dari tabel 5.14 terlihat bahwa terjadi beberapa perubahan pada diameter pipa,

adapun diameter pipa yang berubah adalah PVC Ø 8 inchi menjadi PVC Ø 6 inchi

dan PVC Ø 8 inchi menjadi PVC Ø 6 inchi.

5.8.2 Evaluasi Head Pompa

Setelah diketahui diameter pipa yang efisien dari hasil perhitungan di atas,

maka head pompa yang efisien juga dapat diketahui setelah dilakukan perhitungan

kembali untuk kerugian pada sistem pemipaan seperti di bawah ini :

Ø = 12 inchi = 0,305 m

L = 50 m

Q = 588,7 m3/jam = 0,164 m3/detik

Luas penampang (A)

π × D2
A= = 0,0729 m2
4

Universitas Sumatera Utara


Kecepatan (v)

Q 0,164
v= = = 2,2496 m/detik
A 0.0729

L × v2 0,0005
Hf =λ , dimana λ = 0,002 +
D × 2g D

0,0005
λ = 0,002 +
0,305

λ = 0,00364

50 × 1,65 2
Maka : H f = 0,00364 = 0,071 m
0,3556 × 2(9,8)

Setelah dilakukan perhitungan headloss pada seluruh sistem pemipaan

distribusi dengan ALEID X 2004, maka dapat diketahui total headlossnya adalah :

Hf total = 48,04 m

Sehingga Head Pompa setelah adanya evaluasi terhadap diameter pipa adalah

sebagai berikut :

p2 − p1 V − V1
2 2
hs = + 2 + Z 2 − Z1 + h f
γ 2g

45,07 − 0 (2) 2 − (0) 2


hs = + + (5 − 0) + 48,04
9810 2(9,81)

hs = 53,248 ≈ 53,25 m

Maka didapat Head Pompa sebesar 53,25 m

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5.15 Hasil Evaluasi Head Pompa

EKSISTING EVALUASI PERBEDAAN


55 meter 53,25 meter 1,75 meter

Dari tabel 5.15 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan head pompa pada

kondisi eksisting dengan hasil evaluasi sebesar 1,75 meter. Perbedaan ini dianggap

cukup besar sehingga perlu dilakukan perubahan pada diameter pipa sesuai dengan

hasil evaluasi.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Analisa distribusi air bersih dengan menggunakan pemodelan software

ALEID X 2004 dianggap dapat mendekati perhitungan EPANET dan

perhitungan manual dengan menggunakan metode Hardy Cross. Hal ini

disimpulkan setelah dilakukan evaluasi hasil analisa ALEID X 2004 dengan

menggunakan EPANET dan metode Hardy Cross pada contoh loop di

wilayah 2 dan wilayah 5 yang dianggap dapat mewakili kondisi perhitungan

seluruh loop yang ada.

2. Sebelum dilakukan evaluasi, tekanan yang terjadi pada jam puncak begitu

rendah sehingga pelanggan yang berada di ujung daerah pelayanan tidak

mendapatkan cukup air. Setelah adanya penambahan pipa sepanjang 95 m

dengan diameter 6’’ (inchi), pelanggan yang berada di ujung daerah

pelayanan mendapatkan cukup air.

3. Head pompa setelah dilakukan evaluasi terhadap diameter pipa pada kondisi

eksisting dapat diturunkan dari 55 meter menjadi 53,25 meter.

4. Setelah dilakukan evaluasi dengan ALEID X 2004 dan berdasarkan teori

yang ada didapatkan ukuran pipa yang efisien adalah

PIPA EKSISTING EVALUASI


UTAMA PVC Ø 10 inchi PVC Ø 8 inchi
UTAMA PVC Ø 8 inchi PVC Ø 6 inchi
Untuk pipa PVC Ø 12 inchi dan PVC Ø 6 inchi tidak mengalami perubahan.

Universitas Sumatera Utara


5. Setelah dilakukan perhitungan head loss pada seluruh sistem pemipaan

distribusi dengan ALEID X 2004, maka didapatkan total head lossnya adalah

48,04 m.

6. Pada perhitungan ALEID X 2004 didapat kecepatan maksimum pada pipa

sebesar 2,31 m/s dan debit maksimum sebesar 0,164 m3/s.

7. Dengan adanya penggunaan meteran air pada area Lubuk Pakam semakin

meningkatkan kesadaran konsumen dalam hal penghematan penggunaan air

bersih.

6.2 Saran

1. Secara umum sistem penyediaan air bersih di Kota Lubuk Pakam sudah

cukup baik. Akan tetapi perlu dilakukan juga perhitungan terhadap

penggunaan air yang sesungguhnya. Solusi terhadap permasalahan yang

terjadi sebenarnya dapat diselesaikan dengan sumber daya manusia yang

tersedia pada Kota Lubuk Pakam.

2. Pemodelan dengan ALEID X 2004 dapat membantu keputusan manajerial

dalam setiap kasus yang mungkin terjadi di lapangan. Untuk mendapatkan

situasi yang lebih sesuai dengan kenyataan dan semakin mendekati kondisi

sebenarnya perlu dilakukan pengembangan programing yang lebih intens.

Bagaimanapun, software hanyalah sebuah program bantu analisis, sementara

keadaan sebenarnya dilapangan merupakan keadaan yang sangat kompleks

dan peluang setiap kejadian yang dimodelkan dapat terjadi secara acak dan

tidak mudah ditebak.

Universitas Sumatera Utara


3. Diperlukan penambahan pipa sepanjang 95 m dengan diameter 6’’ (inchi)

untuk merubah tekanan air yang rendah.

4. Mengingat umur dan kondisi jaringan pipa yang sudah cukup lama dan

setelah dilakukan evaluasi terhadap penggunaan diameter pipa utama pada

jaringan pipa yang ada pada saat ini, penulis menyarankan perlunya

dilakukan pembaharuan jaringan pipa yang ada sebagai berikut :

• Pipa utama jenis PVC Ø 10 inchi diganti dengan pipa PVC Ø 8 inchi.

• Pipa utama jenis PVC Ø 8 inchi diganti dengan pipa PVC Ø 6 inchi.

5. Kerugian pada jaringan pemipaan menurut penulis cukup besar dan kerugian

tersebut dianggap dapat lebih besar lagi mengingat kondisi dinding pipa yang

kemungkinan sudah mengalami pengikisan akibat umur dari jaringan pipa itu

sendiri yang sudah cukup tua.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta Karya. 1991. Petunjuk Teknis
Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan,
Volume V. Jakarta.

Gupta, Ram S. 1989. Hydrology and Hydraulic Systems. Printice-Hall, Inc. A


Division of Simon & Schuster.

Kodoatie, Robert J, 2002. Hidrolika Terapan: Aliran Pada Saluran Terbuka dan
Pipa. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Linsey Ray k, 1985. Teknik Sumber Daya Air jilid I. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Linsey Ray k, 1995. Teknik Sumber Daya Air jilid II. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mays, Larry W. 1999. Water Distribution Systems Handbook. The Mc Graw-Hill


Companied, Inc. All Rights Reserved.

Morimura, T. dan Noerbambang, S.M. 2005. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem


Plumbing. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Possman, Lewis A. 2000. Epanet 2.0. Users Manual. Penerbit Ekamitra Engineering.
Bandung.

Scbotsman, Zan. 1993. Instalasi : Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Steel, Ernest W. 1960. Water Supply and Sewerage. The Mc Graw-Hill Companied,
Inc. All Rights Reserved.

Sunggono, K.H. 1995. Buku teknik sipil. Penerbit Nova. Bandung.

Totok Sutrisno, C, dkk, 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN A

PETA LOKASI

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN B

GAMBAR DAN GRAFIK HASIL PEMODELAN ALEID X 2004 PADA JAM


PUNCAK

LAMPIRAN C TABEL HASIL PEMODELAN ALEID X 2004 PADA JAM


PUNCAK ...........................................................................................

Universitas Sumatera Utara


REVISI

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1. Nilai Tekanan Pada Jam Puncak

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2. Nilai Debit Pada Jam Puncak

Universitas Sumatera Utara


Gambar 3. Nilai Kecepatan Pada Jam Puncak

Universitas Sumatera Utara


3

KETERANGAN
KONDISI 1, PADA KONDISI INI TEKANAN MENURUN
DIKARENAKAN POMPA YANG BEROPERASI HANYA 1 BUAH

1 KONDISI 2, PADA KONDISI INI TEKANAN MENURUN


DIKARENAKAN PEMAKAIAN AIR YANG BEGITU TINGGI
PADA JAM PUNCAK 07.00 WIB

KONDISI 3, PADA KONDISI INI TEKANAN TINGGI


DIKARENAKAN PADA PUKUL 03.00 WIB KETIGA POMPA
MULAI DIHIDUPKAN
2

Grafik Hubungan Antara Tekanan Dan Waktu

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN C

TABEL HASIL PEMODELAN ALEID X 2004 PADA JAM PUNCAK

Universitas Sumatera Utara


TABEL NODE PADA JAM
PUNCAK
Demand Demand
Cat. 1 Entered Calculated Head +GL m
Name m3/hr m3/hr Cons. m3/hr head Head +MSL m head
N_8 5,98 5,98 5,98 16,2 15,2
N_4 5,98 5,98 5,98 22,14 20,14
N_9 5,98 5,98 5,98 16,89 15,89
N_3 5,98 5,98 5,98 30,21 28,21
N_1 5,98 5,98 5,98 40,84 42,84
N_PUMP2_D 0 0 0 45,07 44,07
N_PUMP2_B 0 0 0 0,96 -0,04
N_2 5,98 5,98 5,98 40,6 42,6
N_6 5,98 5,98 5,98 20,91 19,91
N_10 5,98 5,98 5,98 12,02 11,02
N_34 4,01 4,01 4,01 6,56 7,56
N_22 18,02 18,02 18,02 2,83 2,83
N_5 5,98 5,98 5,98 22,08 20,08
N_7 5,98 5,98 5,98 17,43 16,43
N_39 4,25 4,25 4,25 5,75 6,75
N_050 4,01 4,01 4,01 0,4 5,4
N_055 15,03 15,03 15,03 2,32 5,32
N_42 15,03 15,03 15,03 3,33 5,33
N_37 4,25 4,25 4,25 5,28 6,28
N_063 3,88 3,88 3,88 4,46 4,46
N_059 4,25 4,25 4,25 4,48 4,48
N_043 4,01 4,01 4,01 2,71 5,71
N_071 3,88 3,88 3,88 4,47 4,47
N_068 3,88 3,88 3,88 4,97 4,97
N_072 3,88 3,88 3,88 4,53 4,53
N_23 18,02 18,02 18,02 3,19 2,69
N_064 3,88 3,88 3,88 4,51 4,51
N_21 24,64 24,64 24,64 4,16 4,16
N_16 5,98 5,98 5,98 5,45 6,45
N_18 24,64 24,64 24,64 3,71 4,71

Universitas Sumatera Utara


N_27 13,19 13,19 13,19 4,36 4,36
N_12 11,28 11,28 11,28 2,56 6,56
N_32 13,25 13,25 13,25 4,58 4,58
N_20 11,28 11,28 11,28 3,17 4,17
N_28 9,97 9,97 9,97 9,88 7,88
N_31 9,97 9,97 9,97 5,8 4,8
N_11 5,98 5,98 5,98 10,57 9,57
N_057 4,25 4,25 4,25 2,73 4,73
N_24 18,02 18,02 18,02 2,68 2,18
N_26 30,38 30,38 30,38 3,83 3,83
N_35 4,01 4,01 4,01 4,85 5,85
N_25 18,02 18,02 18,02 2,07 1,57
N_PUMP1_B 0 0 0 0,95 -0,05
N_PUMP1_D 0 0 0 45,08 44,08
N_PUMP3_B 0 0 0 0,96 -0,04
N_PUMP3_D 0 0 0 45,07 44,07
VALVE_2_A 0 0 0 10,44 9,44
VALVE_2_R 0 0 0 10,34 9,34
VALVE_1_R 0 0 0 11,54 10,54
VALVE_1_A 0 0 0 11,55 10,55
N_047 4,01 4,01 4,01 1,34 5,34
N_052 4,01 4,01 4,01 2,99 4,99
N_051 4,01 4,01 4,01 2,17 5,17
N_060 4,25 4,25 4,25 4,45 4,45
N_058 4,25 4,25 4,25 4,58 4,58
N_14 11,28 11,28 11,28 4,66 4,66
N_069 3,88 3,88 3,88 5,05 5,05
N_17 4,25 4,25 4,25 7,98 7,98
N_073 3,88 3,88 3,88 4,64 4,64
N_074 3,88 3,88 3,88 4,65 4,65
N_70 3,88 3,88 3,88 2,2 2,2
N_13 11,28 11,28 11,28 5,44 5,44
N_29 9,97 9,97 9,97 5,48 5,48

Universitas Sumatera Utara


N_30 9,97 9,97 9,97 5,36 5,36
N_33 13,19 13,19 13,19 4,58 4,58
N_38 4,25 4,25 4,25 5,35 6,35
N_056 4,25 4,25 4,25 3,12 5,12
N_19 11,28 11,28 11,28 6,4 6,4
N_15 11,28 11,28 11,28 5,81 5,81
N_41 4,01 4,01 4,01 2,71 5,71
N_062 4,25 4,25 4,25 4,46 4,46
N_061 4,25 4,25 4,25 4,46 4,46
N_065 3,88 3,88 3,88 4,62 4,62
N_067 3,88 3,88 3,88 4,59 4,59
N_066 3,88 3,88 3,88 4,59 4,59
N_053 4,01 4,01 4,01 2,47 4,97
N_36 4,25 4,25 4,25 5,22 6,22
N_40 15,03 15,03 15,03 3,69 5,69
N_054 15,03 15,03 15,03 2,32 5,32
N_044 4,01 4,01 4,01 1,99 5,49
N_048 4,01 4,01 4,01 0,32 5,32
N_046 4,01 4,01 4,01 1,34 5,34
N_PUMP4_D 0 0 0 45,07 44,07
N_PUMP4_B 0 0 0 0,96 -0,04
N_049 4,01 4,01 4,01 0,32 5,32
N_045 4,01 4,01 4,01 1,99 5,49
N_075 4,25 4,25 4,25 4,33 4,33

Universitas Sumatera Utara


TABEL DATA PIPA PADA JAM PUNCAK
Hydraulic Head
k Flow gradient loss
Diameter Length value rate Velocity m m
Name Start node End node mm m mm m3/hr m/s head/km head
P12''_001 N_PUMP2_D N_1 300 50 1 588,7 2,31 24,72 1,24
P10''_002 N_3 N_9 250 1500 1 208,66 1,18 8,21 12,32
P10''_005 N_11 N_16 250 1300 0,1 139,65 0,79 2,4 3,12
P12''_005 N_4 N_6 300 500 0,1 93,54 0,37 0,46 0,23
-
P12''_003 N_4 N_2 280 2700 0,1 -362,1 1,63 8,32 22,45
PIPA_TANGKI RES-WTP N_PUMP2_B 500 35 0,2 588,7 0,83 1,24 0,04
P8''_002 N_10 N_8 200 1570 0,1 -81,58 0,72 2,66 -4,18
P8''_001 N_8 N_6 200 700 3 -87,56 0,77 6,73 -4,71
-
P12''_002 N_2 N_1 300 25 1 368,08 1,45 9,71 -0,24
P8''_003 N_34 N_10 200 1500 0,1 -75,6 0,67 2,31 -3,46
P10''_003 N_9 VALVE_1_A 250 1100 0,1 202,68 1,15 4,86 5,34
-
P12''_004 N_5 N_4 300 20 0,1 262,57 1,03 3,18 -0,06
P12''_006 N_5 N_7 300 1200 0,1 256,6 1,01 3,04 3,65
P12''_007 N_7 N_17 300 2900 0,1 250,62 0,98 2,91 8,44
P8''_014 N_050 N_055 200 350 0,2 21,94 0,19 0,25 0,09
P8''_011 N_055 N_42 200 31,1 0,2 -23,59 0,21 0,28 -0,01
P8''_010 N_37 N_42 200 1000 1 38,61 0,34 0,95 0,95
P8''_015 N_055 N_056 200 420 0,2 30,59 0,27 0,46 0,19
P8''_016 N_057 N_058 200 625 0,1 22,09 0,2 0,24 0,15
P8''_018 N_059 N_061 200 300 0,2 9,34 0,08 0,05 0,02
P6''_033 N_063 N_064 150 650 0,2 -5,28 0,08 0,08 -0,05
P6''_015 N_41 N_35 150 600 0,2 -9,63 0,15 0,23 -0,14
P6''_018 N_39 N_38 150 30 0,2 83,96 1,32 13,36 0,4
P6''_040 N_071 N_063 150 900 0,2 2,01 0,03 0,01 0,01
P6''_041 N_071 N_072 150 600 0,2 -5,89 0,09 0,09 -0,06
P6''_042 N_072 N_073 150 500 0,2 -9,77 0,15 0,23 -0,12
P6''_039 N_065 N_068 150 300 0,2 -23,46 0,37 1,17 -0,35
P8''_007 N_24 N_22 200 1650 0,1 -28,95 0,26 0,39 -0,65
P10''_008 N_16 N_18 250 720 0,2 133,67 0,76 2,42 1,74
P10''_006 N_21 N_18 250 500 0,2 -88,03 0,5 1,09 -0,55
P10''_007 N_18 N_32 250 800 0,1 32,75 0,19 0,17 0,13
P6''_037 N_068 N_27 150 720 0,2 19,69 0,31 0,85 0,61
P8''_004 N_22 N_21 200 770 0,1 -64,99 0,57 1,74 -1,34
P8''_006 N_23 N_22 200 800 0,1 -18,02 0,16 0,17 -0,13
P6''_016 N_35 N_36 150 915 0,1 -13,63 0,21 0,41 -0,37
P6''_007 N_18 N_14 150 150 0,2 12,23 0,19 0,35 0,05
P6''_010 N_26 N_27 150 300 0,1 -30,38 0,48 1,76 -0,53
P6''_011 N_27 N_32 150 181 0,2 -23,88 0,38 1,21 -0,22

Universitas Sumatera Utara


P6''_002 VALVE_2_R N_12 150 440 0,2 57,05 0,9 6,33 2,79
P6''_008 N_21 N_20 150 850 0,1 -1,6 0,03 0,01 -0,01
P6''_005 N_20 N_14 150 1250 0,2 -12,88 0,2 0,39 -0,48
P8''_009 N_34 N_043 200 890 0,1 71,6 0,63 2,08 1,85
P8''_013 N_050 N_045 200 250 0,1 -25,94 0,23 0,32 -0,08
P6''_014 N_32 N_31 150 450 0,2 -14,9 0,23 0,51 -0,23
P6''_013 N_30 N_31 150 420 0,2 24,87 0,39 1,31 0,55
P6''_012 N_18 N_29 150 630 0,2 -23,98 0,38 1,22 -0,77
P6''_036 N_33 N_067 150 630 0,2 -2,67 0,04 0,02 -0,01
P8''_008 N_24 N_70 200 675 0,2 -7,08 0,06 0,03 -0,02
P6''_009 N_25 N_24 150 900 0,1 -18,02 0,28 0,68 -0,61
P_PUMP_01 N_PUMP1_B N_PUMP2_B 500 5 0,2 -588,7 0,83 1,24 -0,01
P_PUMP_03 N_PUMP2_B N_PUMP3_B 500 5 0,2 0 0 0 0
P_PUMP_02 N_PUMP1_D N_PUMP2_D 500 5 0,2 588,7 0,83 1,24 0,01
P_PUMP_4 N_PUMP2_D N_PUMP3_D 500 5 0,2 0 0 0 0
P6''_001 VALVE_2_A N_11 150 20 0,2 -57,05 0,9 6,33 -0,13
VALVE_P_2 VALVE_2_R VALVE_2_A 145 1 0,2 -57,05 0,96 101,37 -0,1
-
P10''_004 N_11 VALVE_1_R 250 200 0,1 202,68 1,15 4,86 -0,97
-
VALVE_P_1 VALVE_1_R VALVE_1_A 250 1 0,1 202,68 1,15 4,86 0
P6''_024 N_044 N_047 150 720 0,2 8,93 0,14 0,2 0,14
P6''_029 N_051 N_052 150 1100 0,1 8,02 0,13 0,16 0,17
P6''_028 N_046 N_051 150 400 1 12,02 0,19 0,44 0,18
P6''_032 N_059 N_060 150 500 1 4,25 0,07 0,06 0,03
P8''_017 N_059 N_058 200 625 0,1 -17,84 0,16 0,16 -0,1
P6''_020 N_40 N_41 150 600 0,1 -3,58 0,06 0,04 -0,02
P6''_006 N_28 N_17 150 10 0,1 -78,76 1,24 10,52 -0,11
VALVE_P_13 N_073 N_074 144 5 0,1 -13,65 0,23 0,5 0
P6''_043 N_074 N_068 150 500 0,1 -17,53 0,28 0,64 -0,32
P8''_020 N_069 N_39 200 675 0,1 -79,4 0,7 2,53 -1,71
VALVE_P_12 N_70 N_069 24 1 0,1 -10,96 6,73 2849,09 -2,85
VALVE_P_4 N_14 N_13 45 3,1 1 -11,93 2,08 251,66 -0,78
P6''_003 N_13 N_12 150 1900 0,1 -16,7 0,26 0,59 -1,12
P12''_008 N_39 N_17 300 900 0,1 -167,6 0,66 1,36 -1,23
VALVE_P_5 N_29 N_28 38 1 0,1 -33,95 8,32 2395,72 -2,4
VALVE_P_6 N_30 N_28 38 1 0,1 -34,84 8,53 2521,46 -2,52
VALVE_P_8 N_38 N_37 141 5 0,1 79,71 1,42 14,72 0,07
VALVE_P_9 N_057 N_056 70 5 0,3 -26,34 1,9 78,96 -0,39
P6''_004 N_15 N_19 150 850 0,2 -17,79 0,28 0,7 -0,6
VALVE_P_3 N_15 N_13 40 5 0,1 6,51 1,44 73,64 0,37
P6''_022 N_41 N_043 150 300 0,1 2,04 0,03 0,01 0
VALVE_P_10 N_062 N_061 45 5 0,1 -0,84 0,15 0,96 0
P8''_019 N_063 N_062 200 100 0,2 3,41 0,03 0,01 0
VALVE_P_7 N_33 N_32 171 5 0,2 -10,52 0,13 0,14 0

Universitas Sumatera Utara


P6''_034 N_065 N_064 150 500 0,3 9,15 0,14 0,22 0,11
P6''_035 N_065 N_067 150 90 0,2 10,43 0,16 0,26 0,02
VALVE_P_11 N_067 N_066 144 5 0,2 3,88 0,07 0,05 0
L225 N_052 N_053 138 335 0,3 4,01 0,07 0,07 0,02
P8''_012 N_044 N_043 200 120 1 -54,42 0,48 1,87 -0,22
P6''_017 N_37 N_36 150 20 0,2 36,84 0,58 2,75 0,05
P6''_019 N_36 N_40 150 675 0,2 18,96 0,3 0,79 0,53
P6''_021 N_40 N_054 100 350 0,2 7,51 0,27 1,07 0,37
P6''_030 N_054 N_049 150 33,3 0,2 -7,61 0,12 0,15 0
P6''_023 N_043 N_046 150 700 0,2 15,2 0,24 0,53 0,37
P6''_025 N_044 N_048 150 400 1 11,53 0,18 0,41 0,16
P6''_027 N_048 N_046 150 400 0,1 -4,1 0,06 0,05 -0,02
P_PUMP_6 N_PUMP3_D N_PUMP4_D 500 5 0,1 0 0 0 0
P_PUMP_5 N_PUMP3_B N_PUMP4_B 500 5 0,1 0 0 0 0
P6''_026 N_047 N_046 150 8 0,1 4,92 0,08 0,07 0
P6''_046 N_049 N_048 150 1,1 0,1 -11,62 0,18 0,31 0
P6''_045 N_045 N_044 150 0,5 0,1 -29,95 0,47 1,72 0
P6''_038 N_068 N_069 150 11,1 0,1 -64,55 1,01 7,21 -0,08
P6''_031 N_055 N_054 150 4,8 0,1 -0,1 0 0 0
P6''_044 N_061 N_075 150 2500 0,1 4,25 0,07 0,05 0,13
P10''_001 N_1 N_3 250 2700 0,1 214,64 1,21 5,42 14,63
N_R1 N_12 N_19 150 94,9 0,1 29,07 0,46 1,62 0,15

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN E

FOTO DOKUMENTASI

Universitas Sumatera Utara


FOTO DOKUMENTASI

Intake

Tangki

Alat Pengukur Ketinggian Air Di Dalam Tangki

Universitas Sumatera Utara


Ruang Pengoperasian Pompa

Empat Pompa Distribusi

Manometer (Alat Ukur Tekanan)

Universitas Sumatera Utara


Pipa 12’’ (Inchi)

Gate Valve (Diameter 250 mm)

Flowmeter Magnetik (Pengukur Debit)

Universitas Sumatera Utara


Pipa 10’’ (Inchi)

Pipa 8’’ (Inchi)

Pipa 6’’ (Inchi)

Universitas Sumatera Utara


Prasasti di Instalasi Pengolahan Air

Kantor PDAM Cabang Deli Serdang

Survey di Ruang Pengoperasian Pompa

Universitas Sumatera Utara

Вам также может понравиться