Вы находитесь на странице: 1из 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stroma) di


luar uterus. Lokasi paling sering adalah pada organ dalam pelvis dan peritoneum.
Endometriosis dipengaruhi estrogen dan progesterone sehingga secara periodic mengalami
perdarahan dan jaringan sekitarnya mengalami inflamasi dan perlekatan. Endometriosis
sering ditemukan pada wanita usia reproduksi, namun terdapat juga pada remaja dan
wanita pascamenopause yang mendapat terapi hormonal.

1.1 DEFINISI
Endometriosis adalah kelainan ginekologik jinak yang sering diderita oleh perempuan
usia reproduksi yang ditandai dengan adanya glandula dan stroma endometrium di luar
letaknya yang normal.2 Endometriosis sering didapatkan pada peritoneum pelvis tetapi
juga didapatkan pada ovarium, septum rektovaginalis, ureter tetapi jarang pada vesika
urinaria, pericardium dan pleura. Pertumbuhan endometriosis tergantung pada
hormone estrogen.2 Endometriosis uteri adalah suatu keadaan dimana jaringan
endometrium yang masih berfungsi terdapat diluar kavum uteri. Jaringan ini terdiri
atas kelenjar-kelenjar dan stroma yang terdapat di dalam miometrium ataupun diluar
uterus, bila jaringan endometrium terdapat miometrium disebut adenomiosis.2
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INSIDENS
Endometriosis yang berlaku sulit dikuantifikasi oleh karena sering gejalanya
asimtomatis dan pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis
sensitifitasnya rendah. Perempuan dengan endometriosis bisa dengan tanpa gejala,
subfertil atau menderita rasa sakit pada daerah pelvis terutama waktu mensturasi
(dismenorea). Pada perempuan endometriosis yang asimtomatis prevalensinya sekitar
2-22% tergantung pada populasinya. Oleh karena berkaitan dengan infertilitas dan rasa
sakit di rongga panggul, prevalensinya bisa meningkat 20-50%.2
Endometriosis paling sering ditemukan pada perempuan melahirkan di atas usia 30
tahun disertai dengan gejala menoragia dan dismenorea yang progresif. Kejadian
adenomiosis bervariasi antara 8-40% dijumpai pada pemeriksaan dari semua specimen
histerektomi. Dari 30% pasien ini diketemukan adanya endometriosis dalam rongga
peritoneum secara bersamaan. 2
Kejadian endometriosis 10-20% pada usia reproduksi perempuan. Jarang sekali pada
perempuan pramenarke ataupun menopause. Faktor resiko terutamanya terjadi pada
perempuan yang haidnya banyak dan lama, yang menarkenya pada usia dini,
perempuan dengan kelainan saluran Mulleri dan lebih sering dijumpai pada ras Asia
daripada Kaukasia.

Endometriosis Eksterna
Adalah suatu kelainan di mana dijumpai adanya kelenjar dan stroma endometrium di
luar rongga uterus. Endometriosis eksterna tenrtama tumbuh di rongga pelvik, ovarium,
kamm Douglasi, dan jarang sekali dapat tumbuh sampai ke rektum dan kandung kemih.
Ada yang dapat timbul di luar rongga panggul (ekstrapelvik) sampai ke rongga paru,
pleura, umbilikus. Kejadian endometriosis 10 - 20% pada usia reproduksi perempuan.
Jarang sekali terjadi pada perempuan pramenarke ataupun menopause. Faktor risiko
terutama yaftg terjadi pada perempuan yanghaidnya banyak dan lama, perempuan yang
menarkenya pada usia dini, perempuan dengan kelainan saluran Mulleri, lebih sering
dijumpai pada ras Asia daripada Kaukasia.
3

2.2 KLASIFIKASI
Tingkat endometriosis didasarkan pada Revised American Fertility Society (AFS) yang
diperbahaui. Namun kelemahan pembahagian ini adalah derajat beratnya klasifikasi
endometriosis tidak selalu merujuk beratnya derajat nyeri yang ditimbulkan ataupun
efek infertilitasnya.2,3
Klasifikasi Endometriosis berdasarkan American Fertility Society 1985 yang telah direvisi
Nama Pasien
Tanggal Tingkat I (Minimal)
Tingkat II (Ringan)
Tingkat III (Sedang)
Tingkat IV (Berat) Pengobatan Prognosis
4

Gambar 1: Klasifikasi endometriosis menurut Revised American Fertility Society (AFS)

Berdasarkan klasifikasi AFS,endometriosis dibagi menjadi 4 kelompok yaitu1,3:

 Stadium I (minimal) : 1-5


 Stadium II (ringan) : 6-15
 Stadium III (sedang) : 16-40
 Stadium IV (berat) : >40

Klasifikasi endometriosis menurut Acosta:

 Ringan yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau
posterior kavum Douglasi, peritoneum pelvic atau permukaan ovarium.
5

 Sedang
endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi atau
endometrioma kecil.
Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang mengalami
endometriosis
Endometriosis pada anterior atau posterior kavum Douglasi dengan parut dan
retraksi atau perlekatan tanpa menyerang sigmoid1
 Berat
Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2x2 cm2
Perlekatan satu atau dua ovarium, tuba, atau kavum Douglasi karena
endometriosis
Keterlibatan usus dan traktus urinarius yang nyata 1

2.3 LOKASI ANATOMI


Endometriosis dapat muncul di pelbagai lokasi dalam pelvic dan juga pada luar rongga
pelvik seperi di permukaan peritoneum. Endometriosis terdapat paling banyak di dalam
rongga panggul seperti ovari, kavum Douglasi, dan jarang sekali dapat tumbuh sampai
ke rectum dan kandung kemih. Ada juga dapat timbul di luar rongga panggul
(ekstrapelvik) sampai ke rongga paru, pleura, umbilicus.2,3

2.4 ETIOLOGI

Faktor keturunan
Terdapat bukti endometriosis dapat diturunkan di dalam keluarga. Walaupun tiada pola
genetic Mandel yang jelas,terdapat peningkatan insiden dalam kerabat keluarga tingkat
pertama. Misalnya, dalam studi genetic wanita dengan endometriosis, Simpson dan
rekan-rekan (1980) mencatat bahwa 5.9% darisaudara perempuan dan 8.1% ibu dari
wanita dengan endometriosis dibandingkan dengan 1% dari keluarga suami perempuan
kerabat tingkat pertama.3

Mutasi genetic dan polimorfisme


6

Kadar berlakunya endometriosis disebabkan oleh factor keturunan ada kaitannya


dengan mutasi genetic. Telah diidentifikasi terdapat mutasi pada region kromosom
10q26 membuktikan terdapat hubungan yang signifikan pada 2 saudara kandung
dengan endometriosis. Terdapat gen EMX2 yang merupakan factor transkripsi untuk
pembentukan saluran reproduksi. Gen yang kedua adalah PTEN, merupakan tumor
suppressor yang menghalang transformasi maligna endometriosis ovary.3

Defek anatomi
Obstruksi pada saluran reproduksi dapat menyebabkan predisposisi pengembangan
endometriosis, seperti pada eksaserbasi refluks siklus haid. Dengan demikian,
endometriosis telah diidentifikasi pada wanita dengan noncommunicating uterine horn,
selaput dara imperforata, dan septum vagina transversal. Oleh karena itu, laparoskopi
diagnostik dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengobati endometriosis disarankan
pada saat operasi korektif bagi perbaiki anomali ini. Perbaikan defek anatomi tersebut
diperkirakan mengurangi risiko pengembangan endometriosis.3

Racun dari lingkungan


Terdapat pelbagai kajian menunjukkan terpapar kepada keracunan lingkungan
memainkan peranan dalam pembentukan endometriosis. Toxin yang paling banyak
adalah 2,3,7,8- tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD) dan racun seperti komponen
dioxin. Apabila berikatan, TCDD mengaktivasi reseptor aryl hydrocarbon. Reseptor ini
adalah asas factor transkripsi dan sama dengan golongan reseptor hormone steroid,
yang menghasilkan transkripsi pelbagai gen. Akibatnya, TCDD dan komponen dioxin
akan menstimulasi endometriosis dengan meningkatkan kadar interleukin,
mengaktivasi sitokrom enzim P450 seperti aromatase dan mengakibatkan perubahan
pada remodeling jaringan. Selain itu, TCDD dalam hubungannya dengan estrogen
muncul untuk merangsang pembentukan endometriosis, dan TCDD muncul untuk
memblokir progesterone-induced pada regresi endometriosis. Di lingkungan, TCDD
dan komponen dioxin adalah hasil libah dari industry pengolahan. Paparan paling
banyak kepada manusia adalah akibat menelan makanan terkontaminasi atau kontak
tidak disengajakan. Terdapat prevelensi yang tinggi pada ibu dengan endometriosis
mempunyai kandungan konsentrasi dioxin yang tinggi di dalam ASI. Selain itu,
penelitian selanjutnya telah menunjukkan tingkat dioxin serum lebih tinggi pada wanita
fertile dengan endometriosis dibandingkan dengan mereka yang infertile.3
7

2.5 PATOFISIOLOGI
Pertumbuhan endometrium menembus membrana basalis. Pada pemeriksaan histologis
sebagian menunjukkan pertumbuhan endometrium menyambung ke dalam fokus
adenomiosis, sebagian ada di dalam miometrium dan sebagian lagiada yang tidak
tampak adanya hubungan antara permukaaan endometrium dengan fokus adenomiosis.
Hal ini mungkin disebabkan oleh hubungan ini terputus oleh adanya fibrosis. Seiring
dengan berkembangnya adenomiosis, uterus membesar secara difus dan terjadi
hipertrofi otot polos. Kadang-kadang elemen kelenjar berada dalam lingkup rumor otot
polos yang menyerupai mioma. Kondisi ini disebut sebagai adenomioma. Fundus uteri
menrpakan tempat yang paling umum dari adenomiosis. Pola mikroskopik dijumpai
adanya pulaupuiau endometrium yang tersebar dalam miometrium. Endometrium
ektopik dapat memperlihatkan adanya perubahan seiring dengan adanya siklus haid,
umumnya jaringan ini bereaksi dengan estrogen tapi tidak dengan progesteron.
Penyebab adenomiosis sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Kemungkinan
disebabkan adanya erupsi dari membrana basalis dan disebabkan oleh trauma berulang,
persalinan berulang, operasi sesar ataupun kuretase.

Teori refluks haid dan implantasi sel endometrium di dalam rongga peritoneum.
Hal ini pertama kali diterangkan oleh John Sampson (L921), Teori ini dibuktikan
dengan ditemukan adanya darah haid dalam rongga peritoneum pada waktu haid
dengan laparoskopi, dan sel endometrium yang ada dalam haid itu dapat dikultur
dan dapat hidup menempel dan tumbuh berkembang pada sel mesotel peritoneum.
Teori koelemik metaplasia, di mana akibat stimulus tertentu terutama hormon, sel
mesotel dapat mengalami perubahan menjadi sel endometrium ektopik. Teori ini
terbukti dengan ditemukannya endometriosis pada perempuan pramenarke dan
pada daerah yang tidak berhubungan langsung dengan refluks haid seperti di
rongga paru. Di samping itu, endometrium eutopik dan ektopik adalah dua bentuk
yang jelas berbeda, baik secara morfologi maupun fungsional.
Penyebaran melalui aliran darah (hematogen) dan limfogen.
Pengaruh genetik. Pola penurunan penyakit endometriosis terlihat berperan secara
genetik. Risiko menjadi 7 kali lebih besar bila ditemukan endometriosis pada ibu
atau saudara kandung.
8

Patoimunologi. Reaksi abnormal imunologi yang tidak berusaha membersihkan


refluks haid dalam rongga peritoneum, malah memfasilitasi terjadinya
endometriosis. Apoptosis sel-sel endometrium ektopik menurun. Pada
endometriosis ditemukan adanya peningkatan jumlah makrofag dan monosit di
dalam cairan peritoneum, yang teraktivasi menghasilkan faktor pertumbuhan dan
sitokin yang merangsang tumbuhnya endometrium ektopik.
Dijumpai adanya peningkatan aktivitas aromatase intrinsik pada sel endometrium
ektopik menghasilkan estrogen lokal yang berlebihan, sedangkan respons sel
endometrium ektopik terhadap progesteron menurun.
Peningkatan sekresi molekul neurogenik seperti nerue growtb factor dan
reseptornya yang rnerangsang tumbuhnya syaraf sensoris pada endometrium.
Peningkatan interleukin-1 (IL-1) dapat meningkatkan perkembangan
endometriosis dan merangsang pelepasan faktor angiogenik (VEGF), interleukin-
6, interleukin-S dan merangsang pelepasan intercelular adhesion molecule-1
(ICAM-1) yang membantu sel endometrium yang refluks ke dalam rongga
peritoneum terlepas dari pengawasan imunologis. Interleukin-8 merupakan suatu
sitokin angiogenik yang kuat. Interleukin-8 merangsang perlengketan sel stroma
endometrium ke protein matrix extracelular, meningkatkan aktivitas matrix
metaloproteinase yang membantu implantasi dan pertumbuhan endometrium
ektopik.

2.6 MANIFESTASI KLINIS


Seiring dengan bertambah beratnya adenomiosis gejala yang timbul adalah:
Sebanyak 50 % mengalami menoragia3 kemungkinan disebabkan oleh gangguan
kontraksi miometrium akibat adanya fokus-fokus adenomiosis ataupun makin
bertambahnya vaskularisasi di dalam rahim. . Sebanyak 30"/" dari pasien mengeluh
dismenorea3 ini semakin lama semakin berat, hal ini akibat gangguan kontraksi
miometrium yang disebabkan oleh pembengkakan prahaid dan perdarahan haid di
dalam kelenjar endometrium. . Subfertilius. Dengan makin beratnya adenomiosis
biasanya pasien semakin sulit untuk mendapatkan keturunan.
Pada pemeriksaan dalam dijumpai rahim yang membesar secara merata. Rahim
biasanya nyeri tekan dan sedikit lunak bila dilakukan pemeriksaan bimanual sebelum
prahaid (tanda Halban).
9

Dismenorea
Nyeri haid disebabkan oleh reaksi peradangan akibat sekresi sitokin dalam rongga
peritoneum akibat perdarahan local pada sarang endometriosis dan oleh adanya
infiltrasi endometriosis ke dalam syaraf pada rongga panggul
Nyeri pelvic
 Akibat perlengketan, lama-lama dapat mengakibatkan nyeri pelvic yang
kronis
 Rasa nyeri bisa menyebar jauh ke dalam panggul, punggung dan paha dan
bahkan menjalar sampai ke rectum dan diare
 perempuan dengan endometriosis mengalami rasa nyeri intermenstrual
Dispareunia
Paling sering timbul terutama bila endometriosis sudah tumbuh di sekitar kavum
douglasi dan ligamentum sakrouterina dan terjadi perlengketan sehingga uterus
dalam posisi retrofleksi.
Diskezia
Keluhan sakit buang air besar bila endometriosis sudah tumbuh dalam dinding
rektosigmoid dan terjadi hematokezia pada saat siklus haid
Subfertilitas
Perlengketan pada ruang pelvis yang diakibatkan endometriosis dapat menganggu
pelepasan oosit dari ovarium atau menghambat perjalanan ovum untuk bertemu
dengan sperma.
Endometriosis meningkatkan volume cairan peritoneal, peningkatan konsentrasi
makrofag yang teraktivasi, prostaglandin, interleukin-1, tumor nekrosis factor dan
protease. Cairan peritoneum mengandung inhibitor penangkap ovum yang
menghambat interaksi normal fimbrial kumuls. Perubahan ini dapat memberikan
efek buruk bagi oosit, sperma, embrio dan fungsi tuba. Kadar tinggi nitric oxide
akan memperburuk motilitas sperma, implantasi dan fungus tuba.
Dapat juga terjadi gangguan hormonal (hiperprolaktinemia) dan ovulasi, termasuk
sindroma Luteinized Unruptured Follicle (LUF), defek fase luteal, pertumbuhan
folikel abnormal dan lonjakan LH dini.
10

2.6 DIAGNOSIS PEMERIKSAAN FISIK

Untuk mendapatkan hasil yang lebih mendukung, dilakukan pemeriksaan fisik saat awal
mensturasi dimana implant dalam keadaan paling besar dan paling lunak. Jika terdapat
penyakit yang lebih luas, dapat diketemukan dengan nodul pada uterosacral pada
pemeriksaan rectovaginal atau uterus retrovert yang terfiksasi. Jika ovary terlibat,
ditemukan bagian masa adnexal yang terfiksasi, lunak dapat teraba dengan pemeriksaan
bimanual atau ultrasonografi.4

Inspeksi

Selalunya tidak terdapat sebarang kelainan pada inspeksi visual dari luar. Namun, pada
beberapa kasus, terdapat tanda endometriosis di dalam bekas episiotomy ataupun bekas
operasi lainnya, paling banyak adalah pada insisi Pfannenstiel. Endometriosis dapat
bertumbuh secara spontan dalam perineum atau perianal.3

Pemeriksaan Inspekulo

Pemeriksaan vagina dan serviks dengan inspekulum selalu mendapatkan tiada tanda
endometriosis. Namun, dapat juga terlihat adanya lesi kebiruan atau kemerahan pada
serviks atau forniks posterior vagina. Lesi ini mungkin berkonsistensi lunak atau berdarah
jika disentuh. Dengan pemeriksaan ini sebanyak 14% pasien dapat didiagnosis dengan
endometriosis infiltrasi yang dalam.3

Pemeriksaan bimanual

Pada palpasi rongga pelvic, dapat ditemukan anatomi yang abnormal menunjukkan
endometriosis. Ligament uterosacral bernodul dan lunak dapat menunjukkan penyakit
yang aktif atau terdapat jaringan parut sepanjang ligament. Masa yang besar dan kistik
pada adneksa dapat menandakan endometrioma ovary, yang dapat mobil atau adheren
pada struktur pelvic. Pemeriksaan bimanual ini dapat mengetahui apakah uterus retrovert,
tetap, lunak atau keras. Meskipun palpasi organ panggul dapat membantu dalam diagnosis,
sensitivitas dan spesifisitas nyeri panggul fokus dalam mendeteksi endometriosis
menampilkan variasi yang luas dan rentang 36-90 persen dan 32 sampai 92 persen. 3 12

Pemeriksaan laboratorium

Untuk menolak penyebab lain pada nyeri panggul, dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan darah lengkap, urinalisis dan kultur urin, kultur vagina dan hapusan serviks
11

dapat digunakan untuk menolak penyebab disebabkan infeksi atau penyakit menular
seksual yang dapat menyebabkan pelvic inflammatory disease.3

 SERUM CA125
CA125 diidentifikasi pada beberapa jaringan dewasa seperti epithelium pada tuba
falopi, endometrium, endoserviks, pleura dan peritoneum. Jika terdapat
peningkatan CA125 pada pemeriksaan esei antibody monoclonal, terdapat
peningkatan derajat keparahan pada endometriosis. Walaupun begitu, pemeriksaan
esei ini mempunyai sensitifiti yang buruk dalam mendeteksi endometriosis derajat
ringan. Namun marker ini lebih tepat untuk mendiagnosa endometriosis derajat III
dan IV. Juga meningkat pada infeksi radang panggul, mioma dan trimester awal
kehamilan. Untuk monitor prognostic pascaoperatif endometriosis bila nilainya
tinggi berarti prognostic kekambuhannya tinggi. Bila CA 125> 65 mIU/ml
praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis.3
 Serum marker yang lain
CA 19-9, glikoprotein antigenic yang lain merupakan serum marker yang
menunjukkan korelasi yang positif dengan derajat keparahan endometriosis.
Serum placental protein 14 (PP14; glycodelin-A) juga menunjukkan sensitivity
yang adekuat (59%) namun tidak dikonfirmasi oleh studi yang lain.
Serum Interluekin-6 (IL-6), jika kadarnya melebihi 2 pg/mL (90% sensitivity dan
67% specificity), tumor necrosis factor- (TNF- ) dengan peritoneal fluid levels
diatas 15 pg/mL (100% sensitivity dan 89% specificity) dapat digunakan untuk
diskriminasi antara yang mempunyai endometriosis ataupun tidak.3

Pemeriksaan Penunjang

 Ultrasonografi (USG)
Hanya dapat digunakan untuk mendiagnosis endometriosis (kista endometriosis) >1cm,
tidak dapat digunakan untuk melihat bintik-bintik endometriosis ataupun perlengketan.
Dengan USG transvaginal dapat melihat gambaran karakteristik kista endometriosis
dengan bentuk kistik dan adanya interval eko di dalam kista. (ground grass
appearance)1,4
 Magnetic resonance imaging (MRI)
Tidak menawarkan pemeriksaan lebih superior dibandingkan dengan USG
12

Dapat digunakan untuk melihat kista, masa ekstraperitoneal, adanya invasi ke usus dan
septum rektovagina1,4
 Bedah laparoskopi
Laparoskopi adalah bahan baku emas untuk mendiagnosis endometriosis. Lesi aktif
baru berwarna merah terang, sedangkan yang sudah lama berwarna merah kehitaman.
Lesi nonaktif terlihat berwarna putih dengan jaringan parut. Pada endometriosis yang
tumbuh di ovarium dapat terbentuk kista yang disebut endometrioma. Biasanya isinya
berwarna coklat kehitaman sehingga juga diberi nama kista cokelat. Penemuan
laparoskopi terdapat pelbagai jenis dan dapat dibedakan antara lesi endometriotik,
endometrioma dan formasi adheren.1,4

Lesi endometriotik

Organ pelvic dan peritoneum pelvic adalah lokasi tipikal untuk endometriosis. Penampilan
lesi bervariasi dan warnanya dapat menjadi merah, putih, hitam. Lesi yang gelap karena
berpigmen dari pemendapan hemosiderin dari debris mensturasi yang terperangkap. Lesi
ini juga dapat muncul sebagai gelembung-gelembung kecil dan halus pada permukaan
peritoneum, lubang atau defek pada peritoneum atau lesi stellata yang datar mengelilingi
jaringan parut. Lesi endometriotik terdapat pada permukaan dan invasi peritoneum atau
organ pelvic.3

Endometrioma

Adalah lesi kistik endometrial di dalam ovary. Lesi ini kelihatan kista coklat mengandungi
cairan coklat yang pekat. Masa ovary ini dapat unilokal, namun selalunya multilokal jika
diameter lebih dari 3 cm.3

Pemeriksaan patologi anatomi

Didapatkan adanya kelenjar dan stroma endometrium


13

2.7 PENANGANAN

Diagnostik dan penanganan untuk perempuan dengan presumsi atau telah dibuktikan dengan
endometriosis. COCs = combination oral contraceptives; GnRH = gonadotropin-releasing
hormone; IUI = intrauterine insemination; NSAIDs = nonsteroidal antiinflammatory drugs.3

Gambar 1. Penanganan medis Pengobatan endometriosis sulit mengalami penyembuhan karena


adanya resiko kekambuhan. Tujuan pengobatan endometriosis lebih disebabkan oleh akibat
endometriosis itu, seperti nyeri panggul dan infertilitas.1,4
14

Pengobatan simtomatik

Memberikan antinyeri seperti parasetamol 500mg 3 kali sehari, Non Steroidal Anti
Inflammatory Drugs (NSAID) seperti ibuprofen 400mg tiga kali sehari, asam mefenamat
500mg tiga kali sehari. Tramadol, parasetamol dengan codein, GABA inhibitor seperti
gabapentin.1,4

Kontrasepsi oral

Diberikan pil kontrasepsi dosis rendah


Kombinasi monofasik (sekali sehari selama 6-12 bulan) merupakan pilihan pertama
yang sering dilakukan untuk menimbulkan kondisi kehamilan palsu dengan timbulnya
amenorea dan desidualisasi jaringan endometrium.
Kombinasi pil kontrasepsi apa pun dalam dosis rendah yang mengandung 30- 35ug
etinilestradiol yang digunakan secara terus-menerus bisa menjadi efektif terhadap
penanganan endometriosis.
Tujuan pengobatan adalah induksi amenorea, dengan pemberian berlanjut selama 6-12
bulan. Membaiknya gejala dismenorea dan nyeri panggul dirasakan oleh 60- 95%
pasien. Tingkat kambuh pada tahun pertama terjadi sekitar 17-18% o Biaya lebih
rendah dibandingkan dengan lainnya dan bisa membantu terhadap penanganan
endometriosis jangka pendek, dengan potensi keuntungan yang bisa dirasakan dalam
jangka panjang.1,4

Progestin

Memungkinkan efek antiendometriosis dengan menyebabkan desidualisasi awal pada


jaringan endometrium dan diikuti dengan atrofi
Pilihan utama karena efektif mengurangi rasa sakit seperti danazol, lebih murah tetapi
efek samping lebih ringan daripada danazol
Hasil pengobatan dievaluasi pada 3-6 bulan terapi. Medroxyprogesterone acetate
(MPA) adalah hal yang paling sering diteliti dan sangat efektif dalam meringankan rasa
nyeri. Dimulai dosis 30mg per hari dan kemudian ditingkatkan sesuai respons klinis
dan pola perdarahan. MPA 150mg yang diberikan intramuskuler setiap 3 bulan, juga
efektif terhadap penanganan rasa nyeri pada endometriosis
Pengobatan dengan suntikan progesterone seperti suntikan KB dapat membantu
mengurangi gejala nyeri dan perdarahan. Efek samping progestrin adalah peningkatan
berat badan, perdarahan lecut dan nausea.
15

Pilihan lain dengan menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang
mengandung progesterone, levonorgestrel

Aromatase inhibitor

Fungsinya menghambat perubahan C19 androgen menjadi C18 estrogen


Aromatase P450 banyak ditemukan pada perempuan dengan gangguan organ
reproduksi seperti endometriosis, adenomiosis dan mioma uteri1-4 Penanganan
pembedahan pada endometriosis Tujuannya untuk menangani efek endometriosis itu
sendiri, yaitu nyeri panggul, subfertilitas dan kista. Pembedahan juga untuk
menghilangkan gejala, meningkatkan kesuburan, menghilangkan bintik-bintik dan
kista endometriosis serta menahan laju kekambuhan.

Konservatif

Untuk mengangkat semua sarang endometriosis dan melepaskan perlengketan dan


memperbaiki kembali struktur anatomi reproduksi
Sarang endometriosis dibersihkan dengan eksisi, ablasi kauter, ataupun laser
Kista endometriosis 3cm dilakukan kistektomi dengan meninggalkan jaringan ovarium
yang sehat
Dapat dilakukan secara laparatomi ataupun laparoskopi
Laparaskopi menawarkan keuntungan lama rawatan yang pendek, nyeri pasca operatif
minimal, lebih sedikit perlengketan, visualisasi operatif yang lebih baik terhadap bintik-
bintik endometriosis.
Menjadi pilihan pada perempuan masih muda, menginginkan keturunan, memerlukan
hormone reproduksi, mengingat endometriosis ini merupakan suatu penyakit yang
lambat progresif, tidak cenderung ganas dan akan regresi bila menopause.1,4

Radikal

Dilakukan histerektomi dan bilateral salfingo-oovorektomi.


Ditujukan kepada perempuan yang mengalami penanganan medis atau bedah
konservatif gagal dan tidak membutuhkan fungsi reproduksi
Setelah pembedahan radikal diberikan terapi substitusi hormone.1-4
16

Simtomatis
Dilakukan untuk menghilangkan nyeri dengan presacral neuroctomy atau LUNA (laser
uterosacral nerve ablation)1,4

2.8 KOMPLIKASI

Berlakunya obstruksi pada saluran gastroinstestinal, uterus dan tuba falopi. 


Menyebabkan keganasan tahap yang ringan.
Lokasi bertumbuhnya endometriosis adalah di ovary (63%), bagian lain adalah vagina,
tuba falopi, mesosalpinx, dinding pelvic, kolon dan parametrium.5
Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat kolon atau
ureter.
Torsi ovarium atau rupture ovarium hingga terjadi peritonitis karena endometrioma.
Catamenial seizure atau pneumothoraks karena eksisi endometriosis.1

2.9 PROGNOSIS

Endometriosis sulit disembuhkan kecuali pada perempuan menopause. Setelah diberikan


penanganan bedah konservatif, angka kesembuhan 10-20% per tahun. Endometriosis sangat
jarang menjadi ganas. 2 Pada pasien yang mengalami pembedahan definitive, 3% akan
mengalami endometriosis kembali. Sedangkan pasien yang mengalami pembedahan
konservatif 10% akan menderita kembali pada 3 tahun pertama dan 35% pada 5 tahun
pertama. Pemeriksaan CA125 secara serial mungkin berguna untuk memperkirakan
kemungkinan rekurensi setelah terapi.1
17

BAB III

KESIMPULAN

Patogenesis penyakit endometriosis kurang difahami, namun bukti menunjukkan penyebabnya


adalah siklus haid retrograde dan implantasi oleh jaringan endometrial. Endometriosis selalu
terjadi pada perempuan dengan nyeri panggul dan/atau infertile. Laparoskopi adalah tindakan
baku emas untuk mendiagnosa endometriosis pelvic. Banyak kasus menggunakan terapi
operasi untuk menghilangkan nyeri secara efektif dan meningkatkan kesuburan. Terapi medis
menggunakan progestins, progestin-releasing intrauterine devices, danazol, atau GnRH analog
untuk menghilangkan nyeri namun tidak dapat meningkatkan kesuburan. Endometriosis adalah
penyakit yang dapat kembali kambuh dan terapi definitive adalah dengan membuang organ
pelvic yang terlibat.6
18

DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A, Triyanti K, Wardhani W.I, Setiowulan W. Endometriosis. Ilmu


Kandungan. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta: 2009. Hl. 381-384
2. Luthan D, Adenin I, Halim B. Endometriosis. Ilmu kandungan. Edisi ketiga. Pt. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2011. Hl.239-250.
3. Schorge J.O, Schaffer J.I, Halvorson L.M, Hoffman B.L. Endometriosis. Begin
General Gynecology. Williams Gynecology. 23rd ed. McGraw Hill. USA: 2010. Pg
476-514
4. Gibbs, Ronald S, Karlan, Beth Y, Haney, Arthur F, Nygaard, Ingrid E. Endometriosis.
Danforth’s Obstetrics and Gynecology. 10th ed. Lippincott Williams & Wilkins.
2008. PG716-721
5. Collier J, Longmore M, Turmezei T, Mafi A.R. Endometriosis. Gynaecology. Oxford
Handbook of Clinical Specialties. 8th ed. Pg 288-289.
6. Callahan T, Caughey A. Endometriosis and adenomyosis. Blueprints Obstetrics and
Gynaecology. 5th ed. Lippincott Williams & wilkins. USA: 2008. Pg 164-168

Вам также может понравиться

  • Kolitis Referat
    Kolitis Referat
    Документ28 страниц
    Kolitis Referat
    Asty Amelia
    Оценок пока нет
  • Referat RSAU Dr. Esnawan Antariksa
    Referat RSAU Dr. Esnawan Antariksa
    Документ28 страниц
    Referat RSAU Dr. Esnawan Antariksa
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat Vaskuler
    Referat Vaskuler
    Документ26 страниц
    Referat Vaskuler
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Ipd Sle
    Ipd Sle
    Документ49 страниц
    Ipd Sle
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat Endometriosis
    Referat Endometriosis
    Документ18 страниц
    Referat Endometriosis
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Varikokel
    Varikokel
    Документ23 страницы
    Varikokel
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Status Anak MUTIA
    Status Anak MUTIA
    Документ10 страниц
    Status Anak MUTIA
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat Vertigo
    Referat Vertigo
    Документ36 страниц
    Referat Vertigo
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Kolitis Referat
    Kolitis Referat
    Документ28 страниц
    Kolitis Referat
    Asty Amelia
    Оценок пока нет
  • Referat Penurunan Kesadaran
    Referat Penurunan Kesadaran
    Документ20 страниц
    Referat Penurunan Kesadaran
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Stroke Non Hemoragik: Laporan Kasus
    Stroke Non Hemoragik: Laporan Kasus
    Документ34 страницы
    Stroke Non Hemoragik: Laporan Kasus
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Sosialisasi Pencegahan Pemberantasan DBD Bagi Masyarakat Dan Pemeriksaan Jentik
    Sosialisasi Pencegahan Pemberantasan DBD Bagi Masyarakat Dan Pemeriksaan Jentik
    Документ49 страниц
    Sosialisasi Pencegahan Pemberantasan DBD Bagi Masyarakat Dan Pemeriksaan Jentik
    Tery Haryono
    67% (3)
  • Referat Vertigo
    Referat Vertigo
    Документ36 страниц
    Referat Vertigo
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat Stroke
    Referat Stroke
    Документ15 страниц
    Referat Stroke
    Brenda Japar
    Оценок пока нет
  • Demam Tifoid
    Demam Tifoid
    Документ20 страниц
    Demam Tifoid
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Referat SLE
    Referat SLE
    Документ37 страниц
    Referat SLE
    Andaru Kusuma Praja
    100% (5)
  • Referat SLE
    Referat SLE
    Документ37 страниц
    Referat SLE
    Andaru Kusuma Praja
    100% (5)
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Документ18 страниц
    Pendahuluan
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Case THT Mutia, Kee Zhen
    Case THT Mutia, Kee Zhen
    Документ21 страница
    Case THT Mutia, Kee Zhen
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Presentasi Kasus Demam Berdarah Dengue Grade 1: Oleh
    Presentasi Kasus Demam Berdarah Dengue Grade 1: Oleh
    Документ30 страниц
    Presentasi Kasus Demam Berdarah Dengue Grade 1: Oleh
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Demam Tifoid
    Demam Tifoid
    Документ20 страниц
    Demam Tifoid
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • PENYULUHAN - DBD Fix
    PENYULUHAN - DBD Fix
    Документ10 страниц
    PENYULUHAN - DBD Fix
    Frenytha Anggreini
    100% (7)
  • PENYULUHAN - DBD Fix
    PENYULUHAN - DBD Fix
    Документ10 страниц
    PENYULUHAN - DBD Fix
    Frenytha Anggreini
    100% (7)
  • IPD - Sirosis
    IPD - Sirosis
    Документ13 страниц
    IPD - Sirosis
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Askep Pneumonia
    Askep Pneumonia
    Документ12 страниц
    Askep Pneumonia
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan DBD
    Penyuluhan DBD
    Документ15 страниц
    Penyuluhan DBD
    Dina Rasmita
    100% (1)
  • Penyuluhan DBD
    Penyuluhan DBD
    Документ15 страниц
    Penyuluhan DBD
    Dina Rasmita
    100% (1)
  • Gastritis
    Gastritis
    Документ15 страниц
    Gastritis
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Cover Junal THT 2-1
    Cover Junal THT 2-1
    Документ1 страница
    Cover Junal THT 2-1
    Mutiara M J
    Оценок пока нет
  • Askep
    Askep
    Документ26 страниц
    Askep
    Mutiara M J
    Оценок пока нет