Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ABSTRAK
yang paling sering ditemukan. Dispepsia fungsional terdiri atas tiga subtipe
penyakit dengan patofisiologi dan etiologi yang berbeda, yaitu: sindrom distress
(epigastric pain syndrome [EPS]), dan subtipe dengan gambaran PDS dan EPS
disebabkan oleh gangguan motilitas gaster (seperti: akomodasi fundus gaster yang
tidak adekuat atau pengosongan gaster yang lambat), sensasi gaster (seperti:
sensasi yang terkait dengan hipersensitivitas terhadap gas dan kembung), atau
serta karakter pribadi seorang individu juga dapat berperan, walaupun tidak selalu
herbal hanya memainkan peran yang sangat kecil. Psikoterapi hanya efektif untuk
sebagian kecil pasien, sedangkan kualitas hidup dapat ikut terpengaruh secara
sangat signifikan pada hampir seluruh pasien. Terapi di masa yang akan datang
menyembuhkan inflamasi gaster dan duodenum yang terjadi pada kasus dispepsia
fungsional ini.
ntitas penyakit dispepsia fungsional – rasa tidak nyaman atau nyeri pada
namun tanpa disertai penyebab organik yang nyata – pertama kali diperkenalkan
dalam konsensus Roma, yang dimulai pada tahun 1988. Sebelumnya, pasien yang
idiopatik kronik, atau dispepsia esensial. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
duodenum, dan penyakit refluks gastro-esofageal) atau rasa mual dan muntal yang
masalah dalam pengklasifikasian ini masih terbentur oleh luasnya spektrum gejala
dari dispepsia fungsional ini. Pada tahun 1990, sistem klasifikasi Roma yang
menghabiskan makanan dengan besar porsi yang normal), rasa mual atau
kembung), dan banyak pasien lainnya yang mengalami kedua jenis gejala
tersebut. Pemisahan ini tetap dipertahankan dalam klasifikasi Roma I (1992) dan
Roma II (1999). Pada klasifikasi Roma III (2006), definisi dispepsia fungsional
nyeri epigastrium (EPS) dan sindrom distress post-prandial (PDS) (Kotak 1).
Pemisahan ini juga masih dipertahankan pada klasifikasi Roma IV (2016)3 dan
suatu entitas yang terpisah4,5; namun, hanya sebagian kecil pasien yang tetap
asimptomatik pada sesi follow-up 6-12 bulan setelah terapi eradikasi berhasil
pump inhibitor (PPI), yang merupakan terapi standar untuk penyakit refluks
klasifikasi yang berbeda10. Makalah ini hanya akan membahas tentang dispepsia
fungsional yang terjadi pada orang dewasa, walaupun terkadang juga akan
EPIDEMIOLOGI
Barat dan cukup rendah (5-30%) di Asia, terlepas dari definisi dispepsia
dispepsia fungsional, 28% individu menderita irritable bowel syndrome (IBS) dan
6% menderita kedua penyakit tersebut. Populasi pasien yang terkena IBS dan
dispepsia fungsional dilaporkan berkisar antara 10% hingga 27% pada beberapa
penelitian sebelumnya13 dan hampir mencapai 30% pada sampel populasi; angka
ini bahkan bisa lebih tinggi lagi pada beberapa populasi yang spesifik14,15. Hasil
observasi ini memunculkan suatu istilah baru, yaitu “sindrom overlap”, yang
kriteria Roma, setidaknya untuk IBS dan dispepsia fungsional. Argumen ini juga
kemungkinan pada akhirnya nanti juga akan mengalami gejala-gejala IBS pada
saja, namun juga dengan beberapa penyakit somatik dan penyakit non-intestinal
fungsional, seperti fibromialgia, kandung kemih yang overaktif, dan nyeri pelvis
kronik18-21.
10 tahun22,17, dengan angka kehilangan yang hampir sama; angka kehilangan ini
dapat disebabkan oleh remisi spontan atau remisi yang diinduksi-terapi, namun
walaupun perbedaan ini lebih jelas terlihat pada IBS dibandingkan dengan
kelamin (sebagai contoh: perubahan yang dikenalikan oleh hormon seksual pada
motilitas intestinal) atau akibat pemprosesan nyeri (viseral) di sistem saraf pusat,
namun juga disebabkan oleh perilaku pemeliharaan kesehatan yang spesifik untuk
sejak usia dini29 dan faktor-faktor lainnya dari masa kanak-kanak30, merokok31,
overweight dan obesitas32, serta stress dan status/sifat psikososial (seperti: ansietas
dan depresi; lihat faktor-faktor Psikososial dan mekanisme otak, di bawah ini).
Wanita memiliki tingkat probabilitas yang secara keseluruhan lebih tinggi untuk
bagian atas atau bawah36 atau justru di sepanjang saluran gastrointestinal21. Pada
fungsional18, yang juga dapat ditemukan pada kasus IBS, menimbulkan suatu
hipotesis bahwa penyakit ini bersumber dari faktor psikiatrik, namun data jangka-
panjang menunjukkan bahwa korelasi sebab-akibat ini dapat terjadi dalam dua
baru di masa yang akan datang38, dan dispepsia fungsional tanpa komorbiditas
psikiatrik baseline dapat menunjukkan skor ansietas dan depresi yang lebih tinggi
pada saat follow-up22. Dalam suatu penelitian kohort yang dilakukan di Australia
terhadap 1.900 orang pasien dengan IBS dan/atau dispepsia fungsional, ditemukan
bahwa sepertiga pasien telah didiagnosis menderita depresi dan ansietas sebelum
terjadinya gangguan fungsional, sedangkan dua per tiga pasien lainnya telah
terlalu sering diaplikasikan (lihat Psikoterapi) dan secara umum lebih kurang
efektif dibandingkan pada kasus IBS40. Komorbiditas psikiatrik yang jauh lebih
dibandingkan pada IBS adalah gangguan makan (seperti: bulimia atau anorexia
membutuhkan biaya langsung dan tidak langsung yang cukup tinggi, yang
MEKANISME/PATOFISIOLOGI
dengan derajat yang sama pada kelompok PDS, EPS, maupun pada kelompok
gangguan pada akomodasi lambung (suatu refleks yang dimediasi oleh nervus
vagal yang terjadi post-prandial dan menghasilkan suatu penurunan tomus otot
halus; lambung akan berelaksasi dan memberikan ruang yang lebih luas untuk
Adanya komunikasi antara sistem saraf pusat dan sistem saraf enterik telah
diketahui selama lebih dari satu abad terakhir, namun fakta bahwa komunikasi
otak-usus terjadi secara dua arah baru diketahui belakangan ini54,55. Inervasi pada
motilitas, alirah darah, dan fungsi enteroendokrin, selain itu sistem saraf enterik
juga berkomunikasi dengan sawar intestinal via neuroendokrin dan sel-sel imun
Perubahan respon motilitas dan patologis terhadap stimulus mekanik dan kimia
fungsional57 (Gambar 1). Terdapat berbagai pola motilitas yang berbeda selama
status interdigestif dan digestif. Selama periode interdiagestif, saat usus masih
paling khas dari motilitas interdigestif adalah fase III, yang terdiri atas kontraksi
rongga oral hingga mencapai ujung anal dari usus halus. Pola motilitas yang
abnormal pada dispepsia fungsional dapat terjadi di lambung, pilorus, dan usus
aktivitas refleks yang tercetus58-62 (Gambar 1). Sekitar 30% gejala yang terjadi
kelompok pasien ini bersifat atipikal, karena terutama terdiri atas kontraksi-
dengan volume antrum yang lebih besar dibandingkan dengan volume normal,
namun volume fundus yang lebih kecil65. Derajat distensi antrum ini berkaitan
berkaitan dengan rasa cepat kenyang yang dialami oleh pasien dispepsia
fungsional.
Sensitivitas Gastroduodenum
hipersensitivitas pasien ini bergantung pada kriteria diagnostik dan apakah sensasi
gejala69. Bahkan pasien dengan akomodasi yang normal melaporkan keluhan rasa
rektum71, yang menunjukkan adanya suatu sensitisasi yang lebih umum pada
sisten saraf pusat dan otonom (vagal, spinal, dan enterik). Menariknya,
muskarinik, namun tidak demikian saat relaksasi otot diinduksi oleh nitrogliserin
keseluruhan skor gejala73. Temuan ini menunjukkan adanya peran penting dari up-
TRPV1 diekspresikan pada ujung saraf vagal dan spinal di dinding usus dan
diaktivasi oleh pH yang rendah, suhu yang tinggi, dan stimulus nyeri. Pasien-
pasien dengan dispepsia fungsional memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi
terhadap capsaicin secara akut dapat mencetuskan rasa panas dan nyeri, yang
dapat mengalami desensitisasi setelah terpapar dalam jangka waktu yang cukup
lama.
langsung, tingkat sensitivitas terhadap lipid yang lebih tinggi pada saraf atau sel-
Bukti tentang adanya sensitisasi nervus perifer terlihat dari hasil observasi
faktor neurotropik yang berasal dari lini-sel glial (GDNF)79 dan TRPV1 (Ref.80)
fungsional. Temuan ini konsisten dengan kadar GDNF yang lebih tinggi pada
triptase (yang menunjukkan adanya aktivasi sel mast)81. Sampel biopsi gaster juga
menunjukkan adanya hubungan yang lebih erat antara saraf dan sel mast81, dan
dari pasien dispepsia fungsional, terutama pada pasien dengan EPS83. CGA
enteroendokrin, aktivitas sel-sel imun dan saraf, serta proteksi terhadap stress
dispepsia fungsional.
Inflamasi Gastroduodenum
Hipersensitivitas mekanis dan kimiawi dapat disebabkan oleh aktivasi imun lokal.
Berdasarkan data terkini, saat ini fokus penelitian tentang mekanisme terjadinya
dispepsia funsgional telah bergeser dari infeksi H.pylori dan perubahan motilitas
fungsi sawar epithelial di duodenum baik pada pasien maupun pada sampel
mukosa pada kasus EPS, PDS, dan dispepsia fungsional yang disertai IBS 85.
penelitian melaporkan adanya selisih yang lebih besar antara adheren sel-sel
tampilan permukaan epithelial yang normal87 dan bahkan resistensi epithelial yang
lebih tinggi (dan, dengan demikian, permeabilitas yang lebih rendah) pada sampel
kandungan asam yang tinggi. Stres psikologis akut juga dapat meningkatkan
permeabilitas mukosa duodenum melalui aktivasi sel mast yang dimediasi oleh
hormon pelepas-kortikotropin89.
Eosinofil dan sel mast yang berdegranulasi di samping neuron enterik dapat
sistem saraf enterik dan pusat54. Aktivasi imun juga masih dapat terjadi pada
kondisi tidak adanya eosinophilia; pada kasus ini, hanya terjadi peningkatan
dengan dispepsia fungsional dan berkaitan dengan intensitas gejala serta gangguan
merupakan sumber yang potensial bagi produksi berbagai sitokin (IL-4, IL-5, dan
IL-13) yang terlibat dalam perekrutan dan aktivasi eosinophil dan sel mast97.
Jumlah eosinofil dan sel mast meningkat pada pleksus submukosa duodenum pada
pasien dengan dispepsia fungsional, dan temuan ini diikuti oleh gangguan yang
penurunan respon kalsium terhadap depolarisasi dan stimulasi listrik – dan juga
dapat berimplikasi pada sistem saraf pusat54,92. Sitokin-sitokin dari usus yang
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi antara sistem imun, otak, dan usus54.
Mikrobiota Intestinal
bakteri usus halus yang berlebihan pada kasus dispepsia fungsional, yaitu suatu
kondisi dimana populasi bakteri di usus halus lebih banyak dibandingkan dengan
kondisi fisiologis dan terdiri atas berbagai spesies yang normalnya merupakan
mikrobiota feses dengan nyeri abdomen, dan enterotipe (yang merupakan tipe
populasi nikrobiota usus) dimana bakteri dari genus Prevotella lebih berkaitan
dengan kontrol yang sehat, jumlah bacteroidetes pada individu dengan dispepsia
dalam mikrobiota oral103. Hasil ini menunjukkan perlunya penelitian lebih lanjut
Kontribusi Genetik
pemodelan genetik menunjukkan adanya suatu efek genetik yang independen pada
IBS dan penyakit refluks gastroesofagus, namun tidak ditemukan efek apapun
genetik sebesar 22% untuk IBS, 13% untuk penyakit refluks gastroesofagus, dan
fungsional, pada pasien dengn dispepsia fungsional berat (yaitu, dengan gejala
yang cukup berat untuk mempengaruhi kualitas hidup secara negatif), gejala
atau penyakit refluks gastroesofagus2,105. Oleh karena itu, analisis data yang
melibatkan subpopulasi yang tidak seimbang yang tidak mewakili sebagian besar
sensitivitas (termasuk pemprosesan sentral dari input aferen) atau respon imun.
besar fungsi, termasuk fungsi adrenergik, serotonergik, dan fungsi imun108, yang
adanya suatu hubungan antara genotip GNB3 spesifik dan dispepsia fungsional
penelitian menemukan hubungan ini hanya terdapat pada pasien tanpa infeksi
H.pylori112 atau dengan manifestasi gejala yang spesifik, seperti EPS110. Observasi
ini dapat menunjukkan adanya interaksi yang spesifik antara infeksi H.pylori dan
mentargetkan efek terapi dengan PPI terhadap gejala dispeptik pada pasien
terhadap terapi114.
motilitas, dan persepsi gastrointestinal, serta fungsi sistem saraf pusat115,116, dan
target reseptor 5-HT117 (lihat di bawah ini). Dalam suatu penelitian118 tentang
polimorfisme pada gen-gen kandidat untuk beberapa reseptor 5-HT yang berbeda,
reseptor kolesistokinin dan GNB3 serta pada promoter gen yang mengkode
Perlu dicatat bahwa suatu mutasi pada SCN5A (yang mengkode kanal
kongenital juga berkaitan dengan nyeri abdomen pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal fungsional119.
Faktor-faktor ini meliputi berbagai perubahan yang terjadi dalam jangka waktu
lama dalam fungsi psikososial seorang individu yang menghasilkan suatu
pendek yang diinduksi oleh suatu status emosi atau kognisi sesaat120,121.
Ciri Psikososial
Ciri psikososial yang paling jelas pada kasus dispepsia fungsional adalah
neurotisisme yang tinggi dapat ditemukan dengan jelas pada pasien dispepsia
fungsional dibandingkan dengan kohort yang sehat namun juga bisa lebih tinggi
dan/atau depresi dalam etiologi penyakit ini, dengan temuan terkini menunjukkan
Namun, interaksi dua-arah antara beban gejala yang berlangsung kronik dan
dengan gejala-gejala fisik yang berlangsung kronik, terutama rasa nyeri. Selain
itu, faktor ciri psikososial dapat memberikan efek negatif terhadap perjalanan
termasuk sensitivitas dan akomodasi gaster, serta retensi makanan pada antrum
Ciri Psikososial
persepsi nyeri viseral terlihat jelas pada individu yang sehat. Walaupun literatur
yang membahas tentang hal ini masih sangat sedikit, faktor status emosional dan
kognitif dapat memodulasi patofisiologi dan terapi dispepsia fungsional dan dapat
Sebagai contoh, ansietas sesaat pada saat pemeriksaan berkaitan dengan gangguan
akomodasi gaster133 dan berkorelasi negatif dengan rasa tidak nyaman pada gaster
serta ambang rasa nyeri dan komplians gaster pada pasien dengan dispepsia
Baik faktor psikososial yang telah menjadi sifat/ciri khas personal maupun yang
gastrointestinal bagian atas mencapai batang otak dan area kortikal yang lebih
tinggi melalui jalur asendens spesifik144,145. Berbagai regio otak subkortikal dan
kortikal secara dinamis terlibat dalam pengalaman sadar terhadap sensasi viseral
namun juga aspek emosional, motivasional, dan kognitif. Studi pencitraan otak
otak yang saling terkoneksi satu sama lain, termasuk sirkuit sensorimotorik,
neuronal sebagai respon terhadap distensi gaster atau distensi palsu juga
pemprosesan tidak hanya terjadi selama proses stimulasi viseral yang berbahaya
dicatat bahwa hingga saat ini, tidak ada satu penelitian pun yang membandingkan
atau dengan kelompok kontrol psikiatrik. Oleh karena itu, spesifisitas perubahan
Faktor-faktor status psikologis yang terjadi sesaat, seperti ansietas saat dilakukan
neural pada pasien dengan dispepsia fungsional saat ini teralu sedikit untuk
perubahan fungsional pada regio atau sikuit otak yang spesifik dan untuk
menentukan kontribusi faktor ciri khas dan status psikososial terhadap perubahan
dinding usus lokal namun juga dapat menyebabkan terjadinya upregulasi neural
Kriteria Diagnosis
merupakan suatu kondisi medis yang memiliki efek yang substansial terhadap
dan cepat merasa kenyang, yang dialami oleh 69% pasien dispepsia fungsional);
EPS (7%), dimana nyeri epigastrium atau sensasi terbakar pada epigastrium yang
tidak selalu terjadi setelah selesai makan merupakan gejala utamanya; serta
kombinasi antara PDS dan EPS (25%), yang ditandai dengan gejala dispeptik
yang diinduksi-makanan yang disertai dengan nyeri atau sensasi terbakar di
epigastrium160 (Kotak 1). Klasifikasi PDS, EPS, atau kombinasi PDS dan EPS
ini direformulasikan dan diredefinisikan dalam kriteria Roma IV3. Riwayat pasien
dan pemeriksaan klinis sebaiknya difokuskan untuk mencari gejala atau tanda
bahaya (Kotak 2). Terutama, pasien dengn dispepsia fungsional, khususnya kasus-
kasus yang lebih berat yang dirujuk ke senter tersier, dapat datang dengan keluhan
dilakukan di Belgia menunjukkan bahwa 16% dari 636 orang pasien dengan
dispepsia fungsional melaporkan penurunan berat badan sebesar >10 kg. Oleh
karena itu, saat mengumpulkan data tentang riwayat medis pasien, klinisi harus
menaruh perhatian yang khusus untuk tanda ini. Selain rasa tidak nyaman di
secara umum tidak dapat memberikan informasi lainnya yang memiliki nilai
memiliki definisi yang samar dan tidak dapat diandalkan untuk membedakan
antara dispepsia organik dan fungsional37 (Kotak 3; Gambar 3). Oleh karena itu,
(Kotak 2). Nilai diagnostik pemeriksaan pencitraan USG masih belum dapat
ditentukan dengan jelas, kecuali pada pasien dengan gambaran klinis yang
saluran cerna bagian atas menunjukkan hasil negatif pada >70% pasien yang
(seperti USG), terutama pada pasien dengan penurunan berat badan, untuk
mencari ada atau tidaknya karsinoma, kolelitiasis (batu empedu), atau pankreatitis
kronik. Jika suatu penyebab organik, sistemik, atau metabolik ditemukan dan
gejala yang dialami oleh pasien menunjukkan perbaikan atau sembuh total dengan
terapi target, pasien ini didiagnosis dengan dispepsia sekunder, yang meliputi
digestif lainnya (seperti gejala penyakit refluks gastroesofagus atau IBS) dapat
dispepsia fungsional dapat mengalami muntah, namun gejala muntah yang terjadi
pula, rasa nyeri yang tampaknya disebabkan oleh faktor bilier (yaitu rasa tidak
nyaman yang tumpul dan teradi secara intens di kuadran kanan atas, epigastrium,
atau (pada kasus yang lebih jarang) area substernal yang dapat menjalar ke
belakang (terutama di bagian tulang belikat kanan)) seharusnya dapat
fungsional.
Gejala Terkait-Gas
di usus162 (Kotak 4), yang dapat bermanifestasi sebagai sendawa, sensasi tekanan
abdomen yang berlebihan (kembung), rasa keroncongan di abdomen
merefleksikan overlap yang seringkali terjadi antara dispepsia fungsional dan IBS.
merupakan suatu gejala dispepsia fungsional yang penting; namun, peran flatus
dalam kasus ini masih belum jelas, dan dapat dianggap termasuk ke dalam gejala
Jumlah gas di dalam usus ditentukan oleh suatu sistem homeostasis yang
kompleks dan diregulasi dengan baik yang melibatkan proses produksi, konsumsi,
dan difusi gas antara lumen intestinal dan darah235. Volume total gas intraluminal
pada kondisi normal adalah 100-200 mL, yang terdistribusi secara merata di
berbagai kompartemen yang berbeda: lambung, usus halus, serta kolon asendens,
transversum, desendens, dan pelvic; dan volume gas paling banyak terletak di
dalam kolon. Input gas diperoleh dari proses menelan, reaksi kinia, difusi dari
darah dan fermentasi bakterial. Output gas diperoleh melalui sendawa, adsorpsi ke
dalam darah, konsumsi bakterial, dan evakuasi anus. Pada manusia, lambung
mengandung suatu rongga kecil yang berisi gas, yang dimasuki pada saat menelan
makanan, dan kelebihan gas dalam rongga tersebut akan dieliminasi melalui
proses sendawa atau dialirkan ke dalam saluran intestinal. Peran gas gastrik dalam
patogenesis dispepsia fungsional belum diketahui.
Sendawa Berulang
gas yang berlebihan di dalam lambung. Sebagai upaya untuk membebaskan gas
ini, pasien secara tidak sengaja menelan udara, yang selanjutnya akan
cara bersendawa yang disertai dengan rasa lega163, yang dengan demikian semakin
menguatkan keyakinan pasien. Korelasi antara sendawa dan rasa penuh di
epigastrium didukung dengan fakta yang menyatakan bahwa sendawa lebih sering
tentang gejala tersebut, dan sendawa esophagus (yang disebut juga dengan
IV.
Suatu percobaan uji gas (dimana gas eksogen dimasukkan secara langsung dalam
pengendalian gas intestinal, yang bermanifestasi dalam bentuk retensi gas, gejala
abdomen dan MRI pada kondisi klinis tidak menunjukkan adanya hubungan
antara gejala abdomen dengan banyaknya jumlah gas intestinal pada pasien ini,
karena pada sebagian besar pasien, volume dan distribusi gas intestinal berada
dalam rentang yang normal166,167. Oleh karena itu, persepsi rasa kembung
abdominal dapat berkaitan dengan toleransi yang buruk terhadap isi usus yang
normal.
Distensi Abdominal
distensi abdominal yang terlihat jelas setelah makan dan menghubungkan distensi
kembung, namun sensasi kembaung tidak selalu berkaitan dengan distensi. Pasien
basal, namun volume gas gastrointestinal pada umumnya berada dalam kisaran
yang normal167. Lebih jauh lagi, distensi abnormal ini dihasilkan oleh suatu
mengubah isi dan volume abdomen dengan cara memodulasi tonus ototnya. Pada
individu yang sehat, peningkatan isi abdomen akan diakomodasi oleh relaksasi
dan kenaikan diafragma, kontraksi otot intercostal, dan hanya disertai dengan
protrusi yang minimal pada dinding anterior. Pada pasien dengan dispepsia
fungsional, respon yang berlawanan dari diafragma dan dinding abdomen secara
poliethilen yang diberikan secara oral dengan dosis 50 mL per menit hingga
dan memperbaiki tonus postural otot; data ini menunjukkan bahwa distensi
abdomen merupakan suatu manifestasi somatik dari gangguan gastrointestinal
fungsional170. Pada pasien ini, persepsi tentang gejala usus memicu munculnya
dianggap sebagai suatu gejala IBS, namun tidak termasuk dalam gejala dispepsia
terutama kelompok fokus menunjukkan bahwa gejala ini merupakan suatu gejala
Pemeriksaan Laboratorium
Jika suatu penyakit organik, yang seharusnya dicurigai terutama pada kondisi
pemeriksaan ini tidak bersifat invasif dan akurat. Namun, subkelompok pasien
progresif semakin berkurang, mengingat prevalensi infeksi H.pylori saat ini terus
mengalami penurunan, dan hanya terdapat sebagian kecil pasien yang berespon
dispeptik masih belum jelas hingga saat ini, dan terapi untuk pengosongan
lambung yang lambat dengan obat prokinetik tidak menunjukkan korelasi yang
pengosongan lambung membutuhkan biaya yang cukup mahal dan tidak tersedia
secara luas sebagai suatu pemeriksaan yang terstandar. Oleh karena itu,
ini hanya dipertimbangkan untuk alat bantu dalam penelitian saja. Pertimbangan
yang sama juga berlaku untuk pemeriksaan fungsional yang menilai akomodasi
PENATALAKSANAAN
Penyesuaian diet dan eradikasi H.pylori (pada pasien-pasien yang terinfeksi) dapat
kelompok EPS, PDS, dan kombinasi agar dapat mengobati gejala-gejala yang
Eradikasi H. pylori
Terapi eradikasi H.pylori disarankan dalam seluruh panduan atau pedoman untuk
pasien dengan dispepsia fungsional yang terinfeksi, karena terapi ini berpotensi
untuk memperbaiki gejala dan mengontrol risiko terjadinya ulkus peptikum dan
setelah 6-12 bulan dan lebih jelas terlihat pada pasien dengan EPS dibandingkan
dengan pada pasien dengan PDS177. Efek yang bermanfaat dari terapi ini paling
jelas terlihat dari penelitian yang dilakukan di Asia (yang kemungkinan
dibandingkan dengan negara-negara barat), dan jumlah yang perlu untuk diobati
(jumlah pasien dalam uji klinis yang perlu diobati agar dapat memperoleh manfaat
H.pylori dengan respon yang muncul secara bertahap (>6-12 bulan) terhadap
Manajemen Diet
makanan dapat menginduksi munculnya gejala tipikal yang biasa mereka rasakan,
dan faktor diet saat ini semakin diketahui berperan penting dalam munculnya
dan PDS46 sebagai bagian dari kriteria Roma III secara formal diakui secara resmi
itu sendiri, dimana gejala-gejala tersebut dapat diinduksi oleh makanan atau
komponen makanan yang spesifik; dengan demikian, kondisi ini bukanlah suatu
gejala dispeptik serta strategi terapi yang efektif masih sulit untuk dipahami.
Pola Diet
kenyang yang muncul dengan cepat dan bahwa gejala tipikal ini terutama dalam
dipicu oleh makanan yang berlemak; hasil obervasi ini menunjukkan bahwa
energi keseluruhan serta berat badan. Namun, kedua parameter tersebut masih
pada besar porsi atau frekuensi makan, asupan energi atau konsumsi makronutrien
diamati antara pasien dengan dispepsia fungsional dan kontrol yang sehat,
cenderung untuk mengkonsumsi makanan utama dalam jumlah yang sedikit lebih
kecil dan mengkonsumsi makanan pendamping dan cemilan dalam jumlah yang
lebih banyak178,180-182 serta memiliki asupan energi dan lemak rata-rata yang
jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan kontrol yang sehat178, 183).
rasa penuh dan kembunh berhubungan dengan asupan energi dan lemak178, dan
sering) berhubungan dengan kemungkinan yang lebih kecil untuk mengalami rasa
perbedaan dalam waktu munculnya onset gejala setelah konsumsi makanan dapat
berkaitan terutama dengan distensi gaster (dan, dengan demikian, dapat terjadi
lebih dini) atau dengan komponen makanan yang spesifik (contohnya: bumbu,
gluten atau lemak). Gejala-gejala yang disebabkan oleh makanan yang spesifik
dapat terjadi beberapa saat kemudian, yaitu pada saat pengosongan lambung,
pencernaan dan paparan pada usus halus diperlukan. Oleh karena itu, dengan
dan onset gejala dapat membantu untuk membedakan penyebab primer dari
kasus makanan yang mengandung lemak, gejala-gejala tersebut dapat terjadi tepat
sedikit pun telah dapat menginduksi gejala-gejala yang signifikan pada pasien
yang hipersensitif. Selain itu, tampaknya gejala rasa penuh, kembung, atau mual
oleh para peneliti dan klinisi dalam upaya untuk mengidentifikasi hubungan
kausal antara faktor diet tertentu dengan gejala dispeptik, mekanisme yang
kenyang dan intoleransi terhadap makanan yang berlemak dapat berkaitan dengan
dan terbukti dapat menginduksi gejala-gejala pada IBS188, dan intoleransi gluten,
bahkan pada kondisi tidak adanya penyakit coeliac, perlu untuk dipertimbangkan.
Intoleransi susu sapi atau laktosa dan hipersensitivitas terhadap makanan asam,
makanan yang mensekresikan asam, atau makanan yang iritatif (seperti: sitrus,
rempah-rempah, kopi, atau alkohol) juga dapat berperan. Makanan yang kaya
akan protein (seperti daging) dapat mengandung lemak yang tersembunyi, yang
tidak dapat diidentifikasi dengan mudah oleh pasien. Terdapat juga kemungkinan
untuk meringankan gejala178,180, namun terdapat lebih banyak pasien yang tidak
akibat antara makanan yang sepsifik dan induksi gejala masih harus diteliti lebih
lanjut. Ini merupakan upaya yang sanat menantang, mengingat bahwa dispepsia
mengevaluasi secara sistematis peran makanan pemicu yang spesifik pada suatu
membantu penelitian intervensi diet, yang mana, jika berhasil, dapat membentuk
dasar untuk pendekatan terapi diet baru yang lebih hemat biaya dan hampir tanpa
Obat Prokinetik
Obat-obatan dalam kelas yang heterogen ini dapat menstimulasi kontraksi otot
polos gaster, digunakan secara luas untuk kasus dispepsia fungsional dan
ditetapkan sebagai terapi lini pertama untuk PDS193. Agen prokinetik (Tabel 1)
meliputi agonis reseptor 5-HT (5-HT4), antagonis reseptor dopamin D(2) dan
agonis reseptor motilin, seperti eritromisin. Hanya terdapat sedikit literatur yang
Gangguan akomodasi gaster dapat ditargetkan oleh agonis 5-HT1A dan antagonis
oleh agonis 5-HT1A buspirone dan tandospirone194,195 (terutama untuk gejala rasa
sentral. Obat-obatan ini kemungkinan merupakan yang paling efektif untuk EPS.
untk agonis 5-HT1A yang bekerja pada funsgi akomodasi gaster. Antidepresan
mirtazapine, jika dikonsumsi dalam dosis rendah pada malam hari, juga terbukti
efektif untuk terapi keluhan cepat merasa kenyang dan mual pada pasien dengan
dispepsia fungsional dengan penurunan berat badan yang tidak memiliki riwayat
Obat Pensupresi-Asam
Inhibisi terhadap sekresi asam merupakan terapi lini pertama yang paling banyak
mencapai 45%198) pada pasien yang juga disertai dengan keluhan heartburn, suatu
signifikan dari PPI, yang lebih efektif dibandingkan dengan antagonis reseptor
histamin H2 setelah 4-8 minggu pemberian terapi standar. Karena analisis ini
tidak berhasil menemukan perbaikan terkait-dosis seiring dengan meningkatnya
dosis, maka peningkatan dosis PPI pada pasien dispepsia fungsional yang tidak
responsif terhadap terapi ini tampaknya tidak terlalu dianjurkan198. Pasien dengan
ini dapat terhadi pada kondisi tidak adanya komorbiditas depresif atau ansietas
utama200. Namun, manfaat ini masih terbatas hanya untuk antipsikotik (antagonis
reseptor dopamin D2) dan antidepresan trisiklik (yang terutama efektif pada
Terapi Lainnya
Terapi Herbal
Terapi herbal tradisional seringkali tidak memiliki mekanisme aksi yang dapat
beberapa uji klinis; namun, uji klinis ini seringkali memiliki kualitas metodologis
yang tidak konsisten. Preparat obat herbal STW 5 (dengan komposisi yang terdiri
atas akar garden angelica, buah milk thistle, jinten, celandine besar, bitter candy
tuft, akar manis, bunga chamomile, daun balm, dan daun peppermint) merupakan
salah satu obat yang paling banyak diteliti. Suatu meta-analisis yang melibatkan
data-data dari tiga uji klinis terkontrol acak menunjukkan bahwa STW5
dan kontraksi fasik antrum. Perlu dicatat, suatu uji klinis acak melaporkan bahwa
Rikkunshito, suatu obat herbal Kampo Jepang, juga telah diteliti untuk
adanya efektivitas dalam memperbaiki gejala seperti nyeri epigastrium206 dan rasa
penuh postprandial dan cepat kenyang207. Efek ini berkaitan dengan peningkatan
Psikoterapi
Berbanding terbalik dengan IBS, psikoterapi tidak terlalu sering diteliti untuk
kasus dispepsia fungsional dan belum terbukti efektif: hanya terdapat empat uji
klinis terkontrol210-213 yang dipublikasikan hingga tahun 2002 dan suatu analisis
Cochrane yang telah di-update ditarik kembali dari peredaran dengan alasan yang
tidak diketahui. Tiga uji klinis lainya214-216 dilakukan bersamaan dengan meliputi
diuji dalam suatu penelitian kecil tunggal (Tabel 2). Selain itu, pasien yang
dilibatkan memiliki gejala serta durasi penyakit dispepsia fungsional yang sangat
bervariasi.
gejala total yang lebih baik, penurunan tingkat keparahan gejala, perbaikan
kualitas hidup, dan perbaikan pada gejala kondisi psikiatrik komorbidnya (seperti
psikiatrik ini terjadi secara sekunder akibat mulai ringannya gejala gastrointestinal
atau justru sebaliknya. Namun, sebagian besar studi follow-up tidak dapat
berbagai pendekatan psikologis yang berbeda, fokus yang hanya ditujukan pada
yang terlibat dalam proses terjadinya dan perjalanan penyakit dispepsia fungsional
serta kurangnya replikasi yang independen untuk temuan ini (contohnya: untuk
hipnoterapi).
Namun, bukti yang lemah secara empiris ini juga dapat menunjukkan
bahwa – tidak seperti pada kasus IBS40 – apakah komorbiditas psikiatrik pada
dispepsia fungsional merupakan kondisi sekunder yang dapat meningkat dan
Data tentang terapi alternatif juga jarang ditemukan. Salah satu strategi terapi
terhadap data dari dua uji klinis terkontrol acak (n = 58) melaporkan adanya
titik-titik yang tidak spesifik)217; namun, pada suatu penelitian lainnya, gejala
terkontrol acak dengan kualitas yang rendah (karena tingkat kerahasiaannya tidak
dengan baik, atau data tidak lengkap) menunjukkan adanya penurunan gejala
dispepsia fungsional dan perbaikan kualitas hidup setelah terapi akupuntur
gejala rasa cepat kenyang dan rasa penuh postprandial220. Namun, penulis
menyadari perlunya suatu uji klinis terkontrol acak dengan metodologi yang
berkualitas tinggi220. Terakhir, suatu obat Cina tradisional juga telah diuji untuk
lambung’. Suatu meta-analisis yang melibatkan data dari 12 uji klinis terkontrol
ini dan banyaknya agen yang digunakan (contohnya: radix paeoniae, radix
KUALITAS HIDUP
Tingkat keparahan gejala dispepsia fungsional (dari ringan hingga berat) tidak
selalu berkaitan dengan suatu biomarker yang spesifik. Oleh karena itu, sulit
untuk memahami beban dispepsia fungsional yang dirasakan oleh pasien dari hari-
ke-hari atau responsivitasnya terhadap terapi. Salah satu cara untuk memahami
beban penyakit ini adalah dengan menilai kualitas hidup pasien secara sistematis
parameter generik atau yang spesifik terhadap penyakit. Parameter generik yang
paling banyak digunakan, Formulir Singkat Survey Kesehatan yang terdiri atas
36-item (SF-36)222, menilai delapan dimensi kesehatan, yaitu: fungsi fisik, fungsi
sosial, keterbatasan peran akibat masalah fisik, keterbatasan peran akibat masalah
emosional, kesehatan mental, vitalitas, nyeri, dan tingkat kesehatan diri yang
hidup pasien dispepsia fungsional dengan kualitas hidup pasien dengan kondisi
medis lainnya atau dengan kontrol yang sehat223. Data dari penelitian tersebut
menunjukkan temuan yang belum dapat disimpulkan, yang sampai dengan taraf
kelompok dengan berfokus pada dimensi yang umum ditemukan pada berbagai
pasien tanpa dispepsia fungsional serta sebanding dengan pasien dengan gagal
setidaknya sebagiannya, oleh komorbiditas dan tidak selalu oleh faktor dispepsia
fungsional itu sendiri. Selain itu, parameter generik kurang sensitif untuk
klinis dan peneliti karena tidak menilai sumber kualitas hidup yang spesifik untuk
memperhitungkan berbagai aspek yang spesifik untuk penyakit ini yang paling
bermakna untuk pasien, contohnya termasuk masalah diet, yang tidak dinilai
Fokus yang lebih sempit pada parameter kualitas hidup yang spesifik
kualitas hidup pasien dispepsia fungsional dengan pasien penyakit lainnya atau
dengan kontrol yang sehat, namun parameter ini mendeskripsikan karakteristik
beban penyakit yang lebih mendetail. Sebagai contoh untuk pendekatan ini adalah
Indeks Dispepsia Nepean yang telah divalidasi227, (dan versinya yang lebih
singkat228), yang telah dievaluasi untuk berbagai perbedaan yang bermakna secara
tidak diketahui) telah dinyatakan sebagai faktor risiko yang paling penting bagi
gangguan kualitas hidup pada pasien dengan dispepsia fungsional berat. Riwayat
menjadi korban kekerasan dan depresi yang terjadi dalam waktu dekat dapat
PANDANGAN PENULIS
Roma IV, yang didukung oleh berbagai literatur, menetapkan bahwa PDS dan
EPS merupakan dua entitas yang berbeda, walaupun terdapat kasus kombinasi
supresor-asam) dan berbagai uji klinis terkontrol acak, namun konsep tersebut saat
diduga bahwa penyakit neuronal atau otot – selain infeksi yang terjadi bersamaan
atau terjadi sebelumnya atau yang berdiri sendiri – dapat menjelaskan patogenesis
dan onset yang terjadi akut232. Menariknya, terdapat informasi baru yang
gangguan refleks sistem nervus enterik, dan bukti adanya perubahan sistemik
(contohnya, peningkatan kadar sitokin dan sel T usus-halus dalam sirkulasi) telah
menggeser ketertarikan para peneliti dari gaster ke usus halus bagian atas103.
observasi yang berbeda ini, dan hipotesis tersebut dapat diuji37. Model tersebut
menunjukkan bahwa pada individu yang secara genetik berisiko, infeksi enteri
akut atau antigen makanan (contohnya: gandum) dapat merusak sawar intestinal,
kerusakan lebih lanjut terhadap sawar intestinal dan menghasilkan suatu respon
ansietas atau kelelahan. Pada kasus lainnya, aktivasi jalur hormonal stress dapat
jumlah chime (massa semi-liquid yang mengandung makanan yang baru sebagian
tercerna) yang mencapai usus halus bagian atas, disfungsi gastrointestinal pada
beberapa kasus bisa jadi merupakan suatu gangguan sekunder. Namun, juga
terdapat bukti yang menunjukkan bahwa perubahan pada sensitivitas mekanis dan
kimiawi tidak dipicu oleh infeksi atau aktivasi imun, dan peningkatan nosisepsi
dapat terjadi secara independen terlepas dari aktivasi imun. Oleh karena itu, dapat
Saat ini telah bermunculan berbagai pilihan terapi baru berdasarkan pada
1) telah menunjukkan hasil yang menjanjikan)233 dan antibiotik yang tidak dapat
peran mikrobiota usus pada dispepsia fungsional mulai bermunculan, belum ada
studi klinis yang dilakukan untuk menguji konsep ini dengan terapeutik seperti
probiotik yang spesifik. Saat ini merupakan periode yang sangat mengasyikkan
dalam bidang penelitian ini, karena jawaban dari berbagai pertanyaan tampaknya
pemahaman kita.
DAFTAR PUSTAKA