Вы находитесь на странице: 1из 21

PRESENTASI KASUS

KONDILOMA AKUMINATUM

Disusun oleh:
Gita Nur Azizah
112016296
Dipresentasikan pada tanggal 13 Agustus 2018

Moderator:
dr. I Dewa Ayu S, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
PERIODE 6 AGUSTUS 2018 – 8 SEPTEMBER 2018

H a l a m a n 1 | 21
BAB I
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama : Ny. U

Umur : 25 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : JL. Haji Ung RT/RW 10/04 Utan Panjang Kemayoran-Jakarta

Pusat

Status perkawinan : Menikah

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis, pada tanggal 09 Agustus 2018, pukul 09.30 WIB.

Keluhan Utama

Terdapat kutil pada daerah kemaluan

Keluhan Tambahan

Tidak Ada

Riwayat Perjalanan Penyakit


Pasien datang ke poli kulit kelamin RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan
terdapat kutil yang tumbuh pada daerah kemaluannya sejak kurang lebih 1 bulan SMRS.
Pasien menyadari hal tersebut pertama kali saat pasien sedang buang air kecil, awalnya
teraba satu buah kutil kemudian tumbuh kembali menjadi banyak dengan ukuran yang
H a l a m a n 2 | 21
kecil, adanya pertumbuhan kutil dianggota tubuh lain disangkal oleh pasien. Pasien juga
menyangkal terdapat adanya rasa gatal pada daerah kutil tersebut, namun pasien
mengeluh terdapat rasa nyeri saat berhubungan seksual dengan suami pasien. Sebelumnya
pasien tidak pernah memiliki kutil atau kelainan lain pada kelaminnya, pasien juga belum
pernah melakukukan pengobatan untuk keluhannya tersebut. Selain itu, pasien mengaku
terkadang muncul keputihan berwarna bening, tidak gatal, dan tidak berbau. Pasien
menyangkal terdapat keluhan gangguan saat berkemih.
Pasien mengatakan terdapat riwayat keluhan yang sama pada suaminya yaitu
memiliki kutil pada kemaluannya, namun pasien tidak mengetahui sejak kapan kutil
tersebut timbul, pasien baru menyadari sejak bulan juni 2018. Suami pasien tidak
melakukan pengobatan dan kutil tersebut tampak menjadi semakin banyak. Pasien
mengatakan bahwa suami pasien berkerja sebagai tukang jualan kopi keliling. Pasien
sebelumnya aktif berhubungan seksual dengan suaminya tetapi semenjak timbulnya kutil
tersebut pasien sudah tidak pernah berhubungan seksual lagi. Pasien mengatakan
memiliki riwayat pernikahan sebanyak dua kali, pernikahan terakhir sejak tahun 2015.
Pasien menyangkal adanya riwayat berganti-ganti pasangan selain dari suami pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan yang serupa. Pasien memiliki
riwayat operasi tumor payuda pada tahun 2012. Riwayat penyakit tekanan darah tinggi,
diabetes mellitus, alergi baik makanan, obat, maupun lingkungan disangkal pasien.

Riwayat Penyakit Keluarga.

Pasien mengatakan terdapat riwayat keluhan yang serupa pada suami pasien.
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi, diabetes mellitus, alergi baik makanan, obat,
maupun lingkungan pada keluarga disangkal pasien.

III. STATUS GENERALIS


Kesadaran : Compos mentis

Keadaan Umum : Baik

Tekanan Darah : 100/60 mmhg

H a l a m a n 3 | 21
Nadi : 80 x /menit

Pernapasan : 18 x /menit

Suhu : Afebris

Kepala : Normocephali, deformitas (-), pertumbuhan rambut merata

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)

THT : Normotia, normosepta, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1

Leher : Kelenjar tiroid dan KGB tidak teraba membesar

Paru : Suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Datar, Bising usus (+), normal, timpani, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

IV. STATUS VENEREOLOGIKUS


Lokasi : Pada region vulva vaginalis
Efloresensi : Terdapat papul verukosa multiple, warna seperti
warna kulit, berbentuk bulat dengan ukuran diameter
kurang lebih 5 mm, berbatas tegas. Tidak terdapat lesi lain
pada genitalia eksterna.
Orificium uretra eksterna : Tidak terdapat edema ataupun hiperemis

Sekret vagina : Tidak ada

H a l a m a n 4 | 21
Gambar 1. multiple papul pada vulva

H a l a m a n 5 | 21
Gambar 2. Setelah lesi dioles trichloroasetat

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Imunoserologi

 Anti HIV : Non Reaktif


 VDRL : Negatif
 TPHA : Negatif

VI. RESUME
Ny U usia 25 tahun, datang dengan keluhan terdapat kutil pada daerah kelamin
sejak kurang lebih 1 bulan SMRS. Kutil tidak gatal, namun terasa nyeri. Terdapat
keputihan berwarna bening namun jarang tanpa disertai bau ataupun gatal. Pada keluarga
suami pasien juga memiliki keluhan yang sama yaitu terdapat kutil pada kelaminnya akan
tetapi tidak melakukan pengobatan. Pasien mengaku aktif dalam berhubungan seksual
dengan suaminya, namun semenjak timbul kutil tersebut pasien tidak pernah berhubungan
lagi.
Pada pemeriksaan didapatkan status generalis dalam batas normal. Pada status
venereologikus didapatkan, lokasi pada regio vulva vaginalis, efloresensi yaitu terdapat
papul verukosa multiple, warna seperti warna kulit, berbentuk bulat dengan diameter
H a l a m a n 6 | 21
kurang lebih 5 mm, berbatas tegas. Pada orificium uretra eksterna tidak terdapat edema
ataupun hiperemis, tidak tampak sekret vagina

VII. DIAGNOSIS KERJA


 Kondiloma Akuminata

VIII. DIAGOSIS BANDING


 Kondiloma Latum
 Karsinoma sel skuamosa

IX. ANJURAN PEMERIKSAAN


 Pemeriksaan pap smear

X. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :

 Hindari berhubungan seksual selama masa pengobatan, jika tidak dapat dihindari
maka sarankan menggunakan kondom saat melakukan hubungan.
 Menyarankan pasien untuk memeriksan dan melakukan pengobatan pada suami
pasien.
 Menjaga kebersihan daerah genitalia, serta tidak menggaruk daerah genitalia untuk
mencegah infeksi sekunder
Medikamentosa :
 Dilakukan topikal dengan solusio asam trikloroasetat 80%.
XI. PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad Bonam
 Quo ad functionam : dubia ad Bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad Bonam

H a l a m a n 7 | 21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KONDILOMA AKUMINATUM

I. Definisi
Kondiloma Akuminatum (bila banyak disebut kondiloma akuminata), atau kutil
kelamin (veneral warts) ialah lesi proliferasi jinak berbentuk papilomatosis, dengan
permukaan verukosa yang disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe tertentu yaitu
terutama tipe 6 dan 11, yaitu terdapat pada daerah kelamin dan anus. Gambaran papul
bertangkai dan permukaan berjonjot. Pertumbuhan jaringan bersifat jinak, superfisial,
terutama di daerah genital. Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab,
misalnya di daerah genitalia eksterna.1
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih
baru, jika telah lama agak kehitaman. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan
berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm,
namun bila berkumpul sampai berdiameter 10 cm dan bertangkai.2
Kondiloma merupakan penyakit menular seksual yang menular melalui hubungan
seksual dan dapat ditularkan melalui barang yang tercemar partikel HPV. Masa inkubasi dapat
terjadi dari 3 minggu hingga 8 bulan setelah kontak dengan orang yang terinfeksi. Kondiloma
akuminata merupakan pertumbuhan jaringan yang bersifat jinak, superficial terutama di
daerah genital. Kondiloma akuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau biasanya
didapatkan melalui hubungan seksual melewati liang rectal disekitar anus. Sedangkan pada
wanita dijumpai pada permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada perineum atau disekitar
anus. Kondiloma sering kali tampak rapuh atau mudah terpecah, bisa tersebar multifocal dan
multisentris yang bervariasi baik dalam jumlah maupun ukurannya. Lesinya bisa sangat
meluas sehingga dapat menguasai penampakan normal dan anatomi pada genitalia. Daerah
tubuh yang paling umum adalah frenulum, korona, glans pada pria dan daerah introitus
posterior pada wanita.1,3,5

H a l a m a n 8 | 21
II. Etiologi
Virus penyebab adalah Human Papilloma Virus (HPV), yaitu virus DNA yang
tergolong dalam keluarga papovavirus. Sampai saat ini telah dikenal sekitar 100 genotipe
HPV, namun tidak seluruhnya dapat menyebabkan kondiloma akuminatum. Tipe yang
tersering yaitu sebanyak 70-100% adalah tipe 6 dan 11. Selain itu, pernah ditemukan tipe 30,
42, 43, 44, 45, 51, 55, 55, dan 70. Tipe HPV yang berpotensi onkogenik tinggi adalah tipe 16
dan 18 yang paling sering dijumpai pada kanker sel skuamosa di serviks uteri. Sedangkan tipe
6 dan 11 lebih sering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasma intraepithelial
serviks derajat ringan.1

III. Epidemologi
Penyakit ini termasuk kelompok Infeksi Menular Seksual (IMS) dimana 98%
penularan terjadi melalui hubungan seksual dan sisanya melalui barang yang tercemar HPV.1
Pada seseorang yang aktif berhubungan seksual, banyak yang secara subklinis telah terinfeksi
HPV tetapi asimptomatik, Frekuensinya pada pria dan perempuan sama. Jenis kelamin pria
13% dan wanita 9% yang pernah mengalami kondiloma akuminata. Umur diderita pada
kebanyakan wanita aktif seksual dibawah usia 25 tahun. Tersebar kosmopolit dan transmisi
melalui kontak kulit langsung. Dewasa ini kutil kelamin adalah penyakit menular seksual viral
yang paling umum, 3 kali lebih banyak dari herpes genital tetapi angka kejadiannya tidak
melampaui infeksi gonokokus (gonore) dan klamidia.3
Pada pasien HIV positif prevalensi HPV adalah 30%. Pengaruh infeksi HIV pada
perjalanan penyakit HPV tidak jelas tetapi dapat dipengaruhi oleh tingkat keparahan
immunocompromise dan terapi penggunaan antiretroviral. Infeksi oleh jenis risiko tinggi HPV
dikaitkan dengan SIL (Squamous Intraepithelial Lesion) yang merupakan prekursor diduga
menjadi kanker invasif.6

IV. Gejala Klinis


Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk, (1) Bentuk akuminata, terutama
dijumpai pada daerah lipatan yang hangat, lembab dan tidak berambut. Tidak berkeratin
sehingga lunak. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti jari.
Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti
kembang kol, (2) Bentuk papul, bentuk ini biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi

H a l a m a n 9 | 21
sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan
berupa papul dengan permukaan verukosa atau yang halus dan licin, soliter atau multipel dan
tersebar secara diskret, (3) Bentuk keratotik, karena berkeratin maka menyerupai kutil biasa
dan umumnya dijumpai di daerah yang kering yaitu di kulit anogenital. 3,4
Penyakit ini terutama terdapat didaerah lipatan yang lembab misalnya didaerah
genitalia eksterna. Pada laki-laki tempat predileksinya diperineum dan sekitar anus, sulkus
koronarius, glans penis, di dalam meatus uretra, korpus, dan pangkal penis. Pada perempuan
didaerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang porsio uteri. Dengan semakin
banyaknya kejadian hubungan seksual anogenital, semakin banyak pula ditemukan
kondiloma akuminatum di daerah anus dan sekitarnya.1

Kondisi lembab misalnya pada perempuan dengan fluor albus atau pada laki-laki yang
tidak disirkumsisi, lesi kondiloma akuminatum lebih cepat membesar dan bertambah banyak.
Selain itu, kondisi imunitas yang menurun misalnya pada orang yang terinfeksi HIV atau
mengalami transplantasi organ tubuh, juga akan menambah cepat pertumbuhan kondiloma
akuminatum. Sedangkan dalam keadaan hamil, akan menambah banyak lesi dan akan cepat
sembuh dengan berakhirnya kehamilan.1

Kondiloma akuminatum seringkali tidak menimbulkan keluhan, namun dapat disertai


rasa gatal. Bila terdpaat infeksi sekunder dapat menimbulkan rasa nyeri, bau kurang enak, dan
mudah berdarah. Bentuk klinis yang paling sering ditemukan berupa lesi seperti kembang kol,
berwarna seperti daging atau sama dengan mukosa. Ukuran lesi berkisar dari beberapa
millimeter sampai beberapa sentimeter. Tiap kutil tersebut dapat bergabung menjadi massa
yang besar. Bentuk lainnya berupa lesi keratotik dengan permukaan kasar dan tebal, biasanya
ditemukan di atas permukaan yang kering misalnya batang penis. Lesi timbul sebagai papul
atau plak verukosa atau keratotik, soliter atau multiple. Selain itu, lesi berbentuk kubah
dengan permukaan yang rata dapat ditemukan di tempat yang kering sama halnya dengan lesi
keratotik. Seringkali berkelompok dengan warna seperti mukosa sampai merah jambu atau
merah kecokelatan.1

Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih
baru, jika telah lama agak kehitaman. Permukaan berjonjot atau papilomatosa sehingga pada
vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna
H a l a m a n 10 | 21
kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak. Vegetasi yang besar
disebut sebagai giant condylomata (Buschke-Lowenstein tumor) yang pernah dilaporkan
menimbulkan degenerasi maligna, sehingga harus dilakukan biopsi.3
Pada pria dapat menyerang penis, uretra, dan daerah rektal. Infeksi dapat dormant atau
tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel rambut atau dalam
lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi. Pada wanita kondiloma akuminata yang sering
menyerang daerah yang lembab dari labia minora dan vagina sebagian besar lesi timbul tanpa
gejala. Namun pada sebagian kasus terjadi perdarahan setelah coitus, gatal, dan vaginal
discharge. Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm namun bisa berkumpul sampai berdiameter 2 -
10 cm dan bertangkai dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak diperhatikan.
Terkadang muncul pada lebih dari satu daerah. Pada kasus yang jarang, dapat terjadi
perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus mencapai saluran uretra. Pada umumnya
penderita memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan.1,3-5

Gambar 3. Kondiloma akuminata di daerah glans penis dan sulkus koronarium. Tampak
vegetasi yang bertangkai maupun tidak bertangkai.
Sumber: Murtiastutik D, Barakbah J, Lumintang H, Martodihardjo S. Buku Ajar Infeksi
Menular Seksual. Surabaya: Airlangga University Press. 2008.h.165-79.

H a l a m a n 11 | 21
Gambar 4. Kondiloma akuminata: vegetasi eritematosa menutupi genitalia eksterna, bertangkai,
permukaannya berbintil-bintil.

Sumber: Handoko R. Penyakit virus. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.h.112-4.

Gambar 5. Lesi kondiloma pada wanita

H a l a m a n 12 | 21
Sumber: Atlas Penyakit Kulit & Kelamin. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit danKelamin
FK UNAIR.2007.h.224.
V. Patofisiologis
Faktor resiko utamanya yaitu berdasarkan aktivitas seksual, dimana kondiloma
akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang mempunyai aktivitas seksual yang
aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih dari 1 orang (multiple), pasangan seksual yang
memiliki infeksi HPV anogenital ataupun pada infeksi menular seksual.5
HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30 jenis HPV dapat
menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul sebagai lesi
kondiloma papilomatous. Infeksi HPV dapat menular melalui aktivitas seksual. HPV yang
berhubungan dengan traktus genital dibagi dalam kelompok resiko rendah dan resiko tinggi
yang didasarkan atas genotipe masing-masing. Sebagian besar kondiloma genital diinfeksi
oleh tipe HPV 6 atau HPV 11. Sementara tipe 16, 18, 31, 33,45, 51, 52,56, 68, 89 merupakan
resiko tinggi.5 HPV tipe resiko rendah dan resiko tinggi keduanya dapat menyebabkan infeksi
anogenital, dimana infeksi HPV dapat dorman tidak menimbulkan gejala selama beberapa
tahun dan menjadi bergejala secara intermiten. Seluruh tipe HPV bereplikasi pada nucleus sel
host. Pada lesi yang jinak, HPV ditemukan sebagai plasmid dalam sitoplasma seluler dan
bereplikasi diluar kormosom. Sedangkan pada lesi yang ganas, HPV masuk ke dalam
kromosom sel host yang diikuti oleh pecahnya genome virus, fungsi E1 dan E2 terganggu
yang menyebabkan perubahan bentuk sel.5
Penyebarannya yaitu melalui kontak sesual genital-genital, oral-genital, genital-
anal. Infeksi HPV genital umumnya mengenai mukosa yang lembab dan berdekatan dengan
epitel skuamosa genitalia perempuan dan laki-laki, misalnya serviksa dan anus. Abrasi
mikroskopis yang terjadi saat berhubungan seksual akan memudahkan pasangan yang
terinfeksi HPV menularkannya kepada pasangan seksualnya yang belum terinfeksi. Trauma
berulang pada daerah tersbut akan meningkatkan infektivitas dan replikasi virus. Virus akan
memasuki sel epitel basal di daerah labia minora pada perempuan atau prepusium dan
frenulum pada laki-laki. Epitel anus juga mudah mengalami trauma saat berhubungan seks
ano-genital, sehingga memudahkan infeksi HPV. Setelah masuk ke dalam sel epitel basal
pejamu, virus melepaskan kapsul protein dan berada bersama dengan sel pejamu sebagai
circular episome. Virus akan berada dalam masa inkubasi laten selama 1-8 bulan, dan selama

H a l a m a n 13 | 21
itu tidak tampak manifestasi infeksi. Replikasi aktif HPV terjadi di lapisan epitel dekat
permukaan, dengan amplifikasi cepat hingga 100.000 genom per sel. Virion kemudian
dilepaskan dari sel yang berdeskuamasi. Fase pertumbuhan aktif dimulai bila terjadi lesi
pertama. Sampai saat ini belum diketahui pemicu perubahan bentuk laten menjadi bentuk
infeksisu, namun dipengaruhi oleh faktor pejamu, virus, dan ligkungan. Selama masa infeksi
aktif, HPV akan bereplikasi tanpa bergantung pada pembelahan sel pejamu, dan akan memicu
sel pejamu berproliferasi membentuk banyak lesi berupa kutil datar hingga papilar. Jumlah
virus paling banyak dijumpai di lapisan epitel paling atas, sehingga meningkatkan infektivitas.
Biasanya pada fase ini, pasien mulai berobat.3
Kira-kira 3 bulan kemudian, respons system imun pejamu mulai meningkat. System
imun innate mulai dipulihkan, dan interferon akan memperlambat replikasi HPV dan memicu
respon imun selular. Sistem imun selular yang imunokompeten dan produksi sitokin,
diperlukan untuk pembersihan HPV. HPV terlindung dari respon imun pejamu karena virus
berlokasi di dalam sel.
Sebagian besar infeksi HPV bersifat sementara atau transient dan tidak terdeteksi lagi
dalam waktu 2 tahun. Meskipun demikian, sekitar 30% kondiloma akuminata akan mengaami
regresi dalam 4 bulan pertama infeksi. Secara luas telah diketahui bahwa HPV persisten
penting dalam kemungkinan terbentuknya lesi prakanker dan kanker. Kurang dari 1% orang
yang terinfeksi virus ini akan menjadi kutil secara klinis, sehingga penularan dapat terjadi dari
seseorang yang tampak tidak terinfeksi virus. Periode laten dapt berlangsungbeberapa bulan
hingga tahun.3

VI. Pemeriksaan Penunjang


Terdapat beberapa pemeriksaan yang dianjurkan pada kondiloma akuminata adalah:3-5
1. Pap smear, dimana seluruh perempuan disarankan untuk dilakukan pemeriksaan pap
smear karena HPV merupakan agen penyebab utama pada kanker serviks.
2. Pemeriksaan histopatologi dengan biopsi untuk hibridisasi DNA. Biopsy sebenarnya
tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin. Beberapa indikasi untuk dilakukannya
pemeriksaan histopatologi yaitu bentuk lesi yang tidak khas, lesi tidak responsive
terhadap terapi dan curiga kea rah keganasan yang ditandai dengan pigmentasi,
pertumbuhan cepat, fiksasi terhadap struktur dibawahnya, perdarahan, dan ulserasi

H a l a m a n 14 | 21
spontan. Indikasi lainnya adalah pasien imunokompromais berusia lebih dari 40 tahun,
serta lesi kondiloma akuminata pada serviks.
Secara mikroskopis, lesi kondiloma ditandai dengan gambaran koilosit yaitu keratinosit
berukuran besar dengan halo atau vakuolisasi perinuklear. Sel dengan inti hiperkromatik
juga dapat ditemukan. Pada epidermis, terdapat akantosis, parakeratosis, dan rete ridges
memanjang. Pada stratum basalis dapat ditemukan peningkatan aktivitas mitosis. Pada
dermis dapat ditemukan papilomatosis dan sebukan sel radang kronik.
3. Dermoskopi, dapat mendiagnosis bahkan pada lesi awal yaitu kondiloma akuminata akan
tampak gambaran pola vascular dan pola mosaic pada lesi awal yang masih datar dan
menyerupai tombol (knoblike) serta menyerupai jari (finerlike) pada lesi papilomatosa.
4. VDRL dan TPHA untuk menyingkirkan ko-infeksi Treponema pallidum.
VDRL memakai formula antigen terdiri dari kardiolipin, kolestrol dan lesitin yang
digunakan sebagai screening atau untuk menilai hasil pengobatan. Selain hasil reaktif,
non reaktif atau reaktif lemah, tes ini dapat memberikan hasil kuantitatif dalam bentuk
titer misalnya 1/2, 1/4, 1/8, 1/16, dst. Sedangkan TPHA merupakan tes treponemal yang
menerapkan teknik hemaglutinasi tidak langsung untuk mendeteksi antibody spesifik
terhadap Treponema pallidum
5. Anti HIV

H a l a m a n 15 | 21
VII. Diagnosis
Kondiloma akuminatum terutama didiagnosis secara klinis karena bentuknya yang
khas. Pada keadaan yang meragukan dapat dilakukan tes asam asetat. Lesi dan kulit atau
mukosa sekitarnya dibungkus dengan kain kassa yang telah dibasahi dengan larutan asam
asetat 5% selama 3-5 menit. Setelah kain kasa dibuka, seluruh area yang dibungkus diperiksa
menggunakan kaca pembesar (pembesaran 4-8 kali). Hasil tes yang positif disebut sebagi
positif acetowhite, terjadi warna putih akibat ekspresi sitokeratin pada sel suprabasal yang
terinfeksi HPV. Bagian sel ini mengandung banyak protein dan warna putih terjadi sebagai
akibat denaturasi protein. Lesi HPV seringkali menunjukkan pola kapilar (punctuated
capillary pattern) yang berbatas tegas. Pada keadaan inflamasi, tes dapat menunjukkan hasil
positif namun dengan pola yang lebih difus dan tidak beraturan.1

VIII. Diagnosis Banding1


a. Veruka vulgaris: vegetasi yang tidak bertangkai, kering, dan berwarna abu-abu atau sama
dengan warna kulit.

Gambar 6. Veruka Vulgaris

H a l a m a n 16 | 21
b. Kondiloma lata: merupakan salah satu bentuk lesi sifilis stadium II, klinis berupa plakat
yang erosif dan basah, ditemukan banyak spirochaeta pallidum dengan mikroskop
lapangan gelap.

Gambar 7. Kondiloma Lata

c. Karsinoma sel skuamosa: vegetasi berbentuk seperti kembang kol, mudah berdarah dan
berbau.

Gambar 8. Karsinoma sel skuamosa

d. Karsinoma verukosa (Buschke-Lowenstein tumor atau giant condylomata): lesi


neoplastic yang bersifat invasive lokal, biasanya dihubungan dengan HPV tipe 16.

H a l a m a n 17 | 21
Gambar 9. Giant condyloma Buschke-Lowerstein

IX. Tatalaksana
Pilihan obat berdasarkan keadaan lesi yaitu jumlah, ukuran dan bentuk, serta lokasi.
Cara pengobatan dapat dibagi atas pengobatan yang dilakukan oleh pasien (home-patient-
applied treatment) dan pengobatan oleh dokter (physician-applied treatment).1

1. Kemoterapi
a. Tinktura podofilin 25%
Podophylin adalah resin yang diambil dari tumbuhan dengan kandungan beberapa
senyawa sitotoksik yang rasionya tidak dapat dirubah. Podophylin yang paling aktif
adalah podophylotoksin. Jenis ini mungkin terdiri atas berbagai konsentrasi 10-25 %
dengan senyawa benzoin tinoture, spirit dan paraffin cair. Aplikasi dilakukan oleh dokter,
tidak boleh oleh pasien sendiri. Menggunakan tinktura podofilin 25 %, kulit di sekitarnya
dilindungi dengan vaselin atau agar tidak terjadi iritasi dan dicuci setelah 4-6 jam. Jika
belum ada penyembuhan dapat diulang setelah 3 hari, setiap kali pemberian tidak boleh
lebih dari 0,3 cc karena akan diserap dan bersifat toksik. Gejala toksik ialah mual,
muntah, nyeri abdomen gangguan alat napas dan keringat yang disertai kulit dingin.
Dapat pula terjadi supresi sumsum tulang yang disertai trombositopenia dan leukopenia.
Obat ini jangan diberikan pada wanita hamil karena dapat terjadi kematian fetus. Respon
pada jenis perawatan ini bervariasi, beberapa pasien membutuhkan beberapa sesi
perawatan untuk mencapai kesembuhan klinis, sementara pasien yang lain menunjukkan

H a l a m a n 18 | 21
respon yang kecil dan jenis perawatan lain harus dipertimbangkan. Hasilnya baik pada
lesi yang baru tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau berbentuk pipih.1,4
b. Asam Trikloroasetik (TCA) konsentrasi 80-90%
Dioleskan oleh dokter yaitu setiap minggu. Pemberiannya harus hati-hati karena dapat
menimbulkan iritasi hingga ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.1
c. Topikal 5-Fluorourasil (5 FU)
Krim 5 Fu dapat digunakan khususnya untuk perawatan kutil di meatus uretra dengan
konsentrasinya 1-5%. Pemberian dilakukan setiap hari oleh pasien sampai lesi hilang dan
dianjurkan tidak miksi 2 jam setelah pengobatan. 1
2. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
Dapat digunakan untuk lesi internal dan eksternal1
3. Bedah beku (N2, N2O cair)
Target terapi adalah terbentuk halo beberapa millimeter di sekitar lesi. Terapi dikatakan
berhasil bila timbul lepuh dalam beberapa hari dengan proses inflamasi pada area lesi
dan perilesi, lepasnya lesi diikuti fase penyembuhan.1
4. Bedah scalpel
5. Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut bila dibandingkan
ektrokauterisasi.1
6. Interferon
Diberikan dalam bentuk suntikan (intramuskular atau intralesi) dan topical (krim).
Interferon alfa diberikan dengan dosis 4-6 mU secara intramuscular 3 kali seminggu
selama 6 minggu. Interferon beta diberikan dengan dosis 2 x 106 unit intramuskular
selama 10 hari berturut-turut. Indikasinya adalah lesi kondiloma akuminatum terbatas
pada area anogenital eksterna, tidak dapat digunakan pada lesi di membrane mukosa
dalam (uretra, vagina, serviks) dan kehamilan.1
7. Imunoterapi
Penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat diberikan
pengobatan bersama dengan imunostimulator. Krim imiquimod dengan konsentrasi 5%
digunakan 3 kali dalam seminggu yang dapat digunakan sampai 16 minggu. sebelumnya

H a l a m a n 19 | 21
pasien harus membersihkan lesi dengan air sabun lalu dikeringkan, dioles tipis saat
malam hari sebelum tidur lalu setelah 6-10 jam dibersihkan kembali dengan air sabun.1,3

X. Prognosis
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor predisposisi dicari,
misalnya hygiene, adanya fluor albus, atau kelembaban pada pria akibat tidak sirkumsisi atau
keadaan imunosupresi.1

H a l a m a n 20 | 21
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

1. Indriatmi W, Handoko RP. Kondiloma Akuminata. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah


S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2017.p.113-115.
2. Ghadishah,Delaram.Reference:Condyloma-Acuminata, 2017.Diakses pada tanggal 10
Agustus 2018. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/781735-overview.
3. Indriatmi W, Zubier F. Kondilomata Akuminata. Dalam: Daili SF, Nilasari H, Indriatmi
WI, Zubler F, Rowawi R, dkk. Infeksi Menular Seksual. Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.p.176-87.
4. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, et all. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine. 8th edition. McGraw-Hill; 2012.p.2421-33.
5. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical
dermatology. 7th edition. McGraw-Hill; 2013.p.728-.30
6. Chang GJ, Welton M. Human Papilloma Virus, Condylonata Acuminata, and Anal
Naoplasia. Clinic in Colon and Rectal Surgery. 2004., 17(4), p. 221-230.

H a l a m a n 21 | 21

Вам также может понравиться