Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata di akhir majelis jika beliau hendak berdiri
meninggalkan majelis, “Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta,
astaghfiruka wa atuubu ilaik" (artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu,
aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau dan aku
meminta ampunan dan bertaubat pada-Mu).
Ada seseorang yang berkata pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah,
engkau mengucapkan suatu perkataan yang belum pernah engkau ucapkan sebelumnya.”
Beliau bersabda, “Doa itu sebagai penambal kesalahan yang dilakukan dalam
majelis.” (HR. Abu Daud dan Ahmad)
“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23).
*~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
➡ MATERI 2 ⬅
Istighfar adalah meminta ampunan pada Allah. Istighfar adalah penutup setiap amalan
shalih. Shalat lima waktu, haji, shalat malam, dan pertemuan dalam majelis biasa ditutup
dengan amalan dzikir istighfar ini. Jika istighfar berfungsi sebagai dzikir, maka jadi
penambah pahala. Sedangkan jika ada sesuatu yang sia-sia dalam ibadah, maka fungsi
istighfar sebagai kafaroh (penambal).
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz pernah membuat tulisan yang ingin dikirimkan ke berbagai ke
negeri. Isi surat tersebut adalah memerintahkan mereka untuk menutup bulan Ramadhan
dengan istighfar dan sedekah yaitu zakat fitrah. Zakat fitrah berfungsi untuk menyucikan
orang yang berpuasa dari hal-hal yang sia-sia dan dari kata-kata haram. Sedangkan
istighfar berfungsi sebagai penambal atas kekurangan yang dilakukan selama berpuasa
yaitu ketika melakukan hal-hal yang sia-sia dan perkara yang haram. Oleh karena itu,
sebagian ulama mengibaratkan zakat fitrah seperti sujud sahwi dalam shalat.
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz menulis dalam kitabnya tersebut, “Ucapkanlah seperti yang
diucapkan oleh ayah kalian Adam ‘alaihis salam,
َ َر ﱠﺑ َﻧﺎ َظ َﻠﻣْ َﻧﺎ أَﻧﻔُ َﺳ َﻧﺎ َوإِن ﻟﱠ ْم َﺗ ْﻐﻔِرْ َﻟ َﻧﺎ َو َﺗرْ َﺣﻣْ َﻧﺎ َﻟ َﻧ ُﻛو َﻧنﱠ ﻣ َِن ْاﻟ َﺧﺎﺳِ ِر
ﯾن
“Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak
mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk
orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raf: 23).
َ َوإِ ﱠﻻ َﺗ ْﻐﻔِرْ ﻟِﻲ َو َﺗرْ َﺣﻣْ ﻧِﻲ أَ ُﻛن ﻣ َﱢن ْاﻟ َﺧﺎﺳِ ِر
ﯾن
“Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas
kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Hud: 47)
“Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.” (QS. Asy-
Syu’ara: 82)
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah
aku.” (QS. Al- Qashash: 16)
Begitu pula ucapkanlah seperti yang diucapkan Dzun Nun (Yunus) ‘alaihis salam,
“Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah
termasuk orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya’: 87)
Puasa kita butuh pada istighfar, sedangkan amalan shalih sebagai penggenapnya. Bukankah
puasa kita penuh cacat dikarenakan pelanggaran yang kita lakukan saat puasa?
Sebagian salaf menganjurkan agar setelah shalat, beristighfarlah. Tujuannya untuk
menambal cacat dalam shalat. Ini dilakukan sebagaimana orang yang berbuat dosa
beristighfar. Inilah keadaan orang-orang yang bagus ibadahnya (muhsin). Sedangan para
pelaku maksiat, bagaimana keadaan keseharian mereka? Sungguh merugi jika waktu untuk
berbuat baik malah berbalik menjadi maksiat. Lalu waktu berbuat taat, malah jadi waktu
sia-sia.
Al Hasan Al Bashri berkata, “Perbanyaklah istighfar karena kalian tidaklah tahu kapan
waktu turunnya rahmat.”
Lukman pun pernah berkata pada anaknya, “Wahai anakku, basahilah lisanmu dengan
bacaan istighfar (permohonan ampun pada Allah) karena Allah telah memilih beberapa
waktu yang do’a orang yang meminta tidak tertolak saat itu”.
Demikian ringkasan dari Lathaif Al-Ma’arif, karya Ibnu Rajab, hlm. 376-378.
➡ MATERI 3 ⬅
Tanda bahwa istighfar adalah penutup amalan shalih bisa kita lihat dalam do’a kafaratul
majelis.
ِس » ُﺳﺑ َْﺣﺎ َﻧ َك اﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠم ِ َﯾﻘُو ُل ِﺑﺄ َ َﺧ َر ٍة إِ َذا أَ َرادَ أَنْ َﯾﻘُو َم ﻣ َِن ْاﻟ َﻣﺟْ ﻠ-ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم- ﷲ ِ ﺎن َرﺳُو ُل ﱠ َ َﻋنْ أَ ِﺑﻰ َﺑرْ َز َة اﻷَﺳْ َﻠﻣِﻰﱢ َﻗﺎ َل َﻛ
» َ .ﺿﻰل ﺎ َ
ﻗ َ ﻓِﯾ َﻣﺎ َﻣ ُ
ﮫ ُ ﻟ و ُ ﻘ َ
ﺗ َ ْ ُ ً
ﻗوﻻ َﻣﺎ ﻛﻧتْ َ ُ
ل و ُ ﻘﺗَ َ
ﻟ ك ﻧﱠ
َ ِ ﷲ إ ِ َﱠ ل ُو
ﺳ ر ٌ ُ ل
َ َ َرﺟل َﯾﺎ ﺎ َ
ﻘ َ
ﻓ .« َ ِ
ْكﯾ َ
ﻟ إ ُوب ُ
ﺗ َ أ َ َ ت أَﺳْ َﺗ ْﻐ ِﻔ
و ُكر َ ِك أَ ْﺷ َﮭ ُد أَنْ ﻻَ إِ َﻟ َﮫ إِﻻﱠ أَ ْﻧ
َ َو ِﺑ َﺣﻣْ د
ِس ْ ُ
ِ ﺎرة ﻟِ َﻣﺎ َﯾﻛونُ ﻓِﻰ اﻟ َﻣﺟْ ﻠ ٌ ﱠ
َ » ﻛﻔ.َ
Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata di akhir majelis jika beliau hendak berdiri meninggalkan majelis,
“Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaaha illa anta, astaghfiruka wa atuubu
ilaik (artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, segala pujian untuk-Mu, aku bersaksi bahwa
tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Engkau dan aku meminta ampunan dan
bertaubat pada-Mu).”
Ada seseorang yang berkata pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah,
engkau mengucapkan suatu perkataan yang belum pernah engkau ucapkan sebelumnya.”
Beliau bersabda, “Doa itu sebagai penambal kesalahan yang dilakukan dalam
majelis.” (HR. Abu Daud, no. 4857; Ahmad, 4: 425. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa sanad hadits ini hasan)
Maksudnya, doa itu adalah penambal kesalahan berupa kata-kata laghwu atau perkataan
yang sia-sia.
Doa itu diucapkan ketika akan berpisah atau akan selesai dari suatu majelis. Majelis ini
tidak mesti dengan duduk-duduk. Pokoknya setiap pembicaraan atau obrolan biasa apalagi
diyakini ada perkataan sia-sia yang terucap, maka doa kafaratul majelis sangat dianjurkan
untuk dibaca.
Jika suatu majelis atau tempat obrolan yang membicarakan hal akhirat maupun hal dunia,
lantas di dalamnya tidak terdapat dzikir pada Allah, sungguh sangat merugi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Setiap kaum yang bangkit dari majelis yang tidak ada dzikir pada Allah, maka selesainya
majelis itu seperti bangkai keledai dan hanya menjadi penyesalan pada hari kiamat.” (HR.
Abu Daud, no. 4855; Ahmad, 2: 389. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits
ini shahih)
Tentu kita tidak mau menjadi orang yang merugi dalam setiap waktu kita. Karenanya,
jadikanlah akhir majelis dengan istighfar dan bacaan doa kafaratul majelis.
Rujukan: 🌸 🍀
Bagian dari Buku Mutiaran Nasihat Ramadhan (seri ke-2) terbitan Pustaka Muslim
🌸🍀
Di antara alasannya, rugi sekali gak hadiri shalat Shubuh karena shalat tersebut dihadiri
oleh para malaikat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
📲 IG dan TG @kajianislamchannel
➡ MATERI 5 ⬅
*PENYAKIT UJUB*
Ujub adalah takjub dengan amalannya, memuji diri sendiri dan melupakan Allah swt. Ujub
adalah perbuatan yang sangat dicela dalam kitabullah. Allah berfirman: "Dan ingatlah
peperangan Hunain, yaitu waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah mu,
maka yang banyak itu tidak memberi manfaat kepada mu sedikitpun" (At-Taubah:25)
*BAHAYA UJUB*
Bahaya Ujub sangat besar, ia mengajak pada kesombongan. Dari kesombongan itulah
muncul bahaya-bahaya yang sangat jelas:
1. Ujub mendorong pada sikap meremehkan dan melupakan dosa. Sehingga ia tdk memilik
Perasaan utk bertaubat
2. Mereka Mengira amal dan ketaatannya sudah besar dan menyebut nyebut (dengan
kagum) perbuatannya tersebut. Sehingga merasa aman dr makar dan siksa Allah.
3. Mereka mengira dirinya mendapat tempat di sisi Allah serta tidak mau mendengar
nasihat orang yg menasehati. Karena ujubnya, ia enggan bertanya kepada ahlul ilmi.
4. Bahaya ujub yg paling besar adl pelakuny berhenti berusaha karena menyangka telah
beruntung dan tidak membutuhkan.
*TERAPI UJUB*
Sumber ujub adl KEBODOHAN dan KUFUR atas nikmat Allah. Karna itu, terapinya adl
ma'rifah, yg merupakan kebalikan dr kebodohan itu sendiri. Sebagian ulama mengatakan,
"jangan terpesona dgn banyak amal. Karna anada tidak tau, apakah amal anda diterima
atau tidak. Jangan merasa aman dr dosa-dosa. Karena anda tidak tau, apakah pahala amal
anda di lebur atau tidak."
*Follow us* :
🧡 FB : Perpustakaan As-Salam
❤ IG : @perpusassalam_semarang
💜 Blog : perpusassalam.tumblr.com
💙 Telegram : https://t.me/perpusassalam_semarang
-Admin
➡ MATERI 6 ⬅
"TAHUKAH ANDA?"
Tahukah Anda?
Di saat kita bersin, seluruh anggota tubuh kita terhenti berfungsi, seolah2 kita mati, Ini
terjadi dalam hitungan yg sgt pantas. Setelah itu baru berfungsi spt semula. Inilah kenapa
dalam Islam disunnahkan kita membaca "Alhamdulillah" setelah bersin sebagai ungkapan
kesyukuran atas berfungsinya kembali seluruh anggota badan kita.
Tahukah Anda?
Menguap itu bukan tanda bahwa kita mengantuk, tapi itu adalah pertanda bahwa tubuh
kita perlu tambahan oksigen.
Tahukah Anda?
Bahwa memakan buah kurma dalam jumlah yg genap itu akan menghasilkan gula dlm
darah.
Kerana itu Rasulullah SAW telah menganjurkan kita untuk makan kurma dalam jumlah
ganjil, agar hanya berubah menjadi karbohidrat.
Tahukah Anda?
Bahwa tepat setelah dikumandangkan azan, itu adalah waktu yang paling mustajab untuk
berdoa.
Tahukah Anda?
Tahukah Anda?
Tahukah Anda?
Tahukah Anda?
Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga
gak apa apa =D
Rasulullah S.A.W bersabda :
"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,
maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap
memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)
🙏🙏🙏🙏
➡ MATERI 7 ⬅
💧 💦 *EMBUN PAGI*💦 💧
(Hadits Qudsi) Allah berfirman :“Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian selalu berbuat
dosa pada malam dan siang hari, sedang Aku mengampuni dosa-dosa semuanya. Oleh
karena itu, mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kalian.” (HR.
Muslim, Al Baihaqi dan Al Hakim)
[09/04, 07:11] herupujiraharjo: 🌷 Istighfar, Sebab Kemudahan Rezeki dan Turunnya Hujan
🌷
Jangan dikira bahwa dengan ucapan yang sederhana saja, rezeki mudah datang dan hujan
mudah Allah turunkan. Ucapan yang sederhana tersebut adalah ucapan istighfar. Dengan
memohon ampun pada Allah dan tinggalkan maksiat, niscaya pintu rezeki akan terbuka dan
hujan pun akan diturunkan dengan deras.
ﺎن َﻏ ﱠﻔﺎرً ا ُ ( َﻓﻘُ ْﻠ10) ( ﯾُرْ ﺳِ ِل اﻟ ﱠﺳ َﻣﺎ َء َﻋ َﻠ ْﯾ ُﻛ ْم ﻣ ِْد َرارً ا11) ت َو َﯾﺟْ َﻌ ْل َﻟ ُﻛ ْم
َ ت اﺳْ َﺗ ْﻐ ِﻔرُوا َر ﱠﺑ ُﻛ ْم إِ ﱠﻧ ُﮫ َﻛ ٍ ِﯾن َو َﯾﺟْ َﻌ ْل َﻟ ُﻛ ْم َﺟ ﱠﻧﺎ ٍ َوﯾُﻣْ د ِْد ُﻛ ْم ِﺑﺄَﻣْ َو
َ ال َو َﺑﻧ
( أَ ْﻧ َﮭﺎرً ا12)
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia
adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
Terdapat sebuah atsar dari Hasan Al Bashri rahimahullah yang menunjukkan bagaimana
faedah istighfar yang luar biasa.
ﷲآﺧر َﺟ َﻔﺎف ﺑُﺳْ َﺗﺎﻧﮫ َﻓ َﻘﺎ َل اِﺳْ َﺗ ْﻐﻔِرْ ﱠ آﺧر ْاﻟ َﻔ ْﻘر َﻓ َﻘﺎ َل اِﺳْ َﺗ ْﻐﻔِرْ ﱠ
َ َو َﺷ َﻛﻰ إِ َﻟ ْﯾ ِﮫ، ﷲ أَنﱠ َرﺟ ًُﻼ َﺷ َﻛﻰ إِ َﻟ ْﯾ ِﮫ ْاﻟ َﺟ ْدب َﻓ َﻘﺎ َل اِﺳْ َﺗ ْﻐﻔِرْ ﱠ
َ َو َﺷ َﻛﻰ إِ َﻟ ْﯾ ِﮫ، ﷲ
ْ َ َ َ ُ ﱠ ْ َ َ َ َ ْ َ َ
ﺛ ﱠم ﺗﻼ َﻋﻠﯾ ِْﮭ ْم َھ ِذ ِه اﻵ َﯾﺔ، َوﺷﻛﻰ إِﻟ ْﯾ ِﮫ آﺧر َﻋدَ م اﻟ َوﻟد ﻓﻘﺎ َل اِﺳْ ﺗﻐﻔِرْ ﷲ، َ َ
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kemiskinannya. Lalu Al Hasan
menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau tentang kekeringan pada lahan
(kebunnya). Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada
Allah”.
Kemudian orang lain mengadu lagi kepada beliau karena sampai waktu itu belum memiliki
anak. Lalu Al Hasan menasehatkan, “Beristigfarlah (mohon ampunlah) kepada Allah”.
Kemudian setelah itu Al Hasan Al Bashri membacakan surat Nuh di atas. (Riwayat ini
disebutkan oleh Al Hafidz Ibnu Hajar di Fathul Bari, 11: 98)
Juga dapat kita lihat dari perkataan sahabat mulia Umar bin Al Khottob berikut.
Dari Asy Sya’bi, ia berkata, “’Umar bin Al Khottob radhiyallahu ‘anhu suatu saat meminta
diturunkannya hujan, namun beliau tidak menambah istighfar hingga beliau kembali, lalu
ada yang mengatakan padanya, ”Kami tidak melihatmu meminta hujan.” ‘Umar pun
mengatakan, “Aku sebenarnya sudah meminta diturunkannya hujan dari langit”. Kemudian
‘Umar membaca ayat,
“Wahai kaumku, mintalah ampun kepada Rabb kalian. Kemudian bertaubatlah kepada-Nya,
niscaya Dia akan menurunkan pada kalian hujan lebat dari langit.” (HR. Al Baihaqi 3: 352)
Ketika menjelaskan surat Nuh di atas, Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Jika kalian
meminta ampun (beristigfar) kepada Allah dan mentaati-Nya, niscaya kalian akan
mendapatkan banyak rizki, akan diberi keberkahan hujan dari langit, juga kalian akan
diberi keberkahan dari tanah dengan ditumbuhkannya berbagai tanaman, dilimpahkannya
air susu, dilapangkannyaharta, serta dikaruniakan anak dan keturunan. Di samping itu,
Allah juga akan memberikan pada kalian kebun-kebun dengan berbagai buah yang di
tengah-tengahnya akan dialirkan sungai-sungai.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 388)
Mengenai ayat di atas, Ibnu Katsir juga mengatakan, “Maksud ayat niscaya Dia akan
mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, yaitu Allah akan menurunkan hujan dengan
ucapan istighfar tersebut. Oleh karenanya, dianjurkan ketika shalat istisqa’ (shalat minta
hujan) untuk membaca surat Nuh ini.” (Idem, 7: 387)
Jadi, dengan istighfar dan meninggalkan dosa, musibah akan terangkat, datang kemudahan
rezeki, dan mudah hujan untuk turun.
🌸🍀
💧 💦 *EMBUN PAGI*💦 💧
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Demi Allah, aku sungguh beristighfar
pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari). Beliau
juga bersabda: “Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak
seratus kali.” (HR. Muslim)
“Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal
shalih, kemudian tetap dijalan yang benar.” (QS. Thaha: 82).
*~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
➡ MATERI 9 ⬅
*Lemah lembut*
*Artinya:*
Dari 'Aisyah (w. 58 H) istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam beliau telah bersabda: *"Sesungguhnya kasih sayang itu tidak akan berada pada
sesuatu melainkan ia akan menghiasinya (dengan kebaikan). Sebaliknya, jika kasih sayang
itu dicabut dari sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk."*
H.R Muslim (w. 261 H)
*Istifadah:*
Hadis ini menerangkan tentang keutaman lemah lembut. Di mana lemah lembut ini
dianggap sebagai penentu kebaikan dan keburukan sesuatu. Seseorang yang memiliki sisi
lemah lembut ia akan dipandang baik, sebaliknya yang tidak memiliki sisi lemah lembut
akan dipandang buruk. Bahkan dalam Al-Quran dikatakan bahwa seandainya Nabi tidak
lemah lembut melainkan keras dan kasar, tentu kaumnya akan menjauh darinya.
➡ MATERI 10 ⬅
Ada seseorang yang kami kenal, sebagai seorang yg diberikan kedudukan yang tinggi di
dunia ini dihadapan manusia. Beberapa waktu yg lalu, beliau rahimahullah wafat.
Masya Allah, selang satu jam tersiar berita duka, semua masyarakat bergerak. Tamu
berdatangan ke rumah megahnya. Tidak sampai tiga jam, jalan raya di sekitar rumah
duka, penuh dengan karangan bunga yang tersurat dari rupa-rupa orang besar di negeri ini.
Jalanan ditutup untuk umum, dijaga oleh polisi militer. Patroli pengawal disiapkan, panitia
pengurusan jenazah didatangkan khusus. Keluarga tidak mau pengurusan oleh jamaah
masjid. Tak masalah.
Hingga selesailah jenazah dikafani, dan siap dishalatkan. Diluar rumah, orang ratusan
sudah berjejalan, hadir! Maka diputuskan jenazah dishalatkan di masjid. Segera kami
siapkan.
Masjid siap, jenazah sudah dihadapan imam, tapi.... yang berbaris dibelakang imam baru
sepuluh orang! Subhanallah, kami susul para pelayat di luar masjid,
"Pk, Bu, ayo ambil wudhu! Shalat jenazah mau dimulai! Ayo pak!!", kami menyeru.
Namun tamu-tamu elite dan sosialita ini berujar diluar dugaan, "Ini susah buka sepatunya,
dek!"_ atau _"Kami doakan saja, dek, dari sini", timpal ibu yang lain sambil bercermin ke
kaca mobil.
Bapak ibu tetangga kami ini hanya menggeleng, sambil tersenyum, "Nggak dek, Malu.
Banyak orang besar". Kami terhenyak menyerah.
Akhirnya kami kembali ke dalam masjid, yang saat itu terhimpun sekitar 20 orang yang
kemudian kami bagi menjadi tiga shaf. Jenazah pun dishalatkan.
Karena karangan bunga tidak menambah apa-apa. Takziah dan ikut mensholatkan jenasah
serta mendoakan itulah yg paling utama.
Carilah teman taat dunia akhirat supaya kelak kita tidak hanya menerima kiriman
karangan bunga.
➡ MATERI 12 ⬅
*Rendah Hati*
*Istifadah:*
Dalam keselarasan hidup, diperlukan adanya sikap rendah hati (tawadlu') dan rasa saling
menghormati satu sama lainnya. Tawadlu' adalah sikap menerima kebenaran dari siapapun,
baik itu dari orang yang lebih tua maupun yang lebih muda, lebih mulia maupun yang lebih
rendah.
Bersikap rendah hati tidak akan menjadikan seseorang rendah derajatnya, justru
sebaliknya, secara tidak disadari sikap rendah hati menandakan ketinggian derajat
seseorang.
Selain itu, tawadlu' merupakan akhlak orang mulia, sedangkan sombong adalah sifat orang-
orang tercela. Sifat tawadlu’ akan mewariskan kecintaan (mahabbah), sebagaimana sifat
qana’ah akan mewariskan rasa tenang.
Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya kemudian dia memohon
ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(QS. 4:110)
*~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
➡ MATERI 14 ⬅
Kita selalu butuh akan ampunan Allah karena kita adalah hamba yang tidak bisa lepas dari
dosa. Dosa ini bisa gugur dengan taubat dan ucapan istighfar. Terlihat kedua amalan ini
sama. Namun ada sedikit perbedaan mendasar yang perlu dipahami. Taubat lebih
sempurna dan di dalamnya terdapat istighfar. Namun istighfar yang sempurna adalah jika
diiringi dengan taubat.
Taubat berarti,
“Menyesali (dosa) yang telah lalu, kembali melakukan ketaatan dan bertekad untuk tidak
mengulangi dosa tersebut lagi.” Inilah yang disebut taubat.
Sedangkan istighfar bisa jadi terdapat taubat di dalamnya dan bisa jadi hanya sekedar
ucapan di lisan. Ucapan istighfar seperti “Allahummaghfirlii” (Ya Allah, ampunilah aku)
atau “Astaghfirullah” (Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu).
Adapun taubat itu sendiri dilakukan dengan menyesali dosa, berhenti dari maksiat dan
bertekad tidak akan mengulanginya. Ini disebut taubat, kadang pula disebut istighfar.
Istighfar yang bermanfaat adalah yang diiringi dengan penyesalan, berhenti dari dosa dan
bertekad tidak akan mengulangi dosa tersebut lagi. Inilah yang kadang disebut istighfar
dan kadang pula disebut taubat. Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam firman Allah
Ta’ala,
وب إِ ﱠﻻ ﱠ
ﷲُ َو َﻟ ْم ﯾُﺻِ رﱡ وا َﻋ َﻠﻰ َﻣﺎ َﻓ َﻌﻠُوا َو ُھ ْم َ اﻟذ ُﻧ َ ِﯾن إِ َذا َﻓ َﻌﻠُوا َﻓﺎ ِﺣ َﺷ ًﺔ أَ ْو َظ َﻠﻣُوا أَ ْﻧﻔُ َﺳ ُﮭ ْم َذ َﻛرُوا ﱠ
ِ ﷲ َﻓﺎﺳْ َﺗ ْﻐ َﻔرُوا ﻟ ُِذ ُﻧ
وﺑ ِﮭ ْم َو َﻣنْ َﯾ ْﻐ ِﻔ ُر ﱡ َ َواﻟﱠذ
ْ َ َ ْ
َ ﺎت َﺗﺟْ ِري ﻣِنْ َﺗﺣْ ِﺗ َﮭﺎ اﻷ ْﻧ َﮭﺎ ُر َﺧﺎﻟِد
َ ِﯾن ﻓِﯾ َﮭﺎ َوﻧِﻌْ َم أﺟْ ُر اﻟ َﻌﺎ ِﻣﻠ
ِﯾن ٌ ِك َﺟ َزاؤُ ُھ ْم َﻣ ْﻐﻔ َِرةٌ ﻣِنْ َرﺑ ِﱢﮭ ْم َو َﺟ ﱠﻧ ُ
َ أو َﻟﺋ, ُون َ َﯾﻌْ َﻠﻣ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun (beristighfar) terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu
balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-
sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang
beramal.” (QS. Ali Imran: 135-136).
Yang dimaksud istighfar pada ayat di atas adalah menyesal dan tidak terus menerus
berbuat dosa. Ia mengucapkan ‘Allahummaghfirlli, astaghfirullah’ (Ya Allah, ampunilah
aku. Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu), lalu disertai dengan menyesali dosa dan
Allah mengetahui hal itu dari hatinya tanpa terus menerus berbuat dosa bahkan disertai
tekad untuk meninggalkan dosa tersebut. Jadi, jika seseorang ‘astaghfir’ atau
‘Allahummaghfir lii’ dan dimaksudkan untuk taubat yaitu disertai penyesalan, kembali taat
dan bertekad tidak akan mengulangi dosa lagi, inilah taubat yang benar. [Sumber Mawqi’
Syaikh Ibnu Baz]
Ya Allah, terimalah taubat kami dan tutupilah setiap dosa kami dengan istighfar. Aamiin.
🌸🍀
➡ MATERI 15 ⬅
🌸
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk
didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai
kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti
engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR.
Muslim, no. 2589)
“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 17-18)
*~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~*
➡ MATERI 16 ⬅
Allah Ta’ala berfirman,
“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya
melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 17-18).
Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh
bersama kami di Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak
pergi, beliau menghadap jamaah shalat, lalu mengatakan, “Apakah kalian mengetahui apa
yang dikatakan Rabb kalian?” Kemudian mereka mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya yang
lebih mengetahui”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
ب َوأَﻣﱠﺎ َﻣنْ َﻗﺎ َل ﻣُطِ رْ َﻧﺎ ِ أَﺻْ َﺑ َﺢ ﻣِنْ ﻋِ َﺑﺎدِى ﻣ ُْؤ ِﻣنٌ ِﺑﻰ َو َﻛﺎ ِﻓ ٌر َﻓﺄَﻣﱠﺎ َﻣنْ َﻗﺎ َل ﻣُطِ رْ َﻧﺎ ِﺑ َﻔﺿْ ِل ﱠ
ِ َﻓ َذﻟ َِك ﻣ ُْؤ ِﻣنٌ ِﺑﻰ َو َﻛﺎ ِﻓ ٌر ِﺑ ْﺎﻟ َﻛ ْو َﻛ.ِﷲ َو َرﺣْ َﻣ ِﺗﮫ
ْ َ َ َ
ِ َﻓذﻟ َِك َﻛﺎ ِﻓ ٌر ِﺑﻰ ﻣ ُْؤ ِﻣنٌ ِﺑﺎﻟ َﻛ ْو َﻛ.ِﺑ َﻧ ْو ِء َﻛذا َو َﻛذا
ب
“Pada pagi hari, di antara hamba-Ku ada yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir.
Siapa yang mengatakan ’MUTHIRNA BI FADHLILLAHI WA ROHMATIH’ (Kita diberi hujan
karena karunia dan rahmat Allah), maka dialah yang beriman kepada-Ku dan kufur
terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan ‘Muthirna binnau kadza wa
kadza’ (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur
kepada-Ku dan beriman pada bintang-bintang.” (HR. Bukhari, no. 846 dan Muslim, no. 71)
Dosa lisan #02: Mencela makhluk yang tidak bisa berbuat apa-apa
َ ﷲُ َﻋ ﱠز َو َﺟ ﱠل ﯾ ُْؤذِﯾﻧِﻰ اﺑْنُ آدَ َم َﯾﺳُبﱡ اﻟدﱠھْ َر َوأَ َﻧﺎ اﻟدﱠھْ ُر أ ُ َﻗﻠﱢبُ اﻟﻠﱠ ْﯾ َل َواﻟ ﱠﻧ َﮭ
ﺎر َﻗﺎ َل ﱠ
“Allah ’Azza wa Jalla berfirman, ‘Aku disakiti oleh anak Adam. Dia mencela waktu,
padahal Aku adalah (pengatur) waktu, Akulah yang membolak-balikkan malam dan
siang.” (HR. Muslim, no. 6000)
ِ ِﯾذوا ِﺑ ﱠ
ﻣِنْ َﺷرﱢ َھﺎwﺎ ِ ﷲ َﺗﺄْﺗِﻰ ِﺑﺎﻟرﱠ ﺣْ َﻣ ِﺔ َو َﺗﺄْﺗِﻰ ِﺑ ْﺎﻟ َﻌ َذا
َ ب َﻓﺈِ َذا َرأَ ْﯾ ُﺗﻣُو َھﺎ َﻓﻼَ َﺗ ُﺳﺑﱡو َھﺎ َو َﺳﻠُوا ﱠ
ُ ﷲ َﺧﯾ َْر َھﺎ َواﺳْ َﺗﻌ ِ ﷲ َﻓ َر ْو ُح ﱠ
ِ اﻟرﱢ ﯾ ُﺢ ﻣِنْ َر ْو ِح ﱠ
“Angin itu adalah bagian dari rahmat Allah. Rahmat Allah itu bisa datang membawa
rahmat dan bisa datang membawa azab. Maka apabila kalian melihat angin, janganlah
kalian memakinya. Mintalah kepada Allah kebaikannya dan mintalah perlindungan kepada
Allah dari kejelekannya.” (HR. Abu Daud, no. 5097 dan Ibnu Majah, no. 3727. Al-Hafizh
Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
ْ ُوذ ِﺑ َك ﻣِنْ َﺷرﱢ َھﺎ َو َﺷرﱢ َﻣﺎ ﻓِﯾ َﮭﺎ َو َﺷرﱢ َﻣﺎ أُرْ ﺳِ َﻠ
ت ِﺑ ِﮫ ْ اﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠم إِ ﱢﻧﻰ أَﺳْ ﺄَﻟُ َك َﺧﯾ َْر َھﺎ َو َﺧﯾ َْر َﻣﺎ ﻓِﯾ َﮭﺎ َو َﺧﯾ َْر َﻣﺎ أُرْ ﺳِ َﻠ
ُ ت ِﺑ ِﮫ َوأَﻋ
“ALLOOHUMMA INNI AS-ALUKA KHOIROHAA WA KHOIRO MAA FIIHA WA KHOIRO MAA URSILAT
BIH, WA A’UDZU BIKA MIN SYARRIHAA WA SYARRI MAA FIIHA WA SYARRI MAA URSILAT BIH
(Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu kebaikannya, kebaikan yang
terkandung di dalamnya, dan kebaikan tujuan dikirimkannya angin tersebut. Dan aku
berlindung kepada-Mu dari kejelekannya, kejelekan yang terkandung di dalamnya, dan
kejelekan tujuan dikirimkannya angin tersebut.” (HR. Muslim, no. 899, dari hadits
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha)
Kita juga dilarang memaki ayam jantan. Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Kadang malah kita merugi karena luput dari ampunan dosa sebab banyak mencela. Dari
Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah masuk menemui
Ummu As-Sa’ib, lalu beliau bersabda, “Ada apa denganmu, wahai Ummu As-Sa’ib hingga
gemetar seperti itu?” Ia menjawab, “Demam, sungguh Allah tidak memberkahinya.” Lalu
beliau bersabda,
َ ﻻَ َﺗ ُﺳﺑﱢﻰ ْاﻟ ُﺣﻣﱠﻰ َﻓﺈِ ﱠﻧ َﮭﺎ ُﺗ ْذھِبُ َﺧ َطﺎ َﯾﺎ َﺑﻧِﻰ آدَ َم َﻛ َﻣﺎ ﯾ ُْذھِبُ ْاﻟﻛِﯾ ُر َﺧ َﺑ
ث ْاﻟ َﺣدِﯾ ِد
“Janganlah engkau memaki demam, karena demam itu menghapus dosa-dosa Bani Adam
seperti bakaran pandai besi menghilangkan kotoran besi.” (HR. Muslim, no. 2575)
« ْﺎن ﻓِﻰ أَﺧِﻰ َﻣﺎ أَﻗُو ُل َﻗﺎ َل » إِن َ ْت إِنْ َﻛ َ ُك أَ َﺧ
َ ﻗِﯾ َل أَ َﻓ َرأَﯾ.« ُﺎك ِﺑ َﻣﺎ َﯾ ْﻛ َره َ َﻗﺎ َل » ذ ِْﻛر.ﷲُ َو َرﺳُوﻟُ ُﮫ أَﻋْ َﻠ ُم َ أَ َﺗ ْدر
َﻗﺎﻟُوا ﱠ.« ُون َﻣﺎ ْاﻟﻐِﯾ َﺑ ُﺔ
ْ ﺎن ﻓِﯾ ِﮫ َﻣﺎ َﺗﻘُو ُل َﻓ َﻘ ِد
اﻏ َﺗ ْﺑ َﺗ ُﮫ َوإِنْ َﻟ ْم َﯾ ُﻛنْ ﻓِﯾ ِﮫ َﻓ َﻘ ْد َﺑ َﮭ ﱠﺗ ُﮫ َ » َﻛ
“Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk
didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai
kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti
engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR.
Muslim, no. 2589)
Ghibah bisa dengan isyarat jari saja. Buktinya dari hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia
berkata, “Aku berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Cukup sudah engkau
berkata tentang Shafiyyah seperti ini dan itu, ia itu wanita yang pendek (sambil berisyarat
dengan jari).” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
“Sungguh engkau telah mengatakan suatu perkataan yang andai saja tercampur dengan air
laut, kalimat itu akan mengotorinya.” (HR. Abu Daud, no. 4875 dan Tirmidzi, no. 2502. Al-
Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Dari Bahz bin Hakim, ia berkata bahwa ayahnya, Hakim telah menceritakan bahwa ia
pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum
tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud, no. 4990 dan Tirmidzi, no. 3315.
Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
ِب ﱠ
.« اﻟط َﻌ ِﺎم َ َت أ
َ ﺻ ِﺎﺑ ُﻌ ُﮫ َﺑ َﻠﻼً َﻓ َﻘﺎ َل » َﻣﺎ َھ َذا َﯾﺎ
َ ﺻﺎﺣ ْ ﺻﺑ َْر ِة َط َﻌ ٍﺎم َﻓﺄ َ ْد َﺧ َل َﯾدَ هُ ﻓِﯾ َﮭﺎ َﻓ َﻧﺎ َﻟ ِ أَنﱠ َرﺳُو َل ﱠ
ُ َﻣرﱠ َﻋ َﻠﻰ-ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم- ﷲ
ْس ِﻣ ﱢﻧﻰ ﱠ ْ َ
َ َﻗﺎ َل » أ َﻓﻼَ َﺟ َﻌﻠ َﺗ ُﮫ َﻓ ْو َق اﻟط َﻌ ِﺎم َﻛﻰْ َﯾ َراهُ اﻟ ﱠﻧﺎسُ َﻣنْ َﻏشﱠ َﻓ َﻠﯾ.ﷲ ﱠ
ِ ﺻﺎ َﺑ ْﺗ ُﮫ اﻟ ﱠﺳ َﻣﺎ ُء َﯾﺎ َرﺳُو َل َ
َ » َﻗﺎ َل أ
“Di antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, dusta; jika berjanji, tidak menepati;
jika diberi amanat, ia khianat.” (HR. Muslim, no. 59)
Moga Allah memberikan kita kemudahan untuk selalu menjaga lisan kita.
Artikel Rumaysho.Com
➡ MATERI 17 ⬅
.
Allah masih sayang kepada kita, tatkala kita bermaksiat...
.
1. Allah masih menutup aib kita...
Seandainya Allah membongkar satu saja dosa/aib kita maka betapa malunya kita...
.
2. Allah tidak langsung mengadzab kita...
Seandainya Allah langsng mengadzab setiap dosa yang kita lakukan tentu kita tidak akan
bisa hidup di atas muka bumi ini...
Tentu kita akan segera binasa sebelum sempat bertaubat...
.
3. Bahkan Allah masih terus memberikan rezki kepada kita...
Bahkan terkadang ditambah rizki kita, apakah kita tdk malu..?
Bermaksiat tapi terus dibaiki oleh Allah...??
.
4. Allah selalu memberi kesempatan bertaubat bagi kita...
Bahkan hingga nafas terakhir kita.
📲 IG dan TG @kajianislamchannel