Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SPONDILITIS TUBERKULOSA
Disusun Oleh:
Dewi Sartika Muliadi
1116777140120
Pembimbing :
1. dr. Masyita, M.Kes, Sp.Rad
2. dr. Dafriana Darwis, M.Kes, Sp.Rad
BAGIAN RADIOLOGI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2016
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Universitas : Alkhairaat
Bagian : Radiologi
Bagian Radiologi
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
I. PENDAHULUAN…………………………………………………....... 4
II. EPIDEMIOLOGI...……………………...……………………….......... 6
III. ANATOMI.........………….……………………………………........... 6
IV. ETIOPATOGENESIS..………………………………………….......... 8
V. EMBRIOLOGI………………………………………………….......... 4
VI. DIAGNOSIS……………………………………………………......... 11
VI.I. GAMBARAN KLINIK……................………………………….......... 11
VI.II. GAMBARAN RADIOLOGI………………………………………...... 14
VI.III. LABORATORIUM………………………………………………....... 23
VII. DIAGNOSIS BANDING…………………………………………. 24
VIII. PENATALAKSANAAN.....……………………………..………. 26
IX. PROGNOSIS……………………………………..………………...... 27
SPONDILITIS TUBERKULOSA
I. PENDAHULUAN
III. ETIOLOGI
V. PATOGENESIS
Tuberkulosis biasanya memiliki pola seperti yang diuraikan oleh
Wallgreen, yang membagi perkembangan dan resolusi penyakit menjadi 4 tahap.
Tahap pertama, yang berlangsung dari 3 hingga 8 minggu setelah Mt yang
terhirup tertahan di alveoli, bakteri tersebar melalui sirkulasi limfatik ke kelenjar
limfe regional di paru, membentuk apa yang disebut sebagai kompleks Ghon atau
kompleks primer. Pada saat ini, terdapat konversi reaktivitas tuberkulin.
Individu dengan tuberkulosa paru aktif mengeluarkan droplet yang mengandung
basil tuberkul yang dapat dihirup oleh individu lain (gambar 1). Jika droplet ini
memasuki ruang alveolar, sel dendritik paru dan makrofag akan menangkap
mikroorganisme. Beberapa makrofag yang terinfeksi akan tetap pada jaringan
paru, sedangkan beberapa sel dendritik yang terinfeksi akan bermigrasi ke kel
limfe. Sel T di kelenjar limfe akan teraktivasi dan bermigrasi untuk mengenali
fokus mycobacteria di paru. Lesi granulomatosa terbentuk dan mengandung
bakteri, mencegah perkembangan penyakit. Pada pasien dengan imunokompeten,
infeksi berhenti pada tahap ini. Walapun begitu, kontrol infeksi tidak lengkap dan
patogen tidak dimusnahkan, sehingga terdapat risiko reaktivasi, bahkan bertahun-
tahun setelah infeksi.