Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi merupakan tekanan darah sistolik sama dengan atau di atas
140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik sama dengan atau di atas 90
mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam
keadaan cukup istirahat/tenang (Kemenkes RI, 2014). Hipertensi yang tidak
diobati biasanya dapat dikaitkan dengan kenaikan tekanan darah yang sangat
progresif. Kerusakan pembuluh darah dan ginjal dapat menyebabkan status
pengobatan yang menjadi resisten. Resiko yang terkait adalah terjadinya
peningkatan tekanan darah secara terus menerus, dengan terjadinya
peningkatan 2 mmHg tekanan darah sistolik akan berhubungan dengan 7%
peningkatan resiko kematian akibat penyakit jantung iskemik dan 10%
peningkatan resiko kematian akibat stroke (NICE, 2011). Sampai saat ini,
hipertensi masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Karena, merupakan
kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer kesehatan.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang cukup
tinggi, sebesar 25,8%,sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di samping itu,
pengontrolan hipertensi yang belum adekuat meskipun diberikan obat-obatan
yang efektif banyak tersedia (Kemenkes RI, 2014).
2.1.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan,yaitu:
hipertensi esensial atau primer dan hipertensi sekunder atau renal.
1) Hipertensi esensial merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya. Terdapat sekitar 95% kasus pada hipertensi ini. Terdapat
banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan,
6
3) Keturunan (Genetik)
Keturunan juga dapat menyebabkan hipertensi, apabila terdapat
riwayat hipertensi pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi
essensial akan sangat besar menurun kepada anaknya. Kemudian jika
adanya kembar monozigot (satu sel telur) salah satunya adalah pasien
hipertensi. Faktor genetik timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot daripada heterozigot (berbeda sel telur) (Zuraidah et al,
2012).
2.1.4 Klasifikasi
Menurut JNC 7, tekanan darah dibagi menjadi empat klasifikasi yakni
normal, pre-hipertensi, hipertensi stage satu, dan hipertensi stage dua (Tabel
1). Klasifikasi JNC 7 ini berdasarkan pada nilai rata-rata dari dua atau lebih
pengukuran tekanan darah yang pemeriksaannya dilakukan pada posisi duduk
dalam setiap kunjungan berobat (JNC 7, 2003).
2.1.5 Patofisiologi
Terdapat faktor yang dapat menyebabkan konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah berhubungan dengan hipertensi. Jika seseorang mengalami
emosi yang cukup hebat, maka terjadi respon pada korteks adrenal untuk
mengekskresi epinefrin sehingga menyebabkan vasokonstriksi. Selain itu,
korteks adrenal juga dapat mengekskresikan kortisol dan steroid lainnya yang
akan bersifat memperkuat dari respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vasokontriksi dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal dan akan
mengakibatkan pelepasan renin. Renin dapat merangsang pembentukan
angiotensin I yang nantinya dapat diubah oleh enzim Angiotensin Converting
Enzyme (ACE) menjadi angiotensin II yaitu sebuah vasokonstriktor kuat yang
pada gilirannya dapat merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini mengakibatkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang
akan menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung sebagai pencetus terjadinya hipertensi (Tjay & Rahardja, 2002).
2.1.6 Diagnosis
Langkah awal diagnosis pasien hipertensi dengan melakukan
anamnesis. Anamnesis bertujuan untuk menilai pola hidup keseharian pasien,
mencari faktor resiko, mencari penyebab terjadinya kenaikan tekanan darah
dan menentukan adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler.
Anamnesis meliputi:
a. Lamanya pasien menderita hipertensi dan derajat tekanan darah pada
pasien.
b. Indikasi hipertensi sekunder seperti memiliki keluarga dengan riwayat
penyakit ginjal, memiliki penyakit ginjal, pemakaian obat analgetik dan
obat-obat lain.
c. Faktor resiko yaitu riwayat hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes
melitus pada keluarga, merokok, pola makan, kegemukan dan gaya hidup
pasien.
d. Pengobatan antihipertensi yang pernah di konsumsi.
10
2.2.7. Komplikasi
Heart Foundation dalam Guide to Management of
Hypertension menjelaskan pada tabel 2 terkait kondisi klinis yang
dapat disebabkan oleh hipertensi yaitu diabetes, penyakit
kardiovaskuler, jantung koroner, gagal jantung kronis, penyakit ginjal
kronis, penyakit aorta serta penyakit arteri perifer.
2.1.8 Tatalaksana
Nitrendipin 5-20 2
Cilazapril 1,25-5 1
ACE BLOCKER
Benazepril 10-40 1
Enalapril 5-40 1
Fusinopril 10-40 1
Kaptopril 25-50 1-2
Kuinapril 10-80 1
Lisinopril 10-40 1
Perindopril 4-8 1
Ramipril 2,5-10 1
AT II ANTAGONIS
Eprosartan 400-800 1-2
Irbesartan 150-300 1
Kandesartan 4-16 1
Losartan 50-100 1
Olmesartan 20-40 1
Telmisartan 40-80 1
Valsartan 80-160 1
AGONIS α2-
ADRENERG
Guanfasin 0,5-2 1
Klonidin 0,075 3
Metildopa 250-1000 2
Reserpin 0,1-0,25 1
VASODILATOR
Hidralazin 25-50 2
Dihidralazin 12,5-25 2-3
a. Diuretik Tiazid
Obat ini dapat bekerja dengan meningkatkan ekskresi
natrium oleh ginjal dan memiliki beberapa efek vasodilator. Efek
samping utama obat ini yaitu hypokalemia, hiperglikemia, dan
hiperurisemia. Efek samping ini dapat dikurangi dengan
menggunakan dosis rendah (misalnya 12,5 mg atau 25 mg
hydrochlorothiazide atau chlorthalidone) atau dengan
menggabungkan diuretik ini dengan ACEI atau ARB yang telah
terbukti dapat mengurangi perubahan metabolic. Menggabungkan
17
b. Diuretik Loop
Diuretik ini secara selektif dapat menghambat reabsorpsi
NaCl di Cabang Ascenden Tebal (CAT) karena segmen ini
memiliki kapasitas absorpsi NaCl yang besar dan efek diuretiknya
tidak dibatasi asidosis, Jenis obat yang termasuk dalam kelompok
ini adalah furosemide, asam etakrinat, bumetanid dan torsemid.
Diuretik loop cepat diabsorpsi dan dieleminasi oleh ginjal melalui
filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus. Diuretik loop menghambat
NKCC2 yakni transporter Na+/K+/2Cl-di lumen dalam cabang
asenden tebal ansa Henle. Dengan menghambat transporter ini,
diuretik loop menurunkan reabsorpsi NaCl dan juga mengurangi
potensial positif di lumen akibat siklus kembali K+.Penggunaan
yang berkepanjangan dapat menyebabkan hipomagnesium yang
signifikan pada beberapa pasien. Namun pada gangguan yang
menyebabkan hiperkalsemia, ekskresi Ca2+ dapat ditingkatkan
dengan pemberian kombinasi diuretik loop dan infus (Katzung,
2013).
Adapun jenis, dosis dan sediaan obat diuretik loop yang
beredar di pasaran yang tercantum dalam tabel 6.
18
Tabel 6. Jenis, Sediaan dan Dosis Sediaan Obat Diuretik Loop yang
Beredar di Pasaran (UBM Medica Asia, 2014)
Jenis Obat Sediaan Dosis Sediaan
Furosemide Tablet 40 mg
Injeksi 10 mg/ ml ampul @ 2 ml
20 mg/ ml ampul @ 2 ml
d. Βeta-Blocker
Obat ini berkerja menghambat system syaraf simpatetik menuju
organ jantung.Direkomendasikan sebagai agen antihipertensi lini pertama
β Blocker ini juga digunakan dalam terapi hipertensi karena menurunkan
frekuensi denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan enzim renin dari
ginjal. Semuanya melibatkan penghambatan pada reseptor β1 adrenegik.
Selain itu, obat ini juga digunakan pada terapi angina pektoris, disritmia
jantung, infark miokardial, dan migrain yang pada umumnya sering
dikombinasikan dengan penggunaan diuretik. Efek samping yang
terkadang terjadi pada penggunaan obat ini adalah takikardia,
memperburuk asma dan diabetes, efek gangguan sistem saraf pusat
(kemalasan, depresi mental, insomnia, mimpi buruk), dan efek sistem
gastrointestinal (diare, sembelit, mual, dan muntah). (Bonini, 2011).
Adapun jenis, dosis dan sediaan obat β Blocker yang beredar di
pasaran yang tercantum dalam tabel 9.
Tabel 8. Jenis, Sediaan dan Dosis Sediaan Obat β Blocker yang Beredar
di Pasaran (UBM Medica Asia, 2014)
Jenis obat Sediaan Dosis Sediaan
Propanolol HCl Tablet 10 mg, 40 mg
Atenolol Tablet 50 mg, 100 mg
Bisoprolol Tablet 5 mg
Tabel 9. Jenis, Sediaan dan Dosis Sediaan Obat ACEI yang Beredar di
Pasaran (UBM Medica Asia, 2014)
Jenis obat Sediaan Dosis Sediaan
Kaptopril Tablet 12.5 mg, 25 mg, 50 mg
Lisinopril Tablet 5 mg, 10 mg
Ramipril Tablet 1,25 mg. 2,5 mg, 5 mg, 10 mg
Imidapril Tablet 5 mg, 10 mg
Periondopril Arginine Tablet 5 mg
Tabel 10. Jenis, Sediaan dan Dosis Sediaan Obat Antagonis Reseptor
Angiotensin II yang Beredar di Pasaran (UBM Medica Asia,
2014)
Jenis obat Sediaan Dosis Sediaan
Valsartan Tablet 80 mg, 160 mg
Irbesartan Tablet 150 mg, 300 mg
Telmisartan Tablet 80 mg
Candesartan Cilexetil Tablet 8 mg, 16 mg
21
Tabel 11. Jenis, Sediaan dan Dosis Sediaan Obat CCB yang Beredar di
Pasaran (UBM Medica Asia, 2014)
Jenis obat Sediaan Dosis Sediaan
Nifedipine Tablet 10 mg, 20 mg, 30 mg
Amlodipine bersilat Tablet 5 mg
Amlodipine maleat Tablet 5 mg, 10 mg
Verapamil Tablet 80 mg
Diltiazem Kapsul 100 mg, 200 mg
Injeksi 25 mg / 5ml, vial @ 5ml
50 mg, ampul @ 5 ml
Nikardipin Injeksi 10 mg / 10 ml, ampul @ 5 ml
Hidroklorida
Nimodipine Tablet 30 mg
Infus 10 mg / 50 ml, botol @ 5 ml
h. α-Blockers
Obat ini bekerja dengan memblok reseptorα adrenegik.
Persyarafan simpatetik pada pembuluh darah melibatkan reseptor α-1
adrenergik. Aktivasi pada reseptor ini mengakibatkan vasokontriksi
sehingga meningkatkan resistensi perifer yang selanjutnya akan
meningkatkan tekanan darah baik vena maupun arteri. Obat α1-blocker
22
Tabel 12. Jenis, Sediaan dan Dosis Sediaan Obat α-Blockers yang
Beredar di Pasaran (UBM Medica Asia, 2014)
Jenis Obat Sediaan Dosis Sediaan
Doxazosin Tablet 1 mg
Terazosin Tablet 1 mg
i. Central Blocker
Obat ini bekerja dengan menurunkan penghantaran syaraf
simpatetik sehingga menghasilkan penurunan tekanan darah.Contoh obat
adalah klonidin, metildopa, dan guanabenz. Klonidin merupakan agonis
reseptor α2 adrenergik yang berfungsi (menghambat pelepasan
norefinefrin).Metildopa ketika dalam tubuh diambil oleh syaraf
simpatetik, lalu diubah menjadi substrat palsu α-metilnorefinefrin yang
tidak dapat dimetabolisme oleh Monoamine oxidase (MAO).
Akumulasi substrat norefinefrin palsu tersebut menyebabkan pengeluaran
norafinefrin dalam vesikel penyimpanan dan norefinefrin kemudian dapat
didegradasi oleh MAO (reaksi deaminase) (Nugroho, 2011).
Adapun jenis, dosis dan sediaan obat Central Blocker yang
beredar di pasaran yang tercantum dalam tabel 13.
23
Tabel 13. Jenis, Sediaan dan Dosis Sediaan Obat Central Bloker yang
Beredar di Pasaran (UBM Medica Asia, 2014)
Jenis Obat Sediaan Dosis Sediaan
Clonidine Tablet 0,075 mg, 0,15 mg,
Injeksi Ampul 0,15 mg/ml
Metildopa Tablet 250 mg
Reserpine Tablet 0,1 mg, 0,25 mg
2.2 Dosis
2.2.1 Definisi
Dosis adalah jumlah takaran obat yang diberikan kepada
pasien dalam satuan berat, isi (volume) atau unit. Dosis obat
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi efek
farmakologi dari obat tersebut (Jas, 2009).
Hipertensi Stage 1
Obat Tunggal
- Obat tidak
Tidak Tercapai Potensial terjadi
sesuai
Tekanan Darah Ketidak sesuaian
- Pilihan obat
Target obat
tidak sesuai
Diberikan Obat
yang Optimal Penurunan Tekanan
sesuai JNC 7 Darah
(Amlodipin : 2,5-
10mg atau
Kaptopril 25-50mg)
VARIABEL VARIABEL
BEBAS TERIKAT
2.5 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan obat Amlodipin dan Kaptopril dengan
Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Stage I Rawat Jalan di
Puskesmas Kemiling Bandar Lampung.
H1 : Terdapat perbedaan obat Amlodipin dan Kaptopril dengan Perubahan
Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi Stage I Rawat Jalan di Puskesmas
Kemiling Bandar Lampung.