Вы находитесь на странице: 1из 32

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan AKG (Angka Kecukupan Gizi) Indonesia tahun 2004,
untuk ibu hamil trimester 1 dihitung setara dengan kebutuhan energi wanita
dalam kondisi tidak hamil ditambah 180 Kkal, sedangkan pada ibu hamil
trimester 2 dan trimester 3 dihitung setara dengan kebutuhan energi wanita
tidak hamil ditambah 300 Kkal (Depkes RI, 2009).
Gangguan nutrisi pada ibu hamil adalah kondisi dimana kebutuhan
nutrisi seorang ibu hamil tidak dapat terpenuhi baik pada trimester I, trimester
II dan trimester III, sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan janin yang
dikandungnya sehingga dapat menyebabkan gangguan dan masalah
(Kristianasari, 2010, p.1). Gangguan nutrisi yang terjadi pada ibu hamil
diantaranya adalah obesitas pada masa kehamilan, hiperemesis gravidarum,
serta kurang energi protein (KEP).
Ibu hamil dengan obesitas saat ini diketahui sangat berisiko untuk
menderita penyakit-penyakit dalam kehamilan. Selain itu, obesitas juga
mempengaruhi kesuburan seorang wanita, wanita hamil dengan obesitas juga
lebih berisiko mengalami keguguran dibandingkan dengan wanita hamil
normal (Kerrigan, 2010).
Masalah kehamilan lainnya adalah hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang
beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di Indonesia, 0,3% dari
seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di
China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki, di Amerika
Serikat, prevalensi hiperemesis gravidarum adalah 0,5-2 (Depkes, 2011)..
Berdasarkan hasil penelitian Depkes RI tahun 2009 menjelaskan
bahwa lebih dari 80% perempuan hamil mengalami rasa mual dan muntah.
Hal ini bisa menyebabkan perempuan menghindari makanan tertentu dan
biasanya membawa resiko baginya dan janin (Vicki, 2012).
2

Menurut survei SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia),


Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia mengalami penurunan setiap
tahunnya. Angka kematian bayi turun lebih lambat pada tahun 2002 – 2012.
Hal ini menyebabkan belum tercapainya target Millenium Development Goals
(MDG’s), yang diharapkan tahun 2015 AKB turun menjadi 23 per 1.000
kelahiran hidup (Depkes, 2012).
Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi adalah berat badan
lahir rendah (BBLR). Berat badan lahir rendah adalah berat badan bayi lahir
kurang dari 2500 gram. Risiko BBLR disebabkan oleh gizi kurang pada ibu
hamil yang menghambat proses tumbuh kembang janin (Soetjiningsih, 2012).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis membuat makalah dengan
judul “Kehamilan dengan Gangguan Nutrisi : Obesitas, Hiperemesis
Gravidarum, dan KEP”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan
masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada
kehamilan dengan gangguan nutrisi: obesitas, hiperemesis gravidarum, dan
KEP?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat mendeskripsikan pengolelolaan kasus atau asuhan
keperawatan pada kehamilan dengan gangguan nutrisi yakni obesitas,
hiperemesis gravidarum, serta KEP.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian data dasar pada kehamilan dengan
gangguan nutrisi yakni obesitas, hiperemesis gravidarum, serta
KEP
b. Menggambarkan diagnosa pada asuhan keperawatan pada
kehamilan dengan gangguan nutrisi yakni obesitas, hiperemesis
gravidarum, serta KEP
3

c. Menggambarkan intervensi pada asuhan keperawatan pada


kehamilan dengan gangguan nutrisi yakni obesitas, hiperemesis
gravidarum, serta KEP.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi ibu hamil
Menambah pengetahuan klien tentang kehamilan dengan gangguan
nutrisi yakni obesitas, hiperemesia gravidarum, dan KEP.
1.4.2 Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan/ pertimbangan bagi rekan-rekan
mahasiswa Universitas Airlangga Fakultas Keperawatan Prodi S1
Pendidikan Ners dalam penerapan asuhan keperawatan.
1.4.3 Bagi ilmiah
Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan
memperkaya khasanah ilmu dan pengetahuan serta sebagai bahan acuan
bagi penulis selanjutnya.
1.4.4 Bagi penulis
Proses penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah berharga yang
dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan dalam
asuhan keperawatan maternitas khusus mengenai antenatal care.
4

BAB 2
TI NJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar tentang Kehamilan dan Gangguan Nutrisi


2.1.1 Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seorang wanita
sebagai calon ibu, karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan
fisik yang mempengaruhi kehidupannya (Kristiyanasari, 2010, p.43).
Kehamilan adalah masa mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira
280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).
Kehamilan 40 minggu disebut sebagai kehamilan matur (cukup bulan),
dan bila lebih dari 43 minggu disebut sebagai kehamilan post matur.
Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu disebut kehamilan premature
(Hanifa Wiknjosastro, 2009).
2.1.2 Tahapan Kehamilan
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi 3 bagian,
masing-masing :
a. Kehamilan trimester pertama (antara 0 sampai 12 minggu);
b. Kehamilan trimester kedua (antara 12 sampai 28 minggu);
c. Kehamilan trimester ketiga (antara 28 sampai 40 minggu), janin
yang dilahirkan dalam trimester ketiga telah viable (dapat hidup)
(Hanifa Wiknjosastro, 2009).
2.1.3 Gangguan Nutrisi Ibu Hamil
Gangguan nutrisi ibu hamil adalah kondisi dimana kebutuhan
nutrisi seorang ibu hamil tidak dapat terpenuhi baik pada trimester I,
trimester II dan trimester III, sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan
janin yang dikandungnya sehingga dapat menyebabkan gangguan dan
masalah (Kristianasari, 2010, p.1).
5

2.2 Konsep Dasar tentang Obesitas


2.2.1 Definisi
Obesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan
akumulasi lemak tubuh sedikitnya 20 % dari berat rata-rata untuk usia,
jenis kelamin dan tinggi badan (Surinah, 2008).
Kenaikan berat badan yang seharusnya selama kehamilan
bervariasi untuk setiap wanita hamil, juga tergantung dari beberapa
faktor. Selama kehamilan, ibu perlu pertambahan berat badannya
karena membawa si calon bayi yang tumbuh dan berkembang dalam
rahimnya, dan juga untuk persiapan proses menyusui. Ibu hamil tidak
perlu khawatir bila berat badannya bertambah, tetapi sebaliknya mulai
merencanakan dan melakukan yang terbaik dan sehat bagi kehamilan
(Surinah, 2008: 51).
Ibu hamil dengan obesitas saat ini diketahui sangat berisiko untuk
menderita penyakit-penyakit dalam kehamilan. Selain itu, obesitas juga
mempengaruhi kesuburan seorang wanita, wanita hamil dengan
obesitas juga lebih berisiko mengalami keguguran dibandingkan dengan
wanita hamil normal (Kerrigan, 2010).
Tabel 1. Pembagian Kenaikan Berat Badan
Pembagian Kenaikan Berat Badan
(Semua angka ini adalah angka rata-rata)
Bayi 3,75 kg
Plasenta 0,75 kg
Cairan ketuban 1 kg
Pembesaran rahim 1kg
Jaringan payudara ibu 1kg
Volume darah ibu 2 kg
Cairan dalam jaringan ibu 2kg
Cadangan lemak ibu 3,5 kg
Rata-rata jumlah 15 kg pertambahan berat seluruhnya
(Murkoff, 2006: 224)
6

2.2.2 Etiologi
Kenaikan berat badan semasa kehamilan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Cairan ketuban
Puncak volume air ketuban biasanya pada usia kehamilan 36-38
minggu. Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya dibawah
500cc. Kekurangan (oligohidramion) atau kelebihan cairan ketuban
(polihidramion) dapat dijadikan indikator terjadinya sesuatu pada
janinnya; apakah karena saluran cerna, kelainan tulang belakang
dan lainnya. Adanya ketidak normalan air ketuban ini baru terjadi
setelah usia kehamilan 22 minggu atau sekitar 5 bulan.
b. Pembesaran organ-organ
Ukuran ketebalan dinding rahim normal 1,25cm, panjangnya 7,5cm
dengan lebar 5cm, berat sekitar 50-80gr. Sementara itu, ketebalan
dinding rahim ibu hamil sekitar 1,5cm, berat 900-1000gr, panjang
35cm.
c. Peningkatan jumlah cairan tubuh
Air merupakan komponen utama peningkatan berat badan selama
kehamilan. Jumlah air yang teretensi pada kehamilan aterm (cukup
bulan) dapat mencapai sekitar 6,5 liter. Pada masa nifas terjadi
penurunan berat badan sampai 2.300 gr dalam 10 hari. Penurunan
berat badan ini tergantung 3 hal: jumlah cairan yang teretensi
selama kehamilan, dehidrasi selama proses persalinan, dan
kehilangan darah selama proses persalinan.
d. Adanya perubahan metabolisme selama kehamilan
Terjadi peningkatan metabolisme sebesar 30% dibanding
perempuan tidak hamil, yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan uterus dan janin.
e. Bertambahnya volume sel darah
Mulai usia kehamilan 10 minggu, volume sel darah meningkat
sampai maksimal 30% pada usia kehamilan 30-32 minggu.
Kemudian volume relatif stabil sampai kehamilan cukup bulan (38-
7

40 minggu). Selain itu, terjadi peningkatan volume plasma (cairan


darah), selama kehamilan hingga mencapai maksimal sekitar 40%.
Total peningkatan volume plasma dapat mencapai 1,3 liter
(Solahuddin, 2010: 1).
2.2.3 Patofisiologi
Makanan yang adekuat yang disertai dengan ketidak seimbangan
antara intake dan output dalam tubuh akan menyebabkan akumulasi
timbunan lemak pada jaringan adiposa khususnya jaringan subkutan.
Apabila hal ini terjadi akan timbul berbagai masalah.
Timbunan lemak pada area abdomen yang menyebabkan tekanan
pada otot-otot diafragma meningkat sehingga mengganggu jalan nafas,
berat badan yang berlebihan menyebabkan aktivitas yang terganggu
sehingga mobilitas gerak terbatasi dan timbul perasaan tidak nyaman,
obat-obatan golongan steroid yang memicu nafsu makan tidak
terkontrol mengakibatkan perubahan nutrisi yang berlebih, dan krisis
kepercayaan diri karena timbunan lemak pada tubuh telah mengubah
bentuk badannya (Brunner, 2005).
2.2.4 WOC
8

2.2.5 Manifestasi Klinis


Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, termasuk pada
wanita hamil. Bentuk tubuh, penampilan dan raut muka penderita
obesitas :
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif
kecil dengan jari-jari yang berbentuk runcing
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relative tampak kecil
dengan dagu yang berbentuk ganda
c. Thoraks dan mammae membesar
d. Abdomen membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk
bandul lonceng, kadang-kadang terdapat striae putih atau ungu
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan
biasanya pada bisep dan trisep
f. Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang
mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas.
Penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan di
dalam dinding dada bisa menekan pulmonal, sehingga timbul gangguan
pernapasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan
aktivitas yang ringan. Gangguan pernapasan bisa terjadi pada saat tidur
dan menyebabkan terhentinya pernapasan untuk sementara waktu (tidur
apnea), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk
nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di
daerah pinggul, patela dan pergelangan kaki). Sering ditemukan
kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan
tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya,
sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan
mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema
(pembengkakkan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai
dan pergelangan kaki (Rowlands dkk., 2010).
Wanita hamil dengan obesitas sangat berisiko untuk mengalami
penyakit-penyakit seperti hipertensi dalam kehamilan, gestasional
9

diabetes, gangguan pernapasan dan tromboemboli, berkaitan dengan


proses persalinannya sendiri wanita tersebut akan membutuhkan waktu
persalinan yang lebih lama dengan risiko tindakan seksio sesaria lebih
tinggi, selain itu juga sehubungan dengan operasi akan mengalami
kesulitan dalam tindakan pembiusan dan penyembuhan luka (Yao dkk.,
2014). Dan terhadap bayinya risiko untuk terjadi komplikasi seperti
kelainan kongenital, makrosomia, stillbirth, distosia bahu dan
kemungkinan menderita obesitas dan diabetes pada saat dewasa
menjadi lebih besar (Rowlands dkk., 2010).
2.2.6 Penatalaksanaan
Manajemen praktis sehubungan dengan wanita hamil dengan berat
badan lebih atau obesitas (Shaikh, 2010) sebagai berikut:
a. Konseling prakonsepsi
1. Perubahan gaya hidup
2. Konsumsi asam folat 5 mg jika BMI > 35
3. Pemberian vitamin D 10 ug selama hamil dan menyusui
b. Antenatal
1. Dokumentasi tinggi dan berat badan selama kehamilan
2. Dokumentasi obesitas sebagai faktor risiko dan konsultasi
padadisiplin ilmu lain secara tepat
3. Ukur tekanan darah dengan menggunakan ukuran cuff yang
sesuai
4. Identifikasi faktor risiko tromboemboli dan berikan
pencegahan yang tepat
5. Tawarkan pemeriksaan gula darah
6. Tawarkan konsultasi dengan ahli anestesi dan rencana
persalinan
c. Perinatal
1. Perencanaan persalinan di fasilitas kesehatan yang tersedia ahli
kebidanan dan anestesi
2. Antisipasi terhadap kesulitan sehubungan dengan tindakan
intubasi dan epidural
10

3. Manajemen aktif kala III


4. Pemberian antibiotik profilaksis sebelum tindakan bedah
5. Identifikasi faktor risiko terjadinya tromboemboli dan gunakan
pencegahan yang tepat
d. Postpartum
1. Motivasi untuk pemberian ASI
2. Pemberian informasi dan edukasi sehubungan dengan
perubahan pola hidup dan perencanaan kehamilan yang
berikutnya
3. Jika sebelumnya dengan diagnosa diabetes mellitus gestasional
maka sarankan pemeriksaan rutin sehubungan dengan
kemungkinan terjadinya diabetes mellitus tipe II.
2.2.7 Diagnosa Keperawatan
a. Berat badan berlebih (00233) b/d perilaku makan terganggu (mis;
binge eating, kontrol berat badan ekstrem)
b. Gangguan ventilasi spontan (000033) b/d keletihan otot pernapasan
c. Kerusakan integritas kulit (00046) b/d gangguan pigmentasi
d. Resiko kekurangan volume cairan (00028) b/d berat badan ekstrem
(obesitas) (NANDA, 2015-2017).
2.3 Konsep Dasar tentang Hiperemesis Gravidarum
2.3.1 Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak
terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidak
seimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat
badan (Lowdermilk, 2004). Hal tersebut mulai terjadi pada minggu 4
sampai 10 kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada
usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus
berlanjut sampai kehamilan tahap berikutnya (Runiari, 2010).
Jadi kesimpulan yang dapat diambil, hiperemesis gravidarum
adalah mual dan muntah berlebih yang dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari yang tidak terkendali selama masa hamil yang menyebabkan
11

dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit atau defisiensi nutrisi dan


kehilangan berat badan.
2.3.2 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum menurut Hanifa (2007),
beberapa faktor predisposisi dan faktor lain telah ditemukan sebagai
berikut:
a. Faktor predisposisi
Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan,
karena pada kedua keadaan tersebut hormon khoironik gonadotropi
dibentuk berlebihan.
b. Faktor organik
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak
ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organik. Selain itu,
alergi juga merupakan salah satu respons dari jaringan ibu terhadap
anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
c. Faktor psikologik
Memegang peranan penting, rumah tangga yang retak, kehilangan
pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental
yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak
sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup.
2.3.3 Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan alkalosis
hipokloremik. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan
12

tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton


dalam darah.
Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena
muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan khlorida air kemih turun. Selain itu
juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah
berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi melalui ginjal menambah frekuensi muntah
lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit
dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung (Sindroma
Mallory Weiss) dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada
umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri,
jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan operatif (Wiknjosastro,
2005).
13

2.3.4 WOC

2.3.5 Manifestasi Klinis


Pembagian manifestasi hiperemesis gravidarum menurut
Proverawati (2009):
a. Tingkat I
1. Muntah terus menerus
2. Ibu merasa lemah
3. Nafsu makan tidak ada
4. Berat badan menurun
5. Nyeri pada epigastrium
6. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit
14

7. Tekanan darah sistol menurun


8. Turgor kulit berkurang
9. Lidah mengering
10. Mata cekung
b. Tingkat II
1. Tampak lemah dan apatis
2. Turgor kulit lebih berkurang
3. Lidah mengering dan nampak kotor
4. Nadi kecil dan cepat
5. Suhu kadang-kadang naik
6. Mata sedikit ikterus dan menjadi cekung
7. Berat badan menurun dan tekanan darah rendah
8. Hemokonsentrasi
9. Oliguri
10. Konstipasi
c. Tingkat III
1. Keadaan umum lebih parah
2. Muntah berhenti
3. Kesadaran somnolen sampai koma
4. Nadi kecil dan cepat
5. Suhu badan meningkat dan tensi menurun : ensifalopati,
nistagmus, dan diplopia.
2.3.6 Penatalaksanaan
Menurut Proverawati (2009), penatalaksanaan hiperemesis
gravidarum meliputi :
a. Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual
dan kadang-kadang muntah merupakan gejala yang fisiologis pada
kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan
b. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil tetapi lebih sering
15

c. Waktu bangun pagi segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan
yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan dingin
d. Obat-obatan sedatif yang sering digunakan adalah Phenoborbital.
Vitamin yang dianjurkan yakni vitamin B1 dan B6. Keadaan yang
lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomin hidrokhloride
atau khlopromasin. Anti histamin juga dianjurkan seperti dramamin,
avonim
e. Isolasi dilakukan pada penderita dalam kamar yang tenang tetapi
cerah dan sirkulasi udara yang baik. Tidak diberikan
makanan/minuman selama 24-28 jam. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan
f. Terapi psikologis, perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta hilangkan masalah dan konflik, yang dapat
menjadi latar belakang penyakit ini
g. Cairan parenteral diberikan yang mengandung elektrolit,
karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam
fisiologis sebanyak 2-3 liter per hari. Bila perlu dapat ditambah
kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C.
Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan asam amino secara
intravena
h. Penghentian kehamilan, pada sebagian kecil kasus keadaan tidak
menjadi baik, bahkan mundur, usahakan mengadakan pemeriksaan
medis atau psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi
komplikasi organik dalam keadaan demikian perlu
dipertimbangkanuntuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena
disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak
16

tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversible pada organ


vital.
2.3.7 Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
b/d ketidakmampuan makan
b. Kekurangan volume cairan (00027) b/d kehilangan cairan aktif
c. Ansietas (00146) b/d ancaman pada status terkini
d. Mual (00134) b/d kehamilan
e. Defisiensi pengetahuan (00126) b/d kurang informasi (NANDA,
2015-2017).
2.4 Konsep Dasar tentang KEP
2.4.1 Definisi
KEP (kurang energi protein) merupakan gangguan gizi yang
disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kekurangan energy pada
wanita yang berlangsung menahun (kronis), mengakibatkan timbulnya
gangguan kesehatan. KEP dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS)
dan pada ibu hamil. Kekurangan energi protein (KEP) adalah keadaan
dimana seseorang mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang
berlangsung lama atau menahun. Seseorang dikatakan menderita risiko
KEP bilamana LILA <23,5 cm. Nutrisi merupakan satu dari banyak
faktor yang ikut mempengaruhi kehamilan.
2.4.2 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi KEP pada ibu hamil adalah :
a. Faktor sosial ekonomi
1. Pendapatan keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makan. Orang
dengan tingkat ekonomi rendah biasanya akan membelanjakan
sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan dengan
tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan.
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas
dan kuantitas hidangan. Karena tercukupinya asupan makanan
empat sehat lima sempurna.
17

2. Pendidikan ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu
unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya
karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan
pengetahuan/ informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi
lebih baik.
3. Faktor pola konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya
mengandung sumber besi heme (hewani) yang rendah dan
tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga
banyak mengandung serat dan filtrat yang merupakan factor
penghambat penyerapan besi (Departemen Gizi dan Kesmas
FKMUI, 2007).
4. Faktor perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada
umumnya wanita lebih memberikan perhatian khusus pada
kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus
mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori/ hari. Jika ibu
tidak punya kebiasaan buruk seperti merokok, pecandu, maka
status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan
sebaliknya (Arisman, 2007).
b. Faktor biologis
1. Usia ibu hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada ibu
yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi
kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih
dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal
yang terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96).
Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan
18

kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil


akan lebih baik.
2. Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang
dari 2 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga
dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2
tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi
dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak
kelahiran dibawah 2 tahun (Aguswilopo, 2004 : 5).
3. Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
yang dapat hidup (viable) (Mochtar, 1998). Paritas
diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah
melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai
batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati
pada waktu lahir
b) Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami
dua atau lebih kehamilan yang berakhir pada saat janin
telah mencapai batas viabilitas
c) Grande multipara adalah seorang wanita yang telah
mengalami lima atau lebih kehamilan yang berakhir pada
saat janin telah mencapai batas viabilitas.
Adapun klasifikasi KEP menurut WHO sebagai berikut:
a. KEP ringan : >80-90 % BB ideal terhadap TB
b. KEP sedang : >70-80 % BB ideal terhadap TB
c. KEP berat : < 70 % BB ideal terhadap TB
2.4.3 Patofisiologi
Kurang energi pada ibu hamil akan terjadi jika kebutuhan tubuh
akan energi tidak tercukupi oleh diet. Ibu hamil membutuhkan energi
yang lebih besar dari kebutuhan energi individu normal. Hal ini
dikarenakan pada saat hamil ibu, ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan
19

energi untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk janin yang dikandungnya.
Oleh sebab itu, jika pemenuhan kebutuhan energi pada ibu hamil
kurang dari normal, maka hal itu tidak hanya akan membahayakan ibu,
tetapi juga janin yang ada di dalam kandungan ibu.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein maupun
lemak merupakan hal yang sangat penting dalam usaha untuk
mempertahankan kehidupan.
Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi
kekurangan. Sehingga jika keadaan ini berlanjut terus menerus, maka
tubuh akan menggunakan cadangan lemak dan protein amino yang
digunakan untuk diubah menjadi karbohidrat. Jika keadaan ini terus
berlanjut maka tubuh akan mengalami kekurangan zat gizi terutama
energi yang akan berakibat buruk pada ibu hamil.
20

2.4.4 WOC

2.4.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis pada ibu hamil dan janin secara rinci adalah
sebagai berikut :
a. Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan
komplikasi pada ibu antara lain:
1. Anemia
2. Perdarahan
3. Berat badan ibu tidak bertambah secara normal
21

4. Terkena penyakit infeksi, hal ini akan meningkatkan kematian


ibu
b. Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat
mengakibatkan:
1. Persalinan sulit dan lama
2. Persalinan premature/ sebelum waktunya
3. Perdarahan postpartum, persalinan dengan tindakan operasi
Caesar cenderung meningkat
c. Janin
1. Kurang gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses
pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan
2. Keguguran/ abortus
3. Bayi lahir mati, kematian neonatal
4. Cacat bawaan
5. Asfiksia
6. Berat badan lahir rendah (BBLR).
2.4.6 Penatalaksanaan
a. KIE mengenai KEP dan faktor yang mempengaruhi serta
bagaimana menanggulangi
b. PMT bumil
Kondisi KEP pada ibu hamil harus segera ditindaklanjuti sebelum
usia kehamilan mencapai 16 minggu. Pemberian makanan
tambahan yang tinggi kalori dan tinggi protein dan dipadukan
dengan penerapan porsi kecil tapi sering, pada faktanya berhasil
menekan angka kejadian BBLR di Indonesia. Penambahan 200-450
kalori dan 12-20 gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka
yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan gizi janin
c. Konsumsi tablet Fe selama hamil
Kebutuhan ibu hamil terhadap energi, vitamin maupun mineral
meningkat sesuai dengan perubahan fisiologis ibu terutama pada
akhir trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi yang
22

menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan


mempengaruhi konsentrasi hemoglobin darah.
Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian
tablet besi, akan tetapi pada keadaan gizi kurang bukan saja
membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan suplemen
vitamin dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa
kehamilan, rendahnya asupan protein hewani serta tingginya
konsumsi serat/ kandungan filtrate dari tumbuh-tumbuhan serta
protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
anemia zat besi.
2.4.7 Diagnosa Keperawatan
a. Keletihan (00093) b/d kelesuan fisiologis (mis; anemia, kehamilan,
penyakit), malnutrisi
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
b/d kurang asupan makanan
c. Ansietas (00146) b/d ancaman kematian
d. Hipertermia (00007) b/d dehidrasi (NANDA, 2015-2017).
2.5 Contoh Kasus
Data subyektif : Ny S mengetahui kehamilannya yang pertama, dengan
umur kehamilan yakni 11 minggu. Keluhan saat MRS klien mengeluh pusing,
mual, kadang disertai muntah, badan lemas, dan nafsu makan menurun. Pada
data obyektif didapatkan hasil yakni keadaan umum : baik, kesadaran :
compos mentis, TTV TD : 100/70 mmHg, S : 36,3oC, N : 86 x/menit, RR : 20
x/menit, TB : 155 cm, BB sebelum hamil : 39 kg, BB sekarang : 42 kg, LLA :
21,9 cm.
23

BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KEHAMILAN DENGAN GANGGUAN NUTRISI

3.1 Pengkajian Keperawatan


3.1.1 Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya
agar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan-
sekarang. Riwayat obstetri meliputi hal-hal di bawah ini :
a. Gravida, para-abortus, dan anak hidup (GPAH)
b. Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
c. Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan
d. Jenis anestesi dan kesulitan persalinan
e. Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan
perdarahan
f. Komplikasi pada bayi
g. Rencana menyusui bayi.
3.1.2 Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, atau
keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada
saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum
kelahiran dan berlanjut.
3.1.3 Riwayat Penyakit dan Operasi
Kondisi kronis (menahun/terus menerus) seperti DM, hipertensi, dan
penyakit ginjal berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya
penyakit infeksi, prosedur infeksi dan trauma pada persalinan
sebelumnya harus didokumentasikan.
3.1.4 Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi hal-hal sebagai berikut :
24

a. Usia, ras, dan latar belakang etnik (berhubungan dengan kelompok


risiko tinggi untuk masalah genelis seperti anemia sickle cell,
talasemia)
b. Penyakit pada masa kanak-kanak dan imunisasi
c. Penyakit kronis (menahun/terus-menerus), seperti asma dan
jantung
d. Penyakit sebelumnya, prosedur operasi, dan cedera (pelvis dan
pinggang)
e. Infeksi sebelumnya seperti hepatitis, penyakit menular seksual, dan
tuberkulosis
f. Riwayat dan perawatan anemia
g. Fungsi vesika urinaria dan bowel (fungsi dan perubahan)
h. Jumlah konsumsi kafein tiap hari seperti kopi, teh, coklat, dan
minuman ringan
i. Merokok (jumlah batang per hari)
j. Kontak dengan hewan peliharaan seperti kucing dapat
meningkatkan risiko terinfeksi toxoplasma
k. Alergi dan sensitif dengan obat
l. Pekerjaan yang berhubungan dengan risiko penyakit.
3.1.5 Riwayat Keluarga
Memberikan informasi tentang kesehatan keluarga, termasuk penyakit
kronis (menahun/terus--menerus) seperti diabetes melilus dan jantung,
infeksi seperti tuberkulosis dan hepatitis, serta riwayat kongenital yang
perlu dikumpulkan.
3.1.6 Riwayat Kesehatan Pasangan
Untuk menentukan kemungkinan masalah kesehatan yang berhubungan
dengan masalah genetik, penyakit kronis, dan infeksi. Penggunaan obat-
obatan seperti kokain dan alkohol akan berpengaruh pada kemampuan
keluarga untuk menghadapi kehamilan dan persalinan. Rokok yang
digunakan oleh ayah akan berpengaruh pada ibu dan janin, terulama
risiko mengalami komplikasi. Pernapasan akibat sebagai perokok pasif.
25

Golongan darah dan tipe Rhesus ayah penting jika ibu dengan Rh
negatif dan kemungkinan inkompabilitas darah dapat terjadi.
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda vital
1. Tekanan darah
Posisi pengambilan tekanan darah sebaiknya ditetapkan,
karena posisi akan memengaruhi tekanan darah pada ibu
hamil. Sebaiknya tekanan darah diukur pada posisi duduk
dengan lengan sejajar posisi jantung. Pendokumentasian perlu
dicatat posisi dan tekanan darah yang didapatkan.
2. Nadi
Frekuensi nadi normalnya 60-90 kali per menit. Takikardi bisa
terjadi pada keadaan cemas, hipertiroid, dan infeksi. Nadi
diperiksa selama satu menit penuh untuk dapat menentukan
keteraturan detak jantung. Nadi diperiksa untuk menentukan
masalah sirkulasi tungkai, nadi seharusnya sama kuat dan
teratur.
3. Pernapasan
Frekuensi pernapasan selama hamil berkisar antara 16-24 kali
per menit. Takipnea terjadi karena adanya infeksi pernapasan
atau penyakit jantung. Suara napas hams sama bilateral,
ekspansi paru simetris, dan lapangan paru bebas dari suara
napas abdominal.
4. Suhu
Suhu normal selama hamil adalah 36,2-37,6°C. Peningkatan
suhu menandakan terjadi infeksi dan membutuhkan perawatan
medis.
b. Sistem kardiovaskuler
1. Bendungan vena
Pemeriksaan sistem kardiovaskular adalah observasi terhadap
bendungan vena, yang bisa berkembang menjadi varises.
26

Bendungan vena biasanya terjadi pada tungkai, vulva, dan


rektum
2. Edema
Edema pada tungkai merupakan refleksi dari pengisian darah
pada ekstremitas akibat perpindahan cairan intravaskular ke
ruang intertisial. Ketika dilakukan penekanan dengan jari atau
jempol menyebabkan terjadinya bekas tekanan, keadaan ini
disebut pitting edema. Edema pada tangan dan wajah
memerlukan pemeriksaan lanjut karena merupakan tanda dari
hipertensi pada kehamilan
c. Sistem muskuloskeletal
1. Postur
Mekanik tubuh dan perubahan postur bisa terjadi selama
kehamilan. Keadaan ini mengakibatkan regangan pada otot
punggung dan tungkai
2. Tinggi dan berat badan
Berat badan awal kunjungan dibutuhkan sebagai data dasar
untuk dapat menentukan kenaikan berat badan selama
kehamilan. Berat badan sebelum konsepsi kurang dari 45 kg
dan tinggi badan kurang dari 150 cm ibu berisiko melahirkan
bayi prematur dan berat badan lahir rendah. Berat badan
sebelum konsepsi lebih dari 90 kg dapat menyebabkan diabetes
pada kehamilan, hipertensi pada kehamilan, persalinan seksio
caesarea, dan infeksi postpartum
3. Pengukuran pelviks
Tulang pelviks diperiksa pada awal kehamilan untuk
menentukan diameternya yang berguna untuk persalinan
pervaginam
d. Sistem perkemihan
Kontur, ukuran, dan tonus otot abdomen perlu dikaji. Tinggi
fundus diukur jika fundus bisa dipalpasi diatas simfisis pubis.
Kandung kemih harus dikosongkan sebelum pemeriksaan
27

dilakukan untuk menentukan keakuratannya. Pengukuran metode


Mc Donald dengan posisi ibu berbaring.
e. Sistem neurologi
Pemeriksaan neurologi lengkap tidak begitu diperlukan bila ibu
tidak memiliki tanda dan gejala yang mengindikasikan adanya
masalah. Pemeriksaan refleks tendon sebaiknya dilakukan karena
hiperefleksi menandakan adanya komplikasi kehamilan
f. Sistem integumen
Warna kulit biasanya sama dengan rasnya. Pucat menandakan
anemis, jaundice menandakan gangguan pada hepar, lesi,
hiperpigmentasi seperti cloasma gravidarum, serta linea nigra
berkaitan dengan kehamilan dan striae perlu dicatat. Penampang
kuku berwarna merah muda menandakan pengisian kapiler baik.
g. Sistem gastrointestinal
1. Mulut
Membran mukosa berwarna merah muda dan lembut. Bibir
bebas dari ulserasi, gusi berwarna kemerahan, serta edema
akibat efek peningkatan estrogen yang menyebabkan
hiperplasia. Gigi terawat dengan baik, ibu dapat dianjurkan ke
dokter gigi secara teratur karena penyakit periodontal
menyebabkan infeksi yang memicu terjadinya persalinan
prematur. Trimester kedua lebih nyaman bagi ibu untuk
melakukan perawatan gigi
2. Usus
Stetoskop yang hangat untuk memeriksa bising usus lebih
nyaman untuk ibu hamil. Bising usus bisa berkurang karena
efek progesteron pada otot polos, sehingga menyebabkan
konstipasi. Peningkatan bising usus terjadi bila menderita
diare.
28

3.1.8 Diagnosa Keperawatan


a. Keletihan (00093) b/d kelesuan fisiologis (mis; anemia, kehamilan,
penyakit), malnutrisi
b. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
b/d kurang asupan makanan
c. Ansietas (00146) b/d ancaman kematian
d. Hipertermia (00007) b/d dehidrasi (NANDA, 2015-2017).
29

3.1.9 Intervensi Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Keletihan (00093) NOC : NIC :
b/d kelesuan  Kelelahan, efek yang mengganggu Aktivitas-aktivitas:
fisiologis (mis;  Pengetahuan : aktivitas yang disarankan a. Pertimbangkan kemampuan klien dalam
anemia, kehamilan, Kriteria hasil : berktivitas
penyakit), malnutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan b. Bantu klien untuk memilih aktivitas
diharapkan : c. Bantu klien untuk tetap fokus pada kekuatan
a. Efek yang diharapkan dari aktivitas yang yang dimiliki
disarankan d. Bantu klien untuk menjadwalkan waktu-
b. Faktor-faktor yang mengurangi kemampuan waktu spesifik terkait aktivitas harian
untuk melakukan aktivitas yang disarankan e. Bantu klien dan keluarga untuk
c. Kinerja yang tepat dari aktivitas yang mengidentifikasi kelemahan dalam level
ditentukan aktivitas tertentu
30

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
2. Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi : kurang dari  Mual dan muntah, efek yang mengganggu Manajemen nutrisi :
kebutuhan tubuh  Nafsu makan a. Terapi nutrisi
(00002) b/d kurang Kriteria hasil : b. Konseling nutrisi
asupan makanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan c. Monitor nutrisi
diharapkan : d. Bantuan perawatan diri : pemberian makan
a. Hasrat/keinginan untuk makan e. Dukungan pemeliharaan kehidupan
b. Merasakan makanan f. Monitor TTV
c. Intake nutrisi
31

Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
3. Ansietas (00146) b/d NOC : NIC :
ancaman kematian  Koping (1302) Peningkatan koping :
Kriteria hasil : a. Konseling
Setelah dilakukan tindakan keperawatan b. Dukungan pengambilan keputusan
diharapkan : c. Dukungan emosional
a. Menyatakan perasaan akan kontrol (diri) d. Manajemen lingkungan
(130203) e. Peningkatan peran
b. Melaporkan pengurangan stress (130204)
c. Menyatakan penerimaan terhadap situasi
(130205)
d. Adaptasi perubahan hidup (130208)
32

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan makalah di atas, gangguan nutrisi yang
terjadi pada ibu hamil diantaranya adalah obesitas pada masa kehamilan,
hiperemesis gravidarum, serta kurang energi protein (KEP). Dalam
penanganan pada gangguan selama kehamilan menggunakan proses
keperawatan yakni pengkajian, diagnosa, serta intervensi keperawatan.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Ibu Hamil
Diharapkan ibu hamil mampu memahami tentang kehamilan
dengan gangguan nutrisi yakni obesitas, hiperemesia gravidarum, dan
KEP.
4.2.2 Bagi Institusi
Diharapkan kepada institusi dapat menggunakan makalah ini
sebagai bahan masukan/ pertimbangan dalam penerapan asuhan
keperawatan bagi rekan-rekan mahasiswa Universitas Airlangga
Fakultas Keperawatan Prodi S1 Pendidikan Ners.
4.2.3 Bagi ilmiah
Diharapkan hasil penulisan ini dapat menjadi sumber informasi dan
memperkaya khasanah ilmu dan pengetahuan serta sebagai bahan acuan
bagi penulis selanjutnya.
4.2.4 Bagi penulis
Diharapkan setelah makalah ini dibaca pembaca dapat memberi
masukan kepada penulis mengenai kehamilan dengan gangguan nutrisi
yakni obesitas, hiperemesis gravidarum, dan KEP.

Вам также может понравиться