Вы находитесь на странице: 1из 152

LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara
menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Keberhasilan pembangunan kesehatan
berperan penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya
manusia indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan
terpadu. Puskesmas adalah penanggung jawab penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat dan perorangan jenjang pertama.
Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya. Dengan demikian, yang dimaksud dengan unit
pelaksana teknis dinas yang selanjutnya disebut UPTD, yakni unit organisai
dilingkungan dinas kota yang melakukan tugas teknis operasional. Puskesmas
berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,
pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama.
Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang merupakan
pusat pembangunan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat disamping memberikan pelayanan kesehatan masyarakat dalam
suatu wilayah kerja dalam bentuk usaha-usaha kegiatan pokok.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 3
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

1.2. Tujuan Kegiatan


1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan KKS di Puskemas Hevetia seluruh dokter
muda Fakultas Kedokteran Universitas Batam mampu melaksanakan
pelayanan kesehatan primer di puskesmas.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah peserta didik menyelesaikan program praktek
puskesmas diharapkan, seluruh dokter muda Fakultas Kedokteran
Universitas Batam akan:
a. Terampil berkomunikasi dengan pasien dan tim kesehatan lainnya
secara efektif dalam pelayanan primer di puskesmas.
b. Mampu melakukan pencatatan dan pelaporan puskesmas.
c. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan program-program kerja di
Puskesmas Helvetia.

1.3. Prosedur Kerja


Kepaniteraan klinik senior yang dilaksanakan di Puskesmas Helvetia
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Mencatat data geografis dan demografis di wilayah kerja Puskesmas
Helvetia.
b. Pencatatan data dan laporan yang ada di Puskesmas Helvetia.
c. Melakukan pengamatan langsung di lapangan dan ikut serta dalam
pelayanan kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 4
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Menurut Keputusan dari Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Yang dimaksud dengan :
 Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh pemerintah-pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
 Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
Setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok dan masyarakat.
 Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)
Suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat dan memulihkan
kesehatan perseorangan.
 Pelayanan Kesehatan
Upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat,
mencakup perencanaan, pelaksanaan ,evaluasi ,pencatatan,
pelaporan, dan dituangkan dalam satu sistem.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 3
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Tenaga Kesehatan
Setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memilki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

2.1.2 Tujuan Puskesmas


Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan dan kemampuan hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
c. Hidup dalam lingkungan yang sehat
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat

2.1.3 Fungsi Puskesmas


Sesuai dengan Sistem kesehatan Nasional, Puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai tiga fungsi
sebagai berikut:

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Memiliki makna bahwa Puskesmas harus mampu membantu


menggerakkan (motivator, fasilitator) dan turut serta memantau
pembangunan yang diselenggarakan di tingkat kecamatan agar
dalam pelaksanaannya mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh
kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama. Diharapkan setiap
pembangunan yang dilaksanakan setidaknya mendatangkan
dampak positif terhadap kesehatan. Keberhasilan dapat diukur dari
Indeks Potensi Tatanan Sehat (IPTS) Indikatornya adalah :

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 4
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Berapa % sekolah yang dinyatakan berpotensi sehat


 Berapa % tempat kerja yang dinyatakan berpotensi sehat
 Berapa tempat-tempat umum yang dinyatakan berpotensi sehat
Indikator Potensi Tatanan Sehat untuk sekolah:
 Tersedianya air bersih
 Tersedianya jamban yang saniter
 Adanya larangan merokok
 Adanya dokter kecil untuk SD atau Palang Merah Remaja
(PMR) untuk SLTP

2. Memberdayakan masyarakat dan keluarga

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang


bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan dan melakukan pemecahan dengan memanfaatkan
potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari intansi lintas
sektoral maupun LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan tokoh
masyarakat.

Pemberdayaan keluarga adalah segala upaya fasilitas yang


bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah,
merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan
pemecahannya dengan benar tanpa atau bantuan pihak lain.

Indikator fungsi pemberdayaan masyarakat, yaitu:


 Tumbuh-kembang UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat)
 Tumbuh dan berkembangnya LSM di bidang kesehatan.
 Tumbuh dan berfungsinya BPKM (Badan Peduli Kesehatan
Masyarakat) atau BPP (Badan Penyantun Puskesmas)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 5
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama


Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
diselenggarakan Puskesmas bersifat holistik,
komprehensif/rnenyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang
bersifat pokok (basic health service), yang sangat dibutuhkan oleh
sebagian besar masyarakat serta, mempunyai nilai strategis untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan
tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan masyarakat dan
pelayanan medik. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat
pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan (ambulatory/out patient
service).
Sebagai pusat pelayanan tingkat pertama di wilayah
kerjanya, Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan
pemerintah yang wajib menyelenggarakan pelayanan
kesehatan secara bermutu, terjangkau, adil dan merata.
Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
 Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok
masyarakat, serta sebagian besar diselenggarakan bersama
masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan luar gedung di
wilayah kerja puskesmas.
 Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif, dengan pendekatan kelompok
masyarakat, serta sebagian besar diselenggarakan bersama
masyarakat melalui upaya pelayanan dalam dan luar gedung di
wilayah kerja puskesmas.
 Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan,
kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga
pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 6
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Pada kondisi tertentu dan bila memungkinkan dapat


dipertimbangkan Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat
inap sebagai rujukan antara sebelum dirujuk ke Rumah Sakit.
Dalam melaksanakan fungsinya tersebut, Puskesmas dapat
melakukan cara-cara sebagai berikut :
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk
melakukankegiatan dalam rangka menunjang dirinya sendiri.
2. Memberi petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana
menggali serta menggunakan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien.
3. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan
rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat
dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan
ketergantungan.
4. Memberi pelayanan kesehatan langsung pada masyarakat.
5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program kerja Puskesmas.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang
bersifat mutlak perlu, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar
masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
diselenggarakan Puskesmas bersifat holistik, komprehensif, terpadu
dan berkesinambungan.
Pelayanan Kesehatan Menyeluruh, yaitu pelayanan kesehatan
yang meliputi :
 kuratif (pengobatan)
 preventif (pencegahan)
 promotif (peningkatan kesehatan)
 rehabilitatif (pemulihan kesehatan)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 7
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Semua jenis pelayanan ini ditujukan kepada semua jenis,


golongan umur dan dimulai sejak dimulainya pembuahan
dalam kandungan hingga tutup usia.

 Pelayanan Kesehatan Terpadu (terintegrasi)


Sebelum adanya pelayanan kesehatan terpadu ini, masing-
masing organisasi yang terkait dalam pelayanan kesehatan
melakukan usaha-usaha kesehatannya secara terpisah dan
bekerja sendiri-sendiri. Mereka langsung melaporkan hasil
kegiatannya kepada KaDinKes sehingga mereka saling tidak
mengenal program apa yang akan dijalankan untuk kemajuan
kesehatan di masyarakat.
Dengan adanya peningkatan sistem pelayanan kesehatan
melalui Puskesmas, maka kegiatan-kegiatan pokok ini dilakukan
bersama dibawah satu koordinasi & satu program. Berbagai jenis
kegiatan pokok Puskesmas dilakukan secara kerja sama, begitu
pula rencana kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pengawasan dan
pengendalian serta evaluasi kegiatan dilakukan bersama di bawah
satu administrator dan satu pimpinan.
Sebagai sarana untuk mempermudah Puskesmas dalam
melakukan tugasnya, maka Puskesmas ditunjang dengan unit
kegiatan yang lebih sederhana dalam bentuk:
1. Puskesmas Pembantu (Pustu)
Puskesmas pembantu merupakan unit pelayanan kesehatan
yang sederhana dan berfungsi menunjang serta membantu
melaksanakan kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam
masyarakat lingkungan wilayah yang lebih kecil serta jenis dan
kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan
tenaga dan sarana yang tersedia. Dalam Pelita V, wilayah kerja
Puskesmas pembantu diperkirakan meliputi 2-3 desa, dengan
sasaran penduduk antara 2500 orang (di luar Jawa–Bali) hingga

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 8
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

10.000 orang (di perkotaan Jawa–Bali). Puskesmas pembantu


merupakan bagian integral dari Puskesmas, dengan kata lain
Puskesmas juga meliputi Puskesmas pembantu yang ada di
wilayah kerjanya.
Tugas pokok Puskesmas pembantu adalah
menyelenggarakan sebagian program kegiatan Puskesmas sesuai
dengan kompetensi tenaga dan sumberdaya lain yang tersedia.
2. Puskesmas keliling (Pusling)
Adalah merupakan tim pelayanan kesehatan Puskesmas
keliling, terdiri dari tenaga yang dilengkapi dengan kendaraan
bermotor/roda 4/perhau bermotor, peralatan kesehatan, peralatan
komunikasi yang berasal dari Puskesmas. Puskesmas keliling
berfungsi untuk menunjang dan membantu kegiatan pelaksanaan
program Puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum
terjangkau atau lokasi yang sulit dijangkau oleh sarana
kesehatan.
Kegiatan Puskesmas keliling adalah :
a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di
daerah terpenil yang tidak terjangkau oleh pelayanan
Puskesmas atau Puskesmas pembantu, 4 hari dalam
seminggu.
b. Melakukan penyelidikan terhadap kasus luar biasa
c. Melakukan rujukan bagi kasus gawat darurat
d. Melakukan penyuluhan dengan menggunakan alat audio
visual.
3. Bidan yang bertugas di desa
Bidan desa adalah tenaga bidan yang ditempatkan di desa
dalam rangka meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
kesehatan Puskesmas, bidan desa mempunyai wilyah kerja 1-2
desa dengan jumlah penduduk rata-rata 3000 orang/desa, dan
bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 9
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tugas utama bidan tersebut adalah membina peran serta


masyarakat dalam Posyandu dan pembinaan kelompok
persepuluhan, membina kelompok kader dasa wisma, membantu
persalinan di rumah-rumah, mengadakan rujukan. Di samping
memberi pelayanan langsung di Posyandu dan pertolongan
persalinan di rumah. Selain itu sebagai tugas khusus, bidan desa
bertanggung jawab atas program Kesehatan Ibu dan Anak serta
program Keluarga Berencana di wilayah kerjanya.
4. Puskesmas rawat inap
Puskesmas rawat inap adalah Puskesmas dengan fasilitas
tempat perawatan dan ruang tambahan untuk menolong
penderita gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas
maupun perawatan sementara. Fungsinya sebagai ”Pusat
Rujukan Antara” yang melayani penderita gawat darurat
sebelum dapat dirujuk ke Rumah Sakit.
Kriteria yang harus dipenuhi oleh Puskesmas rawat inap
adalah sebagai berikut:
 Puskesmas harus terletak kira-kira 20 km dari RS
 Mudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari puskesmas
sekitarnya
 Dipimpin oleh seorang dokter disertai tenaga kesehatan yang
memadai
 Jumlah kunjungan minimal100 orang per hari
 Penduduk wilayah puskesmas & penduduk 3 puskesmas
sekitarnya minimal 20.000 per puskesmas
 Pemda bersedia menyediakan anggaran rutin yang
mencukupi

Kegiatan :
1. Melakukan tindakan operatif terbatas pada kasus – kasus:
 kecelakaan lalu lintas

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 10
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 persalinan penyulit
 penyakit gawat darurat
2. Merawat sementara atau melakukan observasi diagnostik
dengan rata-rata hari perawatan 3 hari atau maksimal 7 hari
3. Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkan
pengiriman penderita ke RS
4. Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan resti
(risiko tinggi)dan persalinan dengan penyulit
5. Melakukan MOP atau MOW(MOP = Metode Operasi pada
Pria, MOW = Metode Operasi pada Wanita )

2.2 Visi dan Misi Puskesmas


2.2.1 Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan sehat menuju Indonesia sehat. Kecamatan
sehat merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yang ditandai dengan
penduduknya hidup dalam lingkungan sehat dan dengan perilaku
hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Kelompok indikator pencapaian Kecamatan sehat yang
dipantau tahunan atau lima tahunan yang terdiri dari :
 Indikator lingkungan meliputi :
 Ketersediaan air bersih dan jamban
Sarana pembuangan air besar dibedakan menjadi empat macam,
yaitu memakai jamban leher angsa, jamban plengsengan, jamban
cemplung dan tidak memakai jamban.
 Keadaan tempat pembuangan sampah dan limbah
 Keadaan sanitasi tempat-tempat umum (TTU)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 11
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tempat–tempat umum merupakan sarana yang dikunjungi


banyak orang dan dikhawatirkan dapat menjadi tempat
penyebaran penyakit. TTU meliputi hotel, terminal, biosko, pasar
dan lain-lain. Sedangkan TTU sehat adalah tempat umum yang
memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi yang baik, luas lantai (luas ruang) yang sesuai dengan
banyaknya pengunjung dan memiliki pencahayaan ruang yang
sesuai.
 Indikator perilaku masvarakat meliputi:
 Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lima tatanan
PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau
menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga dan kelompok
dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan edukasi untuk meningkatkan
penetahuan, sikap dan perilaku sehingga membantu masyarakat
dalam mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri., dalam
tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Upaya yang dilakukan melalui pendekatan
pimpinann (advokasi), bina suasana (social support), dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment).
 Indikator pelayanan kesehatan, meliputi :
 KEP balita
 Insidens penyakit diare
 Insidens penyakit TBC
 Insidens penyakit ISPA pada balita
 Resiko tinggi pada ibu hamil

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 12
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Kelompok Indikator pelaksanaan fungsi Puskesmas yang


dipantau bulanan atau tahunan yang terdiri dari:
 Indikator penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
 Tatanan sekolah
 Tatanan tempat kerja
 Tatanan tempat-tempat umum
 Tatanan institusi kesehatan
Ukuran penilaian tatanan yang dimaksud adalah perilaku
dan keadaan lingkungan fisik
 Indikator pemberdayaan masyarakat dan keluarga
 Tumbuh kembangnya upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM)
 Tumbuh dan berkembangnya lembaga swadaya masyarakat
(LSM) yang bergerak di bidang kesehatan
 Tumbuh dan fungsi Badan Penyantun Puskesmas (BPP)
 Tumbuh dan berkembangnya keluarga sehat
 Indikator pelayanan kesehatan tingkat pertama
 Kualitas pelayanan
 Cakupan program kegiatan

Selanjutnya Dinas Kesehatan kabupaten/kota bersama dengan


Puskesmas menguraikan indikator diatas lebih operasional sesuai
dengan pelaksanaan kegiatan fungsi Puskesmas dengan
pertimbangan keadaan kesehatan di kabupaten/kota khususnya di
daerah wilayah kerja Puskesmas.

2.2.2 Misi Puskesmas


Pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat yang
dilakukan melalui Puskesmas didasarkan pada misi didirikannya
Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan (Centre for

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 13
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Health Development) di wilayah kerja tertentu (biasanya di tingkat


Kecamatan). Upaya pengembangannya dapat dilaksanakan melalui
perluasan jangkauan wilayah sesuai dengan tingkat kemajuan
transportasi, peningkatan mutu pelayanan dan keterampilan staf,
peningkatan rujukan, peningkatan manajemen organisasi, dan
peningkatan peran serta masyarakat.
Penjabaran misi Puskesmas sebagai pusat pengembangan
kesehatan dapat dilakukan melalui berbagai upaya seperti:
1. Meluaskan jangkauan pelayanan kesehatan sampai ke desa-desa
dengan membangun Puskesmas yang baru, Puskesmas Pembantu,
Pos Kesehatan, Posyandu dan penempatan bidan di desa yang
mengelola sebuah polindes (poliklinik persalinan desa).
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan
kesehatan di Puskesmas dapat diwujudkan, baik dengan
meningkatkan keterampilan dan motivasi kerja staf Puskesmas
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat maupuun
dengan cara mencukupi berbagai jenis kebutuhan peralatan dan
obat-obatan yang perlu tersedia di Puskesmas. Ada dua aspek
mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas yang perlu dibedakan
yaitu quality of care dan quality of services. Keduanya saling
terkait. Quality of care lebih banyak menyatu aspek profesi dan
penanganannya menjadi tanggung jawab ikatan profesi. Yang
termasuk Quality of services lebih banyak terkait dengan kualitas
dan kelengkapan sarana pelayanan kesehatan termasuk
manajemen program pelayanan kesehatan (management support
system).
3. Pengadaan peralatan dan obat-obatan disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat. Perencanaan pengadaan obat seharusnya
didasarkan pada analisis epidemiologi penyakit yang berkembang
di wilayak kerja Puskesmas. Tetapi model perencanaan obat
dengan menggunakan pendekatan epidemiologi penyakit masih

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 14
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

sulit dilaksanakan di Puskesmas karena adanya format baku


sistem pengadaan dan distribusi obat melalui sistem Inpres
sehingga mekanisme perencanaan dari bawah sukar berkembang.
4. Sistem rujukan di tingkat pelayanan kesehatan dasar lebih
diperkuat dengan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
sampai ke tingkat desa. Rujukan pelayanan kesehatan akan dapat
terlaksana bila pembangunan sektor lain di tingkat Kecamatan
juga mendukung yaitu tersedianya fasilitas transportasi yang lebih
memadai dan peningkatan pendapatan keluarga. Kegagalan tugas
pokjanal (kelompok kerja fungsional) menunjang pelaksanaan
program pelayanan terpadu adalah salah satu contoh masih
lemahnya koordinasi dan kerjasama lintas sektoral di tingkat
Kecamatan sehingga pelaksanaan rujukan program secara sektoral
di tingkat Kecamatan juga terhambat.
5. Peran serta masyarakat melalui pengembangan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Prinsip kerja PKMD
adalah berkembangnya kegiatan masyarakat dalam rangka
menolong diri mereka sendiri. Kegiatannya perlu dilakukan
secara gotong-royong dan swadaya sehingga masyarakat mampu
mencapai mutu hidup yang lebih sehat dan sejahtera. Kegiatan
masyarakat tersebut merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional pada umumnya dan pembangunan desa khususnya.
Pengembangan program PKMD seharusnya mendapat dukungan
melalui peningkatan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
Ini berarti kegiatan PKMD harus dikembangkan oleh masyarakat
sendiri dan pembinaannya dilakukan tidak saja oleh Puskesmas
tetapi bekerjasama dengan sektor-sektor lain yang terkait di
tingkat Kecamatan. Lahirnya konsep PKMD di Indonesia
merupakan jawaban atas rekomendasi WHO di Alma Ata (1978)
untuk menerapkan tema pembangunan kesehatan untuk seluruh
masyarakat tahun 2000 (Health for all by the year 2000).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 15
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa misi Puskesmas


hanya mencakup 4 hal, yaitu:
 Menggerakkan pembangunan Kecamatan yang berwawasan
kesehatan
 Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup
sehat
 Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau
 Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.

2.3 Prinsip – Prinsip Pelayanan Puskesmas


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, penyelenggaraan Puskesmas terdapat 6 (enam)
prinsip berikut yang harus ditaati:
1. Prinsip paradigma sehat. Puskesmas mendorong seluruh pemangku
kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan
mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
2. Prinsip pertanggung jawaban wilayah. Puskesmas menggerakkan dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.
3. Prinsip kemandirian masyarakat. Puskesmas mendorong kemandirian
hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
4. Prinsip pemerataan. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau di wiliayah kerjanya
secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya
dan kepercayaan.
5. Prinsip teknologi tepat guna. Puskesmas menyelengarakan pelayanan
kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 16
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

dengan kebutuhan pelayanan mudah dimanfaatkan dan tidak


berdampak buruk bagi lingkungan.
6. Prinsip keterpaduan dan kesinambungan. Puskesmas
mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan
UKP lintas program dan sektor serta melaksanakan sistem rujukan
yang didukung dengan manajemen Puskesmas.
2.4 Azas dan Upaya Penyelenggaraan Puskesmas
Pada penyelenggaran upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaran puskesmas secara
terpadu.
2.4.1 Azas Penyelenggaraan Puskesmas
Sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama di
Indonesia, pengelolaan program kerja Puskesmas berpedoman pada
empat azas pokok yakni:
1. Azas pertanggung-jawaban wilayah
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas
harus melaksanakan azas pertanggung-jawaban wilayah. Artinya,
Puskesmas harus bertanggung jawab atas semua masalah
kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya.
Karena adanya azas yang seperti ini, maka program kerja
Puskesmas tidak dilaksanakan secara pasif saja, dalam arti hanya
sekedar menanti kunjungan masyarakat ke Puskesmas, melainkan
harus secara aktif memberikan pelayanan kesehatan sedekat
mungkin dengan masyarakat.
2. Azas peran serta masyarakat
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas
harus melaksanakan azas peran serta masyarakat. Artinya,
berupaya melibatkan Bentuk peran serta masyarakat dalam
pelayanan kesehatan banyak masyarakat dalam
menyelenggarakan program kerja tersebut. Di Indonesia dikenal
dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 17
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3. Azas keterpaduan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas
harus melaksanakan azas keterpaduan. Artinya, berupaya
memadukan kegiatan tersebut bukan saja dengan program
kesehatan lain (lintas program), tetapi juga dengan program dari
sektor lain lintas sektoral).
4. Azas rujukan
Dalam menyelenggarakan program kerjanya, Puskesmas
harus melaksanakan azas rujukan. Artinya, jika tidak mampu
menangani suatu masalah kesehatan harus merujuknya ke sarana
kesehatan yang lebih mampu. Untuk pelayanan kedokteran jalur
rujukannya adalah Rumah Sakit. Sedangkan untuk pelayanan
kesehatan masyarakat jalur rujukannya adalah pelbagai ”kantor”
kesehatan.

2.4.2 Upaya Penyelenggaraan Puskesmas


1. Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global
serta mempunyai daya ungkit tinggi untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat dan harus diselenggarakan di setiap
Puskesmas. Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan Ibu dan Anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi masyarakat
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
2. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya
yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang
ditemukan dimasyarakat serta yang disesuaikan dengan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 18
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

kemampuan Puskesmas, yang dipilih dari daftar upaya kesehatan


pokok Puskesmas yang telah ada yakni:
a. Upaya kesehatan sekolah
b. Upaya perawatan kesehatan masyarakat
c. Upaya kesehatan kerja
d. Upaya kesehatan gigi dan mulut
e. Upaya kesehatan jiwa
f. Upaya kesehatan mata
g. Upaya kesehatan usia lanjut
h. Upaya pembinaan pengobatan
i. Laboratorium sederhana

2.5 Kedudukan, Organisasi, dan Tata Kerja Puskesmas


2.5.1 Kedudukan Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dibedakan menurut keterkaitannya
dengan Sistem Kesehatan Nasional, Sistem Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Sistem Pemerintah Daerah:
1. Sistem Kesehatan Nasional
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional
adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang
bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan
perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Sistem Kesehatan Kabupaten/Kota
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan
Kabupaten/Kota adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan
Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya.
3. Sistem Pemerintah Daerah
Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Pemerintah Daerah
adalah sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 19
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Kabupaten/Kota yang merupakan unit struktural Pemerintah


Daerah Kabupaten/Kota bidang kesehatan di tingkat kecamatan.
4. Antar Sarana Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Di wilayah kerja Puskesmas terdapat berbagai organisasi
pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola oleh lembaga
masyarakat dan swasta seperti: praktik dokter, praktik dokter gigi,
praktik bidan, poliklinik dan balai kesehatan masyarakat.
Kedudukan puskesmas di antara berbagai sarana pelayanan
kesehatan strata pertama ini adalah sebagai mitra. Di wilayah
kerja Puskesmas terdapat pula berbagai upaya-upaya kesehatan
berbasis dan bersumber daya masyarakat seperti: Posyandu,
Polindes, Pos Obat Desa dan Pos UKK. Kedudukan puskesmas di
antara berbagai sarana pelayanan kesehatan berbasis dan
bersumber daya masyarakat adalah sebagai Pembina.

2.5.2 Organisasi Puskesmas


1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Puskesmas tergantung dari beban tugas
masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi
Puskesmas di suatu Kabupaten/Kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan
peraturan daerah. Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur
organisasi Puskesmas sebagai berikut:
a. Kepala Puskesmas
b. Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala
Puskesmas dalam pengelolaan:
 Data dan informasi
 Perencanaan dan penilaian
 Keuangan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 20
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Umum dan kepegawaian


c. Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas:
 Upaya kesehatan masyarakat, termasuk pembinaan terhadap
UKMB
 Upaya kesehatan perorangan
d. Jaringan Pelayanan Perorangan:
 Unit Puskesmas Pembantu
 Unit Puskesmas Keliling
 Unit Bidan di Desa/Komunitas.
2. Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmas
disesuaikan dengan tugas dan tanggungjawab masing-masing unit
Puskesmas. Khusus untuk Kepala Puskesmas kriteria tersebut
dipersyaratkan harus seorang sarjana di bidang kesehatan yang
kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan masyarakat.
3. Eselon Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan
kesehatan di tingkat kecamatan, sesuai dengan tanggungjawab tersebut
dan besarnya peran Kepala Puskesmas dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di tingkat kecamatan maka jabatan kepala
puskesmas adalah jabatan struktural eselon IV. Apabila tenaga yang
memenuhi syarat untuk menjabat jabatan eselon IV tidak tersedia,
ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan sesuai dengan kriteria
Kepala Puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan
masyarakat, dengan kewenangan yang setara dengan pejabat tetap.

2.5.3 Tata Kerja Puskesmas


1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, Puskesmas berkoordinasi dengan
kantor Kecamatan melalui pertemuan berkala yang diselenggarakan di
tingkat Kecamatan. Koordinasi tersebut mencakup perencanaan,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 21
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

penggerakan pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian serta


penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi penggalian sumber daya
masyarakat oleh Puskesmas, koordinasi dengan kantor Kecamatan
mencakup pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas ialah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Dengan demikian, secara teknis dari administratif,
Puskesmas bertanggung jawab kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Sebaliknya, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
bertanggung jawab membina serta memberikan bantuan administratif
dan teknis kepada Puskesmas.
3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola
oleh lembaga masyarakat dan swasta, Puskesmas menjalin kerja sama
termasuk penyelenggara rujukan dan memantau kegiatan yang
diselenggarakan. Sedangkan sebagai pembina upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat, Puskesmas melaksanakan bimbingan
teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan. Contohnya seperti
Posyandu, Poskeskel, dll.
4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, Puskesmas menjalin kerja sama yang erat
dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya kesehatan
perorangan, jalinan kerja sama tersebut diselenggarakan dengan
berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti Rumah Sakit
(Kabupaten/Kota) dan berbagai Balai Kesehatan Masyarakat (Balai
Pengobatan Penyakit Paru, Balai Kesehatan Mata Masyarakat, Balai
Kesehatan Kerja Masyarakat, Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat,
Balai Kesehatan Jiwa Masyarakat, Balai Kesehatan Indra Masyarakat).
Sedangkan untuk upaya kesehatan masyarakat, jalinan kerja sama
diselenggarakan dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 22
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

masyarakat rujukan, seperti Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai


Teknik Kesehatan Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta
berbagai Balai Kesehatan Masyarakat. Kerja sama tersebut
diselenggarakan melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh
dalam koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Dengan Lintas Sektor
Tanggung jawab Puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk hasil yang
optimal, penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut harus
dikoordinasikan dengan berbagai lintas sektor terkait yang ada di
tingkat Kecamatan. Diharapkan di satu pihak, penyelenggarakan
pembangunan kesehatan di Kecamatan tersebut mendapat dukungan
dari berbagai sektor terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang
diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat Kecamatan berdampak
positif terhadap kesehatan.
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggung jawab penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya, Puskesmas memerlukan dukungan aktif
dari masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan. Dukungan
aktif tersebut diwujudkan melalui pembentukan Badan Penyantun
Puskesmas yang menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti
tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, organisasi kemasyarakatan, serta
dunia usaha. BPP tersebut berperan sebagai mitra dalam
menyelenggarakan pembangunan kesehatan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 23
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

BAB III
GAMBARAN UMUM UPT PUSKESMAS HELVETIA

3.1. Sejarah Singkat Puskesmas


UPT Puskesmas Helvetia diresmikan pada tahun 1979 oleh Walikota
Medan AS Rangkuti. Puskesmas Helvetia merupakan puskesmas induk sejak
tahun 1979 di wilayah kerja Helvetia. Berdasarkan data statistik Kecamatan
Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan,
Sumatera Utara, Indonesia.
Dari data statistic jumlah penduduk sebesar 151.580 jiwa membutuhkan
pelayanan dibidang kesehatan. Oleh karena itu, hal inilah yang menjadi
alasan didirikan Puskesmas Helvetia yang beralamat di jalan Kemuning-
Perumnas Helvetia Medan. Puskesmas Helvetia mempunyai wilayah kerja
lebih 11,60 Km dengan akses jalan yang dapat dilalui oleh kendaraan roda
dua dan roda empat. Pada 2016 Puskesmas Helvetia mendapat surat izin
sebagai fasilitas kesehaatan tingkat pertama (rawat inap) dengan nomor izin
442/13825/IV/2016 yang berlaku selama 5 tahun terhitung dari tanggal izin
diterbitkan.

3.2. Wilayah Kerja Puskesmas


UPT Puskesmas Helvetia melakukan pelayanan kesehatan terhadap 7
kelurahan yang ada di wilayah kerja kecamatan Medan Helvetia, yaitu:
1. Kelurahan Helvetia
2. Kelurahan Helvetia Tengah
3. Kelurahan Helvetia Timur
4. Kelurahan Tanjung Gusta
5. Kelurahan Sei Sikambing C II
6. Kelurahan Dwikora
7. Kelurahan Cinta Damai
Pada wilayah kerja UPT Puskesmas Helvetia terdapat 2 buah Puskesmas
Pembantu (Pustu), yaitu Puskesmas Pembantu Tanjung Gusta yang terletak di

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 24
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

jalan Gaperta Ujung kelurahan Tanjung Gusta dan Puskesmas Pembantu


Dwikora yang terletak di jalan Setia Luhur Kelurahan Dwikora.

3.3. Data Wilayah/ Data Geografis


UPT Puskesmas Helvetia adalah salah satu Puskesmas rawat inap di Kota
Medan dengan luas tanah 410,75m2, Luas tanah rumah dinas dokter
357.75m2. Luas tanah rumah dinas paramedis masing masing 178,875m2.
Luas bangunan Puskesmas 350m2 dan luas bangunan rumah dinas masing-
masing 100m2. Keadaan rumah dinas dalam keadaan baik dan sedang
ditempati.
UPT Puskesmas Helvetia terletak di Jalan Kemuning Perumnas Helvetia,
Kelurahan Helvetia, Kecamatan Medan Helvetia. Batas wilayahnya yaitu :
- Utara : Berbatasan dengan Kab.Deli Serdang
- Selatan : Berbatasan dengan Kec. Medan sunggal
- Barat : Berbatasan dengan Kec. Medan Sunggal
- Timur : Berbatasan dengan Kec. Medan Barat dan Medan Petisah
- Luas wilayah kerja : 11,60 Km2
- Jumlah lingkungan : 88 lingkungan

Gambar 3.3.1. Peta Wilayah Kerja UPT Puskesmas Helvetia

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 25
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3.4. Data Kependudukan/ Data Demografi


Kecamatan Medan Helvetia terdiri atas 7 kelurahan dengan jumlah
penduduk yang dicakup oleh UPT Puskesmas Helvetia sebanyak 151,580
jiwa yang terdiri dari 33.460 kepala keluarga.

Tabel 3.4.1
Distribusi Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Helvetia
Tahun 2017
No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Cinta Damai 8.809 9.020 17.829
2 SSC II 6.387 6.513 12.900
3 Dwikora 11.904 13.474 25.378
4 Helvetia Timur 12.335 12.778 25.113
5 Helvetia Tengah 13.554 14.313 27.867
6 Helvetia 5.803 6.046 11.849
7 Tanjung Gusta 16.081 14.563 30.644
Jumlah 74.873 76.707 151.580
Sumber : BPS Kota Medan 2017

Grafik 3.4.1
Distribusi Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Helvetia
Tahun 2017

25.113 27867 25.378 30.644


30,000
25,000 17829
20,000 11.849 12900
15,000
10,000
5,000
0

Sumber : BPS Kota Medan 2017

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 26
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Keterangan Grafik 3.4.1


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa :
Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kelurahan Tanjung Gusta, yaitu
sebanyak 30.644 dan jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu kelurahan
Helvetia sebanyak 11.849.

Tabel 3.4.2
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Helvetia Tahun 2017
Jumlah
No. Jenis Kelamin
Jiwa Persentase (%)

1 Perempuan 76.707 51.61

2 Laki – Laki 74.873 49,39

Jumlah 151.580 100


Sumber : BPS Kota Medan 2017

Keterangan Tabel 3.4.2


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa: jumlah penduduk Perempuan lebih
banyak dibandingkan Laki-laki, yaitu 76.707 jiwa atau 51.61 % dari total
jumlah penduduk

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 27
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 3.4.3
Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas HelvetiaTahun 2017
No Mata Pe ncaharian Jumlah Pe rse ntase (%)

1 Pegawai swasta 43169 28,4

2 Wiraswasta /Pedagang 83600 55

4 Pegawai Negeri 19304 12.07

5 ABRI 4256 02.08

6 Petani 304 0,2

7 Lainnya 1368 0,9

SumberData BPS Kota Medan 2017

Keterangan Tabel 3.4.3


Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa pekerjaan terbanyak adalah
Wiraswasta/ Pedagang, yaitu sebanyak 83.600 (55%) dan mata pencaharian
yang paling sedikit adalah petani, yaitu sebanyak 304 (0,2 %).

Tabel 3.4.4
Distribusi Penduduk Berdasarkan Agamadi Wilayah Kerja
UPTPuskesmas Helvetia
Tahun 2017

No Agama Jumlah Persentase (%)

1 Islam 114.940 75,8

2 Kristen 51.361 33,8

3 Budha 4.339 2,86

4 Hindu 727 0,47

5 Katolik 7.026 4,63

Sumber :BPS Kota Medan 2017

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 28
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Keterangan Tabel 3.4.4


Dari tabel di atas diketahui bahwa :
Jumlah penganut agama terbanyak diwilayah kerja Puskesmas Helvetia yaitu
Agama Islam sebanyak 114.940 ( 75,8 %) dan yang paling sedikit adalah
Hindu sebanyak 727 ( 0,47%).

3.5. Data Kesehatan


3.5.1. Sarana Fisik
UPT Puskesmas Helvetia dalam menjalankan kegiatannya
didukung oleh Sarana fisik meliputi:
1. Sarana sumber daya manusia
2. Sarana gedung puskesmas permanen.
3. Sarana alat-alat
4. Sarana obat-obatan
5. Sarana imunisasi
6. Sarana kendaraan.
7. Sarana Media Penyuluhan
8. Sarana telepon dan Internet

3.5.2. Sarana Ibadah


1. Sarana musolah : 1 unit

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 29
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3.5.3. Sarana Kesehatan

Tabel 3.5.3.1
Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Helvetia
Tahun 2017

Sarana Kesehatan Jumlah


RUMAH SAKIT 3
KLINIK / RB BERSALIN 22
PUSKESMAS/PUSTU 3
POSYANDU BALITA 54
POSYANDU LANSIA 10
POSBINDU AKTIF 2
APOTIK 25
LABORATORIUM 0
PRAKTEK DOKTER
6
UMUM
PRAKTEK DOKTER GIGI 9
DOKTER SPESIALIS 2
BPS 2
Jumlah 137
Sumber : Petzesling- UPT Puskesmas Helvetia, 2017

3.5.4. Sarana Pendukung Kesehatan


Daftar Sarana Dan Prasarana Puskesmas Helvetia:
KONDISI
JENIS
No KETERANGAN Tidak Kuran Baik
PRASARANA
Baik g Baik
1 Sumber Air Bersih Sumber Air Bersih √
diperoleh dari
PDAM
2 Instalansi Sanitasi Pemisahan Limbah √
(Sampah)
3 Instalansi Listrik Listrik dari PLN, √
daya 11.000 KVA
Terdapat 1 unit
Genset

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 30
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

4 Sistem Tata Ruang Sistem Tata Ruang √


menyangkut
jendela/ventilasi
5 Sistem Pencahayaan Berasal dari Lampu √
dan Penerangan
cahaya matahari
6 Pencegahan dan 4 buah APAR √
Penanggulangan
Kebakaran
7 Sistem Komunikasi Terdapat 1 Unit √
Telfon Kabel, Telfon
selular,
8 Jaringan Internet Terdapat 1 Saluran √
jaringan Internet
9 Sistem Gas Medik Terdapat 2 Tabung √
oksigen
10 Pagar pagar dan tembok √
rusak ringan, perlu
dilakukan perbaikan
dan pengecatan
ulang.
11 Selasar
12 Tempat parkir √
13 Rumah Dinas Terdapat 2 unit √
Kesehatan Rumah Dinas
Kesehatan
14 TV Terdapat 2 unit TV ( √ √
1 unit baikdan 1 unit (1 unit) (1
sedang di servis) unit)
15 AC Terdapat 6 unit AC √
16 Komputer Terdapat 1 unit √
komputer
17 PC Komputer Terdapat 4 unit PC √
Komputer
18 Printer Terdapat 9 Printer √
1 unit kurang baik
19 LCD Proyektor Terdapat 1 unit √
Infocus
Terdapat 1 unit layar
20 Wastafel Terdapat 6 buah √
Wastafel

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 31
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

dengan kondisi
kurang baik
21 Kipas angin Terdapat 17 buah √
kipas angin
22 Puskesmas Keliling Terdapat 1 unit √
puskesmas keliling

3.5.5. Sarana Fisik Kesehatan


 Mobil Puskesmas Keliling : 1 Unit
 Sepeda Motor : 1 Unit

3.6. Tenaga Kesehatan Puskesmas


Tenaga kesehatan UPT Puskemas Helvetia terdiri dari Tenaga Pelaksana
PNS UPT Puskesmas Helvetia, Tenaga Pelaksana PNS Puskesmas Pembantu
Dwikora,
Tabel 3.6.1
Daftar Staf/Tenaga Pelaksana PNS UPT Puskesmas Helvetia

Pendidikan Program yang


No NAMA PEGAWAI NIP GOL
Terakhir dikelola
19830707
1 dr. Zulheri III D S.1. Kedokteran Kepala Puskesmas
201001 1 025
Syamsunnihar H, 19730223
2 III D S1 Kes. Mas KTU
SKM,M.Kes 199392 2 001
19701006 P Program IMS-
3 dr. Renny IV B S.1. Kedokteran
200212 2 003 VCT
19590209
4 dr. Hj. Ermiwaty IV B S.1. Kedokteran Pengobatan Umum
198710 2 002
19650903
5 drg. Tengku Lusi, SP.Ort IV B Spesialis Ortho Pengobatan Gigi
199203 2 002
19600615
6 Mareli,S.Kep,Ners IV B S2 Kes. Mas -
198103 2 003
19621224
7 Roslina L, S.Kep, Ners IV B S.Kep Ners P. Program Lansia
198207 2 001
19570714
8 N. Daysi P, S.kep, Ners IV B S. Kep, Ners P Program TB
198303 2 004
19741112 P Program Kes
9 drg. Eva Romawati L IV A S.1 Dokter Gigi
200502 2 001 Gigi Masy
19730515
10 dr. Lina Maswari IV A S.1. Kedokteran -
200502 2 002

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 32
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

19611016
11 Hotmaida, S.TrKeb IV A D-IV Kebidanan P Program lansia
198103 2 002
19620604 D IV Bidan
12 Linaria S, SST IV A P Program KIA
199303 2 003 Pendidik
19620202
13 Siti Hindun III D SPRA -
198603 2 005
19650515 P Program
14 Juliana S. SKep, Ners III D S1. Kep, Ners
199503 2 002 Imunisasi
19680812 D III
15 Dachria Salome H, AMK III D P Program DBD
199003 2 002 Keperawatan
19770215
16 dr. Cut Elmi H III-D S.1. Kedokteran -
200803 2 001
19680422 DIII
17 Magdalena S, AMK III D P Program Jiwa
199103 2003 Keperawatan
19700830
18 Delima S, SKM III D S1 Kes. Mas P Surveilence
199503 2 001
19710506
19 Maice Farida N III D Bidan ( D1 ) -
199103 2 004
19690125
20 Fajriah,Amd III D DIII Keper. Gigi -
199203 2 001
19810713
Prog Prof.
21 Verawaty, S.Si, Apt 201001 2 III D Simpus
Apoteker
020
19760814201
22 Raunia S, S.Kep, Ners III B S1 Kep, Ners -
0012015
19670629
23 Juniati BR. Tarigan III C SMAK P Program Lab
198903 2 003
19870620
24 dr. Yunita III C S1 Kedokteran Bendahara JKN
201101 2 019
19710709
25 Erliati,AmKeb III C D III Kebidanan PProgram DDTK
199303 2 002
Siti Nurjayani S, Skep, 19721003
26 III C S1 Kep, Ners Bendahara BOK
Ners 199403 2 007
19751124 Akademi Kep
27 Sry Novita, AMKG III C -
199703 2 002 Gigi
19820207
28 Bertua P, SKep, Ns III C S1 Kep, Ners P Program TB
200803 2 001
19670203
29 Marudin S III B LCPK -
198803 1 003
19730505 Pengelola
30 Cut Meutia,S.Kep,Ners III B S1 Kep,Ners
199302 2 004 Yankestrad
Lisbet Herawaty S, 19770525
31 III B S2 Kes.Mas Pet. Inventaris
SKM,M.Kes 199702 2 001
19720516
32 Netty Remiaty N. SKM III B S1 Kes. Mas Kesling
200012 2 001
19787222
33 Tetty Marlina M, SKM III B S1 Kes. Mas P Program Gizi
200604 2 005
19861220
34 Kristian L, S.Kep 201001 1 004 III B S1 Keperawatan IGD

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 33
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

19820823
35 Sri Kurniati, SST III B D IV Kebidanan
200604 2 004
19720120
36 Erita Melia M III B SPAG -
199403 2 005
19800603
37 Juniaty, S.Kep.Ns III B S1.Kep.Ns -
201001 2 011
19760814
38 Raunia S,S.Kep III A S1 Keperawatan P Program Kusta
201001 2 015
19800704 P Program
39 Rosny T, S.Kep, Ners III A S1 Kep, Ners
200604 2 011 Pneumonia
19780612
40 Dearma Yanti S, SKM III A S1 Kes. Mas Promkes
200502 2 002
Amelia Erawaty S, 19860102
41 III A D IV Pendidik -
Am.Keb 201001 2 018
19861222 P Program
42 Rotua Pinta Uli, Am.Keb III AD III Bidan
201001 2 020 Filariasis
Rlisnora Br. Sembiring, 19791118 DIII
43 III A SP2TP, rabies
AMK 201001 2 011 Keperawatan
19810905 DIII
44 Mahdalena, AMK II D P Program Mata
201101 2 004 Keperawatan
19780401 D III
45 Masytaria D, AMK II D P Program UKS
201001 2 012 Keperawatan
Tetty Agustinar S. 19740820 D III Analis
46 II D -
AMAF 201001 2 006 Farmasi
19871217
47 Yusrina, AM.Keb II D D III Bidan P Program KB
201003 2 001
19831027
48 Elvi Maharani II D D III Analis Kes -
201101 2 005
19800625 D III
49 Remana Pasaribu, AMK III A P Program Kesorga
200903 2 004 Keperawatan
19811124
50 Cut Nurmawan II D SMF -
200312 2 006
19860906 D III
51 Fenice S, AMK II C -
201101 2 007 Keperawatan
Sumber : TU UPT Puskesmas Helvetia 2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 34
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 3.6.2.
Daftar Staf/Tenaga Pelaksana PNS Puskesmas Pembantu Dwikora

PENDIDIKAN
NO NAMA PEGAWAI NIP GOL PROGRAM
TERAKHIR

1 Dr. Azwarsyah 19720112 200604 1 008 IV A S1 Kedokteran Ka. Pustu

S1 Kedokteran
2 drg. Nurlida G 19690731 200604 2 005 IV A Tugas Belajar
Gigi
Pengelola
3 Hotma Liner M 19640714 198601 2 003 IV A SKM
Inventaris
DIII
4 Ida Perdede,Amd 19692401 199003 2 002 III D -
Keperawatan
Pengelola
5 Rioritha 19640251 199103 2 001 III D SMF
Farmasi
Pengelola KIA-
6 Elfyani 19731021 199303 2 003 III D Bidan ( D1 )
KB
D IV Pengelola
7 Haslinda,AMK,SST 19720509 200502 2 006 III C
Keperawatan Program UKS
19660515198803 2 III
8 Rosmilik LCPK -
006 B
19801115 200502 2 III Pengelola
9 Fatma,S.Kep.NS S1.Kep.Ns
008 B Program DBD
19660515 198803 2 III
10 Tini Oktarini,AMKG DIII Kep Gigi -
006 A
Sumber : TU UPTPuskesmas Helvetia 2018

Tabel 3.6.3.
Daftar Staf/Tenaga Pelaksana Honorer Puskesmas Pembantu Dwikora
No. NAMA NIP GOL JABATAN

1 Hardius Cleaning Service

Sumber : TU UPT Puskesmas Helvetia 2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 35
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 3.6.4.
Daftar Staf/Tenaga Pelaksana Honorer Puskesmas Helvetia

No. NAMA NIP GOL JABATAN


Vini Sari Nasution,
1 - - Administrasi
SE
Ester Lumban
2 - - Penyuluh Promkes
Siantar
3 Hamdani - - Keamanan
Tiurma Rointan
4 - - Cleaning Service
Sihombing
Sumber : TU UPT Puskesmas Helvetia 2018
Tabel 3.6.5.
Daftar Staf/Tenaga Pelaksana PNS Puskesmas Pembantu Tanjung Gusta
PROGRAM
NAMA PENDIDIKAN
NO NIP GOL YANG
PEGAWAI TERAKHIR
DIKELOLA
dr Rifki 19740628 200604 1
1 IV A S1 Kedokteran Ka. Pustu
Zulwansyah 011
19681211 199303 Perawat P Program
2 Dinar Lina S III D
2005 Kesehatan Diare
19690616 199203 2 DIII P Program
3 Juniati S III D
003 Keperawatan SP2TP
19680306 199403 2
4 Teva Carolina III D Bidan ( D1 ) P Program KB
003
19730515 199303 2 Asisten Pengelola
5 Rasmita Saragih III D
004 Apoteker Farmasi
19810517 200502 2
6 Yeni H,AMKeb III C D III Kebidanan P Program KIA
012
Minar Lamtiur 19760926 201001
7 III B DIV Kebidanan P Program Gizi
S,SST 2010
19781007 200604 2 P Program
8 Normauli S,SKM III B S1. Kes Mas
002 UKS
19801202 201001 2 D III P Program
9 Dwi Dessy,AMK III A
015 Keperawatan Imunisasi
April Lisna 19800401 200101 2
10 III A D III Kebidanan -
S,AM.Keb 022
19860408 200903 2
11 Duma S,Skep III A S1 Keperawatan Inventaris
014
19830430 201001 2 S1 Kedokteran
12 drg. Yohana R. M III C -
034 Gigi
Sumber : TU UPT Puskesmas Helvetia 2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 36
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3.7. Struktur Organisasi (Terlampir)


Tugas dan Fungsi:
- Kepala Puskesmas
o Sebagai Pemimpin (manager)
o Sebagai tenaga ahli
o Mengoreksi program
- Urusan Tata usaha
o Melaksanakan administrasi
o Pengurusan supporting (kepegawaian)
o Perlengkapan
o Keuangan
- Staf Puskesmas
o Masing-masing bekerja dan bertanggung jawab sesuai dengan
bidang/program.

3.8. Fasilitas Fisik Puskesmas


3.8.1. Fasilitas Gedung Puskesmas
Fasilitas gedung UPT Puskesmas Helvetia terdiri dari :
1. Ruang Kepala Puskesmas : 1 unit
2. Ruang Administrasi Kantor : 1 Unit
3. Ruang Informasi : 1 Unit
4. Ruang Pendaftaran : 1 Unit
5. Ruang Pemeriksaan Umum : 1Unit
6. Ruang Pemeriksaan Gigi dan Mulut : 1 Unit
7. Ruang KB-KIA : 1 Unit
8. Ruang Farmasi : 1 Unit
9. Ruang TB-DOTS dan TB MDR : 1 Unit
10. Ruang Rawat Inap : 1 Unit
11. Laboratorium Sederhana : 1 Unit
12. Ruang Promkes : 1 Unit
13. Ruang Tindakan Gawat Darurat : 1 Unit

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 37
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

14. Ruang Rujukan : 1 Unit


15. Ruang Prolanis dan PPB : 1 Unit
16. Ruang PTM : 1 Unit
17. Ruang Imunisasi : 1 Unit
18. Ruang IMS-VCT : 1 Unit
19. Ruang Gizi : 1 Unit
20. Ruang Sanitasi : 1 Unit
21. Tempat Penyimpanan Obat : 1 Unit
22. Tempat Penyiapan Vaksin : 1 Unit
23. Ruang Tunggu : 3 Unit
24. Ruang Rapat : 1 Unit
25. Kamar Mandi / WC : 3 Unit
26. Dapur PPG : 1 Unit

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 38
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3.8.2. Sumber Daya Manusia


UPT Puskesmas Helvetia dan Pustunya memiliki tenaga kesehatan
terdiri dari tenaga medis, paramedis dan staf administrsi lainnya.
Tabel 3.8.2.1
Data Tenaga Kesehatan
No. Je nis Te naga Jumlah (Orang)
1 Dokter umum 10 orang
2 Dokter gigi 5 (1 sekolah)
3 Apoteker 1
4 S.Kep Ners 11
5 SKM 8
6 S1 Kep 2
7 S1 Famasi 1
8 D4 Keperawatan 1
9 D4 Kebidanan 6
10 D3 Kebidanan 4
11 D3 Keperawatan 10
12 D3 Keperawatan Gigi 3
13 D3 Analis 1
14 D3 Farmasi 2
15 D1 Kebidanan 3
16 Gizi (SPAG) 0
17 SMAK 1
18 SMF 3
19 Perawat (SPK) 2
20 Perawat Gigi (SPRG) 0
21 SPPH 0
22 SPRA 0
23 Staff 3
24 Honorer 6
25 Jumlah 81

Sumber : TU UPT Puskesmas Helvetia, 2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 39
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3.8.3. Fasilitas Administrasi


Dalam rangka menjalankan tugas – tugas pokoknya dalam bidang
pencatatan dan pelaporan data, maka Puskesmas Helvetia didukung
oleh fasilitas administrasi yang terdiri dari :
- Meja
- Kursi
- Lemari / rak kartu
- Kartu Berobat jalan pasien
- Formulir Laporan Kegiatan
- Buku Registrasi
- set Komputer
- 17 set Laptop
- Printer
- Stempel dan Arsip
- ATK

3.8.4. Fasilitas Imunisasi

Fasilitas imunisasi yang dimiliki Puskesmas Helvetia adalah :


 Lemari pendingin vaksin
 Alat – alat Imunisasi
 Vaksin Seperti : BCG, DPT, Polio, Campak,Td, Hepatitis

3.8.5. Fasilitas Alat-Alat Kesehatan


Adapun peralatan yang dimiliki oleh Puskesmas Helvetia Medan
antara lain :
 Alat kesehatan
1. Alat – alat pemeriksaan pasien ( termasuk USG dan EKG )
2. Alat – alat kontrasepsi dan pertolongan persalinan
3. Alat – alat suntik dan P3K
4. Timbangan Bayi ( Dacin ) dan Dewasa
5. Dua set Dental gigi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 40
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

6. Lemari pendingin vaksin


7. Tabung Oksigen
8. Alat – alat Laboratorium
9. PHN kit, Indera kit, PTM kit, Antropometri kit
 Alat Kebersihan

3.8.6. Fasilitas Obat-Obatan


Fasilitas Obat – obatan
- Obat – obatan bersumberAPBD
- Obat – obatan bersumber JKN

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 41
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

BAB IV
PROGRAM KERJA PUSKESMAS

4.1. Program Dasar Dan Pengembangan UPT Puskesmas Helvetia


4.1.1 Upaya kesehatan wajib (basic seven) tersebut adalah :
 Promosi Kesehatan (Promkes).
 Upaya Kesehatan Lingkungan (Kesling).
 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga
Berencana (KB)
 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat (UPGM)
 Upaya Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).
 Upaya Pengobatan.
 Upaya Pencatatan dan Pelaporan (SP2TP)

4.1.2 Upaya Kesehatan Pengembangan yaitu :


 Upaya Kesehatan Sekolah (UKS).
 Upaya Kesehatan Olahraga (Kesorga)
 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (UPKM)
 Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM)
 Upaya Kesehatan Jiwa (UKJ)
 Upaya Kesehatan Mata (UKM)
 Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Usila)
 Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional (Batra)
 Upaya Laboratorium Sederhana.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 42
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

4.2.Program Prioritas Puskesmas (basic seven)


4.2.1. Upaya Promosi Kesehatan
Tujuan :
1) Agar individu dan kelompok masyarakat secara keseluruhan
melaksanakan perilaku hidup sehat.
2) Agar individu dan kelompok masyarakat berperan aktif dalam
upaya-upaya kesehatan, serta ikut aktif dalam perencanaan dan
penyelenggaraan posyandu.

Sasaran :
1) Tatanan rumah tangga
2) Tatanan institusi pendidikan (sekolah).
3) Tatanan tempat-tempat umum, pasar, terminal, tempat ibadah,
tempat hiburan, dll.
4) Tatanan institusi kesehatan (puskesmas, posbindu, posyandu,
poskeskel, posyandu lansia).

Kegiatan :
1) Memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di
lingkungan wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kec. Medan Helvetia
didalam maupun diluar gedung berbentuk kegiatan: posyandu,
Posyandu Lansia,Posbindu, poskeskel, Gizi, Kb, Imunisasi,Mobile
IMS VCT dll dengan mesmbagikan brosur/leaflet atau info
kesehatan.
2) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan
kunjungan ke rumah-rumah, dan mewujudkan peran serta
masyarakat melalui posyandu dengan memberikan keterangan
penyuluhan terhadap hygiene dan sanitasi lingkungan serta tanaman
obat-obat keluarga (TOGA).
3) Pembinaan generasi muda untuk hidup sehat di dalam kegiatan
antara lain berupa gotong royong dan olahraga.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 43
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Aplikasi Kegiatan :
A). Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Pengertian :
Posyandu merupakan suatu wadah pusat kegiatan pemberian
pelayanan kesehatan dan KB yang terpadu tingkat desa.

Sasaran :
Bayi, ibu hamil, ibu menyususi dan PUS (Pasangan Usia Subur)

Tujuan :
1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, Balita dan angka
kelahiran.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.
3. Mempercepat diterimanya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera).
4. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam
rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan
masyarakat.
5. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang menunjang sesuai
kebutuhan.
6. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada
masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan
geografi.

Menurut tingkatnya Posyandu dibagi 4 strata :

1. Pratama, kegiatan posyandu strata ini belum mantap dan belum


teratur tiap bulannya, juga terbatas jumlah kader.
2. Madya, kegiatan posyandu strata ini 8 (delapan) kali dalam
setahun, mempunyai kader sebanyak lima orang dengan
cakupan yang masih rendah dengan adanya dana sehat.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 44
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3. Purnama, kegiatan posyandu strata ini lebih dari delapan kali


dalam setahun dengan kader lebih dari 5 orang dengan cakupan
baik dan telah memiliki dana sehat.
4. Mandiri, kegiatan Posyandu strata ini sebanyak dua belas kali
dalam setahun jumlah kader lebih dari 5 orang, cakupan baik
dan dana sehat sudah tersedia untuk lebih dari 50% KK.

Pelayanan Posyandu dilakukan dengan pola 5 meja, yaitu:


1. Meja I : Pendaftaran
2. Meja II : Penimbangan Bayi dan Balita
3. Meja III : Pengisian KMS
4. Meja IV : Penyuluhan perorangan
a) Mengenai Balita berdasarkan hasil penimbangan berat
badan yang di ikuti pemberian makanan, oralit dan vitamin
A dosis tinggi.
b) Mengenai gizi, kesehatan diri, perawatan payudara, ASI
eksklusif dan P2P terhadap ibu hamil dan menyusui.
c) Menjadi peserta KB lestari, pemberian kondom, pil ulangan
5. Meja V : Pelayanan tenaga kerja professional meliputi KIA,
KB, Imunisasi dan pengobatan dan pelayanan lain sesuai dengan
kebutuhan setempat.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 45
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.1 Distribusi Posyandu di Wilayah Kerja UPT


Puskesmas
Januari-April Tahun 2018
Jenis Posyandu
No. Kelurahan Jumlah
Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Helvetia - - 8 - 8
2 Helvetia Tengah - - 14 - 14
3 Helvetia Timur - - 9 - 9
4 Dwikora - - 6 - 6
5 SSC II - - 5 - 5
6 Tanjung Gusta - - 5 - 5
7 Cinta Damai - 7 - 7
Jumlah 54 54
Sumber : SP2TP Profil Puskesmas Helvetia Tahun 2018
Keterangan tabel 4.2.1
Dari tabel diatas diketahui bahwa:
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa jenis posyandu diseluruh
kelurahan wilayah puskesmas Helvetia adalah Purnama yaitu
sebanyak 54 posyandu.

B). Posbindu ( Pos Pembinaan Terpadu)


Pengertian :
Posbindu merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan
kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor resiko yang
dilaksanakan secara terpadu,rutin dan periodik. Faktor resiko
penyakit tidak menular meliputi merokok, konsumsi minuman
beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas,
stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolestrol serta menindak lanjuti
secara dini faktor resiko ditemukan melalui konseling kesehatan dan
segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 46
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tujuan :
Meningkatkan peranserta masyarakat dalam mencegah dan
penentuan dini faktor resiko PTM.

Sasaran :
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, beresiko dan
menyandari penyakit tidak menular berusia 15 tahun keatas.
1. Nama Posbindu
a) Nurul Fallah (Jl. Kapten sumarsono Gg. Keluarga Helvetia
Timur).
b) Mekar Sari ( Jl.Cendara Helvetia ).
2. Kegiatan
Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, indeks massa
tubuh, lingkar perut, analisis lemak tubuh dan tekanan darah

4.2.2. Upaya Kesehatan Lingkungan


Tujuan :
1) Untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin
masyarakat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
2) Meningkatkan kesadaran, keikutsertaan masyarakat dan sektoral
terikat yang bertanggung jawab dalam upaya peningkatan dan
pelestarian kesehatan lingkungan.
3) Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi
perumahan masyarakat.

Sasaran :
1) Daerah yang rawan air bersih
2) Daerah yang rawan penyakit menular
3) Daerah percontohan dan pemukiman baru
4) Tempat-tempat umum seperti terminal, pasar swalayan, rumah
ibadah,sekolah dan lain-lain

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 47
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

5) Masyarakat yang padat penduduknya dan lingkungan yang kotor

Kegiatan :
1) Penggunaan sumber air bersih dan pembuatan WC yang memenuhi
syarat kesehatan.
2) Hygieni dan sanitasi tempat tinggal, yang mencakup:
a) Mendata tempat pembuangan sampah dan sarana jamban
keluarga.
b) Mendata sarana air minum.
c) Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan.
d) Mendemonstrasikan tentang sumur yang baik untuk kesehatan.
3) Hygieni dan sanitasi lingkungan, berupa pengawasan kesehatan
tempat-tempat umum serta tempat pengolahan dan penyajiannya.
4) Melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 48
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.2.1 Distribusi Perumahan Penduduk di Wilayah Kerja UPT


PuskesmasApril Tahun 2018

Jenis Perumahan
Rumah Rumah Rumah Tidak Rumah
No Kelurahan
Tangga Tangga Yang Tangga Ber- Tangga Tidak
Yang Ada Dipantau PHBS Ber-PHBS
1 Helvetia 2761 195 49 146

2 Helvetia Tengah 6334 448 108 340

3 Helvetia Timur 5480 388 98 290

4 SSC II 3009 213 65 148

5 Dwi Kora 5671 401 103 298

6 Tanjung Gusta 6178 437 103 334

7 Cinta Damai 4027 285 78 207


Jumlah : 33460 2367 604 1763

Keterangan tabel 4.2.2.1


Dari data di atas didapatkan bahwa :
A. Rumah tangga yang ada sebanyak 33460 rumah.
B. Rumah tangga yang dipantausebanyak 2.367 rumah.
C. Rumah tanggayang ber-PHBS sebanyak 604 rumah dan terbanyak
terdapat pada kelurahan Helvetia Tengah .
D. Rumah tanggayang tidak ber-PHBS sebanyak 1763 rumah dan
paling sedikit terdapat pada kelurahan Helvetia .

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 49
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.2.2
Distribusi Jenis Jamban di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Helvetia
S Jenis Jamban
NO
u Kelurahan
Leher angsa % Cemplung %
m
1 Helvetia 11978 100 - -
b
e Helvetia
2 28170 100 - -
r Tengah
Helvetia
3 23630 100 - -
: Timur
4 SSC II 11513 100 - -

5P Dwi Kora 22565 100 - -


e
Tanjung
6t 26572 100 - -
Gusta
7 Cinta Damai 11882 100 - -
K
e Jumlah : 136.31 100 - -

sling UPT Puskesmas Helvetia, 2017


Keterangan Tabel 4.2.2.2
Dari data di atas di dapatkan bahwa :
Jamban keluarga yang paling banyak di gunakan masyarakat di Kec.
Medan Helvetia adalah jenis jamban leher angsa sebanyak 136,31 (100
%).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 50
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.2.3
Distribusi Saluran Pembuangan Limbah di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Helvetia Tahun 2017
Jenis Pembuangan Air Limbah
No Kelurahan
Tertutup % Terbuka %

1 Helvetia 3396 85,07 601 15,05

2 Helvetia Tengah 5418 85,68 915 14,47

3 Helvetia Timur 5002 82,51 1060 17,48

4 SSC II 2407 82,65 495 16,99

5 Dwi Kora 2820 82,34 829 17,87

6 Tanjung Gusta 3808 82,26 831 17,95

7 Cinta Damai 3103 82,48 659 17,51

Jumlah : 26.954 83,28 5390 16,76


Sumber :Pet Kesling UPT Puskesmas Helvetia 2017
Keterangan Table 4.2.2.3
Dari data di atas didpatkan bahwa :
1. Jumlah rumah yang ada di Kec. Medan Helvetia dengan
menggunakan SPAL tertutup sebanyak 26.954 ( 83,28 % ) rumah.
2. Jumlah rumah yang menggunakan SPAL terbuka sebanyak 5390 (
16,76 % ) rumah.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 51
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.2.4
Distribusi Penyediaan Air Bersih di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Tahun 2017
Perpipaa Penduduk
Jenis Sarana Air Minum Bukanjaringan
n yang memiliki
perpipaan
(PDAM) Akses Minum
No Kelurahan Penduduk
Sumur Gali Sumur
Sumur
dengan Bordenganpom
galiterlindung
Pompa pa
1 Helvetia 11743 24 108 132 8456 8720

2 Helvetia 27934 0 0 0 28170 28170


Tengah
3 Helvetia 25151 200 280 260 10008 10748
Timur
4 SSC-II 12805 200 366 300 10660 11526

5 Dwikora 25418 0 0 246 14672 14918

6 Tg Gusta 30742 140 428 332 16892 17792

7 Cinta 17787 100 300 120 8604 9124


Damai
151.58 664 1482 104 97462 100998
Jumlah
6
Sumber : Pet Kesling UPT Puskesmas Helvetia, 2017
Keterangan Tabel 4.2.2.4
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa:
1) Penyediaan air bersih yang terbanyak dengan menggunakan PAM
adalah 97462 ( 99,97%).
2) Daerah yang terbanyak menggunakan PAM sebagai air bersih
terbanyak di Kelurahan Helvetia Tengah berjumlah 28170.
3) Penyediaan Air bersih yang terbanyak dengan menggunakan SGL
sebagai sumber air bersih berjumlah 200 ( 21,54 % ) di Kel.
Helvetia Tengah.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 52
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

4.2.3. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak Serta Keluarga Berencana


1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
KIA adalah Upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan
pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, bayi dan balita serta anak pra
sekolah yang menjadi tanggung jawab Puskesmas, dalam rangka
meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan bangsa pada umumnya.
Sasaran :
Ibu hamil, ibu bersalin, bayi, balita serta anak pra sekolah.

Kegiatan :
1. Melaksanakan pemeriksaan pada ibu hamil yaitu : timbang berat
badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri,
pemberian tablet tambah darah, serta vitamin A.
2. Memberikan penyuluhan pada ibu hamil mengenai keadaan gizi,
perawatan payudara
3. ASI ekslusif, kebersihan diri dan lingkungan serta P2P.
4. Memberikan motivasi agar ibu hamil ikut pelayanan KB
5. Membina posyandu
6. Merujuk pasien ke Rumah Sakit, apabila penyakitnya tidak dapat
ditanggulangi di Puskesmas
7. Pencatatan dan pelaporan KPKIA (Kelompok Peminat Kesehatan
Ibu dan Anak)
8. Pemberian Imunisasi pada bayi, balita, ibu hamil, anak sekolah
dan calon pengantin.
9. Pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan ibu
menyusui
10. Pertolongan persalinan di luar rumah sakit
11. Pemeriksaan dan pemeliharaan anak
12. Imunisasi dasar dan revaksinasi
13. Pengobatan sederhana dan pencegahan dehidrasi pada anak yang
menderita diare dengan pemberian cairan peroral

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 53
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

14. Penyuluhan gizi untuk meningkatkan status gizi ibu dan anak
15. Bimbingan kesehatan jiwa anak.
16. Menjalankan kunjungan rumah.
17. Pendidikan kesehatan keluarga

Tabel 4.2.3.1
Laporan Kunjungan Ibu Hamil, Pesalinan ditolong Tenaga
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas di Wilayah
KerjaUPT Puskesmas Helvetia
Januari –April 2018

No Keterangan Januari Februari Maret April Jumlah


Jumlah kunjungan K1
1 227 222 229 246 924
ibu hamil
Jumlah kunjungan K4
2 224 217 221 235 897
ibu hamil
DRT (Deteksi Risiko
3 Tinggi) oleh tenaga 10 7 8 11 36
kesehatan
Jumlah persalinan
oleh tenaga
4 kesehatan, termasuk 224 217 221 235 897
didampingi tenaga
kesehatan
Jumlah
5 kunjungannifas 224 217 221 235 897
lengkap (KNF)
Sumber : Pet KIA UPT Puskesmas Helvetia, 2018
Keterangan Tabel:
1. Cakupan K1 ibu hamil di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Helvetia yaitu 924 orang.
2. Cakupan K4 ibu hamil di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Helvetia yaitu 897 orang.
3. Cakupan deteksi resiko tinggi oleh tenaga kesehatan di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Helvetia yaitu 36 orang.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 54
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

4. Cakupan ibu bersalin yang di tolong oleh tenaga kesehatan di


Wilayah Kerja UPT Puskesmas Helvetia yaitu 897 orang.
5. Cakupan ibu nifas lengkap di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Helvetia yaitu 924 orang

Tabel 4.2.3.2
Laporan Kunjungan Neonatus dan Bayi di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Helvetia Januari –April 2018

Januari Februari Maret April Jumlah


No Keterangan
L P L P L P L P L P

1 KNI 1 84 140 111 106 100 121 115 120 410 487

KN
2 84 140 111 106 100 121 115 120 410 487
Lengkap
Kunjungan
3 Bayi 84 140 111 106 100 121 115 120 410 487
Lengkap
Kunjungan
4 Balita 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Lengkap
Sumber : Pet KIA UPT Puskesmas Helvetia, 2018
Keterangan tabel:
1. Cakupan KNI 1, KN Lengkap, Kunjungan Bayi Lengkap di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Helvetia yaitu pada laki-laki 410
orang dan pada wanita 487 orang.
2. Tidak ada Cakupan Kunjungan Balita Lengkap di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Helvetia pada bulan januari-april tahun 2018

2) Mortalitas (Angka Kematian)


Angka kematian masyarakat dari waktu ke waktu dapat dapat
memberikan gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat
dan dapat juga digunakan sebagai indicator dalam penelitian deraat

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 55
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

kebersihan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan


lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan
melakukan survey dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan
penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi di wilayah
kerja Puskesmas Helvetia akan diuraikan dibawah ini.

3) Angka kematian bayi


Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat
kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional.
Selain itu, program pembangunan kesehatan di Indonesia banyak
menitik beratkan pada upaya penuurunan AKB. Angka Kematian Bayi
merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara
kelahiran hingga belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran
hidup. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi angka kematian bayi,
diantaranya:
1. Faktor aksebilitas atau tersedianya berbagai fasilitas kesehatan
yang memadai
2. Pengkatan mutu pelayanan kesehatan dari tenaga medis yang
terampil
3. Kemauan dan kemampuan masyarakat untuk dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 56
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.3.3
Laporan AMP Kematian Bayi Menurut Jenis Kelamin di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Helvetia Januari –April 2018

Januari Februari Maret April


Bulan Jumlah
L P L P L P L P
Jumlah Lahir
Hidup Bulan 84 140 111 106 100 121 115 120 897
ini
BBLR 2 3 1 1 1 3 2 3 16
Diare 0 0 0 1 3 1 2 1 8
Demam 0 0 0 0 7 5 0 0 12
Sumber : Pet KIA UPT Puskesmas Helvetia, 2018
Keterangan tabel:
Berdasarkan dari data di dapatkan bahwa ada 16 bayi yang meninggal
selama bulan januari-april tahun 2018 di Wilayah KerjaUPT
Puskesmas Helvetiadisebabkan BBLR. Dan kasus kedua terbanyak
yaitu demam sebanyak 12 bayi, serta ada 8 bayi yang meninggal
disebabkan karena diare.

4) Angka kematian ibu


Angka Kematian Ibu Maternal dan Angka Kematia Byi merupakan
indicator keberhasilann pembangunan pada sektor kesehatan. AKI
mengacu pada jumlah kematian ibu mulai dari masa kehamilan,
persalinan dan nifas. Diwilayah kerja UPT puskesmas Helvetia dari
Januari – April 2018 berikut:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 57
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.3.4
Laporan AMP Kematian Bayi Menurut Jenis Kelamin di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Helvetia Januari –April 2018

Bulan Januari Februari Maret April Jumlah

Normal 224 217 221 235 897


Persalinan
Bulan Ini Sec 0 0 0 0 0
Jumlah 224 217 221 235 897
Jenis
Abortus 0 1 0 2 3
Kasus
Sumber : Pet KIA UPT Puskesmas Helvetia, 2018
Keterangan table 4.2.9 :

Berdasarkan dari data di dapatkan bahwa terdapat 897 kelahiran pada


bulan januari-april tahun 2018 di Wilayah KerjaUPT Puskesmas
Helvetiadengan angka kematian ibu sebanyak 3 kasus yang terjadi 1
kasus pada bulan januari dan 2 kasus pada bulan april yang
disebabkan oleh abortus.

5) Keluarga Berencana (KB)


Keluarga Berencana adalah penggunaan cara-cara mengatur
kesuburan agar menjarangkan kelahiran selanjutnya untuk mencapai
tujuan tertentu.
Sasaran :
Pasangan usia subur, ibu hamil dan ibu menyusui

Tujuan :
Meningkatkan kesehatan melalui upaya menjarangkan kelahiran
dalam kelembagaan NKKBS.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 58
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Kegiatan KB:
a) Memberikan penyuluhan dan penerangan tentang KB dengan
usaha-usaha terpadu.
b) Memberikan layanan kontrasepsi pada akseptor KB dalam bentuk
IUD, pil kondom, suntikan, KONTAP dan susuk.
c) Menerima akseptor dan calon akseptor yang di rujuhk dari pos-
pos KB dan posyandu wilayah kerja puskesmas.
d) Memotivasi calon akseptor dan akseptor KB agar menjadi
motivator KB.
e) Melayani konsultasi kemandulan dan konsultasi KONTAP.
f) Membuat laporan kegiatan KB bulan, triwulan dan tahunan

Tabel 4.2.3.5
Jumlah Peserta KB Baru UPT Puskesmas Helvetia 2018
No Kelurahan Pil Suntik IUD Implant Mow Kondom Jumlah
Cintai
1 17 21 5 4 2 4 53
Damai
2 SSC-II 24 26 5 3 2 4 64
3 Dwikora 17 20 2 8 6 6 59
Helvetia
4 14 16 4 3 3 3 46
Timur
Helvetia
5 16 20 3 4 3 3 49
Tengah
6 Helvetia 19 20 2 2 1 5 49
Tanjung
7 13 22 2 3 6 3 49
Gusta
Jumlah 120 145 23 27 23 28 366
Sumber : Pet KB UPT Puskesmas Helvetia,2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 59
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Keterangan Tabel 4.2.3.5

Dari data diatas peserta KB baru yang berada di wilayah UPT


Puskesmas Helvetia terdapat 64 di kelurahan SSC-II sedangkan
peserta KB Baru yang paling terendah terdapat di kelurahan Helvetia
timur yaitu 46. Dari data diketahui bahwa jenis KB suntik paling
banyak digunakn yaitu 145sedangkan jenis KB yang sedikit
digunakan yaitu IUD dan Mow sebanyak 23.

Tabel 4.2.3.6
Jumlah Peserta KB Rencana Aktif UPT Puskesmas Helvetia 2018
No Kelurahan Pil Suntik IUD Implant Mow MOP Kondom Jumlah
Cintai
1 1830 1830 810 868 656 72 540 6606
Damai
2 SSC-II 3805 3918 1405 1270 749 76 658 11881
3 Dwikora 3400 2142 1266 335 906 20 765 8834
Helvetia
4 2302 3173 873 596 652 12 492 8100
Timur
Helvetia
5 1791 2395 1328 1139 1478 44 1030 9205
Tengah
6 Helvetia 2178 2696 788 536 900 24 416 7538
Tanjung
7 1824 1768 705 804 538 48 444 6131
Gusta
Jumlah 17130 17922 7175 5548 5879 296 4345 58295
Sumber : Pet KB UPT Puskesmas Helvetia,2018

Keterangan Tabel 4.2.11:


Peserta KB rencana aktif yang berada di wilayah UPT Puskesmas
Helvetia terdapat 11881 di keluraha SSC-II sedangkan peserta KB
rencana aktif yang paling terendah terdapat di kelurahan Tanjung
Gusta yaitu 6131. Dari data diketahui bahwa jenis KB suntik paling
banyak digunakn yaitu 17922 sedangkan jenis KB yang sedikit
digunakan yaitu Mopsebanyak 296.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 60
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

4.2.4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat


Permasalahan gizi di Indonesia merupakan masalah yang cukup
berat dan komplek, pada hakekatnya dikarenakan keadaan ekonomi
yang kurang dan kurangnya pengetahuan tentang nilai gizi dari
makanan yang ada.
Penyakit-penyakit karena kurangnya gizi di Indonesia adalah
defisiensi protein kalori, defisiensi vitamin A dan defisiensi yodium
(gondok dan kreatin). Beberapa kegiatan upaya perbaikan gizi di UPT
Puskesmas Helvetia Medan, yaitu :

1. Mendata jumlah Balita gizi kurang dan gizi buruk yang ada di
Wilayah kerja Puskesmas.
2. Melakukan survei terhadap keadaan gizi masyarakat terutama gizi
balita.
3. Melaksanakan pemberian vitamin A dosis tinggi untuk mencegah
defisiensi Vitamin A pada Balita.
4. Memberikan tablet penambahan darah untuk mencegah dan
mengobati anemia pada ibu hamil dan menyusui.
5. Melakukan demonstrasi menu makanan bergizi dengan harga
murah dan terjangkau di Posyandu dan Puskesmas.
6. Memberikan penyuluhan terhadap masyarakat untuk
memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam sayuran dan
buah-buahan serta memelihara ternak terutama unggas.
7. Melaksanakan Pos gizi di Puskesmas Helvetia untuk Balita Gizi
Kurang
8. Melaksanakan PPG ( Pusat Pemulihan Gizi )
9. Memberikan bantuan beras jimpitan, susu dan biskuit utk balita
gizi kurang dan gizi buruk.
Pemberian PMT (Pemberian Makanan Tambahan) bagi Penderita
Gizi Buruk yang terdiri dari :
1. 1 orang di Kelurahan Helvetia Tengah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 61
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

2. 1 orang di Kelurahan Helvetia Timur

Tabel 4.2.4.1
Cakupan Kasus Gizi buruk anak yang mendapat perawatan
Di UPT Puskesmas Helvetia
KASUS BALITA GIZI BURUK
MENDAPAT PERAWATAN
NO KELURAHAN JUMLAH DITEMUKAN
L P L+P
L P L+P S % S % S %
1 Cinta Damai 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 Sei SiKambing C II 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 Dwikora 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4 Helvetia Timur 1 0 1 1 100 0 0 1 100

5 Helvetia Tengah 0 1 1 0 0 1 100 1 100

6 Helvetia 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 T.Gusta 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH 1 1 2 1 100 1 100 2 100

a) Akses dari Kecamatan lain memerlukan biaya


b) Tidak ada fasilitas ruang rawat inap utk menampung sekaligus
balita gizi buruk
c) Ibu tidak mau balitanya dirawat inap karena ibu bekerja
Saran – saran :
a) Fasilitas sarana dan prasarana agar terpenuhi
b) Dukungan operasional bagi keluarga
c) Dukungan operasional bagi petugas

Balita –balita gizi buruk ini yang tidak mempunyai komplikasi


penyakit lain dan dirawat sejak bulan Oktober thn 2017. Satu bulan
perawatan pertama yaitu bulan Oktober telah diberikan PMT berupa
Formula 75 , bubur susu, bubur olahan,dan 60 hari rawat jalan berupa
bubur susu,susu formula,biscuit . Seperti yang terlihat pada table telah
terjadi kenaikan BB sesudah pemberian PMT selama 90 hari

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 62
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.4.2
Analisa pemantauan Pertumbuhan Balita yang datang ke Posyandu(
0 s/d 11 bln) Tahun 2017
Yang Mendapat Vit A
Jumlah Bayi
Kelurahan L P
L+P % (L+P)
L P L+P S % S %

Cinta Damai 79 81 160 77 97,5 76 93,8 153 95,6

Sei SiKambing C II 57 58 115 54 94,7 55 94,8 109 94,8

Dwikora 113 113 226 108 95,6 110 97,3 218 96,5

Helvetia Timur 112 112 224 109 97,3 110 98,2 219 97,8

helvetia Tengah 123 124 247 118 95,9 120 96,8 238 96,4

Helvetia 53 53 106 48 90,6 46 86,8 94 88,7

Tanjung gusta 135 136 271 130 96,3 128 94,1 258 95,203

Jumlah 672 677 1.349 644 95,8 645 95,3 1.289 95,6

Sumber Gizi UPT Puskesmas Helvetia 2017


Analisa Tabel 4.2.4.2
Cakupan D / S tahun 2017 sudah memenuhi target,demikian juga N/S
dan cakupan pemberian Vitamin A sudah mencapai target, tetapi tidak
semua Klinik atau RS yang melaporkannya ke Puskesmas.
Tabel 4.2.4.3
Analisa pemantauan Pertumbuhan Balita yang datang ke
Posyandu(12 s/d 59bln ) Tahun 2017

Yang Mendapat Vit A


Jumlah Anak
Kelurahan L P
L+P % (L+P)
L P L+P S % S %

Cinta Damai 778 797 1575 763 98,1 778 97,6 1541 97,8

Sei SiKambing C II 564 575 1139 512 90,8 524 91 1036 91,0

Dwikora 1052 1191 2243 1007 95,7 1154 96,9 2161 96,3

Helvetia Timur 1090 1129 2219 1057 97,0 1012 89,6 2069 93,2

helvetia Tengah 1197 1265 2462 1155 96,5 1208 95,5 2363 96,0

Helvetia 512 534 1046 501 97,9 523 97,9 1024 98

Tanjung gusta 1421 1287 2708 1397 98,3 1279 99,4 2676 98,8

Jumlah 6.614 6.778 13.392 6.392 96,6 6.478 95,6 12.870 96,1

Sumber GiziUPT Puskesmas Helvetia 2017

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 63
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Analisa Tabel 4.2.4.3


Cakupan D / S tahun 2017 sudah memenuhi target, demikian juga
N/S dan cakupan pemberian Vitamin A sudah mencapai target, tetapi
tidak semua Klinik atau RS yang melaporkannya ke Puskesmas.

Tabel 4.2.4.4 Analisa pemantauan Pertumbuhan Balita yang


datang ke Posyandu( 6s/d 59 bln ) Tahun 2017

Yang Mendapat Vit A


Jumlah Anak
Kelurahan L P
L+P % (L+P)
L P L+P S % S %

Cinta Damai 857 878 1735 840 98 854 97,267 1694 97,637

Sei SiKambing C II 621 633 1254 566 91,1 579 91,469 1145 91,308

Dwikora 1165 1304 2469 1115 95,7 1264 96,933 2379 96,355

Helvetia Timur 1202 1241 2443 1166 97,005 1122 90,411 2288 93,655

helvetia Tengah 1320 1389 2709 1273 96,4 1328 95,608 2601 96,013

Helvetia 565 587 1152 549 97,2 569 96,934 1118 97,049

Tanjung gusta 1556 1423 2979 1527 98,1 1407 98,876 2934 98,489

Jumlah 7.286 7.455 14.741 7.036 96,6 7.123 98,9 14.159 96,1

Analisa Tabel 4.2.4.4


Cakupan D / S tahun 2017 sudah memenuhi target, demikian juga
N/S dan cakupan pemberian Vitamin A sudah mencapai target, tetapi
tidak semua Klinik atau RS yang melaporkannya ke Puskesmas

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 64
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.4.5
Laporan Data ASI Ekslusif Pada Bayi 0 – 6 BulanUPT Puskesmas
Helvetia Tahun 2017

BAYI USIA 0-6 BULAN


KELURAHAN JUMLAH BAYI L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

Cinta Damai 98 176 274 63 56 124 61 187 56

Sei SiKambing C II 70 126 196 53 65 96 66 149 66

Dwikora 143 258 401 92 57 135 47 227 51

Helvetia Timur 150 271 421 67 43 151 53 218 49

Helvetia Tengah 172 309 481 113 65 234 74 347 71

Helvetia 67 122 189 38 51 91 68 129 62

Tanjung gusta 176 317 493 131 68 154 44 285 53

JUMLAH 876 1.579 2.455 557 63,6 985 62,4 1.542 62,8

Analisa Tabel 4.2.4.5


Cakupan Asi Eksklusif tahun 2017 belum memenuhi target
disebabkan masih banyak ibu memberikan susu formula dan masih
ada ibu yang bekerja tidak memberikan ASI saja sampai umur 6
bulan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 65
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.4.6
Laporan Data Deteksi Dini Tumbuh KembangDi UPT Puskesmas
Helvetia Tahun 2017
Jmlh Kunj. Anak Balita Sakit Jmlh Kunj. MTBS Jmlh Kontak 1 DDTK Jmlh Kunj. DDTK 2 kali / th
Bulan
L P L P L P L P

Januari 126 403 48 114 46 128 32 136

Februari 138 326 32 62 56 82 48 56

Maret 128 235 37 57 158 327 324 522

April 126 246 18 28 98 126 246 348

Mei 192 146 26 18 146 168 215 326

Juni 186 254 18 14 98 126 86 132

Juli 246 182 36 26 409 634 424 392

Agustus 286 218 16 12 826 728 386 462

September 189 203 31 37 362 428 426 528

Oktober 186 248 26 21 102 168 264 328

November 201 192 28 22 86 125 386 427

Desember 264 286 36 24 128 242 256 343

Total 2.268 2.939 352 435 2.515 3.282 3.093 4.000

4.2.5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular


Pengertian :
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit
tertentu atau oleh produk toksin yang didapatkan melalui bibit
penyakit yang di produksi oleh bibit penyakit tersebut dari orang yang
terinfeksi, dari binatang atau reservoir kepada orang yang rentan
secara langsung maupun tidak langsung (Depkes RI, 2013).

Sasaran :
Seluruh lapisan masyarakat.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 66
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tujuan :
1) Mencegah terjangkitnya penyakit.
2) Untuk meningkatkan kesehatan yang optimal.
3) Menurunkan angka kematian dan kesakitan
Pemberantasan Penyakit Menular atau P2M dilaksanakan karena :
a) Masih ada penderita penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi, misalnya : penyakit Difteri, Tetanus, dan lain-lain.
b) Masih ada penyakit menular yang berhubungan dengan hygiene
dan sanitasi, misalnya : Kolera, Diare, Tifus, Infeksi mata dan
Cacingan.
c) Masih ada angka penderiia penyakit menular yang penularannya
melalui vektor, misalnya : Malaria, Filariasis, dan Demam
Berdarah.
d) Masih ada angka penderita penyakit menular yang ditulari secara
langsung, TBC, ISPA, Kusta, Campak, Polio, dan lain-lain.
Kegiatan-kegiatan P2M berupa :
a) Mencari kasus sedini mungkin untuk melakukan pengobatan.
b) Memberikan penyuluhan kesehatan di Puskesmas dan luar
gedung
c) Mengadakan imunisasi antara lain : BCG, DPT, Campak, Polio,
DT dan TT.
d) Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengamatan dan
Pemberantasan penyakit sebagai berikut:
e) Mengumpulkan dan menerangkan data tentang penyakit.
f) Melaporkan penyakit menular.
g) Menyelidiki di lapangan untuk melihat ada tidaknya laporan yang
menemukan kasus-kasus untuk mengetahui sumber penularannya.
h) Tindakan permulaan untuk menahan penjalarannya.
i) Menyembuhkan penderita hingga sehat.
j) Pemberian imunisasi
k) Pemberantasan vektor nyamuk.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 67
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

l) Pendidikan kesehatan.
Dalam pencegahan penyakit menular, diberikan imunisasi dimana
imunisasi adalah merupakan suatu tindakan memberikan kekebalan
kepada tubuh terhadap penyakit tertentu.
Aplikasi Kegiatan :

1) Imunisasi
Sasaran imunisasi :
Bayi, balita, ibu hamil, anak sekolah dan pasangan usia subur
(PUS).

Tujuan imunisasi :
a) Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian
b) Mencegah terjadinya cacat pada bayi, anak, ibu hamil dan
pencegahan penyakit.

Macam-Macam Imunisasi :
a) BCG
 Gunanya : menghindarkan dan memberikan kekebalan
terhadap penyakit TBC terhadap anak.
 Diberikan pada bayi umur 0-11 bulan, diberikan sekali,
lokasi pemberian pada lengan kanan atas, dengan injeksi
SC dan dosis 0,05 cc.
b) DPT
 Gunanya : Untuk mencegah Difteri, Pertusis dan
Tetanus.
 Cara Pemberian : diberikan pada bayi umur 2-11 bulan,
sebanyak 3 kali, dosis 0,5 ml dengan interval minimal 4
minggu, sebanyak, 3 kali suntikan dengan lokasi
suntikan di paha luar Injeksi IM.
c) Polio

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 68
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Gunanya : mernberikan kekebalan aktif terhadap


penyakit Polio.
 Cara pemberian : Diberikan pada bayi umur 2-11 bulan,
sebanyak 4 kali, diberikan 2 tetes ke dalam mulut.
d) Campak
 Gunanya : memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit Campak.
 Cara pemberian : diberikan pada bayi umur 9-11 bulan,
sebanyak 1 kali
 Lokasi pemberian pada lengan kiri, dengan injeksi
subkutan, dosis 0,5 ml
e) TT
 Gunanya : memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit Tetanus.
 Cara pemberian : Diberikan pada murid kelas VI SD
perempuan, calon pengantin (CATIN), Pasangan Usia
Subur (PUS), diberikan 2 kali dengan interval 4 minggu.
f) Hepatitis B
 Gunanya : memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
Hepatitis B.
 Cara pemberiannya diberikan pada bayi umur 2-11
bulan, diberikan 3 kali dengan interval minimal 4
minggu, dengan injeksi IM.

g) DT
 Gunanya : Memberikan kekebalan aktif terhadap toksin
yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus.
 Cara pemberian : Diberikan bagi anak dengan kebutuhan
khusus misalnya anak yang sudah mendapat suntikan
DPT.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 69
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.5.1
Hasil Pelaksanaan Program Imunisasi di Wilayah KerjaUPT
Puskesmas HelvetiaTahun 2017

Imunisasi Dasar
Jumlah DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 Polio 4a Campak Lengkap
Kelurahan
Bayi Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Cinta Damai 318 300 94,33 176 110 299 94,02 295 107,7

Sei SiKambing C II 230 227 98,69 119 102,6 225 97,82 223 113,8

Dwikora 451 438 97,11 219 96,9 437 96,89 417 104,0

Helvetia Timur 448 438 97,76 222 99,1 433 96,65 409 97,1

helvetia Tengah 496 449 90,52 225 90,7 0 418 86,9

Helvetia 211 216 102,36 110 103,8 215 101,89 214 113,2

Tanjung gusta 543 526 96,86 260 95,6 534 98,34 485 98,4

Jumlah 2.697 2594 96,18 1.331 98,4 534 19,79 2.461 91,2

Sumber: Pet Imunisasi UPT Puskesmas Helvetia 2017


Analisa Data Tabel 4.2.5.1 :
Dari table diatas dapat dilihat bahwa pelaksanaan program
Imunisasi tahun 2017 sebagian sudah mencapai target.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 70
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

2) P2P TB Paru
Tabel 4.2.5.2
Data Bulanan Penyakit TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas
HelvetiaTahun 2018

Uraian Januari Februari Maret April Jumlah


SUSPEK 67 56 81 50 254
POSITIF 17 12 19 10 54
BTA 0
0 0 2 0
NEGATIF
EKSTRA 2
0 0 1 1
PARU
Kasus
TB ANAK 0 0 1 0 1
Baru
TB HIV 0 0 1 1 2
TBDM 2 2 6 0 10
PPINH 1 3 3 2 9
TB Paru
yang 19 22 14 - 55
sembuh
BTA 3
1 2 0 0
POSITIF
Kasus
SKambuh KLINIS 0 0 0 0 0
EKSTRA 0
u 0 0 0 0
PARU
mber :P2p TB Paru UPT Puskesmas Helvetia, 2018

Keterangan:
1. Jumlah kasus baru suspek TB dari bulan januari-april tahun
2018 di UPT Puskesmas Helvetia yaitu 254 kasus, terbanyak
ditemukan pada bulan maret yaitu 81 kasus.
2. Jumlah kasus baru positif TB dari bulan januari-april tahun
2018 di UPT Puskesmas Helvetia yaitu 54 kasus, terbanyak
ditemukan pada bulan januari dan maret yaitu 17 kasus.
3. Dari data bulan januari-maret tahun 2018 menunjukkan
bahwa UPT Puskesmas Helvetia sudah melakukan
pengobatan dan terbukti dengan adanya pasien TB yang
sembuh sebanyak 55 orang dalam 3 bulan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 71
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3) P2P DBD
Tabel 4.2.5.3
Kasus DBD Di Wilayah UPT Puskesmas Helvetia
Tahun 2018

Januari Februari Maret April


No kelurahan Jumlah
P M P M P M P M
1
Cintai Damai - - - - - - - - -

2 SSC-II 2 0 - - - - - - 2
3 Dwikora - - - - 1 0 1 0 2
4 Helvetia
- - - - - - 1 0 1
Timur
5 Helvetia
- - 1 0 1 0 - - 2
Tengah
6 Helvetia 1 0 2 0 - - 1 0 4
7 Tanjung
- - 2 0 2 0 1 0 5
Gusta

Sumber : P2P. DBD Puskesmas Helvetia, 2018

Keterangan Tabel 4.2.5.3


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa :
Kelurahan yang tertinggi kasus DBD dari bulan januari-april
tahun 2018 adalah kelurahan Tanjung Gusta yaitu 5 kasus ,
Kelurahan yang tidak dijumpai kasus DBD nya adalah Cinta
Damai.
Permasalahan :
Sehubungan padatnya jumlah penduduk dan kondisi rumah
yang cukup rapat di Kelurahan Tanjung Gusta dan drainase yang
kurang baik sehingga menjadi faktor pendukung untuk

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 72
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

mempercepat rantai penularan kasus DBD disamping kurangnya


kesadaran masyarakat untuk melakukan PSN.
Kegiatan yang telah dilaksanakan:
1) PSN setiap jumat bersama lintas sector terkait
2) Penyuluhan kesekolah-sekolah, posyandu, perwiridan,
arisan, dll.
3) Memberikan Pelatihan kepada Kader dan Pelatihan
Dr.Kecil danDr.Remaja
4) Kerjasama dengan Rumah Sakit di wilayah kerja dalam hal
pelaporan kasus
5) Kerjasama dengan Perguruan tinggi agar mahasiswa PKL
ikut turun ke lapangan
6) PE dan fogging kasus
7) Pemberian abatesasi
8) Gerakan 3M + 1T
9) P2P Diare

4) P2P Diare
Tabel 4.2.5.4
Data Bulanan Penderita Diare di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas HelvetiaBulan Januari – April Tahun 2018

Januari Februari Maret April


No kelurahan Jumlah
L P L P L P L P
1
Cintai Damai 1 3 0 0 1 1 0 0 6

2 SSC-II 0 4 1 1 1 0 0 1 8
3 Dwikora 1 0 0 0 0 0 0 1 2
4 Helvetia
3 4 1 2 2 3 3 4 22
Timur
5 Helvetia
3 6 6 2 6 7 4 10 44
Tengah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 73
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

6 Helvetia 4 2 5 16 2 4 7 2 42
7 Tanjung
5 7 0 0 11 15 7 9 54
Gusta

Sumber :P2p Diare UPT Puskesmas Helvetia, 2018

Keterangan Tabel 4.2.5.4 :


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa :
Kelurahan yang tertinggi kasus diare dari bulan januari-april
tahun 2018 di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Helvetia adalah
kelurahan Tanjung Gusta yaitu 54 kasus, dan yang paling
terendah terjadi di kelurahan Dwikora yaitu 2 kasus.

5) P2P ISPA
Tabel 4.2.5.5
Data Bulanan 10 Penyakit Terbesar di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Helvetia Tahun 2018

Gingivitis diare
Peny pukpa Penyakit
Karies &penyskit
Bulan ispa Gatritis rematik hipertensi DM k jaringan kulit
no gigi periodent
periapikal alergi
al
1 53 50
Januari 2263 1242 957 745 638 114 78 64

2 Februari 3745 1934 948 777 638 115 72 50 54 33


3 Maret 2145 1242 598 769 624 120 69 64 48 29
Jumlah 8153 4418 2508 2291 1900 349 219 178 155 112
Sumber : SP2TP UPT Puskesmas Helvetia, 2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 74
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Keterangan Tabel 4.2.5.5


Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa :
1. Jumlah kasus ISPA sepanjang bulan Januari - maret
sebanyak 8153 kasus.
2. Jumlah kasus ISPA terbanyak terjadi pada bulan Februari
sebanyak 3745 kasus .
3. Jumlah kasus ISPA terendah terjadi pada bulanMaret
sebanyak 2145 kasus .
4. Penyakit yang terendah pada bulan januari-april tahun 2018
adalah diare

4.2.6. Upaya Pengobatan


Bertujuan untukmemberikan pertolongan segera dengan
menyelesaikan masalah kritis yang ditemukan untuk mengembalikan
fungsi vital tubuh serta meringankan penderita dari sakitnya.
Kegiatan yang dilakukan :
a. Memeriksa dan mendiagnosa serta memberikan obat yang sesuai
(sesuai dengan alur pelayanan).
b. Memberikan penyuluhan kepada pasien
c. Melakukan tindakan P3K
d. Rujukan di berikan atas indikasi medis

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 75
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.2.6.1
Data Kunjungan Pasien bulan Januari-Maret tahun 2018 Ke
UPT Puskesmas Helvetia

Kunjungan rawat
Kunjungan Kunjungan rawat Kunjungan rawat
jalan lansia
No Bulan puskesmas jalan jalan gigi

L P jumlah L P Jumlah L P Jumlah L P Jumlah

1 Januari 2760 3308 6068 2008 2306 4314 1277 1433 2710 199 245 444
2 Februari 2030 2740 4770 930 1100 1040 438 502 940 156 237 393
3 Maret 2354 2644 4998 1124 1349 2473 1063 1271 2334 167 24 191
Sumber : SP2TP Profil Puskesmas Helvetia Tahun 2018

1. Jumlah kunjungan sakit dan sehat pasien yang datang ke


Puskesmas Helvetia di dalam dan diluar gedung yang terbanyak
adalah di bulan Januari sebanyak 6068, yang paling terendah
adalah pada bulan Februari sebanyak 4770 orang.
2. Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat jalan lansia, dan rawat jalan
gigi yang paling banyak adalah di bulan januari dan paling
sedikit adalah di bulan Maret.

4.2.7. Pencatatan dan Pelaporan Data


Tujuan :
 Untuk menilai hasil kerja yang sudah dilakukan.
 Untuk dipergunakan sebagai bahan di dalam menyusun rencana
kerja
Pembagian :
1. Pencatatan
 Kegiatan administrasi
 Registrasi family folder
 Registrasi kegiatan lain.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 76
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

2. Pelaporan
 Laporan kejadian luar biasa
 Laporan biasa yaitu mencatat jumlah penyakit dan
pengunjung Puskesmas :
a) Laporan mingguan yaitu mencatat kasus penyakit
menular
b) Laporan bulanan yaitu mencatat kegiatan Puskesmas
danPosyandu
c) Laporan Triwulan yaitu mencatat semua kegiatan
Puskesmas dan rencana kerja selama triwulan
d) Laporan tahunan yaitu mencatat semua laporan dalam
satu tahun yang diambil dari laporan bulanan.
e) Laporan khusus berupa penyakit, kematian dan obat

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 77
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

4.3 Upaya Kesehatan Pengembangan UPT Puskesmas Helvetia


4.3.1 Upaya Kesehatan Olahraga
Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan penyuluhan kepada
pengunjung agar menjaga kesehatan kebugaran tubuh dengan
berolahraga. Di UPT puskesmas Helvetia sendiri, telah berjalan
kegiatan kesehatan olah raga pada hari jum’at minggu II bersama
dengan Lansia dan pasien yang ada di wilayah Kec. Medan Helvetia .
Untuk kegiatan program unggulan tahun 2018 kami mengadakan
kegiatan kesehatan olah raga disertai dengan pengukuran kebugaran
Jasmani dan berkolaborasi dengan klinik PTM (Penyakit Tidak
Menular ) sehingga masyarakat mendapat pelayanan kesehatan secara
terpadu.
Kegiatan Olah Raga diadakan setiap hari Jumat pagi jam 07.00
WIB dilanjutkan dengan pemeriksaan KGD, Tensi, dan Edukasi kepada
peserta.
Tabel 4.3.1.1
Laporan Kesehatan Olahraga di Wilayah UPT Puskesmas
Helvetia Medan Helvetia Tahun 2018
URAIAN JAN FEB MAR APR Total
1. PENDATAAN a. Kelompok / kelas ibu hamil 2 2 2 2 8
KELOMPOK b. Kelompok sekolah melalui
OLAHRAGA - - - - 0
UKS
c. Kelompok jemaah Haji Jumlah 1 1 1 1 4
d. Kelompok pekerja Kelompok 0 0 0 0 0
e. Kelompok lanjut usia 10 10 10 10 40
f. Kelompok olahraga lainnya 4 5 5 5 19

LAPORAN 2.PEMBINAAN
BULANAN KELOMPOK a. Pemeriksaan kesehatan Jumlah 12 14 12 14 52
KESEHATAN OLAHRAGA Kelompok
OLAHRAGA b. Penyuluhan kesehatan 10 8 8 10 36

3.PELAYANAN
a. Konsultasi/konseling
KESEHATAN 100 120 120 98 438
kesehatan olahraga
OLAHRAGA
b. Pengukuran kebugaran
0 0 0 0 0
jasmani Orang
c. Penanganan cedera olahraga
- - - - -
akut
d. Pelayanan kesehatan pada
- - - - -
event OR
Total 139 160 158 140 597

Sumber : Kesling UPT Puskesmas Helvetia, 2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 78
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

4.3.2 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat


Tujuan :
1. Memberikan pelayanan perawatan secara menyeluruh kepada
pasien atau keluarganya di rumah pasien dengan
mengikutsertakan masyarakat dan kelompok masyarakat
disekitarnya.
2. Membantu keluarga dan masyarakat mengenal kebutuhan
kesehatannya sendiri dan cara-cara penanggulangannya
disesuaikan dengan batas-batas kemampuan mereka.
3. Menunjang program kesehatan lainnya dalam usaha pencegahan
penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan individu dan
keluarganya.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 79
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.3.2.1
Data Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat di Wilayah Kerja
Puskesmas Helvetia
Tahun 2018
JAN FEB MAR APR total

1.Jumlah pasien rawat jalan yang diberikan asuhan keperawatan 5 10 15 20 50


U. Pembinaan Individu
2.Jumlah pasien rawat inap yang diberikan asuhan keperawatan
0 0 0 0 0

3 3 3 2 11
1.Jumlah keluarga binaan 0 3 6 7 16
0 0 0 2 2
0
2.Jumlah kunjungan ke keluarga binaan 0 6 9 9 24
0
3.Jumlah kasus dalam keluarga binaan per kode sasaran :
0 0 0 0 0
A. Jumlah kasus Maternal Risti/Rawan kesehatan 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
1 0 0 0 1
V.Bimbingan Keluarga
I. INDIKATOR B .Jumlah kasus Anak Risti/Rawan kesehatan 0 1 1 0 2
PENILAIAN 0 0 0 1 1
PROSES KEGIATAN 1 0 0 0 1
C.Jumlah Kasus Masalah Gizi 0 1 1 0 2
0 0 0 1 1
2 3 3 2 10
D. Jumlah Kasus Penyakit Menular 0 2 5 8 15
0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
E.Jumlah Kasus Usia Lanjut Risti/Rawan Kesehatan 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0
3.4 Jumlah kelompok calon jamaah haji 1 1 0 1 3
3.5 Jumlah kelompok usia lanjut 10 10 0 10 30

W.Pembinaan Kelompok 3.6 Jumlah kelompok dengan kasus penyakit menular 1 1 0 1 3


3.7 Jumlah kelompok dengan kasus penyakit tidak menular 2 2 0 2 6

3.8 Jumlah kelompok Binaan 0 0 0 0 0

1 2 4 4 11
1.Jumlah Tingkat Kemandirian Keluarga sebelum dibina 2 4 5 7 18
II. INDIKATOR 0 0 0 0 0
PENILAIAN X.PENEMUAN KASUS DAN 0 0 0 0 0
OUTPUT RUJUKAN 0 0 5 1 6
KEGIATAN 4 4 4 4 16
2. Jumlah Tingkat Kemandirian Keluarga setelah dibina
0 2 0 6 8
0 0 0 0 0
total 564 357 61 388 1370

Sumber : Kesling UPT Puskesmas Helvetia, 2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 80
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

4.3.3 Upaya Kesehatan Kerja


Pengertian :
Kesehatan kerja adalah upaya – upaya yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dalam bidang kesehatan kerja masyarakat baik dalam waktu
sakit maupun sehat guna meningkatkan derajat kesehatan para pekerja
dan keluarga.

Sasaran :
 Para pekerja dan keluarganya.
 Tujuan: Meningkatkan derajat kesehatan tiap pekerja agar dapat
menjalankan fungsinya seoptimal mungkin di wilayah Puskesmas
Helvetia. Untuk itu perlu diadakan pendataan dan penyuluhan bagi
pekerja.

Tabel 4.3.3.1
Data Upaya Kesehatan Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas
Helvetia
Tahun 2017

Rumah Warung Industri


NO Kelurahan Depot Air Industri kecil salon
Makan makan sedang

1 Cinta Damai 4 6 18 0 6 8

2 SSC II 7 4 13 1 2 12

3 Dwikora 17 27 58 3 4 11

4 H. Timur 16 9 25 1 2 10

5 H. Tengah 12 14 16 2 2 13

6 Helvetia 4 5 29 - 2 10

7 Tjg Gusta 7 20 22 3 2 11

JUMLAH 67 85 181 10 20 75

Sumber : Kesling UPT Puskesmas Helvetia, 2017

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 81
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.3.3.2
Data Rumah Ibadah di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia
Tahun 2017

NO Kelurahan Mesjid/ Gereja Kelenteng


Musholla
1 Cinta Damai 9 5 11
2 SSC II 15 1 16
3 Dwikora 13 4 14
4 H. Timur 18 3 20
5 H. Tengah 15 6 21

6 Helvetia 10 6 16

7 Tjg Gusta 15 3 18
JUMLAH 95 28 116

Sumber : KUA Kecamatan Medan Helvetia 2017

4.3.4 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut


Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGM) adalah upaya pokok
yang menjadi beban Puskesmas yang bertujuan untuk mencegah
dampak pengobatan serta dapat diartikan pula kesehatan gigi dasar
paripurna yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat
berpenghasilan rendah khususnya kelompok masyarakat awam.
Kegiatan-kegiatan Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut yang dapat
dilaksanakan adalah:

1. Pemeriksaan, pengobatan dan perawatan gigi, penambalan dan


pencabutan gigi.
2. Membuat rencana kerja dan laporan kegiatan.
3. Kegiatan yang dilakukan meliputi :
 Pemeriksaan, pengobatan, perawatan gigi dan mulut serta
rujukan penyuluhan kebersihan gigi pada pasien yang berobat
di Puskesmas.
 Upaya kesehatan gigi anak sekolah (UKGS) .
 Upaya kesehatan gigi masyarakat desa (UKGMD)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 82
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.3.4.1
Data Kasus Kelainan Gigi dan Mulut di Wilayah KerjaUPT
Puskesmas Helvetia
Tahun 2018

Jan Feb Mar


No. Penyakit Gigi Total
L P L P L P
1 Karies Gigi 45 69 47 68 51 69 349
2 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 33 45 30 42 31 38 219
3 Penyakit Gusi dan Jaringan Periodental 29 35 22 28 23 35 172
4 Abces 37 46 35 44 34 47 243
5 Persistensi 28 36 24 31 25 33 177
6 Kelainan dento-facial termasuk maloklusi - - - - - - 0
7 Stomatis, moniliasis 4 7 5 7 5 5 33
8 Lain-lain 8 12 5 7 5 3 40
Total 184 250 168 227 174 230 1233
Sumber : Poli Gigi Puskesmas Helvetia, 2018

Keterangan Tabel 4.3.4.1


Dari tabel diatas diketahui bahwa kelainan gigi dan mulut terbanyak
pada bulan januari s/d maret adalah kasus penyakit Karies yaitu
sebanyak 349 kasus dan terendah adalah Kelainan dentofasial sebanyak
0 kasus.

Tabel 4.3.4.2
Pelayanan Medik Dasar Gigi di UPT Puskesmas Helvetia Tahun
2018

JAN FEB MAR


No PELAYANAN MEDIK DASAR GIGI Total
L P L P L P
1 Tumpatan Tetap Gigi Tetap (Gigi) 2 3 3 4 2 4 18
2 Tumpatan Tetap Gigi Sulung (Gigi) - - - - - - 0
3 Pencabutan Gigi Tetap 42 69 39 58 42 56 306
4 Pencabutan Gigi Sulung 29 36 28 33 30 39 195
5 Pengobatan Pulpa termasuk Tumpatan Sementara 31 43 25 39 27 36 201
6 Scalling (Regio) 4 1 4 2 4 3 18
7 Pengobatan Periodental 29 33 30 33 25 30 180
8 Perawatan lain-lain termasuk Pengobatan Abces 62 60 30 68 37 73 330
Total 199 245 159 237 167 241 1248

Sumber : Poli Gigi Puskesmas Helvetia, 2018

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 83
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Keterangan Tabel 4.3.4.2


Dari tabel diatas diketahui bahwa:
1. Pelayanan Medik dasar Gigi dipuskesmas Helvetia dengan
Pencabutan Gigi tetap dengan jumlah 306 kasus
2. Tumpatan Gigi tetap selama bulan januari s/d maret adalah 18
pasien
3. Jumlah scalling Gigi selama bulan januari s/d maret adalah 18
pasien.
4. Jumlah kunjungan tertinggi pasien laki-laki di bulan Januari
sebanyak 199kasus dan kunjungan tertinggi pasien perempuan di
bulan Januari sebanyak 245 kasus.

Tabel 4.3.4.3
Kegiatan UKGMD di UPT Puskesmas Helvetia
Tahun 2018
NO Keterangan JAN FEB MAR Total
1 Jumlah Desa yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas 7 7 7 21
2 Jumlah Desa yang dibina UKGMD 7 7 7 21
3 Jumlah Frekwensi Penyuluhan Kes.Gigi dan Mulut 5 5 5 15
4 Jumlah Kunjungan Petugas Puskesmas ke Desa 5 5 5 15
5 Jumlah Penderita yang dirujuk ke Puskesmas 22 22 22 66
6 Jumlah Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas 54 54 54 162
Jumlah Posyandu dengan Kegiatan Kes.Gigi dan
7 54 54 54 162
Mulut
8 Jumlah Kader di Wilayah Kerja Pukesmas 176 176 176 528
9 Jumlah Kader yang dapat Pembinaan Kes.GI-Mul 126 126 126 378

4.3.5. Upaya Kesehatan Jiwa (UKJ)


Kegiatan yang dilakukan meliputi :
 Pengenalan dini gangguan jiwa
 Memberikan pertolongan pertama pada penderita gangguan jiwa
 Melakukan rujukan kepada unit yang lebih mampu bila diperlukan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 84
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.3.5.1
Jumlah Kunjungan Pasien Jiwa di UPT Puskesmas HelvetiaTahun 2018
URAIAN JAN FEBRUARI MARET APRIL Total
JENIS PENYAKIT ICD X
1.Dementia (F03)
2.Gangguan Ansietas (F40#)
3.Gangguan Depresi (F33) 2 3 2 7
4.Gangguan Psikotik (F20#) 2 2 2 6
5.Gangguan Penggunaan
(F10#) 5
Napza
20-44 THN
6.Gangguan Perkembangan
dan Perilaku Pada Anak (F80-90#)
Remaja
7.Gangguan Campuran
(F41.2) 2 2
Ansietas dan Depresi
8.Gangguan Somatoform (F.45)
9.Insomnia (F51.0)
10.Percobaan tindakan
bunuh diri
JUMLAH 6 10 4 20
1.Dementia (F03)
2.Gangguan Ansietas (F40#) 2 2
3.Gangguan Depresi (F33) 1 1 2 4
4.Gangguan Psikotik (F20#) 1 1 2
5.Gangguan Penggunaan
(F10#)
Napza
45-59 thn
6.Gangguan Perkembangan
dan Perilaku Pada Anak (F80-90#)
Remaja
7.Gangguan Campuran
(F41.2) 3 3
Ansietas dan Depresi
8.Gangguan Somatoform (F.45)
9.Insomnia (F51.0)
10.Percobaan tindakan
bunuh diri
JUMLAH 2 7 2 11
1.Dementia (F03)
2.Gangguan Ansietas (F40#)
3.Gangguan Depresi (F33) 3 3
4.Gangguan Psikotik (F20#) 1 1
5.Gangguan Penggunaan >59 thn
(F10#)
Napza
6.Gangguan Perkembangan
dan Perilaku Pada Anak (F80-90#)
Remaja
7.Gangguan Campuran
(F41.2) 2 2 4
Ansietas dan Depresi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 85
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

8.Gangguan Somatoform (F.45)


9.Insomnia (F51.0)
10.Percobaan tindakan
bunuh diri
JUMLAH 2 3 3 8
L P L P L P L P
1.Dementia
2.Gangguan Ansietas 1 1 2
3.Gangguan Depresi 1 2 2 2 7
4.Gangguan Psikotik 1 2 3 1 7
5.Gangguan Penggunaan
5 5
Napza JUMLAH KASUS
6.Gangguan Perkembangan BARU
dan Perilaku Pada Anak
Remaja
7.Gangguan Campuran
2 2 3 2 9
Ansietas dan Depresi
8.Gangguan Somatoform
9.Insomnia
10.Percobaan tindakan
bunuh diri
JUMLAH 4 6 14 6 30
1.Dementia 2 8
2.Gangguan Ansietas 3 5 1 2 11
3.Gangguan Depresi 1 2 9 10 10 15 47
4.Gangguan Psikotik 5 6 11 9 5 9 45
5.Gangguan Penggunaan
20 5 14 5 12 5 61
Napza
6.Gangguan Perkembangan JUMLAH KASUS
dan Perilaku Pada Anak LAMA 1 1 2 1 2 2 9
Remaja
7.Gangguan Campuran
10 15 10 18 5 7 65
Ansietas dan Depresi
8.Gangguan Somatoform 1 4 0 0 5
9.Insomnia 5 6 1 2 14
10.Percobaan tindakan
0 0 0 1 1
bunuh diri
JUMLAH 37 29 55 58 38 43 266

DIAGNOSIS CARA
DATA KASUS PASUNG JIWA PEMASUNGAN
SKIZO RANTAI 1 0RANG

JUMLAH ORANG
CATATAN PASIEN
YANG 5
PENYALAHGUNAAN
MENGGUNAKAN ORANG
NAPZA
NAPZA

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 86
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

4.3.6. Upaya Kesehatan Mata (UKM)


Kegiatan yang dilakukan :
Garis Integrasi dengan Kegiatan Puskesmas lainnya:
 Memberi Vit A dosis tinggi di Posyandu bulan Pebruari dan
Agustus
 Melakukan pemeriksaan mata pada kegiatan UKS
 Melakukan Rujukan pada pasien mata yg tidak dapat ditanggulangi
 Di Puskesmas

4.3.7. Upaya Kesehatan Lanjut Usia (Usila)


Kegiatan-kegiatan lanjut usia di Puskesmas adalah upaya promotif
yaitu upaya menggairahkan semangat hidup usia lanjut usia agar
mereka tetap berguna untuk dirinya sendiri, keluarga maupun
masyarakat.
Upaya promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang :
 Kesehatan dan pemeliharaan kesehatan diri.
 Makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
 Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat.
 Jumlah Posyandu Lansia sudah mencapai target yakni dari 7
kelurahan pada kecamatan Medan Helvetia sebanyak 10 posyandu
lansia.
UPT Puskesmas Helvetia bekerja sama dengan Dinkes Propinsi
Sumut telah memberikan perhatian kepada para lansia yang ada di
wilayah kecamatan Helvetia dengan memberikan paket bingkisan
berupa kain sarung handuk dan sikat gigi serta odolnya sebagai upaya
penyuluhan pentingnya mandi 2x sehari dan menyikat gigi.

4.3.8. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional


Kegiatan yang dilakukan yaitu :
 Memberikan pembinaan kepada masyarakat pengobatan tradisional
antara lain: dukun patah tulang, dukun beranak, dukun pijat dan
tukang jamu.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 87
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Memberikan penyuluhan tentang manfaat lingkungan sebagai


bahan untuk menanam tanaman obat keluarga (TOGA)
 Menciptakan lingkungan hidup yang baik dengan PKK, LKMD
dan masyarakat diwilayah puskesmas.

Tabel 4.3.8.1
Data Pembinaan Pengobatan Tradisional

NO BATRA JUMLAH

1 AKUPUNTUR 0

2 BATRAPATAH TULANG 5

3 JAMU GENDONG 5

4 BATRA URUT PIJAT 0

5 BEKAM 2
Sumber : Pet. Batra -Puskesmas Helvetia, 2017

4.3.9. Laboratorium Khusus


Melakukan pemeriksaan Laboratorium Khusus yaitu :
 Darah Khusus (golongan darah, KGD ad random).
 Urine Khusus (plano test).
 Sputum ( T Paru)
 Rapid Test DBD
 Klinik IMS/VCT

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 88
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.3.9.1
Laporan laboratorium Khusus UPT Puskesmas Helvetia
Tahun 2017
Bulan Gol Darah KGD Asam Urat Cholesterol Plano Test

Jan 6 195 158 88 2

Peb 17 158 129 17 1

Mar 12 151 141 12 1

Apr 18 173 140 0 1

Mei 49 125 12 0 2

Juni 23 102 0 0 4

Juli 13 147 0 0 5

Ags 4 135 0 0 2

Sep 2 152 104 102 3

Okt 4 154 124 0 4

Nov 7 144 138 0 2

Des 2 184 135 3 4

Total 157 1820 1081 222 31

Sumber : Lab- upt Puskesmas Helvetia, 2017


Keterangan Tabel 4.3.9.1
1. Golongan Darah
- Jumlah pasien yang diperiksa rata rata golongan darah dalam 1
bulan adalah 13 orang
- Pemeriksaan yang terbanyak diperiksa pada bulan Mei dan
terendah September dan Desember
2. KGD
- Jumlah pasien yang diperiksa rata rata dalam 1 bulan adalah
adalah 151 pasien
- Pemeriksaan terbanyak adalah pada bulan januari dan terendah
pada bulan Juni

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 89
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3. Asam Urat
- Jumlah pasien yang diperiksa rata rata dalam 1 bulan adalah
120 pasien
- Pada bulan Juni, Juli dan Agustus tidak dilakukan pemeriksaan
berhubung Stic kosong
4. Cholesterol
- Jumlah pasien yang diperiksa rata rata dalam 1 bulanadalah 44
pasien
- Pada bulan April, Mei, Juni, Juli, Agustus, oktober dan
November ketersediaan stick cholesterol kosong sehingga tidak
dapat dilakukan pemeriksaan
5. Plano Test
- Jumlah pasien yang diperiksa rata rata dalam 1 bulan adalah 2
pemeriksaan

6. Klinik IMS – VCT Tahun 2017


Pengertian :
IMS adalah infeksi yang salah satu penularannya melalui
hubungan seksualbeberapa IMS juga dapat ditularkan dari ibu yang
menderita ditularkan ke janin atau bayinya serta melalui alat
tembus kulit (darah).

Beberapa organisme penyebab :


- Bakteri:
Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, Treponema
pallidum, Gardanella vaginalis, Haemophilus ducreyi,
Donavania granulomatis, Mycoplasma hominis, Ureaplasma
urealycum.
- Virus:
Herpes simplex, Human papilloma, Hepatitis,
Cytomegalovirus, HIV
- Protozoa:
Trichomonas vaginalis
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 90
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

- Jamur:
Candida albicans
- Ektoparasit:
Phtirus pubis, Sarcoptes scabies.

Kegiatan Yang dilakukan di Klinik IMS-VCT :


1. Kegiatan Promosi di lakukan Penyuluhan pada masyarakat,
komunitas LSM, warga dan binaan Lapas.
2. Pemeriksaan IMS-VCT dan laboratarium dan merujuk pasien
ke rumah sakit.
3. Pengobatan pasien.
4. Mobile klinik ke komunitas LSM dan warga binaan Lapas.

Perencanaan dan pemilihan intervensi :


Dari ruang lingkup permasalahan di atas, penulis akan melakukan
pengamatan sekaligus saran pembenahan pada rumah yang
dikunjungi. Tujuan dari kegiatan ini adalah:
Tujuan umum:
 Mengidentifikasi IMS dan status HIV pada pasien terkait.
Tujuan khusus:
 Menjaring pasien IMS dan HIV positif.
 Memberikan edukais pengenai pentingnya pengobatan.
 Memutus rantai penularan.

Permasalahan :
Permasalahan:
1. Banyak ODHA yang belum pergi ke RS untuk pemeriksaan
pra ART.
2. Ada beberapa ODHA yang tidak mempunyai biaya untuk
pemeriksaan pra ART.
3. ODHA yang dirujuk ke RS untuk pemeriksaan pra ART,
banyak yang tidak kembali lagi ke puskesmas.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 91
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

4. Ada beberapa ODHA yang tidak ingin kembali ke puskesmas


karena takut diketahui statusnya oleh karena ODHA tersebut
penduduk Helvetia.
5. Ada beberapa ODHA yang tidak tepat waktu mengambil obat
ARV ke puskesmas.

Pelaksanaan intervensi :

 Sasaran : Lapas pria


 Topik : IMS/HIV/AIDS
 Metode : Pemeriksaan dan penyuluhan
 Tempat : LP Tanjung Gusta Pria Kelas I Medan

Hasil pelaksanaan :
Klinik IMS dan VCT UPT Puskesmas Helvetia terbentuk bulan
Oktober tahun 2012, yang terdiri dari:
 Penanggung jawab : Ka. Puskesmas Helvetia
 1 orang koordinator klinik : dr. Renny Nasution
 1 orang perawat : Siti N Siagian, S.Kep, Ners
 1 orang petugas administrasi : Siti N. Siagian, S.Kep.Ners
 1 orang petugas laboratorium : Junita Tarigan
 1 orang konselor : dr. Renny Nasution

Klinik IMS dan VCT UPT Puskesmas Helvita melakukan


pelayanan one day service.
Adapun kegiatan yang dilakukan yaitu:
 Pemeriksaan IMS dan VCT pada kelompok yang berisiko
seperti waria, gay, wanita pekerja seksual, dan pasien rujukan
dari poliklinik umum puskesmas Helvetia yang didapati gejala
IMS.
 Skrining HIV pada ibu hamil

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 92
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Skrining HIV pada pasien TB paru. Untuk skrining HIV pada


penderita TB paru ini, pada tiap bulannya, kami melakukan
mobile clinic ke puskesmas Desa Kalang.
 Pelayaan mobile clinic ke Rutan, Lapas Anak, Lapas Wanita,
Lapas Dewasa, Spa, Ibu Balita di Posyandu, dan kelompok
risiko seperti tempat-tempat komunitas.
 Pelayanan CST
 Pelayanan konseling IMS dan VCT bagian setiap pasien.
 Dalam melakukan penjaringan terhadap kelompok-kelompok
risiko, klinik IMS dan VCT UPT Puskesmas Helvetia bekerja
sama dengan GSM, Medan PWS, P3M, dan Kader LKB yang
sudah dilantik.

Penulis mengikuti Pelayaan mobile clinic ke Lapas Pria. Pasien


ODHA yang terdiagnosis adalah sebanyak 50 orang pada tahun
2017 dengan yang mendapat terapi baru 7 orang karena ODHA
tidak ingin kembali ke puskesmas karena takut diketahui statusnya
oleh karena ODHA tersebut penduduk Helvetia.
Tabel 4.3.9.2
CAKUPAN KUNJUNGAN KLINIK IMS TAHUN 2017
KELO MPO K RISIKO
JLH YANG
NO BULAN
KUNJUNGAN DIO BATI
PASANGAN PELANGGAN
W PS W ARIA LSL W BP IDU LAIN-LAIN
RISTI PS

1 JAN 222 159 60 11 5 40 42 36 8 20

2 FEB 183 93 30 25 15 0 20 20 30 23

3 MAR 185 95 45 30 20 0 20 15 15 40

4 APR 274 161 90 22 65 54 0 43 0 0

5 MEI 250 145 30 29 64 25 26 46 25 0

6 JUN 250 145 35 29 64 25 26 28 25 18

7 JUL 325 169 55 46 68 36 40 37 0 43

8 AGU 219 184 40 25 35 35 15 27 30 12

9 SEP 360 229 70 75 55 75 17 23 35 10

10 OKT 350 184 75 30 105 60 0 35 27 18

11 NOV 350 170 75 30 105 37 23 21 22 37

12 DES 315 175 60 45 95 0 37 29 17 32

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 93
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 4.3.9.3
CAKUPAN KUNJUNGAN KLINIK VCT TAHUN 2017
Jumlah yg diperiksa Jumlah Kasus
No Bulan
Mobile Datang Sendiri GO Syplis HIV/ AIDS

1 Januari 15 2017 34 20 3

2 Februari 15 168 39 15 7

3 Maret 15 170 22 12 7

4 April 15 259 22 10 8

5 Mei 15 235 28 4 7

6 Juni 15 235 25 1 2

7 Juli 15 310 36 5 3

8 Agustus 15 204 27 0 8

9 September 15 345 23 0 5

10 Oktober 15 335 17 13 6

11 November 15 335 10 9 4

12 Desember 15 300 23 11 4

Jumlah 180 4913 306 100 64

Sumber :Klinik IMS-VCT UPT Puskesmas Helvetia 2017


Keterangan :
Satu kali Mobile = 15 Orang, yaitu :
Lapas Anak , dewasa, dan Wanita
Rutan
Komunitas Waria dan LSL
Oukup di Griya Tomang Elok di Jalan Gagak Hitam ( PSK)
SPA

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 94
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

BAB V
LAPORAN KEGIATAN

5.1.Laporan Kegiatan Harian


5.1.1. Rabu, 30 Mei 2018
Hari rabu, 30 Mei 2018 adalah hari pertama kami memulai
kegiatan KKS di Puskesmas Helvetia. Kami mulai kegiatan hari rabu
dikarenakan 1) hari senin tanggal 28 Mei 2018 kami masih mengikuti
bimbingan di Dinas Kota Medan mengenai materi tentang puskesmas
dan memberikan pembekalan tentang promkes dipuskesmas serta
pemberian tugas yang akan dipuskesmas yang dituju. 2) hari selasa
tanggal 29 Mei 2018 bertepatan dengan hari libur yaitu hari raya
Waisak. Oleh karena itu kami memulai kegiatan dipuskesmas pada
hari rabu tanggal 30 Mei 2018. Setelah sampai, para mahasiswa
bertemu dengan ibu Syamsunnihar Hasibuan S,KM, M.Kes selaku
ketua Tata usaha disana, lalu memberikan surat masuk, kemudian para
mahasiswa berkenalan dan sharing tentang kegiatan yang akan
dilakukan selama KKS di Puskesmas, setelah itu para mahasiswa juga
berkenalan dengan semua staf yang ada di puskesmas, dan diajak
berkeliling ke ruangan-ruangan yang ada di Puskesmas Helvetia.
Setelah itu, mahasiswa dibagi per ruangan untuk mengikuti
kegiatan Puskesmas, seperti pendaftaran umum, poli umum, IGD,
poli KIA, rujukan, tatausaha dan Apotek.
Kegiatan di pendaftaran umum adalah mahasiswa membantu
memberikan pelayanan pendafataran pasien yang akan berobat
maupun mengambil rujukan.
Kegiatan di poli umum adalah memberikan pelayanan kesehatan,
dan sharing dengan dokter umum dan dokter internsip yang bertugas
di poli umum dalam penegakkan diagnosis dan pemberian terapi
kepada pasien yang datang. Di poli umum ada 4 dokter yang bertugas,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 95
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

2 dokter umum dan 2 dokter intersip, kemudian mahasiswa ikut serta


dalam jalannya pengobatan.
Kegiatan di IGD memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien
kegawatdaruratan, dan mahasiswa ikut serta dalam pemberian
pengobatan, dan sharing dengan dokter yang bertugas di IGD.
Kegiatan di poli KIA adalah memberikan pelayanan kepada ibu
hamil yang akan memeriksakan kehamilannya, dan ikut serta dalam
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik, selain itu dilakukan
pelayanan tentang Keluarga Berencana (KB) dan penyakit pada anak.
Kegiatan di ruang rujukan adalah membantu petugas puskesmas
dalam melayani pasien yang akan mengambil surat rujukan.
Kegiatan diruangan tata usaha adalah untuk membantu pekerjaan
yang ada ditata usaha, mengidentifikasi dan mempelajari program-
program yang ada dipuskesmas, kemudian dilakukan pengambilan
data puskesmas untuk membuat laporan.
Kegiatan di Apotek yaitu mahasiswa ikut melayani pasien dengan
memberikan obat sesuai dengan resep dokter.
Kegiatan ini dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
14.00 WIB.

5.1.2. Kamis, 31 Mei 2018


Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan di poli masing-
masing dan mengikuti kegiatan posyandu dipuskesmas Helvetia.
Kemudian mahasiswa melakukan penyuluhan dengan judul Asi
Ekslusif, 6 langkah Cuci Tangan, dan PHBS RT. Kegiatan dimulai dari
pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB

5.1.3. Jumat, 01 Juni 2018


Kami tidak mengikuti kegiatan dipuskesmas dikarenakan
bertepatan dengan hari libur yakni hari lahirnya Pancasila.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 96
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

5.1.4. Sabtu, 02 Juni 2018


Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-
masing. Pada hari ini mahasiswa rolling ruangan atau perputaran
tempat dimana mahasiswa akan mendapatkan kesempatan mencoba
ruangan/poli yang berbeda dari hari sebelumnya. Selain itu, mahasiswa
mengambil data dan juga membuat laporan puskesmas.

5.1.5. Senin, 04 Juni 2018


Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan di poli masing-
masing. Kegiatan ini dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai dengan
pukul 10.00 WIB. Kemudian mahasiswa melakukan penyuluhan
dengan judul Konstipasi, Hipertensi, dan Demam Berdarah.
Selanjutnya dilanjutkan kegiatan dipoli masing masing hingga pukul
14.00 WIB.

5.1.6. Se lasa, 05 Juni 2018


Hari ini mahasiswa melakukan kegiatan di poli masing-masing.
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan posyandu. Disana mahasiswa
serta dibantu perawat puskesmas melakukan pemberian imunisasi,
mengukur tinggi badan, lingkar kepala, dan berta badan bayi.
Kemudian setelah kegiatan posyandu selesai, mahasiswa melanjutkan
kegiatan di poli masing-masing hingga pukul 14:00 WIB.

5.1.7. Rabu, 06 Juni 2018


Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-
masing. Hari ini mahasiswa rolling ruangan atau perputaran tempat
dimana mahasiswa akan mendapatkan kesempatan mencoba
ruangan/poli yang berbeda dari hari sebelumnya. Kemudian
mahasiswa melakukan penyuluhan dengan judul Etika batuk, TB,
Diabetes Melitus. Kemudian setelah kegiatan penyuluhan selesai,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 97
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

mahasiswa melanjutkan kegiatan di poli masing-masing hingga pukul


14:00 WIB.

5.1.8. Kamis, 07 Juni 2018


Pada hari ini mahasiswa melakukan kegiatan dipoli masing-
masing. Hari ini mahasiswa rolling ruangan atau perputaran tempat
dimana mahasiswa akan mendapatkan kesempatan mencoba
ruangan/poli yang berbeda dari hari sebelumnya. Kemudian
mahasiswa melakukan penyuluhan dengan judul Keluarga Berencana,
Imunisasi dan Rematik. Kemudian setelah kegiatan penyuluhan
selesai, mahasiswa melanjutkan kegiatan di poli masing-masing hingga
pukul 14:00 WIB.

5.1.9. Jumat, 08 Juni 2018


Pada hari ini kegiatan Para mahasiswa ikut serta membantu
petugas puskesmas dalam melakukan kegiatan harian. Kegiaatan ini
dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai hingga pukul 14.00 WIB.

5.1.10. Sabtu, 09 Juni 2018


Hari ini mahasiswa melakukan kegiatan di poli masing-masing.
Kegiatan ini dilakukan dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
10.00 WIB.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 98
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

BAB VI
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH

6.1. Pembinaan PHBS


Permasalahan :
Rekapitulasi tercapainya program PHBS tahun 2017 di Puskesmas Helvetia:
No Program PHBS Target
1 Ibu melakukan persalinan di fasilitas Tercapai
kesehatan
2 Bayi dan balita mendapatkan Tercapai
pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan
3 Bayi mendapatkan ASI Eksklusif Belum tercapai
4 Menggunakan air bersih Tercapai
5 Mencuci tangan menggunakan sabun Tercapai
6 Menggunakan jamban sehat Tercapai
7 Rumah bebas jentik nyamuk Belum tercapai
8 Makan sayur dan buah setiap hari Tercapai
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari Tercapai
10 Rumah bebas asap rokok -

Berdasarkan data rekapitulasi tahun 2017 pada Puskesmas Helvetia


tentang program PHBS didapatkan 2 program PHBS yaitu Pemberian ASI
Eksklusif dan Rumah bebas jentik nyamuk masih belum tercapai, selama
kegiatan KKS di Puskemas Helvetia, didapatkan masalah sebagai berikut :
 Kurangnya pengetahuan ibu mengenai manfaat pemberian ASI
Eksklusif
 Kurangnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan PSN yang
dilakukan oleh Puskesmas
 Kurangnya kesadaran pasien mengenai pentingnya menjaga
kebersihan lingkungan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 99
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Pemecahan masalah :
 Melakukan demonstrasi tentang cara mengeluarkan ASI eksklusif
seperti bagaimana cara pumping dan penyimpanan ASI yang benar
 Melakukan kegiatan door to door tentang cara mengeluarkan ASI
yang tidak lancar dengan cara mengisap yang benar dan
pengompresan payudara yang baik dan benar
 Melakukan kegiatan penyuluhan dengan sasaran ibu hamil meliputi
perawatan puting payudara, massage payudara, pemilihan BH yang
nyaman dan menampung payudara yang baik, dan pemberian
makanan yang baik bagi ibu hamil
 Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang ASI Eksklusif
 Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk rutin melakukan
kegiatan PSN
 Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan
 Melakukan observasi ke rumah warga door to door setiap
minggunya. Hal ini bertujuan untuk memantau keberhasilan rumah
dan lingkungannya, serta mengevaluasi apakah program PSN
terlaksana atau tidak
 Mengedukasi masyarakat tentang dampak lingkungan kotor terhadap
diri sendiri, lingkungan, dan masyarakat
 Melakukan kegiatan bersama masyarakat untuk mengurangi jentik
nyamuk meliputi gerakan 3M+1T, fogging dan pemberian abatesasi.

1. Pengertian
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat (Maryunani A, 2013).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 100
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka


jalan komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan
pimpinan (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan
masyarakat (empowerman) sebagai suatu upaya untuk membantu
masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam
tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat,
dalam rangka menjaga, memelihara dan menigkatkan kesehatan
(Maryunani A, 2013).
Menurut Atikah & Eni (2012), beberapa indikator yang digunakan
sebagai dasar dalam pelaksanaan pola hidup bersih dan sehat
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Ibu hamil memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan paling
sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
b. Ibu hamil agar memeriksakan diri dan meminta pertolongan
persalinan kepada bidan/tenaga kesehatan.
c. Ibu memberikan ASI saja kepada bayinya selama 4 bulan pertama
kelahiran
d. Semua bayi harus diimunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun.
e. Semua bayi dan balita harus ditimbang berat badannya sejak lahir
sampai usia 5 tahun diposyandu dan sarana kesehatan
f. Setiap orang agar makan makanan yang mengandung unsur zat
tenaga, pembangun, zat pengatur sesuai dengan Pedoman Umum
Gizi Seimbang (PUGS)
g. Semua orang menggunakan garam beryodium untuk keperluan
makan sehari-hari
h. Ibu hamil agar minum tablet tambah darah atau tablet zat besi
selama masa kehamilan
i. Semua orang agar membuang air besar atau tinja di jamban atau
WC.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 101
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

j. Semua orang agar mencuci tangan dengan sabun setelah buang air
besar dan waktu akan makan
k. Semua orang agar menggunakan air bersih dan untuk minum agar
dimasak terlebih dahulu.
l. Setiap rumah, halaman dan pekarangan agar selalu bersih, bebas
dari sampah dan bebas dari sarang nyamuk
m. Setiap orang agar menggosok gigi paling sedikitnya 2 kali sehari,
yaitu sesudah makan dan sebelum tidur
n. Semua orang agar tidak merokok, terutama bila berdekatan dengan
ibu hamil, bayi dan di tempat umum
o. Semua orang agar menyadari bahaya HIV/AIDS dan berperilaku
positif untuk terhindar dari HIV/ AIDS namun tidak mengucilkan
penderita
p. Semua orang agar berolahraga secara teratur
q. Semua orang agar menjadi peserta Dana Sehat (Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat).

2. Etiologi PHBS
Hal-hal yang mempengaruhi PHBS sebagian terletak di dalam
diri individu itu sendiri, yang disebut faktor intern, dan sebagian
terletak di luar dirinya yang disebut faktor ekstern (faktor lingkungan).
1. FaktorInternal
a. Keturunan
Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah
demikianlahditurunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang
dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari orang tua
atau neneknyadanlain sebagainya.
b. Motif
Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif
tertentu. Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 102
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

adanya kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan


menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan
rohani.

2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor – faktor yang terdapat di luar diri individu
bersangkutan. Faktor-faktor ini mempengaruhi individu sehingga
di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan untuk
berbuat sesuatu
a. Unsur-unsur perilaku bagi individu, meliputi pengertian atau
pengetahuan tentang apa yang akan dilakukannya, keyakinan
atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa
yang dilakukannya, sarana yang diperlukan untuk
melakukannya, serta dorongan atau motivasi untuk berbuat
yang dilandasi oleh kebutuhanyang dirasakannya
b. Unsur-unsur perilaku bagi individu sebagai anggota
kelompok, meliputi pengertian atau pengetahuan tentang apa
yang akan dilakukannya, keyakinan atau kepercayaan tentang
manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya, sarana
yang diperlukan untuk melakukannya, dorongan atau
motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang
dirasakannya, serta norma atau dukungan kelompok bahwa
apa yang akan dilakukan itu benar atau bisa diterima oleh
kelompoknya.

3. Indikator PHBS
Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota
keluarga yaitu pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui, anak
dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak. Indikator PHBS
adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan
kesehatan. Indikator PHBS rumah tangga yang digunakan yaitu

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 103
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

mengacu kepada standar pelayanan minimal bidang kesehatan ada


sepuluh indikator yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesahatan (dokter, bidan, dan
tenaga para medis lainnya). Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan menggunakan peralatanyang aman, bersih, dan
steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya
kesehatan lainnya.
2. Memberi bayi ASI Ekslusif
Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa
memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI
adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan
gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga
bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama
berupa cairan bening berwarna kekuningan (colostrums),
sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan
terhadap penyakit.
3. Menimbang bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau
pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita
dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu.
Dengan demikian dapat diketahui apakah balita tumbuh sehat
atau tidak dan mengetahui kelengkapan imunisasi serta bayi
yang dicurigai menderita gizi buruk.
4. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk
minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai,
mencuci alat-alat dapur dan sebagainya agar kita tidak
terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah tangga
yang memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga
yang sehari-harinya memakai air minum yang meliputi air
dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 104
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat


penampungan air kotor dan limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh
kuman penyakit yang ada di tangan, mencegah penularan
penyakit diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit,
Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan menjadi
bersih dan bebas dari kuman.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat
jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa
leher angsa.
7. Memberantas jentik dirumah
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah
dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat
jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala adalah
pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk
(tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah
seperti bak mandi atau WC, vas bunga, tatakan kulkas dan
lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah bebas jentik adalah
melakukan 3 M 1 T plus (menguras, menutup, mengubur,
telungkupkan plus menghindari gigitan nyamuk).
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah
mengandung vitamin dan mineral yang mengatur
pertumbuhan danpemeliharaan tubuh serta mengandung serat
yang tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak
kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam
keadaan mentah atau dikukus. Merebus dengan air akan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 105
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

melarutkan beberapa vitamin dan mineral dalam sayur dan


buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa
vitamin seperti vitamin C.
9. Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting
bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar
sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara
lain kegiatan sehari-hari yaitu berjalan kaki, berkebun,
mencuci pakaian,mencuci mobil dan turun tangga. Selain itu
kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain bola,
berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai
aktifitas fisik.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif. Bahaya
perokok aktif dan perokok pasif adalah dapat menyebabkan
kerontokan rambut, gangguan pada mata seperti katarak,
kehilangan pendengaran lebih awal disbanding bukan
perokok, menyebabkan penyakit paru-paru kronis, merusak
gigi, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker
rahim dan keguguran.

4. Klasifikasi PHBS
Dari sepuluh indikator PHBS maka akan didapatkan empat
klasifikasi rumah tangga yang menjalankan PHBS. Menurut
Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 klasifikasi
tersebut sebagai berikut :
1. KlasifikasiI (warna merah) : jika melakukan 1 sampai
dengan 3 dari10 indikator PHBS dalam tatanan rumah
tangga.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 106
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

2. Klasifikasi II (warna kuning): jika melakukan 4 sampai


dengan 5 dari 10 indikator PHBS dalam tatanan rumah
tangga.
3. Klasifikasi III (warna hijau) : jika melakukan 6 sampai
dengan 7 dari 10 indikator PHBS dalam tatanan rumah
tangga.
4. Klasifikasi IV (warna biru) : Klasifikasi III + ikut dana
sehat
Klasifikasi penilaian PHBS menurut Dinas Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2008 mengalami perubahan,
dimana jika salah satu indikator PHBS tidak terpenuhi,
maka tatanan tersebut dinyatakan tidak menjalankan PHBS.

5. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic yang bisa dilakukan di dalam PHBS ini
yaitu, pemeriksaan kesehatan secara rutin baik pemeriksaan
tekanan darah, kolesterol, asam urat, gula darah, cek lab (darah
lengkap).

6. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada PHBS yaitu :
1. Promotif
Promotif yang dimaksud disini yaitu pemberian informasi
atau pendidikan kesehatan kepada keluarga atau masyarakat
mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat yang di
mulai dari tatanan rumah tangga.
2. Preventif
Preventif adalah pencegahan. Dimana preventif disini yaitu
pencegahan risiko terserang atau terhindar dari berbagai jenis
penyakit dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 107
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

7. Komplikasi
Bagi orang yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat akan berisiko terserang penyakit. Jika perilaku hidup bersih
dan sehat ini tidak diterapkan maka akan berdampak pada
timbulnya komplikasi penyakit lain. Komplikasi PHBS dapat
menyebabkan :
1. Diare karena tidak menerapkan cuci tangan yang bersih.
2. Stroke, hipertensi, jantung yang disebabkan karena merokok.
3. Kematian yang disebabkan karena pada saat persalinan tidak
ditolong oleh tenaga kesehatan.

Asi Eksklusif
Berdasarkan peraturan Pemerintahan Republik Indonesiia No 33
Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu eksklusif pasal 6 berbunyi
“Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi
yang dilahirkannya”. Dan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No
450/MENKES/SK/VI/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif di
Indonesia menetapkan:

 ASI eksklusif di Indonesia selama 6 bulan dan dianjurkan dilanjutkan


sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan pemberian
makanan tambahan yang sesuai.
 Tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru
melahirkan untuk memberikan ASI ekslusif dengan mengacu pada 10
langkah keberhasilan menyusui

Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui

1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10


langkah menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI
2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau
lainnya

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 108
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

3. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah


keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita
infeksi HIV positif
4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (1/2 - 1 jam setelah
lahir)
5. Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan
tubuh bayi dan pelekatan mulut bayi pada payudara)
6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal sejak bayi lahir
7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi
8. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi
9. Tidak memberikan dot/ kempeng.
10. Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan

PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)


Definisi PSN
Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN
DBD) adalah kegiatan memberantas telur dan jentik nyamuk penular
penyakit DBD (Aedes aegypti) di tempat-tempat perkembangbiakannya.

Tujuan PSN
Tujuan diadakannya program PSN ini adalah untuk memutus mata
rantai penularan DBD melalui gerakan 3M Plus, yaitu singkatan dari
Menguras, Menutup, Mengubur, serta menghindari pertumbuhan vektor-
vektor baru. (Depkes RI, 2005)

Cara dan Metode PSN


PSN ini dilakukan dengan kunjungan ke rumah atau tempat umum
secara teratur sekurang-kurangnya setiap tiga bulan untuk melakukan
penyuluhan dan pemeriksaan jentik agar keluarga dan pengelola wilayah
sekitar tetap melakukan PSN secara terus-menerus, sehingga rumah dan
tempat umum bebas dari jentik nyamuk Aedes aegypti.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 109
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Cara yang digunakan dalam PSN dikenal dengan sebutan “3M


Plus”. Pertama, yaitu menguras bak mandi/WC dan TPA lainnya secara
teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali (perkembangan telur-larva-
pupa-nyamuk kurang lebih sembilan hari), menggosok dinding bagian
dalam dari bak mandi, dan semua tempat penyimpanan air untuk
menyingkirkan telur nyamuk.
Kedua, menutup rapat TPA sehingga nyamuk tidak dapat masuk.
Namun, TPA tertutup lebih sering mengandung larva dibandingkan TPA
yang terbuka karena penutupnya jarang terpasang dengan baik dan sering
dibuka untuk mengambil air di dalamnya. Tempayan dengan penutup yang
longgar seperti itu lebih disukai nyamuk untuk tempat bertelur karena
ruangan didalamnya lebih gelap daripada tempat air yang tidak tertutup
sama sekali.
Ketiga, mengubur barang-barang yang sudah tidak terpakai agar
tidak dijadikan tempat bersarang nyamuk. Barang-barang yang sudah tidak
dipakai dan berpotensi untuk menampung air dapat menjadi tempat yang
cocok untuk nyamuk bersarang.
Selain “3M” yang sudah disebutkan, ada beberapa cara lagi untuk
mencegah penularan nyamuk Aedes Aegypti yang digolongkan dalam kata

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 110
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

“Plus”, yaitu ganti air vas bunga seminggu sekali, perbaiki saluran dan
talang air yang rusak atau tidak lancar, tutup lubang-lubang atau potongan
bamboo/pohon menggunakan tanah, bubuhkan bubuk pembunuh jentik di
tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air, serta
pelihara ikan pemakan jentik nyamuk.
Selain dilakukan pemberantasan vektor, hal lain yang perlu
dilakukan adalah pemeriksaan jentik berkala (PJB). PJB adalah
pemeriksaan TPA dan tempat perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti
untuk mengetahui jentik nyamuk, yang dilakukan di rumah dan tempat
umum secara teratur sekurang-kurangnya tiap tiga bulan untuk mengetahui
keadaan populasi jentik vektor DBD.

6.2. TB Paru
Permasalahan :
- Masih tingginya angka kejadian TB Paru
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang etika batuk serta cara
penularan TB Paru.
- Kurangnya pengetahuan dan kedisplinan pasien TB Paru dalam
mengkonsumsi OAT.
- Kurangnya pengetahuan keluarga pasiem TB Paru tentang pentingnya
menjaga kebersihan rumah, ventilasi, dan pencahayaan rumah dalam
upaya pencegahan penularan TB Paru.
- Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasien TB Paru akan
pentingnya gizi seimbang.
Pemecahan masalah :
- Pembentukan kader TB Paru karena meruapakan faktor penting dalam
penemuan suspek TB Paru sehingga akan meningkatkan penemuan
kasus TB Paru BTA positif
- Melakukan penyuluhan kepada masyarakat secara door to door tentang
menjaga kebersihan rumah, pencahayaan, dan ventilasi rumah.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 111
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

- Memberikan edukasi tentang etika batuk yang benar dan penggunaan


masker kepada pasien TB Paru untuk menjaga penularan.
- Memberikan edukasi kepada pasien TB Paru untuk menerapkan
perilaku hidup sehat dan gizi seimbang.

A. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization
(WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai « Global
Emergency ». Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat
8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, 3,9 juta adalah kasus
BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga penduduk dunia telah
terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHOjumlah
terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus
TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah penduduk terdapat 182
kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari
Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk, seperti terlihat pada
tabel 1
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari
dan 2 - 3 juta setiap tahun. Laporan WHO tahun 2004 menyebutkan
bahwa jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara
yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000
penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per
100.000 penduduk, prevalens HIV yang cukup tinggi mengakibatkan
peningkatan cepat kasus TB yang muncul.
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah
kasus TB setelah India dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus
baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat TB. Di Indonesia
tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular
dan merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung
dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 112
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Tabel 6.2.1.Perkiraan insidens TB dan angka mortaliti, 2002


Jumlah kasus Kasus per 100 Kematian akibat
000 penduduk TB (termasuk
(Ribu) kematian TB pada
penderita HIV)
Pembagian Semua Sputum Semua Sputum Jumlah Per 100
daerah WHO kasus positif kasus positif 000
(%) (%) (Ribu) penduduk
Afrika 2354 1000 350 149 556 83
(26)
Amerika 370 (4) 165 43 19 53 6
Mediteranian 622 (7) 279 124 55 143 28
timur
Eropa 472 (5) 211 54 24 73 8
Asia 2890 1294 182 81 625 39
Tenggara (33)
Pasifik Barat 2090 939 122 55 373 22
(24)
Global 8797 2887 141 63 1823 29
(100)

B. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex.

C. Biomolekuler M.Tuberculosis
Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit
melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran
lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis
sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).
Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, lilin
kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut cord
factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi.
Asam mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90)
yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 113
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

dengan peptidoglikan oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang


terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah polisakarida seperti
arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding sel yang kompleks
tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam,
yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya
penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol.
Komponen antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu
komponen lipid, polisakarida dan protein. Karakteristik antigen M.
tuberculosis dapat diidentifikasi dengan menggunakan antibodi
monoklonal . Saat ini telah dikenal purified antigens dengan berat
molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa yang
memberikan sensitiviti dan spesifisiti yang bervariasi dalam
mendiagnosis TB. Ada juga yang menggolongkan antigen M.
tuberculosis dalam kelompok antigen yang disekresi dan yang tidak
disekresi (somatik). Antigen yang disekresi hanya dihasilkan oleh basil
yang hidup, contohnya antigen 30.000 a, protein MTP 40 dan lain lain.
Biomolekuler
Genom M. tuberculosis mempunyai ukuran 4,4 Mb (mega base)
dengan kandungan guanin (G) dan sitosin (C) terbanyak. Dari hasil
pemetaan gen, telah diketahui lebih dari 165 gen dan penanda genetik
yang dibagi dalam 3 kelompok. Kelompok 1 gen yang merupakan
sikuen DNA mikobakteria yang selalu ada (conserved) sebagai DNA
target, kelompok II merupakan sikuen DNA yang menyandi antigen
protein, sedangkan kelompok III adalah sikuen DNA ulangan seperti
elemen sisipan.
Gen pab dan gen groEL masing masing menyandi protein
berikatan posfat misalnya protein 38 kDa dan protein kejut panas (heat
shock protein) seperti protein 65 kDa, gen katG menyandi katalase-
peroksidase dan gen 16SrRNA (rrs) menyandi protein ribosomal S12
sedangkan gen rpoB menyandi RNA polimerase.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 114
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Sikuen sisipan DNA (IS) adalah elemen genetik yang mobile.


Lebih dari 16 IS ada dalam mikobakteria antara lain IS6110, IS1081
dan elemen seperti IS (IS-like element). Deteksi gen tersebut dapat
dilakukan dengan teknik PCR dan RFLP.

D. Patogenesis
Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan
bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang
pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer. Sarang primer
ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran
getah bening menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut
diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis
regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami
salah satu nasib sebagai berikut :
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution
ad integrum)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang
Ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)
3. Menyebar dengan cara :
c. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya
Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu suatu kejadian
penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh
kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan
obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan akibat
atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang
bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan
menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut,
yang dikenal sebagai epituberkulosis.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 115
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

d. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan


maupun ke paru sebelahnya atau tertelan
e. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini
berkaitan dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi
kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh secara
spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat,
penyebaran ini akan menimbulkan keadaan cukup gawat
seperti tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis,
typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat
menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya
tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya.
Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan :
- Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya
pertumbuhan terbelakang pada anak setelah mendapat
ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
- Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan
tuberkulosis primer.
Tuberkulosis Postprimer
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian
setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun.
Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermacam-macam
yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis, tuberkulosis
menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama
menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber
penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan sarang dini, yang
umumnya terletak di segmen apikal lobus superior maupun lobus
inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni
kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai
berikut :

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 116
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat


2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses
penyembuhan dengan penyebukan jaringan fibrosis. Selanjutnya
akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan
membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan
keju dibatukkan keluar.
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan
kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan keju
keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya akan
menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:
- Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru.
Sarang pneumoni ini akan mengikuti pola perjalanan
seperti yang disebutkan di atas
- Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut
tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan
menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali, mencair
lagi dan menjadi kaviti lagi
- Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity,
atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri dan
akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti
yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti
bintang (stellate shaped).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 117
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Gambar 6.2.1. Skema perkembangan sarang tuberkulosis postprimer dan


perjalanan penyembuhannya

E. Klasifikasi
Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru,
tidak termasuk pleura.
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
menunjukkan hasil BTA positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan
BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan
gambaran tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan
BTA positif dan biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 118
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA


negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi
menunjukkan tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif
dan biakan M. tuberculosis

2. Berdasarkan tipe pasien


Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu
bulan.
b. Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi
dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis maka
harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
- Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur,
keganasan dll)
- TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis
yang berkompeten menangani kasus tuberkulosis
c. Kasus defaulted atau drop out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan
tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai.
d. Kasus gagal

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 119
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau


kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan
sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2
dengan pengawasan yang baik
f. Kasus Bekas TB:
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila
ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB
yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran
yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan
lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan
telah mendapat pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto
toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi

Tuberkulosis Ekstra Paru


- Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak,
tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.
- Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi
anatomi dari tempat lesi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat
dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis
yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 120
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Gambar 6.2.2. Skema klasifikasi tuberkulosis

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 121
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

F. Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan
pemeriksaan penunjang lainnya

Gejala klinik
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah
paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai
organ yang terlibat)
1. Gejala respiratorik
- batuk > 2 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.
Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila
bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk
membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam,
anoreksia dan berat badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang
terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi
pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah
bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 122
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat


gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang
rongga pleuranya terdapat cairan.

Pemeriksaan Fisik
- Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai
tergantung dari organ yang terlibat.
- Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas
kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan
penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1
dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada
pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-
tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum.
- Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis
tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada
perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang
melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
- Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar
getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan
metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.
Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 123
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Gambar 6.2.3. Paru : apeks lobus superior dan apeks lobus inferior

Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman
tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam
menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi
ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces
dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
1. Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.
2. Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan
dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar,
berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak
mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti,

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 124
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas


objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.
3. Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus
kering di gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan
uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml
sebelum dikirim ke laboratorium.
4. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek
dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke
laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identiti pasien
yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan
laboratorium.
5. Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari
klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak dapat
dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos.
6. Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas
saring:
 Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat
empat agar terlihat bagian tengahnya
 Dahak yang representatif diambil dengan lidi,
diletakkan di bagian tengah dari kertas saring
sebanyak + 1 ml
 Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan
melubangi pada satu ujung yang tidak mengandung
bahan dahak|
 Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu
kamar di tempat yang aman, misal di dalam dus
 Bahan dahak dalam kertas saring yang kering
dimasukkan dalam kantong plastik kecil
 Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara)
dengan melidahapikan sisi kantong yang terbuka
dengan menggunakan lidi
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 125
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan


tanggal pengambilan dahak
 Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui
jasa pos ke alamat laboratorium.
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.
Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain
(cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan
jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara
- Pemeriksaan mikroskopik:
 Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
 Mikroskopik fluoresens: pewarnaan auramin-
rhodamin (khususnya untuk screening)
 lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali
pemeriksaan ialah bila :
o kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif ®
BTA positif
o 1 kali positif, 2 kali negatif ® ulang BTA 3
kali, kemudian
o bila 1 kali positif, 2 kali negatif ® BTA
positif
o bila 3 kali negatif ® BTA negatif
 Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan
skala IUATLD (rekomendasi WHO).
Skala IUATLD (International Union Against
Tuberculosis and Lung Disease) :
o Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang
pandang, disebut negative
o Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang
pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 126
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

o Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang


pandang disebut + (1+)
o Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang
pandang, disebut ++ (2+)
o Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang,
disebut +++ (3+)

- Pemeriksaan biakan kuman:


 Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode
konvensional ialah dengan cara :
o Egg base media: Lowenstein-Jensen
(dianjurkan), Ogawa, Kudoh
o Agar base media : Middle brook
 Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan
diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium
tuberculosis dan juga Mycobacterium other than
tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT
dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat
cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid,
uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen
bromide serta melihat pigmen yang timbul

Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas
indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada
pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran
bermacam--macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior
lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 127
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak


berawan atau nodular
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
- Luluh paru (destroyed Lung ) :
 Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan
jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut
luluh paru . Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari
atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru.
Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit hanya
berdasarkan gambaran radiologi tersebut.
 Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk
memastikan aktiviti proses penyakit
- Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan
pengobatan dapat dinyatakan sebagai berikut (terutama pada
kasus BTA negatif) :
 Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu
atau dua paru dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan
(volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction
dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra
torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak
dijumpai kaviti
 Lesi luas
Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

Pemeriksaan khusus

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 128
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah


lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman
tuberkulosis secara konvensional. Dalam perkembangan kini ada
beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi
kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah
metode radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam
lemak yang kemudian menghasilkan CO2 yang akan dideteksi
growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi
salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk
membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji
kepekaan. Bentuk lain teknik ini adalah dengan menggunakan
Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).
2. Polymerase chain reaction (PCR):
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat
mendeteksi DNA, termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu
masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah kemungkinan
kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai,
kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya.
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan
diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan
cara yang benar dan sesuai standar internasional.
Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain
tidak ada yang menunjang ke arah diagnosis TB, maka hasil
tersebut tidak dapat dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis
TB.
Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan /
spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun
ekstraparu sesuai dengan organ yang terlibat.
3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 129
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)


Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat
mendeteksi respons humoral berupa proses antigen-
antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini
antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam
waktu yang cukup lama.
b. ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT
tuberculosis) adalah uji serologi untuk mendeteksi
antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT merupakan
uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik
yang berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis,
diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut
diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada
membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya
digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum
yang akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke
bantalan warna biru, kemudian serum akan berdifusi
melewati garis antigen. Apabila serum mengandung
antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan
berikatan dengan antigen dan membentuk garis warna
merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit
terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis
antigen pada membran.
c. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam
tubuh manusia. Uji ini menggunakan antigen
lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu
alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian
dicelupkan ke dalam serum pasien, dan bila di dalam
serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 130
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit,


maka akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat
dideteksi dengan mudah

d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)


Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi
reaksi serologi yang terjadi. Dalam menginterpretasi hasil
pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus
hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi
kadar antibodi yang terdeteksi.
e. Uji serologi yang baru / IgG TB
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan
cara mendeteksi antibodi IgG dengan antigen spesifik
untuk Mycobacterium tuberculosis. Uji IgG berdasarkan
antigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16
kDa dan kombinasi lainnya akan menberikan tingkat
sensitiviti dan spesifisiti yang dapat diterima untuk
diagnosis. Di luar negeri, metode imunodiagnosis ini lebih
sering digunakan untuk mendiagnosis TB ekstraparu,
tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada anak.
Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis.

Pemeriksaan Penunjang lain


1. Analisis Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura
perlu dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu
menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil analisis yang
mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif
dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura
terdapat sel limfosit dominan dan glukosa rendah

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 131
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

2. Pemeriksaan histopatologi jaringan


Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu
menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan yang dilakukan ialah
pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat diperoleh
melalui biopsi atau otopsi, yaitu :
 Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah
bening (KGB)
 Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum
abram, Cope dan Veen Silverman
 Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB)
dengan bronkoskopi, trans thoracal needle
aspiration/TTNA, biopsi paru terbuka).
 Otopsi
Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu
sediaan dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke
laboratorium mikrobiologi untuk dikultur serta sediaan
yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi.
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator
yang spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED)
jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai indikator
penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif,
tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan
tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.
4. Uji tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi
tuberkulosis. Di Indonesia dengan prevalens tuberkulosis yang
tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik penyakit
kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan mempunyai
makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositivan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 132
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

dari uji yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi
HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif.

Gambar 6.2.4. Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa

G. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan
terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.
a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
Obat yang dipakai:
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah:
- INH

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 133
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

- Rifampisin
- Pirazinamid
- Streptomisin
- Etambutol
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
- Kanamisin
- Amikasin
- Kuinolon
- Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan
amoksilin + asam klavulanat
- Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia
antara lain :
 Kapreomisin
 Sikloserino
 PAS (dulu tersedia)
 Derivat rifampisin dan INH
 Thioamides (ethionamide dan prothionamide)

Kemasan
- Obat tunggal,Obat disajikan secara terpisah, masing-
masing INH, rifampisin, pirazinamid dan etambutol.
- Obat kombinasi dosis tetap (Fixed Dose Combination –
FDC)Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat
dalam satu tablet.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 134
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Dosis OAT
Tabel 6.2.2. Jenis dan dosis OAT

Obat Dosis Dosis yg dianjurkan DosisMaks Dosis (mg) / berat


(mg) badan (kg)
(Mg/Kg Harian(mg/ Intermitten < 40 40- >60
kgBB (mg/Kg/BB/kali) 60
BB/Hari) /hari)
R 8-12 10 10 600 300 450 600
H 4-6 5 10 300 150 300 450
Z 20-30 25 35 750 1000 1500
E 15-20 15 30 750 1000 1500
Sesuai
S 15-18 15 15 1000 750 1000
BB

Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal


yang penting untuk menyembuhkan pasien dan menghindari MDR
TB (multidrug resistant tuberculosis). Pengembangan strategi
DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama
WHO. International Union Against Tuberculosis and Lung Disease
(IUALTD) dan WHO menyarakan untuk menggantikan paduan
obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB
primer pada tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis
tetap berdasarkan WHO seperti terlihat pada tabel 3. Keuntungan
kombinasi dosis tetap antara lain:
1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep
minimal
2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan
penurunan kesalahan pengobatan yang tidak disengaja
3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap
penatalaksanaan yang benar dan standar
4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit
5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR
akibat penurunan penggunaan monoterapi

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 135
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Fase intensif Fase lanjutan


2 bulan 4 bulan
BB Harian Harian 3x/minggu Harian 3x/minggu
RHZE RHZ RHZ RH RH

150/75/400/275 150/75/400 150/150/500 150/75 150/150


30-37 2 2 2 2 2

38-54 3 3 3 3 3

55-70 4 4 4 4 4

>71 5 5 5 5 5
Tabel 6.2.3. Dosis obat antituberkulosis kombinasi dosis tetap

Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan


rentang dosis yang telah ditentukan oleh WHO merupakan dosis
yang efektif atau masih termasuk dalam batas dosis terapi dan non
toksik. Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap
tersebut, bila mengalami efek samping serius harus dirujuk ke
rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti yang mampu
menanganinya.

b. Paduan Obat Anti Tuberkulosis


Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi:
- TB paru (kasus baru), BTA positif atau pada foto toraks: lesi
luas.
Paduan obat yang dianjurkan :
2 RHZE / 4 RH
atau
2 RHZE/ 6HE
atau
2 RHZE / 4R3H3
Paduan ini dianjurkan untuk
a. TB paru BTA (+), kasus baru
b. TB paru BTA (-), dengan gambaran radiologi lesi luas
(termasuk luluh paru)
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 136
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Bila ada fasiliti biakan dan uji resistensi, pengobatan


disesuaikan dengan hasil uji resistensi
- TB Paru (kasus baru), BTA negatif, pada foto toraks: lesi
minimal
Paduan obat yang dianjurkan :
2 RHZE / 4 RH atau6 RHE atau2 RHZE/ 4R3H3
- TB paru kasus kambuh
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2 RHZES / 1
RHZE. Fase lanjutan sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila
tidak terdapat hasil uji resistensi dapat diberikan obat RHE
selama 5 bulan.
- TB Paru kasus gagal pengobatan
Sebelum ada hasil uji resistensi seharusnya diberikan obat lini
2 (contoh paduan: 3-6 bulan kanamisin, ofloksasin, etionamid,
sikloserin dilanjutkan 15-18 bulan ofloksasin, etionamid,
sikloserin). Dalam keadaan tidak memungkinkan pada fase
awal dapat diberikan 2 RHZES / 1 RHZE. Fase lanjutan sesuai
dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji
resistensi dapat diberikan obat RHE selama 5 bulan.
 Dapat pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk
mendapatkan hasil yang optimal
 Sebaiknya kasus gagal pengobatan dirujuk ke dokter
spesialis paru
- TB Paru kasus putus berobat
Pasien TB paru kasus lalai berobat, akan dimulai pengobatan
kembali sesuai dengan kriteria sebagai berikut :
a. Berobat > 4 bulan
1. BTA saat ini negative
Klinis dan radiologi tidak aktif atau ada perbaikan
maka pengobatan OAT dihentikan. Bila gambaran
radiologi aktif, lakukan analisis lebih lanjut untuk
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 137
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

memastikan diagnosis TB dengan mempertimbangkan


juga kemungkinan penyakit paru lain. Bila terbukti
TB maka pengobatan dimulai dari awal dengan
paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu
pengobatan yang lebih lama.
2. BTA saat ini positif
Pengobatan dimulai dari awal dengan paduan obat
yang lebih kuat dan jangka waktu pengobatan yang
lebih lama
b. Berobat < 4 bulan
1. Bila BTA positif, pengobatan dimulai dari awal
dengan paduan obat yang lebih kuat dan jangka waktu
pengobatan yang lebih lama
2. Bila BTA negatif, gambaran foto toraks positif TB
aktif pengobatan diteruskan, Jika memungkinkan
seharusnya diperiksa uji resistensi terhadap OAT.
- TB Paru kasus kronik
 Pengobatan TB paru kasus kronik, jika belum ada hasil
uji resistensi, berikan RHZES. Jika telah ada hasil uji
resistensi, sesuaikan dengan hasil uji resistensi
(minimal terdapat 4 macam OAT yang masih sensitif)
ditambah dengan obat lini 2 seperti kuinolon,
betalaktam, makrolid dll. Pengobatan minimal 18
bulan.
 Jika tidak mampu dapat diberikan INH seumur hidup
 Pertimbangkan pembedahan untuk meningkatkan
kemungkinan penyembuhan
 Kasus TB paru kronik perlu dirujuk ke dokter spesialis
paru

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 138
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

c. Efek Samping

d. Terapi pembedahan
lndikasi operasi
1. Indikasi mutlak
a. Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetetapi
dahak tetap positif
b. Pasien batuk darah yang masif tidak dapat diatasi dengan
cara konservatif

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 139
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

c. Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak


dapat diatasi secara konservatif

2. lndikasi relative
a. Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
b. Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
c. Sisa kaviti yang menetap.

Tindakan Invasif (Selain Pembedahan)


- Bronkoskopi
- Punksi pleura
- Pemasangan WSD (Water Sealed Drainage)

e. Evaluasi Pengobatan
Evaluasi pasien meliputi evaluasi klinis, bakteriologi, radiologi,
dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat.
 Evaluasi klinik
- Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama
pengobatan selanjutnya setiap 1 bulan
- Evaluasi : respons pengobatan dan ada tidaknya efek
samping obat serta ada tidaknya komplikasi penyakit
- Evaluasi klinis meliputi keluhan , berat badan,
pemeriksaan fisis.
 Evaluasi bakteriologik (0 - 2 - 6 /9 bulan pengobatan)
- Tujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi dahak
- Pemeriksaan & evaluasi pemeriksaan mikroskopik
o Sebelum pengobatan dimulai
o Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
o Pada akhir pengobatan
- Bila ada fasiliti biakan : dilakukan pemeriksaan biakan
dan uji resistensi
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 140
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Evaluasi radiologik (0 - 2 – 6/9 bulan pengobatan)


Pemeriksaan dan evaluasi foto toraks dilakukan pada:
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan pengobatan (kecuali pada kasus yang
juga dipikirkan kemungkinan keganasan dapat
dilakukan 1 bulan pengobatan)
- Pada akhir pengobatan
 Evaluasi efek samping secara klinik
- Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati,
fungsi ginjal dan darah lengkap
- Fungsi hati; SGOT,SGPT, bilirubin, fungsi ginjal :
ureum, kreatinin, dan gula darah , serta asam urat untuk
data dasar penyakit penyerta atau efeksamping
pengobatan
- Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid
- Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila
menggunakan etambutol (bila ada keluhan)
- Pasien yang mendapat streptomisin harus diperiksa uji
keseimbangan dan audiometri (bila ada keluhan)
- Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak
diperlukan pemeriksaan awal tersebut. Yang paling
pentingadalah evaluasi klinis kemungkinan terjadi efek
samping obat. Bila pada evaluasi klinis dicurigai
terdapatefek samping, maka dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk memastikannya dan penanganan
efeksamping obat sesuai pedoman
 Evalusi keteraturan berobat
- Yang tidak kalah pentingnya adalah evaluasi
keteraturan berobat dan diminum / tidaknya obat
tersebut. Dalam hal ini maka sangat penting
penyuluhan atau pendidikan mengenai penyakit dan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 141
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

keteraturan berobat. Penyuluhan atau pendidikan dapat


diberikan kepada pasien, keluarga dan lingkungannya.
- Ketidakteraturan berobat akan menyebabkan timbulnya
masalah resistensi.

Kriteria Sembuh
- BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase
intensif dan akhir pengobatan) dan telah mendapatkan
pengobatan yang adekuat
- Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/
perbaikan
- Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan
negatif

 Evaluasi pasien yang telah sembuh


Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap
dievaluasi minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh,
hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. Hal
yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto
toraks. Mikroskopis BTA dahak 3,6,12 dan 24 bulan
(sesuai indikasi/bila ada gejala) setelah dinyatakan sembuh.
Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan
sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh).

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 142
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

H. Pengobatan TB Pada Keadaaan Khusus


TB MILIER
 Rawat inap
 Paduan obat: 2 RHZE/ 4 RH
 Pada keadaan khusus (sakit berat), tergantung keadaan klinis,
radiologi dan evaluasi pengobatan, maka pengobatan lanjutan
dapat diperpanjang
 Pemberian kortikosteroid tidak rutin, hanya diberikan pada
keadaan
- Tanda / gejala meningitis
- Sesak napas
- Tanda / gejala toksik
- Demam tinggi

PLEURITIS EKSUDATIVA TB (EFUSI PLEURA TB)


Paduan obat: 2RHZE/4RH.
 Evakuasi cairan, dikeluarkan seoptimal mungkin, sesuai keadaan
pasien dan dapat diberikan kortikosteroid
 Hati-hati pemberian kortikosteroid pada TB dengan lesi luas dan
DM.
 Evakuasi cairan dapat diulang bila diperlukan

TB PARU DENGAN DIABETES MELITUS (DM)


 Paduan OAT pada prinsipnya sama dengan TB tanpa DM, dengan
syarat kadar gula darah terkontrol
 Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatan
dapat dilanjutkan sampai 9 bulan
 Hati-hati dengan penggunaan etambutol, karena efek samping
etambutol pada mata; sedangkan pasien DM sering mengalami
komplikasi kelainan pada mata

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 143
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Perlu diperhatikan penggunaan rifampisin karena akan


mengurangi efektiviti obat oral antidiabetes (sulfonil urea),
sehingga dosisnya perlu ditingkatkan
 Perlu kontrol / pengawasan sesudah pengobatan selesai, untuk
mengontrol / mendeteksi dini bila terjadi kekambuhan

TB PARU DENGAN HIV / AIDS


 Pada daerah dengan angka prevalens HIV yang tinggi di populasi
dengan kemungkinan koinfeksi TB-HIV, maka konseling dan
pemeriksaan HIV diindikasikan untuk seluruh TB pasien sebagai
bagian dari penatalaksanaan rutin. Pada daerah dengan prevalens
HIV yang rendah, konseling dan pemeriksaan HIV hanya
diindikasi pada pasien TB dengan keluhan dan tanda tanda yang
diduga berhubungan dengan HIV dan pada pasien TB dengan
riwayat risiko tinggi terpajan HIV.
 Jadi tidak semua pasien TB paru perlu diuji HIV. Hanya pasien TB
paru tertentu saja yang memerlukan uji HIV, misalnya:
a. Ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV
b. Hasil pengobatan OAT tidak memuaskan
c. MDR TB / TB kronik
 Pemeriksaan minimal yang perlu dilakukan untuk memastikan
diagnosis TB paru adalah pemeriksaan BTA dahak, foto toraks dan
jika memungkinkan dilakukan pemeriksaan CD4. Gambaran
penderita HIV-TB dapat dilihat pada tabel 7 berikut.
Infeksi dini Infeksi lanjut

(CD4>200/mm3) (CD4<200/mm3)
Sputum mikroskopis Sering positif Sering negatif
TB ekstra pulmonal Jarang Umum/ banyak
Mikobakterimia Tidak ada Ada
Tuberkulin Positif Negatif
Foto toraks Reaktivasi TB, kaviti Tipikal primer TB milier
di puncak / interstisial
Adenopati hilus/ Tidak ada Ada
mediastinum
Efusi pleura Tidak ada Ada

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 144
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

Pengobatan OAT pada TB-HIV:


- Pada dasarnya pengobatannya sama dengan pengobatan TB
tanpa HIV/AIDS.
- Prinsip pengobatan adalah menggunakan kombinasi beberapa
jenis obat dalam jumlah cukup dan dosis serta jangka waktu
yang tepa
- Pemberian tiasetazon pada pasien HIV/AIDS sangat berbahaya
karena akan menyebabkan efek toksik berat pada kulit
- Injeksi streptomisin hanya boleh diberikan jika tersedia alat
suntik sekali pakai yang steril.
- Desensitisasi obat (INH, rifampisin) tidak boleh dilakukan
karena mengakibatkan toksik yang serius pada hati
- Pada pasien TB dengan HIV/AIDS yang tidak memberi respons
terhadap pengobatan, selain dipikirkan terdapat resistensi
terhadap obat juga harus dipikirkan terdapatnya malabsorpsi
obat. Pada pasien HIV/AIDS terdapat korelasi antara
imunosupresi yang berat dengan derajat penyerapan, karenanya
dosis standar OAT yang diterima suboptimal sehingga
konsentrasi obat rendah dalam serum
- Saat pemberian obat pada koinfeksi TB-HIV harus
memperhatikan jumlah limfosit CD4 dan sesuai dengan
rekomendasi yang ada (seperti terlihat pada tabel 8)

Jumlah sel CD4 Rejimen yang Keterangan


dianjurkan
CD4 < 200/mm3 Mulai terapi TB Dianjurkan ART:

Mulai ART segera EFV merupakan kontra indikasi untuk


setelah terapi TB ibu hamil atau perempuan usia subur
dapat ditoleransi tanpa kontrasepsi efektif.
(antara 2 minggu
hingga 2 bulan) EFV dapat diganti dengan:

Paduan yang - SQV/RTV 400/400 mg 2


mengandung
EFVb,c.d

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 145
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

kali sehari

- SQV/ r 1600/200 4 kali

sehari (dalam formula soft

gel-sgc) atau

- LPV/RTV 400/400 mg 2

kali sehari

ABC
CD4 200- Mulai terapi TB Pertimbangan ART
350/mm3
- Mulai salah satu paduan di bawah
ini setelah selesai fase intensif
(mulai lebih dini dan bila penyakit
berat):

Paduan yang mengandung EFV:b

(AZT atau d4T) + 3TC + EFV (600


atau 800 mg/hari) atau

- Paduan yang mengandung NVP


bila paduan TB fase lanjutan tidak
menggunakan rifampisin (AZT atau
d4T) + 3TC+NVP
CD4>350 mm3 Mulai terapi TB Tunda ART
CD4 tidak Mulai terapi TB Perimbangan ART
mungkin
diperiksa
Keterangan:
a. Saat mengawali ART harus didasarkan atas pertimbangan
klinis sehubungan dengan adanya tanda lain dari
imunodefisiensi. Untuk TB ekstraparu, ART harus diberikan
secepatnya setelah terapi TB dapat ditoleransi, tanpa
memandang CD4
b. Sebagai alternatif untuk EFV adalah: SQV/r (400/400 mg 2
kali sehari atau cgc 1600/200 1 kali sehari), LPV/r (400/400
mg 2 kali sehari) dan ABC (300 mg 2 kali sehari)
c. NVP (200 mg sehari selama 2 minggu diikuti dengan 200 mg
2 kali sehari) sebagai pengganti EFV bila tidak ada pilihan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 146
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

lain. Rejimen yang mengandung NVP adalah d4T/3TC/NVP


atau ZDV/3TC/NVP
d. Paduan yang mengandung EFV adalah d4T/3TC/EFV dan
ZDV / 3TC / EFV
e. Kecuali pada HIV stadium IV, mulai ART setelah terapi TB
selesai
f. Bila tidak ada tanda lain dari imunodefisiensi dan penderita
menunjukkan perbaikan setelah pemberian terapi TB, ART
diberikan setelah terapi TB diselesaikan
Interaksi obat TB dengan ARV (Anti Retrovirus)
- Pemakaian obat HIV/AIDS misalnya zidovudin akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya efek toksik OAT
- Tidak ada interaksi bermakna antara OAT dengan ARV
golongan nukleosida, kecuali Didanosin (ddI) yang harus
diberikan selang 1 jam dengan OAT karena bersifat sebagai
buffer antasida
- Interaksi dengan OAT terutama terjadi dengan ART
golongan nonnukleotida dan inhibitor protease. Rifampisin
jangan diberikan bersama dengan nelfinavir karena
rifampisin dapat menurunkan kadar nelfinavir sampai 82%.
Rifampisin dapat menurunkan kadar nevirapin sampai 37%,
tetapi sampai saat ini belum ada peningkatan dosis nevirapin
yang direkomendasikan

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 147
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Jenis ARV
Golongan Obat Dosis
Nukleosida RTI (NsRTI)

· Abakavir (ABC) 300 mg 2x/hari atau 400 mg 1x/hari

· Didanosin (ddl) 250 mg 1x/hari (BB<60 Kg)

· Lamivudin (3TC) 150 mg 2x/hari atau 300 mg 1x/hari

· Stavudin (d4T) 40 mg 2x/hari (30 mg 2x/hari bila BB<60


Kg)
· Zidovudin (ZDV)
300 mg 2x/hari
Nukleotida RTI

· TDF 300 mg 1x/hari


Non nukleosid RTI (NNRTI)

· Efavirenz (EFV) 600 mg 1x/hari

· Nevirapine (NVP) 200 mg 1x/hari untuk 14 hari kemudian 200


mg 2x/hari
Protease inhibitor (PI)

· Indinavir/ritonavir (IDV/r) 800 mg/100 mg 2x/hari

· Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 400 mg/100 mg 2x/hari

· Nelfinavir (NFV) 1250 mg 2x/hari

· Saquinavir/ritonavir 1000mg/ 100 mg 2x/hari atau 1600 mg/200


(SQV/r) mg 1x/hari

· Ritonavir (RTV/r) Kapsul 100 mg, larutan oral 400 mg/5 ml.

TB PARU PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI


 Obat antituberkulosis harus tetap diberikan kecuali streptomisin,
karena efek samping streptomisin pada gangguan pendengaran
janin
 Pada pasien TB yang menyusui, OAT dan ASI tetap dapat
diberikan, walaupun beberapa OAT dapat masuk ke dalam ASI,
akan tetetapi konsentrasinya kecil dan tidak menyebabkan toksik
pada bayi
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 148
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Pada perempuan usia produktif yang mendapat pengobatan TB


dengan rifampisin, dianjurkan untuk tidak menggunakan
kontrasepsi hormonal, karena dapat terjadi interaksi obat yang
menyebabkan efektiviti obat kontrasepsi hormonal berkurang.
 Tidak ada indikasi pengguguran pada pasien TB dengan kehamilan

TB PARU PADA GAGAL GINJAL


 Jangan menggunakan streptomisin, kanamisin dan kapreomisin
 Sebaiknya hindari penggunaan etambutol, karena waktu paruhnya
memanjang dan terjadi akumulasi etambutol. Dalam keadaan
sangat diperlukan, etambutol dapat diberikan dengan pengawasan
kreatinin
 Sedapat mungkin dosis disesuaikan dengan faal ginjal (CCT,
ureum, kreatinin)
 Rujuk ke ahli Paru

TB PARU DENGAN KELAINAN HATI


 Bila ada kecurigaan penyakit hati, dianjurkan pemeriksaan faal hati
sebelum pengobatan
 Pada kelainan hati, pirazinamid tidak boleh diberikan
 Paduan obat yang dianjurkan (rekomendasi WHO) ialah 2 SHRE/6
RH atau 2 SHE/10 HE
 Pada pasien hepatitis akut dan atau klinis ikterik , sebaiknya OAT
ditunda sampai hepatitis akutnya mengalami penyembuhan. Pada
keadaan sangat diperlukan dapat diberikan S dan E maksimal 3
bulan sampai hepatitis menyembuh dan dilanjutkan dengan 6 RH
 Sebaiknya rujuk ke dokter spesialis paru

HEPATITIS IMBAS OBAT

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 149
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

 Adalah kelainan fungsi hati akibat penggunaan obat-obat


hepatotoksik (drug induced hepatitis)
 Penatalaksanaan
- Bila klinis (+) (Ikterik [+], gejala mual, muntah [+]) ® OAT
Stop
- Bila gejala (+) dan SGOT, SGPT > 3 kali,: OAT stop
- Bila gejal klinis (-), Laboratorium terdapat kelainan:
Bilirubin > 2 ® OAT Stop
SGOT, SGPT > 5 kali : OAT stop
SGOT, SGPT > 3 kali ® teruskan pengobatan, dengan
pengawasan
 Paduan OAT yang dianjurkan :
- Stop OAT yang bersifat hepatotoksik (RHZ)
- Setelah itu, monitor klinis dan laboratorium. Bila klinis dan
laboratorium kembali normal (bilirubin, SGOT, SGPT), maka
tambahkan H (INH) desensitisasi sampai dengan dosis penuh
(300 mg). Selama itu perhatikan klinis dan periksa
laboratorium saat INH dosis penuh , bila klinis dan
laboratorium kembali normal, tambahkan rifampisin,
desensitisasi sampai dengan dosis penuh (sesuai berat badan).
Sehingga paduan obat menjadi RHES
- Pirazinamid tidak boleh diberikan lagi

TUBERKULOSIS PADA ORGAN LAIN


 Paduan OAT untuk pengobatan tuberkulosis di berbagai organ
tubuh sama dengan TB paru menurut ATS, misalnya pengobatan
untuk TB tulang, TB sendi dan TB kelenjar lama pengobatan OAT
dapat diberikan 9 – 12 bulan. Paduan OAT yang diberikan adalah :
2RHZE / 7-10 RH.
 Pemberian kortikosteroid pada perikarditis TB untuk menurunkan
kebutuhan intervensi operasi dan menurunkan kematian, pada
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 150
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

meningitis TB untuk menurunkan gejala sisa neurologis. Dosis


yang dianjurkan ialah 0,5 mg/kgBB/ hari selama 3-6 minggu.

I. Komplikasi
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik
sebelum pengobatan atau dalam masa pengobatan maupun setelah
selesai pengobatan.
Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah :
- Batuk darah
- Pneumotoraks
- Luluh paru
- Gagal napas
- Gagal jantung
- Efusi pleura

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 151
LAPORAN KEGIATAN DI PUSKESMAS HELVETIA

BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan
1. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai manfaat pemberian ASI Ekslusif.
2. Kurangnya kesadaran pasien tentang pentingnya menjaga kesehatan
lingkungan dan PSN.
3. Masyarakat Puskesmas Helvetia masih kurang memahami tentang
penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di lingkungan rumah
tangga.
4. Masyarakat Puskesmas Helvetia masih memiliki pengetahuan yang
kurang tentang penyakit TB paru dan bagaimana etika batuk yang benar.
7.2. Saran
1. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada ibu tentang
ASI Ekslusif.
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya PSN dan
memotivasi masyarakat untuk rutin melakukan kegiatan PSN.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) terutama di lingkungan rumah tangga.
4. Puskesmas selaku pelayanan pertama kesehatan pada masyarakat dapat
meningkatkan upaya promosi kesehatan dan upaya pencegahan TB paru
yang menyeluruh pada suatu kelompok masyarakat dengan cara
mengontrol dan memonitoring alamat kasus, sehingga dapat dengan
mudah mengetahui daerah rawaan.

KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM
28 MEI2018-21 JUNI 2018 152

Вам также может понравиться