Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SUMMARY : A research about "Analysis of Methyl Ester Additional Effect from Waste Cooking Oil
(WCO) into Diesel Oil to Improve the Quality Of Biodiesel " has been done. Methyl ester was produced
from an esterification reaction with montmorillonite carbon sulphonate as a catalyst at 80 °C for 2 hours. The
identification of free fatty acids contained in the waste cooking oil was tested with GC-MS which indicated
the main acid was Oleic acid (unsaturated fatty acids) with acid content of 43.51% at 42.302 and supported
by test data with FT-IR showed presence of ester group at wavelength 1165.00 cm-1. To know the optimum
condition of the mixture, the addition of methyl ester into the diesel oil with variation of B5, B10, B15 and
B20 by comparison (v/v). Characterization used ASTM method (American Standard Test Methode). The
parameters tested include water content, density, distillation, viscosity, colour, pour point and cetane index.
The results showed that the fatty acid content in waste cooking oil averaged 36.94%, while the fatty acid
content of methyl ester was 5.938%. The result of esterification conversion from waste cooking oil with
montmorillonite carbon sulphonate catalyst gain 83.95% and it higher than the conversion using palm oil
with catalyst TiO / montmorilonite as 74.02%. The optimum conditions of the mixture of methyl ester and
diesel are found in the B20 mixture composition with water content (303ppm), density (0.8615 Kg / L),
distillate volume (95mL), viscosity (4.613 cSt), pour point (2oC), color ( 1.5 scale of observation) and cetane
index (51.2). B20 meets the specifications of all test parameters and has improved the quality of biodiesel
oil.
Keywords : Waste Cooking Oil, Montmorillonite Carbon Sulphonate, Methyl Ester, Biodiesel
Ringkasan: Telah dilakukan penelitian tentang “Analisis Pengaruh Penambahan Methyl Ester dari Minyak
Jelantah ke dalam Solar Untuk Meningkatkan Kualitas Bahan Bakar Biodiesel” . Metil ester dihasilkan dari
proses esterifikasi menggunakan katalis montmorilonit karbon sulfonat pada suhu 80 oC selama 2 jam.
Identifikasi kandungan asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak jelantah diuji dengan GC-MS
yang menandakan bahwa asam yang berperan yaitu asam Oleat (asam lemak tak jenuh) dengan kadar asam
43,51% pada waktu 42,302 dan didukung oleh data pengujian dengan FT-IR menunjukkan keberadaan gugus
ester pada panjang gelombang 1165,00 cm-1. Untuk mengetahui kondisi optimum campuran dilakukan
penambahan metil ester ke dalam solar dengan variasi B5, B10, B15 dan B20 dengan perbandingan (v/v).
Karakterisasi yang dilakukan menggunakan metode ASTM (American Standard Test Methode). Parameter
yang diuji meliputi kandungan air, densitas, destilasi, viskositas, warna, titik tuang dan indeks setana. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar asam lemak pada minyak jelantah rata-rata sebesar 36,94%, sedangkan
kadar asam lemak metil ester sebesar 5,938%. Hasil konversi esterifikasi dari minyak jelantah dengan katalis
montmorilonit karbon sulfonat menghasilkan nilai 83,95%, lebih tinggi dibandingkan konversi menggunakan
minyak kelapa sawit dengan katalis TiO/montmorilonit sebesar 74,02%. Kondisi optimum campuran metil
ester dan solar terdapat pada komposisi campuran B20 yaitu dengan kandungan air (303ppm), densitas
(0,8615 Kg/L), volume destilat (95mL), viskositas (4,613 cSt), titik tuang (2oC), warna (1,5 skala
pengamatan) dan indeks setana (51,2). B20 memenuhi spesifikasi dari semua parameter uji yang dilakukan
dan telah meningkatkan kualitas dari bahan bakar biodiesel.
Kata kunci : Minyak Jelantah, Montmorillonit Karbon Sulfonat, Metil Ester, Biodiesel
2.3.2.2 Analisis Kadar Asam Lemak Bebas 2.3.2.5 Analisis Kadar Asam Lemak Bebas
Awal (FFA) dalam Minyak Jelantah (FFA) Metil Ester Berdasarkan SNI
Berdasarkan SNI 01-2901-2015 01-2901-2015
Sebanyak 2,5 mL minyak jelantah Sebanyak 2,5 mL minyak jelantah
ditambahkan dengan metanol 10 mL, diaduk ditambahkan dengan metanol 10 mL, diaduk
dan dipanaskan pada suhu 60 oC sampai larut sampai larut sempurna. Larutan lemak
sempurna. Larutan lemak diteteskan dengan diteteskan dengan indikator Phenolftalein dan
indikator Phenolftalein dan dititrasi dengan dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai
NaOH 0,1 N sampai menghasilkan warna menghasilkan warna merah muda pada titik
merah muda pada titik akhir. akhir. Kadar asam lemak bebas dengan rumus
Kadar asam lemak bebas dengan rumus: (3.1) (Haryana, 2018).
akan terbaca oleh alat dan diteruskan di ketika mL recovery dan end point saat
monitor dalam satuan ppm. temperatur pemanasan tinggi dan seketika
turun.
2.3.5.2 Pengujian Berat Jenis (Density) /
ASTM D-1298 2.3.5.4 Pengujian Viskositas (Viscosity)/
Berat jenis adalah perbandingan ASTM D-445
antara berat persatuan volume minyak Sampel dimasukkan ke dalam
solar. Berat jenis suatu minyak solar viskometer lalu dimasukkan dalam waterbath.
mempunyai satuan kilogram per meter kubik Garis atas pada viskometer diatur agar garis
(kg/m3). Karakteristik ini sangat berhubungan berada 3 cm dibawah permukaan air dalam
erat dengan nilai panas kalor dan waterbath, kemudian ditutup dengan karet dan
daya yang dihasilkan oleh mesin diesel dibiarkan selama 1 jam. Tutup kemudian
persatuan bahan bakar yang digunakan. dibuka dan sampel dibiarkan mengalir. Waktu
Densitas yang disarankan untuk minyak solar alir sampel dicatat dari garis pertama hingga
berdasarkan Masdent Point Refinery untuk garis kedua dalam satuan detik. Jika waktu
tahun 2000 yaitu 826-859 km/m3. Nilai mengalir kurang dari 200 detik, maka
densitas biodiesel lebih besar dibandingkan penentuan diulang dengan menggunakan
dengan densitas minyak solar. Hal tersebut viskometer yang mempunyai faktor lebih
berdampak pada kenaikan densitas dari kecil.
biosolar jika formulasi campuran dilakukan Rumus Viskositas :
dengan memperbanyak komposisi biodiesel. KV = F x t ...................(3.3)
Nilai densitas biodiesel bergantung
pada komposisi asam lemak dan Keterangan:
kemurniannya. Densitas meningkat dengan KV = Viskositas Kinematika
menurunnya rantai panjang dengan F = Faktor viskometer yang digunakan
meningkatnya jumlah ikatan rangkap. Hal lain t = Waktu mengalir contoh
yang menyebabkan densitas semakin besar
adalah semakin tingginya suhu reaksi dan 2.3.5.5 Pengujian Warna (Colour)/ ASTM
semakin besarnya konsentrasi katalis basa D-1500
dikarenakan penggunaan suhu tinggi dan Sampel dimasukkan test jar sampai
katalis yang transesterifikasi akan sampai tanda tera, kemudian ukur warna
meningkatkan reaksi penyabunan sehingga menggunakan alat colour comparator atur
zat-zat pengotor berlebih pada reaksi seperti skala yang ada yang memiliki warna yang
sabun, kalium dan gliserol yang terbentuk sesuai dengan pengamatan visual (skala 0,5)
menyebabkan densitas biodiesel menjadi lebih cocokkan dengan warna standard yang
besar. Begitu pun sebaliknya. Di sisi lain, terdapat didalam tube lainnya yang
densitas dapat dikurangi oleh keberadaan didalamnya terdapat blanko yang berupa white
kontaminan seperti metanol (Gerpen et al., oil.
2004).
2.3.5.6 Pengujian Titik Tuang (Pour Point)/
2.3.5.3 Pengujian Destilasi (Destilation)/ ASTM D-97
ASTM D-86 Campuran masing-masing sampel
Sebanyak 100 mL sampel dimasukkan dituangkan ke dalam gelas uji pour point
ke dalam labu destilasi kemudian ditentukan sampai batas garis lalu dipasang tutup karet
IBP (initial boiling poit ) pada suhu 40-60 oC. yang ada termometernya kemudian
Saat tetesan pertama yang keluar menetes pada dimasukkan ke dalam alat pour Point ASTM
gelas beker kemudian dicatat suhu tiap volume D97 dengan temperatur 18 oC. Tiap
10%, 20%, 30% s/d FBP (final boiling point) penurunan suhu 3oC sampel diamati sampai
dan menentukan % residu dan %loss nya saat sampel tepat beku dan tidak dapat
mengalir dicatat sebagai temperatur pour T90 = Temperatur (oC) pada 90% recovery,
point. yang ditentukan dengan metode
ASTM D86
T90N = T90 – 310
2.3.5.7 Pengujian Indeks Setana( Cetane
Index)/ ASTM D-4737 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian ini bertujuan untuk melihat Pada penelitian ini dilakukan pembuatan
kualitas mutu penyalaan dalam suatu bahan metil ester dari minyak jelantah dengan
bakar. Index cetane merupakan perkiraan menggunakan katalis montmorilonit karbon
matematis dari cetane number dengan basis sulfonat dari gula tebu melalui proses
suhu, destilasi, dan densitas sesuai dengan esterifikasi. Metil ester yang dihasilkan,
ASTM yang digunakan. Bilangan cetane dicampur ke dalam minyak solar dengan
bahan bakar adalah persen volume dari cetane variasi campuran B0, B5, B10, B15 dan B20,
dalam campuran cetane dan alpha-metyl kemudian diuji karakterisasinya dengan
naphthalene yang mempunyai mutu penyalaan parameter uji kandungan air, densitas,
yang sama dengan bahan bakar yang diuji. destilasi, viskositas, titik tuang, warna dan
Sampel masing-masing diukur nilai indeks setana berdasarkan American Standard
densitasnya dengan menggunakan ASTM Test Methode (ASTM). Pengujian tersebut
D4052-96 dan didistilasi dengan juga dilakukan terhadap solar dan biosolar
menggunakan ASTM D86. Hasil tersebut untuk melihat pengaruh penambahan metil
kemudian dianalisis indeks setana dengan ester tersebut di dalam solar setelah dibuat
mengunakan panduan dari ASTM D 4737. campuran biosolar. Setelah itu ditentukan
Dengan rumus: kondisi optimum dari campuran yang
CCI = 45.2 + (0.0892)(T10N) + [0.131 memenuhi spesifikasi minyak solar untuk
+ (0.901)(B)][T50N] bahan bakar diesel.
+ [0.0523 – (0.420)(B)] [T90N]
+ (0.00049)[ (T10N)2 3.1 Kadar Asam Lemak Bebas dalam
– (T90N)2] + (107)(B) + Minyak Jelantah
(60)(B)2 Minyak goreng merupakan salah satu
.....................(3.4) minyak yang berasal dari lemak tumbuhan
atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk
Keterangan : cair pada suhu kamar. Minyak goreng yang
Dimana : telah digunakan lebih dari dua kali pemanasan
akan mengalami penurunan kualitas sehingga
CCI = Calculated Cetane Index by Four
disebut minyak jelantah. Namun demikian,
Variable Equation minyak jelantah tetap merupakan triester
D = Density at 15oC, yang ditentukan gliserol dari asam lemak jenuh dan tidak jenuh
dengan metode ASTM D1298 (Ketaren, 1996).
DN = D – 0,85 Berdasarkan hasil analisis asam lemak
B = [ e(-3,5)(DN) ] – 1 bebas dalam minyak jelantah (SNI 01-2901-
2015) dari salah satu kantin FMIPA UNSRI
T10 = Temperatur (oC) pada 10% recovery,
didapatkan hasil pengukuran dengan
yang ditentukan dengan metode
perhitungan Yang menunjukkan bahwa kadar
ASTM D86
asam lemak bebas dalam minyak jelantah rata-
T10N = T10 – 215
rata sebesar 36,94%. Terdapat perbedaan
T50 = Temperatur (oC) pada 50% recovery, kadar FFA pada minyak jelantah dari sebelum
yang ditentukan dengan metode esterifikasi sebesar 36,94 dan setelah proses
ASTM D86 esterifikasi yaitu sebesar 5,938. Hal ini
T50N = T50 – 260 menunjukkan bahwa asam lemak bebas dari
Mass Spectrometry (GC-MS) (Haryana, 2018). 1 3471,87 -OH (asam 1458,18 C=C alkena
Kromatogram yang diperoleh menunjukan lemak)
adanya enam puncak dengan waktu retensi 2 1743,65 C=O 1743,65 C=O
(karbonil) (karbonil)
(tR) dan kadar asam lemak (%) seperti pada
Tabel 3. Berdasarkan data tersebut diduga 3 2924,09 -C-H sp3 2924,09 -C-H sp3
biodiesel hasil sintesis ini mengandung lima 4 1234,44 C-C alkane 1234,44 C-C alkana
senyawa, dengan kelimpahan yang paling 5 1165,00 C-O asam 1165,00 C-O ester
tinggi dimiliki oleh puncak 5. Tiap puncak karboksilat
hasil GC, dianalisis dengan MS dan 6 1458,18 -H asam 3000 =C-H sp2
dibandingkan dengan data base yang ada. karboksilat
Hasil spektrum GC-MS.
Sumber: (Haryana, 2018).
Tabel 3. Kadar Asam Lemak dari Metil Ester
3.4 Karakteristik Campuran Metil Ester
Minyak Jelantah
Kadar Waktu dan Solar (Biosolar)
No Asam Lemak
Rumus
kejenuhan
Asam retensi 3.4.1 Pengaruh Komposisi Campuran
Molekul Lemak
(%) Terhadap Kandungan Air
1 Asam C16H32O2 Asam lemak 0,64 34,327 Pengukuran kandungan air bertujuan
Pentadekanoat jenuh
untuk mengetahui berapa besar air yang
2 Asam Palmitat C17H34O2 Asam lemak 39,75 38,763
jenuh terkandung di dalam bahan bakar. Kebanyakan
3 Asam Asam lemak 11,37 42,161 mesin diesel terbuat dari bahan yang
Hidropropen jenuh
mengandung unsur logam atau bahan yang
4 Asam Oleat C18H34O2 Asam lemak 43,51 42,302
tak jenuh bersifat korosi dalam ruang pembakaran.
5 Asam Stearat C19H38O2 Asam lemak 4,14 42,789 Kandungan air yang terdapat dalam bahan
jenuh bakar juga dapat membentuk endapan serta
(Sumber: Haryana, 2018). memicu pertumbuhan mikroorganisme yang
Hasil analisis pada minyak jelantah dapat menyumbat aliran dalam mesin
didapatkan hasil bahwa minyak jelantah pembakaran. Semakin rendah kandungan air
memiliki 5 asam lemak yang berbeda. Asam pada bahan bakar maka kualitasnya semakin
oleat merupakan asam lemak yang kadarnya baik karena semakin rendah aktivitas
paling tinggi dalam minyak jelantah, mikrobiologi yang dapat mengakibatkan
konsentrasi asam oleat sebesar 43,51 % yang korosi pada mesin karena air merupakan salah
muncul pada waktu retensi yaitu 42,302 satu katalisator yang mempercepat terjadinya
menit. Asam oleat memiliki rumus molekul korosi. Pengaruh kadar air terhadap campuran
yaitu C18H34O2, dan asam ini tersusun dari dapat dilihat pada Gambar 1:
19 atom C dengan satu ikatan rangkap di
antara atom C ke-9 dan ke-10. Asam lemak ini
pada suhu ruang berupa cairan kental dengan
warna kuning pucat atau kuning kecokletan
(Haryana, 2018).
Menurut penelitian Haryana (2018),
gugus ester terbaca pada bilangan gelombang
1165,00 cm-1 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan FT-IR dari minyak
jelantah dan hasil ester
Minyak Jelantah Hasil Ester
No Panjang Panjang
Gelombang Gelombang
Keterangan Keterangan
bakar tidak dapat dialirkan ke ruang bakar dapat disemprotkan ke ruang bakar mesin
mesin artinya tidak ada pembakaran di dalam artinya tidak ada pembakaran di dalam mesin
mesin yang dapat menghasilkan panas untuk yang dapat menghasilkan panas untuk diubah
diubah menjadi energi gerak oleh piston. Besar menjadi energi gerak oleh piston. Besar
kecilnya titik tuang dipengaruhi oleh jenis dari kecilnya titik tuang dipengaruhi oleh jenis dari
minyak, serta kandungan atau komponen- minyak, serta kandungan atau komponen-
komponen yang ada dalam minyak. Selain itu komponen yang ada dalam minyak.
densitas, viskositas dan kelarutan gas dalam
minyak ikut berpengaruh juga. Apabila 3.4.7 Pengaruh Komposisi Campuran
viskositas dan densitas minyak tinggi, maka Terhadap Indeks Setana
titik beku semakin kecil. Pengaruh komposisi Pengukuran indeks setana dilakukan
terhadap titik tuang dapat dilihat pada Gambar untuk mengetahui kualitas penyalaan pada
6 di bawah ini: bahan bakar solar. Mutu penyalaan bahan
bakar diukur dengan indeks setana. Mesin
diesel memerlukan bilangan setana sekitar 50.
Bilangan setana bahan bakar adalah persen
volume dari setana dan alpha- methyl naftalen.
Setana mempunyai mutu penyalaan yang
sangat baik dan alpha- methyl naftalen
mempunyai mutu penyalaan yang buruk.
Bilangan setana 48 pada solar menandakan
campuran mengandung 48% setana dan 52%
alpha- methyl naftalen (Darmanto, 2006).
Semakin tinggi nilai indeks setana dari suatu
bahan bakar diesel maka semakin baik sifat
pembakarannya. Indeks setana ini diperlukan
untuk mencegah terjadinya suara ketukan
Gambar 6. Grafik Pengaruh Komposisi (knocking) di dalam mesin. Nilai indeks setana
Campuran Terhadap Titik Tuang diperoleh dari hasil perhitungan data densitas
Dari hasil penelitian Gambar 8. yang serta temperatur destilasi pada 10%, 50% dan
didapatkan bahwa titik tuang metil ester cukup 90% volume recovery (dengan persamaan 3.4),
tinggi hanya bertahan pada suhu 6oC menggunakan metode pada ASTM D-613.
sedangkan sampel solar bertahan pada suhu Hasil analisa indeks setana untuk setiap variasi
0oC lebih rendah daripada titik tuang metil campuran dapat dilihat pada Gambar 7
ester murni yaitu diatas 0oC (Lampiran 14). berikut:
Sehingga pada campuran B5-B20 titik
tuangnya berada pada range memenuhi
standar ASTM sesuai spesifikasi bahan bakar
yaitu (-3) sampai 2 oC. pada sampel B5 dan
B10 titik tuang mencapai temperatur rendah
yaitu -3oC dan -1oC melebihi titik tuang solar
murni sedangkan pada campuran B15 titik
tuangnya sama dengan titik tuang solar murni
yaitu 0oC menandakan bahwa komposisi B0
dan B15 hampir sama pada parameter
pengujian titik tuang. Pada campuran B20 titik
tuangnya mendekati titik tuang metil ester
murni dikarenakan volume metil ester yang
terkandung lebih banyak pada B20. Jika bahan Gambar 7. Grafik Pengaruh Komposisi
bakar tidak dapat mengalir, bahan bakar tidak Campuran Terhadap Indeks Setana
spesifikasi dari semua parameter uji yang ASTM D-445. Standard Test Method for Viscosity
dilakukan dan memiliki indeks setana by Viskometer @60/60oF
tertinggi, semakin tinggi nilai indeks setana ASTM D 86. Standard Test Method for
maka kualitas pembakaran semakin baik. Distillation of Petroleum Products.
ASTM D1500. Standard Test Methods for Colour
by Karl Fischery
4.2 SARAN Balogh, M and Laszlo, P. 1993. Organic
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Chemistry Using Clays. Berlin: Springer-
mengenai metil ester dari minyak jelantah Verlag. 149-154.
dengan katalis montmorilonit karbon sulfonat Bozbas. 2005. Bahan Bakar Nabati Bahan Bakar
menggunakan metode uji yang berbeda sesuai Alternatif Dari Tumbuhan Sebagai Pengganti
standar spesifikasi bahan bakar minyak jenis Minyak Bumi Dan Gas.
solar dengan variasi komposisi campuran yang Canacki, M and Gerpen, J.V. 1999. Biodiesel
lebih beragam. Production Via Acid Catalysis
UCAPAN TERIMAKASIH Transesterification. ASAE, Volume 42; 1203-
Penulis mengucapkan terima kasih 1210.
kepada Dr. Hasanudin, M.Si dan Fahma Chairil, A. 2010. Biodiesel Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Menghadapi Perubahan Iklim.
Riyanti, M.Si yang telah berperan dalam
Jurnal Ilmiah dan Teknologi. 2(1):14-23.
membantu dan membimbing penulis dalam Darmanto, S dan Sigit, I. 2006. Analisa Biodiesel
penelitian ini. Minyak Kelapa Sebagai Bahan Bakar
Alternatif Minyak Diesel. Jurnal Unimus. 04
DAFTAR PUSTAKA (05).
Dirjen Migas. 2016. No. 28. K/10/DJM.T/2016.
Arita, S. 2008. PembuatanMetil Ester Asam Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar
Lemakdari CPO Off Grade dengan Metode Minyak Jenis Solar 48.
Esterifikasi, Transesterifikasi. Jurnal Teknik. Elisabeth, J dan Haryati, T., 2001, Biodiesel Sawit:
4 (2) : 20. Bahan Bakar Alternatif Ramah Lingkungan,
Authority, A. 2014. Pengaruh Komposit Glukosa- Warta Penelitian dan Pengembangan
Montmorillonit Terhadap Sifat Katalis Pertanian, 23 (3).
Komposit Montmorillonit Sulfonat. Skripsi. Ferdinand, R. 2014. Pengaruh Komposisi
Fakultas Matemaatika dan ILMU Montmorilonit dan Gula Tebu Terhadap Sifat
Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya. Katalis Komposit Montmorilonit-Karbon
Indralaya Sulfonat. Skripsi. Universitas Sriwijaya:
Aziz.I.,Siti.N, Badrul,U. 2011. Esterifikasi Asam Indralaya.
Lemak Bebas dari Minyak Goreng Bekas. Fessenden, J. R dan Fessenden, S. J. 1995. Kimia
Program Studi Kimia Fst Uin Syarif Organik. Erlangga : Jakarta.
Hidayatullah Jakarta. Jurnal Valensi Garpen, V. J., Shanks, B and Pruzsko, R. 2004.
02(2):384‐ 388. Biodiesel Production Technology, National
ASTM D97 Standard Test Method For Pour Point Renewable Energy Laboratory, Colorado.
of Petroleum Products Pour Point of Hadiguna, R.A., Machfud, E., Suryani A dan
Petroleum Products. Yandra. 2015. Manajemen Rantai Pasok
ASTM D6304 Standard Test Method For Minyak Sawit Mentah, Journal Logistics and
Determination of Water in Petroleum Supply Chain Management 2(1): 12-23.
Products, Lubricating Oils, and Additives by Haryanto, 2002. Biodiesel dari Minyak Goreng
Coulometric Karl Fischer Titration Bekas. Fluida Jurnal Sains dan Teknologi.
ASTM D1298 Standard Test Method For Density, Polban:Bandung.
Relative Density (Specific Gravity), or API Hani, L. 2017. Optimasi Esterifikasi Asam Lemak
Gravity of Crude Petroleum and Liquid Bebas dari Limbah Cair Minyak Kelapa
Petroleum Products by Hydrometer Method. dengan Katalis Komposit Montmorilonit-
ASTM D4737. Standard Test Method for Karbon Sulfonat dari Gula Tebu. Skripsi.
Calculated Cetane Index by Four Variable Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Equation. Alam. Universitas Sriwijaya: Indralaya.