Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB V

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Nama : Effendy Wijaya NPM : 240210080117


5.1. Hasil Pengamatan dan pembahasan
Titrasi Asam Basa (asidimetri - alkalimetri) :
Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi asam basa, dimana jumlah
asam yang mengandung 1 mol H+ akan selalu bereaksi secara sempurna dengan
jumlah basa yang mengandung 1 mol OH-. Titik dalam titrasi dimana jumlah
asam dan basa berada dalam jumlah yang sama dan disebut titik ekuivalen.
Penentuan konsentrasi larutan asam melalui perhitungan volume titrasi larutan
basa dan garam dari asam lemah dengan larutan baku asam disebut asidimetri.
Dalam hal ini jumlah asam yang tepat ekivalen ditentukan dengan jumlah
basa yang ada. Penentuan konsentrasi larutan basa melalui perhitungan volume
titrasi larutan asam dan garam dari basa lemah dengan larutan baku basa disebut
alkalimetri. Jumlah basa yang tepat ekuivalen secara kimia ditentukan dengan
jumlah asam yang ada.
Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui
konsentrasinya. Terdapat dua jenis larutan baku, yaitu larutan baku primer dan
larutan baku sekunder.
Larutan baku primer adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat
konsentrasinya melalui metode gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui
perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat pereaksi
tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, AS2O3, NaCl,
asam oksalat, asam benzoat. Syarat-syarat larutan baku primer:
 mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika memungkinkan pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni.
 tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di
udara.
 zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
 sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar,
sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
 zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
 reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik
dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan
secara tepat dan mudah.
Larutan baku sekunder adalah suatu larutan dimana konsentrasinya
ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan larutan baku primer,
biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2. Syarat-
syarat larutan baku sekunder:
 derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
 mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
 larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

 Standarisasi HCl 0,1 N terhadap Na2C2O4 0,1 N


Volume Na2CO3 0,1 N Volume HCl 0,1 N
Kel 7 10 10
Kel 8 10 10,4
Kel 9 10 10
Rata - rata 10 10,13
V Na2CO3 . N Na2CO3 = V HCl . N HCl
10 . 0,1 = 10,13 . N
N = 0,0987 N
Standarisasi HCl terhadap Na2C2O4 menggunakan pewarna metil oranye
sebagai indikator kemudian dititrasi hingga didapatkan warna akhir merah.
Reaksi yang terjadi adalah antara garam dari asam lemah dengan asam
kuat sehingga menggunakan indikator metil oranye. pH pada titik ekuivalen
adalah 4–5. pH 1-2.
Reaksi yang terjadi adalah :
Na2C2O3 + 2HCl  2 NaCl + H2C2O3
Metil oranye berwarna merah pada suasana asam dan berwarna kuning
pada suasana basa. Reaksi tersebut berarti terjadi pada suasana asam sehingga
larutan berubah menjadi berwarna merah. Setelah itu ditentukan volume HCl
yang diteteskan kedalam reaksi untuk menentukan rata-rata volume dari larutan
yang dibuat. Setelah diketahui volume yang digunakan maka dapat ditentukan
normalitas HCl yang digunakan.

 Standarisasi H2C2O4 0,1 N terhadap NaOH 0,1 N


Volume H2C2O4 0,1 N Volume NaOH 0,1 N
Kel 10 10 11,6
Kel 11 10 7,7
Kel 12 10 10
Rata - rata 10 9,77
V H2C2O4 . N H2C2O4 = V NaOH . N NaOH
10 . 0,1 = 9,77 . N
N = 0,102354 N

Asam oksalat (H2C2O4 )


Reaksi ini berlangsung pada keadaan basa yang melibatkan asam lemah
dan basa kuat dimana digunakan indikator PP yang berwarna merah pada
suasana asam.
Reaksi yang terjadi adalah :
H2C2O4 + NaOH  Na2C2O4 + H2O
PP (fenolftalin) adalah indikator yang digunakan untuk menentukan reaksi
yang terjadi antara asam lemah dan basa kuat yang akan berwarna merah pada
suasana basa dan tidak berwarna pada suasana asam. Dari hasil pengamatan
diketahui bahwa reaksi tersebut terjadi pada suasana basa sehingga larutan
berubah menjadi warna merah. Setelah itu ditentukan volume NaOH yang
diteteskan dalam reaksi untuk menentukan rata- rata volume dari larutan yang
dibuat. Setelah diketahui volume, maka dapat ditentukan normalitas NaOH.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan
- Praktikum kali ini adalah mengenai titrasi asam basa.
- Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui
konsentrasinya. Terdapat dua jenis larutan baku, yaitu larutan baku primer dan
larutan baku sekunder.
- Standarisasi HCl terhadap Na2C2O4 menggunakan pewarna metil oranye
sebagai indikator kemudian dititrasi hingga didapatkan warna akhir merah.
- Reaksi ini berlangsung pada keadaan basa yang melibatkan asam lemah dan
basa kuat dimana digunakan indikator PP yang berwarna merah pada suasana
asam.

1.2. Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya, kegiatan praktikum, harus diperiksa
alat dan bahan praktikum sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.
Kebersihan ruangan juga harus dijaga sehingga kegiatan praktikum dapat berjalan
dengan baik. Selama kegiatan praktikum berlangsung harus diperhatikan bahwa
segala kegiatan praktikum harus dilakukan dekat dengan nyala api supaya kondisi
tetap steril.

Daftar Pustaka

Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Rajaki. 2009. Larutan Baku Primer dan Sekunder. Available online at :
http://rajaki.wordpress.com/2009/05/22/larutan-baku-primer-dan-sekunder/
[diakses pada tanggal 29 september 2009 pukul 23.00]

Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern.
Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta: Erlangga.

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Вам также может понравиться