Вы находитесь на странице: 1из 8

Bendungan Payudara, Infeksi Payudara

(Mastitis) dan Abses Payudara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Payudara
Payudara ( mammae,susu ) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, diatas otot dada,
dan fungsinya memproduksi susu untuk bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
payudara, dengan berat kira-kira 200 gr, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada
waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gr dan pada waktu menyusui bisa mencapai
800 gr.
Payudara atau mammae adalah struktur kulit yang dimodifikasi, berglandular pada
anterior thorax. Pada perempuan mengandung unsur untuk mensekresi susu
untuk nutrisi bayi. Anatomi payudara dibagi dalam struktur makroskopis dan mikroskopis.
1. Struktur makroskopis
a. corpus
corpus adalah bagian yang besar. Corpus terdiri dari jaringan parenkim dan stroma.
Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus
(duktulli), Lobus, Alveolus. Sedangkan bagian stroma dari payudara tersusun dari bagian-
bagian, jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah , saraf dan pembuluh limpa.
b. Areola
Areola adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami
pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna
merah muda pada wanita yang berkulit coklat, dan warna tersebut menjadi lebih gelap waktu
hamil.
c. Papilla Mammae
Papilla Mammae terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) keempat. Papilla
mamae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 cm, tersusun atas jaringan erktil
berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan Papilla Mammae
berlubang-lubang berupa ostium papillarrekecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer

2. Struktur Mikroskopis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jaringan
lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang
dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Setiap
lobus tersusun atas bangun sebagai berikut :
a. Alveoli
Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel
yang menyekresi air susu, disebut acini yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang
penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling alveolusterdapat sel-sel mioepitel yang
kadang disebut sel keranjang, apabila sel ini dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi
sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer.
b. Tubulus Lactifer
Tubulus Lactifer merupakan saluran kecil yang berhubungan dengn alveoli.
c. Ductus Lactifer
Ductus Lactifer adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.
d. Ampulla
Ampulla adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat
penyimpanan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.

B. Fisiologi Laktasi
Proses produksi, sekresi dan pengeluaran ASI dinamakan laktasi. Ketika bayi menghisap
payudara, hormon oksitosin membuat ASI mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu
menuju reservoir susu yang berlokasi di belakang areola, lalu ke dalam mulut bayi. Pengaruh
hormonal bekerja mulai dari bulan ketiga kehamilan, dimana tubuh wanita memproduksi
hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara.
Puting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap
keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang
penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos yang dapat
berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusui. Dengan cakupan bibir bayi yang menyeluruh
pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.
Pada ujung puting susu terdapar 15-20 muara lobus (duktus laktiferus), didalam lobus
terdapat 20-40 lubulus , didalam lubulus terdapat 10-100 buah alveoli, didalam alveoli terdapat
sel acinin yang mengandung ASI, masing masing alveoli dihubungkan duktus alveoli
kemudian membentuk alveolus, sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar minyak yang
mengeluarkan cairan agar puting tetap lunak dan lentur.

C. Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu
(Saifuddin, 2005).

D. Tujuan Masa Nifas


1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
2. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bendungan ASI, Infeksi Payudara (Mastitis) dan Abses Payudara.


Bendungan ASI menurut Pritchar (1999) adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna
atau karena kelainan pada puting susu (Buku Obstetri Williams).
Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan (Sarwono, 2005).
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara. Pada infeksi yang
berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses payudara (penimbunan nanah di dalam
payudara).
Abses payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat peradangan payudara kronik.
Dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting, dan
dermatitis yang mengenai puting.
Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi infeksi.
Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan sel-sel yang
terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi,
bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel darah putih akan mati. Sel
darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut.

B. Faktor Penyebab Bendungan ASI, Infeksi Payudara (Mastitis) dan Abses Payudara.
a. Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya
berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu & payudara tidak dikosongkan,
maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat
menimbulkan bendungan ASI.
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak
aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan
menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya
dan terjadi bendungan ASI.
4. Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat
menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5. Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak
dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya
ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
b. Infeksi Payudara ( Mastitis )
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang
kedalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit biasanya pada putting susu
normal (Staphylococcus aureus). Bakteri sering kali berasal dari mulut bayi dan akhirnya
masuk kedalam .
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu
1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun
dari saluran air susu yang terletak di bawah putting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air susu
oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih mudah
mengalami infeksi.

C. Perbedaan Tanda dan Gejala Bendungan ASI , Infeksi Payudara (Mastitis) dan Abses
Payudara.

Bendungan ASI Mastitis Abses Payudara


1. Nyeri payudara dan
1. Nyeri payudara 1. Nyeri payudara
tegang, kadang payudara 2. Benjolan pada payudara 2. Benjolan pada payudara
mengeras dan membesar.3. Pembengkakan pada
3. Jaringan payudara
2. Biasanya terjadi antara salah satu payudara membengkak dan teraba
hari 3-5 pasca persalinan4. Jaringan payudara hangat.
3. Biasanya bilateral muncul membengkak, nyeri bila 4. Nipple discharge (keluar
bertahap menyebabkan ditekan, kemerahan dan cairan dari putting susu,
demam dan tidak teraba hangat bisa mengandung nanah)
berhubungan dengan 5. Gatal-gatal
gejala sistemik. Payudara Pembesaran kelenjar
biasanya hangat saat getah bening ketiak pada
disentuh sisi yang sama

D. Pencegahan dan pengobatan agar tidak terjadi bendungan ASI, Infeksi Payudara dan
Abses Payudara.

a . Bendungan ASI
1. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek
2. Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap oleh bayi
3. Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
4. Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin
5. Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan pengurutan (masase)
payudara yang dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004)

b. Infeksi Payudara ( Mastitis ).


Ø Berikan antibiotika seperti : Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
atau Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
Ø Bantulah agar Ibu : Tetap meneteki, Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari
sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak dan nyeri
Ø Berikan paracetamol 500 mg per oral
Ø Evaluasi 3 hari

c. Abses payudara
Ø Berikan antibiotika : Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari
ATAU Eritromisim 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
Ø Drain abses
Anastesia umum di anjurkan
Lakukan insisi radial dari batas putting ke lateral untuk menghindari cedera atau duktus,
Gunakan sarung tangan steril, Tampon longgar dengan kassa, Lepaskan tampon 24 jam, ganti
dengan tampon kecil
Ø Jika masih banyak pus, tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya
Ø Yakinkan ibu untuk: Tetap meneteki meskipun masih keluar nanah, Gunakan kutang,
Kompres dingin selama 15-20 menit, 4 kali/hari sebelum meneteki untuk mengurangi bengkak
dan nyeri
Ø Berikan paracetamol 500 mg bila perlu
Ø Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau
ibuprofen). Kedua obat tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
Ø Evaluasi 3 hari

E. Patologi
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
1. Faktor hormon
2. Hisapan bayi
3. Pengosongan payudara
4. Cara menyusui
5. Faktor gizi
6. Kelainan pada puting susu

F. Patofisiologi

1. Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa panas, berat
dan keras, terlihat mengkilat kemerahan.
2. ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung membesar,
membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
3. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap ASI. Ibu
kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
4. Sesudah bayi lahir dan plasenta lahir kadar esterogan dan progesterone turam dalam 2-3 hari.
Dengan ini dari hipotalamus dan menghalangi prolactin waktu hamil, dan sangat dipengaruhi
esterohen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolactin oleh hipofisis.
Hormone ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamae terisi dengan air susu, tetapi
untuk mengeluarkan dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-selmioepitel yang
mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Reflek ini timbul bila bayi
menyusui, apabila bayi tidak menyusui dengan baik atau tidak dikosongkan maka terjadi
bendungan air susu.
Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran ASI)
akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan alveoli yang
berlebihan dan mengakibatkan selepitel yang memproduksi ASI menjadi datar dantertekan,
sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Beberapa komponen (terutama protein
kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk kedalam ASI dan selanjutnya kejaringan
sekitar sel sehingga memicu responsimun. Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan
jaringan memudahkan terjadinya infeksi.

G. Penatalaksanaan

1. Jika ibu menyusui

- Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-
lahan bergerak ke arah puting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
- Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan
payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh
semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif.

- Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi
belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
- Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit
beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan pemijatan
dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-
lahan turun ke arah puting susu. Kompres dingin pada payudara di antara waktu menyusui. Bila
diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam. Lakukan evaluasi setelah 3 hari
untuk mengevaluasi hasilnya.

2. Jika ibu tidak menyusui

Pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri, berikan parasetamol 500 mg per oral
setiap 4 jam, Jangan dipijat atau memakai kompres hangat pada payudara, lakukan evaluasi
setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya, gunakan bra yang menopang payudara, Kompres
dingin.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil untuk antisipasi.
1. BH yang cukup menyangga tetapi tidak ketat
2. Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
3. Kompres hangat pada area yang terkena
4. Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
5. Peningkatan asupan cairan
6. Istirahat
7. Membantu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stress dan keletihan dalam
kehidupannya
8. Suportif, pemeliharaan perawatan ibu

I. Terapi dan Pengobatan Menurut Prawirohardjo (2005) adalah:


1. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya
2. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care
3. Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan
Kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
4. Gunakan BH yang menopang
5. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan
Menurunkan panas.
Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa,
sehingga sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali
sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan
memungkinkan air susu dikeluarkan dengan pijatan.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau
oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan
aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. (Sarwono, 2005).
2. Penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah
terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untuk sakitnya
(analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga
sumbatan hilang. Kalau perlu berikan stilbestrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama
2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu
dikeluarkan dengan pijatan.

DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rusman. 2002. SinopsisObstetri. Jakarta : EGC
Wiknjosastro . 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBPSP
Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Pritchard: Maedonal; Bant. 1999. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University
Saifudin , Abdul Bari. 2005. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBPSP
http://kningsih.blogspot.com/2011/09/askeb-bendungan-asi-pada-masa-nifas-ibu.html
http://bundowidiafitri.blogspot.com
http://wiyantisetianingsih.blogspot.com/2013/04/makalah-dan-askeb-bendungan-asi.html

Вам также может понравиться