Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6) Lutut Ke Telinga
Dilakukan dengan cara meletakkan bayi pada posisi terlentang, dan saat memfiksasi paha
tetap pada tempat tidur, secara lembut tarik kaki menuju ketelinga, tetap pada sisi yang
sama, hingga didapat resistansi. Baik derajat ekstensi lutut dan kedekatan kaki ke telinga
perlu dikaji. Bila usia gestasi yang sangat kurang memperlihatkan peningkatan resistansi
pada gerakan ini. Jika bayi baru lahir sebelumnya dilakhirkan dengan posisi sungsang,
pengkajian ini harus ditunda hingga tungkai posisinya kembali lebih normal.
4. Pemberian salep eritromisin (Ilotycin) (atau obat tetes nitra perak) ke mata bayi.
Pemberian ini merupakan pengobatan profilaktik mata yang resmi, untu Neisseria
gonnarrhoea, yang dapat menginfeksi bayi baru lahir selama proses persalinan. Ilotycin
memiliki kegunaan untuk mengobati gonore dan klamidia, dan obat ini juga sedikit
mengiritasi mata bayi, iritasi ini dapat mengakibatkan peninkatan pembengkakan dan rabas.
5. Pemberian dosis profilaksis vitamin K. Vitamin K diberikan unuk mencegah perdarahan,
yang bisa muncuk karena kadar protrombin rendah pada beberapa hari pertama kehidupan
bayi.
6. Kaji kadar gula darah. Tetesan darah untuk sampel diambil dengan “heel stick” dan
tentukan kadar gula darah. Strip reagen oksidasi glukosa atau penganalisa oksidasi glukosa
atau penganalisa oksidasi glokosa seharusnya didapati sebesar ˃40mg/dL; nilai˂40 mg/dL
memerlukan tindak lanjut dengan penggunaan sampel darah yang berasal dari pengambilan
darah pusat (pengambilan darah dari vena ditangan atau wilayah antekubital) untuk evaluasi
labolatorium lebih lanjut. Pengobatan dimulai bila diperlukan. Waspada terhadap
hipoglekemia pada bayi berisiko tinggi, seperti bayi kecil untuk masa gestasi, bayi dari ibu
penderita diabetes, preterm cukup untuk masa gestasi, dan bayi yang lainnya yang
mengalami trauma selama persalinan dan kelahiran. Diluar tanda-tanda hipoglikemia,
adalah latergi, kegugupan yang berlebihan, makan sedikit, muntah, pucat, apnea,
pernafasan yang tidak teratur, dan atau tremor.
7. Pertahankan suhu tubuh dengan menggunakan penghangat radian yang terkontrol, alat
pemeriksaan diletakkan tepat pada abdomen bayi baru lahir, dibawah iga atu diatas area
hati. Alat pemeriksaan ini menunjukkan suhu tubuh bayi baru lahir, penghangat radian akan
merespon dengan cara menjadi lebih hangat atau dingin. Waspada terhadap bayi yng
berisiko hipotermia (suhu tubuh < 36,5oC), termasuk preterm, kurang untuk masa gestasi
dan setiap bayi yang bermasalah saat kelahiran, jika suhu tubuh bayi 36,5oC atau
dibawahnya (melalui alat suhu aksila atau kulit), penghangat kembali dibutuhkan. Letakkan
bayi dibawah penghangat radian, lepaskan pakaian dengan demikian kulit dapat
dihangatkan, saat alat yng menempa dikulit menunjukkan bahwa nilai suhu tubuh yang
diinginkan sudah tercapai, periksa kembali suhu aksila. Bayi dinyatakan dapat dipindahkan
dari penghangat, namun suhu aksila harus kembali diperiksa setiap 30 menit sampai bayi
telah mempertahankan suhu tubuh normalnya selama 2 jam. Kesuksesan transisi
kelingkungan ekstrauterin ditandai dengan ditemukannya tanda-tanda vital yang stabil, dan
bayi dapat mengikuti siklus terjaga-tidur dan makan, defekasi dan pola berkemih.
Masa Gestasi
Sampai 36 minggu
37 – 38 minggu
39 minggu
Plantar creases’
Rambut kepala
Daun telinga
Halus
4 mm
Halus
Intermedia
Seluruh telapak kaki
7 mm
Kasar
Testis pendulum
Skrotum penuh
Ruga ekstensif
24 Minggu
28 Minggu
32 Minggu
34 Minggu
37 Minggu
41 Minggu
Posisi
Popliteal angle
Hear to ear
Manouver
Berjalan
Otomatik
Refleks moro
Reflaks menghisap
Reflek cahaya
pupil
Glabellar tap refleks
Neck traction refleks
Neck righting refleks
Head turning to light
Lateral
Dekubitus
180 o
Tanpa tahanan
Belum jelas
Lemah
-
Estensi totol (hipotoni)
180 o
Tanpa tahanan
0
Lemah
Lemah
29 minggu (+)
-
E.A. : estensi
E.B. : tonus meningkat
180 o
Sedikit tahanan
Baik
Lemah
(+)
(+)
-
E.A.: Extensi
E.B. : flexi
(frog)
120 o
Susah
Minimal
Baik
Lemah
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Flexi pada E. A. Dan E.B.
90 o
Baik
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
Flexi total
90 o
Tidak mungkin
Baik
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
No
Kriteria
Skor
0
1
2
3
4
1.
Edema
- Edema jelas pada tangan dan kaki
- Pretibia : ‘pitting’
Edema tak jelas pada tangan + kaki pretibia : pitting
Tanpa Edema
-
-
2.
Jaringan kulit
Tipis sekali seperti gelatin
Tipis dan licin
Licin, sedikit menebal terdapat erupsi kecil atau pengelupasan
- Penebalan sedang
- Pecah-pecah superfisil
- Pengelupasan terutama tangan dan kaki
- Tebal dan kering
- Terdapat pecahan superfisil dan dalam
3.
Warna kulit
Merah
Merah muda menyeluruh
Merah muda, pucat, bervariasi pada seluruh tubuh.
Pucat, hanya merah muda pada kuping, bibir, telapak tangan dan kaki.
-
4.
Genitalia ♀
Desensus testis
O
Sekurang-kurangnya satu testis masih tinggi pada skrotum
Sekuranng-kurangnnya satu testis turun dengan baik
-
-
Labia mayor terbuka lebar, labia minora menonjol
Labia mayora hampir menutupi labia minora
Labia mayora menutupi seluruh bagian labia minora.
-
-
2.3.3 Diagnosis
Asfiksia Neonatorum yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia
/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan
ditemukannya tanda-tanda gawat janin.
a. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Frekuensi normal ialah antara 120-160 denyutan semenit, selama his frekuensi ini bisa
turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan DJJ umumnya
tidak banyak berarti, akan tetapi apabia frekuensi turun sampai 100 permenit diluar his, dan
lebih-lebih jika tidak teratur karena hal itu merupakan tanda bahaya.
b. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium dalam presentasi-sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala
mungkin menunjukkan adanya gangguan oksigenasi dan menimbulkan kewaspadaan.
Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi
untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
c. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskopyang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada
kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah itu diperiksa pH-nya. Adanya
asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai dibawah 7,2 hal itu
dianggap sebagai tanda bahaya oleh beberpa penulis.
2.3.4 Klasifikasi
a) Asfiksia Berat (Nilai Apgar 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, pemberian Oksigen terkendali. Karena selalu
disertai Asidosis, maka perlu diberikan Natrikus Biokarbonat 7,5 % dengan dosis 2,4 ml/kg
berat badan dan cairan glukosa 40 % 1-2 ml/kg berat badan, diberikan Via Vena
Umbilikalis.
b) Asfiksia ringan sedang (Nilai Apgar 4-6)
Memerlukan resusitasi pemberian Oksigen sampai dapat bernafas normal kembali.
c) Bayi normal atau sedikit Asfiksia (Nilai Apgar 7-9)
d) Bayi normal dengan nilai Apgar 10 (Mochtar, Rustam, 2007:428).
Tanda
0
1
2
Frekuensi jantung
Tidak ada
Kurang dari 100/menit
Lebih dari 100/menit
Usaha bernafas
Tidak ada
Lambat, tidak teratur
Menangis kuat
Tonus otot
Lumpuh
Ekstrimitas fleksi sedikit
Gerakan aktif
Refleks
Tidak ada
Gerakan sedikit
Menangis
Warna
Biru/pucat
Tubuh kemerahan, ekstrimitas membiru
Tubuh dan ekstrimitas kemerahan
TABEL 2.5 SKOR APGAR
2.3.5 Patogenesis
a) Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbul rangsangan terhadap N.
vagus sehingga bayi jantung menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung,
maka N. vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbul kini rangsang dari N. simpatikus. DJJ
menjadi lebih cepat akhirnya irreguler dan menghilang. Secara klinis tanda-tanda Asfiksia
Neonatorum adalah denyut jantung janin yang lebih cepat dari 160 (takikardi) kali permenit
atau kurang dari 100 kali per menit (bradikardi), halus dan irreguler, serta adanya
pengeluaran mekonium.
b) Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin
dalam asfiksia. Jika Djj normal dan ada mekonium, janin mulai asfiksia. Jika Djj lebih dari
160 kali permenit dan ada mekonium, janin dalam keadaan gawat.
c) Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian
tersumbat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis, bila alveoli janin tidka berkembang (Rustam Mochtar, 2007).
2.3.7 Prognosis
Asfiksia livida (biru) lebih baik dari pada pallida (putih). Prognosis tergantung pada
kekurangan CO2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia
dan pulih kembali harus dipikirkan kemungkinannya penderita cacat mental seperti epilepsia
dan bodoh dan masa mendatang.
2.3.9 Komplikasi
a. Cacat mental
b. Pneumonia dan mungkin kematian
2.4.2 Etiologi
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
1. Ketika bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, terlalu cepat dimandikan, tidak segera
diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus, diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak
segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari ibunya, tidak segera disusui ibunya.
2. Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg atau bayi
dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi dengan tanda-tanda otot lembek, kulit
keriput.
3. Bayi lahir sakit seperti asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
4. Pertolongan dan perawatan bayi yang tidak tepat :
a. Terlalu cepat memandikan bayi.
b. Terlambat membungkus bayi.
c. Memisahkan BBL dengan Ibu.
d. Suhu kamar bersalin dan bayi rendah
e. Asfiksia/hipoksia
f. Infeksi
g. Ibu mendapatkan obat-obatan anastesia ( DepKes RI, 2006 ).
2.4.3 Klasifikasi
a. Hipotermi Sedang
1) Aktifitas berkurang, letargis
2) Tangisan lemah
3) Kulit berwarna tidak rata (cutis malviorata)
4) Kemampuan menghisap lemah
5) Kaki teraba dingin
6) Jika hipotermia berlanjut akan timbul cidera dingin
b. Hipotermi Berat
1) Aktifitas berkurang, letargis
2) Bibir dan kuku kebiruan
3) Pernafasan lambat
4) Pernafasan tidak teratur
5) Bunyi jantung lambat
6) Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemia dan asidosis metabolik
7) Resiko untuk kematian bayi
2.4.5 Patogenesi
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui jendela / pintu yang
terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas
tubuh. Akibatnya dapat timbul serangan dingin ( cold stress ) yang merupakan gejala awal
hipotermi. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena
kontrol suhunya belum sempurana. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermi seringkali
tidak terdeteksi oleh ibu / keluarga bayi atau penolong persalinan (Prawirohardjo, Sarwono,
2006 ).
2.4.7 Penanganan
a. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang
harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi didalam inkubator atau melalui
penyinaran lampu.
b. Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan oleh setiap orang adalah
menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi diletakkan telungkup didada ibu agar
terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu
dan bayi harus berada didalam satu pakaian ( merupakan tehnologi tepat guna baru )
disebut sebagai metode kanguru. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing
depan.
c. Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang distrika terlebih
dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulang kali sampai
tubuh bayi hangat.
d. Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-
sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi infus glukosa 10 % sebanyak 60-
80 ml / kg / hari.
2.4.8 Prognosis
Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5ºC – 37,5ºC (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi
apabila suhu < 36ºC atau kedua kaki dan tangan teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermi sedang ( suhu 32ºC - 36ºC ). Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi dapat
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. Hipotermi menyebabkan
terjadinya penyempitan pembuluh darah, yang mengakibatkan terjadinya metabolik
anerobik, meningkatkan kebutuhan oksigen, mengakibatkan hipoksemia dan berlanjut
dengan kematian ( Prawirohardjo, Sarwono, 2006).
2.4.9 Gejala dan Tanda Hipotermi
Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
a. Bayi tidak mau minum atau menetek
b. Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
c. Tubuh bayi teraba dingin
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras
(sklerema).
Tanda- Tanda Hipotermi Sedang (Stres Dingin)
a. Aktivitas berkurang, letargis.
b. Tangisan lemah
c. Kulit berwarna tidak rata
d. Kemampuan menghisap lemah
e. Kaki teraba dingin
f. Suhu tubuh bayi 32-35,9
g. Tampak mengantuk tapi bisa dibangunkan
h. Aktivitas lemah, menangis lemah
i. Kaki teraba dingin
j. Menghisapnya lemah ( Saifudin, 2002 )
2.4.10 Komplikasi
a. Hipotermi Berat
b. Hipoglikemia
c. Asfiksia
d. Asidosis Metabolic
e. Kematian
2.5 KONSEP MANAJEMEN ASFIKSIA
1. Pengumpulan Data Dasar (tanggal ……….. jam …………)
A. Data Subyektif
a. Biodata
b. Keluhan Utama
- Bayi lahir tidak segera menangis
- Warna kulit biru
- Apgar Score 0 - 3 (Arief Zr, 2009).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Malaria
2) Sífilis
3) TBC
4) HIV
d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1) Usia kehamilan > 37 minggu
2) Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu kehamilan).
3) Persalinan dengan tindakan.
4) Partus lama/ Partus macet
5) Demam selama persalinan
6) Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, prolapsus tali pusat.
7) Pre-eklamsi dan eklamsia.
8) Bayi premature, kelainan bawaan.
9) Pendarahan abnormal.
10) Air ketuban bercampur mekonium.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
KU : Lemah
AS : 0-3
Suhu : < 36,5oC
Pernapasan :
Nadi :
Keaktifan :
2. Pemeriksaan Khusus
Terdiri dari apgar skore dan fisik
No
Score
Menit ke-1
Menit ke-5
1
5
Appearance
(Denyut Jantung)
Pulse
(Warna Kulit)
Grimace
(Refleks)
Activity
(tonos otot)
Respiration
(usaha bernafas)
Jumlah