Вы находитесь на странице: 1из 36

4.5.

Pendahuluan
Seperti yang terlihat pada Bab 4.4, waduk (reservoir) dibuat dengan membangun bendungan
melintang sungai serta struktur penahan yang sesuai. Dalam bab itu tidak banyak dibahas tentang
perbaikan ukuran waduk berdasarkan kebutuhan pada konstruksi yang sedang dibangun. Waduk juga
dimanfaatkan untuk menahan sebagian air banjir dan kelebihannya dibuang melalui saluran pelimpah.
Dan perlu mempelajari hubungan antara debit banjir, kapasitas waduk dan ukuran spillway untuk
mengetahui ekonomi pada keseluruhan proyek. Topik tentang sedimentasi waduk telah dibahas dalam
bab ini yang akan memberikan gambaran tentang bagaimana waduk harus dibangun dan dioperasikan
secara optimal.
Pada dasarnya, waduk berfungsi untuk menyimpan air dan ukuran waduk diatur oleh volume air
yang harus disimpan dan dipengaruhi oleh aliran masuk yang tersedia untuk waduk. Waduk terdiri dari
dua kategori utama: (a) Impounding reservoir yaitu waduk di mana sungai mengalir secara alami, dan (b)
balancing reservoir yaitu waduk yang menerima pasokan menggunakan pompa atau disalurkan secara
artifisial. Secara umum, balancing reservoir diperlukan untuk menyeimbangkan pasokan dengan
permintaan. Balancing reservoir memiliki volume yang relatif kecil karena penyimpanan yang
dibutuhkan adalah untuk menyeimbangkan arus selama beberapa jam atau beberapa hari. Impouding
reservoir atau storage reservoir maksudkan untuk mengakumulasi sebagian dari aliran banjir sungai
untuk digunakan selama beberapa bulan tanpa banjir. Dalam bab ini, pembahasan berpusat pada tipe-
tipe waduk.

4.5.1. Zona Tampungan Waduk dan Penggunaan Waduk


Kapasitas tampungan dalam waduk dibagi menjadi tiga atau empat bagian (Gambar 1) dibedakan
oleh beberapa elevasi.

Gambar 1. Diagram Yang Menunjukkan Zona Tampungan


Elevasi secara spesifik dan bagian secara umum didefinisikan sebagai berikut:
Full Reservoir Level (FRL): elevasi yang berhubungan dengan tampungan yaitu meliputi tampungan tidak
aktif dan aktif serta tampungan banjir. Elevasi reservoir tertinggi yang dapat dipertahankan tanpa
adanya spillway.

Minimum Drawdown Level (MDDL): muka air di bawah elevasi MDDL merupakan level tampungan
yang sudah tidak diperlukan pada proyek pembangkit listrik.

Dead Storage Level (DSL): muka air di bawah elevasi DSL tidak memiliki outlet untuk mengalirkan air
secara gravitasi.

Maximum Water Level (MWL): elevasi muka air yang pernah dicapai selama routing desain banjir. Itu
tergantung pada elevasi reservoir awal yang ditetapkan dan aturan operasi pintu pelimpah. Elevasi ini
biasanya juga disebut sebagai the Highest Reservoir level (elevasi tampungan tertinggi) atau the Highest
Flood Level (elevasi banjir tertinggi)

Live Storage (Tampungan Hidup): tampungan yang tersedia sesuai tujuan yaitu antara Full Supply Level
(FRL) dan outlet terendah. Muka air di atas elevasi FRL biasanya akan melimpas. Elevasi operasi
minimum harus di atas outlet terendah untuk menghindari terjadinya vortex. Ini juga dapat disebut
sebagai volume air yang benar-benar tersedia antara Dead Storage (tampungan mati) dan elevasi muka
air aktual dan Full Reservoir Level.

Dead Storage (Tampungan Mati): total tampungan berada di bawah elevasi outlet terendah dari
reservoir. Tampungan ini merupakan tampungan yang direncanakan sebagai kantong lumpur
(sedimentasi).

Outlet Surcharge or Flood Storage: tampungan yang dijadikan sebagai cadangan antara Full Reservoir
Level dan Maximum Water Level untuk menampung puncak banjir yang mungkin terjadi ketika kapasitas
tampungan tidak mencukupi di bawah Full Reservoir Level.

Beberapa istilah lain yang terkait dengan waduk didefinisikan sebagai berikut:

Buffer Storage: tampungan yang terletak tepat di atas Dead Storage Level dan Minimum Drawdown
Level. Zona ini adalah penyangga antara zona active storage dan dead storage digunakan pada musim
kering untuk memenuhi persyaratan penting saja. Dead storage dan buffer storage biasa disebut sebagai
Interactive storage.

Within the Year Storage: Istilah ini digunakan untuk menunjukkan reservoir yang dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan spesifik yang digunakan untuk merencanakan proyek.

Carry Over Storage: Ketika seluruh air yang tersimpan di dalam waduk tidak digunakan dalam setahun,
air yang tidak digunakan disimpan sebagai carry over storage digunakan untuk tahun-tahun berikutnya.
Silt/Sedimentation Zones: Ruang yang ditempati oleh sedimen pada waduk dapat dibagi menjadi zona
terpisah. Diagram skematik yang menunjukkan zona-zona ini diilustrasikan pada Gambar 2
(sebagaimana didefinisikan dalam IS: 5477).

Gambar 2. Diagram yang menunjukkan zona tampungan sedimentasi

Freeboard: merupakan batas keamanan dari elevasi muka air yang mungkin mengalami overtopping. Ini
diperlukan untuk memungkinkan terjadinya penurunan bendungan, terjadinya wave run up di atas
permukaan air yang tenang dan untuk kenaikan muka air yang tidak terduga, karena lonjakan akibat
longsor ke dalam reservoir, gempa bumi atau banjir yang tidak terduga atau kekurangan operasional.

Fungsi waduk adalah menyediakan air untuk satu atau lebih dari satu tujuan. Waduk yang menyediakan
air untuk beberapa tujuan ini, disebut sebagai “Multi Purpose” reservoir.

Kebutuhan manusia dan/atau keperluan industri:


 Irigasi: biasanya untuk menambah curah hujan yang tidak mencukupi kebutuhan.
 Pembangkit listrik tenaga air: untuk menghasilkan tenaga dan energi dari air yang tersedia atau untuk
menyediakan pasokan listrik dan energi yang dapat diandalkan setiap saat ketika diperlukan untuk
memenuhi permintaan.
 Skema Pumped storage hydropower: di mana air mengalir dari reservoir atas ke bawah untuk
menghasilkan tenaga dan energi pada saat permintaan tinggi melalui turbin, yang reversibel dan air
dipompa kembali ke reservoir atas ketika memiliki kelebihan energi. Siklus ini biasanya dilakukan
setiap hari atau dua kali sehari untuk memenuhi kebutuhan puncak. Inflow ke waduk tersebut tidak
penting, asalkan dapat digunakan untuk mengganti kehilangan air melalui kebocoran dan penguapan
atau untuk menghasilkan listrik tambahan. Dalam fasilitas seperti itu, pembangkit listrik, saluran dan
salah satu atau kedua waduk dapat dibangun di bawah tanah.
 Pengendali Banjir (Flood Control): kapasitas tampungan harus dipelihara sehingga mampu
menampung debit banjir yang dapat diantisipasi ke waduk, selama waduk ini mampu membuang
kelebihan debit melalui spillway. Tampungan memungkinkan penggunaan air banjir di masa
mendatang.
 Penggunaan fasilitas: dalam hal ini termasuk ketentuan untuk berperahu, olahraga air, memancing,
melihat-lihat.

Secara umum, the Bureau od Indian Standards code 4410 (bagian 6) 1983 “Glossary of terms relating to
river valley projects -Reservoirs" mendefinisikan jenis-jenis waduk sebagai berikut:
 Auxiliary or Compensatory Reservoir: reservoir yang menahan limpasan waduk utama.
 Balancing Reservoir: reservoir yang berada di hilir reservoir utama yaitu untuk menahan kelebihan
air yang diperlukan untuk irigasi, pembangkit listrik atau keperluan air dari reservoir utama.
 Conservation Reservoir: reservoir yang membendung air untuk tujuan yang bermanfaat seperti
irigasi, pembangkit listrik, rekreasi, domestik, industri dan melayani kebutuahn kota dll.
 Detention Reservoir: reservoir yang menyimpan air dalam jangka waktu yang relatif singkat, yaitu
sampai sungai membawa aliran normal. Waduk semacam itu biasanya memiliki outlet tanpa pintu
kontrol dan digunakan untuk pengaturan banjir. Waduk ini juga disebut sebagai Flood Control
Reservoir atau Retarding Reservoir.
 Distribution Reservoir: reservoir yang terhubung dengan sistem distribusi proyek penyediaan air,
digunakan terutama untuk menangani fluktuasi permintaan yang terjadi dalam waktu yang singkat
dan sebagai tampungan lokal jika terjadi keadaan darurat seperti terjadi kegagalan jalur pasokan
utama.
 Impounding or Storage Reservoir: reservoir dengan outlet yang dikendalikan oleh pintu di mana air
permukaan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup dan digunakan pada saat aliran normal
untuk memenuhi persyaratan.
 Multipurpose Reservoir: reservoir yang dibangun dan dilengkapi untuk menyediakan penyimpanan
dan pelepasan air untuk dua atau lebih tujuan seperti irigasi, pengendalian banjir, pembangkit listrik,
navigasi, pengurangan polusi, pasokan air domestik dan industri, budaya ikan, rekreasi, dll.

Dapat diamati bahwa beberapa tujuan ini mungkin tidak kompatibel dalam kombinasi. Sebagai contoh,
pelepasan air untuk kebutuhan irigasi pada musim tanam, sementara pelepasan air untuk pembangkit
listrik tenaga air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri. Yang terakhir akan
terpengaruh tidak hanya oleh variasi dalam kondisi ekonomi tetapi juga oleh variasi atas siklus siang dan
siklus malam.

Kompatibilitas antara kebutuhan irigasi dan strategi pengendalian banjir dalam mengoperasikan
reservoir bahkan lebih sulit untuk reservoir yang melayani keduanya, seperti reservoir Bendungan
Hirakud di sungai Mahanadi. Secara sederhana bahwa banjir mensyaratkan waduk dikosongkan
sebanyak mungkin sehingga dapat menyerap setiap puncak banjir yang masuk. Namun, keputusan ini
berarti mengurangi air yang ditampung untuk irigasi. Biasanya, waduk semacam itu akan dikosongkan
secara bertahap sesaat sebelum datangnya musim hujan, mengantisipasi banjir tertentu dan berharap
bahwa waduk akan diisi sampai penuh pada akhir musim hujan. Namun, antisipasi ini mungkin tidak
berlaku selama bertahun-tahun dan waduk tidak terisi hingga ketinggian optimal. Di sisi lain, jika waduk
tidak dikosongkan secara baik dan apabila banjir dengan magnitudo tinggi tiba, maka situasinya dapat
menyebabkan genangan di bagian hilir.

4.5.2. Perencanaan Waduk


Langkah pertama dalam merencanakan pembangunan waduk dengan bantuan bendungan adalah
memastikan kebutuhan dan tujuan yang akan dibangun dengan kendala yang diketahui (termasuk
keuangan). Mungkin ada kendala sosial, misalnya masyarakat tidak mengizinkan pembangunan waduk
pada elevasi yang dibutuhkan. Kadang-kadang, pembangunan bendungan dapat dilakukan
menggunakan material lokal yaitu untuk membantu masyarakat. Pekerjaan semacam ini cukup umum di
departemen irigasi kecil, terutama di daerah rawan kekeringan. Skema dapat dimanfaatkan untuk
menciptakan waduk kecil yang membantu melayani masyarakat. Dalam skala yang lebih besar, strategi
yang sama diadopsi untuk pembangunan Bendungan Nagarjuna Sagar di Sungai Krishna, yang dibangun
sepenuhnya dari batu dan menggunakan tenaga kerja dalam jumlah ribuan.

Langkah kedua adalah mengumpulkan semua informasi relevan yang ada, yang meliputi hal-hal berikut:
• Laporan dari investigasi dan studi sebelumnya, jika ada.
• Laporan tentang proyek serupa dengan yang diusulkan dan telah dibangun di wilayah tersebut.
• Sistem informasi geografis (SIG) pada lokasi
• Data topografi dalam bentuk peta dan gambar satelit, yang dapat diintegrasikan dalam SIG.
• Data geologis dalam bentuk peta, log bor dan nilai parameter yang relevan.
• Data seismik wilayah yang mencakup pencatatan peak acceleration atau pergerakan tanah.
• Data meteorologi dan hidrologi - parameter yang tersedia seperti curah hujan, suhu atmosfer dan air,
penguapan, kelembaban, kecepatan angin, lama penyinaran matahari, arus sungai, elevasi sungai,
konsentrasi sedimen di sungai, dll.
• Untuk proyek penyediaan air, dibutuhkan data populasi dan pertumbuhan penduduk di masa
mendatang berdasarkan pada beberapa metode forecast, kebutuhan air industri dan kemungkinan
pengembangan industri di masa depan.
• Untuk proyek irigasi, data tentang tanah di wilayah proyek dan tanaman yang sudah ditanam,
termasuk kebutuhan air untuk tanaman.
• Untuk proyek pembangkit listrik tenaga air, data tentang permintaan dan perkiraan masa lalu dari
permintaan publik dan industri di masa depan untuk listrik dan energi; data pada sistem transmisi
yang ada, termasuk tegangan dan kapasitas transmisi.
• Data flora dan fauna dalam proyek seperti ikan di sungai dan danau, termasuk data tentang
kebiasaan migrasi dan pembibitannya.
• Data tentang pariwisata dan penggunaan rekreasi sungai dan danau
4.5.3. Pengaruh Sedimentasi Dalam Perencanaan Waduk
Penting untuk diketahui bahwa waduk yang dibangun melintang sungai dan sungai kehilangan
kapasitasnya karena endapan sedimen. Endapan ini meningkat sepanjang waktu dan akan mengurangi
kapasitas tampungan dari waduk. Akumulasi sedimen di dekat bendungan dapat mengganggu fungsi
intake dan akan mempengaruhi keputusan mengenai lokasi dan elevasi outlet. Inflow yang dihasilkan
juga lebih besar.

Dalam hal ini, the Bureau of Indian Standard IS: 12182 - 1987 "Guidelines for determination of effects of
sedimentation in planning and performance of reservoir" adalah dokumen penting yang membahas
beberapa aspek sedimentasi yang harus dipertimbangkan ketika merencanakan waduk. Beberapa poin
penting dari dokumen tersebut adalah sebagai berikut:

Saat merencanakan waduk perlu diketahui tingkat dan efek sedimentasi di lokasi yang biasanya
kombinasi terdiri dari:
1. Penilaian Kinerja (Simulasi) Studi dengan berbagai tingkat sedimentasi.
2. Kemungkinan efek sedimentasi pada muka bendungan.

Dalam kasus khusus di mana efek sedimentasi pada elevasi backwater cenderung signifikan. Studi
backwater berguna untuk mengetahui elevasi air sungai. Langkah-langkah yang harus diikuti untuk studi
penilaian kinerja berbagai tingkat sedimentasi adalah sebagai berikut:
a. Estimasi sedimen tahunan yang masuk ke reservoir
b. Distribusi sedimen di dalam waduk untuk mendapatkan elevasi sedimen dan kurva kapasitas
c. Studi simulasi berbagai tingkat sedimentasi.
d. Penilaian efek sedimentasi.

Secara umum, penilaian kinerja proyek waduk harus dilakukan dengan memasukkan data hidrologi
untuk memenuhi berbagai permintaan. Meskipun berdasarkan metode analitis yaitu metode simulasi
waduk. Dalam metode ini, keseimbangan air pada reservoir dan lokasi spesifik dari penggunaan air dan
kendala dalam sistem dipertimbangkan. Semua aliran masuk dan aliran keluar waduk menghasilkan
perubahan tampungan dalam jangka waktu tertentu. Dalam simulasi ini aliran masuk yang akan
digunakan berupa data aliran masuk historis, yang disesuaikan dengan perubahan penggunaan air di
masa mendatang.

4.5.4. Prosedur untuk merencanakan waduk


Prosedur standar yang perlu dilakukan untuk penampungan air waduk yaitu memerlukan penilaian
tentang pentingnya masalah untuk mengklasifikasikan masalah sedimentasi waduk. Penilaian masalah
dari pengendapan sedimen dengan kapasitas bruto dari waduk yang direncanakan. Rasio endapan
sedimen lebih dari 0,5 persen per tahun dikategorikan bermasalah dan jika rasio endapan sedimen
kurang dari 0,1 persen per tahun dikategorikan tidak bermasalah. Untuk kasus dengan rasio endapan
sedimen di antara 0,1 dan 0,5 maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Studi-studi berikut diperlukan jika tidak terdapat permasalahan yang signifikan
1. Tidak ada studi simulasi korelasi sedimen yang diperlukan.
2. Setelah ditentukan usia guna waduk, maka diperlukan studi distribusi sedimen untuk memastikan
bahwa elevasi nol baru tidak melebihi elevasi tampungan mati.

Istilah-istilah yang digunakan akan dijelaskan di bawah ini:


 Feasibility Service Time: untuk menyediakan permintaan yang direncanakan sehubungan dengan
penampungan yang berhubungan dengan sedimentasi. Biasanya tampungan ini diperkirakan dimana
elevasi nol baru dari waduk akan sama dengan ambang outlet yang relevan untuk tujuan tersebut.
 New Zero Elevation (Elevasi Nol Baru): elevasi kapasitas dari waduk karena endapan sedimentasi dari
waktu ke waktu.
 Full Service Time: untuk tujuan tertentu, periode waktu dimana reservoir yang diharapkan untuk
menyediakan kebutuhan meskipun penuh oleh sedimentasi.

Studi-studi berikut diperlukan jika masalah sedimentasi di waduk dinilai signifikan, tetapi dikategorikan
tidak serius.
1. Full service time dan feasible service time untuk reservoir dapat ditentukan.
2. Studi simulasi untuk kondisi yang diharapkan pada full service time dapat dilakukan untuk
memastikan output dengan kemampuan dependensi yang dibutuhkan. Studi ini dapat menghasilkan
output sekunder yang tersedia pada akhir periode. Studi tanpa sedimentasi dengan output sekunder
dapat digunakan dalam analisis ekonomi yaitu menggunakan persamaan penurunan linear selama
full service time.
3. Tidak ada studi simulasi di luar full service time
4. Studi distribusi sedimen yang diperlukan untuk feasible service time sangat penting.

Studi-studi berikut diperlukan jika masalah sedimentasi dikategorikan serius.


1. Membuat penelitian terkait kasus sedimentasi yang dikategorikan serius
2. Untuk penilaian yang tepat dari perubahan ini diperlukan simulasi setengah dari full service time
3. Dalam kasus ini, penurunan manfaat setelah full service time bisa sangat signifikan. Untuk
mengetahui efek yang terjadi perlu adanya simulasi proyek pada akhir feasible service time.

4.5.5. Usia Waduk dan Kriteria Desain


Usia dan periode operasi waduk perlu dilakukannya pemeriksaan terhadap perubahan teknologi dan
sosio-ekonomi. Asumsi perencanaan tentang output sosio-ekonomi yang tepat kemungkinan akan
berubah selama operasi, dan implikasi perbedaan sosio-ekonomi dalam output karena sedimentasi sulit
untuk diakses. Permintaan yang semakin meningkat karena peningkatan populasi dan kebutuhan per
kapita adalah lebih besar daripada pengurangan output dari waduk yang ada. Dengan demikian efek
sedimentasi, usia, kerusakan struktural, dll. Waduk mungkin memerlukan penyesuaian dalam rencana
pengembangan di masa mendatang dan bukan hanya proyek penggantian untuk mengembalikan
potensi yang hilang. Pada skala regional atau nasional, kecukupan total output ekonomi dan bukan
output dari proyek tertentu yang relevan. Namun dari beberapa pertimbangan, pengurangan output
dari waduk seperti irigasi dan pengendalian banjir dapat menyebabkan tingkat kesulitan yang jauh lebih
besar pada populasi yang telah terbiasa dengan kondisi sosial ekonomi yang lebih baik karena waduk.
Sistem yang menunjukkan penurunan kinerja secara bertahap dan tidak menunjukkan tahap non-
fungsional secara tiba-tiba.
Istilah "life of reservoir" menunjukkan hilangnya periode seluruh atau sebagian dari total dari kapasitas
aktif. Dalam menghitung usia waduk perubahan progresif dalam efisiensi periode biasanya tidak
dipertimbangkan. Dalam beberapa proyek sebelumnya, diasumsikan bahwa semua sedimentasi hanya
akan terjadi pada tampungan mati dan jumlah tahun yang diperlukan untuk mengisi tampungan
diasumsikan sebagai “life of reservoir”. Konsep ini ternyata digunakan untuk menentukan ukuran
minimum kantong.
Jika pengoperasian waduk tidak mungkin karena ada permasalahan struktural, pondasi, kerusakan yang
tidak disengaja, dll., situasi ini menandakan feasible service time telah selesai. Sebelum berakhirnya
feasible service time, harus dilakukan perbaikan atau perubahan pada waduk (misalnya outlet baru yang
lebih tinggi, penguatan struktural) atau ukuran lain jika secara ekonomi layak untuk dilakukan sehingga
akan menambah feasible service time.

4.5.6. Eksplorasi geologi untuk lokasi waduk


Prosedur eksplorasi geologi untuk konstruksi bendungan dibahas secara rinci. Bendungan dibangun
untuk menampung air pada waduk, waduk memiliki area yang luas yang letaknya sebagian besar pada
lembah sungai di hulu bendungan. Oleh karena itu, ketika mengidentifikasi lokasi yang sesuai untuk
bendungan yang diusulkan maka perlu dilakukan penyelidikan secara menyeluruh. Dasar perencanaan
untuk eksplorasi semacam itu perlu adanya investigasi terkait kondisi permukaan bawah. Dalam
pedoman the bureau of Indian Standards IS: 13216 - 1991 "Code of practice for geological exploration
for reservoir sites" membahas aspek-aspek yang relevan. Menurut pedoman diatas proyek waduk di
lembah sungai berfungsi untuk menahan air. Oleh karena itu, aspek-aspek waduk harus diselidiki dengan
benar.
(a) Ketahanan air basin
(b) Stabilitas dari rim reservoir
(c) Ketersediaan material konstruksi di area waduk
(d) Silting
(e) Perendaman langsung dan tidak langsung mineral
(f) Seismik –tektonik
Aspek-aspek ini ditentukan melalui investigasi permukaan dan sub-permukaan dari basin yang diusulkan
selama penyelidikan, investigasi pendahuluan, investigasi secara detail, konstruksi dan tahap pasca-
konstruksi proyek. Dua tahap dasar penyelidikan yaitu penyelidikan dan investigasi pendahuluan
dijelaskan di bawah ini:

Penyelidikan
Tujuan penyelidikan adalah untuk memunculkan fitur geologis keseluruhan dari waduk dan daerah yang
berdekatan untuk memungkinkan para insinyur konstruksi dan ahli geologi untuk menentukan masalah
geoteknik dan ekologi yang harus ditangani. Peta geologis yang diperlukan adalah peta dengan skala 1:
50.000 atau 1: 250.000. Perlu melakukan interpretasi geologi yaitu berupa foto foto udara daerah
tersebut.
Sebuah peta indeks topografi pada skala 1: 50.000 harus digunakan pada tahap ini untuk
menggambarkan wilayah-wilayah yang akan memerlukan studi rinci, selanjutnya.
Untuk mencegah jumlah kebocoran yang tidak diinginkan dari reservoir, zona-zona kemungkinan
kebocoran tersebut, seperti dislokasi mayor dan formasi tembus cahaya atau berlubang yang melintasi
celah reservoir harus diidentifikasi pada tahap investigasi ini untuk penyelidikan lebih lanjut.
Zona-zona utama yang tidak stabil, terutama di sekitar bendungan di ngarai yang sempit, harus
diidentifikasi pada tahap ini untuk melakukan investigasi terperinci untuk stabilitas pinggiran waduk.
Lokasi untuk bahan konstruksi yang sesuai yang tersedia di daerah reservoir harus dipasang pada tahap
ini sehingga setelah survei terperinci bahan-bahan tersebut dapat dieksploitasi untuk pemanfaatan yang
tepat selama tahap konstruksi sebelum penahanan reservoir.
Tingkat pendangkalan waduk sangat penting untuk merencanakan ketinggian bendungan dan bekerja di
luar kehidupan ekonomi proyek. Karena laju pendangkalan, di samping faktor-faktor lain, tergantung
pada jenis medan di daerah tangkapan air waduk, formasi geologi utama dan susunan ekologi harus
diakui pada tahap ini untuk memungkinkan perkiraan yang lebih akurat dari tingkat pendangkalan
waduk. Sebagai contoh, harus mungkin untuk memperkirakan pada tahap ini bahwa 40 persen dari
tangkapan penyimpanan proyek bendungan tertutup oleh endapan Kuarter dan bahwa ini adalah
kondisi yang mungkin menghasilkan tingkat debu yang tinggi atau sembilan puluh persen dari tangkapan
penyimpanan lain proyek bendungan terdiri dari batuan beku dan metamorf dan cenderung
menghasilkan tingkat sedimen yang relatif rendah. Informasi ini juga akan berguna dalam memeriksa
apakah anak sungai mengalir untuk jarak jauh melalui formasi yang lunak atau tidak dikonsolidasikan,
sebelum membentuk waduk yang diusulkan, dapat dihindari dan jika tidak, tindakan perbaikan apa yang
dapat diambil untuk mengendalikan beban lanau yang dibawa oleh anak sungai.
Penahanan reservoir dapat menenggelamkan deposit mineral ekonomi/strategis yang terjadi di dalam
wilayah reservoir atau peningkatan pada permukaan air di sekitar waduk dapat menyebabkan banjir,
peningkatan rembesan di quarry dan lokasi pertambangan yang terletak di daerah tersebut dan
penebangan air di daerah lain. Oleh karena itu, perlu bahwa endapan mineral ekonomi, yang
kemungkinan akan terpengaruh oleh area reservoir, diidentifikasi pada tahap investigasi ini. Sebagai
contoh, jika pekerjaan bawah tanah terletak dekat dengan daerah penyimpanan reservoir yang
diusulkan, itu harus diidentifikasi untuk studi geo-hidrologi sistematis reguler secara teratur. Studi-studi
ini akan menentukan apakah penahanan air di waduk telah mempengaruhi kerja bawah tanah atau
tidak. Referensi juga harus dibuat untuk berbagai instansi yang berurusan dengan mineral ekonomi yang
mungkin dipengaruhi oleh penahanan di waduk untuk evaluasi yang tepat dari masalah dan tindakan
yang diperlukan sesuai.
Bendungan dan waduknya dipengaruhi oleh lingkungan dimana mereka berada dan pada gilirannya
mereka juga mengubah lingkungan. Penahanan waduk terkadang menghasilkan peningkatan aktivitas
seismik di, atau di dekat waduk. Aktivitas seismik dapat menyebabkan microtremors dan dalam
beberapa kasus menyebabkan gempa bumi berkekuatan tinggi. Oleh karena itu, perlu untuk melakukan
studi seismotektonik regional di wilayah proyek. Sesar memiliki status seismik aktif harus digambarkan
pada tahap ini. Tindakan simultan untuk merencanakan dan memasang jaringan observatorium
seismologi yang mencakup area reservoir juga harus diambil.
Investigasi Awal
Objek penyelidikan awal dari daerah reservoir adalah untuk mengumpulkan rincian lebih lanjut dari
permukaan dan kondisi geologi bawah permukaan, dengan mengacu pada kemungkinan masalah yang
diidentifikasi selama tahap penyelidikan pengintaian dengan menggunakan pemetaan permukaan yang
dilengkapi dengan foto interpretasi geologi foto udara, hidro investigasi geologi, penyelidikan geofisika,
eksplorasi bawah permukaan awal dan dengan melakukan studi geo-seismologi dari daerah tersebut.
Berdasarkan studi yang dilakukan selama tahap penyelidikan, harus mungkin untuk memperkirakan
tingkat eksplorasi yang mungkin diperlukan selama tahap awal penyelidikan termasuk jumlah total
lubang yang diperlukan untuk dibor dan jumlah total dan kedalaman lubang, parit dan drift seperti juga
survei geofisika yang mungkin diperlukan. Untuk eksplorasi dengan lubang, parit, pedoman drifts dan
shaft yang ditetapkan dalam IS 4453: 1980 Nama kode IS harus diikuti.
Zona potensial kebocoran dari reservoir dan perluasan lateral dari berbagai fitur, seperti luasnya
endapan pasir aeolian, glasial, tanah longsor, dislokasi besar atau pencemaran dan formasi gua yang
tersebar di seluruh bagian, harus digambarkan pada skala 1 : 50000.
Kondisi geo-hidrologis dari tepi waduk harus ditetapkan oleh penyelidikan permukaan dan sub-
permukaan serta inventarisasi, karena pembagian air tanah bebas naik di atas tingkat yang diusulkan
dari waduk adalah kondisi yang menguntungkan terhadap kebocoran dari waduk. Tingkat air dalam
lubang bor harus ditentukan seperti yang diberikan dalam IS 6935: 1973.
Perluasan dari berbagai fitur di kedalaman, di mana perlu, diselidiki oleh eksplorasi geofisika dan dengan
cara lubang, parit, drifts dan lubang bor. Misalnya, survei resistivitas harus dapat mengidentifikasi zona
jenuh air. Sifat bahan ini diselidiki dengan menggunakan uji laboratorium dan in situ, untuk menentukan
permeabilitas dan menaksir kuantum kebocoran yang mungkin terjadi melalui zona ini pada penahanan
reservoir. Selain itu, permeabilitas batuan/overburden di area reservoir ditentukan dari fluktuasi
permukaan air dan tes pemompaan dalam sumur. Untuk menentukan permeabilitas in situ dalam
batuan penutup dan batuan, referensi harus dibuat untuk masing-masing IS 5529 (Bagian I): 1985 dan IS:
5529 (Bagian II): 1985. Informasi tentang permeabilitas akan memungkinkan para desainer untuk
memperkirakan biaya perawatan untuk mengendalikan kebocoran/rembesan dari waduk dan untuk
memutuskan apakah akan diinginkan untuk mengubah lokasi ketinggian bendungan untuk menghindari
zona-zona ini.
Zona tidak stabil utama sepanjang waduk yang diidentifikasi selama tahap penyelidikan dan yang
merupakan konsekuensi terhadap skema penyimpanan harus diselidiki secara rinci pada tahap ini
dengan cara eksplorasi permukaan dan bawah permukaan.
Daerah-daerah harus secara geologis dipetakan secara rinci pada skala 1: 2000. Bidang/zona yang
dicurigai gagal harus diidentifikasi dan dieksplorasi dengan sarana drifts, parit-parit dan lubang. Sampel
material plastik yang terganggu dan tidak terganggu harus diuji untuk kohesi (c) dan sudut gesekan
internal (φ) serta untuk properti relevan lainnya. Stabilitas lereng juga harus dievaluasi
mempertimbangkan kondisi operasional waduk. Studi-studi ini harus memberikan para perancang
gagasan tentang besarnya masalah yang mungkin dihadapi, sehingga mereka mungkin dapat mengambil
tindakan perbaikan untuk menstabilkan zona atau mengabaikan site sama sekali, jika situasi menuntut.
Daerah-daerah yang memiliki potensi kekayaan mineral ekonomi dan yang kemungkinan akan
terpengaruh oleh penahanan waduk harus dieksplorasi dengan cara penyelidikan permukaan dan sub-
permukaan untuk menetapkan kepentingan mereka baik dari segi nilai mereka maupun kepentingan
strategis. Informasi ini akan diperlukan untuk sampai pada keputusan mengenai perendaman, atau
sebaliknya, dari deposit mineral. Sifat dan jumlah rembesan yang ada, jika ada, di tambang eksisting dan
quarry yang ada di daerah sekitar waduk harus dicatat dan dipantau secara teratur. Data ini diperlukan,
untuk memastikan apakah ada perubahan kuantum rembesan di tambang dan quarry karena
penahanan air di waduk, langsung atau tidak langsung.
Pemetaan geologi skala besar dan teras yang cocok di seluruh patahan dengan status aktif secara
seismik, digambarkan selama tahap penyelidikan, harus dilakukan pada skala 1: 2000 dan
kecenderungannya, dan perilaku bidang patahan harus diselidiki secara rinci dengan cara studi
permukaan dan eksplorasi sub-permukaan oleh pit, parit dan drifts, dll. Sebuah jaringan poin survei
geodetik harus dibentuk pada salah satu sisi dari patahan yang dicurigai untuk mempelajari gerakan
mikro sepanjang patahan yang dicurigai ini, jika ada, baik sebelum dan sesudah penahanan dari waduk.
Studi gempa mikro harus dilakukan dengan menggunakan jaringan 3 atau 4 stasiun portabel di area
dengan fitur sesar aktif yang terbukti.
Berdasarkan studi yang dilakukan selama tahap pendahuluan, harus mungkin untuk memperkirakan
kuantum eksplorasi yang mungkin diperlukan selama tahap rinci penyelidikan termasuk jumlah total
lubang yang diperlukan untuk dibor dan jumlah total dan kedalaman pit, parit dan drifts seperti juga
tingkat survei geofisika yang mungkin diperlukan.
Investigasi permukaan dan sub-permukaan terperinci dari semua fitur yang terkait dengan reservoir
harus dilakukan untuk memberikan informasi tentang kebocoran air melalui pinggiran dan/atau
cekungan dari area reservoir.
Berdasarkan penyelidikan dan analisis data ini harus mungkin untuk memutuskan apakah daerah waduk
tersebut akan menahan air tanpa kebocoran yang tidak semestinya. Jika tidak, site bendungan mungkin
harus ditinggalkan demi lokasi alternatif yang sesuai.
Zona-zona, yang pada penyelidikan pendahuluan ditemukan sebagai zona potensial
kebocoran/rembesan dari waduk, dan yang karena pertimbangan lain tidak dapat dihindari secara
geologis dipetakan pada skala 1: 2000 dan diselidiki secara rinci pada tahap ini dengan cara dari program
eksplorasi bawah permukaan jarak dekat. Tujuan dari tahap investigasi ini adalah untuk menyediakan
data yang cukup kepada para perancang untuk memungkinkan mereka merencanakan program
perawatan perbaikan. Eksplorasi sub-permukaan dilakukan melalui lubang dan parit, jika kedalaman
yang akan dieksplorasi adalah dangkal, katakanlah hingga 5 meter, dan dengan lubang bor dan drift, jika
kedalaman yang akan dieksplorasi lebih dari 5 meter.
Zona yang tidak stabil di sekitar tepi waduk, khususnya yang dekat dengan lokasi bendungan di ngarai
yang sempit, harus dieksplorasi secara terperinci dengan menggunakan drifts, pit dan parit sehingga
kemungkinan bidang gagal diketahui letaknya dengan presisi. Sifat-sifat fisik termasuk sudut gesekan
internal dan kohesi dari sampel representatif dari material sepanjang gerakan yang diantisipasi harus
ditentukan. Informasi di atas akan memungkinkan para perancang untuk menyusun rincian untuk
langkah-langkah pencegahan, misalnya, dimungkinkan untuk membongkar bagian atas area slide atau
untuk memuat bagian bawah slide dengan materi yang dikeringkan dengan baik, dalam batas-batas
ekonomi.
Eksplorasi sub-permukaan dengan lubang bor, drifts, pit dan parit harus dilakukan pada lokasi cek dam
yang memungkinkan dan pada lokasi dari struktur pencegahan lain yang diusulkan untuk membatasi
aliran lumpur ke dalam waduk. Studi-studi ini akan memungkinkan para perancang untuk menilai
kelayakan proposal tersebut.
Rencana terperinci, mengenai deposit mineral ekonomi di dalam zona pengaruh waduk harus
diselesaikan selama tahap ini oleh instansi terkait. Investigasi rembesan di quarry dan tambang di dalam
zona pengaruh waduk harus dilanjutkan.

4.5.7. Memperbaiki kapasitas waduk


Setelah diputuskan untuk membangun waduk di sungai dengan membangun bendungan di atasnya, tiba
saatnya untuk memikirkan kapasitas desain waduk yang sesuai. Seperti yang telah dibahas pada bagian
4.5.1, penyimpanan waduk umumnya terdiri dari bagian-bagian utama yang dapat secara luas
diklasifikasikan sebagai:
1. Penyimpanan tidak aktif termasuk penyimpanan mati
2. Penyimpanan aktif atau konservasi, dan
3. Penyimpanan banjir dan debit tambahan.
Secara umum, kapasitas penyimpanan ini harus dirancang berdasarkan pertimbangan tertentu, yang
telah dibahas secara terpisah dalam kode-kode Standar India berikut:
IS: 5477 Memperbaiki kapasitas waduk - Metode
(Bagian 1): 1999 Persyaratan umum
(Bagian 2): 1994 Penyimpanan mati
(Bagian 3): 1969 Line storage
(Bagian 4): 1911 Penyimpanan banjir
Data dan informasi yang diperlukan untuk memperbaiki berbagai komponen kapasitas desain reservoir
adalah sebagai berikut:
a) Curah hujan, catatan limpasan dan endapan lumpur tersedia di wilayah tersebut;
b) Erodibilitas tangkapan hulu waduk untuk memperkirakan hasil sedimen;
c) Kurva kapasitas area di lokasi yang diusulkan;
d) Efisiensi perangkap;
e) Kehilangan air di waduk;
f) Kebutuhan air dari reservoir untuk penggunaan yang berbeda;
g) Komitmen dan masa depan penggunaan hulu;
h) Kriteria untuk menilai keberhasilan proyek;
i) Kepadatan aspek saat ini dan lokasi outlet;
j) Data yang diperlukan untuk analisis ekonomi; dan
k) Data tentang teknik dan aspek geologis.
Aspek-aspek ini akan dijelaskan secara rinci di bagian berikut.
4.5.7.1 Curah Hujan, Limpasan dan Endapan Lumpur
Jaringan stasiun pengukur curah hujan dan debit di daerah tangkapan air di hulu dan dekat proyek perlu
dipertimbangkan untuk menilai kapasitas yang sama untuk mencukupi baik secara spasial dan temporal
curah hujan dan aliran sungai.
Prosedur pengukuran dan prosedur pengisian celah dalam hal data yang hilang sebagaimana juga tabel
peringkat atau kurva harus diperiksa secara kritis sehingga sesuai dengan pedoman World
Meteorological Organization (WMO). Data jangka panjang harus diperiksa untuk konsistensi internal
antara curah hujan dan debit, sebagaimana juga antara kumpulan data dengan analisis massa ganda
untuk menyoroti setiap perubahan dalam data uji untuk mendeteksi tren jangka panjang apa pun juga
untuk stasioneritas. Hanya setelah pengujian tersebut bahwa data harus digunakan untuk menghasilkan
aliran air jangka panjang (volume dalam 10 hari, 15 hari, bulanan atau seri aliran masuk tahunan) ke
dalam waduk.
Curah hujan yang cukup dan pencatatan limpasan jangka panjang diperlukan untuk menyiapkan seri
aliran air. Untuk mengetahui hasil tangkapan rata-rata sedimen, data jangka panjang dari catatan
pengukuran lumpur dari waduk yang ada sangat penting. Ini adalah prasyarat untuk memperbaiki
kapasitas penyimpanan waduk.
Jika catatan limpasan jangka panjang tidak tersedia, data hujan dan limpasan secara bersamaan dapat
digunakan untuk mengkonversi data curah hujan jangka panjang (yang umumnya tersedia dalam banyak
kasus) ke dalam seri limpasan jangka panjang yang mengadopsi model statistik/konseptual yang sesuai .
Dalam beberapa kasus, analisis regresi juga dapat digunakan untuk perpanjangan data.
4.5.7.2 Perkiraan Rata-rata Hasil Sedimen dari daerah tangkapan di atas waduk
Perkiraan ini biasanya dicoba menggunakan data observasi sedimen sungai atau lebih umum dari
pengalaman sedimentasi waduk yang ada dengan karakteristik serupa. Di mana pengamatan data
tingkat/aliran hanya tersedia untuk periode yang singkat, ini harus diperluas sesuai dengan bantuan data
yang lebih lama tentang curah hujan untuk memperkirakan sejauh mungkin kesalahan pengambilan
sampel karena minimnya catatan. Kurva rating debit sedimen juga dapat dibuat dari pertimbangan
hidraulik menggunakan rumus beban sedimen standar apa pun, seperti, prosedur Modified Einstein,
aliran daya Young, dll. Hal ini juga diperlukan untuk memperhitungkan beban sedimen dasar yang
mungkin tidak terukur. Pengukuran beban sedimen dasar lebih disukai dan bila tidak memungkinkan,
sering diperkirakan sebagai persentase umumnya berkisar dari 5 hingga 20 persen dari beban muatan
sedimen. Namun, pengukuran beban sedimen dasar yang sebenarnya perlu dilakukan terutama dalam
kasus di mana beban sedimen dasar yang tinggi diantisipasi. Untuk menilai volume sedimen yang akan
terkumpul di waduk, lebih lanjut diperlukan untuk membuat perkiraan efisiensi perangkap rata-rata dari
waduk dan kemungkinan berat satuan endapan sedimen, bersama dengan waktu rata-rata selama
periode yang dipilih. Efisiensi perangkap akan tergantung pada rasio kapasitas aliran tetapi juga akan
bervariasi dengan lokasi outlet pengendali dan prosedur operasi waduk. Perhitungan efisiensi perangkap
reservoir dapat dibuat menggunakan kurva efisiensi perangkap seperti yang dikembangkan oleh Brune
dan oleh Churchill (lihat IS: 12182-1987).

4.5.7.3 Kurva Kapasitas Area Elevasi


Survei topografi dari daerah reservoir harus menjadi dasar untuk memperoleh kurva ini, yang masing-
masing plot elevasi reservoir versus luas permukaan dan elevasi reservoir versus volume. Untuk studi
pendahuluan, jika peta topografi yang sesuai dengan kontur, katakan pada interval kurang dari 2,5 m
tidak tersedia, profil aliran dan penampang melintang lembah yang diambil pada interval yang sesuai
dapat membentuk dasar untuk menghitung volume. Survei udara juga dapat diadopsi ketika fasilitas
tersedia.
4.5.7.4 Efisiensi Perangkap
Efisiensi perangkap reservoir, selama periode tertentu, adalah rasio total sedimen yang terdeposit ke
total aliran sedimen. Angka 1 dan 2 yang diberikan dalam Lampiran A IS 12182 mencakup hubungan
antara indeks sedimentasi waduk dan persentase sedimen yang masuk dan kurva ini dapat digunakan
untuk perhitungan efisiensi perangkap.
4.5.7.5 Kehilangan air di Waduk
Kehilangan air terutama dari penguapan dan rembesan terjadi di bawah kondisi pra-proyek dan
tercermin dalam catatan aliran arus yang digunakan untuk memperkirakan hasil air. Pembangunan
waduk dan kanal baru sering disertai dengan penguapan tambahan dan infiltrasi. Perkiraan kehilangan
air ini dapat didasarkan pada pengukuran pada waduk dan kanal yang ada. Arus masuk dan arus keluar
yang terukur dan laju perubahan penyimpanan diseimbangkan dengan tingkat kehilangan air total yang
dihitung.
Kedalaman air yang menguap setiap tahun dari permukaan waduk dapat bervariasi dari sekitar 400 mm
di iklim sejuk dan lembab hingga lebih dari 2500 mm di daerah panas dan kering. Oleh karena itu,
penguapan merupakan pertimbangan penting dalam banyak proyek dan layak mendapat perhatian.
Berbagai metode seperti metode anggaran air, metode anggaran energi, dll dapat diterapkan untuk
memperkirakan penguapan dari waduk. Namun, agar lebih akurat, penguapan dari reservoir
diperkirakan dengan menggunakan data dari pan-evaporimeters atau bejana yang terbuka terhadap
atmosfer dengan atau tanpa bertautan didalam atau dekat lokasi reservoir dan disesuaikan dengan
tepat.
Kehilangan air rembesan dari waduk dan saluran irigasi mungkin signifikan jika fasilitas ini terletak di
daerah yang didasari oleh lapisan permeabel. Penghindaran secara penuh atau sebagian kehilangan air
rembesan mungkin sangat mahal dan kesulitan teknis yang terlibat dapat membuat proyek menjadi
tidak layak. Hal ini umumnya tercakup di bawah kehilangan air pengangkutan di kanal-kanal yang
diproyeksikan pada sisi kebutuhan studi simulasi.
4.5.7.6 Kebutuhan, Persediaan dan Penyimpanan
Kebutuhan harus dibandingkan dengan persediaan yang tersedia dari tahun ke tahun. Jika kebutuhan
terbatas dan kurang dari limpasan yang tersedia, maka penyimpanan dapat diperbaiki untuk memenuhi
permintaan tertentu yang melebihi limpasan. Metode kasar dan siap adalah metode kurva massa untuk
ukuran awal.
Bahkan saat melakukan percobaan di atas, data penggunaan air diperlukan untuk menilai dampak
kegiatan manusia pada siklus hidrologi alami. Informasi penggunaan air yang memadai akan membantu
dalam melaksanakan proyek penyediaan air, yaitu, mengevaluasi efektivitas opsi untuk manajemen
kebutuhan dan dalam menyelesaikan masalah yang melekat dalam persaingan penggunaan air,
kekurangan yang disebabkan oleh pengambilan air yang berlebihan, dll. Kebutuhan air eksisting sebelum
pembangunan proyek sumber daya air harus dipertimbangkan dalam desain proyek karena kegagalan
untuk melakukannya dapat mengakibatkan kerugian terlepas dari masalah hukum dan sosial pada tahap
operasi.
4.5.7.7 Komitmen dan masa depan pemanfaatan hulu sungai
Waduk yang akan direncanakan harus melayani tidak hanya kebutuhan saat ini tetapi juga
mengantisipasi kebutuhan masa depan. Perkembangan sosial, ekonomi dan teknologi dapat membawa
perbedaan yang cukup besar dalam kebutuhan/laju pertumbuhan di masa depan dibandingkan dengan
tingkat kebutuhan/pertumbuhan saat ini. Komitmen dan masa depan pemanfaatan hulu sungai juga
harus dinilai dalam perspektif yang sama.
4.5.7.8 Kriteria untuk menilai keberhasilan proyek
Proyek Sumber Daya Air harus dirancang untuk mencapai kesuksesan yang ditentukan. Proyek irigasi
akan berhasil selama 75 persen periode simulasi. Demikian pula proyek pembangkit listrik dan proyek
pasokan air harus berhasil untuk 90 persen dan hampir 100 persen periode simulasi masing-masing.
4.5.7.9 Endapan arus pekat dan lokasi outlet
Endapan arus pekat didefinisikan sebagai aliran gravitasi satu cairan di bawah yang lain yang memiliki
kerapatan yang sedikit berbeda. Air yang tersimpan di waduk umumnya bebas dari lumpur tetapi aliran
masuk selama banjir umumnya berlumpur. Dua lapisan yang memiliki kerapatan yang berbeda
menghasilkan pembentukan endapan arus pekat. Endapan arus pekat memisahkan air dari air yang lebih
jernih dan membuat aliran air keruh di sepanjang dasar sungai. Tingkat pendangkalan waduk dapat
dikurangi dengan mengalirkan endapan arus pekat dengan menempatkan dan mengoperasikan outlet
dan saluran pintu air dengan tepat.
4.5.7.10 Data yang Diperlukan untuk Analisis Ekonomi
Analisis Ekonomi dilakukan untuk menunjukkan keinginan ekonomi dari proyek. Rasio biaya manfaat,
Manfaat bersih, Tingkat Pengembalian Internal adalah parameter dalam arah ini. Hal ini diinginkan
untuk mendapatkan rasio biaya manfaat dalam kasus proyek irigasi dan proyek mitigasi banjir berada di
atas 1,5 dan 1,1 masing-masing. Manfaat fungsi untuk reservoir dan pemanfaatan air untuk irigasi,
listrik, pasokan air dll, juga harus ditentukan dengan bijaksana. Fungsi manfaat biaya diperoleh sebagai
fungsi kontinyu menggunakan variabel biaya/manfaat terhadap penyimpanan reservoir/pemanfaatan
bersih air dan dari fungsi manfaat, keuntungan dari pemanfaatan unit air dapat ditentukan. Kapasitas
pelimpah harus memadai untuk melewatkan aliran masuk banjir desain dengan menggunakan moderasi
dengan penyimpanan debit atau kapasitas tidak terhalang lainnya di waduk tanpa membahayakan
keselamatan struktural sebagaimana ditentukan di tempat lain dalam standar. Jika terjadi aliran masuk
banjir desain melewati reservoir, desain perlu memastikan bahwa situasi bendungan tidak berkembang
atau menyebabkan kerusakan tambahan di hilir.
4.5.7.11 Data Teknik dan Aspek Geologi
Di bawah aspek teknik dan geologi, berikut ini adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan:
a) Teknik
1) Survei awal untuk menilai tangkapan dan reservoir,
2) Mengontrol survei seperti survei topografi,
3) Lokasi jalur / Jalan Kereta Api terdekat dan kemungkinan akses, dan
4) Survei rinci untuk membuat kurva kapasitas area untuk digunakan dalam routing banjir
reservoir.
b) Geologi
1) Formasi umum dan kesesuaian pondasi;
2) Faktor-faktor yang berkaitan dengan reservoir terutama dengan mengacu pada kekedapan
air;
3) Mata air kontributori;
4) Endapan mineral dan garam yang merusak; dan
5) Lokasi site quarry, dll.
Aspek penting dari metode dijelaskan secara singkat di bagian selanjutnya.
4.5.8 Memperbaiki penyimpanan tak aktif termasuk penyimpanan mati
Penyimpanan tak aktif termasuk penyimpanan mati berkaitan dengan penyimpanan pada tingkat
terendah hingga reservoir dapat habis. Bagian penyimpanan ini ditetapkan pada tahap desain untuk
pengisian yang diantisipasi, sebagian atau seluruhnya, oleh akumulasi sedimen selama masa ekonomis
waduk dan dengan saluran air/outlet sehingga tidak rentan terhadap penghabisan penuh. Dalam hal
fasilitas listrik disediakan, penyimpanan ini juga termasuk penyimpanan di bawah minimum draw down
level (MDDL).
Tingkat ambang outlet terendah untuk setiap reservoir ditetapkan dari pertimbangan perintah dalam hal
tujuan irigasi dan tingkat penarikan minimum pada pertimbangan operasi turbin yang efisien dalam hal
tujuan pembangkit listrik. Tingkat ambang terendah harus dijaga di atas ketinggian nol baru yang
diperkirakan setelah periode layanan yang layak menurut IS 12182 yang umumnya diambil sebagai 100
tahun untuk proyek irigasi dan 70 tahun untuk proyek-proyek pembangkit listrik yang memasok listrik ke
jaringan listrik.
Dengan menyediakan volume penyimpanan tambahan di waduk untuk akumulasi sedimen, selain
penyimpanan langsung, dipastikan bahwa penyimpanan langsung meskipun mengandung sedimen, akan
berfungsi pada efisiensi penuh untuk jumlah tahun yang ditetapkan. Pola distribusi sedimen di seluruh
kedalaman waduk tergantung pada banyak faktor, seperti kemiringan lembah, panjang waduk,
penyempitan dalam waduk, ukuran partikel sedimen tersuspensi dan rasio kapasitas aliran masuk, tetapi
operasi waduk memiliki kontrol yang penting atas faktor-faktor tersebut. Namun, pengetahuan tentang
pola ini penting, terutama, di daerah berkembang, untuk memiliki gagasan tentang pembentukan delta
dan tempat rekreasi.
Penyimpanan mati dari waduk tergantung pada hasil tangkapan sedimen. Pengukuran hasil sedimen
dilakukan sebagai berikut:
4.5.8.1 Pengukuran hasil sedimen
Hasil tangkapan sedimen di waduk dapat diperkirakan dengan salah satu dari dua metode berikut:
a) Survei sedimentasi waduk dengan karakteristik tangkapan yang serupa, atau
b) Pengukuran beban sedimen dari aliran.

4.5.8.2 Survei Sedimentasi Reservoir


Hasil sedimen dari tangkapan ditentukan dengan mengukur sedimen yang terakumulasi dalam reservoir
selama periode yang diketahui, dengan alat echo sounder dan perangkat elektronik lainnya karena
operasi bunyi normal memberikan hasil yang salah dalam kedalaman yang besar. Volume sedimen yang
terakumulasi dalam reservoir dihitung sebagai perbedaan antara kapasitas reservoir saat ini dan
kapasitas asli setelah selesainya bendungan. Berat jenis endapan ditentukan di depan laboratorium
sampel tak terganggu atau dengan penentuan medan menggunakan probe kepadatan yang dikalibrasi
yang dikembangkan untuk tujuan ini. Volume sedimen total kemudian diubah menjadi berat kering
sedimen berdasarkan rata-rata berat jenis endapan. Total hasil sedimen untuk periode catatan yang
dicakup oleh survei kemudian akan sama dengan total berat sedimen yang mengendap di reservoir
ditambah yang telah melewati reservoir berdasarkan efisiensi perangkap. Dengan cara ini, catatan
dengan basis jangka panjang yang dapat diandalkan dapat diperoleh dengan mudah dan ekonomis.
Kerapatan sedimen yang mengendap bervariasi dengan komposisi endapan, lokasi endapan di dalam
waduk, karakteristik flokulasi kandungan tanah liat dan air, usia endapan, dll. Untuk material kasar
(0,0625 mm dan di atas) variasi kerapatan dengan lokasi dan usia mungkin tidak penting.
Biasanya kerapatan rata-rata waktu dan ruang dari bahan yang disimpan yang berlaku untuk periode
yang diteliti diperlukan untuk menemukan keseluruhan volume endapan. Untuk tujuan ini, sedimen
yang terperangkap untuk periode yang diteliti harus diklasifikasikan dalam fraksi yang berbeda. Sebagian
besar sedimen yang lepas di depan yang diendapkan ke dalam waduk harus berada di depan lumpur dan
fraksi lempung. Dalam beberapa kasus khusus, perkiraan lokal kepadatan di titik-titik dalam waduk
mungkin diperlukan, bukan kerapatan rata-rata atas seluruh waduk.
Efisiensi perangkap terutama tergantung pada rasio kapasitas aliran masuk tetapi dapat bervariasi
dengan lokasi outlet dan prosedur pengoperasian waduk. Perhitungan efisiensi perangkap reservoir
dapat dibuat menggunakan kurva efisiensi perangkap, seperti yang dikembangkan oleh Brune dan oleh
Churchill (lihat IS: 12182-1987).
4.5.8.3 Pengukuran Beban Sedimen
Sampel periodik depan aliran harus diambil di berbagai debit bersama dengan pengamatan pengukur
aliran dan konsentrasi sedimen tersuspensi harus diukur secara rinci seperti pada IS 4890: 1968. Sebuah
kurva penilaian sedimen yang merupakan plot konsentrasi sedimen terhadap debit kemudian disiapkan
dan digunakan bersama dengan kurva durasi tahap (atau durasi aliran) berdasarkan jarak harian
seragam atau data satuan waktu harian dalam kasus cekungan sungai yang lebih kecil untuk menilai
beban sedimen. Untuk kenyamanan, korelasi antara konsentrasi sedimen terhadap debit, dapat diubah
ke hubungan beban sedimen terhadap limpasan untuk menghitung hasil sedimen. Di mana data
tahap/aliran yang diamati tersedia hanya untuk periode yang lebih pendek, ini harus diperluas sesuai
dengan bantuan data yang lebih lama tentang curah hujan. Kurva rating debit sedimen juga dapat dibuat
dari pertimbangan hidraulik menggunakan rumus beban sedimen, yaitu prosedur Einstein yang
dimodifikasi.
Pengukuran bed load lebih disukai. Namun, di mana tidak mungkin, itu dapat diperkirakan
menggunakan metode analitis berdasarkan data sampel atau sebagai persentase dari beban
ditangguhkan (umumnya mulai dari 10 hingga 20 persen). Ini harus ditambahkan ke beban yang
ditangguhkan untuk mendapatkan total bed load.

4.5.9. Menentukan Live Storage


Tampungan waduk termasuk Tampungan Aktif (atau Conservation Storage) dan Buffer Storage.

Tampungan aktif atau conservation storage menjamin pasokan air dari waduk untuk memenuhi
permintaan yang sebenarnya dari proyek apakah itu untuk listrik, irigasi atau pasokan air untuk
permintaan lainnya.

Tampungan aktif atau conservation storage harus mampu memenuhi permintaan. Prosentase
kebutuhan untuk proyek irigasi adalah 75 persen, sedangkan untuk proyek-proyek pembangkit dan
penyediaan air dengan prosentase keberhasilan 90 persen dan 100 persen masing-masing. Prosentase
ini sangat menguntungkan apabila dibangun pada daerah yang rawan kekeringan. Feasible service
periode tidak boleh kurang dari 40 tahun. Tampungan juga berfungsi untuk tujuan rekreasi dan menjaga
kualitas air sebagaimana yang direncanakan dalam desain.

Kapasitas tampungan dari reservoir disediakan untuk menampung kelebihan air selama periode aliran
tinggi dan digunakan pada periode aliran rendah. Meskipun sedimen didistribusikan sampai batas
tertentu pada tampungan, kapasitas penyimpanan pada proyek pembangkit umumnya berada diantara
full reservoir level dan the minimum draw down level.

Untuk menentukan kapasitas tampungan memerlukan data sebagai berikut:


a. Data aliran untuk beberapa periode pada lokasi
b. Evaporasi dan kehilangan akibat rembesan dan tambahan air yang masuk ke waduk ketika
tampungan waduk semakin menipis;
c. Kebutuhan irigasi, listrik atau pasokan air
d. Kurva kapasitas tampungan pada lokasi

Pencatatan aliran air pada lokasi waduk yang diusulkan. Apabila tidak ada pencatatan pada stasiun pada
hulu maupun hilir lokasi maka diambil pencatatan di dekat lokasi waduk. Biasanya pencatatan limpasan
yang terjadi tidak terlalu panjang untuk mewakili kondisi yang ada. Sehingga kasus seperti itu
pencatatan perlu diperluas dengan perbandingan pencatatan aliran di sekitarnya atau dengan
menggunakan hubungan hujan limpasan.
Total evaporasi selama beberapa periode merupakan pengurangan kedalaman tampungan dikalikan
dengan daerah penyebaran air rata-rata dari full reservoir level dan minimum draw down level.

Dari berbagai metode yang tersedia untuk memperbaiki kapasitas tampungan, metode Tabel Kerja
dapat digunakan berdasarkan data jangka panjang pada pengamatan pengosongan waduk. Format
perhitungan tabel kerja, diberikan dalam tabel berikut:
Periode Awal Inflow Kebutuhan selama periode Akhir periode Air yang El. Efektivit Debi Regenerat Power
Elevasi Kapasitas Luas dalam Total Untuk Untuk Evaporasi Total El. Kapasitas Luas melimpas Tailr as Head t iom Poten
Bulan Resevoir dalam Area M-Ha-m M-Ha- irigasi pemban Reservoir M-Ha-m Area ace dalam dala stial P
M-Ha-m m gkit m m =
m3 74QH
(1) (2) (3) (4) (5) (6) = (7) (8) (9) (10) = (11) (12) = (6) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
(3) + (7) + – (10)
(5) (8) +
(9)
Perhitungan tabel kerja dapat direpresentasikan secara grafis dengan memplot aliran kumulatif
inflow neto eksklusif dari abstraksi hulu sebagai ordinat terhadap waktu sebagai absis. Prosedur ini
biasanya disebut Teknik Kurva Massa, di mana ordinat dapat dilambangkan dengan kedalaman
dalam sentimeter atau dalam meter hektar atau dalam satuan volume lainnya. Debit, dengan satuan
10 hari atau satu bulan dapat digunakan titik kulminasi dalam kurva massa. Segmen kurva massa
ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Segmen Kurva Massa Inflow Neto


Perbedaan ordinat pada akhir segmen kurva massa memberikan volume inflow selama interval
waktu tersebut. Garis sejajar dengan garis tingkat permintaan seragam ditarik pada titik b dan c dari
kurva massa. Pada d, kesimpulan berikut dapat dibuat:

 Tingkat inflow antara a ke b lebih dari tingkat permintaan dan reservoir penuh.
 Waduk penuh ketika tingkat inflow sama dengan tingkat permintaan.
 Penyimpanan waduk ditarik antara b dan c karena tingkat permintaan melebihi laju inflow.
 Tarik garis, S, maksimum pada c ketika tingkat permintaan sama dengan laju inflow.
 Reservoir terisi atau dengan kata lain garis tarik menurun dari c ke d karena laju inflow lebih
dari tingkat permintaan.
 Waduk penuh pada d dan dari d ke b lagi waduk mengalir berlebihan karena laju inflow
melebihi tingkat permintaan. Jarak vertikal terbesar, S pada c adalah penyimpanan yang
dibutuhkan untuk memenuhi permintaan yang diajukan.

Penarikan kembali dari waduk untuk memenuhi permintaan irigasi umumnya bervariasi dan dalam
kasus seperti ini garis permintaan menjadi kurva bukan garis lurus. Kurva massa permintaan harus
super-imposed pada kurva massa inflow pada skala waktu yang sama. Ketika arus masuk dan
permintaan kurva massa berpotongan, waduk dapat diasumsikan penuh. Untuk mengosongkan
kondisi reservoir, kurva permintaan akan berada di atas kurva aliran masuk dan ordinat maksimum
di antara keduanya akan menunjukkan kapasitas penyimpanan langsung yang diperlukan.
4.5.9.1. Fiksasi Kapasitas Penyimpanan Langsung untuk Permintaan yang Diberikan
Garis sejajar dengan garis permintaan ditarik pada semua titik puncak kurva inflow massa eksklusif
abstraksi hulu yang diperoleh dari catatan long run off pada basis 10-hari (atau bulanan) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4. Ketika garis permintaan memotong kurva massa waduk dapat
diasumsikan penuh. Ordinat maksimum antara garis permintaan dan kurva massa akan memberikan
penyimpanan langsung untuk memenuhi permintaan yang diminta. Jarak vertikal antara garis
berturut-turut sejajar dengan garis permintaan mewakili kelebihan air dari reservoir.

Gambar 4. Tipikal Kurva Massa

4.5.9.2. Perkiraan Permintaan dari Kapasitas Penyimpanan Langsung yang Diberikan


Kurva massa inflow neto diplot dari catatan yang tersedia. Garis permintaan busur, ditarik pada titik
puncak kurva massa sedemikian rupa sehingga ordinat maksimum antara garis permintaan dan
kurva massa sama dengan penyimpanan langsung yang ditentukan. Garis permintaan harus
memotong kurva massa ketika diperpanjang ke depan. Kemiringan garis rata-rata menunjukkan
permintaan yang dapat dipenuhi dengan kapasitas penyimpanan langsung yang diberikan.
Sebelum memperbaiki kapasitas waduk, diperlukan plot kurva antara draf tahunan neto dan
kapasitas penyimpanan langsung yang diperlukan untuk rancangan ini. Kurva ini akan memberikan
indikasi kapasitas penyimpanan langsung yang diperlukan. Namun, ekonomi kapasitas harus
dipertimbangkan sebelum memutuskan kapasitas akhir.
4.5.10. Memperbaiki penyimpanan banjir dan biaya tambahan
Dalam kasus waduk yang memiliki pengendali banjir sebagai salah satu tujuan, penyimpanan
pengendali banjir terpisah harus diletakkan di atas penyimpanan yang dimaksudkan untuk listrik,
irigasi dan pasokan air. Penyimpanan pengendali banjir dimaksudkan untuk menyimpan air banjir di
atas periode kembali tertentu untuk sementara dan untuk mengurangi debit hingga besarnya banjir
tersebut untuk meminimalkan efek pada daerah hilir dari banjir. Penyimpanan banjir dan biaya
tambahan antara tingkat reservoir penuh (FRL), dan elevasi air maksimum (MWL) dapat dicapai
bahkan dengan surut penuh oleh spillway yang menangani banjir tinggi dan memoderasinya.
4.5.10.1. Penyimpanan Kontrol Banjir
Ruang penyimpanan disediakan di waduk untuk menyimpan air banjir sementara untuk mengurangi
debit puncak banjir periode ulang yang ditentukan dan untuk meminimalkan banjir di daerah hilir
untuk semua banjir IS: 5477 (Bagian 1): 1999 sama dengan atau lebih rendah dari pengembalian
periode banjir dipertimbangkan. Dalam kasus waduk yang mempertimbangkan banjir moderasi
sebagai tujuan dan memiliki penyimpanan pengendali banjir terpisah, penyimpanan banjir
disediakan di atas bagian atas kolam konservasi.
4.5.10.2. Penyimpanan Surcharge
Surcharge storage adalah penyimpanan antara elevasi reservoir penuh (FRL) dan elevasi muka air
maksimum (MWL) dari reservoir yang dapat dicapai dengan kapasitas melebihi reservoir di FRL
untuk memulai. Kapasitas spillway harus memadai untuk melewati banjir rancangan inflow sehingga
layak untuk penyimpanan surcharge.
Metode yang umumnya digunakan untuk memperkirakan Banjir Rancangan untuk menghitung
Penyimpanan Banjir secara luas diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Penerapan faktor keamanan yang sesuai untuk pengamatan banjir maksimum atau banjir
historis maksimum.
2. Rumus banjir empiris
3. Kurva envelope
4. Analisa frekuensi
5. Metode penilaian derivasi banjir rancangan dari studi badai dan penerapan prinsip Unit
Hidrografi.
Metode-metode penting di antara metode di atas telah dijelaskan pada modul 2. Namun demikian,
metode-metode tersebut secara singkat ditegaskan di bawah ini:
4.5.10.3. Penerapan Faktor Keamanan yang Cocok untuk Banjir Maksimal atau Banjir Historis
Maksimum
Banjir rancangan diperoleh dengan menerapkan faktor keamanan yang tergantung pada penilaian
perancang terhadap banjir historis maksimum yang teramati atau diperkirakan di lokasi proyek atau
situs terdekat pada aliran yang sama. Metode ini dibatasi oleh pemilihan faktor keselamatan yang
sangat subyektif dan lamanya catatan aliran arus yang tersedia yang dapat memberikan sampel
banjir besar yang tidak memadai yang mungkin terjadi selama periode waktu yang panjang.
Rumus banjir empiris : Rumus empiris yang umum digunakan di negara ini adalah Rumus Dicken,
Rumus Ryve dan Rumus Inglis di mana aliran puncak diberikan sebagai fungsi dari daerah tangkapan
dan koefisien. Nilai koefisien bervariasi dalam batas yang agak lebar, dan harus dipilih berdasarkan
penilaian. Mereka memiliki aplikasi daerah yang terbatas, harus digunakan dengan hati-hati dan
hanya ketika metode yang lebih akurat tidak dapat diterapkan karena kurangnya data.
Kurva Envelope : Dalam metode kurva envelope, maksimum banjir diperoleh dari kurva envelope
dari semua banjir maksimum yang diamati untuk sejumlah tangkapan di wilayah meteorologi
homogen yang diplot terhadap daerah drainase. Metode ini, meskipun berguna untuk generalisasi
batas banjir yang sebenarnya dialami di wilayah tersebut, tidak dapat diandalkan untuk
memperkirakan kemungkinan banjir maksimum untuk penentuan kapasitas pelimpah kecuali
sebagai bantuan untuk penilaian.
Analisa Frekuensi : Metode frekuensi melibatkan analisis statistik dari data yang diamati dari
periode yang cukup panjang (setidaknya 25 tahun). Ini adalah pendekatan statistik murni dan ketika
diterapkan untuk menurunkan banjir rancangan untuk interval pengulangan yang lama, beberapa
kali lebih besar dari data, memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu metode ini harus digunakan
dengan hati-hati.
4.5.10.4. Metode Rasional Penurunan Banjir Rancangan dari Studi Badai dan Penerapan Prinsip
Hidrograf Satuan
Langkah-langkah yang terlibat, singkatnya, adalah:
a. Analisis data curah hujan dan data run-off untuk menurunkan angka kehilangan di bawah
kondisi kritis;
b. Penurunan hidrograf satuan dengan analisis (atau dengan sintesis, dalam kasus di mana data
tidak tersedia);
c. Penurunan badai rancangan; dan
d. Penurunan banjir rancangan dari badai rancangan dengan aplikasi kenaikan curah hujan
berlebih ke hidrograf satuan.
Tingkat Air Maksimum dari reservoir diperoleh dengan merutekan banjir rancangan melalui reservoir
dan spillway. Proses penghitungan penyimpanan waduk, volume penyimpanan, dan laju outflow
yang terkait dengan hidrograf inflow tertentu biasanya disebut sebagai perutean banjir. Perutean
dilakukan dengan bantuan data berikut,
1. Tahap inisial reservoir
2. Hidrograf banjir rancangan
3. Laju outflow termasuk aliran di atas puncak, melalui pintu air atau outlet dan melalui unit
daya, dan
4. Kapasitas penyimpanan tambahan dari waduk.
Nilai-nilai tipikal dari dua jenis data terakhir, ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Kurva Tipikal untuk (A) Penyimpanan vs Elevasi (B) Outflow vs Elevasi
Routing banjir melalui waduk dan spillway dilakukan dengan menyelesaikan kontinuitas aliran di
dalam waduk, yang dapat dinyatakan sebagai:
Inflow ke waduk - Outflow ke waduk = Beda Tinggi adalah permukaan air waduk, yang merupakan
peningkatan dalam penyimpanan waduk. Rumus adalah,
(I – O) * Δt = ΔS (1)
Di mana, I adalah debit inflow (m3/s), O adalah debit outflow (m3/s), ΔS adalah volume penyimpanan
(m3/s) pada interval waktu Δt (h).
Jika hidrograf inflow diketahui, maka kita dapat membaca ordinat inflow pada setiap interval waktu
(t). Anggaplah, nilai-nilai berikut diketahui:
I1 = inflow (m3/s) pada awal interval waktu
I2 = inflow (m3/s) pada akhir interval waktu
O1 = outflow (m3/s) pada awal interval waktu
S1 = volume penyimpanan total waduk (m3/s) pada awal interval waktu
Dan hasil yang tidak diketahui adalah:
S2 = volume penyimpanan total waduk (m3/s) pada akhir interval waktu
O2 = outflow (m3/s) pada akhir interval waktu
Kemudian tulis ulang persamaan kontinyuitas sebagai berikut:

(2)
Ambil nilai yang diketahui ke sisi kiri persamaan:

(3)
𝑆 𝑂 𝑆 𝑂
Untuk menyelesaikan persamaan di atas, tabel dari (𝛥𝑡 - 2 ) dan (𝛥𝑡 + 2 ) versus elevasi waduk,
dipersiapkan dengan bantuan Kurva Kapasitas Spillway (Outflow) dan Kurva Kapasitas Penyimpanan
Waduk, yang ditunjukkan pada Gambar 5. Dari tabel, dua grafik disiapkan yang mana terlihat seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Kurva Perhitungani Tipikal


Pada awal inflow atau awal interval waktu pertama, untuk memperhitungkan kondisi terburuk,
permukaan air di waduk biasanya diambil pada tingkat konservasi maksimum atau tingkat waduk
penuh dan karenanya, kedua penyimpanan S1 dan outflow O1 di awal sama dengan nol. Jadi, salah
satu didapatkan dari persamaan (3), yang berikut ini di awal prosedur perutean banjir:

(4)
dimana, akhiran 1 adalah waktu pada awal routing dan 2 untuk waktu di akhir routing setelah
interval waktu Δt.
Untuk interval waktu pertama, laju inflow I1 dan I2 pada awal dan akhir interval diketahui (pada
kenyataannya, mereka diketahui sepanjang waktu), dan memperkenalkan nilai-nilai ini dalam

persamaan (4), menjadi dikenal. Dari Gambar 5, sesuai dengan nilai ini , salah
satu memperoleh nilai outflow O2 pada akhir interval waktu. Sesuai dengan nilai O2 ini, salah satu

juga dapat menjumpai persamaan dari Gambar 6, yang dapat digunakan untuk interval
waktu kedua dari persamaan berikut:

(5)
Pada persamaan (5), I2 dan I3 adalah laju inflow di awal dan di akhir interval waktu kedua yang mana

diketahui dari hidrograf inflow yang disepakati. Diketahui dari langkah perhitungan

sebelumnya, salah satu dihitung dari persamaan (5) dan didapatkan O3 dan
keduanya ari Gambar 6. Prosedur ini berlangsung sampai hidrograf inflow sepenuhnya dialirkan
melalui reservoir.
4.5.11. Hilangnya Air di Reservoir dan Meminimisasinya
Hilangnya air waduk terutama akan terjadi karena penguapan dan sejumlah metode telah
disarankan untuk mengendalikan kerugian tersebut. Biro kode Standar India IS: 14654 - 1999
"Meminimalkan kerugian penguapan dari waduk- Pedoman" menjelaskan penyebab metode
pengurangan penguapan secara rinci, beberapa aspek penting yang dijelaskan dalam paragraf
berikutnya. Dengan demikian, kerugian perkolasi atau rembesan kecil untuk sebagian besar waduk
dan semakin menurun dengan berlalunya waktu karena sedimen yang diendapkan di dasar waduk
membantu mengurangi kerugian perkolasi. Tentu saja, di beberapa bukit dan lembah yang
membentuk waduk, mungkin ada lapisan batu berpori atau gua batu kapur yang terus menerus yang
menyebabkan sejumlah besar air mengalir keluar dari waduk. Reservoir Proyek Hidroelektrik Kopili
di perbatasan Assam-Meghalaya telah menghadapi masalah serupa karena adanya gua-gua besar
yang harus ditutup kemudian membutuhkan biaya yang cukup besar pada tahap selanjutnya.
Sejumlah faktor mempengaruhi penguapan dari permukaan air terbuka, di antaranya, faktor utama
adalah area penyebaran air dan seringnya perubahan kecepatan dan arah angin di atas badan air.
Faktor-faktor meteorologi lainnya seperti:
a) Perbedaan tekanan uap antara permukaan air dan lapisan udara di atas
b) Suhu air dan udara
c) Tekanan atmosfir
d) Radiasi
e) Penyimpanan panas di badan air
f) Jumlah air
memiliki pengaruh langsung pada laju penguapan.
Karena faktor-faktor meteorologis yang mempengaruhi penguapan tidak dapat dikendalikan dalam
kondisi normal, upaya-upaya dilakukan untuk penghambatan penguapan oleh kontrol aliran angin di
atas permukaan air atau dengan perlindungan area permukaan air dengan metode fisik atau kimia.
Metode yang umumnya digunakan adalah sebagai berikut:
a) Pemecah angin (wind breakers)
b) Menutup permukaan air
c) Pengurangan permukaan air yang tak terlindung
d) Pengoperasian terpadu waduk, dan
e) Perawatan dengan evaporetardants air kimia (WERs).

4.5.11.1. Wind Breakers


Angin adalah salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi kehilangan penguapan dari
permukaan air. Semakin besar pergerakan udara di atas permukaan air, semakin besar kehilangan
penguapan. Penanaman pohon menjadi ukuran efektif untuk mengurangi kehilangan akibat
penguapan. Tanaman (pohon, semak atau rumput) harus ditanam di tepi secara berjajar atau baris
untuk bertindak sebagai wind breaker.
Wind breaker ini mempengaruhi suhu, kelembaban atmosfer, kelembaban tanah, penguapan dan
transpirasi.
Tumbuhan yang berfungsi sebagai wind breaker biasanya disusun berderet-deret, dengan tanaman
tertinggi di tengah dan terkecil di sepanjang baris akhir, sehingga berbentuk seperti kerucut.

4.5.11.2. Lapisan Penutup Permukaan air


Lapisan penutup permukaan air yaitu berupa lapisan penutup tetap atau lapisan penutup dapat
menghambat kehilangan akibat penguapan. Lapisan penutup ini mencerminkan masuknya energi
dari atmosfer, sehingga berkurangnya kehilangan akibat penguapan. Lapisan penutup secara harfiah
menjebak udara dan mencegah transfer uap air ke atmosfer luar.
Lapisan penutup tetap hanya cocok untuk tampungan yang relatif kecil. Untuk tampungan besar,
lapisan penutup terapung atau mat atau spheres lebih berguna dan efektif. Namun, untuk
permukaan air yang besar, biaya untuk menutupi permukaan dengan pelampung sangat mahal. Pada
kasus waduk dengan outlet banjir, lapisan penutup terapung biasanya akan hilang melalui saluran
pembuangan atau outlet.

4.5.11.3. Pengurangan Permukaan Air


Dalam metode ini bagian dangkal dari reservoir diisolasi atau dibatasi oleh pembangunan tanggul.
Air yang terakumulasi selama musim hujan dialihkan atau dipompa ke kantong yang lebih dalam
selama musim panas, sehingga permukaan air dangkal akan mengalami penguapan secara efektif.

4.5.12. Kontrol sedimentasi di waduk


Sedimentasi waduk adalah fenomena alam dan merupakan masalah yang sangat penting untuk
proyek penyimpanan dalam memenuhi berbagai permintaan, seperti irigasi, listrik tenaga air,
pengendalian banjir, dll. Karena itu mempengaruhi kapasitas yang berguna dari waduk berdasarkan
proyek mana yang diharapkan menjadi produktif untuk periode desain. Selanjutnya, endapan yang
disimpan menambah kekuatan pada struktur di bendungan, spillways, dll.
Laju sedimentasi akan sangat bergantung pada beban sedimen tahunan yang terbawa oleh aliran
dan sejauh mana hal yang sama akan dipertahankan di waduk. Hal ini, pada gilirannya, tergantung
pada sejumlah faktor seperti luas dan sifat tangkapan, tingkat pola penggunaan (praktik budidaya,
penggembalaan, pembalakan, kegiatan konstruksi dan praktik konservasi), pola curah hujan,
kapasitas penyimpanan, periode penyimpanan dalam kaitannya ke beban sedimen sungai, distribusi
ukuran partikel pada sedimen tersuspensi, hidrolika saluran, lokasi dan ukuran sluices, outlet kerja,
konfigurasi reservoir, dan metode serta tujuan pelepasan melalui bendungan. Oleh karena itu,
perhatian diperlukan untuk masing-masing faktor ini untuk pengendalian sedimentasi waduk secara
efisien dengan tujuan untuk meningkatkan masa manfaatnya dan beberapa metode ini dibahas
dalam kode Kode Standar India IS: 6518-1992 “Kode praktik untuk mengendalikan sedimen di waduk
”. Pada bagian ini, faktor-faktor ini secara singkat dibahas.
Ada beberapa teknik pengendalian sedimentasi dalam waduk yang secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
 Desain reservoir yang memadai
 Kontrol aliran sedimen
 Kontrol pengendapan sedimen
 Pengambilan endapan sedimen

Masing-masing metode ini secara singkat dijelaskan sebagai berikut:


4.5.12.1. Desain Tampungan
Kapasitas tampungan diatur oleh sejumlah faktor yang terdapat dalam IS: 5477 (Bagian 1 hingga 4).
Poin-poin terkait endapan sedimen dapat dipertimbangkan sebagai berikut:
a. Jumlah sedimen yang bergantung pada susunan topografi, geologis dan geomorfologi,
faktor meteorologi, penggunaan lahan, intercepting tanks, dan lain-lain;
b. Karakteristik pengangkutan sedimen dari sistem saluran;
c. Efisiensi waduk sebagai trap sedimen;
d. Rasio kapasitas tampungan terhadap inflow;
e. Konfigurasi waduk;
f. Metode pengoperasian waduk;
g. Ketentuan untuk pelepasan lumpur.

Laju pengangkutan sedimen meningkat bersamaan dengan volume debit. Dalam beberapa kasus,
kapasitas yang meningkat akan menghasilkan lebih banyak kehilangan air sehingga akan
menurunkan efisiensi tangkapan dari waduk.

Kapasitas tampungan, ukuran, karakteristik waduk dan daerah drainasinya merupakan faktor paling
penting yang mengatur tingkat akumulasi sedimen tahunan. Survei sedimentasi pada tampungan
secara periodik akan memberikan panduan tentang laju sedimentasi. Dengan tidak adanya data yang
diamati untuk waduk yang bersangkutan, maka dapat diasumsikan menggunakan data dari waduk
lain yang memiliki karakteristik kapasitas dan tangkapan yang serupa.

Sedimen tidak hanya menempati tampungan mati saja namun juga bisa menempati ruang
tampungan air waduk. Desain tampungan direncakanan dengan menggunakan data sedimen
tersuspensi yang diamati dari hidroIogica1 network dan juga data dari survei hidrografi dari waduk
lain di wilayah yang sama. Data ini digunakan untuk mensimulasikan sedimentasi selama periode
usia tampungan sebagaimana disebutkan dalam IS 12182: 1987.

4.5.12.2. Kontrol Inflow Sedimen


Ada banyak metode untuk mengendalikan inflow sedimen yaitu sebagai bawah:
a. Pengelolaan DAS / tindakan konservasi lahan untuk memeriksa produksi dan transportasi
sedimen di daerah tangkapan air.
b. Tindakan pencegahan untuk memeriksa inflow sedimen ke dalam waduk.
Langkah-langkah konservasi tanah selanjutnya dibagi lagi menjadi:
a. Teknik,
b. Agronomi
c. Kehutanan
Metode rekayasa meliputi:
1. Membangun cek dam
2. Contour bounding dan trenching
3. Gully plugging
4. Perlindungan tebing
Langkah-langkah agronomi yaitu vegetatif screen, countour farming, stripping cropping dan crop
rotation.
Langkah-langkah kehutanan meliputi konservasi hutan, control on grazing, lumbering, operasi
terhadap kebakaran hutan, pengelolaan dan perlindungan hutan.
Tindakan pencegahan masuknya inflow sedimen ke dalam waduk termasuk pembangunan saluran
bypass atau conduit.

Cek Dam
Cek Dam sangat membantu untuk alasan berikut:
a) membantu menahan degradasi dasar sungai
b) mengurangi kecepatan aliran, sehingga menyebabkan pengendapan bed load

Pentingnya Cek dam, di mana gradien saluran yang curam dan aliran yang membawa sedimen dari
DAS. Cek dam dibangun dari material seperti tanah, batu, kayu. Ini cocok untuk tangkapan kecil
dengan ukuran bervariasi dari 40 hingga 400 hektar. Hal ini diperlukan untuk menyediakan cek dam
yang berukuran kecil pada aliran yang mengalir ke sungai-sungai utama. Perlu adanya pertimbangan
terkait lokasi dan jumlah cek dam yang diperlukan. Lebih baik untuk meminimalkan ketinggian dari
cek dam.

Cek dam biasanya lebih mahal per unit daripada waduk yang dilindungi. Oleh karena itu, tidak selalu
pembangunan cek dam dijadikan sebagai metode utama untuk pengendali sedimen di waduk baru.
Namun, kelayakan pembangunan cek dam perlu dipertimbangkan saat merencanakan perlindungan
terhadap waduk baru.

Contour Bunding dan Trenching


Ini adalah metode penting untuk mengendalikan erosi tanah di perbukitan dan tanah miring, di
mana kemiringan dibuat lebih datar yaitu hingga 10 persen. Dengan metode ini, sisi bukit dibagi
menjadi bagian kecil di mana mampu menahan hujan dan limpasan permukaan dimodifikasi untuk
pencegahan erosi tanah.

Gully Plugging
Gully plugging dilakukan oleh pengisi batu pada bendungan. Bendungan ini akan efektif dalam
mengisi parit-parit dengan sedimen yang berasal dari hulu tangkapan dan juga mencegah pelebaran
pelebaran parit.

4.5.12.3. Mengontrol Endapan Sedimen


Endapan sedimen dalam waduk dapat dikendalikan sampai batas tertentu dengan merancang dan
mengoperasikan pintu atau outlet lain di bendungan sedemikian rupa untuk memungkinkan
mengarahkan aliran air yang memiliki kandungan sedimen lebih tinggi dari rata-rata. Kandungan
sedimen yang tersuspensi lebih tinggi setelah adanya aliran banjir. Dengan demikian, semakin
banyak air yang terbuang saat itu, maka semakin kecil persentase dari total beban sedimen untuk
mengendap menjadi endapan permanen. Secara umum ada dua metode: (a) endapan arus pekat
(density current), dan (b) pelepasan air limbah (waste water realease) untuk mengendalikan
pengendapan dan keduanya akan menyebabkan kehilangan air.
Endapan Arus Pekat (Density Current)
Air pada berbagai elevasi reservoir sering mengandung konsentrasi yang sangat berbeda dari
sedimen tersuspensi terutama selama dan setelah aliran banjir dan jika semua air limbah dapat
ditarik pada elevasi dengan konsentrasi tertinggi, sejumlah besar sedimen mungkin dikeluarkan dari
reservoir. Karena saluran air yang terendam menarik air ke segala arah, dimensi bukaan vertikal
harus kecil yaitu dengan memperhatikan ketebalan lapisan dan laju penarikan. Untuk melewatkan
endapan arus pekat (density current) melalui sluices, perlu untuk melacak pergerakan endapan arus
pekat (density current) dari stasiun pengamatan (terdiri dari rakit yang secara permanen diletakkan
di tempat pengukuran dengan mengumpulkan sampel air pada berbagai kedalaman) setidaknya satu
tepat di atas bendungan dan dua atau lebih stasiun tambahan di hulu (satu di inlet dan satu di
bagian tengah).
Waste Water Release
Mengontrol sedimentasi dengan mengendalikan waste water release mungkin untuk dilakukan
ketika air harus dibuang. Metode ini hanya berlaku jika reservoir diisi oleh aliran banjir besar.
Dalam desain bendungan, sedimen dapat dilewatkan melalui atau di atasnya outlet sebagai metode
pengendalian endapan yang efektif dengan menempatkan outlet pada berbagai ketinggian.
Persentase total beban sedimen yang mungkin dikeluarkan dari reservoir melalui pintu kontrol.
Kemungkinan ada sebanyak 20 persen dari aliran sedimen dapat melewati outlet yang telah
didesain.
Scouring Sluicing
Metode ini hampir sama dengan metode waste water release dan metode drainase dan flushing.
Perbedaan di antara mereka adalah sebagai berikut:
1. Metode waste water release yaitu dengan mengeluarkan aliran sedimen melalui pintu pelimpah
yang dalam atau sluices yang lebar untuk mencegah sedimentasi.
2. Metode drainase dan flushing yaitu pelepasan lambat dari air yang tersimpan dari reservoir
melalui pintu atau katup kecil pada aliran normal atau rendah untuk membawa sedimen, dan
3. Scouring sluicing tergantung pada tampungan air di bawah tinggi head melalui sluice atau pada
gerusan akibat debit banjir yang tinggi yang masuk ke dalam waduk.

Metode scouring sluicing dapat digunakan sebagai berikut:


a) Bendungan daya kecil yang sangat bergantung pada pondasi tetapi tidak pada tampungan;
b) Waduk irigasi kecil, di mana hanya sebagian kecil dari total aliran tahunan yang dapat disimpan;
c) Setiap reservoir di saluran sempit di mana air dapat terbuang; dan
d) Ketika reservoir tertentu dalam perbaikan adalah unit dalam sistem yang saling berhubungan
sehingga reservoir yang lain dapat memasok air yang diperlukan.

4.5.12.4. Membuang Endapan Sedimen


Cara yang paling praktis untuk mempertahankan kapasitas tampungan adalah mencegah akumulasi
endapan permanen karena membuang endapan sedimen sangat mahal, kecuali jika material yang
dibuang dapat digunakan. Oleh karena itu, membuang endapan sedimen merupakan upaya terakhir.
Membuang endapan sedimen secara umum cukup dipadatkan atau dikonsolidasikan sehingga tidak
mengalir bersama dengan air. Membuang endapan sedimen dapat dilakukan dengan berbagai
metode mekanis dan hidrolik, seperti penggalian (excavation), pengerukan (dredging), draining,
flushing, flood sluicing dan sluicing aided dibantu oleh langkah-langkah seperti agitasi hidraulik atau
mekanis atau peledakan sedimen.

Excavation (Penggalian)
Metode ini dilakukan dengan membuang sedimen dengan tangan atau sekop yang dioperasikan
daya, dragline scraper atau alat mekanis lainnya. Penggalian lumpur dan lempung yang merupakan
material paling banyak mengendap pada reservoir lebih sulit daripada penggalian pasir dan kerikil.
Sedimen bertekstur halus tidak dapat digali dengan mudah dari reservoir yang lebih besar karena
relatif cair atau relatif kompak.

Pengerukan (Dredging)
Melibatkan penghilangan endapan dari dasar waduk dan pengangkutannya ke beberapa titik lain
dengan cara mekanis atau hidrolik, sementara penyimpanan air dipertahankan. Praktek pengerukan
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Pengerukan mekanis dengan bucket, tangga, dsb
b) Suction dredging dengan pipa apung dan pompa biasanya dipasang pada bendungan
c) Siphon dredging dengan pipa mengambang yang membentang di atas bendungan atau
terhubung ke lubang di bendungan dan biasanya dengan pompa di bendungan
Draining dan Flushing
Metode ini melibatkan penggelontoran yang relatif lambat dari semua air yang tersimpan di
reservoir melalui pintu atau katup yang terletak di dekat dasar bendungan dan pemeliharaan
setelahnya dari open outlet untuk periode yang lebih pendek atau lebih lama selama aliran cuts into
atau diarahkan berlawanan dengan endapan sedimen. Oleh karena itu, metode ini dapat didapakai
sebagai reservoir pengendali banjir.
Sluicing dengan Air Terkendali
Metode ini berbeda dari sluicing banjir karena suplai air yang terkontrol memungkinkan untuk
memilih waktu sluicing lebih menguntungkan dan air dapat diarahkan lebih efektif terhadap
endapan sedimen. Sementara sluicing banjir tergantung pada terjadinya banjir atau karena mampu
melepaskan dengan cepat semua persediaan air penuh atau hampir penuh di waduk utama yang
kosong. Keuntungan dari metode ini adalah umumnya lebih banyak sedimen dapat dihilangkan per
unit air yang digunakan dibandingkan dengan gerusan banjir atau pengeringan dan pembilasan.
Mengintensifkan dengan Hidrolika dan Agitasi Mekanik
Metode yang membangkitkan, memecah, atau memindahkan endapan sedimen ke arus aliran yang
bergerak melalui cekungan reservoir yang dikeringkan atau ke dalam reservoir penuh akan
cenderung membuat penghilangan sedimen dari reservoir lebih lengkap. Di mana saja pengurasan,
pembilasan atau pembuaian tampaknya diperlukan, penggunaan tambahan sarana hidrolik untuk
mengaduk endapan sedimen, atau mengelupasnya, menjadi aliran yang mengalir melalui waduk
harus dipertimbangkan. Namun demikian, aplikasinya terbatas.
4.5.13. Operasi waduk
Aliran di sungai berubah secara musiman dan dari tahun ke tahun, karena variasi temporal dan
spasial dalam presipitasi. Dengan demikian, air yang tersedia berlimpah selama musim hujan
menjadi langka selama musim non-muson, ketika dibutuhkan. Metode tradisional yang diikuti
umumnya untuk memenuhi kebutuhan air selama periode langka adalah pembangunan waduk
penyimpanan di sungai. Kelebihan air selama musim hujan disimpan di waduk tersebut untuk
digunakan pada periode buruk. Konstruksi penyimpanan juga akan membantu mengendalikan
banjir, serta pembangkit tenaga listrik. Untuk memenuhi tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan
reservoir atau sekelompok waduk dan untuk mencapai manfaat maksimal dari penyimpanan yang
dibuat, sangat penting untuk mengembangkan pedoman untuk pengoperasian waduk. Tanpa jadwal
pengaturan yang tepat, waduk mungkin tidak memenuhi tujuan penuh yang direncanakan dan juga
dapat menimbulkan bahaya bagi struktur itu sendiri.
Pengendalian banjir lebih baik dicapai jika tingkat waduk tetap rendah pada tahap awal musim
hujan. Namun, pada tahap selanjutnya, jika antisipasi aliran masuk tidak menghasilkan waduk
mungkin tidak terisi hingga FRL pada tahap awal monsun, untuk menghindari risiko waduk yang
tersisa tidak terisi pada tahap selanjutnya, mungkin ada masalah dalam mengakomodasi banjir
tinggi. terjadi pada tahap selanjutnya. Dalam beberapa kasus ketika merencanakan waduk,
pertimbangan sosial dan lainnya kadang-kadang menghasilkan adopsi rencana yang mungkin bukan
yang terbaik secara ekonomi.
4.5.13.1. Pengoperasian Reservoir Single Purpose
Prinsip-prinsip umum dari operasi waduk single purpose diberikan di bawah ini:
a) Kontrol Banjir, Pengoperasian reservoir pengendali banjir terutama diatur oleh kapasitas
penyimpanan banjir yang tersedia dari pusat kerusakan yang harus dilindungi, karakteristik
banjir, kemampuan dan ketepatan perkiraan banjir/badai dan ukuran daerah drainase yang
tidak terkendali. Rencana regulasi untuk mencakup semua situasi rumit mungkin sulit untuk
berevolusi, tetapi umumnya itu harus mungkin sesuai dengan salah satu prinsip berikut:
1) Penggunaan yang efektif dari penyimpanan pengendalian banjir yang tersedia: Operasi
di bawah prinsip ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan banjir dari lokasi yang akan
dilindungi semaksimal mungkin, dengan menggunakan peristiwa banjir secara efektif.
Karena pelepasan di bawah rencana ini jelas akan lebih rendah daripada yang diperlukan
untuk mengendalikan banjir desain waduk, ada kemungkinan berbeda memiliki bagian
dari ruang pengendalian banjir yang dipakai selama terjadinya banjir besar berikutnya.
Untuk mengurangi unsur risiko ini, pemeliharaan jaringan stasiun perkiraan banjir yang
memadai baik di daerah hulu dan hilir mutlak diperlukan.
2) Pengendalian banjir desain waduk: Menurut prinsip ini, pelepasan dari waduk
pengendali banjir yang dioperasikan pada konsep ini dibuat pada hipotesis yang sama
seperti yang dipakai untuk mengendalikan banjir waduk rancangan, yaitu kapasitas
penyimpanan penuh akan digunakan hanya ketika banjir berkembang menjadi banjir
waduk rancangan. Namun, karena banjir rancangan biasanya merupakan peristiwa
ekstrem, pengaturan banjir kecil dan besar, yang terjadi lebih sering, kurang memuaskan
ketika metode ini diterapkan.
3) Kombinasi prinsip (1) dan (2): Dalam metode ini, kombinasi prinsip (1) dan (2) diikuti.
Prinsip (1) diikuti untuk bagian bawah cadangan banjir untuk mencapai manfaat
maksimum dengan mengendalikan bagian awal banjir. Setelah itu pelepasan air dibuat
sesuai jadwal untuk banjir reservoir rancangan pada prinsipnya (2). Dalam kebanyakan
kasus, rencana ini akan menghasilkan peraturan keseluruhan terbaik, karena
menggabungkan poin-poin bagus dari kedua metode tersebut
4) Pengendalian banjir dalam keadaan darurat: Disarankan untuk menyiapkan jadwal rilis darurat
yang menggunakan informasi tentang data reservoir yang segera tersedia bagi operator. Jadwal
semacam itu harus tersedia dengan operator untuk memungkinkannya mematuhi tindakan
pencegahan yang diperlukan dalam kondisi banjir yang ekstrim.

b) Konservasi: Reservoir yang dimaksudkan untuk menambah persediaan selama periode ramping
biasanya harus dioperasikan untuk mengisi sedini mungkin selama periode pengisian, sambil
memenuhi persyaratan. Semua air yang melebihi persyaratan periode pengisian harus ditahan.
Biasanya tidak akan diizinkan tumpahan air di atas spillway sampai FRL tercapai. Jika banjir terjadi
ketika reservoir berada di atau dekat FRL, pelepasan air banjir harus terpengaruh, agar tidak
melebihi debit yang akan terjadi jika tidak ada reservoir. Dalam kasus terjadi tahun kering,
rancangan untuk periode pengisian harus dibatasi dengan menerapkan faktor yang sesuai. Periode
pengeringan harus dimulai setelahnya. Namun, jika waduk direncanakan dengan kapasitas carry-
over, perlu untuk memastikan bahwa peraturan akan menyediakan kapasitas carry-over yang
dibutuhkan pada akhir periode pengeringan.

Pengoperasian waduk multi purpose: Prinsip umum pengoperasian waduk dengan beberapa ruang
penyimpanan ini dijelaskan di bawah ini:

1. Kapasitas alokasi terpisah - Ketika alokasi kapasitas terpisah telah dibuat untuk masing-
masing penggunaan konservasi, selain yang diperlukan untuk pengendalian banjir, operasi
untuk masing-masing fungsi harus mengikuti prinsip fungsi masing-masing. Penyimpanan
yang tersedia untuk pengendalian banjir bisa, akan tetapi digunakan untuk menghasilkan
tenaga sekunder sejauh mungkin. Alokasi ruang penyimpanan khusus untuk beberapa tujuan
dengan zona konservasi mungkin beberapa kali tidak mungkin atau sangat mahal untuk
menyediakan air untuk berbagai keperluan dalam jumlah yang dibutuhkan dan pada saat
dibutuhkan.
2. Penggunaan ruang penyimpanan bersama - Dalam waduk multi guna di mana penggunaan
bersama dari beberapa ruang penyimpanan atau air penyimpanan telah dipertimbangkan,
operasi menjadi rumit karena permintaan yang saling bersaing dan bertentangan.
Sementara pengendalian banjir membutuhkan tingkat reservoir yang rendah, kepentingan
konservasi memerlukan tingkat setinggi yang bisa dicapai. Dengan demikian, tujuan dari
fungsi-fungsi ini tidak kompatibel dan kompromi harus dilakukan dalam operasi
pengendalian banjir dengan mengorbankan persyaratan fungsi-fungsi ini. Dalam beberapa
kasus bagian dari ruang penyimpanan konservatif digunakan untuk moderasi banjir, selama
tahap awal angin muson. Ruang ini harus diisi untuk tujuan konservasi menjelang akhir angin
muson secara progresif, karena tidak mungkin untuk mengisi ruang ini selama periode pasca
angin muson, ketika alirannya tidak mencukupi bahkan untuk memenuhi persyaratan saat
ini. Ini secara alami akan melibatkan beberapa pengorbanan kepentingan pengendalian
banjir menjelang akhir angin muson.
4.5.13.2 Pengoperasian sistem waduk
Sangat tidak jarang menemukan kelompok atau 'sistem' waduk baik di sungai tunggal atau di sungai
dan anak-anak sungainya. Contoh dari yang pertama adalah bendungan yang diusulkan di sungai
Narmada (Gambar 7) dan contoh yang terakhir adalah bendungan proyek Lembah Damodar
(Gambar 8).

Dalam hal sistem waduk, perlu mengadopsi strategi untuk mengoperasikan waduk secara
terintegrasi untuk mencapai pemanfaatan optimal sumber daya air yang tersedia dan untuk
mendapatkan manfaat terbaik dari sistem waduk.

Dalam penyusunan rencana regulasi untuk operasi terpadu dari sistem waduk, prinsip yang berlaku
untuk unit terpisah pertama diterapkan ke waduk individu. Modifikasi jadwal yang dikembangkan
kemudian harus dipertimbangkan dengan menyusun beberapa rencana alternatif. Dalam studi ini,
teknik optimisasi dan simulasi dapat digunakan secara luas dengan aplikasi komputer dalam
pengembangan sumber daya air.

Gambar 7. Proyek pengembangan Lembah Narmada


Gambar 8. Proyek pengembangan Lembah Damodar

Вам также может понравиться