Вы находитесь на странице: 1из 14

PERILAKU SOSIAL ANAK JALANAN DI KAWASAN SIMPANG 4

PASAR PAGI ARENGKA

Oleh :
Olaf Prasetya
EMAIL :Olafprasetya03@yahoo.com
Pembimbing :Drs. H. Yoserizal, Ms
Jurusan Sosiologi – Program Studi Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unversitas
Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293-Telp/Fax.
0761-6377

Abstract
One of the social problems that exist in Indonesia, namely the increasing number of poor
people in this country. One of the effects of poverty is disregard for the rights of children, which
soon led to child labor. Child labor is a term for employing young children. The term child labor
can have the connotation of exploitation anakkecil on their labor, with a small salary or
consideration for their personality development, security, health and future prospects.
Appropriate legislation, set a minimum working age of 13 years. So that working children under
13 years are also called child labor. Based on these data it can be estimated that the conditions of
child labor in Indonesia is very bad, a lot of factors driving children to work, it is among the
number of poor diIndonesia are still very high above 30 million, and the Consumer Price Index /
High inflation, resulting in many child chooses to feed herself or help the family.
Figure of street children sprung in the Pekanbaru city, be it on the roadside , on the
intersection of traffic signs, and in other public areas. Street children make the place for their
place to work as well as search for the sourch of life. Most of the children spent their time on the
street. The research took a sample of 9 the Street Children who conduct their activities around at
simpang 4 pasar pagi arengka Pekanbaru city.
Tekhnik of collecting data obtained in the study through the interview and observation to
9 children street as respondent. The research shows that the factors encouraging children choice
becoming street children, social behavior of street children and street children receive of
violence.
Keywords: Street Children, Social Behavior and Family.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 1


PENDAHULUAN pilihan yang menyenangkan. Tekadang
keberadaan mereka tak jarang menjadi
Latar Belakang masalah tersendiri dari berbagai pihak,
seperti dari masyarakat, lingkungan sekitar
Di negara sedang berkembang, kota
maupun Negara. Menurut Hening
mengalami pertambahan jumlah penduduk
Budyawati, dinyatakan bahwa anak jalanan
dengan sangat pesat, hal ini diakibatkan oleh
merupakan satu kelompok anak yang berada
adanya migrasi atau berpindahnya penduduk
dalam kesulitan khusus (children in
dari desa ke kota yang tidak terkendali.
especially difficult circumstance, sehingga
Alasan utama perpindahan ini adalah faktor
dalam hal ini anak jalananmerupakan pihak
ekonomi, mereka menganggap bahwa
yang selayaknya menjadi prioritas untuk
prospek ekonomi di perkotaan lebih baik
seger di tangani1. Namun, perhatian
dibandingkan di desa. Adapun dampak yang
terhadap anak jalanan belum begitu besar
ditimbulkan dari migrasi itu antara lain
dan solutif.
kemiskinan, terjadinya kesenjangan sosial
ekonomi antara kaum miskin kota dengan Anak jalanan tumbuh dengan
kaum kaya kota yang memiliki kemewahan, berbagai latar belakang sosial, seperti anak
dan dampak yang bisa kita lihat dan sering broken home, anak yatim yang terbuang,
kita temui di kota-kota besar adalah anak-anak yang kelahirannya tidak
munculnya slum area atau perkampungan dikehendaki, atau anak-anak yang harus
kumuh yang merupakan tempat tinggal bagi membantu ekonomi orang tuanya maupun
kaum miskin kota yang menjadi komunitas anak-anak yang lari dari berbagai problem
termarginalkan di kota. keluarga maupun di lingkungan sekitarnya.
Masyarakat seringkali menganggap anak
Mereka yang datang ke kota tanpa jalanan merupakan anak yang urakan, tidak
memiliki bekal keterampilan yang memadai tahu aturan, terbelakang, dan sangat dekat
hanya akan menjadi tuna karya di kota. dengan tindak kriminal. Dari pandangan ini
Kalaupun mereka bekerja biasanya hanya maka secara tidak langsung memunculkan
menjadi buruh serabutan, pengemis, sifat introvet dari anak jalanan tersebut
pengamen, pemulung, dan bahkan ada juga dalam bergaul dengan masyarakat.
yang pada akhirnya menjadi penjahat di Mereka cenderung tertutup dan
kota. Akibat persaingan yang ketat dalam hanya bisa terbuka dengan teman seprofesi
memperoleh pendapatan serta minimnya atau satu kelompok saja. Dan pada
lapangan kerja memunculkan pula kenyataanya memang tidak mudah bagi
pengangguran yang pada gilirannya anak-anak yang hidup dibawah garis
melahirkan pekerjaan tidak terhormat, kemiskinan untuk mencari penghasilan atau
disamping menyertakan pula berbagai pekerjaan yang layak ditengah kondisi yang
patologis sosial lainnya. serba sulit seperti sekarang ini. Tetapi
banyak diantara mereka yang masih bisa
Fenomena merebaknya anak jalanan
berfikir dengan jernih dan mencari
di Indonesia merupakan salah satu dampak
pekerjaan halal seperti menyemir sepatu,
dari kemiskinan di Indonesia. Fenomena
menjual koran maupun mengamen.
anak jalanan merupakan persoalan social
yng komplek. Anak jalanan sendiri
merupakan salah satu dari persoalan yang
harus ditangani secara cepat dan tepat.
1
Karna menjadi anak jalanan bukan sesuatu Odi salahuddin, Anak Jalanan dan Konvensi Hak
Anak (Semarang: Yayasan Setara, 2000), hlm. 11.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 2


Salah satu permasalahan sosial yang yang terbatas untuk menanggulangi
ada di Indonesia, yaitu semakin kemiskinan. Hal ini juga dapat dilihat
meningkatnya jumlah masyarakat miskin di dengan semakin meningkatnya jumlah anak
negara ini. Salah satu dampak kemiskinan jalanan, terutama di kota Pekanbaru. anak
adalah diabaikannya hak-hak anak, yang jalanan muncul akibat adanya kemiskinan
dengan segera memunculkan pekerja anak. dan kesenjangan pendapatan di kota ini.
Pekerja anak adalah sebuah istilah untuk Beberapa anak jalanan di sekitar
mempekerjakan anak kecil. Istilah pekerja kawasan simpang 4 pasar pagi Arengka
anak dapat memiliki konotasi menggantungkan hidupnya dengan cara
pengeksploitasian anak kecil atas tenaga berprofesi sebagai pekerja anak yang selalu
mereka, dengan gaji yang kecil atau menawarkan jasa seperti mengamen,
pertimbangan bagi perkembangan membersihkan kaca mobil, ojek payung,
kepribadian mereka, keamanannya, membagikan brosur dan juga menjual koran,
kesehatan dan prospek masa depan. dengan mengharapkan belas kasihan dari
orang-orang yang berada di simpang 4 pasar
Sesuai perundangan, menetapkan pagi Arengka. Kota Pekanbaru merupakan
umur minimum bekerja 13 tahun. Sehingga salah satu daerah yang memiliki jumlah
anak yang bekerja dibawah 13 tahun juga anak jalanan yang terbilang banyak. Dinas
disebut pekerja anak. Berdasarkan data-data Sosial kota Pekanbaru menyatakan, bahwa
tersebut dapat diperkirakan bahwa kondisi pada akhir tahun 2010 hingga akhir tahun
pekerja anak di indonesia sangatlah buruk, 2014, jumlah anak jalanan meningkat dari
banyak faktor pendorong anak untuk 250 orang menjadi 950 orang.
bekerja, hal tersebut diantaranya Jumlah Keberadaan anak-anak jalanan di
penduduk miskin di Indonesia yang masih beberapa sudut jalan di Pekanbaru tentu
sangat tinggi diatas 30 juta, dan juga Indeks memberikan dampak positif dan negatif
Harga Konsumen/Inflasi yang bagi masyarakat maupun bagi keteraturan
tinggi,mengakibatkan banyak anak memilih dan keindahan kota Pekanbaru, dimana
untuk menghidupi dirinya atau membantu dampak positif yang diberi pekerja anak
keluarga2. Hal ini merupakan sedikit dari contohnya seperti ojek payung, membagikan
permasalahan sosial yang ada dalam brosur dan juga membantu meringankan
masyarakat. perekonomian keluarganya sendiri. Namun
Dalam banyak kasus, kemiskinanlah dampak negatif juga terlihat sangat banyak
yang menyebabkan pekerja anak mengalami dimana kita ambil contoh seperti
masa- masa yang tidak menyenangkan. meyebabkan kemacetan, menggangu
Tanpa masa kanak-kanak, pada masa ketika pengguna jalan, berperilaku kasar dan
dasar-dasar kemampuan manusia melakukan tindakan kriminal. Melihat
dikembangkan, tak dapat diingkari lagi ada dampak negatif yang menjadi lebih dominan
lebih 1,5 juta anak-anak yang memiliki inilah yang menyebabkan masyarakat
kemampuan terbatas untuk mendapatkan menjadi resah dengan keberadaan pekerja
penghidupan yang layak dan juga pilihan anak ini karena mereka menjadi terkadang
terkesan seperti memaksa jika tidak diberi
2
Bhirawa, Mahesa .2010. “wajah Anak imbalan, bahkan ada yang sampai
Indonesia Memprihatikan” dalam http mengucapkan kata kotor dan ada yang
://ekonomi .kompas iana com /group/ /bisnis sampai mengores bodi mobil, hal inilah
/2010/08/26/wajah-pekerja-anak indonesia yang menjadi masalah pengguna jalan. Akan
memprihatinkan, Di akses tanggal 28 juli 2015 tetapi para pekerja anak atau anak jalan ini

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 3


juga melakukan hal yang berdampak negatif Berdasarkan pada latar belakang
seperti itu akibat dari keadaan lingkungan tersebut, maka penelitian ini dapat
mereka juga dan ada pulak akibat dari ulah dirumuskan sebagai berikut :
pengguna jalan itu sendiri. 1. Bagaimana bentuk kekerasan yang
Salah satu tempat dikota Pekanbaru didapat anak jalanan di kawasan
yang marak dengan anak jalanan yaitu simpang 4 pasar pagi arengka ?
kawasan simpang 4 pasar pagi Arengka 2. Faktor apa yang menyebabkan anak
yang merupakan kawasan padat jalur lalu turun kejalan?
lintas di Pekanbaru, daerah ini selalu ramai
dikarenakan jalan akses utama menuju pusat Tujuan Penelitian
kota, perkantoran, Universitas, dan Tujuan penelitian adalah jawaban
merupakan kawasan perbelanjaan tradisional terhadap masalah yang akan dikaji dalam
pekanbaru alasan inilah yang menjadikan penelitian. Sesuai dengan permasalahan
tempat ini menjadi lahan bagi anak jalanan yang telah dirumuskan maka tujuan dari
di kawasan simpang 4 pasar pagi Arengka. penelitian ini adalah :
Jam operasi para pekerja anak di simpang 1. Untuk mengetahui bentuk kekerasan
empat pasar pagi Arengka dimulai dari jam yang didapat anak jalanan di
3 siang sampai dengan 11 malam. Operasi kawasan simpang 4 pasar pagi
mereka diakhir dengan sebutan “lampu arengka.
mati”, selain menjadi pekerja anak ada juga 2. Untuk menganalisis Faktor yang
dari mereka yang menjadi pengemis dan menyebabkan anak turun kejalan.
mereka mengemis dengan berbagai cara.
Mereka juga mengemis tidak secara Manfaat Penelitian
berkelompok dan sendiri akan tetapi mereka Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
dipantau induak mereka masing-masing, dan 1. Perilaku sosial anak jalanan yang
usia anak jalanan ini berkisar antara 6 berada di kawasan simpang 4 pasar
sampai 18 tahun. Dan para anak jalanan ini pagi Arengka, diharapkan agar dapat
berasal tidak dari satu daerah saja akan berinteraksi sosial dengan baik
tetapi berasal dari daerah, suku-suku yang terhadap lingkungan di sekitarnya
berbeda, misalnya ada suku Melayu, Batak sehingga interaksi sosial yang
dan Minang. Para anak jalanan ini tidak muncul adalah interaksi yang positif.
sedikit juga yang masih memiliki keluarga, 2. Bagi masyarakat luas, khususnya
ada dari antar salah satu anak jalanan yang yang melewati kawasan simpang 4
sudah tidak memiliki keluarga sehingga dia pasar pagi Arengka agar dapat
untuk menghidupi dirinya sendiri adalah memahami kondisi sosial ekonomi,
dengan cara bekerja sebagai penjual koran. anak jalanan dalam melakukan
Berangkat dari berbagai aktifitasnya (pekerjaan), sehingga
pertimbangan di atas, maka penulis tertarik dapat tercipta ketentraman.
untuk melakukaan penelitian dengan judul 3. Bagi akademisi selanjutnya dapat
penelitian; “PERILAKU SOSIAL ANAK digunakan sebagai bahan masukan
JALANAN DI KAWASAN SIMPANG 4 dan acuan serta menjadi rujukan
PASAR PAGI ARENGKA” dalam melakukan penelitian
selanjutnya.

KERANGKA TEORI
Rumusan Masalah
Prilaku Sosial

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 4


Perilaku sosial adalah suasana saling beraktifitas sepanjang hari di jalan dengan
ketergantungan yang merupakan keharusan waktu rata-rata 8 jam (Werdiastuti, 1998).
untuk menjamin keberadaan manusia (Rusli Dari teori di atas dapat disimpulkan
Ibrahim, 2001). bahwa anak jalanan adalah anak yang
berusia dibawah 18 tahun yang beraktifitas
Faktor-faktor Pembentuk Prilaku Sosial lebih banyak di jalan.
Baron dan Byrne berpendapat bahwa
ada empat kategori utama yang dapat Kategori Anak Jalanan
membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu : Terdapat 4 kategori anak-anak jalanan yaitu:
1. Perilaku dan Karakteristik Orang Lain 1. Anak jalanan tanpa ikatan keluarga.
2. Proses Kognitif 2. Anak jalanan yang masih mempunyai
3. Faktor Lingkungan ikatan dengan keluarga.
4. Tatar Budaya sebagai Tempat Perilaku 3. Anak jalanan satu-satunya yang mencari
dan Pemikiran Sosial Itu Terjadi nafkah dalam keluarga (who are sole
bread winners).
Bentuk dan Jenis Prilaku Sosial 4. Anak jalanan yang berpendidikan atau
Perilaku sosial dapat dilihat melalui sifat- tidak berpendidikan atau tanpa ikatan
sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu : dengan keluarga.
1. Kecendrungan Perilaku Peran
a. Sifat pemberani dan pengecut secara Perilaku Anak Jalanan
b. Sifat berkuasa dan sifat patuh Perilaku anak jalanan adalah unik,
c. Sifat inisiatif secara sosial dan pasif walaupun banyak diantara mereka yang
d. Sifat mandiri dan tergantung beresiko, tetapi ada juga hal positif dari
2. Kecendrungan Perilaku dalam mereka, yaitu : pandai membaca peluang,
Hubungan Sosial tahan bekerja keras, memiliki solidaritas
a. Dapat diterima atau ditolak oleh orang yang tinggi dengan sesama teman, mudah
lain membuat keterampilan, bersikap terbuka
b. Suka bergaul dan tidak suka bergaul dan saling percaya. Bahkan pada umumnya
c. Sifat ramah dan tidak ramah anak jalanan mempunyai harapan untuk
d. Simpatik atau tidak simpatik menyelesaikan sekolah, memperoleh
3. Kecenderungan Perilaku Ekspresif pekerjaan tetap dan uang cukup, bersatu
a. Sifat suka bersaing (tidak kooperatif) kembali dengan keluarga, memulai hidup
dan tidak suka bersaing (suka bekerjasama) baru (Sudrajat, 1995, dalam Werdiastuti,
b. Sifat agresif dan tidak agresif 1998).
c. Sifat kalem atau tenang secara sosial
Perlindungan Anak Jalanan
d. Sifat suka pamer atau menonjolkan
Perlindungan anak jalanan mengacu
diri.
pada UUD 1945 pasal 34 yang menyatakan
bahwa fakir miskin dan anak terlantar
Anak Jalanan dipelihara oleh Negara. Landasan ini
Berdasarkan Undang-undang nomor
ditindaklanjuti dengan UU Nomor 4 tahun
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
1974 tentang kesejahteraan anak, disebutkan
bab I pasal 1, anak adalah seseorang yang
bahwa kesejahteraan anak yang dapat
belum berusia 18 tahun (Sekretariat
menjamin kehidupan dan penghidupan, yang
Negara.Repubilik Indonesia (Setneg RI,
dapat menjamin pertumbuhan dan
2008). Anak jalanan adalah anak yang hidup
perkembangannya dengan wajar, baik secara
dan beraktifitas di jalan. Anak jalanan

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 5


jasmani, rohani maupun sosial adalah dimana lokasi penelitian berada di kawasan
tanggung jawab orang tua. simpang 4 pasar pagi arengka.
2. Data sekunder
Pekerja Anak Peneliti menggunakan data sekunder
Persoalan di seputar anak-anak ini untuk memperkuat penemuan dan
menurut pengamat pendidikan Supriyoko melengkapi informasi yang telah di
(KR, 10 Agustus, 1997:4) menyebutkan kumpulkan melalui wawancara langsung
bahwa adakalanya karena pengaruh dengan anak jalanan di kawasan simpang 4
lingkungan yang salah, dapat pasar pagi arengka.
menjerumuskan anak-anak yang sebelumnya
tidak dalam kategori mangkhawatirkan ke Teknik Pengumpulan Data
dalam perbuatan maksiat yang akhimya 1. Metode Wawancara
dapat membahayakan anak-anak itu sendiri. Wawancara yang dilakukan dengan
menggunakan daftar pertanyaan meliputi:
METODE PENELITIAN Nama, umur, tingkat pendidikan, dan lain-
lain.
Pendekatan dan Jenis Penelitian 2. Observasi
Metode penelitian yang penulis Dalam penelitian ini peneliti
gunakan adalah pendekatan kualitatif. menggunakan observasi langsung. Observasi
Penelitian kualitatif dimulai dengan langsung yang dimaksud peneliti adalah
mengumpulkan informasi dari suatu pengumpulan data yang dilakukan melalui
wajarnya, untuk dirumuskan menjadi suatu peninjauan langsung kelapangan untuk
generalisasi yang dapat diterima oleh akal mendapatkan informasi.
sehat manusia.
GAMBARAN UMUM LOKASI
Lokasi dan Waktu Penelitian PENELITIAN
Lokasi penelitian adalah tempat dimana si
peneliti mengambil data dari permasalahan 1. Letak geografis
penelitian yang ditelitinya guna Pasar Pagi Arengka terletak dijalan
pembenarandalam kenyataan penelitiannya. Arengka dan Soekarno Hatta Kelurahan
Lokasi penelitian ini dilakukan di simpang Sidomulyo Timur Kecamatan Marpoyan
empat pasar pagi Arengka. Damai sebagai tempat aktivitas kegitan
pasar. Luas Pasar Arengka Pekanbaru lebih
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 9 kurang 6000m di atas tanah milik Igk Pudja.
orang yang terdiri atas perempuan dan laki- Dilihat dari posisi geografisnya,
laki yang usianya bervariasi. Penulis sebagai 2. Demografis
peneliti berupaya melakukan penelitian ini
dengan menggunakan sudut pandang orang Pasar Pagi Arengka Pekanbaru adalah
yang menjadi sumber data primer penilitian pasar tradisional yang menjual bermacam-
ini. macam kebutuhan seperti mulai dari sayur-
mayur, barang, klontong, pakaian dan
Sumber Data kebutuhan sehari-hari. Jumlah pedagang di
1. Data primer pasar ini tidak dapat data yang jelas, tetepi
Data di dapat langsung dari lapangan berdasarkan wawancara kepada kapala
melalui wawancara terhadap anak jalanan pasarnya terdapat lebih kurang 400
pedagang.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 6


dapat melanjutkan sekolahnya karena
PEMBAHASAN keterbatasan biaya. Dari pekerjaanya
Penelitian ini menggunakan anak membersihkan kaca mobil ia mendapatkan
jalanan di simpang 4 pasar pagi arengka sekitar Rp 30.000 hingga Rp 50.000
sebagai informan kasus. Hal ini karena anak perhari.
jalanan adalah objek dari penelitian saya
sehingga anak jalanan dipilih sebagai 3. AG ( pengamen )
sumber informasi yang utama. Adapun
AG (laki-laki) berusia tiga belas
informan tersebut berjumlah sembilan orang
tahun. AG menjadi pengamen sejak tiga
yang terdiri dari lima orang pengamen, dua
tahun yang lalu. AG adalah anak kedua dari
orang pengemis dan satu orang
dua bersaudara. AG berasal dari keluarga
membersihkan kaca mobil, satu orang
yang berkecukupan, ayah AG bekerja
pedagang asongan. Informan berusia lima
sebagai PNS dan ibunya adalah ibu rumah
tahun hingga lima belas tahun yang telah
tangga. Alasan AG bekerja di dijalan untuk
berada dijalanan lebih dari lima bulan.
mendapatkan kebebasan dan mandiri. Pada
hari biasa AG memulai aktifitas sebagai
Profil Informan pengamen pada pukul 12.00 dan berakhir
1. AN ( Pengemis )
pada pukul 22.00 malam. Sedangkan
AN (laki-laki) berumur dua belas
weekend AG memulai bekerja pukul 11.00
tahun. AN bekerja sebagai pengemis sejak
siang hingga 23.00 malam.
dia berumur sembilan tahun . AN adalah
anak pertama dari empat bersaudara. Ibunya AG mengaku senang bekerja dijalan
adalah penjual jamu keliling dan Ayah tidak karna dapat menghasilkan uang sendiri dan
bekerja karena sakit-sakitan. Setiap harinya bisa belajar mandiri tanpa perlu bergantung
AN bekerja mulai pukul 10.00 pagi hingga kepada orang tua seperti anak-anak lainnya.
pukul 23.00 malam. Penghasilan yang ia Uang yang dihasilkan AG dalam sehari
peroleh dari menjadi pengemis rata-rata 50.000-100.000. Sesekali AG pulang
Rp50.000-100.000 perhari. Ia sempat kerumah dengan membawakan beras atau
menuntut ilmu hingga kelas dua SD. buah yang diberikannya untuk orang tuanya.
2. AD ( Membersihkan kaca mobil) Terkadang uang yang didapat AG
AD (laki-laki) berumur lima belas digunakanya untuk membantu sesama anak
tahun tahun. AD bekerja membersihkan jalanan .
kaca mobil para pengguna jalan lampu
merah di kawasan simpang 4 pasar pagi 4. RY (pegamen)
arengka dengan menggunakan kemoceng.
AD adalah anak pertama dari tiga RY (laki-laki) adalah pengamen
bersaudara, ibunya seorang ibu rumah yang berusia Sembilan tahun. RY menjadi
tangga sedang ayahnya adalah seorang pengamen semenjak putus sekolah kelas dua
pedagang asongan. Sudah dua tahun AD SD. RY tumbuh dalam keluarga miskin
melakukan pekerjaan ini bersama adik- dengan ayah yang bekerja sebagai buruh dan
adiknya. AD mulai bekerja dari pukul 10.00 ibu seorang ibu rumah tangga. RY berangkat
pagi hingga pukul 22.00 malam . Menurut dari rumahnya pada pukul 11.00 Siang dan
pengakuannya ia bekerja atas suruhan orang kembali ke rumah ketika lampu jalan sudah
tuanya, demi membantu orang tuanya dipadamkan atau pukul 23.00. Uang yang
mencari uang. AD mengaku tidak keberatan dihasilkan RY adalah 30.000-50.000
atas hal ini, namun demikian ia tetap tidak perharinya. RY mengaku sangat ingin
bersekolah kembali seperti anak-anak

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 7


lainnya dan mendapa pendidikan yang pengamen kini duduk di kelas satu SMP
layak. sedangkan adik BS baru menginjak kelas
satu SD. BS sendiri duduk di kelas dua SD
5. US (pengamen) Negri. Setiap harinya BS mendapatkan uang
sekitar RP. 30.000- RP. 50.000 perharinya.
US (perempuan) tahun ini genap
BS bekerja dari pukul 17.00 sore hingga
berusia lima tahun . US baru enam bulan
pukul 23.00 malam ketika lampu jalan
bekerja menjadi anak jalanan. Lahir dari
dipadamkan .
keluraga yang memiliki perekonomian yang
rendah, ayah US berprofesi sebagai supir 8. JS (pengemis)
angkutan umum dan ibu sebagai ibu rumah
tangga. Kakak pertama US berumur 11 JS (laki-laki) adalah salah seorang
tahun berprofesi sebagai pengamen, US siswa kela 4 SD Negeri yang menjadi
bekerja ditemani oleh kakaknya. Setiap pengemis sejak dia berumur sepuluh tahun.
harinya US mendapat uang sekitar Saat ini JS berumur sebelas tahun tahun .
Rp.30.000 hingga Rp.50.000 perharinya dan Dia merupakan anak bungsu dari 4
ketika weekend bisa mencapai 70.000 bersaudara . Kakak JS juga memiliki profesi
hingga 100.000. US bekerja mulai pukul yang sama. JS terlahir dari keluarga kurang
13.00 siang hingga pukul 22.00 malam mampu. Ibu JS yang berdagang kaki lima
sedangkan ayah JS bekerja sebagai buruh
6. AR (pengamen ) bangunan. Untuk membantu mencukupi
kebutuhan keluarganya dan keperluan
AR(laki-laki) berumur sebelas
sekola JS bekerja mulai dari pukul 13.00
tahun. AR adalah kakak dari US, AR anak
hingga 22.00 malam. Uang yang di dapat JS
pertama dari empat bersaudara. Pendapatan
biasanya RP.30.000 sampai RP. 50.000
ayah AR dari menarik angkutan umum tidak
perharinya.
cukup untuk memenuhi kebutuhan AR dan
keluarganya. AR saat ini duduk di kelas 3
9. DR (Pedagang Asongan)
SD. AR mulai bekerja bersama adiknya US
DR (perempuan) bekerja sebagai
dari pukul 13.00 siang hingga pukul 22.00
pedagang asongan sudah lebih dari setahun.
malam. Uang yang dihasilkan dari
DR adalah anak tunggal dari ibu yang
mengamen ini mulai dari RP. 30.000- RP.
berprofesi sebagai pedagang kaki lima dan
50.000 pada hari biasa, sedangkan weekend
ayah yang bekerja sebagai tukang parkir.
bisa sampai RP. 70.000-RP. 100.000 .AR
DR masih bersekolah . Tahun ini DR
mengaku tidak sempat belajar karena harus
berumur 10 tahun. Setiap hari DR pergi
bekerja sepulang sekolah. AR sangat ingin
bekerja bersama ibunya sekitar pukul 13.00
bisa hidup seperti anak-anak lain tanpa ada
dan pulang ke rumah pada malam hari pukul
tanggung jawab untuk bekerja.
22.00. Uang yang di dapatkan DR
7. BS (Pengamen) perharinya mencapai RP. 30.000 hinga RP.
50.000.
BS (laki-laki) adalah anak ke dua Selain informan primer, penelitian
dari tiga bersaudara. Tahun ini ia genap ini juga menggunakan informan tambahan
berusia delapan tahun. Lahir dari keluarga untuk melengkapi informasi yang diberikan
yang memiliki perekonomian rendah, ayah oleh informan primer. Adapun informan
BS yang berprofesi sebagai penjual balon tambahan tersebut dipilih oleh peneliti
dan ibunya sebagai ibu rumah tangga . dengan mempertimbangkan kapasitas
Kakak pertama BS berprofesi sebagai informan yang digunakan. Informan

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 8


tambahan tersebut terdiri atas 2 pengunjung Bentuk Kekerasan Pada Anak Jalanan di
pasar arengka, 2 Pedagang yang berjualan Kawasan Simpang 4 Pasar Pagi Arengka
disekitar pasar arengka, salah seorang orang Kehidupan jalanan yang keras dan liar
tua anak jalanan. Adapun informan membuat anak anak jalanan sering
tambahan tersebut adalah sebagai berikut : memperoleh perlakuan kasar, bahkan
petugas razia yang seharusnya melindungi
1. BH (Pengunjung Pasar Pagi anak-anak tersebut tak jarang melakukan
Arengka) tindakan kasar demi menertibkan mereka.
Kekerasan tersebut muncul karena anak-
BH adalah supir angkutan kota yang
anak dianggap memiliki posisi yang rendah
hampir setiap hari pasti berada di Pasar. BH
dan lemah. Tindakan kekerasan yang terjadi
berusia 36 tahun dan pendidikan terakhirnya
pada anak jalanan menyebabkan anak
adalah STM.
menjadi takut, dan sebagian juga
2. LJ ( Pengunjung Pasar Pagi meninggalkan bekas luka pada tubuh anak
Arengka) itu sendiri.
Adapun eksploitasi atau tindak
LJ adalah pengunjung Pasar Pagi kekerasan tersebut akan dijelaskan sebagai
Arengka yang berprofesi sebagai berikut:
wiraswasta. Pendidikan terakhir LJ adalah
SMA dan berusia 27 tahun. LJ juga hampir 1. Eksploitasi Fisik
setiap hari belanja di pasar pagi arengka. Eksploitasi fisik tidak hanya
dilakukan oleh masyarakat awam bahkan
3. DA (Ayah salah satu Anak Jalanan ) aparat penegak hukum kerap kali melakukan
DA adalah ayah dari BS seorang tindak kekerasan terhadap anak jalanan. Para
penjual balon berusia 42 tahun dan terakhir petugas razia anak jalanan dalam hal ini
kali duduk di bangku sekolah saat ia duduk adalah Satpol PP sering kali melakukan
di Sekolah Dasar. tindak kekerasan terhadap anak jalanan baik
itu terhadap anak jalanan yang bersalah
4. LT (Penjual bakso) maupun yang tidak bersalah. Bentuk
kekerasan fisik yang sering diterima oleh
LT adalah penjual bakso. Pendidikan anak jalanan yaitu didorong, dicubit,
terakhir LT adalah Sekolah Dasar. LT dipukul, ditampar, ditendang dan diseret
sudah 2 tahun menjual bakso di sekitar Pasar masuk ke dalam mobil.
Pagi Arengka. LT mengaku sudah sangat
akrab dengan anak-anak di sekitar Pasar 2. Eksploitasi Mental atau Psikis
Pagi Arengka. Eksploitasi mental ini juga banyak
diterima dari berbagai kalangan baik dari
5. HK (Penjual keripik)
orang tua, teman, preman, bahkan
HK menjual keripik singkong sudah pengunjung. Makian berupa kata-kata kotor
sekitar 7 tahun dan mulai berjualan di sering diterima anak jalanan ketika di rumah
sekitar Pasar Pagi Arengka sekitar 3 tahun saat uang hasil bekerja tidak memenuhi
lalu. HK terakhir bersekolah pada tingkatan target yang ditentukan orang tua.
SMP. Pria keturunan Jawa ini berusia 27
tahun. Faktor Penyebab Anak Turun Ke Jalan
1. Faktor Ekonomi
a. Pengangguran

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 9


b. Rendahnya Pendapatan Orang Tua a. Perilaku Kekerasan dan Tindak
2. Faktor Budaya Kriminal
a. Persepsi Orang Tua terhadap Nilai Dampak perilaku kekerasan dan
Anak kriminal adalah akibat dari intimidasi orang
b. Penanaman Etos Kerja Sejak Dini dewasa terhadap anak jalanan, baik itu dari
terhadap Anak orang tua, preman, maupun petugas razia
3. Faktor Pendidikan anak jalanan sehingga anak jalana juga
a. Rendahnya Pendidikan Orang tua melakukan hal yang sama kepada orang lain.
b. Orang Tua Tidak Mengetahui dan
Memahami Peraturan Mengenai b. Pergaulan Bebas
Pemanfaatan Anak Banyak hal yang bisa terjadi saat
4. Faktor Kebebasan anak jalanan berada di tempat kerja.
Dampak negative seperti penyalahgunaan
Dampak Negatif Anak Turun kejalanan obat terlarang dan zat adiktif, ngelem, seks
Banyak dampak negatif yang harus bebas dan lain-lain.
di tanggung oleh anak jalanan akibat
Penyebab Perilaku Sosial Anak Jalanan
turunnya anak ke jalanan, mulai dari
di Kawasan Simpang 4 Pasar Pagi
dampak fisik, pendidikan, pergaulan bebas,
Arengka
intimidasi dari orang dewasa dan lain-lain.
Salah satu tempat dikota pekanbaru
1. Dampak pendidikan yang marak dengan anak jalanan yaitu
Dampak pendidikan adalah salah kawasan pasar pagi arengka yang
satu dampak yang sangat berpengaruh bagi merupakan kawasan perbelanjaan tradisional
anak jalanan. Dampak ini terlihat jelas di pekanbaru. Tempat ini selalu ramai
seperti terganggunya waktu belajar atau dengan pengunjung dan juga pengguna jalan
bahkan sampai putus sekolah . pada pagi dan sore hari karena jalan ini
adalah akses utama menuju pusat kota,
2. Dampak Fisik perkantoran, dan Universitas. Factor inilah
Orang tua anak jalanan seringkali yang menjadikan kawasan ini sebagai lahan
mengabaikan kesehatan anak jalanan. Yang bagi anak jalanan untuk mencari nafkah.
terpenting bagi mereka hanyalah uang yang demi untuk memenuhi target
diperoleh oleh anak jalanan.Perlakuan kasar pendapatan yang harus diperoleh setiap
dari orang tua, preman ataupun petugas razia harinya, anak jalanan tidak segan-segan
seperti dipukul, di tampar, dicubit, dan untuk memaksa pengunjung untuk
ditendang adalah dampak fisik yang memberikan uang kepada mereka bahkan
seringkali diterima anak jalanan. ada beberapa yang melakukan aksi kriminal
seperti melempar batu atau menggores
3. Dampak Psikis mobil para pengguna jalanan jika tidak
memberikan sesuai dengan yang mereka
Intimidasi Petugas Razia dan Preman inginkan. Hal ini tentu saja disebabkan oleh
adanya target uang yang harus didapatkan
Dampak yang cenderung tidak perharinya yang ditentukan oleh orang tua
terlihat dari kasus anak jalanan ini adalah anak jalanan tersebut. Apabila target yang
dampak psikis. Intimidasi dari orang dewasa diberikan tidak bisa dipenuhi mereka
seperti orang tua, satpol PP dan preman, seringkali mendapatkan perlakuan kasar
terkadang harus mereka terima. seperti pemukulan atau mendapatkan kata-
kata kasar. Selain di rumah anak jalanan
4. Dampak Sosial

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 10


terkadang dibayang-bayangi oleh pemalakan menciptakan kekerasan terhadap diri
yang kerap kali dilakukan oleh preman yang mereka. Beberapa bentuk kekerasan
berkeliaran di sekitar kawasan simpang 4 yang didapat berdasarkan pengakuan
pasar pagi arengka . dari informan yaitu kekerasan fisik,
psikologis dan kekerasan financial
Adanya anak jalanan sering kali atau ekonomi, yang dimana dapat
merugikan orang lain misalnya berkata bersifat personal dan struktual.
kotor, mengganggu ketertiban jalan, Kondisi ketidak adilan struktual ini
merusak body mobil dengan goresan dan dapat mengakibatkan ketimpangan
lain-lain. Lingkungan juga sangat ekonomi dan inilah yang akan
mempengaruhi kepribadian dan perilaku melahirkan kemampuan yang tidak
sosial anak jalanan. Dimana tempat mereka sama untuk memperoleh hak-hak
tinggal banyak preman, membuat anak kebutuhan hidupnya. Kondisi yang
jalanan tidak memiliki perilaku social yang demikianlah yang kedepannya akan
baik terhadap masyarakat maupun di semakin menciptakan pada usia dini
lingkungan tempat tinggal nya. anak sudah bekerja akibat dari
PENUTUP semakin rendahnya tingkat ekonomi
keluarga.
Kesimpulan 2. Faktor anak bekerja di jalanan adalah
Penelitian membahas mengenai kemiskinan ,pengangguran,
perilaku sosial anak jalanan di kawasan rendahnya pendapatan orang tua,
simpang 4 pasar pagi arengka. Tempat ini persepsi orang tua yang salah
merupakan daerah yang berada di tengah mengenai nilai anak, penanaman etos
kota Pekanbaru . Keberadaan anak-anak kerja pada usia dini, rendahnya
jalanan yang menjadi pengamen dan pendidikan orang tua, orang tua tidak
pedagang asongan di kawasan simpang 4 mengetahui dan memahami peraturan
pasar pagi arengka demi mencukupi mengenai eksploitasi anak dan faktor
kebutuhan ekonomi keluarganya melalui yang berasal dari dalam diri anak
berbagai macam proses, dari mereka yang jalanan sendiri yang ingin
berkeinginan sendiri untuk mencari uang mendapakan kebebasan di jalanan.
dan mendapatkan kebebasan dijalanan, Prilaku social anak jalanan simpang 4
kemudian ada pula yang turun ke jalanan pasar pagi arengka seperti memaki
karena perekonomian dan putus sekolah. pengguna jalan dengan kata-kata
Dari uraian dan analisis-analisis yang kasar, membaret mobil, dikarenakan
telah peneliti kemukakan dalam tulisan lingkungan sangat mempengaruhi
ini,maka sampailah penulis pada bagian kepribadian dan perilaku sosial
akhir penulisan penelitian ini. Pada bagian mereka. Dimana tempat mereka
ini peneliti mencoba untuk menyimpulkan tinggal banyak preman serta
hasil penelitian yang peneliti kurangnya peran orang tua dalam
lakukan.Kesimpulan yang peneliti buat buat mendidik anak, membuat anak
dalam tulisan ini berkaitan dengan segala jalanan tidak memiliki perilaku social
yang telah peneliti lakukan dalam penelitian yang baik terhadap masyarakat
berdasarkan pada data-data yang dapat maupun di lingkungan tempat tinggal
peneliti sajikan dari hasil penelitian yang nya.
dilakukan sebagai berikut:
1. Keberadaan anak dijalanan dengan Saran
mencari nafkah sekiranya telah

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 11


1. Persoalan anak jalanan dapat dapat
diselesaikan dengan mengaktifkan
LSM yang menangangi anak jalanan
sehingga dapat memberantas anak DAFTAR PUSTAKA
jalanan dan memberdayakan keluarga
anak jalanan. Penanganan secara
terpadu, tencana dan berkelanjutan Buku:
harus terus dilakukan mengingat
kondisi anak jalanan yang terus
mengalami perubahan akibat berbagai Alkostar, 1984. Advokasi Anak Jalanan,
pengaruh di sekitarnya. Jakarta : Rajawali.
2. Anak jalanan sama potensinya dengan
anak pada umumnya, anak jalanan Andari, A 2003. Bahan Ajar Psikologi
juga merupakan generasi penerus Perkembangan 2. Bandung
bangsa sehingga harus diperhatikan
eksisitensinya. Banyaknya undang- Azhari, Akyas. 2004. Psikologi umum dan
undang mengenai perlindungan anak perkembangan. Jakarta : Teraju.
jalanan akan menjadi sia-sia jika tidak
ada ketegasan untuk
mengimplementasi undang-undang Burhan, Bungin. 2005. Metode Penelitian
tersebut. Salah satu cara yang dapat Kualitatif, Jakarta Kencana Pernada
dilakukan adalah memberikan Media Grup, 2005.
penyuluhan kepada orang tua anak
jalanan tentang sanksi yang diberikan Bremen, J. C. 1980. The Informal Sector in
terhadap orang tua yang melakukan Research: Theory and Practice,
eksploitasi kepada anak mereka. Comparative, Roterdam (Asian
3. Permasalahan mengenai anak jalanan Studies Program), Publication No.3
di Kawasan simpang empat pasar pagi
Departemen Sosial. 2008. Standar
arengka dapat di atasi apabila adanya
pelayanan sosial anak jalanan
fungsi dan peran dari keluarga. Peran
melalui lembaga, Jakarta: Direktorat
keluarga juga disadari dapat
Jendral Pelayanan dan Rehabilitas
memberikan kontribusi positif dalam
Sosial.
mengurangi keberadaan dan dampak
negatif dari aktivitas seorang anak di
Gerungan, W. A. 1978. Psikologi Sosial.
jalanan, melalui adanya pola asuh
Bandung: PT. Refika Aditama
orangtua dalam hal proteksi anak.
Bentuk proteksi yang dimaksudkan
dalam hal ini adalah pola asuh Hart, 1973. “ Informal Income
orangtua dalam mendidik dan Opportunities and Urban
memberikan pengetahuan kepada Employment in Ghana”.
anak dalam mengetahui berbagai Journal of Modern Africana Studies.
resiko dan bahaya kehidupan jalanan
serta penanaman sikap sopan santun Hartono dkk, 2001. Ilmu sosial dasar.
dan norma agama terhadap diri anak Jakarta: PT Bumi Angkasa.
jalanan.

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 12


Humaidy, 2003. “Pergeseran Budaya 23 Tahun 2002 Tentang
Mengemis di Masyarakat Desa Perlindungan anak. Setneg. Jakarta.
Pragaan Daya Sumenep
Madura”. Pamekasan: STAIN. Suyanto, Bagong. 2002. Krisis Ekonomi dan
perkembangan anak rawan. Dalam
Ishaq, M. 2000. Pengembangan Model buku : Seandainya aku bukan
Program Taruna Mandiri. Disertasi. anakmu. Editor St. Sularto. Jakarta:
Tidak Diterbitkan. Penerbit Buku Kompas.

Lestari, Sri dan Usmi Karyani. 1997. Anak Werdiastuti, Maydian. 1998. Kebutuhan
Jalanan: Permasalahan dan Pendidikan Anak Jalanan pada
Penanggulangannya dalam Kognisi Rumah Singgah YKAI. Tesis
no. 111. Surakarta: Jurnal Ilmu FISIP UI, Jakarta.
Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Media Internet:


Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT.
remaja Rosdakarya). Anonym, 1980. Street children in the
Philippines .http;//www.wikipedia,
Mulandar, Surya. 1996. Dehumanisasi Anak the free encyclopedia.htm.
Marjinal: Berbagai Pengalaman Diakses pada tanggal 30 Juli 2011.
Pemberdayaan, (Bandung Akatiga,
1996). Bhirawa, Mahesa .2010. “wajah Anak
Indonesia Memprihatikan” dalam
Rikawarastuti. 2003. Perilaku Seksual Pada http ://ekonomi .kompas iana com
Anak Jalanan di Jakarta, Bandung, /group/ /bisnis /2010/08/26/wajah-
Surabaya, dan Medan (Analisis pekerja-anak indonesia
survei untuk program dukungan dan memprihatinkan. Diakses pada
pemberdayaan anak jalanan di tanggal 28 juli 2015
perkotaan, 2011). Jakarta, Indonesia:
Friends International The Street Children
Universitas Indonesia, Program
Network, 2009, Street Children
Pascasarjana, Program Studi Ilmu
Worldwide, http;// www.Friends-
Kesehatan Masyarakat.
international The Street Children
Rusli Ibrahim. 2001. Landasan Psikologi Network.org. Diakses pada tanggal
Pendidikan Jasmani Di Sekolah 04 maret 2015
Dasar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional. Mulandar, 1996 dalam Waluyo, 2001.
Karakteristik Sosial Ekonomi dan
Salahuddin, Ody. 2000. Anak Jalanan dan Demografi Anak Jalanan di
Konvensi Anak. (Semarang: Yayasan Kotamadya Malang.
Setara) http;//ww.digilib.itb.ac.id. Diakses
pada tanggal 04 Maret 2015
Sekretariat Negara Republik Indonesia.
2008. Peraturan Pemerintah Nomor http://ditjenpp.kemenkumham.go.id.
Diakses pada tanggal 10 Maret 2015

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 13


http://www.library.binus.ac.id/eColls/ethesis
doc/BAB1DOC/2011-2-00800
MC%2520Bab1001.doc. Diakses
pada tanggal 10 September 2015

JOM FISIP Vol. 3 No. 1 – Februari 2016 Page 14

Вам также может понравиться