Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
net/publication/303248516
CITATIONS READS
0 1,017
5 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Using planned behavior theory to analize relationships between belief, attitude and behavior to enhance households interest in
concerving energy View project
All content following this page was uploaded by Inna Sri Supina Adi on 16 May 2016.
Abstract
Economic activities not only has increased regional income,but also have impacted to reduce
natural resources and sustainable environment. The environmental impact from economic activities
does not reflect in conventional Gross Domestic Regional Product (GDRP) as the indicator of
increasing economic welfare. Increasing welfare paradigm has moved from economic perspectiveto
include environment issues.This research is aimed to measure green GDRP in Bogor city. Water use
as the identified natural resource that has been calculated in measuring depletion and economic
loss of the current state of land crisis as the measure of degradation was conducted in this study.
The resulting green GDRP in Bogor city was 2,15% lower than the conventional GDRP.
e) Pada Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Tabel 4: PDRB Semi Hijau Tahun 2012
khususnya pada sub sektor Air Bersih, (dalam Juta Rp.)
perhitungan harga air pada sub sektor Air
Bersih menggunakan pendekatan unit rent
karena PDAM dalam hal ini sebagai
perusahaan yang bergerak di bidang
penyediaan Air Bersih menggunakan
sumberdaya air sebagai bahan utama kegiatan
produksi dan menjual air bersih sebagai
komoditi utama. Perhitungan unit rent PDRB Kota Bogor di Tahun 2012 sebesar
didasarkan pada laporan keuangan Rp. 17.323.335,99 juta. Total nilai deplesi
Perusahaan Daerah Air Minum yang dari sektor-sektor usaha yang menggunakan
berlokasi di Kota Bogor. Perhitungan dalam sumber daya air adalah sebesar Rp.
satun per unit didasarkan pada volume air 368.005,96 juta. Nilai deplesi penggunaan air
yang disalurkan pada tahun 2012 oleh PDAM menyerap sekitar 2,12% dari total nilai PDRB
yaitu sebesar 32.058.801 m3. Dalam konvensional Kota Bogor tahun 2012 Dengan
perhitungan laba layak digunakan tingkat demikian, nilai PDRB Semi Hijau Kota
bunga pinjaman sebesar 12,25% sebagai suku Bogor pada tahun 2012 diperkirakan sebesar
bunga pinjaman yang berlaku pada periode Rp. 16.955.330,03.
Desember 2012 (Sumber: Statistik Ekonomi
dan Keuangan Indonesia, Bank Indonesia, 4.2.5. Degradasi
2014) dikalikan dengan total ekuitas modal
PDAM Kota Bogor. Unit rent yang dihasilkan Perhitungan nilai degradasi lingkungan
untuk harga air pada sub sektor air bersih di pada Kota Bogor menggunakan pendekatan
tahun 2012 sebesar Rp. 2,51 per liter degradasi pada sumberdaya lahan. Sebagai
langkah pendahuluan dalam mengkuantifikasi
nilai degradasi lahan, data yang digunakan
berupa luas lahan kritis yang terdapat di Kota mengingat sektor Angkutan merupakan salah
Bogor dikalikan dengan harga pupuk NPK satu sektor basis di Kota Bogor.
sebesar Rp. 11.000 per kilogram. Adapun luas
lahan kritis yang terdapat di Kota Bogor 4.2.6. PDRB Hijau
adalah sebagai berikut:
Nilai degradasi lahan selanjutnya
Tabel 5: Luas Lahan Kritis di Kota Bogor digunakan dalam perhitungan PDRB Hijau
Tingkat Kekritisan Lahan (Ha) dengan mengurangkan nilai degradasi
Kecamatan terhadap nilai PDRB Semihijau. Perkiraan
Agak kritis Kritis
Bogor Selatan 30,52 201,05
PDRB Hijau untuk Kota Bogor pada tahun
2012 adalah sebesar Rp. 16.951.118 juta atau
Bogor Utara 236,4 7,6
lebih rendah 2,15% dari nilai PDRB
Bogor Tengah 2,72 0,9
konvensional. Berikut hasil perhitungan
Bogor Barat 25,43 5,92 PDRB Hijau Kota Bogor tahun 2012.
Tanah Sareal 0 0
Bogor Timur 0 0 Tabel 7: PDRB Hijau
Total Luas 295,07 215,47 (dalam juta Rp.)
Sumber: BPS, 2013 PDRB konvensional Rp 17.323.336
Deplesi Rp 368.006 (-)
Setelah mengetahui data total luas lahan PDRB Semi Hijau Rp 16.955.330
agak kritis dan kritis tersebut, selanjutnya Degradasi Rp 4.212 (-)
dihitung nilai degradasi lahan dengan cara PDRB Hijau Rp 16.951.118
menghitung nilai ekonomi dari nutrisi tanah
yang hilang dari luasan lahan kritis tersebut.
Total nilai degradasi lahan di Kota Bogor Angka persentase penurunan PDRB
adalah Rp. 4.211.955.000. Perincian tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan
perhitungan tersebut disajikan pada tabel dengan persentase penurunan PDRB
berikut ini: Konvensional dalam perhitungan PDRB
Hijau di Provinsi Bali tahun 2010. Dalam
Tabel 6: Nilai Degradasi Lahan Kota Bogor penelitian yang dilakukan oleh Suparmoko
(2013) PDRB Hijau lebih rendah 4,5% dari
PDRB Konvensional di Provinsi Bali. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Setyarko
(2013), kegiatan deplesi sumber daya alam di
Kabupaten Asmat masih tergolong rendah
(0,68 persen – 0,93 persen) dari nilai PDRB
dalam periode 2007 – 2009, kecuali pada
tahun 2009 (4,95%). Namun, bila merujuk
pada hasil survey yang dilakukan oleh Bank
Dunia dalam Indonesia Policy Briefs (2008),
Perhitungan degradasi lingkungan total kerugian ekonomi dari terbatasnya akses
hidup dalam penelitian ini masih dalam tahap
terhadap air bersih dan sanitasi, diestimasi
perhitungan pendahuluan. Perhitungan sebesar 2 persen dari PDB setiap tahunnya di
degradasi masih memerlukan survey terhadap
Indonesia. Angak estimasi tersebut mendekati
biaya pemulihan lingkungan yang
perkiraan angka penggunaan air di sektor
dialokasikan oleh masing-masing unit usaha usaha Kota Bogor yang mencapai 2,12% dari
di seluruh sektor perekonomian, serta
PDRB konvensional.
anggaran yang disediakan pemerintah Kota
Bogor untuk memperbaiki lingkungan untuk Rendahnya angka penurunan nilai
diperhitungkan ke dalam PDRB Hijau. Selain sumberdaya alam di Kota Bogor dikarenakan
itu, penghitungan terhadap kerusakan lingkup wilayah penelitian merupakan daerah
lingkungan yang disebabkan oleh polusi perkotaan dimana sektor usaha yang menjadi
udara belum diperhitungkan dalam basis perekonomian di Kota Bogor berada
pengukuran PDRB Hijau di Kota Bogor, pada sektor yang tidak bertopang pada
kegiatan ekstraksi sumber daya alam. Basis 6. REFERENSI
perekonomian Kota Bogor di tahun 2012 Anonim. 2013. Green GDP and Sustainable
meliputi sektor Konstruksi, Perdagangan, Development Policies. National Seminar
Hotel dan Restoran, Angkutan dan on Green Growth Policy Tools for Low
Komunikasi, serta Jasa, real estate dan jasa Carbon Development in Vietnam
perusahaan.
Anonim. (2008). “Indonesia Policy Briefs.
5. KESIMPULAN Laporan Ide - Ide Program 100 hari “,
Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian, The World Bank, P. 1
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Boyd, James. 2006. The Nonmarket Benefits
1. Pertumbuhan ekonomi di wilayah of Nature: What Should Be Counted in
Bogormemiliki basis pesat pada sektor Green GDP?. Resources for The Future.
Perdagangan, Hotel dan Restoran, serta Washington DC.
Angkutan dan Komunikasi.
Chinese Academy for Environmental
2. Perkembangan perekonomian kota Planning. 2010. China Environmental and
tidak terlepas dari penggunaan sumber daya Accounting (Green GDP) Research
alam, khususnya penggunaan air dalam Program. Aplication for Globe
kegiatan perekonomian. Sustainability Research Award.