Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
D
I
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 8
1. ARMADA PATRA
2. DODDY ALFRED WARUWU
3. IVO ERA-ERA HALAWA
4. TAHARUDIN
5. ZAINAL ABIDIN
Dosen pembimbing
Rumondang Gultom, Ns. S.Kep
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah, kami dapat meyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada
Penyakit Diabetes Melitus
Tak lupa terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman satu kelompok dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
para pembaca. Tentu saja makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan guna untuk menjadikan lebih baik kedepannya
nanti.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................
Daftar isi ..............................................................................................................
BAB I. Pendahuluan ...........................................................................................
A.Latar Belakang ..................................................................................
B. Tujuan ...............................................................................................
BAB II. Pembahasan ..........................................................................................
A.Keluarga ............................................................................................
B. Tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah ............................
C. Tugas perkembangan anak usia prasekolah .................................
D. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah ...
BAB III. TINJAUAN KASUS............................................................................
A.Proses asuhan keperawatan .......................................................
B.Komposisi keluarga ....................................................................
C. Genogram ...................................................................................
D.Tipe Keluarga ..............................................................................
E. Suku/Bangsa ...............................................................................
F. Agama dan kepercayaan ...........................................................
G. Status soisal ekonomi ................................................................
H. aktivitas rekreasi keluarga .......................................................
Rencana, implementasi dan evaluasi ............................................
BAB IV. PENUTUP ............................................................................................
Kesimpulan.....................................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren glukosa.
Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan , kegiatan jasmani
dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia dan
perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan
Pentalogi Terapi DM meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdiri dari : Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes, Latihan Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi
Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan bertambahnya
risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik (Soegondo,1999). Komplikasi
dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam menjalankan program terapi
sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan penggunaan obat-obatan (Putra,1995).
Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri
sendiri( Efendi Z,1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah
pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta, tahun 2000=
175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994) dan
tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar
prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994
adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta .
Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang
komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap
penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksi–instruksi
ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan
baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia
masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu
ia bebas dari keluhan – keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang.
Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor [ 1991].
La Greca & Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang
dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting . Tingkat ketidakpatuhan terbukti
cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.
Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak pasien
tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet dengan baik
dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro,A.,1991).
Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan suatu
proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip penatalaksanaan DM.
Prinsip tersebut meliputi :
1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.
2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana
4. Penggunaan alat bantu pandang (audio visual ).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi
Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis, jadwal dan
jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu materi penyuluhan difocuskan
pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan obat anti diabetik secara realistis. Ketiga
hal ini merupakan kunci pokok keberhasilan program terapi DM.
Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna mengetahui faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program terapi, sehingga
hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat khususnya dalam menberikan
asuhan keperawatan pada pasien DM.
2. Tujuan
1. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
2. Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas pada pasien DM
3. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian
Diabetes militus adalam penyakit metabolik yang kebabanyakan herediter dengan tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik acut maupun
cronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh,
dimana gangguan primer terletakpada metabolisme karbohidrat, yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme protein dan lemak.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
1.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The National Institutes of
Health, sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) atau tipe juvenil:
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin untuk
mempertahankan hidup. Diabetes melitus tipe I juga disebut juvenile onset, karena
kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta
pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung mengalami
komplikasi metabolik akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara absolut
melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Terjadi
pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar. NIDDM
dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang beredar dalam darah namun tetap
memiliki reseptor insulin dan fungsi post reseptor yang tidak efektif.
3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya hormon –
hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa pada janin yang
mengurangi keefektifitasan insulin.
4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu., yaitu
hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat – obatan, dan
bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu. Umumnya obat –
obatan yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain: diuretik furosemid (lasik),
dan thiazide, glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (Long, 1996).
1.5 Patofisiologi
Insulin dan glukagon diproduksi dalam pankreas, yang merupakan kelenjar eksokrin
dan endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau – pulau sel terletak menyebar dalam
organ ini. Terdapat 3 jenis sel – sel endokrin, yaitu sel alpha yang memproduksi glukagon ;
sel beta, yang mensekresi insulin , sel delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin
pankreas. Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik. Dalam keadaan
normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan
sebagai glikogen dalam sel – sel hati dan otot yang disebut proses glikogenesis. Proses ini
mencegah terjadinya hiperglikemi. Jika terjadi kekurangan insulin maka menyebabkan
perubahan metabolisme yang menyebabkan hiperglikemi, antara lain :
1. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang.
2. Glukogenesis berkurang,dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
3. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati akan
dicurahkan secara terus menerus.
4. Glukoneogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dari hasil
pemecahan asam amino dan lemak. Ketosis menyebabkan asidosis dan terjadi koma.
Hiperglikemia meningkatkan osmolaritas darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah
meningkat dan melebihi ambang ginjal, maka pada penyaringan di glomerulus dan
reabsorpsi glukosa pada tubulus pun berkurang sehingga terjadi glukosuria. Karena
glukosa dalam larutan, maka pengeluaran urine pun banyak sebanding dengan
pengeluaran glukosa. Hal ini dinamakan poliuri. Banyak garam mineral tubuh pun
ikut keluar bersama urine sehingga menyebabkan kekurangan kadar garam dan terjadi
penarikan cairan dari intraseluler dan ektraseluler dan merangsang rasa haus
berkepanjangan (polidipsi), starvasi seluler dan kehilangan kalori akan merangsang
rasa lapar yang berkepanjangan (polifagi).
1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis
a.Obat Hipoglikemik oral
1)Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat golongan
lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai
efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi
pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan. Obat – obat
yang beredar dari kelompok ini adalah:
(a) Glibenklamida (5mg/tablet).
(b) Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
(c) Glikasida (80 mg/tablet).
(d) Glikuidon (30 mg/tablet).
2)Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan
glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien
dengan kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan,
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan
kadar gula puasa yang masih normal.
b.Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah Actrapid.
Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan
secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis
maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami
ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien
operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
(a) Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan semilente.
(b) Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
(c) Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)
1.8 Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut,
Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan
keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah
(Smeltzer, 2002 : 1258)
a.Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya
insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer, 2002 : 1258)
b.Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu
perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada
KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
c. Hypoglikemia Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)
Terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian
tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu: (Long 1996)
a.Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah perubahan
pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme
filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin
(Smeltzer, 2002 : 1272)
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 :
588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla
spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan–perubahan metabolik lain
dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b.Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan
kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan
naik atau Diabetes Melitus. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau
stroke
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan
dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren.
Infeksi dimulai dari celah–celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel–sel kuku yang
tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus demikian juga pada
daerah–daerah yang terkena trauma (Long, 1996 : 17)
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah keotak
menurun (Long, 1996 : 17)
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Data Umum
A. Identitas Kepala Keluarga
1. Nama : Tn. X
2. Umur : 30 tahun
3. Alamat : ungaran, semarang
4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendidikan : SMA
6. Komposisi Keluarga : Ayah, ibu, 1 orang anak dan ibu (mertua)
7. Tipe : keluarga Inti
8. Suku :Jawa – Indonesia
9. Agam : Islam
10. Status Sosial ekonomi keluarga :Suami – Isteri bekerja
11. Aktivitas rekrereasi keluarga : Nonton televise
A. Komposisi keluarga
No. Nama Sex Umur Hubungan keluarga Pekerjaan Pendidikan
1. Tn. X L 30 th Ayah Wiraswasta SMA
2. Ny. H P 26 th Ibu Wiraswasta SMA
3. An. K P 1 th Anak kandung - -
4 Ibu C L 50 thn Ibu Tn. X - SMP
B. Genogram
keterangan:
C. Tipe keluarga :
a. Jenis tipe: Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami .
b. Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut: tidak ada masalah yang terjadi
dengan tipe keluarga
D. Suku/Bangsa :
Tn. X dan Ny. H sama-sama berasal dari suku jawa. Mereka bisa menerima kebiaasaan
mereka satu sama lain dan mempunyai kebiasaan yang hampir sama jadi tidak ada
kesulitan-kesulitan yang mereka rasakan terhadap perbedaan.
E. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:
Agama yang dianut oleh keluarga Tn. X adalah agama Islam. Keluarga Tn. X biasa
melakukan shalat 5 waktu di rumah. Agama adalah sumber kekuatan keluarga.
7. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati 20 x 10 (panjang x lebar) terdiri dari ruang tamu (6 m),
ruang tengah (6 m), 4 kamar tidur (4 x 5 m), dapur dan kamar mandi (7 m dan 3 m).
Tipe bangunan adalah permanen. Keadaan lantai terbuat dari plaster,
penerangan/cahaya cukup, sinar matahari masuk melalui jendela dan ventilasi.
Sumber air minum yang digunakan dari sumur. Air yang digunakan untuk air minum
juga dari sumur. WC-nya tidak memiliki septik tank (WC cemplung). Status rumah
adalah milik pribadi. Ventilasi rumah cukup, atap rumah terbuat dari seng.
Penerangan pada malam hari menggunakan listrik, cara memasak makanan dan air
minum menggunakan kompor. Tempat pembuangan sampah dipekarangan rumah
kemudian dibakar. Keadaan halaman rumah banyak ditumbuhi rumput . 5m
5m
Denah rumah :
5m
6m 1 2
4 6m
10 m 3
5 6 5m
4m 7 4m
8
7m 3m
Keterangan denah rumah :
1. Ruang tamu
2. Kamar 1
3. Kamar 2
4. Ruang tengah
5. Kamar 3
6. Kamar 4
7. Dapur
8. WC
8. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga mengatakan komunikasi dilakukan secara diskusi untuk menyelesaikan
masalah anaknya.Namun terkadang Ny.H menegur dengan keras apabila anaknya
tidak mau sekolah dan bermain sepeda dijalan.
Bahasa yang digunakan orang tua dalam berkomunikasi kepada anak memakai bahasa
Indonesia.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn.X bertanggung jawab berperan sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung
jawab terhadap keluarga.Ny.H berperan sebagai ibu rumah tangga yang juga
mengurus anak-anaknya.
3. Struktur Peran ( formal/informal)
a. Tn. X
Formal
Menjadi kepala keluarga, suami, ayah dan menantu.
Informal
Sebagai anggota masyarakat, mencari nafkah dengan pekerjaan menjadi
wiraswasta
b. Ny.H
Formal
Sebagai ibu rumah tangga, istri, dan anak.
Informal
Masih aktif menjadi anggota masyarakat, sering mengikuti acara pengajian ibu –
ibu di lingkungan tempat tinggal dan membantu suaminya berdagang/berjualan.
c. An. K
Formal
Sebagai anak, dan cucu
Informal
Belum masuk sekolah.
d. Ibu C
Formal
Sebagai ibu dari Tn X
Informal
Masih aktif dalam anggota masyarakat dan sering berada di rumah.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan dengan nilai agama yang di anut
dan norma yang berlaku di lingkungannya.
5. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Tn.X dan Ny.H selalu memberikan teguran apabila anaknya melakukan kesalahan.
2. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan pada anak cara menghargai orang yang lebih tua dari
dia,seperti cara memanggil kakak, paman, bibi, tante, dan teman sebayanya. Baik di
lingkungan tempat tinggal.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Orang tua / keluarga selalu membawa ke pelayanan kesehatan atau puskesmas, untuk
mengontrol keadaan ibunya.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga sudah memiliki 1 orang anak. Anak pertama 1 tahun. Ny.H mengatakan
menggunakan KB,yang awalnya menggunakan KB jenis pil namun karena tidak
cocok diganti dengan KB jenis implant sampai saat ini.
5. Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan keluarga, penghasilan saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.Tetapi keluarga juga belajar menghemat keuangan untuk kebutuhan
keluarga.
9. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya:
Keluarga berharap ibunya sembuh dari penyakitnya
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Keluarga mengharapkan petugas kesehatan agar mampu membantu keluarga untuk
memberikan pengobatan kepada anggota keluarga yang tidak memiliki kemampuan
untuk menjangkau sumber pelayanan kesehatan dalam lingkungannya.
DO
· Hasil observasi jari
kaki ibu C sebelah kiri
terdapat luka kecil
sudah 3 minggu belum
sembuh.
- Pemeriksaan
glukotest+ 3.
11. Skoring
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran
Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk dari asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota keluarga
dalam satu rumah.penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan yagn ad pada
keluarga tersebut. Jadi paa bila ad pada keluarga riwayat keluarga ini,keluarga harus
merawatnya dengan baik seperti melakukan pengontrolan kesehatan di rumah
sakit/puskesmas agar penyakit ini bisa di sembuhkan.
DAFTAR PUSTAKA