Вы находитесь на странице: 1из 33

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA

PENYAKIT DIABETES MELITUS

D
I
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 8
1. ARMADA PATRA
2. DODDY ALFRED WARUWU
3. IVO ERA-ERA HALAWA
4. TAHARUDIN
5. ZAINAL ABIDIN

Dosen pembimbing
Rumondang Gultom, Ns. S.Kep

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah, kami dapat meyelesaikan Asuhan Keperawatan Komunitas Pada
Penyakit Diabetes Melitus
Tak lupa terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman satu kelompok dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi
para pembaca. Tentu saja makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan guna untuk menjadikan lebih baik kedepannya
nanti.

Medan, Februari 2014

Kelompok 8
DAFTAR ISI

Kata pengantar....................................................................................................
Daftar isi ..............................................................................................................
BAB I. Pendahuluan ...........................................................................................
A.Latar Belakang ..................................................................................
B. Tujuan ...............................................................................................
BAB II. Pembahasan ..........................................................................................
A.Keluarga ............................................................................................
B. Tahap tumbuh kembang anak usia prasekolah ............................
C. Tugas perkembangan anak usia prasekolah .................................
D. Tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah ...
BAB III. TINJAUAN KASUS............................................................................
A.Proses asuhan keperawatan .......................................................
B.Komposisi keluarga ....................................................................
C. Genogram ...................................................................................
D.Tipe Keluarga ..............................................................................
E. Suku/Bangsa ...............................................................................
F. Agama dan kepercayaan ...........................................................
G. Status soisal ekonomi ................................................................
H. aktivitas rekreasi keluarga .......................................................
Rencana, implementasi dan evaluasi ............................................
BAB IV. PENUTUP ............................................................................................
Kesimpulan.....................................................................................
Daftar Pustaka ...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik yang ditandai dengan intoleren glukosa.
Penyakit ini dapat dikelola dengan menyesuaikan perencanaan makanan , kegiatan jasmani
dan pengobatan yang sesuai dengan konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia dan
perlunya diadakan pendekatan individual bagi edukasi diabetes, yang dikenal dengan
Pentalogi Terapi DM meliputi :
1. Terapi Primer, yang terdiri dari : Penyuluhan Kesehatan, Diet Diabetes, Latihan Fisik.
2. Terapi Sekunder, yang terdiri dari : Obat Hipoglikemi
Diabetes Militus berhubungan dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan bertambahnya
risiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik (Soegondo,1999). Komplikasi
dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam menjalankan program terapi
sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan penggunaan obat-obatan (Putra,1995).
Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri
sendiri( Efendi Z,1991).
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah
pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta, tahun 2000=
175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994) dan
tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar
prevalensi kurang lebih 1,5 % dapatlah diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994
adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta .
Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang
komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap
penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksi–instruksi
ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan
baik(Haznam,1986). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia
masih menderita gejala / yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu
ia bebas dari keluhan – keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang.
Ketidakpatuhan ini sebagai masalah medis yang sangat berat, Taylor [ 1991].
La Greca & Stone [ 1985] menyatakan bahwa mentaati rekomendasi pengobatan yang
dianjurkan dokter merupakan masalah yang sangat penting . Tingkat ketidakpatuhan terbukti
cukup tinggi dalam populasi medis yang kronis.
Walaupun pasien DM telah mendapatkan pengobatan OAD, masih banyak pasien
tersebut mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor antara lain :
pengetahuan yang relatif minim tentang penyakit DM, tidak menjalankan diet dengan baik
dan tidak melakukan latihan fisik secara teratur (Tjokroprawiro,A.,1991).
Dalam meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit DM diperlukan suatu
proses yang berkesinambungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip penatalaksanaan DM.
Prinsip tersebut meliputi :
1. Dukungan yang positif untuk menghindari kecemasan.
2. Pemberian informasi secara bertahap.
3. Mulai dengan hal sederhana
4. Penggunaan alat bantu pandang (audio visual ).
5. Lakukan pendekatan dan stimulasi
Materi penyuluhan ini meliputi pengaturan diet yang ditekankan pada 3 J : jenis, jadwal dan
jumlah diet yang diberikan kepada pasien DM. Disamping itu materi penyuluhan difocuskan
pada aktifitas fisik secara teratur dan penggunaan obat anti diabetik secara realistis. Ketiga
hal ini merupakan kunci pokok keberhasilan program terapi DM.
Dari uraian diatas , maka perlu diadapak penelitian guna mengetahui faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan program terapi, sehingga
hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perawat khususnya dalam menberikan
asuhan keperawatan pada pasien DM.

2. Tujuan
1. Mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
2. Mengetahui masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas pada pasien DM
3. Merencanakan asuhan keperawatan komunitas pada penderita DM
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 Pengertian
Diabetes militus adalam penyakit metabolik yang kebabanyakan herediter dengan tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik acut maupun
cronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh,
dimana gangguan primer terletakpada metabolisme karbohidrat, yang biasanya disertai juga
gangguan metabolisme protein dan lemak.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

1.2 Klasifikasi
Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The National Institutes of
Health, sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) atau tipe juvenil:
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada terapi insulin untuk
mempertahankan hidup. Diabetes melitus tipe I juga disebut juvenile onset, karena
kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun. Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta
pankreas dan menjurus ke defisiensi insulin absolut. Mereka cenderung mengalami
komplikasi metabolik akut berupa ketosis dan ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi insulin secara absolut
melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Terjadi
pada semua umur, lebih sering pada usia dewasa dan ada kecenderungan familiar. NIDDM
dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang beredar dalam darah namun tetap
memiliki reseptor insulin dan fungsi post reseptor yang tidak efektif.
3. Gestational Diabetes Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational.
Yaitu intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya hormon –
hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan glukosa pada janin yang
mengurangi keefektifitasan insulin.
4. Intoleransi glukosa Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu., yaitu
hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat – obatan, dan
bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik tertentu. Umumnya obat –
obatan yang mencetuskan terjadinya hiperglikemia antara lain: diuretik furosemid (lasik),
dan thiazide, glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat (Long, 1996).

1.3 Anatomi dan Fisiologi


Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira–kira 15 cm, lebar 5
cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata–rata 60–90 gram. Terbentang
pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung. Pankreas merupakan kelenjar
endokrin terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan
(kepala) kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian
pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang
ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama,
yaitu :
1. sini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan
glukagon langsung ke darah. Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem
endokrinologis dari pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 – 3 % dari
berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau
berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50μ, sedangkan yang terbesar 300μ,
terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225μ. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas
diperkirakan antara 1 – 2 juta. Pulau Langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel
utama, yaitu :
a.Sel–sel A (alpha), jumlahnya sekitar 20–40% ; memproduksi glukagon yang manjadi
faktorhiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
b. Sel– sel B (betha), jumlahnya sekitar 60–80 % , membuat insulin.
c. Sel–sel D (delta), jumlahnya sekitar 5–15 %, membuat somatostatin. Masing – masing sel
tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop
pulau-pulau langerhans ini nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah
kapiler. Pada penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal
dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak
berfungsi. Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia.
Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B.
Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai), yang terdiri dari
disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin
dapat larut pada pH 4–7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia
harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel. Insulin di sintesis
sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal dari
kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa
darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah, sekresi
insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah, produksi insulin akan
menurun. Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam lemak, dan
hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda.
Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui
membran sel ke jaringan terutama sel – sel otot, fibroblas dan sel lemak.

1.4 Etiologi dan Predisposisi


DM dapat disebabkan oleh banyak faktor Noer (1996) menyebutkan bahwa ada 4
penyebab terjadinya DM, yaitu faktor keturunan, fungsi sel pankreas dan sekresi insulin yang
berkurang, kegemukan atau obesitas, perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan
resistensi insulin. Faktor keturunan dapat menjadi penyebab yang mengambil peranan paling
penting dalam terjadinya DM karena pola familial yang kuat (keturunan) mengakibatkan
terjadinya kerusakan sel-sel beta pankreas yang memproduksi insulin. Sehingga terjadi
kelainan dalam sekresi insulin maupun kerja insulin (Long, 1996). Fungsi sel pankreas dan
sekresi insulin yang berkurang dapat terjadi karena insulin diperlukan untuk transport
glukosa, asam amino, kalium dan fosfat yang melintasi membran sel untuk metabolisme
intraseluler. Jika terjadi kekurangan insulin akibat kerusakan fungsi sel pankreas akan
menyebabkan gangguan dalam metabolisme karbohidrat, asam amino, kalium dan fosfat
(Long, 1996).
Kegemukan atau obesitas dapat sebagai pencetus terjadinya DM karena insiden DM
menurun pada populasi dengan suplai yang rendah dan meningkat pada mereka yang
mengalami perubahan makanaan secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor resiko tinggi
DM karena jumlah reseptor insulin menurun pada obesitas mengakibatkan intoleransi glukosa
dan hiperglikemia (Price dan Wilson, 1995).
Perubahan karena usia lanjut berhubungan dengan resistensi insulin dapat mendukung
terjadinya DM karena toleransi glukosa secara berangsurangsur akan menurun bersamaan
dengan berjalannya usia seseorang mengakibatkan kadar glukosa darah yang lebih tinggi dan
lebih lamanya keadaan hiperglikemi pada usia lanjut. Hal ini berkaitan dengan berkurangnya
pelepasan insulin dari sel–sel beta, lambatnya pelepasan insulin dan penurunan sensitifitas
perifer terhadap insulin (Long, 1996). Etiologi pada DM telah dijabarkan oleh para ahli, yaitu
berkaitan dengan fungsi organ dan berbagai faktor resiko yang mendahului. Mansjoer (1996 :
588) menyatakan bahwa Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM), atau DM yang
tergantung pada insulin (tipe I) disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat
proses autoimmune. Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) atau tipe
II disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi
resistensi insulin ini sepenuhnya (terjadi defisiensi relatif insulin). Faktor yang meningkatkan
resiko terjadinya DM, diantaranya :
1. Faktor genetik (herediter) Resiko terkena DM meningkat apabila ada anggota yang
terkena atau menderita DM, yaitu kesesuaian pada kembar monozigote dan
autosomonal dominan. Insulin Dependen Diabetes Melitus : <50 % dan Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus : 90–100% (Long, 1996).
2. Faktor ras dan etnik tertentu NIDDM biasanya dialami oleh non kulit putih, pada
masyarakat Amerika angka kejadian NIDDM adalah 1:3, sedangkan pada populasi
umum adalah 1:200 (Long, 1996)
3. Faktor autoimmune Sel – sel beta pankreas dihancurkan oleh proses autoimmune.
4. Proses radang atau infeksi Pada kasus pankreatitis akan terjadi hambatan sekresi
insulin
5. Faktor obesitas, Jumlah reseptor insulin menurun pada orang yang kegemukan (Long,
1996).
6. Pada keadaan tertentu Misalnya pada wanita dalam masa kehamilan atau karena efek
dari obat– obatan tertentu (Long, 1996).

1.5 Patofisiologi
Insulin dan glukagon diproduksi dalam pankreas, yang merupakan kelenjar eksokrin
dan endokrin yang lebih dari sejuta kumpulan pulau – pulau sel terletak menyebar dalam
organ ini. Terdapat 3 jenis sel – sel endokrin, yaitu sel alpha yang memproduksi glukagon ;
sel beta, yang mensekresi insulin , sel delta yang mensekresi gastrin dan somatostatin
pankreas. Mekanisme kerja insulin adalah hipoglikemik dan anabolitik. Dalam keadaan
normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan disimpan
sebagai glikogen dalam sel – sel hati dan otot yang disebut proses glikogenesis. Proses ini
mencegah terjadinya hiperglikemi. Jika terjadi kekurangan insulin maka menyebabkan
perubahan metabolisme yang menyebabkan hiperglikemi, antara lain :
1. Transpor gula yang melewati membran sel berkurang.
2. Glukogenesis berkurang,dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
3. Glikogenesis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati akan
dicurahkan secara terus menerus.
4. Glukoneogenesis meningkat sehingga glukosa dalam darah meningkat dari hasil
pemecahan asam amino dan lemak. Ketosis menyebabkan asidosis dan terjadi koma.
Hiperglikemia meningkatkan osmolaritas darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah
meningkat dan melebihi ambang ginjal, maka pada penyaringan di glomerulus dan
reabsorpsi glukosa pada tubulus pun berkurang sehingga terjadi glukosuria. Karena
glukosa dalam larutan, maka pengeluaran urine pun banyak sebanding dengan
pengeluaran glukosa. Hal ini dinamakan poliuri. Banyak garam mineral tubuh pun
ikut keluar bersama urine sehingga menyebabkan kekurangan kadar garam dan terjadi
penarikan cairan dari intraseluler dan ektraseluler dan merangsang rasa haus
berkepanjangan (polidipsi), starvasi seluler dan kehilangan kalori akan merangsang
rasa lapar yang berkepanjangan (polifagi).

1.6 Manifestasi Klinis


Gejala klasik pada DM adalah :
1. Poliuri (banyak buang air kecil), frekuensi buang air kecil meningkat termasuk pada
malam hari.
2. Polidipsi (banyak minum), rasa haus meningkat.
3. Polifagi (banyak makan), rasa lapar meningkat.
4. Gejala lain yang dirasakan penderita
5. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.
6. Keletihan.
7. Penglihatan atau pandangan kabur.
8. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan
9. penurunan kesadaran.
Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :
1. Kehilangan berat badan.
2. Luka, goresan lama sembuh.
3. Kaki kesemutan, mati rasa.
4. Infeksi kulit.

1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan secara medis
a.Obat Hipoglikemik oral
1)Golongan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagn obat golongan
lain, yaitu biguanid, inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai
efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi
pilihan utama para penderita DM tipe II dengan berat badan yang berlebihan. Obat – obat
yang beredar dari kelompok ini adalah:
(a) Glibenklamida (5mg/tablet).
(b) Glibenklamida micronized (5 mg/tablet).
(c) Glikasida (80 mg/tablet).
(d) Glikuidon (30 mg/tablet).
2)Golongan Biguanid / Metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki ambilan
glukosa dari jaringan (glukosa perifer). Dianjurkan sebagai obat tunggal pada pasien
dengan kelebihan berat badan.
3) Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan,
sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan
kadar gula puasa yang masih normal.
b.Insulin
1) Indikasi insulin
Pada DM tipe I yang tergantung pada insulin biasanya digunakan Human
Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi), yang beredar adalah Actrapid.
Injeksi insulin juga diberikan kepada penderita DM tipe II yang kehilangan berat badan
secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat – obatan anti DM dengan dosis
maksimal, atau mengalami kontraindikasi dengan obat – obatan tersebut, bila mengalami
ketoasidosis, hiperosmolar, dana sidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien
operasi berat, wanita hamil dengan gejala DM gestasional yang tidak dapat dikontrol dengan
pengendalian diet.
2) Jenis Insulin
(a) Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin, cristalin zink, dan semilente.
(b) Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
(c) Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

2. Penatalaksanaan secara keperawatan


a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan. Walaupun telah
mendapat tentang penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50 % pasien tidak
melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu diet seimbang, dengan
komposisi idealnya sekitar 68 % karbohidrat, 20 % lemak dan 12 % protein. Karena itu diet
yang tepat untuk mengendalikan dan mencegah agar berat badan tidak menjadi berlebihan
dengan cara : Kurangi kalori, kurangi lemak, konsumsi karbohidrat komplek, hindari
makanan yang manis, perbanyak konsumsi serat.
b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja
lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung, dan
mengurangi stress. Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik,
tetapi jangan melakukan olahraga yang berat – berat.

1.8 Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan komplikasi
kronik. (Carpenito, 2001)
1. Komplikasi Akut,
Ada 3 komplikasi akut pada diabetes mellitus yang penting dan berhubungan dengan
keseimbangan kadar glukosa darah dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah
(Smeltzer, 2002 : 1258)
a.Diabetik Ketoasedosis (DKA)
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu
perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak adanya
insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata (Smeltzer, 2002 : 1258)
b.Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah satu
perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan asidosis pada
KHHN (Smetzer, 2002 : 1262)
c. Hypoglikemia Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah)
Terjadi kalau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan
ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)
2. Komplikasi kronik
Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah diseluruh bagian
tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi menjadi 2 yaitu: (Long 1996)
a.Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan–perubahan mikrovaskuler adalah perubahan
pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa darah meningkat, maka mekanisme
filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin
(Smeltzer, 2002 : 1272)
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalu disebabkan retinopati (Sjaifoellah, 1996 :
588). Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang berkepanjangan yang menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa (Long, 1996 : 16)
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem saraf otonom, Medulla
spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital dan perubahan–perubahan metabolik lain
dalam sintesa atau fungsi myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf (Long, 1996 : 17)
b.Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka terjadi penurunan
kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan
naik atau Diabetes Melitus. Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau
stroke
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf-saraf sensorik, keadaan ini berperan
dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren.
Infeksi dimulai dari celah–celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel–sel kuku yang
tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus demikian juga pada
daerah–daerah yang terkena trauma (Long, 1996 : 17)
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai darah keotak
menurun (Long, 1996 : 17)
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Proses Asuhan Keperawatan


Kasus :
Keluarga Tn. X (30 tahun) mempunyai istri Ny. H (26 tahun ) anak K (1tahun) dan
Ibu C 50 th . Hasil wawancara dengan keluarga anaknya sudah di imunisasi lengkap
sambil menunjukkan kartu sehat. Selama ini anaknya hanya sakit batuk pilek
biasa,cukup dibawah ke bidan sudah sembuh. Tetapi akhir-akhir ini keluarga sedikit
pusing memikirkan ibunya,karena 3 bulan yang lalu ibunya dinyatakan positif
kencing manis (Diabetes Melitus) ibu tidak bisa kontrol teratur ke puskesmas karena
yang mengantarkan tidak ada. Tn. X dan istrinya kerja,tetapi obatnya supaya tidak
habis di belikan obat diapotik terdekat sesuai fotocopi resep dokter. Hasil observasi
jari kaki ibu C sebelah kiri terdapat luka kecil sudah 3 minggu belum sembuh.
Pemeriksaan glukotest+ 3.

1. Data Umum
A. Identitas Kepala Keluarga
1. Nama : Tn. X
2. Umur : 30 tahun
3. Alamat : ungaran, semarang
4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendidikan : SMA
6. Komposisi Keluarga : Ayah, ibu, 1 orang anak dan ibu (mertua)
7. Tipe : keluarga Inti
8. Suku :Jawa – Indonesia
9. Agam : Islam
10. Status Sosial ekonomi keluarga :Suami – Isteri bekerja
11. Aktivitas rekrereasi keluarga : Nonton televise
A. Komposisi keluarga
No. Nama Sex Umur Hubungan keluarga Pekerjaan Pendidikan
1. Tn. X L 30 th Ayah Wiraswasta SMA
2. Ny. H P 26 th Ibu Wiraswasta SMA
3. An. K P 1 th Anak kandung - -
4 Ibu C L 50 thn Ibu Tn. X - SMP

B. Genogram

keterangan:

: Laki-laki X : Meniggal : Garis keturunan

: Perempuan : klien : tinggal serumah

C. Tipe keluarga :
a. Jenis tipe: Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami .
b. Masalah yang terjadi dengan tipe keluarga tersebut: tidak ada masalah yang terjadi
dengan tipe keluarga

D. Suku/Bangsa :
Tn. X dan Ny. H sama-sama berasal dari suku jawa. Mereka bisa menerima kebiaasaan
mereka satu sama lain dan mempunyai kebiasaan yang hampir sama jadi tidak ada
kesulitan-kesulitan yang mereka rasakan terhadap perbedaan.
E. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan:
Agama yang dianut oleh keluarga Tn. X adalah agama Islam. Keluarga Tn. X biasa
melakukan shalat 5 waktu di rumah. Agama adalah sumber kekuatan keluarga.

F. Status Sosial Ekonomi


a. Anggota yang mencari nafkah:
2 orang: Tn X dan Ny H sebagai Wiraswasta Penghasilan di Keluarga:
Penghasilan keluarga ± Rp.2.000.000,- perbulan yang didapat dari hasil berdagang
oleh Tn.X dan usaha dagang oleh Ny.H
b. Pemanfaatan Dana Keluarga:
Penghasilan keluarga selain untuk membiayai hidup sehari-hari.
c. Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
 Televisi
 Motor
d. Sosial keluarga:
Dengan penghasilan yang didapat, kebutuhan keluarga terpenuhi.
e. Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn X termasuk keluarga sejahtera tipe II karena keluarga sudah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social psikologinya seperti kebutuhan
akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat
tinggal dan transportasi, namun belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan
seperti kebutuhan menabung dan memperoleh informasi.

G. Aktifitas rekreasi keluarga


Keluarga menjadikan hari minggu sebagai hari santai dan berekreasi ke pantai atau
tempat rekreasi lainnya.

2. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga yaitu keluarga dengan anak prasekolah karena usia
anak tertua pada keluarga Tn. X adalah 1 tahun.
2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah Keluarga dengan anak
sekolah, Keluarga dengan anak remaja, Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan),
Keluarga usia pertengahan, Keluarga usia lanjut karena keluarga belum melewati
tahapan-tahapan tersebut.
3. Riwayat Keluarga inti
a. Tahap perkembangan saat ini. : Keluarga berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan anak pra sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : Keluarga belum
memiliki anak sekolah sehingga tugas perkembangan belum ada tetapi tugas
keluarga yang belum terpenuhi adalah mempertahankan kesehatan ibu C
sakit DM terutama untk mengontrol dan perawatan diri.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Anak-anak Tn. X sudah diimunisasi
lengkap,jika sakit batuk pilek dibawah keBidan. Ibu C ( Mertua ) menderita
DM sejak 3 bulan yang lalu tetapi tidak dapat kontrol secara teratur di
Puskesmas karena tidak ada yang mengantarkannya. Kaki kiri Ibu C
terdapat luka sudah 3 minggu belum sembuh.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya


Tn. X mengatakan mempunyai penyakit keturunan. Saat dikaji Tn.X dalam keadaan sehat,
begitupun dengan Ny. H saat didata dalam keadaan sehat.
An.K saat dilakukan pengkajian dalam keadaan sehat, namun ibu C orang tua (mertua)
memiliki riwayat penyakit kencing manis (diabetes melitus) yang harus dirawat di rumah
sakit.
5. Kebiasaan diet
Pola makan keluarga Tn. X sehari-harinya 2 kali sehari dengan komposisi makanan nasi,
tahu/ tempe, kadang–kadang dengan sayur. An. K malas makan dikarenakan lebih senang
bermain sehingga lupa untuk makan dan lebih memilih jajan. Ibu C jarang makan karena
disebabkan penyakit yang di deritanya sekarang ini.
6. Kebiasaan istirahat tidur
Waktu Tidur
Anggota Keluarga Siang Malam
Tn X - 22.00-05.00
Ny. H - 22.00-05.00
An K 11.00-13.00 20.00-06.30
Ibu C _ 22.00-05.30

7. Pengkajian Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati 20 x 10 (panjang x lebar) terdiri dari ruang tamu (6 m),
ruang tengah (6 m), 4 kamar tidur (4 x 5 m), dapur dan kamar mandi (7 m dan 3 m).
Tipe bangunan adalah permanen. Keadaan lantai terbuat dari plaster,
penerangan/cahaya cukup, sinar matahari masuk melalui jendela dan ventilasi.
Sumber air minum yang digunakan dari sumur. Air yang digunakan untuk air minum
juga dari sumur. WC-nya tidak memiliki septik tank (WC cemplung). Status rumah
adalah milik pribadi. Ventilasi rumah cukup, atap rumah terbuat dari seng.
Penerangan pada malam hari menggunakan listrik, cara memasak makanan dan air
minum menggunakan kompor. Tempat pembuangan sampah dipekarangan rumah
kemudian dibakar. Keadaan halaman rumah banyak ditumbuhi rumput . 5m
5m
Denah rumah :
5m
6m 1 2

4 6m
10 m 3
5 6 5m

4m 7 4m
8
7m 3m
Keterangan denah rumah :
1. Ruang tamu
2. Kamar 1
3. Kamar 2
4. Ruang tengah
5. Kamar 3
6. Kamar 4
7. Dapur
8. WC

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Jarak rumah dengan tetangga berdekatan. Hubungan keluarga Tn. X dengan tetangga
sangat baik. Selain itu Ny. H juga aktif dalam kegiatan arisan dengan tetangga.
Sebagian besar komunitas RW adalah warga pendatang yang umumnya berprofesi
sebagai pegawai negeri atau swasta. Sedangkan sarana transportasi yang digunakan
oleh warga adalah angkot, ojek, motor dan mobil pribadi.
c. Mobilitas geografis Keluarga
Keluarga ini tidak pernah berpindah tempat tinggal sejak menikah.Tn.Gading bekerja
dari pagi sampai jam 17.00 wib sebagai wiraswasta.Sedangkan Ny.H membantu
suaminya dengan berjualan/berdagang.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga ini rajin melakukan ibadah sholat, ibu sering mengikuti pengajian. Anaknya
juga rajin mengaji.
e. Sistem pendukung keluarga
Saudara dan khususnya orang tua merupakan pendukung dalam pembentukan
keluarga dan dalam pemecahan masalah.

8. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga mengatakan komunikasi dilakukan secara diskusi untuk menyelesaikan
masalah anaknya.Namun terkadang Ny.H menegur dengan keras apabila anaknya
tidak mau sekolah dan bermain sepeda dijalan.
Bahasa yang digunakan orang tua dalam berkomunikasi kepada anak memakai bahasa
Indonesia.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn.X bertanggung jawab berperan sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung
jawab terhadap keluarga.Ny.H berperan sebagai ibu rumah tangga yang juga
mengurus anak-anaknya.
3. Struktur Peran ( formal/informal)
a. Tn. X
 Formal
Menjadi kepala keluarga, suami, ayah dan menantu.
 Informal
Sebagai anggota masyarakat, mencari nafkah dengan pekerjaan menjadi
wiraswasta
b. Ny.H
 Formal
Sebagai ibu rumah tangga, istri, dan anak.
 Informal
Masih aktif menjadi anggota masyarakat, sering mengikuti acara pengajian ibu –
ibu di lingkungan tempat tinggal dan membantu suaminya berdagang/berjualan.
c. An. K
 Formal
Sebagai anak, dan cucu
 Informal
Belum masuk sekolah.
d. Ibu C
 Formal
Sebagai ibu dari Tn X
 Informal
Masih aktif dalam anggota masyarakat dan sering berada di rumah.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Nilai dan norma yang berlaku di keluarga menyesuaikan dengan nilai agama yang di anut
dan norma yang berlaku di lingkungannya.
5. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Tn.X dan Ny.H selalu memberikan teguran apabila anaknya melakukan kesalahan.
2. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan pada anak cara menghargai orang yang lebih tua dari
dia,seperti cara memanggil kakak, paman, bibi, tante, dan teman sebayanya. Baik di
lingkungan tempat tinggal.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Orang tua / keluarga selalu membawa ke pelayanan kesehatan atau puskesmas, untuk
mengontrol keadaan ibunya.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga sudah memiliki 1 orang anak. Anak pertama 1 tahun. Ny.H mengatakan
menggunakan KB,yang awalnya menggunakan KB jenis pil namun karena tidak
cocok diganti dengan KB jenis implant sampai saat ini.
5. Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan keluarga, penghasilan saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.Tetapi keluarga juga belajar menghemat keuangan untuk kebutuhan
keluarga.

6. Stress dan Koping Keluarga


a. Keluarga sedikit pusing memikirkan Ibunya,karena sejak 3 bulan yang
lalu ibunya dinyatakan positif menderita kencing manis (DM ). Ibunya tidak
bias kontrol secara teratur ke puskesmas karena tidak ada yang mengantarkan.
b. Kemampuan keluarga merespon terhadap stressor.
Keluarga hanya bias membeli obat di apotik sesuai dengan resep dokter.
c. Strategi koping yang digunakan.

7. Keadaan Gizi Keluarga


a. Pemenuhan gizi
Keluarga tidak begitu memahami pentingnya gizi untuk keluarganya. mereka
menganggap bahwa gizi tidak berpengaruh akan kesehatan anggota keluarganya.
b. Upaya lain:
Tidak ada upaya untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anggota keluarganya.
8. Pemeriksaan Fisik
NO VARIABEL NAMA ANGGOTA KELUARGA
Tn X Ny H Ibu C (mertua) An K
1. Riwayat Penyakit Tidak ada Tidak ada Diabetes Tidak ada
Saat Ini melitus
2. Keluhan Yang Tidak ada Tidak ada - Lemas Tidak ada
Dirasakan - jari kaki
sebelah kiri
terdapat
luka kecil.
3. Tanda Dan Gejala Tidak ada Tidak ada - kelelahan Tidak ada
atau lemas
4. Riwayat Penyakit Tidak ada Tidak ad Diabetes Tidak ada
Sebelumnya melitus
5. Tanda-Tanda Vital TD: 130/80 TD: 120/80 TD: 160/120 TD:
mmHg mmHg mmHg 120/80
RR: 22x/mnt RR: 18x/mnt RR: 23x/mnt mmHg
HR: 90x/mnt HR: 85x/mnt HR: 78x/mnt RR:
Temp: 37⁰C Temp: 37⁰C Temp: 37 ⁰C 22x/mnt
HR:
90x/mnt
Temp:
37⁰C
6. Sistem Cardiovascular Peningkatan Normal Mengalami Normal
tekanan darah gangguan
7. System Respirasi Normal Normal Hipoventilasi Normal

8. System GI Tract Normal Normal Mengalami Normal


gangguan
9. System Persyarafan Tidak ada Normal Mengalami Normal
gangguan
10. System Normal Normal Normal Normal
Musculoskeletal
11. System Genetalia Normal Normal Normal Normal

9. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya:
Keluarga berharap ibunya sembuh dari penyakitnya
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Keluarga mengharapkan petugas kesehatan agar mampu membantu keluarga untuk
memberikan pengobatan kepada anggota keluarga yang tidak memiliki kemampuan
untuk menjangkau sumber pelayanan kesehatan dalam lingkungannya.

PENGKAJIAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA


NO KRITERIA PENGKAJIAN
1. Mengenal masalah Keluarga tahu bahwa ibu C menderita penyakit diabetes
melitus
2. Mengambil keputusan Masalah yang terjadi dalam keluarga Tn X dimusyawarahkan
yang tepat bersama keluarganya. Dalam pengambilan keputusan yang
paling dominan melakukannya adalah Tn. X karena dia
merupakan kepala keluarga.
3. Merawat anggota Keluarga belum maksimal bisa merawat ibu C
keluarga yang sakit
atau punya masalah
4. Memodifikasi Pemanfaatan rumah Tn X sudah maksimal.
lingkungan
5. Memanfaatkan sarana Tn X hanya memberikan ibu C obat dari puskesmas.
kesehatan
10. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 DS: kurangnya Resiko tinggi kerusakan
- Ibu C mengatakan tidak perawatan integritas kulit yang meluas .
bisa mengontrol teratur kesehatan oleh
penyakitnya karena tidak keluarga Tn. X
ada yang mengantarnya
ke puskesmas.
- Keluarga mengatakan
hanya membeli obat di
apotik terdekat sesuai
fotocopi resep dokter. ·
DO :
· - jari kaki ibu C sebelah
kiri terdapat luka kecil
sudah 3 minggu belum
sembuh.
2 DS ketidakmampuan Resiko terjadinya komplikasi
- Ibu C mengatakan tidak keluarga menahun diabetes mellitus ibu C
bisa mengontrol teratur merawat anggota keluarga Tn. X
penyakitnya karena tidak keluarga yang
ada yang mengantarnya sakit.
ke puskesmas.

DO
· Hasil observasi jari
kaki ibu C sebelah kiri
terdapat luka kecil
sudah 3 minggu belum
sembuh.
- Pemeriksaan
glukotest+ 3.

11. Skoring
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenaran

1 Sifat masalah 2/3x1 2/3 Pada penderita DM apabila


tidak mendapatkan
perawatan dan pengobatan
secara teratur akan
berdampak pada
komplikasi menahun DM.

2 Kemungkinan 2/2x2 2 Sumber dan tindakan dapat


masalah dapat dijangkau oleh keluarga
diubah
3 Potensi masalah 2/3x1 2/3 Keluarga mempunyai dana
untuk dicegah dan kemampuan intelektual
bila diberikan penyuluhan
tentang penyakit DM.
4 Menonjolnya 2/2x1 1 Keluarga menyadari
masalah adanya masalah tetapi
keluarga kurang menyadari
dampak apabila ada
anggota keluarga yang
sakit tidak dikontrol secara
teratur.
Total skor 41/3

12. Prioritas Diagnosa Keperawatan


a. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit yang meluas berhubungan dengan
kurangnya perawatan kesehatan oleh keluarga Tn. X
b. Resiko terjadinya komplikasi menahun diabetes mellitus ibu C keluarga Tn.
X berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit.
Rencana, Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Dx
Umum Khusus Kriteria Standar
1 Setelah dilakukan Klien mampu : Verbal 1. Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
penyuluhan keluarga 1. Dapat menjelaskan masalah menjelaskan masalah keluarga.
mengenal dan mencegah terhadap perawatan ibunya terhadap perawatan 2. Kaji pengetahuan
memberi perawatan pada yang sakit. ibunya yang sakit. keluarga tentang
perubahan yang akan 2. Dapat menyebutkan tanda dan 2. Keluarga dapat mengenali masalah.
terjadi pada status gejala pada perubahan status menyebutkan tanda 3. Diskusikan dengan
kesehatan ibu C. kesehatan ibunya. dan gejala pada keluarga tentang akibat
3. Dapat menyebutkan upaya perubahan kesehatan dari perubahan
untuk mencegah perubahan ibunya. kesehatan ibunya..
kesehatan ibunya. 3. Keluaraga dapat 4. Evaluasi terhadap topik
menyebutkan upaya yang telah didiskusikan
untuk mencegah dengan keluarga.
perubahan kesehatan 5. Berikan pujian terhadap
ibunya. ungkapan keluarga yang
mendukung terhadap
pencegahan kecemasan.
2. Setelah dilakukan Keluarga mampu : Verbal 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan
penyuluhan keluarga 1. Menyebutkan masalah nutrisi menyebutkan masalah keluarga tentang masalah
mengenal masalah nutrisi 2. Mampu mengambil keputusan nutrisi nutrisi.
yang dibutuhkan pada dalam memperbaiki nutrisi pada 2. Keluarga mampu 2. Kaji keluarga tentang
ibunya. ibunya. mengambil keputusan pengambilan keputusan
3. Dapat mencegah masalah nutrisi dalam memperbaiki memperbaiki masalah
nutrisi pada ibunya. nutrisi.
3. Keluarga mampu 3. Jelaskan bahwa
mencegah masalah pencegahan nutrisi pada
nutrisi. anak sangat penting
untuk pertumbuhannya.
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
Dx
1 Resiko tinggi kerusakan 3 Februari 2014 Menganjurkan keluarga untuk 1. Struktur
selalu melakukan a. Keluarga Tn X dapat
integritas kulit yang
perawatan/kontrol terhadap bekerjasama dengan
meluas berhubungan dengan kesehatan ibunya. mahasiswa
b. Keluarga mengerti
kurangnya perawatan kesehatan
maksud dan tujuan
oleh keluarga Tn. X kunjungan hari ini.
2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat
aktif dalam diskusi
b. Keluarga dapat
memenberikan minat
terhadap kegiatan atau
tindakan yang dapat
dilakukan.
c. Keluarga dapat
memberikan respon
verbal dan non verbal
yang baik.
d. Keluarga kooperatif
selam kegiatan
berlangsung.
3. Hasil
a. Keluarga dapat
memberikan perawatan
terhadap ibunya
b. Menyebutkan upaya
pencegahan resiko
kerusakan integritas
kulit.
c. Keluarga dapat
mengetahui tanda dan
gejala bila kurang
perawatan.
d.
2 Resiko terjadinya komplikasi 3 Februari 2014 Anjurkan keluarga untuk selalu 1. Struktur
mengawasi kesehatan yang ada a. Keluarga Bpk Gading
menahun diabetes mellitus ibu C
pada ibunya. dapat bekerjasama
keluarga Tn. X berhubungan dengan mahasiswa
b. Keluarga mengerti
dengan
maksud dan tujuan
ketidakmampuan keluarga kunjungan hari ini.
2. Proses
merawat anggota keluarga yang
a. Keluarga dapat terlihat
sakit. aktif dalam diskusi
b. Keluarga dapat
memenberikan minat
terhadap kegiatan atau
tindakan yang dapat
dilakukan.
c. Keluarga dapat
memberikan respon
verbal dan non verbal
yang baik.
d. Keluarga kooperatif
selam kegitan
berlangsung.
e. Keluarga dapat
mengontrol kegiatan
ibunya.
4. Hasil
a. Keluarga dapat mencegah
resiko terjadinya
komplikasi pada ibunya.
b. Menyebutkan dapat cara
perawatan kesehatan
ibunya
c. Keluarga dapat
melaksanakan cara
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk dari asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota keluarga
dalam satu rumah.penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan yagn ad pada
keluarga tersebut. Jadi paa bila ad pada keluarga riwayat keluarga ini,keluarga harus
merawatnya dengan baik seperti melakukan pengontrolan kesehatan di rumah
sakit/puskesmas agar penyakit ini bisa di sembuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Lizanurviana,2010.askep komunitas pada diabetes melitus.(online).http//


lizanurviana.blog.com/2010/11/28askep-komunitas-pada-diabetes-melitus.diakses 4
februari 2014.
2. Purchon,2011.asuhan keperawatan keluarga dengan
DM.(online).http//purchon.blog.com/2011/07/24asuhan-keperawatan-keluarga-dengan-
DM.diakses 4 februari 2014
3. Wahit Iqbal Mubarak,Bambang Adi Santoso,Khoirul Rozikin,Siti Patonah(2005).Ilmu
Keperawatan Komunitas 2.jakarta 2005

Вам также может понравиться