Вы находитесь на странице: 1из 197

AKUT ABDOMEN PADA 


NEONATUS DAN ANAK


Acute Abdomen
Pathogenesis

• Abdominal pain may be classified as

1. Visceral,

2. Somatoparietal

3. Referred pain according to the nature of the pain


receptors involved.
Pathogenesis : Visceral
Pain
• Visceral pain usually dull, poorly localized, and perceived in
the midline.

• This receptors are located on the serosal surface, in the


mesentery, within the intestinal muscle, and the mucosa of
hollow organs. Respond to mechanical and chemical
stimuli, such as stretching, tension, and ischemia.

• Three broad pain areas : foregut structures, from midgut


structures, from hindgut structures
Pathogenesis : Somatoparietal

• Located in the parietal peritoneum, the muscle, and the


skin, resulting from inflammation, stretching, or tearing of
the parietal peritoneum

• Characterized by sharp, more intense, and more localized


sensation
Pathogenesis : Referred pain

• Well localized but felt in distant areas of the same


cutaneous dermatome as the affected organ. It results from
shared spinal cord level for afferent neurons from different
sites. For example, inflammatory conditions that affect the
diaphragm can be perceived as pain in the shoulder or
lower neck area
Cause of Acute Abdomen
Initial Assesment
• Abdominal pain features

• pattern – constant, intermittent

• character – dull, sharp, cramp

• intensity – increasing, stable/constant vs intermittent,


decreasing; impact on normal activities

• location – migratory or consistent location, distribution

• Duration (time from onset) and sequence of symptoms

• Exacerbating and/or relieving factors

• Associated symptoms

• Nausea, emesis – emesis color

• Diarrhea, constipation, obstipation; stool color/presence of


blood

• Constitutional – fever, malaise, lethargy

• other – cough, sore throat, dysuria


Indication for surgery
• Idications for operative exploration can be categorized in the
context of presenting symptoms and suspected diagnosis

• Evidence of complete bowel obstruction, intestinal


volvulus, or vascular compromise of abdominal
structures

• Malrotationwith bilious emesis

• Closed loop bowel obstruction (e.g. postoperative


adhesions, omphalomesenteric duct remnant,
intestinal duplication cyst)

• Non-reducible intussusception


• Ovarian torsion

• Acute abdomen/peritonitis, intestinal perforation

• Perforated duodenal ulcer

• Intestinal perforation/necrosis

• Perforated appendicitis, Meckel diverticulitis with


diffuse peritonitis

• Perforated Chron disease

• Toxic Megacolon (ulcerative colitis, antibiotic-


associated colitis)

• Diagnosis of surgical etiology

• appendicitis

• Cholecystitis, complicated gallstone disease


(choledocholithiasis, gallstone pancreatitis)

• Meckel diverticulitis

• Intestinal mass (duplication cyst, mesenteric cyst,


intussusception with suspected pathologic lead
point)
AKUT ABDOMEN
• Adalah tanda dan gejala yang disebabkan
penyakit intraabdominal dengan nyeri
sebagai keluhan utama, timbul mendadak,
dan biasanya membutuhkan terapi
pembedahan
Tanda-tanda akut abdomen
• S ( sakit )
• O ( obstrkuksi )
• K ( kembung )
• M ( muntah )
• A ( abdominal sign )
SAKIT / NYERI
• Nyeri perut merupakan keluhan yang
menonjol dari pasien dengan akut
abdomen
• Jenis-jenis nyeri :
- Nyeri viseral
- Nyeri somatik
Nyeri viseral
• Terjadi karena rangsangan pada peritoneum
yang meliputi organ intraperitoneal yang
dipersarafi oleh susunan saraf otonom.
• Peritoneum viseral tidak sensitif terhadap
rabaan, pemotongan atau radang sehingga
dapat dilakukan sayatan dan penjahitan pada
usus tanpa dirasakan oleh pasien.
• Apabila dilakukan tarikan/ regangan/
kontraksi berlebihan dari otot ( spasme ) –
akan memberi rasa nyeri tumpul disertai sakit.
• Pasien biasanya tidak dapat melokalisir
tepat untuk nyerinya ( digambarkan pada
daerah yang luas dengan memakai seluruh
telapak tangan ).
• Nyeri ini tidak dipengaruhi oleh gerakkan,
biasanya pasien bergerak aktif tanpa
pertambahan dari rasa nyerinya.
Nyeri Somatik
• Karena rangsangan pada peritoneum
parietale yang dipersarafi oleh saraf tepi
yang diteruskan ke susunan saraf pusat.
• Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk/ disayat-
sayat
• Pasien dapat melokalisir nyerinya secara
tepat dengan menunjukkannya memakai jari.
• Rangsangan dapat berupa rabaan, tekanan,
perubahan suhu, kimiawi dan proses
peradangan.
• Pergeseran antara organ viseral yang
meradang dengan peritoneum parietal
akan menimbulkan rangsangan yang
menyebabkan rasa nyeri.
• Setiap gerakan pasien akan menambah
rasa nyeri. ( batuk, nafas dalam, maupun
gerak ).
Lokasi Nyeri Viseral
Asal organ Organ Lokasi nyeri

Foregut Esofagus, lambung, Epigastrium


duodenum, saluran
empedu/ pankreas
Midgut Jejunum- kolon Periumbilikal
transversum
Hindgut Kolon distal Infraumbilikal

Retroperitoneal Ginjal, ureter Pinggang, lipat paha

Pelvis adneksa Pinggang, suprapubik


Lokasi Nyeri Somatik
Lokasi Organ

Abdomen kanan atas Kandung empedu, hati,duodenum,pankreas,kolon, paru


miokard
Epigastrium Lambung, pankreas, duodenum, paru, kolon

Abdomen kiri atas Limpa, kolon, ginjal, paru

Abdomen kanan Apendiks, adneksa, caecum, ileum, ureter


bawah
Abdomen kiri bawah Kolon, adneksa, ureter

Suprapubik Buli-buli, uterus, usus halus

Periumbilikal Usus halus

Pinggang/ punggung Pankreas, aorta, ginjal

Bahu diafragma
Sifat Nyeri
• Nyeri terus-menerus
Rangsangan pada peritoneum parietale dapat disebabkan olh
kimiawi/ bakteri ( rx inflamasi ), nyeri yang timbul ialah
nyeri somatik lokal dapat pula merata ke seluruh perut tgtg
luas rangsangan peritoneum. Karna rangsangannya terus
menerus pada peritoneum maka nyeri yang dirasakan terus
menerus.

• Nyeri bersifat kolik


Nyeri viseral akibat spasme otot polos viseral. Kontraksi ini
tjd secara intermitten maka nyeri yang dirasakan hilang
timbul.
Nyeri ini biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dari
organ berongga ( obs.usus, batu ureter )
Onset dan Intensitas Nyeri
Nyeri Contoh
Nyeri mendadak dan hebat MCI, perforasi tukak, kolik biliaris,
ruptur aneurisma, kolik ureter
Nyeri hebat, onset cepat, terus- Pankreatitis akut, KET
menerus
Nyeri berangsur-angsur, dan terus- Kolesistitis akut, kolangitis akut,
menerus hepatitis akut, app akut, Salpingitis
akut, divertikulitis
Nyeri kolik, intermitten, makin sakit Obs usus halus, infeksi usus
dengan interval bebas
OBSTRUKSI
•➢ Suatu
Ileus kondisi dimana terdapat gangguan pasase
atau jalannya makanan di usus
➢ Ileus Obstruktif
• Ileus yang terjadi akibat gangguan mekanis,
berupa
• obstruksi atau sumbatan pada usus (ileus mekanik)
➢ Ileus Mekanik
• Keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal karena adanya sumbatan yang
disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding
usus atau luar usus yang menekan atau kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrose segmen usus.
➢ Sifat Sumbatan
• Obstruksi sebagian (makanan masih dapat lewat
Parsial dan masih bisa flatus dan defekasi)

• Terjadi obstruksi tanpa disertai gangguan


Simple vaskularisasi

Strangulasi • Terjadi obstruksi disertai gangguan vaskularisasi


sehingga timbul nekrosis, gangren dan perforasi

➢ Letak
Sumbatan • Bila mengenai usus halus (dari gaster sampai
ileum terminal)

Letak Tinggi • Bila mengenai usus besar (dari ileum terminal


sampai anus)

Letak Rendah
Klasifikasi Letak Etiologi Klinis
Ileus Letak • Duodenum •Adhesi (riwayat •Muntah terus
Tinggi • Jejenum operasi menerus
• Ileum sebelumnya) •Perut biasanya
•Hernia tidak kembung
•Volvolus
•Intususepsi
•Gallstone ileus
•Neoplasma
Ileus Letak • Colon • Neoplasma •Ditandai dengan
Rendah • Rektum • Hernia perut kembung
• Volvolus •Muntah biasanya
• Intususepsi tidak terjadi
• Divertikulitis
➢Penyebab

Lesi Intraluminal • Fekalit, benda asing, batu empedu

Lesi Intramural • Malignansi atau inflamasi

Lesi Ekstramural • Adhesi, hernis, volvulus, intususepsi


Hernia Volvulus Adhesi

Tumor Intususepsi
➢ Terdapat4 tanda kardinal
1. Nyeri abdomen
2. Muntah
3. Distensi
4. Kegagalan defekasi dan flatus
Letak Tinggi Letak Rendah
•Dilatasi usus di proksimal sumbatan •Dilatasi usus di proksimal sumbatan
(sumbatan paling distal di ileocecal (sumbatan di colon)
junction)
•Kolaps usus di distal sumbatan •Kolaps usus di distal sumbatan
•Herring bone appearance •Penebalan dinding usus yang
- 2 dinding usus halus yang terdilatsi mengalami dilatasi:
menebal dan menempel – - Di usus halus -- Herring bone
membentuk gambaran vertebra ikan appearance
- Muskulus sirkuler – menyerupai costa - Di usus besar – tampak pada tepi
ikan abdomen
•Step-ladder appearance Gambaran •Gambaran air fluid level
air fluid level yang pendek-pendek - Di usus halus -- pendek-pendek
berbentuk seperti tangga – karena berbentuk seperti tangga (step-ladder
cairan transudati berada dalam usus appearance)
halus yang mengalami distensi - Di usus besar – panjang-panjang
➢ Anamnesis
Ileus obtruktif usus halus –kolik dirasakan di
sekitar umbilikus, muntah kehijauan

Ileus obtruktif usus besar –kolik dirasakan di


sekitar suprapubik, onset muntah lama
➢ Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Tanda-tanda generalisata dehidrasi (kehilangan
turgor kulit, mulut dan lidah kering)

Harus dilihat adanya distensi pada abdomen, parut


abdomen, hernia dan massa abdomen

Pada penderita kurus atau sedang dapat ditemukan


“darm countur” (gambaran kontur usus) maupun
“darm steifung” (gambaran gerakan usus)
2. Palpasi dan Perkusi
Pada palpasi didapatkan distensi abdomen dan
perkusi timpani

Palpasi bertujuan mencari adanya iritasi


peritoneum atau nyeri tekan yang mencakup
defance muscular involunter atau rebound dan
massa yang abnormal.
3. Auskultasi
Terdengar kehadiran episodik gemerincing
logam (metalic sound) bernada tinggi dan
peristaltik meningkat (borborigmi)

Tapi dalam beberapa hari perjalanan penyakit


dan usus di atas sudah berdilatasi , maka
aktifitas peristaltik bisa tidak ada atau menurun
MUNTAH
• Muntah, atau emesis, ekspulsi paksa isi
lambung keluar melalui mulut. Gaya
utama penyebab ekspulsi berasal dari
kontraksi otot-otot pernapasan yaitu,
diafragrna (otot inspirasi utama) dan otot
abdomen (otot ekspirasi aktit)
PENYEBAB MUNTAH
Muntah dapat dipicu oleh sinyal aferen ke pusat muntah
dari sejumlah reseptor di seluruh tubuh. Kausa muntah
mencakup yang berikut:
• Stimulasi taktil (sentuh) di bagian belakang tenggorok,
• Iritasi atau peregangan lambung dan duodenum.
• Peringkatan tekanan intrakranium,
• Rotasi atau akselerasi kepala yang menyebabkan pusing
hergoyang,
• Bahan kimia, termasuk obat atau bahan berbahaya yang
memicu muntah
• Muntah psikogenik akibat faktor emosi, termasuk yang
menyertai pemandangan atau bau yang memuaikan
serta kecemasan
Abdomonal sign
Inspection
• The abdominal exam typically begins a visual
examination of the abdomen. Some common
things an examiner might look for are:
• masses
• scars
• lesions
• abdominal distension
Auscultation
• Auscultation is performed prior to percussion
or palpation, because both might alter
abdominal sound.
• Bowel obstruction may present with grumbling
bowel sounds or high-pitched noises.
• Absence of sounds may be caused by
peritonitis, paralytic ileus, bowel obstruction,
intestinal ischemia or other causes.
Palpation
• The examiner typically palpates all areas of the patient's
abdomen. This is typically performed twice, lightly and then
deeply.
• On light palpation, the examiner tests for any palpable mass,
rigidity, or pain.
• On deep palpation, the examiner is testing for and
organomegaly, including enlargement of the liver and spleen.
Reactions that may indicate pathology include:
• guarding, describing muscle contraction as pressure is
applied.
• rigidity, indicating peritoneal inflammation.
• rebound, pain on release
• hernial orifices if positive cough impulses.
Percussion
• Percussion is performed by knocking the middle
finger against the phalanx of the middle finger of
the opposing hand, which rests against the surface
of the abdomen in each of the areas tested.
• Percussion can elicit a painful response in the
patient, and may also reveal whether there is
abnormal levels of fluid in the abdomen.
Organomegaly may also be noted, including gross
splenomegaly (enlargement of the spleen),
hepatomegaly (enlargement of the liver), and
urinary retention.
Anatomi
Apendiks merupakan organ yang
berbentuk tabung panjang dan sempit.
Panjangnya kira-kira 8cm (kisaran
0.3-33cm) dan memiliki lebar berukuran
sekitar 5-10 mm.
Apendiks memiliki lumen sempit dibagian
proximal dan melebar pada bagian distal.
Saat lahir, apendiks pendek dan melebar
dipersambungan dengan sekum.

Pediatric surgery 6th edition, vol 1 ,2006


Appendisitis Akut
50%
• Definisi terdia
Appendisitis akut gnosis
adalah peradangan pada setela 1-4
appendiks vermiformis. Suatu h tahun
keadaan kegawatdaruratan perfor (70%-7
30-60% asi
yang sering terjadi pada anak 5%),
perfor
yang membutuhkan tindakan remaj
asi
o p e r a s i A p p e n d e c t o m y. a
Apendisitis akut adalah (30%-4
penyebab paling umum Morbid0%)
inflamasi akut pada kuadran Appen itas
kanan bawah rongga disitis dan
abdomen. akut mortal
itas

At a Glance Ilmu Bedah edisi ketiga, hal:


107: Ilmu Kesehatan Anak, Nelson, Hal:
1364-1367.
Di
Amerika Epidemiologi Meningka
80.000
t dengan
anak
bertamba
menderit 4:1.000
hnya
a anak
umur
appendisi dibawah
memunca
tis. usia 14
k pada
Kulit tahun.
remaja
hitam dan Laki >
dan
orang asia perempua
jarang
lebih n
terjadi di
rendah
usia <1
dibanding
Ilmu Kesehatan Anak, Nelson, Hal:
1364-1367.
Patofisiologi
• Adanya sumbatan pada saluran apendiks.
Sumbatan tersebut adalah fekalit. Fekalit
terbentuk dari feses yang terperangkap di
dalam saluran apendiks.
• Adanya cacing atau benda asing yang tertelan
dan masuk ke apendiks.
• Kebiasaan makan makanan rendah serat
• Karena infeksi bakteri atau kuman. Infeksi
kuman dari colon yang paling sering adalah E.
Coli
• Ulserasi mukosa apendiks oleh parasit E.
Histolytica.
Schwartz's Principles of Surgery >
Chapter 30. The Appendix
Nekrosis
Obstruksi Invasi Bakteri dinding usus
(perforasi)

Ilmu Kesehatan Anak, Nelson, Hal:


1364-1367.
Gambaran Klinis
1. Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri
viseral) yang beberapa waktu kemudian
menjalar ke perut kanan bawah.
2. Muntah dan mual
3. Suhu tubuh meningkat dan nadi cepat
4. Rasa sakit hilang timbul
5. Diare atau konstipasi
6. Tungkai kanan tidak dapat atau terasa sakit
jika diluruskan
7. Perut kembung
8. Badan lemas
9. Kurang nafsu makan
10. Hasil pemerikasaan leukosit meningkat
Gejala yang khas
Pada anak-anak
Gejala awalnya sering hanya menangis
dan tidak mau makan. Seringkali anak
tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya.
Dan beberapa jam kemudian akan
terjadi muntah-muntah dan anak
menjadi lemas. Sering apendisitis
diketahui setelah perforasi.
Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
b. auskultasi
c. palpasi
d. perkusi

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Radiologi
Diagnosis Banding

Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding, seperti:
• Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut
lebih ringan dan tidak berbatas tegas
• Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah
pada pertengahan siklus menstruasi.
• Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika
ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan
timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok
hipovolemik.
• Kista ovarium terpuntir
• Urolitiasis pielum/ ureter kanan
• Penyakit saluran cerna lainnya
Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti
divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut,
pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid
Penanganan
• Pengobatan tunggal yang terbaik untuk usus buntu yang sudah
meradang/apendisitis akut adalah dengan jalan membuang
penyebabnya (operasi appendektomi).
• Pasien dipersiapkan dengan puasa antara 4 sampai 6 jam
sebelum operasi dan dilakukan pemasangan cairan infus agar
tidak terjadi dehidrasi.
• Pembiusan akan dilakukan oleh dokter ahli anastesi dengan
pembiusan umum atau spinal/lumbal. Pada umumnya, teknik
konvensional operasi pengangkatan usus buntu dengan cara
irisan pada kulit perut kanan bawah di atas daerah apendiks
• Perbaikan keadaan umum dengan infus, pemberian antibiotik
untuk kuman gram negatif dan positif serta kuman anaerob,
dan pemasangan pipa nasogastrik perlu dilakukan sebelum
pembedahan (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Komplikasi
Ko m p l i k a s i y a n g p a l i n g s e r i n g
d i t e m u k a n a d a l a h p e r f o r a s i . Ya n g
menyebabkan terjadinya peritonitis pada
dinding abdomen(Sjamsuhidajat, De Jong,
2004).
Prognosis
• Kebanyakan pasien setelah operasi
appendektomi sembuh spontan tanpa
penyulit, namun komplikasi dapat terjadi
apabila pengobatan tertunda atau telah
terjadi peritonitis/peradangan di dalam
rongga perut.
Hirshprung
Definisi
Hirschprung ,penyakit ini disebut
megakolon,pada penyakit ini usus tidak dapat
mengembang oleh karena tidak terdapat pleksus
mientarik
Patologi
- Bagian kolon yang paling distal sampai bagian
usus yang berbeda ukuran penampangnya
tidak mempunyai ganglion
- Bagian aganglionik tidak mengembang
sehingga tetap sempit dan menyembabkan
gangguan defekekasi, akibatnya ,kolon
bagian proksimal yang normal akan melebar
oleh tinja yang tertimbun dan membentuk
megakolon
Gambaran klinis

• Trias penyakit ini yaitu :


mekonium keluar terhambat
lebih dari 24jam
pertama,muntah hijau dan
perut membuncit seluruhnya
• Adakalanya,gejala obstipasi
kronik ini diselingi diare
berbau dan berwarna khas
seperti enterokolitis
• Pada pemeriksaan colok
dubur terasa ujung jari
terjepit lumen rektum yang
sempit
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologik dengan


barium enema -> daerah
transisi dari lumen sempit ke
lumen yang melebar

Pemeriksaan biopsi hisap


rektum -> mencari tanda
histologik yaitu tidak ada nya
ganglion
Tatalaksana
• Operasi pull through
KONSTIPASI PADA ANAK
Definisi
• Belum ada kata sepakat
• Frekuensi b.a.b berkurang dibanding
kebiasaan anak
• B.a.b. < 3 x per minggu
• Feses keras, banyak dan kering
• Feses sulit dikeluarkan atau disertai nyeri
saat defekasi
KONSTIPASI PADA ANAK
KAUSA
• Sering sulit ditentukan
• Diet tinggi lemak, rendah serat
• Kurang minum
• Kurang gerak/exercise
• Masalah emosi
• Di tempat yang tidak biasa
KONSTIPASI PADA ANAK
KAUSA
• Distres (sekolah, rumah)
• Anak terlalu sibuk
• Masalah fisik (kelainan saluran cerna/
rektum/anus, kelainan nerologi seperti
CP, kelainan endokrin seperti hipotiroid,
obat-obatan seperti zat besi, narkotik
seperti kodein)
KONSTIPASI PADA ANAK
• Masalah timbul karena feses yang keras
mengiritasi dan menyebabkan fisura anus
! nyeri ! anak menahan untuk tidak
b.a.b. ! konstipasi bertambah
(lingkaran setan)
• Harus segera diatasi dan dicari kausa
untuk ditangani
KONSTIPASI PADA ANAK
KAUSA TERSERING KONSTIPASI
1. Fungsional
2. Fisura ani
3. Infeksi virus dengan ileus
4. Diet
5. Obat-obatan
KONSTIPASI PADA ANAK
TEMUAN-TEMUAN YANG MENYOKONG
KONSTIPASI FUNGSIONAL
ANAMNESIS
• Bayi b.a.b pertama dalam waktu 48 jam
setelah lahir
• Feses sangat keras dan besar
• Enkopresis (fecal soiling)
• Feses berdarah; fisura perianal
KONSTIPASI PADA ANAK
TEMUAN-TEMUAN YANG MENYOKONG
KONSTIPASI FUNGSIONAL
ANAMNESIS
• Nyeri atau rasa tidak nyaman saat b.a.b;
menahan feses tidak keluar
• Nafsu makan menurun
• Diet rendah serat/cairan; “takut” ke
toilet
KONSTIPASI PADA ANAK
TEMUAN-TEMUAN YANG MENYOKONG
KONSTIPASI FUNGSIONAL
PEMERIKSAAN FISIS
• Distensi perut ringan, teraba massa feses
di LLQ abdomen
• Posisi anus normal, tonus sfinkter normal
KONSTIPASI PADA ANAK
TEMUAN-TEMUAN YANG MENYOKONG
KONSTIPASI FUNGSIONAL
PEMERIKSAAN FISIS
• Rektum distended, penuh dengan feses
• Terdapat refleks kremaster dan ‘anal
wink’
KONSTIPASI PADA ANAK
Obat-obat penyebab konstipasi
• Anestesi, analgetik narkotik, opiat
• Antikolinergik dan simpatomimetik
• Antikonvulsan dan diet ketogenik
• Antimotilitas
• Antipsikotik, antidepresan
KONSTIPASI PADA ANAK
Obat-obat penyebab konstipasi
• Penghambat kanal kalsium misalnya
Verapami, antidisritmia
• Mineral (aluminium, kalsium, besi, timbal,
merkuri, arsen, bismuth
• Anti inflamasi non-steroid
KAUSA KONSTIPASI MENURUT USIA
USIA NEONATUS/BAYI
• Hirschsprung disease, MAR
• Meconium plug syndrome
• Alergi susu sapi
• Retensi tinja
• Perubahan diet
• Kelainan endokrin: hipotiroid
KAUSA KONSTIPASI MENURUT USIA
USIA NEONATUS/BAYI
• Fibrosis kistik
• Pseudo obstruksi kronis
• Penyakit metabolik (DI, Renal Tubular
Acidosis)
KAUSA KONSTIPASI MENURUT USIA
USIA TODDLER/2 – 4 TAHUN
• Fisura ani/retensi tinja
• Toilet refusal
• Hirschsprung dengan segmen pendek
• Alergi susu sapi
• Kelainan SSP
• Kelainan MS(meningomielokel dsb)
KAUSA KONSTIPASI MENURUT USIA
USIA SEKOLAH
• Retensi tinja
• Fasilitas toilet terbatas
• Preokupasi dengan kegiatan lain
• Kemampuan mengenali rangsangan
fisiologis terbats
KAUSA KONSTIPASI MENURUT USIA
USIA ADOLESEN
• IBS
• Jejas MS (trauma, kecelakaan)
• Diet
• Anoreksia
• Kehamilan
• Laxative abuse
KONSTIPASI PADA ANAK
GEJALA
• Tidak b.a.b > 3 hari atau b.a.b keras dan
kering
• Perut kembung dan sakit
• Nafsu makan menurun
• Pada celana dalam/pampers terlihat ada
sedikit cairan atau feses
KONSTIPASI PADA ANAK
DIAGNOSIS
• Ax: umur saat pertama kali b.a.b, mulai
kapan mulai sulit b.a.b, apakah anak
menangis bila b.a.b, kapan mulai toilet
training, bagaimana diet anak, minum
obat?, apakah ada distres akhir-akhir ini,
apakah ada kotoran sedikit di celana
dalam/pampers?
KONSTIPASI PADA ANAK
Pemeriksaan fisis
• Status gizi, hernia umbilikalis, fisura ani
Pemeriksaan Penunjang (disesuaikan)
• Lab: CBC, Faal tiroid p.r.n
• Radiologis: plain foto abdomen, USG,
enema barium, manometry rektal
KONSTIPASI PADA ANAK
KAPAN WORKUP? NIH:
• Konstipasi > 3 minggu
• Aktifitas anak terganggu
• Keluar cairan dan sedikit feses di celana
• Terdapat fisura
• Terjadi hemorhoid
KONSTIPASI PADA ANAK
TATALAKSANA
• Evakuasi tinja (disimpaction)
• Perubahan diet (minum, serat banyak)
• Tingkatkan exercise
• Proper bowel habit
• Laxan ringan, stool softener
• Enema
KONSTIPASI PADA ANAK
EVAKUASI TINJA:
• Bila ada skibala (massa tinja)
• Dilakukan selama 2 – 5 hari sampai bersih
• Bisa lewat rektal atau oral
• Oral dengan mineral oil 1 – 2 mL/kg,
maksimum 240 mL/hari (tidak untuk
bayi!!!)
KONSTIPASI PADA ANAK
EVAKUASI TINJA
• Larutan PEG 20 mL/kg/jam maksimum
1000 mL/jam via pipa lambung selama 4
jam per hari
• Rektum: enema garam fisiologis 600 –
1000 mL atau 120 mL mineral oil
• Untuk bayi: enema glisein 2 – 5 mL
KOSNTIPASI PADA ANAK
TERAPI RUMATAN PASCA EVAKUASI
• Intervensi Diet, modifikasi perilaku/ toilet
training dan laksatif
• Catatan harian defekasi dan konsistensi
tinja, pemberian ‘reward’
• Konsultasi psikiater anak bila semua upaya
gagal
KONSTIPASI PADA ANAK
TERAPI RUMATAN
• Laktulosa 70% 1-3 mL/kgBB/day, b.i.d
• Sorbitol (dosis idem laktulosa)
• Mineral oil 1-3 mL/kgBB/hari, b.i.d, tidak
untuk bayi (< 1 tahun)
• Susu Magnesium (MOM) 400 mg/5 mL
diberikan 1-3 mL/kg/day, tidak pada
gangguan ginjal
KONSTIPASI PADA ANAK
PENYULIT
• Nyeri anus/abdomen
• Fisura ani
• Enkopresis
• Enuresis
• ISK/obstruksi ureter
• Prolaps rektum
KONSTIPASI PADA ANAK
PENYULIT
• Ulkus soliter
• Sindroma stasis: bakteri tumbuh lampau,
fermentasi KH ! maldigesti,
dekonyugasi asam empedu, steatore
Fistel perianal
• Hampir semua fistel anus, biasanya
disebut fistel perianal, disebabkan oleh
perforasi atau penyaliran abses anorektum
• Kadang fistel disebabkan oleh kolitis
seperti TBC , amoebiasis
• Fistel dapat terletak
disubkutis,submukosa antar sfingter atau
menembus sfingter atau terletak di
anterior,posterior atau lateral
Gambaran klinis
• Pada anamnesis , biasanya dijumpai
riwayat abses perianal,pengeluaran nanah
sedikit sedikit.
• Pada colok dubur umumnya fistel dapat
diraba antara telunjuk di anus dan ibu
jari diperineum
• Fistel perineum jarang menyebabkan
gangguan sistemik
Pemeriksaan Penunjang
• Fistulografi
• Retroskopi, untuk menentukan ada nya
penyakit penyakit di rektum
Tatalaksana
• Fistulomi, fistul dibuka dari lubang asal
nya sampai ke lubang kulit.
Prognosis
• Fistel dapat kambuh bila lubang dalam
tidak turut dibuka atau dikeluarkan atau
cabang fistul tidak turut dibuka
Intususepsi
Definisi
• Intususepsi adalah proses dimana suatu segmen usus bagian
proksimal masuk ke dalam lumen usus bagian distalnya sehingga
menyebabkan obstruksi usus dan dapat berakhir dengan strangulasi.
Umumnya bagian yang proksimal (intususeptum) masuk ke bagian
distal (intussussipien)
• Intususepsi umumnya ditemukan pada anak-anak di bawah 1 tahun
dan frekuensinya menurun dengan bertambahnya usia anak
• Umumnya intususepsi ditemukan lebih sering pada anak laki-laki. Di
Afrika, tepatnya di Tunisia, rasio laki-laki dibandingkan perempuan
adalah 8:1. Di Asia, rasio perbandingannya adalah 9:1. Di Timur
Tengah, perbandingan antara laki-laki dan perempuan berkisar
antara 1,4:1 sampai 4:1
Etiologi
Etiologi dari intususepsi terbagi menjadi 2, yaitu idiopatik dan kausal:
1. Idiopatik
• Definisi dari istilah intususepsi ‘idiopatik’ bervariasi di antara penelitian terkait
intususepsi. Sebagian besar peneliti menggunakan istilah ‘idiopatik’ untuk
menggambarkan kasus dimana tidak ada abnormalitas spesifik dari usus yang
diketahui dapat menyebabkan intususepsi seperti diverticulum meckel atau polip
yang dapat diidentifikasi saat pembedahan.
• Dalam kasus idiopatik, pemeriksaan yang teliti dapat mengungkapkan hipertrofi
jaringan limfoid mural (Peyer patch), yang disebabkan oleh infeksi adenovirus atau
rotavirus
• Intususepsi idiopatik memiliki etiologi yang tidak jelas. Salah satu teori untuk
menjelaskan kemungkinan etiologi intususepsi idiopatik adalah bahwa hal itu terjadi
karena Peyer patch yang membesar; hipotesis ini berasal dari 3 pengamatan:
– (1) penyakit ini sering didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas
– (2) wilayah ileokolika memiliki konsentrasi tertinggi dari kelenjar getah bening di mesenterium
– (3) pembesaran kelenjar getah bening sering dijumpai pada pasien yang memerlukan operasi. Apakah
Peyer patch yang membesar adalah reaksi terhadap intususepsi atau sebagai penyebab intususepsi,
masih tidak jelas
2. Kausal
• Pada penderita intususepsi yang lebih besar (lebih dua tahun), adanya
kelainan usus dapat menjadi penyebab intususepsi atau  “lead
point”  seperti:  inverted Meckel’s diverticulum, polip usus, leiomioma,
leiosarkoma, hemangioma,  blue rubber blep nevi, lymphoma dan
duplikasi usus. Divertikulum Meckel adalah penyebab paling utama,
diikuti dengan polip seperti  peutz-jeghers syndrome,  dan duplikasi
intestinal.  Lead point  lain diantaranya  lymphangiectasias, perdarahan
submukosa d e n g a n  Henoch-Schönlein
purpura, trichobezoarsdengan Rapunzel syndrome, caseating granulomas
yang berhubungan dengan tuberkulosis abdominal.
• Lymphosarcoma sering dijumpai sebagai penyebab intususepsi pada anak
yang berusia di atas enam tahun. Intususepsi dapat juga terjadi setelah
laparotomi, yang biasanya timbul setelah dua minggu pasca bedah, hal
ini terjadi akibat gangguan peristaltik usus, disebabkan manipulasi usus
yang kasar dan lama, diseksi retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal
Patogenesis
• Patogenesis dari intususepsi diyakini akibat sekunder dari
ketidakseimbangan pada dorongan longitudinal sepanjang
dinding intestinal. Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan
oleh adanya massa yang bertindak sebagai“lead point” atau
oleh pola yang tidak teratur dari peristalsis (contohnya,
ileus pasca operasi). Gangguan elektrolit berhubungan
dengan berbagai masalah kesehatan yang dapat
mengakibatkan motilitas intestinal yang abnormal, dan
mengarah pada terjadinya invaginasi. Beberapa penelitian
terbaru pada binatang menunjukkan pelepasan nitrit oksida
pada usus, suatu neurotransmitter penghambat,
menyebabkan relaksasi dari katub ileocaecal dan
mempredisposisi intususepsi ileocaecal.
• Pembuluh darah mesenterium dari bagian yang terjepit
mengakibatkan gangguan venous return sehingga terjadi
kongesti, oedem, hiperfungsi goblet sel serta laserasi
mukosa usus. Hal inilah yang mendasari terjadinya salah
satu manifestasi klinis intususepsi yaitu BAB darah lendir
yang disebut juga red currant jelly stool
• Gastroenteritis akut yang dijumpai pada bayi, ternyata
ditemukan kuman rotavirus menjadi agen penyebabnya,
dimana pengamatan 30 kasus intususepsi bayi ditemukan
virus ini dalam feses sebanyak 37%. Pada beberapa
penelitian terakhir ini didapati peninggian insidens
adenovirus dalam feses penderita intususepsi
Jenis
• Jenis intususepsi dapat dibagi menurut lokasinya pada bagian
usus mana yang terlibat, pada ileum dikenal sebagai jenis
ileo-ileal.


• Pada kolon dikenal dengan jenis colo-colica dan sekitar ileo-


caecal disebut ileocaecal, jenis-jenis yang disebutkan di atas
dikenal dengan intususepsi tunggal dimana dindingnya terdiri
dari tiga lapisan.


• Jika dijumpai dinding yang terdiri dari lima lapisan, hal ini
sering pada keadaan yang lebih lanjut disebut jenis
intususepsi ganda, sebagai contoh adalah jenis ileo-ileo-
colica atau colo-colica. Suwandi J.Wijayanto E. di Semarang
selama 3 tahun (1981-1983) pada pengamatannya
mendapatkan jenis intususepsi sebagai berikut: Ileo-ileal 25%,
ileo-colica 50% dan colo-colica 22,5%.
Gejala klinis
• Gejala klinis yang menonjol dari intususepsi
adalah suatu trias gejala yang terdiri dari :

– Nyeri perut yang datangnya secara tiba-tiba, nyeri
bersifat hilang timbul. Nyeri menghilang selama 10-20
menit, kemudian timbul lagi serangan baru.


– Teraba massa tumor di perut bentuk curved


sausage pada bagian kanan atas, kanan bawah, atas
tengah, kiri bawah atau kiri atas.


– Buang air besar campur darah dan lendir yang


disebut red currant jelly stool.
The Brighton Collaboration Intussuseption Working
Group mendirikan sebuah diagnosis klinis menggunakan
campuran dari kriteria minor dan mayor.

Kriteria Mayor


• Adanya bukti dari obstruksi usus berupa adanya riwayat


muntah hijau, diikuti dengan distensi abdomen dan bising
usus yang abnormal atau tidak ada sama sekali.


• Adanya gambaran dari invaginasi usus, dimana setidaknya


tercakup hal-hal berikut ini: massa abdomen, massa rectum
atau prolaps rectum, terlihat pada gambaran foto abdomen,
USG maupun CT Scan.


• Bukti adanya gangguan vaskularisasi usus dengan manifestasi


perdarahan rectum atau gambaran feses “red currant jelly”
pada pemeriksaan “Rectal Toucher“.
Kriteria Minor
• Bayi laki-laki kurang dari 1 tahun
• Nyeri abdomen
• Muntah
• Lethargy
• Pucat
• Syok hipovolemi
• Foto abdomen yang menunjukkan abnormalitas tidak
spesifik.
Berikut ini adalah pengelompokkan
berdasarkan tingkat pembuktian, yaitu :
• Level 1 – Definite (ditemukannya satu kriteria di bawah ini)
– Kriteria Pembedahan – Invaginasi usus yang ditemukan saat
pembedahan
– Kriteria Radiologi – Air enema atau liquid contrast
enema menunjukkan invaginasi dengan manifestasi spesifik yang
bisa dibuktikan dapat direduksi oleh enema tersebut.
– Kriteria Autopsi – Invagination dari usus
• Level 2 – Probable (salah satu kriteria di bawah)
– Dua kriteria mayor
– Satu kriteria mayor dan tiga kriteria minor
• Level 3 – Possible
• Empat atau lebih kriteria minor
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
– Meskipun hasil laboratorium tidak spesifik
untuk menegakkan diagnosis intususepsi,
sebagai proses dari progresivitas, akan
didapatkan abnormalitas elektrolit yang
berhubungan dengan dehidrasi, anemia dan
atau peningkatan jumlah leukosit
(leukositosis >10.000/mm3).
Pemeriksaan radiologi
• Didapatkan distribusi udara
di dalam usus tidak
merata, usus terdesak ke
kiri atas, bila telah lanjut
terlihat tanda-tanda
obstruksi usus dengan
gambaran “air fluid level”.
Dapat terlihat “free
air” bila terjadi perforasi
MENISCUS
SIGN
Barium enema
• Pada barium enema
akan tampak
gambaran cupping,
coiled spring
appearance
USG

• Pada tampilan
transversal USG,
tampak konfigurasi
usus berbentuk
‘target’ atau ‘donat’
yang terdiri dari dua
cincin echogenisitas 
rendah yang
dipisahkan oleh
cincin hiperekoik
• Pada tampilan logitudinal
tampak pseudokidney sign yang timbul
sebagai tumpukan lapisan hipoekoik dan
hiperekoik
CT Scan
• Intususepsi yang digambarkan pada CT scan merupakan
gambaran klasik seperti pada USG yaitu target sign. 
Diagnosis banding
• Gastroenteritis, bila diikuti dengan intususepsi dapat ditandai jika
dijumpai perubahan rasa sakit, muntah dan perdarahan.


• Divertikulum Meckel, dengan perdarahan, biasanya tidak ada rasa


nyeri.


• Disentri amoeba, disini diare mengandung lendir dan darah, serta


adanya obstipasi, bila disentri berat disertai adanya nyeri di perut,
tenesmus dan demam.


• Enterokolitis, tidak dijumpai adanya nyeri di perut yang hebat.


• Prolapsus recti atau Rectal prolaps, dimana biasanya terjadi berulang


kali dan pada colok dubur didapati hubungan antara mukosa dengan
kulit perianal, sedangkan pada intususepsi didapati adanya celah.
Tatalaksana non operatif
• Hydrostatic Reduction
– Metode reduksi hidrostatik tidak mengalami
perubahan signifikan sejak dideskripsikan
pertama kali pada tahun 1876. Meskipun
reduksi hidrostatik dengan menggunakan
barium di bawah panduan fluoroskopi telah
menjadi metode yang dikenal sejak
pertengahan 1980-an, kebanyakan pusat
pediatrik menggunakan kontras cairan saline
(isootonik) karena barium memiliki potensi
peritonitis yang berbahaya pada perforasi
intestinal
Berikut ini adalah tahapan pelaksanaannya :


• Masukkan kateter yang telah dilubrikasi ke dalam rectum dan difiksasi kuat
diantara pertengahan bokong.


• Pengembangan balon kateter kebanyakan dihindari oleh para radiologis


sehubungan dengan risiko perforasi dan obstruksi loop tertutup.


• Pelaksanaannya memperhatikan “Rule of three” yang terdiri atas: (1) reduksi


hidrostatik dilakukan setinggi 3 kaki di atas pasien; (2) tidak boleh lebih dari 3
kali percobaan; (3) tiap percobaan masing-masing tidak boleh lebih dari 3
menit.


• Pengisian dari usus dipantau dengan fluoroskopi dan tekanan hidrostatik


konstan dipertahankan sepanjang reduksi berlangsung.


• Reduksi hidrostatik telah sempurna jika media kontras mengalir bebas melalui
katup ileocaecal ke ileum terminal. Reduksi berhasil pada rentang 45-95%
dengan kasus tanpa komplikasi.
• Pneumatic Reduction
– Reduksi udara pada intususepsi pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1897 dan cara tersebut telah
diadopsi secara luas hingga akhir tahun 1980. Prosedur
ini dimonitor secara fluroskopi sejak udara dimasukkan
ke dalam rectum. Tekanan udara maksimum yang aman
adalah 80 mmHg untuk bayi dan 110-120 mmHg untuk
anak. Penganut dari model reduksi ini meyakini bahwa
metode ini lebih cepat, lebih aman dan menurunkan
waktu paparan dari radiasi. Pengukuran tekanan yang
akurat dapat dilakukan, dan tingkat reduksi lebih tinggi
daripada reduksi hidrostatik.
Berikut ini adalah tahapan pelaksanaannya :
• Sebuah kateter yang telah dilubrikasi ditempatkan ke dalam rectum dan direkatkan
dengan kuat.


• Sebuah manometer dan manset tekanan darah dihubungkan dengan kateter, dan udara
dinaikkan perlahan hingga mencapai tekanan 70-80 mmHg (maksimum 120 mmHg) dan
diikuti dengan fluoroskopi. Kolum udara akan berhenti pada bagian intususepsi, dan
dilakukan sebuah foto polos.


• Jika tidak terdapat intususepsi atau reduksinya berhasil, udara akan teramati melewati
usus kecil dengan cepat. Foto lain selanjutnya dibuat pada sesi ini, dan udara akan
dikeluarkan duluan sebelum kateter dilepas.


• Untuk melengkapi prosedur ini, foto post reduksi (supine dan decubitus/upright views)
harus dilakukan untuk mengkonfirmasi ketiadaan udara bebas.


• Reduksi yang sulit membutuhkan beberapa usaha lebih. Penggunaan glucagon (0.5 mg/
kg) untuk memfasilitasi relaksasi dari usus memiliki hasil yang beragam dan tidak rutin
dikerjakan.
Tatalaksana operatif
• Insisi
– Antibiotik intravena preoperatif profilaksis harus diberikan 30
menit sebelum insisi kulit.
– Pasien diposisikan terlentang dan sayatan kulit sisi kanan perut
melintang dibuat sedikit lebih rendah daripada umbilikus. Sayatan
bisa dibuat sejajar, di bawah atau di atas umbilikus, tergantung
pada derajat intususepsi.
• Diseksi
– Teknik pemisahan otot dimulai dari eksternal, obliqus internus, dan
fascia transversalis.
– Usus yang mengalami intususepsi secara hati-hati dijangkau dari
luka operasi dan reduksi dilakukan dengan lembut, meremas usus
distal ke apex bersamaan dengan tarikan lembut dari usus
proksimal untuk membantu reduksi. Traksi yang kuat atau menarik
usus intususeptum dari intususipien harus dihindari, karena ini
dapat dengan mudah mengakibatkan cedera lebih lanjut pada usus
besar.
– Setelah reduksi, kondisi umum ileum terminal yang
mengalami intususepsi harus dinilai dengan hati-hati 
• Menutup
– Setelah reduksi dicapai atau reseksi dilakukan (jika
diperlukan) dan hemostasis dipastikan, penutupan
fasia perut dilakukan di lapisan menggunakan benang
absorbable 3-0.
– Kulit reapproximated dengan jahitan subcuticular 5-0
yang diserap.
Komplikasi
• Intususepsi dapat menyebabkan terjadinya
obstruksi usus. Komplikasi lain yang dapat
terjadi adalah dehidrasi dan aspirasi dari emesis
yang terjadi. Iskemia dan nekrosis usus dapat
menyebabkan perforasi dan sepsis. Nekrosis
yang signifikan pada usus dapat menyebabkan
komplikasi yang berhubungan dengan  “short
bowel syndrome”.
Perawatan pasca operasi
• Pada kasus tanpa reseksi, Nasogastric tube berguna
sebagai dekompresi pada saluran cerna selama 1-2 hari
dan penderita tetap dengan infus. Setelah oedem dari
intestine menghilang, pasase dan peristaltik akan segera
terdengar. Kembalinya fungsi intestine ditandai dengan
menghilangnya cairan kehijauan dari nasogastric tube.
Abdomen menjadi lunak, tidak distensi. Dapat juga
didapati peningkatan suhu tubuh pasca operasi yang
akan turun secara perlahan. Antibiotika dapat diberikan
satu kali pemberian pada kasus dengan reduksi. Pada
kasus dengan reseksi perawatan menjadi lebih lama.
Stenosis pilorus
Definisi
• Stenosis pilorus adalah terjadinya hipertrofi otot
sirkuler pilorus yang menyebabkan obstruksi
fungsional gaster.
• Keadaan ini merupakan penyebab yang paling umum
dari obstruksi usus pada bayi.
• Hal ini menyebabkan penyempitan kanal pilorus
oleh kompresi lipatan-lipatan longitudinal dari
mukosa dan pemanjangan pilorus. Obstruksi
apertura lambung menyebabkan muntah nonbilious
dan menyemprot.
• Keadaan ini biasanya terjadi antara 3 sampai 6
minggu setelah lahir
• Stenosis pilorus terjadi karena adanya hipertrofi dua lapisan otot pilorus (otot
longitudinal dan sirkuler yang menyebabkan penyempitan antrum gaster. Kanalis pilorus
menjadi panjang, dan dinding otot pilorus mengalami penebalan, diikuti dengan
penebalan dan edema dari mukosa.
• Pada kasus lanjut, lambung dapat menjadi dilatasi dan menyebabkan obstruksi komplit
dari lambung.
• Faktor lingkungan dan herediter dipercaya sebagai kontribusi utama penyebab terjadinya
stenosis pilorus hipertrofi. Faktor etiologik yang memungkinkan yaitu defisiensi dari Nitrit
Oksida Sintase (NOS), innervasi abnormal dari plexus myenterikus
• Nitrit Oksida Sintase (NOS) diduga menyebabkan stenosis pilorus hipertrofi karena
memediasi relaksasi otot polos non kolinergik non adrenergik sepanjang usus yang
menyebabkan lapisan otot sirkuler dari lambung dan pilorus menjadi hipertrofi sehingga
menyebabkan disfungsi lambung.
• Stenosis pilorus menyebabkan gangguan pengosongan isi gaster ke duodenum. Semua
makanan yang dicerna dan disekresi oleh gaster akan dimuntahkan kembali. Makanan
yang dimuntahkan tidak mengandung cairan empedu karena makanan hanya tertampung
dalam gaster saja dan tidak sampai keduodenum. Hal ini menyebabkan hilangnya asam
lambung dan akhirnya menyebabkan terjadinya hipokloremia yang mengganggu
kemampuan kerja lambung untuk mensekresikan bikarbonat
Tiga gejala pokok yang penting:
• Muntah proyektil dimulai pada umur 2-3 minggu, muntah dapat
bercampur darah hingga dapat berwarna kecoklatan akibat
perdarahan-perdarahan kecil karena gastritis dan pecahnya
pembuluh darah kapiler lambung.
• Kegagalan pertumbuhan dan kehilangan berat badan, hal ini
disebabkan karena masukan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
dan karena banyak muntah.
• Obstipasi, mungkin sekali lagi hal ini juga disebabkan oleh masukan
yang kurang.
Dua tanda yang ditemukan pada pemeriksaan fisik:
• Kontour dan peristalsis lambung terlihat di abdomen bagian atas
• Teraba “tumor” di daerah epigastrium atau hipokondrium kanan
• Diagnosis ditegakkan dengan
palpasi massa di pilorus. Massa
ini kenyal, bisa digerakkan,
panjangnya sekitar 2 cm,
berbentuk seperti buah zaitun,
keras, paling baik diraba dari
sisi kiri, dan terletak di atas
dan kanan umbilikus
dimidepigastrium di bawah
tepi hati.
• Setelah bayi muntah, otot
perut lebih relaks dan bentuk
seperti “buah zaitun” lebih
mudah diraba
Pemeriksaan lab
• Terdapat gambaran anemi, gambaran gangguan
elektrolit terutama pada tukak duodeni, yang
disebabkan seringnya vomitus dan menyebabkan
kehilangan garam-garam Na, K, Cl, dan
alkalosis. Gangguan fungsi ginjal yang berat
mungkin sebagai akibat stenosis pilorus, dan
pada dehidrasi akan didapatkan kenaikan kadar
ureum dalam darah, oleh karena itu perlu
pemeriksaan kadar ureum.
Histopatologi
• Gambaran histopatologi pada beberapa bayi dengan
IHPS(Infantile Hypertrophic Pyloric Stenosis) akan
terlihat jika tedapat penebalan yang sangat berlebih
pada mukosa. Biasanya gambaran yang didapatkan
hipertrofi yang menonjol ke dalam antrum dari
lambung, penebalan dan pembengkakan pada mukosa
Pemeriksaan radiologi
• Foto polos abdomen
– Adanya tanda
pembesaran perut
dengan incisura yang
melebar (caterpillar
sign) dapat dilihat, dan
dapat juga
menandakan adanya
peningkatan peristaltik
lambung pada pasien
Barium meal
• String sign! Terdapat sebuah garis
tunggal dan panjang dari kontras barium
yang melapisi kanalis pylorus
• Double track sign. Mukosa
dari canalis pyloricum
berada di lipatan sentral.
Ketika kontras melewati
pilorus maka kontras akan
mengisi mukosa bagian atas
maupun bagian bawah yang
mengalami hipertrofi,
sehingga dapat terlihat
gambaran dua garis yang
paralel di area pilorus
• Mushroom sign. Indentasi dari duodemal
bulb. Dasar dari mukosa duodenum
cembung mengikuti otot pylorus yang
menebal
USG
• Target sign pada
potongan
transversal dari
pylorus
• Antral nipple sign! sebuah prolaps
mukosa kedalam antrum, yang
menyebabkan pseudomass
CT Scan
CT-Scan abdomen dengan kontras potongan axial pada pasien yang
mengalami penebalan pada pylorus dan antrum bagian distal (tanda panah)
Diagnosa banding
Adapun diagnosis banding dari hipertrofi
stenosis pylorus adalah:
• Spasme pylorus
• Reflux gastro-esofagus
• Trauma serebral-meningitis
• Infeksi, seperti septikemi dan kelainan
traktus urogenitalis.
Tatalaksana
Perbaikan keadaan umum:
• Lambung dibilas dengan larutan NaCl
untuk mengeluarkan sisa barium bilabayi
dilakukan foto barium-meal
• Koreksi untuk keadaan dehidrasi,
hipokalemi, hipokloremi, dan
alkalosisnya. Transfusi darah dan atau
plasma/albumin bila terdapat anemia
atau defisiensi protein serum
Pembedahan
• Prosedur bedah pilihan adalah
piloromiotomi Ramstedt.
Prosedur ini dilakukan melalui
insisi pendek melintang atau
dengan laparaskopi. Massa
pilorus di bawah mukosa
dipotong tanpa memotong
mukosa dan irisan ditutup
kembali
BOWEL OBSTRUCTION


• Bowel obstruction, also known as


intestinal obstruction, is a mechanical or
functional obstruction of the intestines
which prevents the normal movement of
the products of digestion.
• Either the small bowel or large bowel may
be affected.
Signs & symptoms
• Depending on the level of obstruction, bowel
obstruction can present with abdominal pain, swollen
abdomen, abdominal distension, vomiting, fecal
vomiting, and constipation.
• In small bowel obstruction, the pain tends to be colicky
(cramping and intermittent) in nature, with spasms
lasting a few minutes. The pain tends to be central and
mid-abdominal. Vomiting may occur before
constipation.
• In large bowel obstruction, the pain is felt lower in the
abdomen and the spasms last longer. Constipation
occurs earlier and vomiting may be less prominent.
Proximal obstruction of the large bowel may present as
small bowel obstruction
Small bowel obstruction
Causes of small bowel obstruction include:
• Adhesions from previous abdominal surgery (most common cause)
• Barbed sutures.
• Pseudoobstruction
• Hernia containing bowel
• Crohn’s disease causing adhesions or inflammatory strictures
• Neoplasms, benign or malignant
• Intussusception
• Volvulus
• Superior mesenteric artery syndrome, a compression of the duodenum by the
Superior mesenteric artery and the abdominal aorta
• Ischemic strictures
• Foreign bodies (e.g. Gallstones in gallstone ileus, swallowed objects)
• Intestinal atresia
Large bowel obstruction
Causes of large bowel obstruction include:
• Neoplasms / cancer
• Diverticulitis / Diverticulosis
• Hernia
• Inflammatory bowel disease
• Colonic volvulus (sigmoid, caecal, transverse colon)
• Adhesions
• Constipation
• Fecal impaction
• Fecaloma
• Colon atresia
• Intestinal pseudoobstruction
• Endometriosis
• Narcotic induced (especially with the large doses given to cancer or palliative
care patients)
Diagnosis
• The main diagnostic tools are blood test, x-rays of
the abdomen, CT scan, and/or ultrasound. If a
mass is identified, biopsy may determine the
nature of the mass.
• Radiological signs of bowel obstruction include
bowel distension and the presence of multiple
(more than six) gas-fluid levels on supine and
erect abdominal radiographs.
• Contrast enema or small bowel series or CT scan
can be used to define the level of obstruction,
whether the obstruction is partial or complete,
and to help define the cause of the obstruction.

Differential diagnosis


Differential diagnosis of bowel obstruction


include:
• Ileus
• Pseudo-obstruction
• Intra-abdominal sepsis
• Pneumonia or other systemic illness
Treatment
• Fetal and neonatal bowel obstructions are
often caused by an intestinal atresia,
where there is a narrowing or absence of
a part of the intestine.
• These atresias are often discovered
before birth via an ultrasound, and
treated with using laparotomy after birth.
Prognosis
• The prognosis for non-ischemic cases of SBO is good
with mortality rates of 3–5%, while prognosis for SBO
with ischemia is fair with mortality rates as high as
30%.
• Cases of SBO related to cancer are more
complicated and require additional intervention to
address the malignancy, recurrence, and metastasis,
and thus are associated with poorer prognosis
• All cases of abdominal surgical intervention are
associated with increased risk of future small-bowel
obstructions.
Volvulus
• Volvulus is when a loop of intestine twists
around itself and the mesentery that supports
it, resulting in a bowel obstruction.
• Symptoms include abdominal pain, abdominal
bloating, vomiting, constipation, and bloody
stool
• The mesentery may become so tightly twisted
that blood flow to part of the intestine is cut
off, resulting in ischemic bowel. In this
situation there may be fever or significant
pain when the abdomen is touched.

Signs and symptoms


Regardless of cause, volvulus causes


symptoms by two mechanisms:
• Bowel obstruction manifested as
abdominal distension and bilious vomiting.
• Ischemia (loss of blood flow) to the
affected portion of intestine.
• Depending on the location of the volvulus, symptoms may vary.
For example, in patients with a cecal volvulus, the predominant
symptoms may be those of a small bowel obstruction (nausea,
vomiting and lack of stool or flatus), because the obstructing
point is close to the ileocecal valve and small intestine. In
patients with a sigmoid volvulus, although abdominal pain may
be present, symptoms of constipation may be more prominent.
• Volvulus causes severe pain and progressive injury to the
intestinal wall, with accumulation of gas and fluid in the portion
of the bowel obstructed. Ultimately, this can result in necrosis
of the affected intestinal wall, acidosis, and death. This is
known as a closed loop obstruction because there exists an
isolated ("closed") loop of bowel. Acute volvulus often requires
immediate surgical intervention to untwist the affected
segment of bowel and possibly resect any unsalvageable
portion.
• Volvulus occurs most frequently in middle-aged and
elderly men. Volvulus can also arise as a rare
complication in persons with redundant colon, a normal
anatomic variation resulting in extra colonic loops.
• Sigmoid volvulus is the most-common form of volvulus of
the gastrointestinal tract and is responsible for 8% of all
intestinal obstructions. Sigmoid volvulus is particularly
common in elderly persons and constipated patients.
Patients experience abdominal pain, distension, and
absolute constipation.
• Cecal volvulus is slightly less common than sigmoid
volvulus and is associated with symptoms of abdominal
pain and small bowel obstruction.
• Midgut volvulus occurs in people (usually
babies) that are predisposed because of
congenital intestinal malrotation.
• Segmental volvulus occurs in people of
any age, usually with a predisposition
because of abnormal intestinal contents
(e.g. meconium ileus) or adhesions..
Diagnosis
• Abdominal plain x-rays are commonly
confirmatory for a volvulus. Should the
diagnosis be in doubt, a barium enema may be
used to demonstrate a "bird's beak" at the point
where the segment of proximal bowel and distal
bowel rotate to form the volvulus. This area
shows an acute and sharp tapering and looks
like a bird's beak. If a perforation is suspected,
barium should not be used due to its potentially
lethal effects when distributed throughout the
free infraperitoneal cavity. Gastrografin, which
is safer, can be substituted for barium.
• The differential diagnosis includes the
much more common constricting or
obstructing carcinoma. In approximately
80 percent of colonic obstructions, an
invasive carcinoma is found to be the
cause of the obstruction. This is usually
easily diagnosed with endoscopic biopsies.
Treatments
• Sigmoid volvulus
• Treatment for sigmoid volvulus may include sigmoidoscopy. If the
mucosa of the sigmoid looks normal and pink, place a rectal tube
for decompression, correct any fluid, electrolyte, cardiac, renal or
pulmonary abnormalities and then take the person to the operating
room for repair. If surgery is not performed, there is a high rate of
recurrence.
• For people with signs of sepsis or an abdominal catastrophe,
immediate surgery and resection is advised.
• Cecal volvulus
• In a cecal volvulus, the cecum may be returned to a normal position
and sutured in place, a procedure known as cecopexy. If identified
early, before presumed intestinal wall ischemia has resulted in
tissue breakdown and necrosis, the cecal volvulus can be detorsed
laparoscopically.
• Other
• Laparotomy for other forms of volvulus, especially anal volvulus.
Hernia
Hernia pada bayi dan anak dapat terjadi pada
beberapa bagian tubuhnya,
antara lain di pelipatan paha, umbilikus atau
pusar, sekat rongga dada, dan perut
(disebut diafragma) serta bagian-bagian
lainnya.
Yang umum terlihat langsung adalah
hernia pada umbilikus atau pusar, serta pada
pelipatan paha
Hernia dapat terjadi akibat kelainnan kongenital
maupun didapat. Pada anak-anak
atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang
sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau
buah zakar.
Pada orang dewasa
adanya faktor pencetus terjadinya hernia antara
lain
kegemukan, beban berat, batuk kronik, asites,
riwayat keluarga,
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi
suatu rongga melalui defek
atau bagian yang lemah dari dinding yang
bersangkutan.
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo
aponeurotikdinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia
Klasifikasi
• Hernia inguinalis
- Umumnya pda anak ialah hernia inguinalis lateral.
- Kantung hernia berasal dari sisi lateral pembuluh darah epigastrik
inferior dan turun spjg korda spermatikus dalam fasia kremaster
- Kantung ini dapat bertahan sepenuhnya dalam kanalis inguinal /
turun melalui cincin inguinalis eksternal
- Apabila masuk ke skrotum ( hernia skrotalis ) sedangkan apabila
masuk ke labia ( hernia labialis )
- Hernia inguinal lateral dapat dibagi menjadi :
Hernia inguinalis lateral reponibel ( hernia dapat keluar masuk )
Hernia inguinalis lateral ireponibel ( hernia tdk dapat dimasukkan
kembali kedalam rongga perut
Hernia inguinalis lateral strangulata ( apabila hernia terjepit oleh
cincin hernia ). Hal ini menyebabkan gangguan vaskularisasi dan
pasase
• Hernia umbilikalis
- Trjd krn kegagalan penutupan cincin
umbilikus sehingga menimbulkan defek
sentral pd linea alba.
- Defek fasia menyebabkan protrusi isi
rongga perut
- Hernia umbilikalis pd usia < 1 cm pada
waktu kelahiran biasanya akan menutup
sendiri pada tahun ke 4 kehidupan
Anamnesis
• Ada penonjolan di area inguinal/ skrotum
yg intermitten
• Biasa terlihat jelas saat menangis /
mengedan
• Benjolan dpt menghilang saat istirahat/
dapat dimasukkan secara manual
Pemeriksaan Fisik
• Tonjolan pada skrotum/ kanal inguinal/ labia yang
membesar apabila pasien mengedan
• Korda pada sisi yang terkena terasa lebih tebal
dibandingkan yg tidak
• Hernia strangulata : tonjolan tidak dapat dimasukkan.
Apabila sdh bbrp jam, anak akan rewel, tidak mau
makan, nyeri, distensi abdomen, muntah, serta sulit
BAB/ flatus. Tonjolan bengkak dan merah
• Untuk membedakan hernia dengan hidrokel adalah
dengan pemeriksaan transluminasi. Yang dimana
dilakukan diruang gelap, kemudian ditempel senter
pada area skrotum. Pada hidrokel : hasil (+) tembus
cahaya. Batas atas hidrokel (+), namun pada hernia
batas atas (-)
Pemeriksaan Penunjang
• USG
• Laparoskopi
Hal ini dilakukan jika pemeriksaan fisik
tidak
dapat menentukan
Tatalaksana
• Definitif : operasi
• Operasi untuk memperbaikki keadaan
hernia inguinalis pada anak dengan
herniotomi karena dilakukan penutupan/
ligasi proc. Vaginalis peritoneum
seproksimal mungkin.
Komplikasi
• Obstruksi usus
• Peritonitis
MALROTASI
• Malrotasi merupakan anomali kongenital
berupa gagalnya suatu rotasi/perputaran
dan fiksasi normal pada organ, terutama
usus selama perkembangan embriologik.
• Malrotasi dapat terjadi disertai atau tanpa
volvulus
Epidemiologi
• Insiden malrotasi usus terdapat pada 1
dari 500 kelahiran hidup.
• Hampir 60% kasus terjadi pada 1 bulan
kehidupan, sekitar 20% kasus terjadi pada
usia 1 bulan sampai 1 tahun, dan sisanya
muncul pada usia lebih dari 1 tahun, yaitu
pada masa anak-anak bahkan dapat
terjadi pada orang dewasa dengan insiden
yang lebih kecil dibandingkan anak.
Etiologi

Lengkung usus tengah yang terletak pada ujung


umbilikus
berotasi sebesar 90 derajat
berlawanan arah jarum jam (dilihat dari anterior)
dengan
arteri mesenterika superior sebagai aksisnya
(lengkung kranial mengarah ke kanan bawah sedangkan
lengkung kaudal naik ke kiri atas). Proses
tersebut lengkap setelah minggu ke-8. Selama rotasi,
lengkung kranial usus tengah memanjang dan
membentuk lengkung jejunum-ileum, sedangkan
perluasan dari sekum membentuk suatu tunas yaitu
apendiks vermiformis.
Pada minggu ke-10 intrauterin,
sekum dan usus halus kembali keintra abdomen dari
saluran tali pusat. Sekum mengadakan rotasi menuju
ke kuadran kanan bawah dan usus halus berotasi
dengan aksis arteri mesenterika superior, sehingga
sekum terfiksasi pada kanan bawah dan usus halus
terfiksasi pada peritoneum posterior. Setiap hambatan
rotasi dan kembalinya sekum dan usus halus ke
abdomen pada setiap tempat menyebabkan
pembentukan pita ( Ladd’s band) yang menyilang
duodenum dan sekum yang tidak berotasi sempurna
dan menyebabkan mesenterium usus halus tidak
terfiksasi pada dinding posterior abdomen. Usus halus
bebas bergerak tanpa fiksasi sehingga memungkinkan
terjadinya volvulus
Patofisiologi
Pada masa embriologi, minggu ke 4 hingga
ke 8, terjadi perkembangan intestinal fetal yang pesat,
dimana terjadi pemanjangan dan perkembangan tube
serta rotasi hingga 270°. Jika loop duodenum tetap
berada pada sisi kanan abdomen dan loop sekokolik
berada pada bagian kiri dari arteri mesenterika
superior terjadilah non rotasi dari intestinal loop.
Malrotasi terjadi jika terdapat gangguan rotasi
duodenal, yang seharusnya lengkap 270°menjadi
hanya 180° dan loop sekokolik kehilangan rotasi 180°
dari rotasi normalnya, menyebabkan sekum terletak
diatas (mid abdomen) atau letak tinggi. Malrotasi
menyebabkan sekum terletak diatas, di mid abdomen
beserta dengan tangkai peritoneal yang disebut Ladd’s
Bands. Ladd’s Bands merupakan jaringan fibrosis dari
peritoneal yang melekatkan sekum didinding abdomen
dan menimbulkan obstruksi pada duodenum serta
khas terdapat pada malrotasi intestinal. Malrotasi dari
intestinal loop dapat bersifat asimptomatik, namun
beresiko terhadap adanya volvulus dikemudian hari
Lumen usus yang tersumbat secara progresif
akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang
ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen,yang
menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke
darah. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan
ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan
hipovolemi, pengurangan curah jantung, penurunan
perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Efek lokal
peregangan usus adalah iskemia akibat distensi
dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis,
disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga
peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk menyebabkan
bakteriemia. Bakteriemia dan hipovolemi ini kemudian
menyebabkan proses sistemik menyebabkan SIRS
(systemic inflamatory response syndrome)
Jenis-Jenis Malrotasi
1. Nonrotasi
Pemanjangan dari midgut dimana tidak terjadi
rotasi atau rotasi yang terjadi adalah 90°
berlawanan arah jarum jam. Kolon berada pada
sisi kiri dan usus halus bergerak kearah kanan dari
garis tengah. Mesenterium pada gilirannya
membentuk basis yang sempit sebagai
perpanjangan usus pada arteri mesenterium
superior tanpa terjadi rotasi. Volvulus midgut dan
obstruksi duodenum adalah merupakan resiko
yang signifikan.
2. Hernia mesokolika:
Hernia mesokolika adalah merupakan anomali
yang jarang terjadi. Terjadinya kegagalan fiksasi
dari pada sisi kanan atau kiri dari mesokolon
pada dinding posterior tubuh. Hal ini merupakan
predisposisi untuk terperangkapnnya usus halus
pada sisi lainnya yang dapat menyebabkan
obstruksi, inkarserata dan strangulata.
3. Rotasi tidak sempurna
Berhentinya rotasi pada stadium dua rotasi normal.
Terjadi pada 80% neonatus. Jeratan peritoneal
(Ladd’s Band) berjalan dari arah yang salah dari
caecum yang terletak pada tempat yang salah,
yang kemudian menyilang duodenum dan melalui
permukaan bawah dari hepar atau dinding
posterior abdomen kearah mesenterium. Hal ini
dapat menyebabkan obstruksi duodenum. Jeratan
ini (Ladd’s band) adalah merupakan refleksi
peritoneal yang abnormal. Mesenterium juga
berubah membentuk basis sempit dan cenderung
untuk mengalami perputaran atau torsi searah
jarum jam.
4. Rotasi terbalik
Rotasi terbalik adalah anomali yang jarang
terjadi.
Usus berotasi dengan derajat yang bervariasi
secara langsung searah dengan jarum jam.
Duodenojejunal loop terletak anterior dari arteri
mesenterika superior dan cecocolic loop pada
retroarterial yang dapat memulai terjadinya
obstruksi kolon. Sekum mungkin dapat berada
pada sisi kanan atau kiri.
Manifestasi Klinis
Neonatus dengan malrotasi usus : muntah berwarna hijau
(muntah bilier), akibat obstruksi setinggi duodenum oleh pita
kongenital dan merupakan gejala utama adanya obstruksi
usus pada bayi dan anak. Apabila gejala ini terdapat pada
anak berusia kurang dari 1 tahun maka harus dipikirkan
adanya malrotasi dan volvulus midgut sampai terbukti akibat
kelainan lain. Selama masa neonatus sampai usia 1 tahun,
pasien dapat mengalami berbagai gejala seperti:
Manifestasi lain
dehidrasi akibat muntah yang sering
dengan gejala bayi tampak gelisah, tidak
tenang, BAK yang berkurang, letargi, UUB
cekung dan mukosa bibir kering.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
Tidak banyak membantu diagnosis volvulus, namun berguna
untuk persiapan operasi. Pemeriksaan penunjang
laboratorium juga dapat mengkonfirmasi adanya komplikasi
dari volvulus. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium
yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang
abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan pada
obstruksi saluran cerna. Leukositosis menunjukkan adanya
iskemik atau strangulasi. Hematokrit yang meningkat dapat
timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya
gangguan elektrolit. Analisa gas darah menunjukkan
abnormalitas pada pasien dengan alkalosis metabolik bila
muntah berat, dan asidosis metabolik bila ada tanda - tanda
syok dan dehidrasi.
• Foto polos Abdomen
Foto polos abdomen anterior-posterior dan lateral dapat
menunjukan adanya obstruksi usus, dengan adanya
pelebaran loop, dilatasi lambung dan duodenum, dengan
atau tanpa gas usus serta batas antara udara dengan
cairan (air-fluid level ). Foto dengan kontras dapat
menunjukan adanya obstruksi, baik bagian proksimal
maupun distal. Malrotasi dengan volvulus midgut patut
dicurigai bila duodenojejunal junction berada di lokasi
yang tidak normal atau ditunjukan dengan letak akhir
dari kontras berada. Foto dengan kontras juga dapat
menunjukan obstruksi bagian bawah, dilakukan juga
pada pasien dengan gejala bilious vomiting untuk
mencurigai adanya penyakit Hirschsprung, meconium
plug syndrome dan atresia.
• USG
Pemeriksaan ultrasonografi tidak banyak membantu diagnosis
volvulus, namun pada pemeriksaan ini didapatkan cairan
intraluminal dan edema di abdomen. Kemudian, adanya perubahan
anatomi arteri dan vena mesenterika superior dapat terlihat, hal ini
menunjukan adanya malrotasi, walaupun tidak selalu. Gambaran
lain yang dapat terlihat pada pemeriksaan USG adalah gambaran
“whirpool sign” yang merupakan gambaran pembuluh darah
mesenterika yang mengalami lilitan dapa volvulus midgut

• CT scan abdomen
CT scan abdomen mempunyai sensitivitas spesifisitas yang baik
untuk mendiagnosis adanya obstruksi usus, termasuk volvulus.
Namun, CT scan jarang digunakan untuk mendiagnosis malrotasi
tanpa volvulus. Gambaran CT scan malrotasi dengan volvulus
meliputi gambaran pembuluh darah mesenterika dan usus yang
melilit (whirl pattern), edema mesenterika akibat obstruksi
pembuluh vena dan limfe serta dilatasi lambung dan duodenum.
• Upper gastrointestinal (UGI) series
Pemeriksaan ini dapat digunakan dengan cepat dan relatif aman
karena dapat mengidentifikasi adanya malrotasi dan volvulus dgn
menunjukkan adanya abnormalitas posisi usus. Pada UGI series,
dapat menunjukkan posisi Ligament Treitz, yaitu suatu pita jaringan
yang memfiksasi duodenum pada dinding retroperitoneum dan dapat
juga menunjukkan posisi duodenojejunal junction dan usus yang
berada di kiri garis tengah. Pada malrotasi, tampak perubahan posisi
usus dari garis tengah. Adanya volvulus dapat diindikasikan apabila
terdapat gambaran dilatasi lambung dan duodenum akibat obstruksi
setinggi duodenum dan gambaran klasik “corkscrew” yang
merupakan gambaran duodenum dan yeyunum proximal yang
terpelintir di sekitar aksis mesenterika. Pada kasus yang sudah
mengalami iskemia usus dapat terlihat gambaran dilatasi usus halus.

• Barium Enema
Dapat terlihat sekum berada di kuadran kanan atas dibawah hepar
Diagnosis
• Penegakan diagnosis malrotasi dilakukan
dengan memperhatikan temuan : tanda
dan gejala dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan dapat disertai
pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
• Persiapan pra-bedah harus cepat, karena harus
segera menyelamatkan usus halus yang terancam
nekrosis.
• Tata laksana bayi dan anak dengan malrotasi dan
volvulus adakah dengan tindakan bedah
menggunakan prosedur Ladd. Prosedur Ladd
merupakan suatu prosedur bedah yang terdiri dari
tindakan distorsi volvulus midgut, membebaskan
pita peritoneal, vertikalisasi duodenum,
apendiktomi dan mengembalikan posisi kolon dan
sekum pada tempatnya di kiri abdomen

Gastroenteritis
Akut Kronis
• BAB cair >3x/24jam • BAB cair >3x/24jam
• <2 mgg • >2 mgg

Nyeri kolik, BU (+) meningkat, mual, muntah, kram perut


Anamnesis
• Durasi, frekuensi, warna, konsentrasi,
lendir/darah dlm tinja
• Muntah, haus, rewel, lemah, kesadaran
menurun, BAK terakhir, demam, sesak,
kejang, kembung
• Cairan masuk selama diare
• Jenis makan/minum selama diare
• Penderita diare di sekitarnya
PP
PF

• KU, ttv
• BB
• Ggg asam basa/
elektrolit: napas cepat
dan dalam (asidosis
metabolik), kembung
(hypokalemia), kejang
(hipo/hiper-natremia)
Atresia Ani

• = tidak ada anus di daerah perineum


• Dengan/tanpa fistel/kelainan bawaan lain
• Nyeri kolik, belum BAB sejak lahir, muntah,
distensi abd
• USG (transperineal, infrakoksigeal), CT, MRI,
kolonoskopi, invertogram, prone-cross table
lateral view
• Bedah (single/staged procedure): PSARP
(posterior sagittal approach)

Вам также может понравиться