Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ARTIKEL ASLI
ISSN 2614-0276 | E-ISSN 2614-0284
ABSTRAK
Latar Belakang: Atrial fibrilasi (AF) meningkatkan 4- afasia global, dan hemiparesis dekstra sejak 2 jam
5 kali terjadinya stroke iskemia. Insidensi stroke terkait sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan penunjang
AF berkisar 15-20%, dengan prevalensi antara 5-10 menunjukkan normoventricular-respons atrium
kasus per 1.000 populasi usia 65 tahun ke atas. fibrilasi dan multipel infark di daerah ganglia basalis
Kasus: Kasus 1: Seorang wanita berusia 85 tahun bilateral dan substansia alba periventrikuler lateralis
menderita diabetes mellitus dengan riwayat atrial bilateral. Pasien diterapi antihipertensi, antiplatelet,
fibrilasi (AF) persisten yang tidak diobati mendadak dan neuroprotektor dan dirawat selama 10 hari.
mengalami hemiparesis dekstra dan disartria sejak 1 Diskusi: Kondisi AF sebagai faktor risiko utama stroke
jam sebelum masuk rumah sakit. Pemeriksaan kardioembolik pada kedua pasien. Penyebaran listrik
penunjang menunjukkan normoventricular-respons ektopik menyebabkan irreguleritas kontraksi jantung
atrium fibrilasi dan infark serebri multipel di ganglia yang menghasilkan stasis darah dan terbentuknya
basalis bilateral terutama sisi kiri. Pasien diterapi trombus yang sewaktu-waktu dapat terlepas menjadi
angiotensin-receptor blocker, antiplatelet, insulin, dan emboli pada arteri serebral.
neuroprotektor dan dirawat selama 10 hari. Simpulan: Manajemen yang tepat terhadap faktor
Kasus 2: Seorang wanita berusia 87 tahun menderita risiko dapat mengurangi kejadian stroke iskemia dan
hipertensi dengan riwayat atrial fibrilasi AF persisten memperbaiki prognosis pasien.
yang tidak diobati mendadak mengalami disfagia,
Background: Atrial fibrillation (AF) increases 4-5 global aphasia, and right hemiparesis since 2 hours
times the occurrence of ischemic stroke. The incidence before admission. Further investigations showed
of AF-related stroke ranges from 15-20%, with a normoventricular-AF responses and multiple infarct in
prevalence between 5-10 cases per 1,000 population basal ganglia and lateral periventricular bilateral.
age 65 and older. Patients were treated with antihypertensives,
Case: A 85-year-old woman with diabetes mellitus and antiplatelets, neuroprotectors and hospitalized for 10
not treated persistent atrial fibrillation (AF) suddenly days.
experienced right hemiparesis and dysarthria since 1 Discussion: Atrial fibrillation as a major risk factor for
hour before admission. Further investigations showed cardiembolic stroke in both patients. Ectopic electrical
normoventricular-AF responses and multiple cerebral spread and affect heart contraction irregularity that
infarcts in the bilateral basal ganglia especially the left produces blood stasis and the formation of thrombus
side. Patients were treated with angiotensin-receptor which can be released at any time into emboli in the
blockers, antiplatelet, insulin, neuroprotectors and cerebral artery.
hospitalized for 10 days. Conclusion: Proper risk factors’ management can
Case 2: A 87-year-woman with hypertension and not reduce incidence of ischemic stroke and improve
treated persistent AF suddenly experienced dysphagia, prognosis.
ke otak berasal dari satu dari tiga mekanisme: vitamin K (NOACs) seperti inhibitor langsung
stasis darah dan pembentukan trombus dalam trombin (dabigatran) atau faktor penghambat Xa
pembesaran bilik jantung kiri; pelepasan material (rivaroxaban, apixaban atau edoxaban).4,5,8
dari permukaan katup yang abnormal (degenerasi Pasien dengan kasus pertama memiliki skor
kalsifikasi), dan pasase abnormal dari vena ke CHA2DS2-VASc 4; yakni riwayat DM, usia di
sirkulasi arterial (emboli paradoksikal).8,9 atas 75 tahun (2 poin), dan jenis kelamin
Pemeriksaan penunjang untuk melihat risiko perempuan. Pasien kedua memiliki skor
emboli akibat trombus pada LAA dapat dengan CHA2DS2-VASc 4; meliputi riwayat hipertensi,
TEE. usia di atas 75 tahun (2 poin), dan jenis kelamin
Panduan European Society of Cardiology (ESC) perempuan. Skor CHA2DS2-VASc 4
tahun 2016 merekomendasikan penggunaan skor mengindikasikan risiko insiden stroke mencapai
CHA2DS2-VASc (tabel 1) untuk memperkirakan 4%.10 Kedua pasien dapat diberikan OAC sebagai
risiko stroke pada pasien dengan AF, dan terapi profilaksis rutin stroke kardioemboli yang
memulai terapi OAC pada pria dengan skor lebih disebabkan oleh AF. Pengobatan OAC dikaitkan
dari sama dengan 1 dan wanita dengan skor lebih dengan penurunan risiko stroke iskemia pada
tinggi atau sama dengan 2 sebagai terapi pasien dengan AF, dengan pengurangan relative
profilaksis.5 Pedoman American Heart risk (RR) berkisar 33-75%.11,12
Association/ American College of Cardiology/ Insiden stroke kardioemboli lebih tinggi pada
Heart Rhythm Society (AHA/ ACC/ HRS) tahun kasus AF-RVR dibandingkan pada AF-NVR,
2014 juga merekomendasikan skor CHA2DS2- namun kemungkinan terjadi pada AF-NVR tetap
VASc untuk penilaian risiko stroke pada pasien tinggi karena skor CHA2DS2-VASc tidak
dengan AF nonvalvular.10 Skor HAS-BLED dipengaruhi oleh tipe atrium fibrilasi. Pengaruh
(tabel 1) juga dihitung pada pasien dengan AF target terapi berupa rhythm control atau
yang memiliki resiko perdarahan.8,10 Pilihan OAC pulse/rate control belum menunjukkan hasil yang
meliputi antagonis vitamin K (VKA) seperti memuaskan untuk mencegah dan mengurangi
warfarin atau OAC yang bersifat antagonis non- insiden stroke.
akibat proses atherotrombotik dengan gejala atau tidak sama sekali dalam 3 bulan, perdarahan
defisit neurologis yang lebih lambat.13,17,18 Etiologi intrakranial simtomatik yang terjadi pada 6,4%
stroke iskemia menjadi lebih sulit apabila populasi dengan kematian pada 17% populasi.
terdapat penyakit jantung dan arteri secara Studi yang melibatkan 2.775 pasien yang
bersamaan.2 Adanya riwayat penyakit jantung terdaftar dalam uji coba tPA menunjukkan hasil
(AF, infark miokard yang belum lama, riwayat bahwa terapi dalam 90 menit pertama onset
gagal jantung sebelumnya) dari anamnesis, memberikan perbaikan klinis yang signfikan
pemeriksaan fisik, dan tes diagnostik rutin (EKG sebesar 2,8 kali lipat, administrasi menit ke-91
dan temuan pada penunjang neuroimaging) hingga 180 menit sebesar 1,6 kali lipat, dan menit
cukup untuk membuat diagnosis kondisi stroke ke-181 hingga 270 menit sebesar 1,4 kali lipat,
kardioemboli. sementara administrasi dari menit ke-271 sampai
Kedua pasien memiliki onset singkat dengan 360 menit tidak memberikan perbaikan. Hasil
defisit berat yang terjadi mendadak saat optimal dapat didapatkan pada golden period
melakukan aktivitas. Adanya riwayat AF dapat door-to-needle 60 menit. Disimpulkan bahwa
mengarahkan diagnosis stroke kardioemboli. semakin cepat administrasi tPA kepada pasien,
Klinis hemiparesis dekstra pada kedua kasus, dan semakin besar manfaatnya terhadap defisit
afasia global pada pasien kedua dapat neurologi.6
memberikan kemungkinan sumbatan pada arteri
cerebri media hemisfer cerebri sinistra. Dari Tabel 2. Faktor Resiko Perdarahan dalam
beberapa kepustakaan yang ada, trombus yang Penggunaan OAC6
disebabkan oleh AF seringkali menyumbat pada Faktor yang berhubungan dengan Pasien
arteri cerebri media.2,8,9,17 • Usia > 65 tahun
Diagnosis stroke iskemia ditegakkan melalui CT- • Riwayat perdarahan sebelumnya
scan kepala. Namun, stroke akut memiliki time • Riwayat stroke sebelumnya
window, yakni dimulai sejak minimal 3 jam • Anemia
pasca onset untuk munculnya hipodensitas pada • Faktor genetika
gambaran CT-scan kepala.19 Kedua kasus • Jenis kelamin perempuan
menunjukkan CT-scan kepala dilakukan segera • Hipertensi tidak terkontrol
sebelum 3 jam, sehingga gambaran infark luas • Insufisiensi renal
yang diperkirakan terjadi pada kasus • Disfungsi hepar
kardioembolik belum muncul. Target utama • Keganasan
pemeriksaan CT-scan pada pasien stroke adalah Faktor yang berhubungan dengan terapi OAC
kemampuan menyingkirkan kemungkinan stroke • Pemula dalam penggunaan OAC
perdarahan. Kedua pasien menunjukkan adanya • Ketaatan dalam konsumsi OAC
infark lama (dapat terjadi asimptomatik karena • Intensitas terapi (diukur dengan INR)
anamnesis menunjukkan pasien tidak pernah • Rentang terapeutik
mengalami stroke sebelumnya. Infark • Konsumsi vitamin K
atherotrombotik berkaitan dengan faktor resiko • Manajemen konsumsi OAC (pemantauan diri)
lain pada pasien seperti diabetes, hipertensi, usia Pengunaan obat lain yang bersamaan
tua, dan lainnya.
• Antiplatelet
Trombolisis intravena (IV) dengan tissue
• Nonsteroidal anti inflammatory drugs
plasminogen activator (tPA) seperti alteplase
• Medikasi lain yang mengganggu OAC
yang diberikan dalam tiga jam setelah onset
• Konsumsi alkohol berlebih
adalah standar utama pengobatan stroke iskemia
Keterangan: INR (International Normalized Ratio),
akut. Trombolisis IV memiliki beberapa OAC (Oral Anti-Coagulant)
keterbatasan seperti jendela waktu yang singkat,
risiko perdarahan intrakranial, efek kurang Pemberian trombolitik memiliki kriteria inklusi
maksimal pada pasien dengan kontraindikasi usia di atas 18 tahun, diagnosis stroke iskemia
relatif yang menyebabkan rendahnya angka dengan defisit neurologis yang dapat dinilai, dan
pasien yang diobati dengan trombolitik.18 Pasien onset dibawah 180 menit. Kriteria eksklusi
yang diobati dengan tPA setidaknya memiliki absolut yakni riwayat cedera kepala atau stroke
30% risiko mengalami kondisi cacat minimal dalam 3 bulan terakhir, gejala yang mengarah ke
perdarahan subaraknoid, pungsi arteri di tempat