Вы находитесь на странице: 1из 25

CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

MELENA EC SUSPECT GASTRITIS EROSIF + SYSTEMIK LUPUS


ERYTHEMATOSUS

Agus Fathammubin Nst.

Pembimbing :

dr. Iin Dwiyanti, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

MELENA EC SUSPECT GASTRITIS EROSIF + SYSTEMIK LUPUS


ERYTHEMATOSUS

Agus Fathammubin Nst.

Pembimbing :

dr. Iin Dwiyanti, Sp.PD

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

CLINICAL REPORT SESSION (CRS)

ANEMIA BERAT MELENA EC SUSPECT GASTRITIS EROSIF +


SYSTEMIK LUPUS ERYTHEMATOSUS

Disusun Oleh :
Agus Fathammubin Nst.

G1A217080

Kepaniteraan Klinik Senior

Bagian/SMF Penyakit Dalam RSUD Raden Mattaher Prov. Jambi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Pada Juni 2018

Pembimbing

dr. Iin Dwiyanti, Sp.PD

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat Clinical Report Session (CRS) yang
berjudul “ MELENA EC SUSPECT GASTRITIS EROSIF + SYSTEMIK LUPUS
ERYTHEMATOSUS” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Raden
Mattaher Provinsi Jambi.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Iin Dwiyanti, Sp.PD yang


telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis
selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di
Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Laporan Kasus
ini, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan
laporan kasus ini. Penulis mengharapkan semoga Laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jambi, Juni 2018

Agus Fathammubin Nst.

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ......................................................................................... ii
Kata Pengantar ................................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................................. iv
Daftar Tabel ...................................................................................................... vi
Daftar Singkatan................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS ............................................................................ 3
2.1 Identitas Pasien .............................................................................. 3
2.2 Anamnesis ..................................................................................... 3
2.3 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 7
2.5 Diagnosa Kerja .............................................................................. 8
2.6 Diagnosa Banding............................................................................... 8
2.7 Anjuran Pemeriksaan ..................................................................... 8
2.8 Tatalaksana ...................................................................................... 8
2.9 Prognosis ......................................................................................... 9
2.10 Follow Up ....................................................................................... 9
BAB III ANALISIS KASUS............................................................................ 13
3.1 Analisa Kasus .................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 ............................................................................................................. 9

v
DAFTAR SINGKATAN

SCBA : Saluran Cerna Bagian Atas


IRT : Ibu Rumah Tangga
BAB : Buang air Besar
SMRS : Sebelum Masuk Rumah Sakit
SLE : Systemic lupus erthematosus
AIHA : Autoimmune Hemolytic Anemia
SADT : Sediaan Apusan Darah Tepi
OAINS : Obat anti inflamasi non-steroid\
ANA : Antibodi antinuclear

vi
BAB I
PENDAHULUAN
Saluran pencernaan terdiri dari suatu saluran terus-menerus yang berjalan

dari mulut sampai anus, dengan modifikasi lokal yang mencerminkan

spesialisasi regional untuk menjalankan fungsi pencernaan. Fungsi sistem utama

pencernaan adalah untuk memindahkan zat gizi atau nutrien seperti air, dan

elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh.1

Melena adalah buang air besar seperti aspal, umumnya disebabkan

perdarahan saluran bagian atas mulai dari esofagus sampai duodenum. Warna

merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri

setelah 14 jam.1

Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas yang terbanyak dijumpai di

Indonesia adalah pecahnya varises esofagus dengan rat-rata 40 – 55%, kemudiaa

munyusul gastritis hemoragika dengan 20 – 25% dan ulkus peptikum dengan 15

– 20% sisanya keganasan, uremia dan sebagainya.2

SCBA variseal disebabkan karena pecahnya varises esophagus. Sedangkan,

SCBA non variseal antara lain ulkus peptikum, gastritis erosifa, duodenitis, “

Mallory Weiss” syndrome dan keganasan. Perdarahan saluran cerna bagian atas

(SCBA) merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di tiap rumah

sakit di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Perdarahan dapat terjadi antara lain

karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif, atau ulkus peptikum.3

Walaupun sebagian besar perdarahan akan berhenti sendiri, tetapi sebaiknya

setiap perdarahan saluran cerna dianggap sebagai suatu keadaan serius yang

setiap saat dapat membahayakan pasien. Setiap pasien dengan perdarahan

1
2

merupakan kasus gawat darurat yang harus dirawat di rumah sakit tanpa kecuali,

walau pun perdarahan dapat berhenti secara spontan. Hal ini harus ditanggulangi

dengan seksama dan secara optimal untuk mencegah perdarahan lebih banyak,

syok hemoragik, akibat lain yang berhubungan dengan perdarahan serta mencari

penyebab perdarahan tersebut.3

2
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny.Dahlia
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Teluk Dawan Muara Sabak
Pekerjaan : IRT
MRS : 5 Juni 2018 ruangan A3 Bangsal Interne
2.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Pasien mengeluhkan BAB berwarna hitam sejak


kurang lebih 4 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

BAB hitam kurang lebih 4 hari SMRS. Pasien BAB berwarna hitam
seperti aspal dan berbau serta sangat lengket. Sore hari sebelum masuk rumah sakit
pasien masih mengeluarkan BAB berwarna hitam. Pasien mengeluhkan adanya
perasaan mual dan muntah, sebanyak 3x/hari cair dengan sedikit ampas sebanyak
¼ gelas belimbing (55ml). Pasien tidak mengalami muntah darah (-). Beberapa hari
sebelum pasien mengalami BAB hitam tersebut, pasien merasakan perutnya terasa
sakit di bagian ulu hati.

Pasien BAB sebanyak 3 kali sehari (pagi 1x-siang 1x-malam 1x),


konsistensi nya cair dan sebanyak ½ gelas belimbing (110ml).

Pasien mengeluh terasa pusing. Pusing sejak pasien mengalami BAB hitam
dan semakin memberat. Pasien mengeluhkan badan semakin lemas dari hari ke hari
dan nafsu makan pasien menurun, sehari pasien makan 3 kali sebanyak 3 sendok
makan.

3
Pasien tidak merasakan sesak nafas. BAK pasien normal. Pasien memiliki
riwayat penyakit SLE dan mengkonsumsi obat dari puskesmas. Obat yang
dikonsumsi adalah Metilprednisolon 4mg, Paracetamol tab 500mg.

Pasien merupakan rujukan dari RS Nurdin Hamzah dengan diagnosa


rujukan Anemia berat ec gastritis erosif.

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Riwayat Penyakit dan mengkonsumsi obat dari puskesmas


 Riwayat penyakit SLE
 Riwayat Penyakit Jantung/HT(-)
 Riwayat operasi (-)
 Riwayat Penyakit Ginjal (-)
 Riwayat Penyakit kuning (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

 Riwayat keluhan yang sama (-)


 Riwayat DM (-)
 Riwayat Hipertensi (-)
 Riwayat Penyakit Ginjal (-)
 Riwayat Penyakit Jantung (-)

Riwayat Sosial Ekonomi :

Pasien sudah menikah. Pasien seorang ibu rumah tangga. Riwayat minum
jamu-jamuan (-), riwayat minum obat-obatan (+), merokok (-), alkohol (-)

2.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis ( GCS 15 )
Vital Sign
TD : 100/70 HR : 78x/menit RR : 24x/menit Suhu : 36.80C

4
Status Gizi
BB : 55 Kg TB : 155 cm IMT : 22,91 (Normal)

Kulit
 Warna : sawo matang
 Efloresensi : (-)
 Jaringan Parut : (-)
 Pertumbuhan Rambut : normal
 Pertumbuhan Darah : (-)
 Suhu : 36,8 C
 Turgor : normal, <2detik
 Lainnya : (-)

Kelenjar Getah Bening


 Pembersaran KGB : (-)

Kepala
 Bentuk Kepala : Normocephal
 Rambut : Hitam, merata
 Ekspresi : Tampak sakit sedang
 Simetris Muka : Simetris

Mata
 Konjungtiva : Konjungtiva anemis (+)
 Sklera : Sklera Ikterik (-)
 Pupil : isokor
 Lensa : normal
 Gerakan : normal
 Lapangan Pandang : normal

Hidung
 Bentuk : Simetris

5
 Sekret : (-)
 Septum : deviasi (-)
 Selaput Lendir : (-)
 Sumbatan : (-)
 Pendarahan : (-)

Mulut
 Bibir : Kering (-), Sianosis (-)
 Lidah : atrofi papila lidah (-)
 Gusi : anemis (-)

Telinga
 Bentuk : simetris
 Sekret : (-)
 Pendengaran : normal

Leher
 JVP : 5+1 cmH2O
 Kelenjar Tiroid : tidak teraba
 Kelenjar Limfonodi : tidak teraba

Dada
Inspeksi : Bekas operasi (-), Striae (-), Spider Naevi (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Teraba ICS V linea midclavicula sinistra

Perkusi : Batas Atas : ICS II Linea parasternal sinistra


Batas Kiri : ICS V Linea midclavicula sinistra
Batas Kanan : ICS IV Linea parasternal dextra
Auskultasi : BJ I/II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, spider nervi (-)

6
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri, Rhonki (-), Wheezing (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, Simetris, venatasi (-), Asites (-)
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+) epigastrik, Hepar tidak teraba, lien tidak
teraba, ginjal tidak teraba.
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising Usus (+), Normal

Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT <2 Detik, pucat, edema (-)
Inferior : akral hangat, CRT <2 Detik, pucat, edema (-)

2.4 Pemeriksaan Penunjang


Darah Rutin (5/6/2018) Elektrolit
WBC : 3,75x109/L MCV : 79,5 fL Na : 138,31
RBC : 2,06x1012/L MCH : 26,7 pg K : 3,18
HGB : 5,5 g/dL MCHC : 335 g/L Cl : 110,08
PLT : 152x109/L HCT : 16,4 % Ca : 1,25
GDS : 90 mg/dL

Kesan : Anemia mikrositik hipokromik

Urine Rutin (5/6/2018)


Warna : kuning Faal Ginjal
BJ : 1015 Ureum/Kreatinin : 22/0,6
Protein :- Kesan : normal
Glukosa :-
Keton : (-)

7
Feses Rutin (5/6/2018)
Warna : Hitam
Konsistensi : Lembek, cair
Parasit : (-)
Lendir : (-)
Telur cacing : (-)
Kesan : melena
Daftar Masalah

1. Melena
2. Sindroma dispepsia
3. Anemia

2.5 Diagnosa Kerja

Diagnosa Primer : Melena ec gastritis erosif ec penggunaan Steroid +


Anemia berat
Diagnosa Sekunder : Systemic lupus erthematosus dengan manifestasi
AIHA

2.6 Diagnosa Banding


1.Melena e.c ulkus peptikum
2.Melena e.c Pecahnya varises esophagus e.c sirosis hepatis
2.7 Anjuran Pemeriksaan
1. Benzidin test
2. endoskopi
3. SADT
4. Ferritin
5. TIBC
6. ANA test
7. Test Anti DsDNA

8
2.8 Tatalaksana

Non Farmakologis:

 Tirah Baring
 NGT
 Diet cair
 Makan sedikit tapi rutin
 Edukasi penyakit

Farmakologis:

 IVFD NaCl 0,9% 20gtt (mikro)


 Transfusi PRC 1kolf sampai Hb ≥ 9 g/dL
 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
 Inj. Omeprazole 2x1 vial (iv)
 Sukralfat syr 2x1 gr (a.c.)
 Domperidon 3x10 gr (p.c.)
 Metilprednisolon 1x10mg

2.9 Prognosis

 Quo Vitam : Dubia ad bonam


 Quo Functionam : Dubia ad bonam
 Quo Sanactionam : Dubia ad bonam

2.10 Follow Up

Tabel 2.1 Follow Up Pasien

Tanggal Perkembangan
6/6/2018 S: Nyeri seluruh perut, perut kembung, badan terasa lemas. BAB
hitam (+)
O: TD: 110/80 N : 92x/menit RR: 22x/menit T : 37

9
Pemeriksaan generalisata:
Pemeriksaan generalisata:
Konjungtiva anemis (+).
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi : Datar, Simetris.
Palpasi abdomen : Supel, nyeri tekan (+) seluruhh regio.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+), normal
akral pucat, hangat, CRT <2 detik
Skor MEX SLEDAI 4 ( hemolisis dan leukopenia )
A: 1. Melena ec gastritis erosif
2. Anemia berat
3. SLE manifestasi AIHA
P: Non Farmakologis
 NGT menolak
 Diet cair 6x200 cc
 Setelah transfuse cek Hb kembali
 Rencana endoskopi apabila Hb >9g/dL
 Cek ulang elektrolit
Farmokologis
 IVFD NaCl 0,9% 20 gtt
 Transfusi PRC 1kolf/hari ≥ 9 g/dL
 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
 Inj. Omeprazole 2x1 vial (iv)
 Sukralfat syr 2x1 gr (a.c.)
 Domperidon 3x10 gr (p.c.)
 Metil prednisolone 1x10mg
8/6/2018 S: Nyeri seluruh perut, perut kembung, badan terasa lemas. BAB
hitam (-)
O: TD: 100/80 N : 82x/menit RR: 20x/menit T : 36,9

10
Pemeriksaan generalisata:
Pemeriksaan generalisata:
Konjungtiva anemis (+), akral pucat, nyeri tekan abdomen
keempat regio.
WBC : 2.57 MCV : 79.6
RBC : 2.21 MCH : 26.7
HGB : 5.9 MCHC : 335
PLT : 140 HCT : 17.6
A: 1. Melena ec gastritis erosif
2. Anemia berat
3. SLE manifestasi AIHA
P: Non Farmakologis
 NGT menolak
 Diet cair 6x200 cc
 Setelah transfuse cek Hb kembali
 Rencana endoskopi apabila Hb >9g/dL
 Cek ulang elektrolit
Farmokologis
 IVFD NaCl 0,9% 20 gtt
 Transfusi PRC 1kolf/hari ≥ 9 g/dL
 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
 Inj. Omeprazole 2x1 vial (iv)
 Sukralfat syr 2x1 gr (a.c.)
 Domperidon 3x10 gr (p.c.)
 Metil prednisolone 1x10mg
11/6/2018 S: Keluhan BAB hitam (-), Badan lemas (-), Nafsu makan
membaik, pasien tidak merasakan keluhan nyeri di seluruh
badan
O: TD: 120/80 N : 75x/menit RR: 20x/menit T : 36,7
Pemeriksaan generalisata:

11
Konjungtiva anemis (-), nyeri tekan pada bagian dada, perkusi
thorax sonor, auskultasi vesikuler, pemeriksaan abdomen dbn,
pemeriksaan ekstremitas dbn
WBC : 2.91
RBC : 2.97
HGB : 8
HCT : 23.5
PLT : 157
A: 1. Melena ec gastritis erosif
2. Anemia berat
3. SLE manifestasi AIHA
P: Non Farmakologis
 NGT menolak
 Diet cair 6x200 cc
 Setelah transfuse cek Hb kembali
 Rencana endoskopi apabila Hb >9g/dL
 Cek ulang elektrolit
Farmokologis
 IVFD NaCl 0,9% 20 gtt
 Transfusi PRC 1kolf/hari ≥ 9 g/dL
 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
 Inj. Omeprazole 2x1 vial (iv)
 Sukralfat syr 2x1 gr (a.c.)
 Domperidon 3x10 gr (p.c.)
 Metil prednisolone 1x10mg
Pada tanggal 11 juni 2018 endoskopi belum dilakukan dan pada
tanggal 21 juni pasien sudah tidak berada di RS ( pulang ).

12
BAB III

ANALISA KASUS

3.1 Analisa kasus


Perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) yaitu perdarahan yang berasal
dari dalam lumen saluran cerna di atas (proksimal) ligamentum Treitz, mulai dari
jejunum proksimal, duodenum, gaster, dan esophagus. Hal tersebut mengakibatkan
berak darah berwarna hitam seperti aspal (melena). Melena yaitu keluarnya tinja
yang lengket dan hitam seperti aspal dengan bau khas, yang menunjukkan
perdarahan saluran cerna atas serta dicernanya darah pada usus halus.4

Gastritis erosiva hemoragika merupakan urutan kedua penyebab perdarahan


saluran cerna atas. Pada endokopi tampak erosi di angulus, antrum yang multipel,
sebagian tampak bekas perdarahan atau masih terlihat perdarahan aktif di tempat
erosi. Di sekitar erosi umumnya hiperemis, tidak terlihat varises di esophagus dan
fundus lambung. Sifat hematemesis tidak masif dan timbul setelah berulang kali
minum obat-obatan tersebut, disertai nyeri dan pedih di ulu hati.4

Penderita mengalami gangguan pencernaan (indigesti) dan rasa tidak


nyaman di perut sebelah atas. Tetapi banyak penderita tidak merasakan nyeri.
Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut
kosong. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai mengalami
perdarahan, biasanya dalam waktu 2-5 hari setelah terjadinya cedera. Perdarahan
menyebabkan tinja berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi
kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas
dan berakibat fatal.5

Berdasarkan anamnesa yang dilakukan, diperoleh bahwa keluhan utama


pasien adalah BAB hitam kurang lebih 4 hari SMRS. Pasien BAB dengan warna
hasil BAB hitam seperti aspal dan berbau serta sangat lengket. Sampai saat sore
hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih mengeluarkan BAB berwarna hitam.
Pasien juga mengeluhkan adanya perasaan mual dan muntah, sebanyak 3x/hari cair

13
dengan sedikit ampas sebanyak ¼ gelas belimbing (55ml). Namun pasien tidak
mengalami muntah darah (-). Beberapa hari sebelum pasien mengalami BAB hitam
tersebut, pasien merasakan perutnya terasa sakit di bagian ulu hati.

Pasien BAB sebanyak 3 kali sehari, konsistensi nya cair dan sebanyak ½
gelas belimbing (110ml).

Pasien mengeluhkan terasa pusing. Pusing dirasakan sejak pasien


mengalami BAB hitam dan semakin memberat. Pasien juga mengeluhkan badan
semakin lemas dari hari ke hari dan nafsu makan pasien menurun, sehari pasien
makan 3 kali sebanyak 3 sendok makan.

Pasien memiliki riwayat penyakit SLE dan rutin mengkonsumsi obat dari
puskesmas. Obat yang dikonsumsi adalah Metilprednisolon 4mg, Paracetamol tab
500mg.

Sediaan kortikosteroid sistemik biasanya berbentuk tablet atau injeksi ke


dalam pembuluh darah. Efek samping yang bisa timbul adalah :

1. Hipertensi
2. Peningkatan gula darah, diabetes
3. Tukak lambung
4. Perdarahan saluran cerna
5. Penyembuhan luka yang lama dan abnormal
6. Kekurangan kalium
7. Osteoporosis
8. Mudah terkena infeksi
9. Gangguan emosi
10. Insomnia
11. Peningkatan nafsu makan
12. Glaukoma
13. Otot yang melemah
14. Penipisan kulit

14
Pada pemeriksaan fisik generalisata didapatkan adanya konjungtiva anemis.
Pada pemeriksaan ekstremitas superior dan inferior ditemukan pucat. Pada
pemeriksaan lab sederahana darah rutin, didapatkan adanya penurunan jumlah
leukosit, dan trombosit dan penurunan hemoglobin, MCV, MCH dan MCHC. Pada
pemeriksaan feses rutin didapatkan feses berwarna hitam dan cair serta lengket.

Dari anamnesis didapatkan BAB hitam. Hal ini menunjukkan adanya


perdarahan pada saluran cerna bagian atas. Dapat berasal dari pecahnya varises
esophagus, perdarahan gaster ataupun ulkus pada SCBA serta keganasan pada
saluran cerna.

Kemudian ditemukan adanya tanda tanda anemia yaitu konjungtiva anemis.


Pada pemeriksaan darah rutin juga ditemukan adanya tanda anemia dimana nilai
eritrosit, hemoglobin dan hematokrit pasien menurun.

anemia yang terjadi umunya derajat ringan dan sedang, sering kali
gejalanya tertutup oleh gejala penyakit dasaranya, karena kadar Hb sekitar 7-11
gr/dl umumnya asimtomatik. Meskipun demikian apabila demam atau debilitas
fisik meningkat, pengurangan kapasitas transport O2 jaringan akan memperjelas
gejala anemianya atau memperberat keluhan sebelumnya.7
Pada pemeriksaan fisik umunya hanya dijumpai konjungtiva yang pucat
tanpa kelainan yang khas dari anemia jenis ini, dan diagnosis yang biasanya
tergantung dari hasil pemeriksaan laboratorium.7
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab sederhana yang
dilakukan, pasien mengalami anemia berat dengan kesan mikrositik hipokromik.
Pada pasien ini, sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang endoskopi untuk
membantu mengetahui penyebab pasti dari asal perdarahan tersebut.

Pada kasus ini terapi yang diberikan adalah inj ceftriaxone sebagai
antibiotik mengatasi infeksi, inj omeprazole sebagai golongan proton pump
inhibitor untuk menurunkan sekresi asam lambung, sukralfat sirup diberikan
sebagai memberikan perlindungan tambahan pada mukosa lambung agar tidak
memperparah infeksi, inj domperidon diberikan sebagai antiemetic untuk menekan

15
pusat mual dan muntah, sulfas ferosus diberikan untuk membantu mengatasi
anemia defisiensi besi (mikrositik hipokromik).

Pemberian resusitasi cairan pada pasien ini dilakukan secara intravena


dengan NaCl 0,9% sebagai pengganti cairan tubuh pasien. Karena mengalami
anemia dengan Hb 5,5 g/dL pasien diberikan terapi transfusi cairan PRC ( Packed
Red Blood Cell) hingga Hb menjadi 9 g/dL.

Pemeriksaan anjuran yang akan dilakukan pada pasien ini adalah Benzidin
test untuk melihat kualitas dan kuantitas darah di dalam feses. Endoskopi dilakukan
untuk mengetahui sumber dari perdarah saluran cerna. SADT dilakukan untuk
mengetahu struktur dari bentuk sel darah. Ferritin dan TIBC dilakukan untuk
mengetahui kadar serum besi dalam darah yang dicurigai terdapat defisiensi besi.

Anemia hemolitik autoimun atau yang umum disebut dengan autoimmune


hemolytic anemia (AIHA) adalah sebuah kelainan yang jarang dan yang
dikarakteristikkan dengan adanya proses hemolisis oleh reaksi autoantibodi yang
menyerang langsung sel darah merah penderita. Manifestasi klinis tersebut juga
dibedakan berdasarkan adanya penyakit dasar dan derajat hemolisis yang
bergantung pada tipe autoantibodi.

AIHA (Autoimmune Hemolytic Anemia) juga sangat erat kaitannya dengan


penyakit SLE. SLE merupakan suatu penyakit autoimun heterogen yang menyerang
multi-organ dan memberikan klinis bervariatif sesuai dengan organ yang terkena.
SLE sendiri mengklasifikasikan AIHA sebagai gejala klinis dari kelainan
hematologis yang umum.

Pada pasien ini didiagnosis SLE karena sebelumnya pasien memiliki


riwayat penyakit SLE dan mengkonsumsi obat untuk SLE secara rutin. Oleh karena
pada SLE mengenali semua partikel sel sebagai antigen, maka antibodi yang
ditemukan pada pasien SLE sangat banyak, oleh karena itu pemeriksaan berbagai
antibodi tersebut disebut dengan profil ANA. Akan tetapi, hasil pemeriksaan
antibodi yang positif tidak selalu sesuai dengan adanya penyakit autoimun yang

16
terkait dengan antibodi tersebut karena beberapa antibodi dapat ditemukan pada
penyakit hati kronik, keganasan,infeksi.8

Pemeriksaan Direct Antiglobulin Test/Coombs test merupakan suatu


pemeriksaan yang cukup sensitif adanya AIHA. Coombs test bertujuan untuk
menunjukkan adanya antibodi atau komplemen pada permukaan eritrosit.
Pemeriksaan ini menggunakan darah pasien yang dicampur dengan antibody kelinci
yang melawan IgG atau C3 manusia. Hasil tes positif menunjukkan adanya
aglutinasi antara antibodi penderita atau eritrosit yang diliputi komplemen dengan
serumanti-IgGatauanti-C3. Pada pemeriksaan lebih lanjut akan dilihat apakah
aglutinasinya dengan anti-IgG (pada AIHA warm type) atau anti-
C3(padaAIHAcoldtype).8

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Sylvia, A Price. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Keperawatan.


Edisi 6. Jakarta : EGC. 2005
2. Hilmy. Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan Praktis. Jakarta:
Binarupa Aksara. 2010.
3. Fandy Gosal, Bram Paringkoan, Nelly Tendean Wenas. Pathophysiology
and Treatment of Nonsteroidal Anti-inflammatory Drug Gastropathy. 2009.
Available at Pendahuluan.pdf. FK Universitas Indonesia. Access on June
2018.
4. Jonathan G. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Edisi ke-1.
Jakarta: Erlangga Medical Series; 2007.
5. Sepe PS, Yachimski PS, Friedman LS. Gastroenterology. In: Sabatine MS,
ed. Pocket medicine, 3rd ed. Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia;
2008
6. Davey, P. Hematemesis & Melena : dalam At a Glance Medicine. Jakarta :
Erlangga. 2006
7. Deborah, Natasha. Seorang Perempuan 21 Tahun dengan Autoimmune
Hemolytic Anemia (AIHA) dan Systemic Lupus Erythematosus (SLE).
Jurnal kedokteran. Lampung: Universitas Lampung. 2017
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al, editor. Ilmu Penyakit Dalam Jilid
III. Edisi kelima. Jakarta: Interna Publishing. 2009.

18

Вам также может понравиться