Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Mansjoer (2000:17) Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya
mendadak, progresif cepat berupa deficit neurologis fokal/ global, yang berlangsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan karena
Stroke hemoragik merupakan stroke yang dapat terjadi apabila lesi vascular
menurut Muttaqin (2008: 128) CVA bleeding merupakan pendarahan serebral dan
mungkin pendarahan subaraknoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak
pada area otak tertentu. Biasanya kejadian saat melakukan aktifitas atau saat aktif bisa
1
1.1.2 Etiologi
a. Aneurisme vaskuler
Penipisan pembuluh darah, cedera vascular dipicu oleh hipertensi dan rupture salah
sehingga mengalir diantara arteri bertekanan tinggi dan system yang bertekanan
rendah akhirnya dinding venula melemah dan darah dapat keluar dengan cepat ke
jaringan otak.
c. Hipertensi
tempat oklusi mengalami perlemahan. Selama beberapa hari pertama setelah oklusi,
1) Hipertensi
Pada pengidap hipertensi rentang otoregulasi meningkat sampai setinggi 180 – 200
terjadi peningkatan dorongan darah arteri. Hipertensi yang berlangsung lama dapat
2
mengakibatkan perubahan-perubahan struktur pada arteriol diseluruh tubuh ditandai
2) Penyakit kardiovaskuler
3) Diabetes Melitus
Gabungan dari gangguan biokimia yang disebabkan oleh insufiensi insulin dapat
menjadi penyebab jenis penyakit vaskuler ini. Gangguan-gangguan ini berupa sorbitol
Jika mengenai arteri-arteri perifer dapat mengakibatkan insufiensi serebral dan strok.
4) Merokok
Zat – zat yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan permeabilitas endotel.
6) Kontrasepsi oral (khususnya dengan hipertensi, merokok dan kadar estrogen tinggi).
8) Konsumsi alcohol
9) Tumor otak
3
1.1.3 Klasifikasi
1) Pendarahan intraserebrum
Merupakan pendarahan dalam jaringan otak (parenkim), paling sering dipicu oleh
hipertensi dan rupture salah satu arteri kecil yang menembus kedalam jaringan otak.
menyebabkan darah masuk masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang
menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi
cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak. Stroke yang
disebabkan oleh pendarahan intraserebrum paling sering terjadi saat pasien terjaga
dan aktif. Karena lokasinya berdekatan dengan arteri- arteri dalam, bangsa ganglia
dan kapsula interna sering menerima beban terbesar tekanan dan iskemia yang
disebabkan oleh stroke tipe ini, sehingga menimbulkan deficit neurologis yang sangat
neurologis fokal yang cepat dan memburuk progresif dalam beberapa menit sampai
2) Pendarahan Subaraknoid
Pendarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma
yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya
yang terdapat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya darah ke ruang
peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral, yang berakibat disfungsi otak
4
hemi sensori, afaksia, dan lain-lain). Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang
meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan
TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan
pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya
perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu
berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh
Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi
yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak
tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 %
akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
5
1.1.4 Manifestasi klinik
Menurut Hudak dan Gallo (1996, 258-260) tanda dan gejala pada pasien stroke
meliputi:
1) Gangguan motorik
- Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi karena lesi pada hemisfer yang
berlawanan)
- Hemiparesis (kelemahan pada salah satu sisi tubuh karena lesi pada hemisfer yang
berlawanan)
3) Deficit Sensorik
4) Defisit perceptual
- Gangguan dalam merasakan dengan tepat dan mengiterpretasikan diri dan atau
lingkungan
6
- Gangguan skem dan atau maksd tubuh (emnesia atau menyangkal terhadap
yang sama, tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan penglihatan,
6) Defisit kognitif
- Perubahan penilaian
7) Defisit Emosional
- Labilitas emosional
7
- Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
- Depresi
- Menarik diri
- Perasaan isolasi
- Kandung kemih : lesi unilateral karena stroke mengakibatkan sensasi dan kontrol
dorongan dan inkontenens. Lesi stroke pada batang otak mengakibatkan neuron
motorik pada bagian atas kandung kemih dengan kehilangan semua kontrol
mikturisi
- Usus: kerusakan fungsi usus pada pasien stroke adalah akibat dari: penurunan
yang massif, sedangkan pendarahan kecil biasanya warna likuor masih normal
- Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
kembali.
- Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
8
2) Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
pendarahan, atau obstruksi arteri, adanya titik oklusi atau rubtur (Doenges, 2000:292)
(Doenges, 2000:292).
1.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2000:19) Pengobatan stroke sedini mungkin hanya 3-6 jam.
Penatalaksanaan yang cepat, tepat, dan cermat memegang peranan besar dalam
menentukan hasil akhir pengobatan. Penatalaksanaan stroke akut di unit gawat darurat
meliputi:
lendir dengan hati-hati, pertimbangkan intubasi bila kesadaran stuppor atau koma
(GCS < 8)
- Breathing : Berikan oksigenasi yang adekuat melalui oksigenasi nasal 2-4 lpm.
- Circulation : Pasang jalur infuse intravena dengan larutan salin normal 0,9%
dengan kecepatan 20ml/ jam, jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa
5% dalam air dan salin 0,45% karena dapat memperhebat edema otak
9
2. Protokol Penatalaksanaan Stroke hemoragik (Mansjoer, 2000:22)
pengendarian tekanan darah yang lebih agresif dilakukan pada pasien dengan
kemungkinan perdarahan ulang. Tekanan darah sistolik lebih dari 180 mmHg harus
c. Pertimbangkan konsultasi bedah saraf bila perdarahan sereblum diameter > 3cm
atau volume > 50ml untuk dekompresi atau pemasangan ventrikulo-peritoneal bila
d. Beri cairan osmodiuretik seperti: manitol 20% (1kgBB, intravena dalam 20-30
menit) untuk pasien dengan koma dalam atau tanda-tanda tekanan intracranial yang
50mg/menit, atau peroral) pada pasien dengan perdarahan luas dan derajat
- Obati penyebabnya
- Berikan neuroprotektor
10
Pendarahan serebrum dengan diameter > 3 cm (kraniotomi dekompresi)
shunting)
g. Tekanan Intrakranial yang meninggi pada pasien dapat diturunkan dengan salah
Manitol bolus, 1gr/KgBB dalam 30-3- menit kemudian dilanjutkan dengan dosis
320mosmol/liter.
ml/KgBB dalam 3-4 jam (untuk edema serebri ringan atau sedang.
29-35mmHg
(VP shunting)
11
12
13
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan CVA Bleeding
1.2.1 Pengkajian
1. Anamese :
1) Identitas Klien
Menurut Prince (2002: 1106) insiden stroke banyak terjadi pada usia lebih dari 65
tahun dan kasus terbanyak terjadi pada ras keturunan amerika dan afrika. Stroke
banyak menyerang laki-laki berkaitan dengan faktor resiko stroke yaitu kebisaan
adalah: penurunan tingkat kesadaran, nyeri kepala hebat, kelemahan anggota gerak
sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi
nyeri kepala, mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak sadar (Muttaqin,
2008:133).
4) Riwayat Penyakit Dahulu : ada riwayat hipertensi, stroke sebelumnya, ada riwayat
5) Riwayat Penyakit Keluarga : ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, DM,
ansietas. Ada perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesulitan
14
7) Pola-pola fungsi kesehatan
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada
fase akut.
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi
2. Pemeriksaan Fisik
lidah menutup ke belakang menutupi jalan nafas sehingga terjadi sesak nafas
3) Sistem persarafan :
(Muttaqin, 2008:135).
15
b. Pengkajian fungsi serebral (Muttaqin, 2008:135-136).:
- status mental : observasi penampilan, tingkah laku, gaya bicara, ekspresi wajah,
dan aktivitas motorik klien. pada klien stroke tahap lanjut terjadi perubahan
- fungsi intelektual : penurunan ingatan dan memori baik jangka pendek maupun
jangka panjang
yang mempengaruhi fungsi dari serebral. Bila lesi pada girus temporalis (area
wernikce) superior akan didapatkan disfasia repressif. Bila lesi pada bagian
posterior dari girus frontalis inferior (area broca) akan didapatkan disfasia
ekspresif. selain itu akan ditemukan juga gejala disartria dan apraksia.
tingkat 0 pada sisi yang sakit, dan mengalami gangguan keseimbangan akibat
(mendapatkan hubungan)dua atau lebih objek dalam area spasial sering terlihat
16
pada klien dengan hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian
tubuh,
- Saraf III, IV, dan VI, jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada satu sisi
bawah ke sisi lateral, serta kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan
eksternus.
- Saraf VII, persepsi pengecapan dalam batas normal , wajah asimetris, dan wajah
mulut.
- Saraf XII, lidah simetris, terdapfasikulasiat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi,
mual, muntah pada fase akut. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
17
6) Sistem Muskulaskeletal: hemiplegic dan hemiporesis karena disfungsi motorik
(Muttaqin,2008:139).
7) Sistem intergumen : jika pasien kekurangan O₂ kulit akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgar kulit akan buruk. Selain itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah
Berdasarkan Doengos (2000: 293) dan Muttaqin (2008: 143), masalah keperawatan yang
muncul meliputi:
2) Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan pendarahan intraserebral dan
edema otak.
pernapasan di otak)
5) PK: kejang
sfingter
simpatis
18
iii. Diagnosa dan intervensi keperawatan
1. Resiko terjadi peningkatan TIK berhubungan dengan adanya proses desak ruang
akibat penumpukan cairan darah dalam otak. (Muttaqim, Arif. 2008: 143)
Kriteria hasil:
GCS meningkat.
Tidak kejang
Intervensi
1. Jelaskan pada pasien atau keluarga pasien tentang tanda-tanda peningkatan TIK
dan konsumsi oksigen yang terjadi terutama saat demam dan menggigil dapat
3. Pertahankan kepala atau leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal,
hindari penggunaan bantal yang tinggi pada kepala (Muttaqim, Arif. 2008: 143).
19
R/ Perubahan pada satu sisi kepala dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis
dan menghambat aliran otak (menghambat drainase pada vena cerebral), sehingga dapat
4. Kurangi rangsangan esktra dan berikan rasa nyaman seperti, lingkungan yang tenang,
sentuhan yang ramah dan suasana/pembicaraan yang tidak gaduh. (Muttaqim, Arif.
2008: 143)
5. Naikkan kepala pada tempat tidur/ bed 15 - 30 derajat sesuai dengan toleransi/
indikasi.
R/ Peningkatan drainage/ aliran vena dari kepala, mengurangi kongesti cerebral dan
6. Hindari manuver valsavah yang dihasilkan oleh reflek mengejan, dan batuk dan
massage karotis.
R/ Aktivitas ini dapat meningkatkan intra thorak/ tekanan dalam torak dan tekanan
darah
8. Kolaborasi dalam:
20
- R/ Loop Deuritik untuk meningkatkan pengeluaran cairan melalui ginjal.
8. Observasi
a. Observasi TTV
R/Perubahan pada ritme dan disritmia dapat timbul yang mencerminkan adanya
depresi atau trauma pada batang otak. Adanya nadi yang lemah merupakan salah
Pernapasan : observasi pola dan iramanya, seperti adanya periode apnea setelah
R/ Napas yang tidak teratur dapat menunjukan lokasi adanya gangguan serebral
21
R/ adanya peningkatan suhu dapat meningkatan metabolism dan kebutuhan oksigen
urine.
R/ kesadaran yang baik, tidak adanya tanda-tanda PTIK dan haluaran urine normal
berhubungan dengan oklusi otak, vasospasme dan edema otak (Muttaqim, Arif.
2008: 144)
Tujuan :
Kriteria hasil :
- GCS 4-5-6
- Tanda-tanda vital normal (nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-
20 kali permenit)
Rencana tindakan
1) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan
22
Rasional ; Untuk mencegah perdarahan ulang
3) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial tiap dua jam
Rasional : mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk
4) Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis)
Rasional : batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra cranial dan
Kriteria:
23
5) Tidak ada ronchi
Intervensi:
1) Jelaskan pada pasien tentang tindakan dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Rasional: dengan penjelasan pasien akan memgerti tujuan tindakan yang akan dilakukan
Rasional: posisi fowler/semi fowler membantu ekspansi paru menjadi optimal sehingga
3) Periksa AGD
Rasional: AGD sebagai evaluasi status pertukaran gas menunjukan konsentrasi O2 dan
CO2.
4) Observasi pernafasan (frekuensi, pola nafas, keluhan sesak), tensi, nadi, produksi
kesadaran pasien.
Rasional: dengan observasi akan mengetahui perkemangan kondisi pasien dan dapat
cerebrovaskuler
Tujuan
Kriteria hasil
- Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
24
- Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
Rencana tindakan
Rasional : diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltic usus dan
eliminasi reguler.
4) Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi.
Rasional : aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus otot
6) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak faeces (laxatif, suppositoria,
enema).
25
5. Gangguan pola eliminasi uri berhubungan dengan kerusakan kemampuan untuk
Tujuan : pasien dapat mengontrol reflek berkemih secara normal setelah dilakukan
adekuat
Intervensi:
1) Observasi haluaran urine, selidiki adanya penurunan / penghentian aliran urine secara
tiba-tiba
atau disfungsi (contoh hambatan oleh edema atau mucus) atau dehidrasi. Catatan :
penggantian cairan
5) Kolaborasi dalam:
26
- Pemasangan Catheter
Tujuan :
Kriteria hasil :
- GCS 456
- Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-
20 kali permenit)
Rencana tindakan
1) Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan
akibatnya
3) Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial tiap dua jam
Rasional : mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk
27
4) Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis)
Rasional : batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra cranial dan
Tujuan :
evaluasi:
Adanya ungkapan pasien tentang peningkatan rentang gerak yang dapat dilakuakan.
Intervensi :
1) Berikan posisi pasien yang nyaman dan lakukan perubahan posisi dengan jadwal
28
Rasional: Menurunkan kelelahan, meningkatkan relaksasi, menurukan resiko
3) Lakukan latihan rentang gerak pasif dan hindari latihan aktif pada fase akut.
mobilitas sendi.
5) Berikan latihan yang terus dikembangkan dan bergantung pada toleransi secara
individual.
Raional: Kegiatan latihan pada bagian tubuh yang mengalami kelemahan secara
sehari – hari.
29
30
31