Вы находитесь на странице: 1из 7

AKUNTANSI FORENSIK

RESUME CHAPTER
IV

OLEH

DEFEL SEPTIAN (12030117420061)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
CHAPTER
IV
RED FLAGS

A. PENDAHULUAN
Pada dasarnya ketika fraud terjadi, ada jejak kriminal dan kejahatan yang tersisa
di TKP, atau dalam kehidupan si fraudster, seperti sidik jari yang mungkin tertinggal di
TKP. Red Flags memiliki sifat yang berbeda-beda dan mencakup hal-hal seperti anomali
akuntansi, transaksi atau peristiwa yang tidak dapat dijelaskan, elemen yang tidak biasa
dari suatu transaksi, perubahan perilaku seseorang atau karakteristik, atau hanya
karakteristik yang umumnya terkait dengan penipuan yang diketahui, terutama skema
individu tertentu atau kelompok.
Sebagai contoh, pendekatan teori fraud dimulai dengan mengidentifikasi skema
fraud yang paling mungkin dan bagaimana itu mungkin telah dilakukan. Artinya, harus
mengidentifikasikan proses pemikiran semacam itu tidak hanya membutuhkan
pemahaman yang baik tentang semua skema fraud, tetapi bahkan yang lebih mungkin
terjadi dalam keadaan tertentu: industri, keadaan kontrol internal, ukuran bisnis, dan
sebagainya. Untuk membuktikan atau menyangkal teori yang dihasilkan, penyelidik
fraud memahami dan mencari tanda-tanda skema fraud yang teridentifikasi terjadinya
fraud. Proses ini biasanya didasarkan pada Red Flags dari fraud tertentu.

B. PROFESSIONAL STANDARDS
Beberapa kelompok profesional dan standarnya, yang memiliki peran dalam
melakukan audit dan fraud, telah menggabungkan atau menambahkan red flag dalam
literatur yang berkaitan dengan kecurangan (fraud). Organisasi profesional akuntansi
seperti The American Institute of Certified Public Accountants (AICPA), The Information
Systems Audit and Control Association (ISACA), and the Institute of Internal Auditors (IIA) telah
mengikuti Undang-Undang Sarbanes-Oxley (SOX) dengan penerapan standar teknis untuk
mengakomodasi prinsip SOX, atau semangat SOX, dan mereka umumnya termasuk red
flags sebagai kunci untuk pedoman dalam malukan audit untuk fraud.
C. COMMON RED FLAGS
Secara umum red flags dapat digunakan pada semua fruad atau lebih dikhususkan
kedalam ketegori Fraud Tree.
1. Laporan Keuangan (Financial Statement Frauds)
Fraud dalam laporan keuangan pada umumnya dilakukan oleh manajemen
senior, dengan frekuensi yang paling rendah diantara fraud korupsi dan
penyalahgunaan aset, akan tetapi kerugian yang diakibatkan dalam fraud laporan
keuangan sangat besar diantara fraud korupsi dan penyalahgunaan aset. Red flags
yang terkait dalam laporan keuangan adalah:
- Anomali akuntansi
- Pertumbuhan yang cepat
- Keuntungan yang tidak biasa
- Agresivitas manajemen eksekutif
- Obsesi dengan harga saham oleh manajemen eksekutif
- Micromanagement oleh manajemen eksekutif
2. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)
Fraud dalam laporan keuangan pada umumnya dilakukan oleh karyawan,
dengan frekuensi yang paling tinggi diantara fraud korupsi dan laporan keuangan,
akan tetapi kerugian yang diakibatkan dalam fraud penyalahgunaan aset paling
rendah diantara fraud korupsi dan laporan keuangan. Red flags yang terkait dalam
penyalahgunaan aset adalah:
- Perubahan perilaku
- Tidak berani menatap orang lain
- Peningkatan iritabilitas
- Riwayat kerja tidak teratur
- Masalah karakter
- Kemarahan yang konsisten
- Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
- Perubahan gaya hidup
- Tidak puas dengan atasan
- Tidak pernah melakukan liburan
- Memiliki ketegangan finansial
3. Korupsi (Corruption)
Fraud dalam korupsi pada umumnya dilakukan oleh karyawan, dengan
frekuensi yang berada ditengah-tengah diantara fraud penyelahgunaan aset dan
laporan keuangan. Terjadinya korupsi ini, seseorang (fraudster) di dalam
organisasi harus bekerja sama dengan pihak diluar organisasi dengan sedemikian
rupa untuk keuntungan kedua belah pihak yang akan berdampak pada kerugian
organisasi. Red flags yang terkait dalam korupsi adalah:
- Hubungan antara karyawan dan vendor yang berwenang.
- Kurangnya tinjauan terhadap persetujuan manajemen untuk mengetahui
hubungan pihak ketiga yang ada.
- Anomali terhadap menyetujui vendor mana yang akan dipakai.
- Kerahsian antara hubungan pihak ketiga.

D. RED FLAGS KHUSUS


Pada bagian red flags khusus akan menggambarkan skema fraud tree yang terdiri
dari tiga fraud yaitu korupsi, penyalahgunaan aset, dan laporan keuangan kedalam
subkategori sebagai berikut:
1. Skema Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
1.1 Timing Difference (Penjualan yang tidak Tepat)
Fraud ini berpusat di sekitar pemesanan penjualan yang terlalu dini,
skema ini seputar cara transaksi yang tidak benar. Seperti retur barang
dagang yang berlebihan, disertai dengan kredit penjualan.
1.2 Pendapatan Fiktif (Fictious Revenue)
- Peningkatan aset yang tidak wajar atau yang berlebihan.
- Perubahan yang tidak dapat dijelaskan dalam hubungan tertentu.
1.3 Pencatatan Kewajiban yang Tidak Benar (Concealed Liabilities)
- Pembenan hutang yang berlebihan kepada anak perusahaan seperti kasus
enron.
- Faktur pemasok tidak dicatat kedalam buku jurnal.
1.4 Pengungkapan yang Tidak Memadai (Inadequate Disclosure)
- Catatan pengungkapan yang begitu dikaburkan/tidak jelas sehingga sulit
menuntukan sifat dari peristiwa atau transaksi.
- Penemuan sesuatu fraud yang dirahasiakan.
1.5 Penilaian asset yang Tidak Benar (Improper Asset Valuation)
- Kenaikan sesuatu akun aset yang tidak dapat dijelaskan.
- Manajemen cenderung tidak responsif ketika auditor internal melaporkan
aset yang perlu dihapus dari neraca.
2. Skema Penyahgunaan Aset (Asset Missappropriation Scheme)
2.1 Pencurian Kas (Cash Lancery)
- Perubahan gaya hidup karyawan yang drastis.
- Penurunan deposito kas di bank yang tidak dapat dijelaskan.
- Penjelasan yang tidak dapat dijelaskan antara informasi akun kas yang
ada di perusahaan dengan informasi akun kas yang ada di bank.
2.2 Skema Penagihan (Billing Scheme)
Red flags untuk skema penagihan meliputi subkategori yaitu
perusahaan fiktif (seperti kurangnya data kontak yang memadai, alamat yang
cocok dan kenaikan harga pokok penjualan yang tidak biasa), pass-through
vendor (seperti menurunnnya laba bersih dan naiknya harga pokok penjualan,
buruknya internal kontrol khususnya tidak pemisahaan antara penambahan
vendor dan persetujuan kontrak, dan bukti tingginya pembayaran harga untuk
produk/jasa), nonaccomplice vendor (seperti tingginya tingkat pembelian
yang tidak biasa, dan menggunakan nomor faktur diluar rentang urutan
normal), dan pembelian pribadi (seperti pembelian barang/jasa yang tidak
dapat dijelaskan, pembayaran gaji karyawan yang tidak sesuai, dan aktivitas
kartu kredit perusahaan yang tidak biasa).
2.3 Skema Penggajian
Red flags untuk skema penggajian meliputi subkategori yaitu karyawan
fiktif (seperti peningkatan biaya penggajian yang tidak dapat dijelaskan, tidak
memiliki pembayaran pajak yang dipotong, dan tiada gaji pegawai yang
pernah berlibur atau cuti), skema komisi (seperti perubahan tingkat komisi
dari waktu ke waktu, peningkatan biaya komisi yang tidak dapat dijelaskan,
dan tingkat pengambilan yang tinggi yang ambil oleh karyawan), fasified
wages (seperti jumlah lembur yang tidak dapat dijelaskan, perubahan tingkat
komisi yang tidak sesuai, dan jumlah kerja yang tidak biaya), Check-
Tampering (seperti jumlah cek voided yang berlebihan, adanya cek yang
hilang, dan adanya cek ganda serta diganti pada cek yang dibatalkan),
skimming (seperti pendapatan lebih rendah dari pendapatan yang diharapkan,
dan realisasi profit yang kurang dari proyeksi), lapping (seperti keluhan
pelanggan tentang pembayaran diposkan lama setelah pembayaran atau cek
dirimkan).
3. Skema Korupsi (Corruption)
3.1 Konflik Kepentingan
- Adanya transaksi yang sangat besar dari karyawan kepada vendor
tertentu.
- Adanya hubungan karyawan dengan pihak ketiga yang tidak diketahui
atau dirahasiakan.
- Pemisahan tugas yang lemah dalam menetapkan kontrak tender.
3.2 Penyuapan
- Perubahan gaya hidup seorang karyawan yang secara berlebihan.
- Adanya hubungan antara karyawan dengan vendor
3.3 Pemeresan Ekonomi
Pada pemersan ekonomi red flags sama hal pendeteksiannya dengan
penyuapan.

E. MODEL DETEKSI KECURANGAN


Pada dasarnya sulit untuk mengetahui adanya tanda-tanda kecurangan (red flags)
karena tampaknya sifatnya biasa atau tidak nampak mencurigakan pada umumnya,
terutama saat mempertimbangkan satu transaksi, atau dokumen. Ketika auditor keuangan
menemukan salah saji yang tidak material terhadap akun atau kelas akun, seharunya
auditor tersebut mengabaikan salah saji tersebut. Melaikan menempatkan salah saji
tersebut kedalam akun akumulasi salah saji lainnya. Sehingga tujuan dimasukannya
kedalam akumulasi akun saji tersebut adalah apakah akun salah saji tersebut material
atau tidak. Oleh karnanya proses dan tujuan yang sama harus digunakan atau diterapkan
kedalam audit kecurangan (fraud) dan anomali (red flags pada khususnya). Artinya,
faktor individu dan bukti audit harus dipertimbangkan ke dalam konteks untuk
menyesuaikan dan berkontribusi terhadap bukti audit dan kemungkinan yang kumulatif.
DAFTAR PUSTAKA

Singleton, TM and Singleton, AJ, 2010, Fraud Auditing and Forensic Accounting, 4th ed.,
New Jersey : John Wiley & Sons, Inc.

Вам также может понравиться