Вы находитесь на странице: 1из 7

Ketika rumah sakit menjadi BLUD

Rabu, 18 Desember 2013 09:24 WIB · Opini

Oleh : MUHAMMAD SYARIF,S.HI,M.H

Iftitah

Diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah serta di perkuat dengan lahirnyan Undang-
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit mengharuskan Pemerintah Daerah supaya
manajemen Rumah Sakit menganut Pola PPK- BLUD dalam rangka meningkatkan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat. Untuk itulah di butuhkan kesiapan daerah dalam rangka menyahuti
regulasi yang ada.

Perkembangan pengelolaan rumah sakit, baik dari aspek manajemen maupun operasional sangat
dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan, yaitu antara lain bahwa rumah sakit dituntut
untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan biaya pelayanan kesehatan terkendali
sehingga akan berujung pada kepuasan pasien. Tuntutan lainnya adalah pengendalian biaya.
Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai pihak
yaitu mekanisme pasar, tindakan ekonomis, sumber daya manusia yang dimiliki (profesionalitas)
dan yang tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi dari rumah sakit itu sendiri.

Rumah sakit sebagai salah satu jenis Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) merupakan ujung
tombak dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Namun, tak sedikit keluhan selama ini
diarahkan pada kualitas pelayanan rumah sakit yang dinilai masih rendah. Ini terutama rumah sakit
daerah atau rumah sakit milik pemerintah. Penyebabnya sangat klasik, yaitu masalah keterbatasan
dana yang dimiliki oleh rumah sakit umum daerah dan rumah sakit milik pemerintah, sehingga tidak
bisa mengembangkan mutu layanannya, baik karena peralatan medis yang terbatas maupun
kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang rendah.

Pengertian, Tujuan dan Azas BLUD

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau unit
kerja pada satuan kerja perangkat daerah dilingkungan pemerintah daerah yang di bentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/ atau jasa yang dijual
tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya di dasarkan pada
prinsipi efesiensi dan produktivitas.
Tujuan dibentuknya BLUD adalah sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 3 yang
menyebutkan bahwa “PPK-BLUD” bertujuan meningkatkan kwalitas pelayanan masyarakat untuk
mewujudkan penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan/ atau pemerintah daerah dalam
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Adapun azas BLUD ádalah
memberikan pelayanan kesehatan dengan praktek bisnis yang sehat, yang pengelolaannya dilakukan
berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh Kepala Daerah. Artinya ada prinsip-prinsip yang
dibangun dalam manajemen BLUD yang tidak sama dengan SKPD yang lain. Untuk syarat
Substansi dan Teknis agak mudah karena sudah melekat pada Rumah Sakit, sementara syarat
administrasi ini harus benar-benara di godok dan di buat dengan kajian yang lebih dalam. Ini
penting sehingga tidak terkesan nantinya Penerapan BLUD hanya dijadikan sebagai kendaraan
untuk mengejar renumerasi semata.

Rumah Sakit Umum Daerah Sebagai BLUD

Sebagaimana amanah Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, ada 3 syarat utama yang harus di tempuh daerah dalam
rangka mewujudkan rumah sakit menuju BLUD yaitu:

Pertama syarat teknis: Persyaratan terpenuhi apabila (1) kinerja pelayanan dibidang tugas dan
fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya atas rekomendasi sekretaris daerah untuk
SKPD atau Kepala SKPD untuk unit kerja. (2) Kinerja keuangan SKPD sehat. (3) memiliki potensi
untuk meningkatkan penyelenggaraan pelayanan secara efektif, efesien dan produktif. (4) memiliki
spesifikasi teknis yang terkait langsung dengan layanan umum kepada masyarakat. (5) tingkat
kemampuan pendapatan dari layanan yang cenderung meningkat dan efisien dalam membiayai
pengeluaran.

Kedua syarat substantif: Persyaratan ini terpenuhi apabila, (1) tugas dan fungsi SKPD atau unit
kerja bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang menghasilkan semi
barang/jasa publik, (2) penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas pelayanan masyarakat, (3) pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan
meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum, (4) pengelolaan dana khusus dalam
rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan masyarakat.

Ketiga syarat administrasi: persyaratan ini meliputi; (1) surat pernyataan kesanggupan untuk
meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan dan mamfaat bagi masyarakat, (2) pola tata kelola, (3)
rencana strategis bisnis, (4) standar pelayanan minimal, (5) laporan keuangan pokok atau
prognosa/proyeksi laporan keuangan dan (6) laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk
diaudit secara independen.

Diantara ke-3 syarat diatas, yang paling agak berat adalah syarat administrasi, untuk itu Pemerintah
Daerah yang akan menerapkan PPK-BLUD pada Rumah Sakit Daerah harus benar-benar
mempersipakan syarat administrasi dengan baik, yang nantinya akan dilakukan penilaiaan oleh tim
yang di tetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

Pengalaman selama menjadi Tim Penilai BLUD ada 3 Dokumen yang agak berat untuk di susun
meliputi: Dokumen Tata Kelola, Rencana Strategis Bisnis dan Standar Pelayanan Minimal. Perlu
diingat bahwa Dokumen Tata Kelola dan Standar Pelayanan Minimal nantinya ditetapkan dengan
Peraturan Kepala Daerah (Gubernur/Walikota/Bupati).

Ada 5 Kriteria atau Indikator dalam menyusun Standar pelayanan minimal, yaitu :

1. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang
terwujudnya tugas dan fungsi BLUD;

2. Terukur, merupakan kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan;
3. Dapat dicapai, merupakan kegiatan nyata yang dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional
sesuai kemampuan dan tingkat pemanfaatannya;

4. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat dipercaya
untuk menunjang tugas dan fungsi BLUD;

5. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.

Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLUD dapat memungut biaya kepada
masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa
layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan
biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana. Tarif layanan diusulkan oleh rumah sakit
kepada menteri keuangan/menteri kesehatan/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya, dan
kemudian ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala daerah.

Terkait penetapan tarif, nantinya dibedakan menjadi 2 bagian yaitu Tarif bisnis dan Tarif Umum.
Untuk tarif bisnis besaran nya ditentapkan dengan Peraturan Kepala Daerah, sedangkan untuk tarif
umum (Golongan III) besaranya ditetapkan dengan Qanun.

Urgensi Pendampingan dalam menyusun Dokumen BLUD

Mencermati persyaratan sebagaimana dimaksud pada Permendagri Nomor 61 Tahun 2007, kiranya
Pemerintah Daerah dapat bekerjasama dengan lembaga yang sudah berpengalam di bidang
pelayanan kesehatan. Menurut Kajian Aceh Research Institute, untuk kondisi Aceh, Center for
Health Managemen Service (CHSM) Unsyiah dinilai sebagai lembaga yang tepat dalam melakukan
proses pendampingan dalam menyusun Dokumen Administrasi Rumah Sakit menuju BLUD.
Lembaga yang dibentuk tahun 2008, telah banyak melakukan berbagai pelatihan kepada Instansi
Pemerintah dalam rangka peningkatan kwalitas pelayanan Kesehatan dan Manajemen Rumah Sakit.

Lembaga ini juga telah melahirkan kurang lebih 8 Rumah Sakit di Aceh bahkan luar Aceh menjadi
BLUD, sebut saja RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh, RSUD Yulidin Away Kab. Aceh Selatan,
Rumah Sakit Ibu dan Anak Propinsi Aceh, Rumah Sakit Idi Kab.Aceh Timur, Rumah Sakit Pirngadi
Sumatera Utara, Rumah Sakit Pandan, Tapanuli Utara, RSUD Pidie.

Oleh karena itu tidak berlebihan kalau Pemerintah Daerah menjadikan CHSM Unsyiah sebagai
mitra kerja dalam melakukan pembenahan Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah di Aceh.

Tentunya masyarakat akan berharap bayak mampukan spirit Undang-Undang Nomor 44 Tahun
2009 menjadi tonggak sejarah baru dalam dunia Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah. Semoga
saja Rumah Sakit Pasca berubah Status menjadi PPK-BLUD menjadi lebih profesional dan mandiri
serta lebih bagus dalam pelayanannya bagi masyarakat sehingga diharapkan tidak ada lagi rakyat
Aceh yang berobat ke Penang. Wallahu `alam bishawab

*Penulis adalah Mantan Tim Penilai BLUD RSUD Meuraxa dan Kepala UPTB Penilaian
Kinerja PNS
Puskesmas Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Selasa, 24 May 2011 08:55 | Ditulis oleh Administrator |

Badan Layanan Umum Daerah atau disingkat BLUD adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di
lingkungan pemerintah daerah diIndonesia yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang/jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah, dengan status hukum tidak terpisah
dari pemerintah daerah. Berbeda dengan SKPD pada umumnya, pola pengelolaan keuangan BLUD
memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti pengecualian dari ketentuan pengelolaan
keuangan daerah pada umumnya. Sebuah satuan kerja atau unit kerja dapat ditingkatkan statusnya
sebagai BLUD.

Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah manajemen
yang baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan berkesinambungan. Sedangkan Standar
Pelayanan Minimum adalah spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang diberikan oleh BLU
kepada masyarakat.

Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja kementerian
Negara /lembaga /SKPD/ pemerintah daerah.

Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPK-BLU apabila
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif.

Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan


layanan umum yang berhubungan dengan:

 Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum


 Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau
layanan umum; dan/atau
 Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
masyarakat.

Persyaratan teknis terpenuhi apabila:

 kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan
 kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan
dalam dokumen usulan penetapan BLU.

Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan

dapat menyajikan seluruh dokumen berikut:

 pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi
masyarakat;
 pola tata kelola;
 rencana strategis bisnis;
 laporan keuangan pokok;
 standar pelayanan minimum; dan
 laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.

Pejabat pengelola BLU terdiri atas:

a. Pemimpin ;

b. Pejabat keuangan; dan

c. Pejabat teknis.

Pemimpin sebagaimana dimaksud berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan keuangan
BLU yang berkewajiban:

a. menyiapkan rencana strategis bisnis BLU;

b. menyiapkan RBA tahunan;

c. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan

d. menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLU.

Pejabat keuangan BLU sebagaimana dimaksud berfungsi sebagai penanggung jawab keuangan yang
berkewajiban :

a. mengkoordinasikan penyusunan RBA;

b. menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU;

c. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;

d. menyelenggarakan pengelolaan kas;

e. melakukan pengelolaan utang-piutang;

f. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi BLU;

g. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan

h. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.

Pejabat teknis BLU sebagaimana dimaksud berfungsi sebagai penanggung jawab teknis di bidang masing-
masing yang berkewajiban:

a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya;

b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai menurut RBA; dan

c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya.

Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan/atau tenaga profesional
nonpegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU.
Dengan pola pengelolaan keuangan BLU, fleksibilitas diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran,
termasuk pengelolaan pendapatan dan belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa. Kepada BLU
juga diberikan kesempatan untuk mempekerjakan tenaga profesional non PNS serta kesempatan
pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya. Tetapi sebagai pengimbang, BLU
dikendalikan secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya, serta dalam pertanggungjawabannya.

Dalam Peraturan Pemerintah ini, BLU wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan
kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis pembina. Demikian pula dalam pertanggungjawabannya,
BLU harus mampu menghitung dan menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan
layanan yang telah direalisasikan.

Oleh karena itu, BLU berperan sebagai agen dari menteri/pimpinan lembaga induknya. Kedua belah pihak
menandatangani kontrak kinerja (a contractual performance agreement), dimana menteri/pimpinan
lembaga induk bertanggung jawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan, dan BLU bertanggung
jawab untuk menyajikan layanan yang diminta.

Dengan sifat-sifat tersebut, BLU tetap menjadi instansi pemerintah yang tidak dipisahkan. Dan karenanya,
seluruh pendapatan yang diperolehnya dari non APBN/APBD dilaporkan dan dikonsolidasikan dalam
pertanggungjawaban APBN/APBD.

Sehubungan dengan privilese yang diberikan dan tuntutan khusus yang diharapkan dari BLU,
keberadaannya harus diseleksi dengan tata kelola khusus. Untuk itu, menteri/pimpinan lembaga/satuan
kerja dinas terkait diberi kewajiban untuk membina aspek teknis BLU, sementara Menteri Keuangan/PPKD
berfungsi sebagai pembina di bidang pengelolaan keuangan.

Pola BLU tersedia untuk diterapkan oleh setiap instansi pemerintah yang secara fungsional
menyelenggarakan kegiatan yang bersifat operasional. Instansi dimaksud dapat berasal dari dan
berkedudukan pada berbagai jenjang eselon atau non eselon. Sehubungan dengan itu, organisasi dan
struktur instansi pemerintah yang berkehendak menerapkan PPK-BLU kemungkinan memerlukan
penyesuaian dengan memperhatikan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Dengan demikian, BLU diharapkan tidak sekedar sebagai format baru dalam pengelolaan APBN/APBD,
tetapi BLU diharapkan untuk menyuburkan pewadahan baru bagi pembaharuan manajemen keuangan
sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Asas BLU yang lainnya adalah:

 Pejabat BLU bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan layanan umum kepada pimpinan instansi
induk,
 BLU tidak mencari laba,
 Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah,
 Pengelolaan sejalan dengan praktik bisnis yang sehat.

Puskesmas sebagai BLU, diberikan kebebasan dalam meningkatkan pelayanannya ke masyarakat.


Puskesmas akan mengelola sendiri keuangannya, tanpa memiliki ketergantungan ke Pemkot seperti yang
terjadi selama ini

Gagasan untuk menjadi BLUD sudah jelas secara institusional menjadi badan layan umum. Dalam hal ini,
layanan kesehatan diberikan keleluasaan dalam konteks mengelola baik dari sisi sumber daya manusia
(SDM) hingga penganggaran.

Demi memberikan pelayanan yang yang lebih maksimal terhadap masyarakat, maka perubahan puskesmas
menjadi BLUD bukan tidak mungkin untuk diwujudkan.
Sumber:

 PP RI No.23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum


 Wikipedia Bahasa Indonesia
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

Вам также может понравиться